penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP BEKERJA SAMA
Utari
Sekolah Dasar Muhammadiyah 05 Medan
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Penggunan metode pembelajaran adalah salah satu cara mengajarkan pembelajaran dengan efektif dan inovatif.
Penngunaan metode pembelajaran pun dapat menumbuhkan sikap sosial siswa. Metode pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Salah satu tipe dari metode
kooperatif adalah model pembelajaran Teams Achievement Division (STAD). Teams Achievement Division (STAD) adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan
pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dengan demikian
penggunaam model pemebelajaran STAD, di harapakan siswa dapat menciptkan suasana kelas yang hidup dan dengan
menggunakan model pembelajaran STAD siswa belajar tentang bagaimana harus bekerja sama dengan temannya yang
lain, bertanggung jawab dan belajar agar dapat menerima pendapat dari siswa.
Kata kunci : model pembelajaran, tipe student teams achievement divisions (STAD), sikap bekerjasama
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah sesuatu yang mendunia dan membawa perubahan dalam arti yang baik maupun buruk.
Globalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. R. Robertson yang
mendefinisiskan globalisasi yaitu proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia sebagai satu
kesatuan, saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang menyatu. Dunia pendidikan tidak lepas dari
perkembangan global sekarang. Untuk itu kurikulum pun di buat untuk mencocokkannya dengan era global. Agar terjadi
sebuah proses interaksi antar kelompok atau individu yang bertujuan unuk saling bertukar informasi di dunia luar. Dengan
hal seperti ini akan tercipta sebuah sikap sosial yang akan mengubah diri seseorang agar lebih peka dengan
lingkungannya.
Pada kurikulum 2013, terdapat bebrapa kompetensi sikap sisoal yaitu: sikap spiritual, sikap sosial yang terdiri dari
jujur, disiplin, tanggung jawab, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan percaya diri yang akan
menanamkan rasa kepedulian untuk diri siswa itu sendiri atau pun orang lain. Dari beberapa kompetensi sikap sosial, sikap
yang dapat mempengaruhi siswa adalah sikap kerja sama. Karena dengan kita bekerja sama siswa dapat saling membantu
satu sama lain dan tidak memandang dengan siapa kita bekerja sama. Dengan dekimikian akan terjadi perubahan sikap
yang dalam hal bekerja sama contohnya dlam hal bekerja kelompok siswa dapat beebaur dengan siswa yang lain untuk
saling bertukar informasi dan saling menghagai pendapat yang telah di berikan oleh siswa lain. Kompetensi sikap sosial
dapat di integrasiakn dalam pembelajaran. Terutama dengan penggunaan metode pembelajaran yang dapat membantu
timbulnya kompetensi sikap sosial siswa.Penggunaan metode yang efektif dapat membuat proses belajara lebih
menyenangkan dan menbuat suasana diklas lebih hidup. Salah satu metode yang efektif adallah metode pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran kooperarif adalah Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002:25 dalam Rusman, 2011:203). Dalam sistem
belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung
jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar
bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang berisfat heterogen.
Salah satu tipe pembalajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division (STAD). STAD adalah salah
satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, membuat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan
bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan
buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Dalam medel
pembelajaran STAD siswa di tuntut untuk bekerja sama dengan tujuan siswa bisa bertukar informasi dan lebih menghargai
pendapat siswa yang lain. Maka akan terciptalah sebuah kompetensi sikap sosial yaitu sikap bekerja sama.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
178
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani
(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk
mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model
pembelajaran kooperatif. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model
pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta
struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik
siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a) Setiap anggota kelompok
(siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; b) Setiap anggota kelompok (siswa)
harus mengetahui bahwa semua anggota; c) Kelompok mempunyai tujuan yang sama; d) Setiap anggota kelompok (siswa)
harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya; e) Setiap anggota kelompok (siswa)
akan dikenai evaluasi; f) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya; g) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a) Siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; b) Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender; c) Penghargaan lebih
menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan
peranan diri sendiri maupun teman lain.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yakni:
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa; b) Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada
siswa; c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; d) Guru menginformasikan pengelompokan
siswa; e) Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok
belajar; f) Evaluasi, Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan; dan g)
Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Achievement Division (STAD)
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin
dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan
pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.
Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka
tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. Model
Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
mengunakan presentasi Verbal atau teks.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
179
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Menurut Nurasman (2006 : 5) menyatakan bahwa kegiatan bembelajaran Kooperatif tipe STAD terdiri dari enam
tahap : 1) Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar
kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan
siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada. : a).
Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu
diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat
prestasi seimbang : b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan / sifat (pendiam dan aktif), dll. 2)
Penyajian Materi Pelajaran ditekankan pada hal berikut : (a). Pendahuluan. Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsepkonsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya (b).
Pengembangan. Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa
belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika
siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. (c). Praktek terkendali. Praktek terkendali dilakukan
dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab
atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. 3) Kegiatan
kelompok. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain
materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang
konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang
dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaikbaiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. 4) Evaluasi. Dilakukan selama 45 - 60 menit secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi
guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan
kelompok. 5) Penghargaan individu dan kelompok Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi
kelompok diberikan dalam ketingkatan penghargaan atau persyaratan pemberian penghargaan misalnya bagi kelompok
yang mendapat rata-rata nilai dibawah ( 79-60 ) mendapatkan penghargaan “Great Team” sedangkan bagi kelompok yang
mendapatkan rata-rata nilai ( 55-30 ) mendapatkan penghargaan “Super Team”. 6) Perhitungan ulang skor awal dan
pengubahan kelompok. Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal
siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap
Pengertian Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap
Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap
juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku. Penilaian kompetensi sikap
dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil
dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan
keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan)
pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual.
Cakupan Penilaian Sikap
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan
peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak
mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal
dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya
mewujudkan harmoni kehidupan.
Pada jenjang SMK/MAK, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya dan KI 2: menghayati dan mengamalkan perilaku perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
180
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian Sikap Spiritual
Penilaian sikap sosial
Menghargai Dan Menghayati Ajaran Agama Yang Dianut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
jujur
disiplin
tanggung jawab
gotong royong
kerjasama
toleran
damai
santun
responsif
percaya diri
Pengertian Sikap Gotong Royong/Kerja Sama
Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Berikut adalah indikator yang ingin dicapai dalam sikap bekerja sama: a)
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah; b) Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan; c)
Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan; d) Aktif dalam kerja kelompok; e) Memusatkan perhatian pada
tujuan kelompok; f) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi; g) Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran
antara diri sendiri dengan orang lain; h) Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian penggunaam model pemebelajaran STAD, di harapakan siswa dapat menciptkan suasana kelas
yang hidup dan dengan menggunakan model pembelajaran STAD siswa belajar tentang bagaimana harus bekerja sama
dengan temannya yang lain, bertanggung jawab dan belajar agar dapat menerima pendapat dari siswa. Dengan begitu kita
sebagai guru sudah mengajarkan sebuah kompetensi sikap sosial yaitu sikap bekerja sama atau gotong royong dalam
proses belajar mengajar dengan di bantu dengan pengunaan model pembelajarana STAD (Student Team Achievement
Divisions).
SIMPULAN
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered. Pada intinya konsep dari model
pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa
seluruh anggota.
REFERENSI
Slavin, Robert E.2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik diterjemahkan oleh Narilita Yusron. Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Endang Kusrini. 2009. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT ditinjau dari kreativitas terhadap prestasi
belajar bahasa inggris siswa SMP di Purwokerto. Yogyakarta: UNY.
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Model Pemebelajaranku
https://modelpembelajaran1.wordpress.com/2016/02/20/model-pembelajaran-stad/. Di akses pada tanggal 11 Mei 2017
Model Pembelajaran Cooperative Learning
https://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/. Di akses pada tanggal 11 Mei 2017
Analisa Standar Kompetensi tentang Sikap terhadapat Globalisasi di Lingkungan
http://rizkapratiwijaya.blogspot.co.id/2013/07/analisa-standar-kompetensi tentang_7394.html. Di akses pada tanggal 12 Mei
2017
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
181
Download