Hubungan Enzim Bakteri Saluran Akar Dengan Gejala Klinis Nevi Yanti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Hubungan Gejala Klinis Dengan Enzim Bakteri Yang Diisolasi Dari Saluran Akar Terinfeksi ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara gejala klinis dengan aktivitas enzim seperti collagenase, chondroitinase, dan hyaluronidase yang dihasilkan oleh bakteri yang diisolasi dari saluran akar terinfeksi. Bahan yang diperiksa terdiri dari 28 gigi dengan periodontitis apikalis dari 25 orang pasien. Bakteri yanq menqhasilkan collagenase atau chondroitinase dan hyaluronidase ditemukan secara signifikan berhubungan dengan gejala klinis sub akut disertai rasa sakit pada perkusi. Frekuensi bakteri yang menghasilkan collagenase lebih tinggi terisolasi dari saluran akar dengan area radiolusen berdiameter lebih dari 5 mm dibanding dengan saluran akar dengan area radiolusen berdiameter kurang dari 5 mm. PENDAHULUAN Telah diketahui bahwa salah satu penyebab dari periodontitis apikalis yang paling penting adalah bakteri. Bermacam-macam jenis bakteri seperti Eubacterium, Peptococcus, Peptostreptococcus, Prevotella, Porphyromonas, streptococcus viridans, staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Bacillus proteus dan B. Coli telah diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi1,2. Sejumlah besar bakteri kelihatannya berhubungan dengan terjadinya periodontitis apikalis. Banyak laporan mengenai hubungan antara flora bakteri yang diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan gejala klinis telah dilaporkan. Jalan masuk bakteri ke pulpa lewat berbagai jalan: (1) melalui mahkota atau akar setelah terbukanya pulpa karena trauma; (2) dari jaringan periodontal melalui tubuli dentin yang terbuka, saluran lateral dan saluran aksesori atau foramina apikal dan lateral; (3) dengan rute limfatik atau hematogenus (anakoresis) 2 . Proses infeksi terjadi setelah terapi endodontik dengan manifestasi minor seperti daya tahan tubuh yang buruk, usia tua, obat-obatan dan alkoholism serta kurangnya nutrisi yang adekuat, menekan sistem imun dan kemungkinan kecemasan pasien akan giginya menghasilkan peningkatan level sirkulasi kortikosteroid yang dapat menyebabkan perluasan infeksi 3 . Juga, bermacam-macam produk bakteri, enzim, asam dan sebagainya, telah dianggap sebagai penyebab patogenik dari periodontitis apikalis. Oleh sebab itu, collagenase, chondroitinase, dan hyaluronidase kemungkinan dapat dihubungkan sebagai pencetus penyakit ini. Dahlen dkk melaporkan bahwa berbagai enzim kemungkinan dapat dihubungkan dengan invasi jaringan oleh bakteri. Namun, belum diketahui apakah enzim-enzim ini terlibat dalam proses infeksi. Terdapat sedikit laporan mengenai hubungan antara periodontitis apikalis dengan enzim-enzim tersebut 1 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara gejala klinis dengan aktivitas enzim-enzim bakteri seperti collagenase, chondroitinase, dan hyaluronidase. 1 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara BAHAN DAN CARA Dua puluh lima pasien yang dirujuk ke Bagian Endodenti, Sekolah Kedokteran Gigi, Universitas Aichi Gakuin, disertakan dalam penelitian ini. Dua puluh delapan gigi berakar tunggal dengan periodontitis apikalis diperiksa flora bakterinya. Para pasien setuju untuk ikut dalam penelitian. Alasan untuk tidak diikutkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Gigi yang terkena sudah menerima terapi endodontik sebelumnya, (b) saluran akar telah terkontaminasi saliva sebelumnya, (c) saku periodontal dengan kedalaman lebih dari 2 mm, (d) menderita penyakit umum, atau menerima terapi antibiotik dalam waktu 6 bulan sebelumnya. Umur rata-rata untuk laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 42,6 dan 43,9 tahun. Pengumpulan sampel dan metode untuk mengidentifikasi bakteri telah dijelaskan rinci sebelumnya. Pada pasien dilakukan pemeriksaan gejala-gejala sebagai berikut: sakit yang spontan, sakit pada perkusi, fistel, pembengkakan, eksudat, dan bau. Pasien ini kemudian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan gejala sakit yang spontan dan sakit pada perkusi. Kelompok-kelompok ini adalah sebagai berikut: Kelompok I (5 kasus) - Pada Kasus ini pasien mengalami rasa sakit yang spontan dan rasa sakit pada perkusi. Kelompok II (12 kasus) - meskipun tidak ada rasa sakit yang spontan, namun pasien mengalami rasa sakit pada perkusi. Kelompok III (8 kasus) - Pada kasus ini pasien tidak mengalami rasa sakit yang spontan ataupun rasa sakit pada perkusi. Aktifitas collagenase dideteksi dengan menggunakan metode Wiketrom dd (Gambar 1) Gambar 1. Metode yang digunakan untuk mendekteksi bakteri yang menghasilkan aktivitas collagenase. Collagen yang dicampur dengan air suling diabsorbsi Petri polystyrene (piring-piring petri), kemudian disimpan pada suhu 4°C selama 30 menit. Buffer yang mengandung agar 2% kemudian ditambahkan pada piring tersebut, dan lubang dengan diameter 3 2 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara mm kemudian dibuat di dalam agar. Suspensi sampel kemudian dimasukkan kedalam lubang tersebut dan diinkubasikan selama 5 hari pada suhu 36°C. Setelah itu, agar tersebut dikeluarkan dari masing-masing piring dan piring tersebut kemudian dicuci dengan air suling, setelah itu dikeringkan dengan udara turbin, lalu dimasukkan dengan terbalik ke dalam wadah berisi air panas selama 1 menit. Aktivitas collagenase dari sampel dinilai positif apabila uap air mengembun pada sisi yang ditempati lubang sebelumnya. Aktivitas chondroitinase dan hyalurodinase dideteksi menggunakan metode Smith dkk (Tabel 1). Metodenya yaitu suspensi yang mengandung bakteri ditambahkan pada agar yang dipersiapkan sesuai dengan prosedur Smith, dan piringpiring tersebut dikultur secara anaerob selama 5 hari. Setelah itu, sejumlah asam asetat 2 N secukupnya ditambahkan ke dalam agar. Jika terbentuk zona yang terang disekitar koloni, maka aktivitas chondroitinase atau aktivitas hyaluronidase dinilai positif. Tabel 1. Formula agar untuk mendeteksi bakteri yang dapat menghasilkan aktivitas chondroitinase dan hyaluronidase Chondroitinase 3,7 Infus otak-jantung (g) 1,0 Agar, dibersihkan (g) 0,04 Khondroitin sulfat C (g) 1,0 Albumin (g) 1,0 Hemin, Menadione (5 µg/ml, 1 µg/ml) 100 Air suling (ml) Hyaluronidase 3,7 Infus otak-jantung (g) 1,0 Agar, dibersihkan (g) 0,04 Asam Hialuronik (9) dari tali pusar manusia 1,0 Albumin (g) 1,0 Hemin, Menadione (5 µg/ml, 1 µg/ml) 100* Air suling (ml) * Dikutip dari smith dan Willet HASIL Proporsi Peptococcus dengan aktivitas enzim pada sampel dari kelompok 2 dan 3 adalah masing-masing 19,1% dan 8,0% (Tabel 2). 3 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Perbandingan komposisi bakteri yang diisolasi diantara ketiga kelompok Bakteri Jumlah Yang Diisolasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III 0 33 (19,1)* 4 (8,0) Peptococcus 0 33 (19,1) 4 (8,0) Peptococcus magnus 3 (5,3) 28 (16,2) 10 (20,0) Peptostreptococcus 3 (5,3) 19 (11,0) 3 (6,0) Peptostreptococcus micro 13 (22,7) 24 (13,9) 4 (8,0) Eubacterium 11 (19,2) 17 (9,8) 0 Eubacterium combesii 2 (3,5) 5 (2,9) 4 (8,0) Eubacterium contortum 1 (1,8) 0 1 (2,0) Actinomyces 1 (1,8) 0 1 (2,0) Actinomyces israelii 5 (8,8) 2 (1,2) 0 Propionibacterium 1 (1,8) 0 0 Propionibacterium acnes 4 (7,0) 2 (1,2) 0 Propionibacterium granulosum 1 (1,8) 8 (4,6) 2 (4,0) Lactobacillus 1 (1,8) 0 1 (2,0) Lactobacillus lactis 11 (19,2) 53 (30,6) 2 (4,0) Porphyromonas 11 (19,2) 53 (30,6) 2 (4,0) Porphyromonas gingivalis 16 (28,1) 23 (13,3) 27 (54,0) Prevotella 1 (1,8) 7 (4,1) 2 (4,0) Prevotella intermedia 6 (10,5) 7 (4,1) 7 (14,0) Provotella buccae 7 (12,3) 2 (1,2) 0 Bacteroides TOTAL * Jumlah dalam kurung, persen 57 173 50 Proporsi Eubacterium dengan aktivitas enzim pada kelompok I, II dan III adalah masing-masing 22,7%, 13,9%, dan 8,0%. Proporsi Porphyromonas glngivalis dengan aktivitas enzim pada kelompok I, II dan III adalah masing-masing 19,2%, 30,6%, dan 4,0%. Proporsi P. gingivalis pada kelompok II secara signifikan 1ebih tinggi (p<0,05) dibanding dengan proporsinya pada kelompok III. Proporsi Prevotella dengan aktivitas enzim pada kelompok I secara signifikan lebih tinggi (p<0,00l) dibanding dengan proporsinya pada kelompok II. Proporsi bakteri dengan aktivitas collagenase pada kelompok I, II dan III adalah masing-masing 63,1%, 72,4%, dan 86,8 (Tabel 3) Bakteri Collagenase Chondroitinase Hyluronidase Collagenase+hyaluronidase Khondroitinase+hialuronidase Kolagenase+khondroitinase Kolagenase+khondroitinase + hialuronidase TOTAL * jumlah dalam kurung, persen Jumlah Yang Diisolasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III 41 (63,1)* 131 (72,4) 46 (86,8) 8 (12,3) 7 (3,9) 3 (5,7) 3 (4,6) 18 (9,9) 0 1 (1,5) 6 (3,3) 0 12 (18,5) 12 (6,6) 0 0 1 (0,6) 4 (7,5) 0 6 (3,3) 0 65 181 53 4 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara Proporsi bakteri dengan aktivitas chondroitinase dan aktivitas hyaluronidase pada kelompok I, II dan III adalah masinq-masing 18,5% 6,6% , dan 0%, dengan proporsi pada kelompok I secara signifikan lebih tinggi (p<0,05) dibanding dengan proporsinya pada kelompok II. Proporsi bakteri dengan aktivitas collagenase adalah 82,7% pada saluran akar dengan diameter area radiolusen lebih dari 5 mm dan 60,1% pada saluran akar dengan diameter area radiolusen dibawah 5 mm (Tabel 4). Tabel 4. Hubungan antara aktivitas enzim bakteri dengan ukuran area radiolusen Aktifitas Enzim Area Radiolusen ≥ 5 mm ≤ 5 mm 134 (82,7)* 104 (60,1) Collagenase 1 (0,6) 17 (9,8) Chondroitinase 7 (4,3) 19 (11,0) Hyaluronidase 7 (4,3) 0 Collagenase+hyaluronidase 9 (5,6) 25 (14,5) Chondroitinase+hyaluronidase 1 (0,6) 4 (2,3) Collagenase+Chondroitinase 3 (1,9) 4 (2,3) Collagenase+Chondroitinase+ hyaluronidase TOTAL 162 173 * jumlah dalam kurung, persen DISKUSI Grossman dkk melaporkan bahwa bakteri dan toksinnya, agen imunologis, debris jaringan, dan produk-produk nekrose jaringan yang berasal dari pulpa mencapai area periapikal melalui foramen saluran akar dan menimbulkan reaksi radang dan imunologis. Kendall dan Conte mengisolasi bakteri dari rongga pulpa yang terinfeksi dan nekrose tetapi masih utuh dan melaporkan bahwa aktivitas hyalurodinase, chondroi tinase, collagenase dan gelatinase dihasilkan oleh bakteribakteri ini. Dilaporkan juga bahwa Propionibacterium dengan aktivitas hyalurodinase dan chondroitinase, streptococcus dengan aktivitas gelatinase dan Bakteroides dengan aktivitas gelatinase merupakan spesies yang paling dominan terdeteksi. Bacteroides, Clostridium, dan Peptostreptococcus dengan aktivitas gelatinase, collagenase, atau fibrinolitik diisolasi secara klinis dari spesimen manusia. Krepel dkk memperkirakan bahwa Peptostreptococcus dengan aktivitas collagenase kemungkinan memainkan peranan yang penting dalam patogenesis infeksi pada jaringan lunak. Hoffler melaporkan bahwa aktivitas hyalurodinase yang terdeteksi pada 59 dari 114 proprionibacterium yang diuji dari sumber-sumber yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Eubacterium dan Porphiromonas gingivalis dengan aktivitas enzim paling dominan yang diisolasi dari saluran akar pada pasien dengan gejala klinis akut (kelompok I) dan gejala klinis subakut (kelompok II). Bakteri dengan aktifitas enzim dapat ikut mempercepat menyebabkan perbesaran lesi periapikal. Hubungan antara aktivitas enzim dan penyakit periodontal ditunjukkan oleh Tam dkk, Aisenberg dan Gaffar melaporkan bahwa bakteri dengan aktivitas chondroitin sulfatase atau hyaluronidase secara dominan terisolasi dari pasien dengan penyakit periodontal. Aisenberg dan Gaffar memperkirakan bahwa bakteri dengan aktivitas hialuronidase merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menyebabkan penghancuran jaringan periodontal. Hasil penelitian ini menunjukkan 5 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara bahwa bakteri dangan aktivitas collagenase terisolasi dari saluran akar dangan gejala klinis akut, subakut, atau kronis dan bahwa bakteri dengan aktivitas hyaluronidase terisolasi dari saluran akar dengan gejala klinis akut atau sub akut. Terdapat sedikit laporan mengenai aktivitas enzim bakteri dan area radiolusen apikal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi bakteri yang menghasilkan aktivitas collagenase dari sampel yang diambil dari saluran akar dengan diameter area radiolusen melebihi 5 mm secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan sampel yang diambil dari saluran akar dengan diameter area radiolusen kurang dari 5 mm. Penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri dangan aktifitas enzim seperti collagenase, khondroitinase, dan hyaluronidase kemungkinan memainkan peranan yang sangat penting dalam patogenesis dari penyakit periapikal. KESIMPULAN Banyak laporan mengenai hubungan antara flora bakteri yang diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan gejala klinis. Bakteri dianggap sebagai salah satu penyebab penting dari periodontitis apikalis. Proses infeksi terjadi setelah terapi endodontik dengan manifestasi minor seperti daya tahan tubuh yang buruk, usia tua, obat-obatan dan alkoholisem serta kurangnya nutrisi yang adekuat, menekan sistem imun dan kemungkinan kecemasan pasien akan giginya menghasilkan peningkatan level sirkulasi kortikosteroid yang dapat menyebabkan perluasan infeksi. Hasil penelitian Hashioka dalam menunjukkan hubungan antara gejala klinis dengan aktifitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi. Bakteri yang menghasilkan kolagenase atau khondroitinase dan hialu ronidase ditemukan secara signifikan berhubungan denan gejala klinis akut yang menyebabkan sakit pada perkusi. Selain itu diketahui pula frekuensi bakteri penghasil collagenase yang diisolasi dari saluran akar terinfeksi dengan area radiolusen diatas 5 mm lebih tinggi dibanding dengan bakteri yang diisolasi dari saluran akar terinfeksi disertai area radiolusen dibawah 5 mm. DAFTAR PUSTAKA 1. Hashioka K, Yamasaki H, Nakane A, Horiba N, Nakamura H. The relationship between clinical symptoms dand anaerobic bacteria from infected root canals. J Endodon 1992:18:558-61. 2. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE. Endodontic Practice. 11th ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988 : 83. 3. Morse D.R. Endodontic Microbiology In The 1970'S, Int Endo J, 1981:14, 74-9. 6 e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara