analisis sikap dan kepuasan konsumen

advertisement
ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN
TERHADAP TEH CELUP MEREK SARIMURNI
(Studi Kasus : Giant Hypermart - Botani Square, Bogor)
EGA DWI ATMOJO
H34096027
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN
TERHADAP TEH CELUP MEREK SARIMURNI
(Studi Kasus : Giant Hypermart - Botani Square, Bogor)
SKRIPSI
EGA DWI ATMOJO
H34096027
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
i
RINGKASAN
EGA DWI ATMOJO. Analisis Sikap Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Teh
Celup Merek Sarimurni (Studi Kasus : Giant Hypermart - Botani Square,
Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI.
Teh merupakan tumbuhan dataran tinggi yang sejak zaman dahulu
dipercaya memiliki berbagai khasiat yang baik bagi tubuh manusia. Seiring
kemajuan zaman teh mengalami perubahan demi perubahan, baik dari segi
kemasan maupun penyajian. Perubahan tersebut tak lain karena permintaan dan
keinginan konsumen dari teh yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Salah satu
industri teh yang berkembang di Indonesia yaitu industri teh celup.
Industri teh celup di Indonesia memiliki tingkat persaingan yang tinggi.
Beberapa industri teh swasta yang berkecimpung dan tetap bertahan dari waktu ke
waktu yaitu, PT Teh Sariwangi (Unilever) dan PT Sinar Sosro. PT Teh Sariwangi
dan PT Sinar Sosro merupakan perusahaan terbesar pertama dan kedua dalam
industri teh celup di Indonesia. Kedua perusahaan tersebut secara konstan
mempertahankan kualitas dan pelayanan, serta terus melakukan inovasi dalam
upaya mempertahankan konsumennya. Berbagai inovasi yang dilakukan
diantaranya dengan merubah kemasan luar dengan berbagai desain, bentuk dari
kemasan, dan yang terakhir dengan teknologi osmofilter pada teh Sarimurni.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, (1). mengidentifikasi proses
keputusan pembelian teh celup Sarimurni (2). menganalisis sikap konsumen teh
celup Sarimurni terhadap teh celup Sosro (3). menganalisis kepuasan konsumen
teh celup Sarimurni, terhadap merek teh celup Sosro (4). memformulasikan
strategi pemasaran produk teh celup Sarimurni berdasarkan sifat konsumen
Penelitian dilaksanakan di Giant Botani Square, IPB, Bogor. Pemilihan
tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Giant
Botani Square menjual teh celup Sarimurni dan Sosro. Sedangkan pemilihan
responden menggunakan metode accidental sampling yaitu menanyakan
konsumen kesediannya mengisi kuesioner, jika bersedia maka akan dipersilahkan
untuk mengisi. Jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 100 orang.
Data dianalisis dengan analisis deskriptif, multiatribut fishbein, CSI serta
dijelaskan alternatif strategi bauran pemasaran produk merek Sarimurni.
Karakteristik umum responden teh celup menurut jenis kelaminnya adalah
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (76%), berusia > 45 tahun
(24%), memiliki jumlah anggota keluarga 2-4 orang (64%), dengan dengan status
menikah (71%). Tingkat pendapatan Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 (28%),
berprofesi sebagai karyawan swasta (44%), dengan tingkat pendidikan responden
sebagian besar adalah Sarjana (47%).
Pada tahap proses keputusan pembelian, alasan atau motivasi utama
responden mengkonsumsi teh celup adalah karena praktis dan mudah dikonsumsi
(54%), dan dirasa teh celup bermanfaat sebagai minuman selingan (35%) serta
mayoritas responden mengatakan gaya hidup sehat mempengaruhi mereka dalam
mengkonsumsi teh celup (71%). Responden mayoritas tidak mencari informasi
secara khusus tentang teh celup yang akan dikonsumsinya (60%), karena
ii
responden merasa telah memperoleh informasi dari televisi (72%), dan yang
menjadi daya tarik konsumen dalam iklan yang ditampilkan yaitu karena manfaat
dari teh celup (46%). Adapun merek yang diketahui responden secara berurut
yaitu, Sariwangi (98 poin), Sosro (87 poin), Tong Tji (54 poin), dan Bendera (53
poin). Atribut yang paling dievaluasi dan dipertimbangkan oleh responden ketika
akan melakukan pembelian yaitu atribut rasa (55%).
Diantara merek teh celup Sarimurni dan Sosro ternyata yang paling
banyak disukai responden yaitu merek Sarimurni (56%). Responden mayoritas
membeli di mall/gerai/outlet (95%), selain itu responden dalam melakukan
pembelian teh celup banyak dipengaruhi oleh keluarga/saudara (78%), dengan
memberitahukan pengalaman mereka mengkonsumsi (52%). Kemudian
responden mayoritas menyukai kemasan teh celup yang sederhana (46%), dan
terencana dalam melakukan pembelian (50%). Responden rata-rata
mengkonsumsi teh celup sebanyak 3 kali dalam seminggu (48%)
Setelah responden melakukan pembelian teh celup, mayoritas responden
merasa puas (98%), karena manfaat yang diperoleh dirasakan sesuai (98%).
Namun ketika responden membeli dan merek yang biasa dibeli tidak ada, maka
responden akan langsung beralih ke merek lain (52%). Walaupun demikian
responden tetap akan membeli merek teh celup yang disukainya (72%) meski
harganya naik. Sama halnya bila ada merek teh celup yang baru, maka responden
akan langsung mencobanya dan bila enak akan langsung beralih (44%).
Sedangkan bentuk promosi yang paling disukai responden yaitu dengan
membagikan sampel gratis (61%), dan responden akan mengkonsumsi teh celup
kembali (98%).
Hasil metode sikap multiatribut fishbein menunjukkan bahwa sikap
responden terhadap kedua merek adalah baik. Namun responden cenderung lebih
menyukai merek Sarimurni (169,19) dengan keunggulan pada kinerja atribut
warna (4,39), aroma (3,89), kejelasan informasi komposisi (4), kejelasan tanggal
kadaluarsa (4,13), desain kemasan (4,31), khasiat (3,86), iklan (3,67) dan tidak
unggul pada atribut pilihan rasa (4,08), harga (3,12), merek (3,83), kemudahan
mendapatkan (3,53) dibandingkan dengan merek Sosro (167,08). Dari tingkat
kepuasan responden, atribut teh celup merek Sarimurni dikategorikan puas (78%).
Sama halnya juga dengan merek teh celup Sosro (77%).
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Sikap Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Teh Celup
Merek Sarimurni (Studi Kasus : Giant Hypermart – Botani
Square, Bogor)
Nama
: Ega Dwi Atmojo
NIM
: H34096027
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM
NIP : 19670211 199203 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
iv
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Sikap Dan
Kepuasan Konsumen Terhadap Teh Celup Merek Sarimurni (Studi Kasus : Giant
Hypermart – Botani Square)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2012
Ega Dwi Atmojo
H34096027
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari ayahanda yang bernama alm.
Suko dan ibunda bernama Marsinah.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Cibuluh I Bogor yang lulus
pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
SLTP Negeri 5 Bogor yang lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis di terima sebagai mahasiswa di Program
Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK, pada Program Keahlian
Manajemen Agribisnis, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan
rahmat,
taufik
dan
hidayah-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sikap Dan Kepuasan Konsumen
Terhadap Teh Celup Merek Sarimurni (Studi Kasus : Giant Hypermart –
Botani Square)”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat dan tambahan wawasan bagi pembaca.
Bogor, Mei 2012
Ega Dwi Atmojo
H34096027
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan,
motivasi, saran, kesabaran, waktu dan perhatiannya yang sangat berarti
bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini selesai.
2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MSi sebagai dosen evaluator yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam pelaksanaan
penelitian yang dilakukan penulis.
3. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama mengikuti masa perkuliahan di Program
Penyelenggaraan Khusus Agribisnis.
4. Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis.
5. Amzul Rifin, SP, MA, sebagai dosen komisi pendidikan yang telah
memberikan masukan yang sangat berarti untuk menyempurnakan
skripsi ini.
6. Ibu dan almarhum ayah tersayang atas kasih sayang, doa dan
dukungannya yang tidak terbatas dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
bisa menjadi persembahan yang terbaik.
7. Kakakku tersayang Agi Marstaningsih, SP, dan adikku Fajar Putra
Pamungkas yang selalu menemani dan
memberi semangat kepada
penulis.
8. Keluargaku yang di Sempur Ibu Shinta Wulansari, SP, Mbak Novi
Rianti, Mbak Ela, dan Wilma Zakiah yang selalu memberi dukungan dan
semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Mutia Yofani yang banyak memberikan masukan-masukan
kepada penulis tentang penulisan skripsi ini untuk jadi lebih baik lagi.
viii
10. Sahabat terbaikku Mulyani, Tia Eftiana, Vera Clarasita, Eneng Nurlaili
Fatimah, Nurdiah, Alvian Lisiadi, Iman Satra Nugraha, mas Sunny
Etriarsyah, Nur Chalisa, mbak Elviana, dan mbak Sandra Siti Syarifah
yang tidak pernah bosannya terus memberi dukungan dan semangat,
terima kasih banyak.
11. Orang tuaku di kantor Puslitbangtan Ibu Etty Roswati, Ibu Triwening
Handayani dan Ibu Tuti Aminah yang telah membantu penulis dengan
motivasi dan semangat.
12. Teman satu bimbingan dan seperjuangan (Iman, Rudi, dan mas Rosyad),
sukses selalu kawan.
13. Mbak Nurul Staff HRD Botani Square IPB, yang telah membantu
penulis mengurus izin pengambilan data.
14. Petugas keamanan Botani Square IPB, yang telah membantu penulis
dalam kegiatan pengambilan data.
15. Teman-teman di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis angkatan
7 yang telah memberikan dukungan dan menjalin persahabatan dengan
penulis, serta seluruh pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per
satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.
Bogor, Mei 2012
Ega Dwi Atmojo
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................7
1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Mengenal Teh .................................................................................................9
2.2 Sejarah Industri Teh di Indonesia .................................................................10
2.3 Perkembangan Makro Ekonomi Terhadap Industri Teh di Indonesia .........11
2.4 Industri Teh Celup di Indonesia ...................................................................12
2.5 Khasiat Teh Terhadap Kesehatan Tubuh Manusia.......................................13
2.6 Penelitian Terdahulu .....................................................................................14
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................17
3.1 Definisi Konsumen .......................................................................................17
3.2 Perilaku Konsumen ......................................................................................17
3.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ..................................................19
3.4 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen ........................................22
3.5 Atribut Produk ..............................................................................................26
3.6 Kepuasan Pelanggan .....................................................................................27
3.7 Strategi Pemasaran .......................................................................................30
3.8 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................................32
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................35
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................35
4.2 Metode Pengambilan Sampel .......................................................................35
4.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...............................................................36
4.4 Uji Validitas .................................................................................................36
4.5 Uji Reliabilitas ..............................................................................................38
4.6 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................40
4.7 Penentuan Atribut Dugaan ...........................................................................43
4.8 Metode Importance-Performance Analysis ..................................................46
4.9 Customer Satisfaction Index (CSI) ...............................................................49
BAB V GAMBARAN UMUM BOTANI SQUARE BOGOR DAN
KARAKTERISTIK UMUM KONSUMEN..........................................54
5.1 Sejarah Botani Square Bogor .......................................................................54
5.2 Giant Hypermarket .......................................................................................54
5.3 Segmentasi, Targetting, dan Positioning Teh Celup Sarimurni ...................55
x
5.4 Deskripsi Responden ....................................................................................57
5.4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................57
5.4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ......................................................57
5.4.3 Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan .................................58
5.4.4 Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga....................58
5.4.5 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............................59
5.4.6 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ..............................................59
5.4.7 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ..............................60
5.4.8 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran untuk Produk
Makanan dan Minuman .........................................................................61
5.4.9 Karakteristik Responden Minuman Teh Celup .....................................61
BAB VI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MINUMAN
TEH CELUP ..........................................................................................64
6.1 Pengenalan Kebutuhan .................................................................................64
6.2 Pencarian Informasi ......................................................................................65
6.3 Evaluasi Alternatif ........................................................................................67
6.4 Keputusan Pembelian ...................................................................................68
6.5 Evaluasi Pasca Pembelian ............................................................................70
BAB VII ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN ........................................74
7.1 Penilaian Evaluasi dan Kinerja .....................................................................74
7.1.1 Penilaian evaluasi Atribut (ei) ...............................................................74
7.1.2 Penilaian Kinerja Atribut Merek............................................................75
7.1.2.1 Kinerja Merek Sarimurni ................................................................75
7.1.2.2 Kinerja Merek Sosro .......................................................................76
7.2 Analisis Multiatribut Fishbein ......................................................................77
BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA ............81
8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro ....81
8.1.1 Rasa ........................................................................................................81
8.1.2 Warna .....................................................................................................81
8.1.3 Aroma Teh .............................................................................................82
8.1.4 Kejelasan Informasi Komposisi .............................................................82
8.1.5 Kejelasan Expired Date .........................................................................83
8.1.6 Desain Kemasan ....................................................................................84
8.1.7 Desain Kemasan ....................................................................................84
8.1.8 Khasiat ...................................................................................................85
8.1.9 Harga ......................................................................................................85
8.1.10 Iklan ....................................................................................................86
8.1.11 Kemudahan Mendapatkan ...................................................................86
8.2 Analisis Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro .................87
8.3 Hasil Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) .......................................96
8.4 Rekomendasi Strategi Pemasaran Sarimurni ...............................................97
8.4.1 Strategi Produk ......................................................................................98
8.4.2 Strategi Harga ........................................................................................99
8.4.3 Strategi Promosi .....................................................................................99
8.4.4 Strategi Distribusi ................................................................................100
xi
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN............................................................101
9.1 Kesimpulan .................................................................................................101
9.2 Saran ...........................................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah) ... 1
2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia ............................. 2
3. Daftar Nama Perusahaan Teh Celup di Indonesia...................................... 3
5. Peringkat Brand Share Merek Dagang Teh Celup di Indonesia ................ 6
6. Kandungan Mineral Dalam 100 Gram Teh .............................................. 14
7. Atribut yang akan diuji validitasnya ........................................................ 38
8. Daftar Ukuran Atribut-Atribut Dugaan dengan Skala Likert ................... 45
9. Daftar Ukuran Kepentingan Atribut-Atribut Dugaan .............................. 46
10. Penjelasan Indikator Atribut ..................................................................... 51
11. Sebaran Jenis Kelamin Responden........................................................... 57
12. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ..................................................... 58
13. Sebaran Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ................................ 58
14. Sebaran Konsumen Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ................... 59
15. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................. 59
16. Sebaran Konsumen Berdasarkan Pekerjaan ............................................. 60
17. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan ............................. 60
18. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pengeluaran untuk Makanan .. 61
19. Karakteristik Responden Produk Teh Celup ............................................ 63
20. Motivasi/Alasan Mengkonsumsi Teh Celup ............................................ 64
21. Manfaat Mengkonsumsi Teh Celup ......................................................... 65
22. Sumber Informasi Teh Celup ................................................................... 66
23. Hal yang Paling Menarik dari Iklan Minuman ......................................... 66
24. Pengetahuan Konsumen Tentang Merek Teh Celup ................................ 67
25. Pertimbangan Awal Pemilihan Minuman Teh Celup............................... 67
26. Merek Minuman Teh Celup yang Responden Beli .................................. 68
27. Tempat Pembelian Minuman Teh Celup.................................................. 68
28. Subjek yang Mempengaruhi Responden dalam Melakukan Pembelian .. 68
xiii
29. Pengaruh Subjek Pilihan Responden dalam Pembelian ........................... 69
30. Bentuk Kemasan yang Diinginkan ........................................................... 69
31. Cara Konsumen Memutuskan Pembelian ................................................ 70
32. Frekuensi Konsumsi Teh Celup Konsumen (Per Minggu) ...................... 70
33. Sikap Konsumen Terhadap Teh Celup yang Dikonsumsinya .................. 71
34. Kesesuaian Manfaat Dari Teh Celup yang Dikonsumsi .......................... 71
35. Sikap Konsumen Bila Merek yang Disukai Tidak Ada ........................... 71
36. Sikap Konsumen Bila Harga Merek yang Disukai Naik .......................... 72
37. Sikap Konsumen Bila Ada Merek Baru ................................................... 72
38. Promosi yang Disukai Konsumen ............................................................ 73
39. Keinginan Konsumen Untuk Kembali Mengkonsumsi Teh Celup .......... 73
40. Penilaian Evaluasi Atribut ........................................................................ 75
41. Penilaian Kinerja Atribut Teh Celup Sarimurni ....................................... 76
42. Penilaian Kinerja Atribut Teh Celup Sosro .............................................. 77
43. Atribut Evaluasi dan Penilaian Konsumen Minuman Te Celup .............. 79
44. Perhitungan Rata-Rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat ....... 88
45. Perhitungan Rata-Rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat ....... 94
46. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index Produk Sarimurni ......... 96
47. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index Produk Sosro ................ 97
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Halaman
Proses terbentuknya persepsi (Mowen dan Minor 2002) .......................... 19
2. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan ..................................................... 28
3. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 34
4. Matriks Kepentingan–Pelaksanaan (Importance-Performance) ............... 48
5.
Grafik Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap .... 89
6.
Grafik Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap .... 95
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Gambar Produk dan Promosi ..................................................................... 10
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia serta
menjadi syarat utama bagi kelangsungan hidupnya. Makanan dan minuman juga
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara.
Selain itu, di Indonesia produk makanan dan minuman memberikan kontribusi
PDB tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya. Tabel 1 menunjukkan nilai
tambah PDB menurut subsektor di Indonesia tahun 2004-2008.
Tabel 1. Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah)
No
Komoditi
Makanan dan minuman
Kimia dan barang-barang dari
2
bahan kimia
3 Tembakau
4 Tekstil
5 Kendaraan bermotor
6 Kertas dan barang dari kertas
Karet dan barang-barang dari
7
plastik
8 Barang galian bukan logam
9 Logam dasar
Radio, televisi, dan peralatan
10
komunikasi
11 Pakaian jadi
Sumber : Badan Pusat Statistik, 20101
1
2004
2005
2006
2007
2008
50.548
58.900
81.906
94.643
115.928
34.042
38.380
26.381
28.782
24.013
43.395
40.051
26.233
42.981
24.128
58.242
49.435
37.529
46.367
30.715
79.776
58.941
39.336
40.919
32.579
100.128
77.952
49.093
49.035
42.722
22.247
16.637
12.902
22.323
19.215
14.043
29.836
18.915
20.104
34.433
24.040
24.779
38.718
36.352
32.095
18.015
12.156
15.506
11.806
18.364
19.358
18.331
21.165
31.223
26.743
Berdasarkan Tabel 1, komoditi makanan dan minuman memberikan
kontribusi yang terbesar pada nilai produk domestik bruto nasional, yaitu sebesar
Rp 115,828 juta, jauh di atas nilai konstribusi dari komoditi tembakau dan pakaian
jadi yang hanya mencapai Rp 77,952 dan 26,743 juta pada tahun 2008. Adapun
nilai penjualan dari sektor industri minuman di Indonesia dapat dilihat pada Tabel
2.
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai penjualan keseluruhan dari industri
minuman mengalami peningkatan tiap tahunnya.
1
Data Statistik 2010.www.BPS.go.id.diakses 17 Desember 2011
1
Tabel 2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia
Tahun 2005 - 2009
Komoditi
Kopi (Juta US$)
2005
2006
2007
2008
2009
124,6
129,2
134,0
139,0
144,2
Teh (Juta US$)
57
59,1
61,2
63,4
65,7
Bir (Juta US$)
166
166,5
167
167,8
168,3
2.500
3.004
3.554
3.805
4.512,9
10,2
10,3
10,3
10,4
10,5
Softdrink (Juta US$)
Anggur (Juta US$)
Sumber : Euromonitor Internasional dalam Kompas edisi 1 Mei 2009
Industri minuman teh mengalami peningkatan rata-rata tiap tahunnya
sebesar 3,4% dan mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2005 ke
tahun 2009 sebesar 13,75%. Kenaikan tingkat penjualan tersebut berhubungan
dengan tingkat konsumsi masyarakat yang besar terhadap produk minuman.
Teh merupakan minuman kesehatan yang dipercaya memiliki beberapa
manfaat yang baik bagi tubuh, sehingga banyak masyarakat yang mengkonsumsi.
Total konsumsi teh masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir. Pada tahun 2009 dan 2010 konsumsi teh masyarakat
Indonesia hanya mencapai 0,2 dan 0,3 kg per tahun. Sedangkan pada tahun 2011
meningkat menjadi 0,4 – 0,5 kg per tahun. Peningkatan konsumsi teh tersebut
salah satunya dikarenakan adanya kesadaran masyarakat tentang manfaat dari
mengkonsumsi teh, bagi kesehatan jasmani dan rohani. Beberapa kalangan
masyarakat bahkan menganggap dengan meminum teh dengan merek atau jenis
tertentu, menempatkan posisi status sosial mereka lebih tinggi di dalam
masyarakat umum.
Tahun 2011 total produksi teh kering Indonesia mencapai 171.000 ton,
meningkat sebesar 9% dari tahun 2010 yang hanya mencapai 157.000 ton
(Kementan, 2011). Menurut Supriadi, Pasar untuk teh kering nasional pada tahun
2010 hanya sebesar 35% dari total produksi, dan sisanya 65% di ekspor ke
2
berbagai negara. Sedangkan untuk tahun 2011 terjadi peningkatan permintaan teh
untuk pasar lokal sebesar 5% menjadi 40%2.
Dari Tabel 3 terlihat, bahwa produsen teh di Indonesia, didominasi oleh
perusahaan besar, yang telah berpengalaman dalam bidang industri teh celup.
Selain itu tingkat persaingan oleh perusahaan-perusahaan relatif cukup kompetitif.
Persaingan yang kompetitif menuntut kreatifitas dan inovasi perusahaan dalam
segi produksi maupun pemasarannya. Dalam tingkat persaingan yang kompetitif
tersebut, salah satu perusahaan yang dapat mempertahankan eksistensinya adalah
PT Teh Sariwangi dengan merek dagang Sariwangi. Hal tersebut telah dibuktikan
dengan perolehan peringkat pertama dalam survei ICSA Index tahun 2009,
dengan nilai TSS sebesar 4,478, disusul oleh pesaing utamanya yaitu PT Sinar
Sosro dan merek dagang Teh Sosro, dengan nilai TSS 3,725. PT Teh Sariwangi
selalu mengedepankan inovasi produk untuk mempertahankan posisinya dalam
persaingan pasar sejak dulu, salah satu produk inovatif yang dihasilkan yaitu, teh
celup Sarimurni.
Tabel 3. Daftar Nama Perusahaan Teh Celup di Indonesia
No
Nama
Perusahaan
Merek
Dagang
Kemasan
ICSA Index
Tahun 2009
Total
Satisfaction
Score (TSS)
1.
PT Teh
Sariwangi
Sariwangi
Celup
Peringkat 1
4,478
Teh Sosro
Celup
Peringkat 2
3,725
Teh Tong
Tji
Celup
Peringkat 3
3,672
Teh
Bendera
Celup
Peringkat 4
3,643
Teh Poci
Celup
Peringkat 5
3,634
Peringkat 6
3,627
2.
3.
4.
5.
PT Sinar
Sosro
Perusahaan
Teh Cap Dua
Burung
PT Teh
Bendera
PT Gunung
Slamat
PT Gopek
Teh Gopek
Celup
Cipta Utama
Sumber : Marketing dan SWA, 2009 (diolah)
6.
2
Konsumsi Teh Dalam Negeri Diprediksi Meningkat.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1315062/konsumsi-teh-dalam-negeri-diprediksi-meningkat.
diakses Tanggal 17 Desember 2011.
3
Teh celup Sarimurni adalah inovasi terbaru dari Sariwangi dengan bahan
baku teh yang terbaik, dan dikemas dalam kantong bundar. Teh celup Sarimurni
dari Sariwangi dengan kantong bundar menggunakan teknologi osmofilter, yang
dapat menyimpan kesegaran rasa dan aroma daun teh alami, sehingga terjaga
keaslian rasa tehnya. Dari keaslian teh tersebut akan menghasilkan teh jernih
dengan warna yang cerah. Teh Sarimurni merupakan produk baru yang
dikeluarkan oleh Sariwangi, untuk menyediakan teh dengan kualitas warna dan
rasa yang lebih baik. Hal tersebut dilakukan karena melihat para konsumen teh
celup saat ini menginginkan rasa dan warna teh yang alami. Karena kualitas rasa,
warna dan aroma yang unggul tersebut, Sarimurni pun menjadi lebih hemat,
karena penyajian untuk setiap kantung teh menjadi lebih banyak, tanpa
mengurangi kualitas teh yang akan diminum, dibandingkan teh merek dengan
kantung biasa.
Produk teh celup lain seperti teh Tong Tji, dan teh Sosro, saat ini hanya
menggunakan teknologi pengemasan biasa. Inovasi yang dilakukan hanya sebatas
merubah kemasannya saja seperti menjadi segitiga yang dilakukan oleh teh
bendera, sedangkan yang lainnya hanya berbentuk kotak seperti teh celup pada
umumnya.
Teh Sarimurni, dan Teh Sosro memiliki target pasar yang hampir sama,
yaitu suatu komunitas, atau perkumpulan yang menginginkan teh yang cepat saji,
higienis, dan praktis, namun Sarimurni memberikan teknologi yang baru dengan
target pasar secara spesifik yaitu suatu perkumpulan, atau komunitas, seperti ibuibu arisan. Sedangkan Sosro menetapkan target pasar untuk keluarga yang
memiliki waktu relatif banyak untuk berkumpul bersama. Selain itu penetapan
pasar dari Teh Sarimurni tidak hanya ditujukan untuk pasar regional sebesar 75%
namun juga ditujukan untuk pasar internasional sebesar 25%. Dengan penetapan
target dan potensi pasar yang ada tersebut, terlihat bahwa persaingan usaha dalam
industri teh celup ini akan kian pesat dan menuntut perusahaan untuk terus
inovatif dan kreatif dalam menarik minat konsumennya. Selain itu dengan
mengetahui tingkat persaingan antar perusahaan teh celup tersebut, akan
memberikan gambaran bagaimana sikap dan kepuasan para konsumen teh celup
dalam memilih produk yang dibeli. Setelah mengetahui sikap para konsumen
4
dalam proses pembelian produk teh celup, maka informasi tersebut dapat
digunakan perusahaan untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi
produk yang dihasilkannya.
1.2 Perumusan Masalah
Teh celup di Indonesia, mayoritas memiliki konsumen kalangan dewasa dan
orang tua. Hal tersebut terjadi karena pada umumnya orang dewasa ataupun orang
tua memiliki aktivitas yang padat dan menyita waktu, sehingga dengan meminum
teh dipercaya dapat berkhasiat menghilangkan stress, memunculkan semangat
baru dan dipercaya dapat menyehatkan tubuh. Selain itu, konsumen saat ini pun
lebih selektif dalam mengkonsumsi teh celup. Teh yang banyak disukai saat ini
memiliki kriteria, rasa yang asli, warna yang jernih, kemasan menarik, dan tidak
mengandung zat-zat berbahaya.
Salah satu perusahaan yang menerapkan kriteria-kriteria tersebut adalah PT
Sariwangi. PT Sariwangi secara konsisten dari waktu ke waktu, selalu berusaha
untuk melihat kebutuhan konsumennya terhadap teh yang dikonsumsinya. Selain
itu PT Sariwangi selalu berusaha untuk menyediakan produk teh celup dengan
kualitas terbaik dengan rasa yang khas, warna yang alami dan menggunakan
bahan baku terbaik dalam pembuatannya.
Konsep
dan
inovasi
terbaru
yang
mengadaptasi
dari
keinginan
konsumennya telah dikeluarkan oleh PT Sariwangi, yaitu teh celup Sarimurni.
Sarimurni merupakan inovasi yang dilakukan PT Sariwangi utamanya dalam
produk teh celup, yang secara spesifik menggunakan teknologi pengemasan yang
baru dan lebih baik dari sebelumnya, yaitu teknologi osmofilter. Teknologi
pengemasan osmofilter berfungsi untuk menjaga kemurnian rasa dan warna teh,
sehingga memberikan kepuasan yang optimal bagi konsumennya. Selain itu
Sarimurni memiliki keunggulan dalam segi penyajian yang lebih mudah dan lebih
banyak dibandingkan produk teh lain.
Pada produk teh celup lainnya seperti teh celup Sosro, penggunaan satu
kantung teh hanya maksimum dapat digunakan untuk 2 gelas dengan kualitas
warna, dan rasa teh yang semakin menurun, sedangkan teh celup Sarimurni
penyajian yang dicelupkan pada wadah teh, membuat porsi sajian lebih banyak
5
bisa sampai 5 gelas setiap kantungnya namun kualitas warna, dan rasa tetap baik.
Hal tersebut dikarenakan teknologi yang digunakan oleh produk teh merek Sosro
dan produk teh merek lain pada umumnya masih sebatas merubah bentuk
kemasannya saja tanpa merubah komposisi dan kualitas teh di dalamnya. Namun
kedua merek tersebut telah berkecimpung dalam industri teh celup cukup lama
sehingga dapat dipastikan memiliki konsumen yang cukup besar. Produk merek
Teh Celup Sosro saat ini merupakan pesaing utama dari produk merek Teh
Sarimurni. Teh Sosro yang memiliki peringkat kedua dalam ICSA Index tahun
2009 di bawah merek Teh Sariwangi, turun menjadi peringkat ketiga dibawah
Sarimurni dalam ICSA Index tahun 2012.
Selain dari peringkat ICSA Index, dari data brand share yaitu bagaimana
suatu merek diakui oleh konsumen, merek Sariwangi, Sarimurni dan Teh Sosro
masing-masing memiliki brand share yang terbesar dibandingkan dengan 4
produk lainnya. Hal itu merupakan gambaran umum bagaimana kegiatan
pemasaran kedua merek tersebut mempengaruhi konsumen, sehingga konsumen
mengetahui dan mengakui keberadaan merek-merek produk tersebut dalam
pasaran industri teh celup.
Tabel 4. Peringkat Brand Share Merek Dagang Teh Celup di Indonesia
Tahun 2009 dan Tahun 2012
1.
PT Teh Sariwangi
Sariwangi
Celup
Brand
Share
2009
66,4%
2.
PT Teh Sariwangi
Sarimurni
Celup
-
24,6%
3.
PT Sinar Sosro
Teh Sosro
Celup
10,9%
8,7%
4.
PT Tunggul Naga
2 Tang
Celup
5,6%
-
4.
PT Gunung Slamat
Teh Poci
Celup
4,6%
0,5%
5.
PT Teh Bendera
Teh Bendera
Celup
4,4%
-
6.
Perusahaan Teh Cap Dua
Burung
Teh Tong Tji
Celup
2,3%
7.
Lainnya
-
Celup
-
No
Nama Perusahaan
Merek
Dagang
Kemasan
Brand
Share
2012
74,0%
-
0,3%
Sumber : Marketing dan SWA, 2009 dan 2012 (diolah)
6
Dalam rangka memasarkan produknya perusahaan Sariwangi telah
melakukan berbagai kegiatan promosi antara lain kegiatan Osmo Dance Idol yang
melibatkan ibu-ibu rumah tangga untuk melakukan senam pagi bersama, dan
menikmati berbagai acara yang disediakan. Kegiatan tersebut diluncurkan dalam
rangka menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi teh celup Sarimurni.
Sosialisasi produk yang juga telah dilakukan oleh Sariwangi yang memproduksi
Sarimurni tersebut yaitu dengan memanfaatkan media iklan di televisi dan media
cetak, melalui media-media ini perusahaan produk Sarimurni berusaha
mengkomunikasikan keberadaan produk mereka. Selain itu Teh Sarimurni
merupakan teh celup pertama yang menggunakan teknologi osmofilter, sehingga
diperlukan usaha tambahan bagi PT. Teh Sariwangi, untuk menginformasikan
konsumennya tentang manfaat dari teknologi tersebut. Munculnya teh celup
Sarimurni pada industri teh celup, memberikan tantangan tersendiri bagi PT. Teh
Sariwangi untuk merebut pasar yang ada saat ini, dan menambah pangsa pasar
dari industri teh celup yang ada di Indonesia saat ini. Berdasarkan uraian tersebut,
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah proses keputusan pembelian teh celup secara umum?
2. Bagaimana sikap konsumen teh celup Sarimurni, terhadap merek teh celup
Sosro?
3. Bagaimana kepuasan konsumen teh celup Sarimurni, terhadap merek teh
celup Sosro?
4. Bagaimana formulasi strategi pemasaran produk teh celup Sarimurni
berdasarkan sikap konsumen?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian teh celup secara umum
2. Menganalisis sikap konsumen teh celup Sarimurni terhadap teh celup
Sosro
3. Menganalisis kepuasan konsumen teh celup Sarimurni, terhadap merek teh
celup Sosro
7
4. Memformulasikan strategi pemasaran produk teh celup Sarimurni
berdasarkan sifat konsumen
1.4 Kegunaan Penelitian
1
Konsumen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen untuk
memberikan informasi akan berbagai manfaat yang diperoleh dari
mengkonsumsi teh. Serta memberikan informasi tentang pemilihan produk
teh celup yang berkualitas.
2
Perusahaan
Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat
kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk teh
celup, selanjutnya dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan strategi
pengembangan produk.
3
Instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi acuan
kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.
4
Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam meningkatkan wawasan,
pengetahuan dan keilmuan tentang perilaku konsumen. Bagi penulis,
penelitian ini berguna dalam melatih kemampuan menganalisis masalah
yang terjadi di lapang berdasarkan fakta serta memberikan pengalaman
untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengenal Teh
Menurut silsilah kekerabatan dalam ilmu botani, tanaman teh tergolong
dalam:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Tehaceae
Genus
: Camellia
Teh dapat tumbuh subur di daerah pegunungan di wilayah yang beriklim
tropis. Suhu yang ideal untuk tanaman teh adalah 14-250 C. Teh membutuhkan
sinar matahari yang cukup dan hujan yang merata sepanjang tahun, minimum
curah hujan 2.000 mm/tahun. Teh mempunyai sifat hydriscopic, yaitu cepat
menghisap air dari udara.
Tanaman teh tumbuh subur di daerah berketinggian 200-2.000 m di atas
permukaan laut. Semakin tinggi letak permukaan daerah semakin baik mutu teh
yang dihasilkan, dan jika dibiarkan tumbuh liar dapat mencapai tinggi 9 m. Teh
Assanica dapat mencapai tinggi 12-20 m, di perkebunan teh biasanya dipangkas
secara berkala sehingga tingginya hanya mencapai satu meter, hal ini bertujuan
untuk memudahkan proses pemetikan dan supaya menghasilkan kualitas tunas
atau pucuk daun teh yang lebih baik. Teh dapat dipetik daunnya secara terusmenerus setelah berumur 4-5 tahun selama 40 tahun, setelah itu perlu diremajakan.
Cara memetik daun teh selain mempengaruhi jumlah yang dihasilkan juga
mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan.
Penanaman teh dapat dilakukan dengan biji atau dengan stek daun
(vegetatif propagation), yang sangat umum digunakan adalah dengan stek daun
karena hasilnya lebih cepat dan lebih memuaskan. Untuk menghasilkan daun yang
9
lebih baik, tanaman ini perlu dipupuk setahun 2 kali dengan pupuk yang
mengandung Nitrogen, Phospor, dan Kalium3.
2.2 Sejarah Industri Teh di Indonesia
Pertama kali teh masuk di Indonesia pada tahun 1686, ketika seorang
Belanda bernama Dr. Andreas Clyer membawanya ke Indonesia. Pada saat itu,
penggunaan teh bukan untuk dikonsumsi, namun hanya sebagai tanaman hias.
Kemudian pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh yang
memiliki khasiat cukup banyak, dan mendatangkan biji-biji teh secara besarbesaran dari Cina untuk dibudidayakan di Pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu
berhasil dan baru berhasil setelah tahun 1824. Seorang ahli bedah tentara Hindia
Belanda,
Dr.
Van
Siebold
pernah
mengadakan
penelitian
di
Jepang
mempromosikan usaha pembudidayakan dengan bibit teh dari Jepang.
Kemudian kegiatan penanaman perkebunan dipelopori oleh Jacobson pada
tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah
Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur van Den Bosh, teh
menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam
Paksa (Culture Stelsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan
perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI, sekarang perkebunan dan
perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta4.
Perkebunan teh yang diambil alih oleh pemerintah Indonesia, saat ini
sebagian besar menjadi PT Perkebunan Nusantara (Badan Usaha Milik Negara di
sektor pertanian). Sebagian ada yang diambil alih dan dibeli oleh pengusaha
Indonesia dan menjadi Perkebunan Besar Swasta. Pada awal Repelita I hampir
seluruh usaha perkebunan teh bentuk perkebunan Besar Negara dan Perkebunan
Besar Swasta, sejak Pelita I, mulai dikembangkan Perkebunan Teh Rakyat,
sehingga sekarang di Indonesia ada tiga bentuk usaha perkebunan teh yaitu
perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta, dan Perkebunan Rakyat.
3
4
http://www.sosro.com/indonesia/teh_botol.htm. diakses Tanggal 10 Februari 2012
http://www.sosro.com/indonesia/teh_botol.htm. diakses Tanggal 10 Februari 2012
10
2.3 Perkembangan Makro Ekonomi Terhadap Industri Teh di Indonesia
Usaha perkebunan teh dan pengolahannya merupakan industri yang sudah
berkembang puluhan bahkan ratusan tahun di Indonesia. Perkebunan-perkebunan
teh warisan masa penjajahan Belanda, sebagian kini masih beroperasi di Indonesia
dikelola oleh perusahaan perkebunan negara. Sebagian besar usaha perkebunan
teh adalah usaha perkebunan rakyat. Dengan demikian tidak kecil kontribusi
sektor usaha teh ini di dalam memberikan kesejahteraan kepada para petani kecil
yang hidup di pedesaan.
Saat ini, industri teh diperkirakan menyerap lebih dari 300.000 pekerja di
seluruh Indonesia, dan menghidupi sekitar 1,2 juta buruh tani serta sekitar 1 juta
pedagang eceran maupun distributor. Banyak usaha atau pekerjaan di bidang teh
ini yang telah dilakukan oleh masyarakat secara turun menurun. Secara nasional
kontribusi usaha teh tahun 2001, terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto
masih kecil, yaitu kurang dari 0,1%. Nilai produksi sektor ini mencapai sekitar Rp
1,5 triliun dibanding nilai PDB Indonesia yang sekitar Rp 1.400 trilyun. Namun
demikian, usaha ini menjadi tumpuan harapan dari banyak petani dan masyarakat
desa, yang secara turun menurun keahliannya memang hanya di situ saja. Teh
merupakan salah satu komoditi ekspor tradisionil Indonesia, disamping komoditi
kopi, karet dan coklat. Walaupun relatif stagnan, kontribusi ekspor teh dalam
penerimaan devisa negara ini tidak kecil yaitu mencakup nilai sekitar US$ 100
juta – US$ 112 juta setiap tahunnya5.
Keberadaan perkebunan teh dan pengolahannya di wilayah-wilayah tertentu,
umumnya memberikan dampak positif yang tidak kecil terhadap lingkungan
sekitarnya. Fasilitas infrastruktur seperti jalan, dan drainage sering harus dibangun
sendiri oleh pengusaha perkebunan, sehingga masyarakat di sekitar juga turut
memanfaatkan sarana infrastruktur ini. Tidak sedikit perusahaan perkebunan yang
juga mendirikan fasilitas–fasilitas umum di lingkungannya seperti rumah sakit
atau klinik kesehatan, sekolah, tempat beribadah, dsb.
Usaha perkebunan teh juga telah memberikan dampak positif terhadap
perkembangan industri pengolahan minuman yang berbasis teh seperti teh botol,
5
http://binaukm.com/perkembangan-industri-teh/. diakses Tanggal 10 Februari 2012
11
teh kotak, teh celup dan sebagainya. Usaha perkebunan ini berusaha memberikan
supplai bahan baku yang cukup dengan mutu yang baik dan terjaga secara
konsisten, kepada para industri pengolah teh di Indonesia. Sesungguhnya
perkembangan di sektor industri pengolahan teh, seperti minuman siap saji,
diharapkan dapat meningkatkan rata-rata konsumsi teh dalam negeri yang saat ini
masih sangat rendah.
2.4 Industri Teh Celup di Indonesia
Pengaruh perkembangan teh di Indonesia diawali pada era 1960-an dengan
hadirnya teh saring menggunakan tali yang kemudian akrab disebut sebagai teh
celup. Seiring berjalannya waktu, pengaruh penyebutan kata "celup" untuk teh
menjadi sangat kental di lingkungan masyarakat hingga saat ini.
Teh celup adalah bagian dari teh saring yang menggunakan tambahan tali
sebagai pengendali teh saring, dengan melakukan langkah mencelupkan teh ke
dalam air. Sebaliknya, melihat fisik dari teh saring sangat mudah, yaitu teh
kantung tanpa tali dengan penyajian yang lebih praktis, hanya tinggal
mencampurkan teh saring ke air.
Teh celup saat ini cenderung lebih disukai oleh masyarakat Indonesia, hal
tersebut dikarenakan teh celup memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh
masyarakat Indonesia, yakni penyajian teh yang praktis, rasa teh yang tetap
terjaga, serta kebersihan dari minuman. Pola hidup masyarakat Indonesia yang
semakin sibuk dengan kegiatan sehari-harinya, menuntut para produsen teh untuk
lebih kreatif menciptakan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Industri-industri teh celup swasta di Indonesia sangat sensitif dengan perubahan
yang terjadi dalam masyarakat, sehingga eksistensi mereka dalam industri teh
celup dapat terus dipertahankan dari waktu ke waktu.
Beberapa industri teh swasta yang berkecimpung dan tetap bertahan dari
waktu ke waktu yaitu, PT Teh Sariwangi (Unilever) dan PT Sinar Sosro. PT Teh
Sariwangi dan PT Sinar Sosro merupakan perusahaan terbesar pertama dan kedua
dalam industri teh celup di Indonesia (Marketing dan SWA, 2009). Kedua
perusahaan tersebut secara konstan mempertahankan kualitas dan pelayanan, serta
terus melakukan inovasi dalam upaya mempertahankan konsumennya. Berbagai
12
inovasi yang dilakukan diantaranya dengan merubah kemasan luar dengan
berbagai desain, bentuk dari kemasan, dan yang terakhir dengan teknologi
osmofilter pada teh Sarimurni. Dengan inovasi yang tak ada hentinya tersebut
menunjukan bahwa persaingan antar perusahaan dalam industri teh celup sangat
ketat dengan tujuan yang sama yaitu memuaskan konsumennya.
2.5 Khasiat Teh Terhadap Kesehatan Tubuh Manusia
Teh merupakan minuman kesehatan, selain aromanya yang harum dan
rasanya yang khas, ternyata teh memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh
manusia. Sejak jaman nenek moyang teh dipercaya memiliki berbagai manfaat
untuk mengobati penyakit yang ada pada tubuh manusia. Adapun 8 manfaat
mengkonsumsi teh secara umum, berdasarkan pendapat para pakar kesehatan
yaitu:
1. Antioksidan dalam teh dapat melindungi tubuh dari efek polusi dan
penuaan dini
2. Mengandung sedikit kafein. 1/8 cangkir kopi mengandung 135 mg kafein,
sementara 1 cangkir teh hanya mengandung 30-40 mg kafein sehingga
tidak membuat sakit kepala atau susah tidur
3. Mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Teh membuat peredaran
darah lancar dan bersih. Hasil studi di Belanda memperlihatkan, orang
yang minum 2-3 cangkir teh hitam perhari memiliki sedikit risiko
serangan jantung daripada yang tidak pernah minum teh.
4. Perkuat tulang. Ternyata bukan hanya kalsium susu yang membuat
tulang anda kuat, orang yang rutin minum teh memiliki massa tulang
lebih padat.
5. Cegah Infeksi. Kandungan teh bisa memperkuat sistem kekebalan dan
menangkal serangan infeksi.
6. Atasi kanker. Zat antioksidan bernama polyphenols yang ada dalam teh
dapat memerangi kanker.
7. Bebas kalori. Tanpa tambahan pemanis, gula atau susu, teh tetap bebas
kalori.
13
Kemudian menurut Direktorat Gizi-Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, setiap 100 gram teh mengandung berbagai bahan-bahan sebagai
berikut :
Tabel 5. Kandungan Mineral Dalam 100 Gram Teh
No
Bahan-Bahan
Volume
1. Kalori
132
2. Lemak
0,7
3. Kalsium
717
4. Besi
11,8
5. Vitamin B
0,01
6. Air
7,6
7. Protein
19,5
8. Karbohidrat
67,8
9. Fosfor
265
10. Vitamin C
300
Satuan
Gram
Gram
Miligram
Miligram
Miligram
Gram
Gram
Gram
Miligram
Miligram
(Sumber : http//www.sosro.com/indonesia/teh_botol.htm)
2.6 Penelitian Terdahulu
Menurut Panjaitan (2000) motif perilaku konsumen dalam suatu pasar
berbeda-beda. Hal ini dicirikan dengan karakteristik masing-masing konsumen
dalam suatu segmen pasar. Selain itu hal yang harus diperhatikan dalam
memasuki usaha industri minuman khususnya teh kemasan botol adalah strategi
harga dan saluran distribusi. Kegiatan saluran distribusi sebaiknya dipilih saluran
distribusi insentif dan diusahakan dekat dengan konsumen. Memfasilitasi para
pengecer dengan pakaian yang berlogo dan berslogan perusahaan. Media promosi
yang paling tepat adalah televisi dan bentuk promosi yang mengarah kepada
keputusan individu dalam mengkonsumsi teh dalam kemasan botol.
Menurut Widianingrum (2001) telah melakukan penelitian terhadap
responden yang berdomisili di Kodya Bekasi berjumlah 100 orang, menemukan
bahwa “positioning” teh botol sosro lebih unggul dibandingkan dengan merek teh
botol pesaing seperti TeKita, Hi-C dan 2 Tang karena merek-merek tersebut sulit
untuk didapatkan. Dalam penelitiannya Widianingrum menetapkan ada beberapa
atribut teh botol seperti produk mudah didapat, manisnya pas, aroma, mutu,
higienis, kemasan bersih, kemasan dingin dan harga yang perlu diperhatikan.
Widianingrum menemukan bahwa sosro adalah jenis minuman yang sering
dikonsumsi oleh semua jenis kelamin, semua kelompok umur, semua kelompok
pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pengeluaran perbulan ada beberapa
14
persamaan yang mengatakan bahwa produk TBS mudah didapat, mutu terjamin
dan higienis.
Adityo (2006), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Preferensi
konsumen Terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro Kemasan Botol di Kota
Bogor”. Penelitian tersebut dilakukan di Kota Bogor karena Kota Bogor
merupakan tempat yang menjadi awal pendistribusian Frestea. Tujuan penelitian
tersebut adalah 1) mengkaji sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan The
Sosro dalam kemasan botol, 2) membandingkan sikap konsumen terhadap
Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol, 3) Rekomendasi terhadap
perusahaan berdasarkan strategi bauran pemasaran. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan November-Desember 2003. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah pengambilan sampel secara kebetulan (convenience sampling)
yang termasuk ke dalam teknik pengambilan sampel non peluang. Jumlah
responden yang digunakan berjumlah 100 orang dan responden diambil
berdasarkan konsumen yang pernah mengkonsumsi Frestea, Tekita, dan The
Sosro kemasan botol. Metode analisis data yang digunakan adalah Model
Multiatribut Fishbein. Untuk melihat hasil penilaian konsumen terhadap ketiga
merek produk teh kemasan botol tersebut digunakan diagram semantic differentia.
Hasil penelitian di dapat bahwa dari delapan atribut yang diteliti, penilaian
konsumen terhadap Frestea kemasan botol cukup baik. Dari ketiga merek yang
ada Frestea dengan nilai sikap sebesar 20,00 menduduki peringkat ketiga
dibandingkan dengan kedua merek lainnya yaitu Teh Sosro sebesar 26,71 dan
Tekita sebesar 20,35. Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang cukup
baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang
lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh
konsumen. Hasil analisis menggunakan diagram semantic differentia didapatkan
suatu strategi pemasaran yang dimunculkan dalam strategi bauran pemasaran.
Strategi bauran pemasaran mencakup strategi harga, strategi produk, strategi
distribusi atau tempat dan strategi promosi.
Sitorus (2005), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku
Konsumen Dalam Proses Pembelian Teh Merek Frestea di Kecamatan Bogor
Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses keputusan
15
pembelian minuman teh merek Frestea, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian teh merek Frestea. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel yang merupakan
kombinasi antara Accidental dan Judgement Sampling. Pengumpulan data
dilaksanakan di Kecamatan Bogor Tengah pada tiga kelurahan yaitu Tegallega,
Sempur, dan Paledang selama bulan Mei 2005. Pengambilan responden dilakukan
di warung-warung, toko, minimarket, maupun tempat-tempat makan yang menjual
Frestea. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan Analisis Faktor
dan Analisis Deskriptif. Hasil dari analisis tahap proses keputusan menunjukkan
bahwa alasan yang memotivasi konsumen adalah karena rasa haus. Manfaat utama
yang dicari adalah rasa segar. Pengetahuan tentang manfaat dan penampilan
produk ternyata kurang berpengaruh terhadap pembelian Frestea dan alasan
membeli Frestea adalah bahwa Frestea lebih menyegarkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian teh merek Frestea terdiri dari lima
komponen utama, yaitu (1) faktor merek yang terdiri dari variable manfaat,
kualitas kemasan, iklan/promosi, tempat pembelian dan situasi pembelian, (2)
faktor internal produk terdiri dari variabel kemudahan memperoleh, pengalaman
pembelian, ukuran kemasan dan kualitas produk, (3) faktor gaya hidup terdiri dari
variabel kesegaran dan kepraktisan, (4) faktor pengaruh lingkungan terdiri dari
variabel keluarga dan rasa haus, dan (5) faktor ekonomi yang terdiri dari variabel
dan pendapatan harga.
16
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Definisi Konsumen
Konsumen adalah seseorang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan
dan penggunaan dari suatu produk dalam rangka memenuhi tujuan penggunaan,
kebutuhan dan kepuasannya. Menurut Sumarwan (2003) konsumen dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi.
Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya
sendiri tetapi juga digunakan orang lain seperti anggota keluarga dan teman.
Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam penggunaan barang dan
jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis yayasan dan
lembaga lainnya merupakan konsumen yang menggunakan produk untuk
menjalankan kegiatan organisasinya.
3.2 Perilaku Konsumen
Menurut Engel, et.al (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului serta keputusan untuk
menindaklanjuti tindakan di atas. Perilaku kosnumen merupakan aspek penting
yang harus diperhatikan oleh produsen dengan tujuan memberikan kepuasan
kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari
bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya
yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan produk dan jasa yang
mereka inginkan. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan konsumen
terhadap berbagai rangsangan yang dipengaruhi dan dibentuk oleh tiga faktor
yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta psikologis.
Perilaku konsumen secara sederhana mempelajari tentang apa yang dibeli
konsumen, mengapa konsumen membelinya, kapan mereka membelinya, dimana
mereka membelinya, berapa serimg mereka membelinya, dan berapa sering
mereka mengkonsumsinya, (Sumarwan, 2003).
17
a. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima
atau menolak suatu obyek. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai
evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara
menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan.
Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan obyek sikap.
Sikap yang dipegang konsumen terhadap atribut produk memainkan peranan
penting dalam menentukan sikap terhadap produk.
Sikap adalah ekspresi perasaan yang menggambarkan preferensi
seseorang atau ketidaksukaan seseorang pada suatu obyek. Obyek sikap
didefinisikan sebagai produk, kategori produk, merek, jasa kepemilikan,
kegunaan produk, harga, media atau pengecer.
Beberapa sikap penting dari sikap adalah kepercayaan dalam
memegang sikap dan sifat dinamis, sehingga dapat berubah bersama waktu.
Sikap dapat berbeda dalam beberapa dimensi, antara lain valensi yang
menunjuk apakah sikap itu positif, negatif dan netral. Selain itu dapat pula
berbeda pada ekstrimisitas yaitu intense menyukai atau tidak menyukai yang
menunjukkan derajat kesukaan. Kemudian resistensi sikap yang terhapus
secara lambat akibat perubahan waktu.
Sikap memiliki banyak karakteristik atau sifat. Menurut Engel et al.
(1994) sikap memiliki sifat yang dinamis, sehingga sikap dapat berubah-ubah
dan dipengaruhi. Solomon (1991) menyatakan bahwa sifat yang penting dari
sikap adalah kepercayaan. Solomon menggambarkan sebuah efek hierarki dari
sikap yang dimulai dari kepercayaan sebelum sikap terbentuk perlu adanya
kepercayaan yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dan pada akhirnya
memunculkan perilaku dan tindakan.
b. Persepsi
Persepsi dapat digambarkan sebagai cara seseorang melihat dunia
disekitarnya. Dua individu mungkin menerima stimulus yang sama dalam
kondisi yang sama pula, namun cara dalam menyeleksi, mengorganisasi, dan
menginterpretasi stimulus tersebut dapat berbeda, bergantung pada kebutuhan,
nilai, dan harapan konsumen tersebut. Persepsi didefinisikan sebagai cara
18
individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi
gambaran yang berarti.
Persepsi terdiri atas tiga tahap, yaitu pemaparan, perhatian, dan
pemahaman. Pada tahap pemaparan, konsumen menerima stimulus yang
berasal dari produsen, sehingga konsumen merasakan sensasi, yaitu respon
langsung dan cepat dari panca indera terhadap stimulus yang datang, seperti
iklan, kemasan atau merek (Sumarwan 2003).
Persepsi akan memiliki
hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan,
memori, dan persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya,
persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui
interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu
rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tahap pemaparan
stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya. Pada tahap
perhatian, konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi
rangsangan. Akhirnya, konsumen akan menyusun dan menerjemahkan
informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut yang disebut
sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera.
Pemaparan
Perhatian
Pemahaman
Persepsi
(exposure)
Gambar
1. Proses terbentuknya
dan Minor 2002)
(exposure
(exposure) persepsi (Mowen
(exposure)
)
3.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian dimulai apabila konsumen menyadari suatu
masalah atau kebutuhan terhadap suatu produk yang diinginkan. Proses pembelian
menggambarkan alasan mengapa seseorang lebih menyukai, memilih dan
membeli suatu produk dengan merek tertentu. Pengambilan keputusan pembelian
atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu harus melalui lima
tahapan yang harus dilakukan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian
(hasil). Adapun tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
19
a. Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang akan mendorong seseorang
tersebut melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya, hal ini
disebut dengan motivasi. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan
ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan sesungguhnya
dirasakan (Sumarwan, 2003). Proses pembelian produk dimulai ketika
seorang konsumen merasa dan mengenali kebutuhannya. Menurut Engel,
et.al (1994), pengenalan kebutuhan adalah konsumen mempersepsikan
perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang
memadai untuk mengaktifkan proses keputusan.
Pada tahap ini konsumen mencari manfaat apa yang akan didapatkan
dalam mengkonsumsi suatu produk termasuk juga mengungkapkan
motivasi apa sehingga konsumen ingin mengkonsumsi produk tersebut.
Timbulnya kebutuhan dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan internal
dan eksternal. Rangsangan internal merupakan kebutuhan dasar konsumen
yang dimunculkan oleh faktor dari diri konsumen itu sendiri menjadi
sebuah dorongan yang memotivasi untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Rangsangan eksternal dapat dimunculkan oleh faktor luar dari diri
konsumen tersebut (Sumarwan, 2003).
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi, sebagai tahap kedua dari proses pengambilan
keputusan pembelian oleh Engel, et.al (1994) didefinisikan sebagai
pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen kemudian disimpan di
dalam ingatan (pencarian internal). Pencarian informasi yang relevan dari
lingkungan (pencarian eksternal). Pencarian informasi mulai dilakukan
ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa terpenuhi
dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Pencarian informasi dapat bersifat internal atau eksternal. Pencarian
internal lebih dahulu terjadi setelah pengenalan kebutuhan. Pencarian
informasi internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk
melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di
dalam ingatan jangka panjang, sedangkan pencarian informasi secara
20
eksternal adalah pengumpulan informasi tambahan berbagai produk dari
lingkungan atau pasar.
Pencarian informasi yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu situasi pencarian, ciri-ciri produk, lingkungan eceran, dan
karakteristik konsumen. Sumber pengaruh situasi adalah tekanan waktu,
situasi yang mendesak mengakibatkan konsumen hanya mempunyai waktu
yang sangat sedikit untuk melakukan pencarian informasi. Ciri-ciri produk
dapat mempengaruhi pencarian konsumen diantaranya adalah tngkat
diferensiasi produk, harga produk dan stabilitas kategori produk.
Lingkungan eceran juga mempengaruhi pencarian konsumen. Jarak
diantara pesaing eceran dapat menentukan banyaknya toko yang menjadi
tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan pembelian.
Karakterisitik konsumen meliputi pengetahuan keterlibatan, kepercayaan
dan sikap serta karakteristik demografi secara kuat menentukan perilaku
konsumen (Engel, et.al, 1994).
c. Evaluasi Alternatif
Engel, et.al, 1994) mendefinisikan evaluasi alternatif adalah suatu
proses pemilihan alternatif yang dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Pada tahap evaluasi alternatif konsumen mengevaluasi
alternatif-alternatif untuk pengambilan keputusan.
d. Keputusan Pembelian
Tindakan pembelian adalah tahap terakhir di dalam model perilaku
konsumen. Pada tahap pembelian konsumen harus mengambil keputusan
yang terbaik. Menurut Engel, et.al, (1994) pembelian merupakan fungsi
dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan.
Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu juga memegang peranan
dalam membentuk keputusan pembelian. Kotler (2002) mengemukakan
terdapat dua faktor yang mempengaruhi niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama yaitu pendirian orang lain, sejauh apakah sikap
orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang. Faktor yang
kedua yaitu faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan
mengubah niat pembelian.
21
e. Evaluasi Pasca Pembelian
Setelah proses pembelian akan terjadi evaluasi yang dilakukan oleh
konsumen. Hasil dari evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan dan
ketidakpuasan. Jika kepuasan yang diperoleh maka sikap dan keyakinan
akan berhubungan positif terhadap pembelian selanjutnya. Namun jika
diperoleh ketidakpuasan, maka sikap dan keyakinan akan berhubungan
negatif dengan pembelian selanjutnya.
3.4 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen
Pada perilaku komsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh
beberapa faktor karena keputusan pembelian tidak terbentuk begitu saja. Hal
tersebut didasarkan pada adanya variasi dalam proses keputusan yang diambil
oleh konsumen. Menurut Engel et.al, (1994) faktor-faktor yang menjadi
determinan dalam proses keputusan pembelian adalah:
1. Pengaruh Lingkungan
Engel et.al, (1994) mengungkapkan bahwa lingkungan konsumen yang
kompleks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku
konsumen. Pengaruh lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor
lingkungan tersebut terdiri dari:
a.
Budaya
Menurut Kotler (2002), faktor budaya merupakan faktor yang memiliki
pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Budaya mampu memberikan
pengaruh sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Engel
et.al, (1994) menyatakan bahwa budaya memberikan tiga pengaruh utama
dalam proses keputusan pembelian yaitu struktur konsumsi, pengambilan
keputusan individu dan variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi
produk. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,
artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna pada individu untuk
membantu berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai
anggota masyarakat (Engel et.al, 1994).
22
b.
Kelas Sosial
Masyarakat memiliki stratifikasi yang dikenal sebagai kelas sosial.
Menurut Engel et.al, (1994) kelas sosial didasarkan pada nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan
tapi indikator lainnya seperti indikator demografi yaitu pekerjaan,
pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Kelas sosial akan mencerminkan
perilaku yang berbeda terhadap pembelian produk. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang menarik bagi pemasar karena kelas sosial dapat
memilih dan membeli produk yang sesuai dengan gaya hidup. Pemasar
perlu cermat dalam memasarkan produk untuk segmen konsumen dengan
variabel kelas sosial. Hal tersebut didasarkan kelas sosial menunjukkan
preferensi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang
seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang dan mobil
(Kotler, 2002)
c.
Pengaruh Pribadi
Kepercayaan, sikap dan prilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain
digunakan sebagai kelompok acuan terutama dalam pencarian informasi.
Pengaruh dari kelompok acuan terjadi dengan tiga cara yaitu utilitarian,
nilai ekspresif dan informasional (Engel et.al, 1994). Selain kelompok
acuan, komunikasi lisan dari pemimpin opini menjadi dampak pribadi
yang menonjol (Engel et.al, 1994). Variabel yang penting dalam pengaruh
pribadi adalah keterlibatan. Peningkatan keterlibatan terjadi jika pilihan
yang dibuat dapat mempengaruhi kelas sosial konsumen. Selain itu
keterlibatan yang tinggi juga akan memunculkan informasi dari orang
yang dipercaya. Pengaruh pribadi menjadi sebab dan hasil dari keterlibatan
yang tinggi.
d.
Keluarga
Keluarga menjadi unit keputusan utama dengan pola peranan dan fungsi
yang kompleks dan bervariasi. Pada perilaku konsumen, keluarga menjadi
faktor penting karena adanya konsumen ganda yang bertindak sebagai unit
keluarga dalam membeli produk dan adanya pengaruh dari anggota
keluarga yang lain ketika ada pembelian individu (Engel et.al, 1994)
23
e.
Situasi
Perilaku konsumen terjadi dalam suatu situasi. Pengaruh situasi tidak
hanya melibatkan orang tapi juga melibatkan obyek. Pengaruh situasi
dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus pada
waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan
karakteristik obyek (Engel et.al, 1994).
2. Perbedaan Individu
Faktor internal yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku
konsumen adalah adanya perbedaan individu. Engel et al (1994) menyatakan
lima komponen yang mendasari individu berbeda dalam proses pengambilan
keputusan. Komponen tersebut antara lain:
a.
Sumberdaya konsumen
Sumberdaya yang digunakan konsumen dalam proses pembelian adalah
sumberdaya ekonomi, temporal dan kognitif. Sumberdaya konsumen
memiliki pengaruh penting terutama sumberdaya ekonomi yang dapat
menggambarkan daya beli konsumen terhadap produk. Persepsi konsumen
terhadap sumberdaya yang tersedia dapat berpengaruh terhadap kesediaan
untuk menggunakan waktu dan uang untuk pembelian produk (Engel et
al,1994)
b.
Motivasi dan Keterlibatn
Motivasi dan keterlibatan saling berkaitan, Engel et al (1994) menyatakan
bahwa keterlibatan merupakan faktor pengaruh yang potensial dan mampu
mempengaruhi motivasi dalam proses keputusan pembelian. Kebutuhan
menjadi variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai
perbedaan yang didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya
yang memadai untuk mengaktifkan perilaku. Jika kebutuhan diaktifkan
maka akan menimbulkan dorongan yang disalurkan untuk tindakan
pembelian. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi dalam tindakan
pembelian dan konsumsi. Jika keterlibatan tinggi maka ada motivasi untuk
memperoleh dan mengolah informasi.
24
c.
Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan.
Pengetahuan merupakan faktor penentu utama dalam perilaku konsumen.
Hal tersebut dapat dilihat dari produk yang dibeli konsumen, tempat
pembelian dan waktu pembelian bergantung pada pengetahuan yang
relevan tentang keputusan pembelian (Engel et al, 1994). Pengetahuan
konsumen terbagi dalam tiga jenis yaitu pengetahuan produk mencakup
kesadaran merek dalam kategori produk, terminologi produk, atribut
produk dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan merek
spesifik, pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang
dimiliki konsumen tentang pemerolehan produk dan pengetahuan
pemakaian yang mencakup informasi dalam ingatan tentang penggunaan
suatu produk dan hal yang diperoleh dalam penggunaan produk.
d.
Sikap
Sikap didefinisikan oleh Engel et al (1994) sebagai suatu evaluasi
menyeluruh
yang
memungkinkan
orang
merespon
dengan
cara
menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif
yang diberikan. Sikap konsumen tergantung dari pengalaman dengan suatu
produk jika pengalaman baru dirasakan oleh konsumen terutama untuk
membantu pengambilan keputusan yaitu mengindentifikasi pangsa pasar
meramalkan perilaku masa datang dan mengevaluasi pemasaran yang
potensial.
e.
Kepribadian, gaya hidup dan demografi
Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan faktor-faktor yang
saling berkaitan untuk menunjukkan adanya perbedaan individu dalam
konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian dan gaya hidup
merupakan faktor yang lebih mudah dilihat dibandingkan motivasi dan
pengetahuan. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang
dapat berbeda dengan hasil tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan
lama terhadap lingkungannya (Kotler, 2002). Kepribadian biasanya
digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi,
otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan
25
kemampuan beradaptasi. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana
orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel et all,1994). Gaya
hidup merupakan cerminan dari nilai konsumen. Gaya hidup merupakan
konsep kontemporer dan komprehensif dan dapat berubah lebih cepat.
3. Proses Psikologis
Proses psikologis terdiri dari tiga proses sentral yang membentuk
motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemerosesan informasi, pembelajaran
dan perubahan sikap dan perilaku (Engel et al 1994)
a. Pemrosesan Informasi
Komunikasi menjadi faktor penting dalam pemasran karena berkaitan
dengan proses pengolahan informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada
proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan
akan diambil kembali (Engel et al 1994). Pemrosesan informasi terdiri dari
beberapa tahapan yaitu, pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan
dan retensi (Engel et al 1994).
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Perspektif yang
digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran
kognitif dan pembelajaran behaviourisme.
c.
Perubahan Sikap dan Perilaku
Perubahan sikap dan perilaku konsumen menjadi sasaran utama pemasaran.
Sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh komunikasi persuasif. Selain
komunikasi persuasive, sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi
oleh modifikasi perilaku seperti dorongan dan komitmen.
3.5 Atribut Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi kebutuhan keinginan atau kebutuhan, produk yang dipasarkan meliputi
barang dan jasa (Kotler, 2002). Secara umum seluruh bagian, sifat-sifat yang
terdapat pada suatu produk dan wujud produk tersebut dinamakan karakteristik
produk. Menurut Engel, et.al (1994), karakteristik produk yang berfungsi sebagai
atribut evaluatif selama pengambilan keputusan disebut sebagai atribut produk.
26
Penilaian terhadap atribut produk dapat menggambarkan sikap konsumen
terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen
dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.
Pengetahuan konsumen tentang atribut yang dimiliki suatu produk berbeda
untuk setiap individunya, hal ini disebabkan karena saluran informasi tingkat
ketertarikan dan tingkat pendidikan konsumen berbeda. Atribut produk terdiri dari
dua tipe, yaitu : atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciriciri fisik suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik
subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).
1. Model Multiatribut Fishbein
Model Sikap Multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap
terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Salah satu model
sikap multiatribut yang biasanya dipakai adalah model atribut Fishbein (Engel et
al., 1994). Model multiatribut Fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen
mengkombinasikan keyakinan mereka mengenai atribut-atribut produk sehingga
akan membentuk sikap mereka terhadap berbagai merek alternatif. Apabila
konsumen memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu merek, maka produk
tersebut akan dipilih dan dibelinya. Model Fishbein memungkinkan para pemasar
mendiagnosis kekuatan dan kelemahan suatu merek produk secara relatif
dibandingkan dengan merek pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut penting. Konsumen
harus memperhatikan merek dari suatu
produk ketika mengevaluasi atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek
tersebut (Sumarwan, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengevaluasi dan
memberi nilai kepercayaan, seorang konsumen haruslah mengenal produk dan
pernah merasakan manfaat dari produk tersebut.
3.6 Kepuasan Pelanggan
Di dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya
sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap
27
konsumsi yang telah dilakukannya. Proses ini disebut sebagai evaluasi alternatif
pasca pembelian atau pasca konsumsi. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi
adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek yang
telah dilakukannya. Setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa, konsumen
akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang
dikonsumsinya.
Kepuasan
akan
mendorong
konsumen
membeli
dan
mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan yang tidak puas akan
menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan
konsumsi produk tersebut. Sumarwan (2003) menjelaskan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan
konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen
dari produk yang dibeli tersebut. Ketika konsumen membeli produk, maka mereka
akan memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product
performance). Pembentukan kepuasan konsumen dapat dijelaskan melalui teori
kepuasan (the expectancy disconfirmation model) yang dapat dilihat secara jelas
pada Gambar 2.
Kebutuhan dan
keinginan pelanggan
Tujuan perusahaan
Produk
Harapan pelanggan
terhadap produk
Nilai produk bagi
pelanggan
Tingkat kepuasan
pelanggan
Gambar 2. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan
(Sumber : Rangkuti, 2006)
Kepuasan adalah langkah perbandingan antara pengalaman dengan hasil
evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara rohani, bukan hanya
nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Puas atau tidak puas bukan
merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi. Penelitian
mengenai kepuasan konsumen menjadi topik sentral dalam dunia riset pasar dan
berkembang pesat (Kotler, 2003).
Menurut Rangkuti (2006), metode pengukuran yang akan dilakukan adalah
dengan menggunakan metode survei. Pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
28
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung melalui pertanyaan kepada
pelanggan dengan ungkapan sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas,
puas dan sangat puas.
2. Responden
diberi
pertanyaan
mengenai
seberapa
besar
mereka
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka
rasakan.
3. Responden diminta menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi
yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan diminta untuk
menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.
4. Responden
diminta
merangking
elemen
atau
atribut
penawaran
berdasarkan derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja
perusahaan pada masing-masing elemen.
Menurut Rangkuti (2006), kepuasan pelanggan dapat diukur dengan
beberapa cara, salah satunya melalui pendekatan secara terstruktur (structured
approach). Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan
pelanggan. Salah satu teknik yang paling popular adalah Semantic Differential
dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya adalah responden diminta untuk
memberikan penilaiannya terhadap suatu produk atau fasilitasnya (misalnya
supermarket,
rumah
sakit).
Penilaian
juga
dapat
dilakukan
dengan
membandingkan suatu produk atau fasilitas dengan produk atau fasilitas lainnya,
dengan syarat variabel yang diukur sama. Pendekatan secara terstruktur dilakukan
dengan dua metode yaitu Importance-Performance Analysis dan Customer
Satisfaction Index (CSI).
1. Importance-Performance Analysis.
Metode Importance-Performance Analysis merupakan suatu teknik
penerapan yang praktis untuk mengukur atribut dari tingkat pelaksanaannya dan
tingkat kepentingan atribut itu sendiri. Importance-Performance Analysis (IPA)
merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan
apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi
meningkatkan kepuasan pelanggan. Pemakaian konsep tingkat kepentingan akan
dapat diperoleh persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya atribut tersebut
29
dimata pelanggan. Skala Likert (1, 2, 3, 4, 5) digunakan sebagai indikator skala
ukuran kuantitatif untuk tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan dan
tingkat pelaksanaan atau kinerja secara nyata dari merek teh celup Sarimurni dan
Sosro.
Selanjutnya
angka-angka
penilaian
masing-masing
atribut
akan
diperhitungkan sebagai tingkat pelaksanaan dan tingkat kepentingan. Pada
Diagram Kartesius sumbu x adalah skor tingkat pelaksanaan rata-rata per
responden dan sumbu y adalah skor tingkat kepentingan rata-rata per responden.
Diagram Kartesius akan terdiri dari empat buah kuadran yang terjadi karena
pembatasan sumbu x dan sumbu y. hasil perhitungan rata-rata dari skor rata-rata
bobot tingkat pelaksanaan atau kinerja merek (nilai x) dan rata-rata dari skor ratarata bobot tingkat kepentingan (nilai y), selanjutnya akan dipetakan pada Diagram
Kartesius tersebut. Selanjutnya berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan
alternatif strategi sesuai posisi atribut pada setiap kuadran.
2. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan
konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang
kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut
lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen
(Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja
(performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan.
3.7 Strategi Pemasaran
Perusahaan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dengan mengubah
bauran pemasaran yang didasarkan pada pengamatan terhadap perilaku konsumen.
Empat faktor bauran pemasaran meliputi :
1. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kotler, 2002). Penilaian konsumen
terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel atribut, merek,
30
kemasan dan label yang menyertai produk tersebut. Atribut produk yang terdiri
dari mutu, ciri-ciri dan model merupakan suatu alat untuk membedakan produk
yang satu dengan produk pesaing lainnya. Selain itu, ciri-ciri dan model sudah
menarik perhatian konsumen dan tentunya produk tersebut dapat menjadi salah
satu alternatif ketika konsumen masih dalam tahap pencarian informasi. Tugas
pemasar adalah untuk menyampaikan hal-hal mengenai atribut-atribut produk
tersebut secara tepat kepada konsumen yang tepat pula.
2. Harga (Price)
Harga didefinisikan sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu
produk atau jasa (Kotler, 2002). Harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap
produk yang dibeli merupakan apresiasi konsumen terhadap kepuasan yang
diperoleh dari pembelian produk tersebut. Bagi perusahaan sangatlah penting
untuk mempelajari harga jual dan mutu dari setiap pesaingnya, bagaimana
anggapan konsumen terhadap kualitas dan harga produknya, serta harus
mengetahui sejauh mana reaksi permintaan terhadap perubahan harga.
3. Tempat (Place)
Tempat berkaitan dengan saluran pemasaran distribusi. Saluran pemasaran
adalah organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses untuk
menjadikan suatu produk atau dikonsumsi (Kotler, 2002). Sedangkan distribusi
diartikan sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk
menyalurkan, menyebarkan, mengirim serta menyampaikan barang yang
dipasarkan kepada konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Promosi sangat berperan dalam mengkomunikasikan produk kepada
konsumen sasaran. Kotler (2002) menyebutkan empat alat utama bauran promosi
yaitu iklan, promosi penjualan, publikasi dan penjualan pribadi. Iklan mempunyai
tujuan untuk menginformasikan, menciptakan image jangka panjang dan
menstimulasikan penjualan jangka pendek. Keefektifan suatu iklan harus diukur
dari tercapai tidaknya tujuan-tujuan tersebut. Promosi penjualan merupakan
31
insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian. Terlepas dari alat promosi
manapun yang akan digunakan pemasar, promosi yang baik dan efisien adalah
promosi yang akan membuat konsumen mengenal produk dan dapat
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tersebut.
3.8 Kerangka Pemikiran Operasional
Semakin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap minuman teh,
menuntut industri teh untuk memproduksi minuman tersebut agar dapat
memenuhi kebutuhan pasar. Hal tersebut menjadi peluang bagi produsen untuk
dapat memasarkan produk teh, khususnya para produsen teh celup agar menjadi
lebih baik lagi. Selain didukung oleh peningkatan pertumbuhan pasar setiap
tahunnya, tentunya akan menimbulkan persaingan yang kompetitif. Adanya
perubahan pola konsumsi pada konsumen teh di Indonesia khususnya untuk
kalangan remaja dan dewasa yang mengkonsumsi teh lebih karena menyadari
manfaat kesehatan yang diperoleh dari teh tersebut, serta dengan penyajian yang
cepat, praktis, bersih dan rasa yang khas sangat memungkinkan hal tersebut untuk
dijadikan target pasar.
Konsumen teh khususnya kalangan dewasa dan orang tua cenderung
memiliki sifat yang kritis terhadap apa yang mereka konsumsi. Hal tersebut
dikarenakan konsumen kalangan dewasa dan orang tua telah memiliki cukup
pengalaman, sebagai upaya mereka dalam setiap pengambilan keputusan.
Kesadaran mereka dalam mengkonsumsi minuman yang sehat seperti teh celup
sangat menentukan dalam pemilihan produk yang mereka konsumsi.
Meski Sariwangi merupakan leader dalam minuman teh celup, namun
untuk produk baru yang dikeluarkan Sariwangi, yaitu teh celup Sarimurni
merupakan produk yang baru. Sarimurni memiliki bentuk kantung kemasan
bundar, dengan teknologi penyaringan osmofilter merupakan salah satu inovasi
terbaru yang dikeluarkan Sariwangi dalam upaya memenuhi kebutuhan
konsumennya. Dengan kondisi tersebut bukanlah hal yang mudah bagi Sarimurni
untuk bersaing walau memiliki keunggulan teknologi. Sebagai rival utama
Sarimurni, Teh Celup Sosro tentunya telah memiliki konsumen dengan jumlah
yang cukup banyak sejak dahulu.
32
Sehingga sangat menarik untuk dianalisis mengenai bagaimana sikap
konsumen terhadap Teh Celup Sarimurni dibandingkan dengan pesaingnya Teh
Celup Sosro. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor proses keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Adapun proses keputusan pembelian
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis secara deskriptif, data
mengenai proses keputusan pembelian disajikan dengan tabulasi sederhana.
Sedangkan untuk mengukur sikap konsumen terkait produk Teh Celup Sarimurni
yakni dianalisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein. Selanjutnya
akan dianalisis pula bagaimana tingkat kepuasan konsumen Teh Celup Sarimurni
terhadap Teh Celup Sosro, dengan menggunakan metode ImportancePerformance Analysis, dan analisis Customer Satisfaction Index. Sehingga dapat
dihasilkan sebuah rekomendasi strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh Teh
Celup Sarimurni. Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
33
Sarimurni
a.
b.
Peluang
Peningkatan rata-rata konsumsi teh
masyarakat Indonesia sebesar 5% per
tahun
Perubahan Pola Konsumsi
Masyarakat Dewasa & Orang Tua
yang Menyukai Mengkonsumsi
Minuman Menyehatkan Seperti Teh.
Kendala
Persaingan yang Ketat Terkait Inovasi
Produk dan Teknologi dengan Teh
Celup Sosro
Atribut Produk Teh Celup
a.
Harga
b.
Rasa Teh
c.
Komposisi
d.
Kejelasan Tanggal Kadaluarsa
e.
Khasiat
f.
Kemudahan Mendapatkan, dll
Analisis Sikap
Analisis Multiatribut
Fishbein
Proses Keputusan Pembelian
Konsumen Teh Celup
a.
b.
c.
d.
e.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil/Pasca Pembelian
Analisis Kepuasan
Importance
Performance
Analysis
Customer
Satisfaction
Index
Analisis Deskriptif
Rekomendasi Strategi Pemasaran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Giant Hypermart, Botani Square, Bogor. Botani
Square merupakan salah satu mall terbesar di Kota Bogor dengan luas 42.000 m2
dan di buka pada tahun 2006. Botani Square memiliki lokasi yang strategis karena
berada di pintu keluar tol Bogor (Jagorawi), bersebelahan dengan terminal bus
Damri, dan berdekatan dengan terminal bus umum Barangsiang Bogor. Botani
Square memiliki beberapa tenant ternama seperti Giant Hypermart, Electronic
City, Botani XXI, Toko Buku Gramedia, J.Co, Starbucks, dll. Giant Hypermart
sebagai salah satu tenant Botani Square Bogor menjual berbagai macam produk
seperti makanan, minuman, barang-barang rumah tangga, dan produk beragam
lainnya. Giant Hypermart telah menjadi tenant sejak tahun 2006, dan memiliki
variasi produk yang dijual terlengkap dibandingkan dengan Giant Hypermart lain
di kota Bogor. selain itu Giant Hypermart memiliki rata-rata pengunjung 8.000
orang per hari. Kegiatan penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan
Oktober-Desember 2011.
4.2 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menentukan
lokasi tempat penelitian secara langsung di tempat yang menjual produk
Sarimurni dan Sosro. Kemudian untuk penyebaran kuesioner, calon responden
yang sedang mengunjungi Giant Hypermart ditanya tentang kesediannya untuk
menjadi responden dan jika bersedia baru dilakukan wawancara dengan
menggunakan kuisioner. Penggunaan cara penyebaran kuesioner diatas, adalah
adanya pertimbangan bahwa informasi yang diperoleh dari responden yang sudah
pernah mengkonsumsi kedua produk dapat membandingkan kedua merek tersebut
secara jelas. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel yaitu sebanyak 100
orang. Wawancara akan disesuaikan dengan kesediaan responden untuk
diwawancarai.
35
4.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menunjukkan bagaimana cara-cara untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Jenis data yang dikumpulkan
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang meliputi:
a. Data karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, pendapatan) dan karakteristik
sosial ekonomi keluarga (status pernikahan, jumlah anggota keluarga,
pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan).
b. Data sikap, preferensi, dan proses pengambilan keputusan pembelian terhadap
produk teh Sarimurni diperoleh dengan memberikan pertanyaan terbuka dan
tertutup kepada responden.
Data sekunder yang digunakan merupakan keadaan umum lokasi
penelitian dengan cara mencari informasi atau data serta wawancara langsung
dengan bagian Humas-Giant Hypermart. Selain data tersebut, data sekunder
meliputi data dari internet, referensi buku, kepustakaan dan literatur lainnya dari
yang berkitan dengan penelitian.
4.4 Uji Validitas
Pengukuran kuisioner menggunakan uji validitas, mengukur untuk
mengetahui atribut-atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
membeli produk teh celup Sarimurni. Melalui metode ini, maka atribut-atribut
yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria-kriteria statistik yang dipakai akan
dikeluarkan. Cara ini dilakukan untuk mengurangi unsur subjektifitas peneliti dan
atribut yang dianggap sah dengan metode ini menjadi atribut penelitian
selanjutnya.
Untuk mengetahui atribut-atribut yang valid maka dilakukan proses
sebagai berikut (Simamora, 2004):
1.
Hipotesis yang akan diuji
Ho : Semua atribut yang memberikan hasil yang sama
H1 : Salah satu atribut yang memberikan nilai yang berbeda
36
2.
Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut:
Qhit 
k
k
i
i
(k  1) [k  C i2  ( C i ) 2 ]
k  Ri   Ri2
Dimana:
K = Jumlah atribut
C = Jumlah yang menjawab “YA” dari tiap blok
R = Jumlah yang menjawab “YA” dari semua atribut tiap blok
3.
Penentuan Q tabel
Q table diukur dengan α = 0,05, derajat kebebasan (dk) = jumlah
atributm-1, maka diperoleh Q tab (0,05;dk) dari tabel chi-square distribution
4.
Keputusan
Tolak Ho dan terima H1, jika Q hitung > Q tabel
Terima Ho dan tolak H1, jika Q hitung < Q table
5.
Kesimpulan
Jika tolak Ho berarti proporsi jawaban “YA” berbeda pada semua
atribut, artinya belum ada kesepakatan diantara responden tentang atribut
Jika terima Ho berarti proporsi jawaban “YA” pada semua atribut
dianggap sama, dengan demikian semua responden dianggap sepakat
mengenai atribut sebagai faktor yang dipertimbangkan.
Uji validitas ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 20
orang responden. Adapun atribut yang akan dinilai pada uji validitas dapat dilihat
pada Tabel 7
37
Tabel 6. Atribut yang akan diuji validitasnya
Apakah Menjadi Pertimbangan
No
Atribut
YA
TIDAK
1
Rasa Teh
2
Warna Teh
3
Aroma Teh
4
Kejelasan Informasi Komposisi
5
Kejelasan Expired Date
6
Khasiat
7
Desain Kemasan
8
Harga
9
Merek
10
Iklan
11
Kemudahan Mendapatkan
4.5 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam
riset. Instrumen riset yang baik akan mampu mengungkapkan informasi yang
sebenarnya dilapangan. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan dengan
menggunakan metode Hoyt, uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
kereliabelan dari atribut-atribut yang diajukan pada responden dalam kuisioner
(Durianto et al, 2004).
Uji reliabilitas ini dapat dilakukan pada saat sebelum penelitian, untuk
mengetahui apakah instrumen pengumpulan data tersebut sudah reliable (dapat
diandalkan) atau belum, sehingga akan diperoleh atribut yang valid dan konsisten.
Jumlah responden yang dilibatkan berjumlah 20 responden. Apabila ternyata
hasilnya tidak reliabel, maka yang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki
kuisioner. Jika hasilnya reliabel maka penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
menyebarkan kuisioner. Pengujian reliabilitas instrumen dengan metode ini
melalui tahap-tahap berikut:
1. Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr dengan rumus:
Jkr = Xt² - ( Xt)²
k
kN
Keterangan:
JKr : Jumlah kuadrat responden
k : Banyaknya butir pertanyaan
N : Banyaknya responden (20)
38
Xt : Skor total responden
2. Mencari jumlah kuadrat butir JKb dengan rumus:
Jkb = B² - (Xt)²
N
kN
Keterangan:
JKb : Jumlah kuadrat butir
Σ B2 : Jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh batir
( Σ Xt )2 : Kuadrat dari skor total
3. Mencari jumlah kuadrat total JKt dengan rumus:
Jkt = (B )(S)
(B )+(S)
Keterangan:
JKt : Jumlah kuadrat total
( Σ B ) : Jumlah jawaban benar (ya) seluruh butir
( Σ S ) : Jumlah jawaban salah (tidak) seluruh butir
4.
Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:
JKs JKt JKr JKb
5. Mencari varians responden, varians butir dan varians sisa dengan
rumus:
Vr = Jkr
dbr
Vr = Jkb
db
Vr = Jkr
dbs
Keterangan:
Vr : Varians responden dbr : Derajat bebas responden
Vb : Varians butir dbb : Derajat bebas asosiasi
Vs : Varians sisa dbs : Derajat bebas sisa
6. Memasukan nilai varians yang diperoleh ke rumus:
r
= 1 - Vs
Vb
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai
11
dari tabel r product moment. Nilai r product moment tabel (α = 0,05) yaitu
0,444 dengan tingkat keyakinan 95 %. Jika │r11│< r product moment dapat
disimpulkan bahwa instrument yang digunakan tidak andal, namun sebaliknya
jika │r11│> r product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
digunakan andal dan penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama
dapat digunakan.
39
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah melalui proses editing,
coding, scoring dan entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dan
informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif,
analisis multiatribut Fishbein, analisis Importance-Performance Analysis, dan
analisis Customer Satisfaction Index.
a. Skala Likert dan Rentang Skala
Skala likert digunakan untuk mengukur tanggapan konsumen terhadap
karakteristik dari suatu produk yang memungkinkan konsumen mengekspresikan
intensitas perasaan mereka. Tahapan penggunaan skala likert adalah sebagai
berikut:
1.
Peneliti mengumpulkan karakteristik produk yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti.
2.
Tahapan semua karakteristik tersebut dimintakan tanggapan dari
responden. Pada umumnya setiap karakteristik diberikan alternatif pilihan.
3.
Tanggapan tersebut dikumpulkan dan jawaban dikonversikan ke skala
nilai yang terkait dengan bobot tanggapan. Tanggapan dengan indikasi
menyenangi diberikan skor tertinggi atau sebaliknya, bisa saja
memberikan skor lima untuk tanggapan tertinggi dan satu jawaban
tanggapan terendah.
Pada saat kita memberikan interprestasi terhadap penilaian konsumen
tersebut, sebelumnya terlebih dahulu rentang skala penilaian, serta
menentukan skor minimum dan maksimum penilaian yang mungkin diberikan
oleh konsumen (Simamora,2004)
Rumus rentang skala :
RS = (m-n)/b
Keterangan:
m= angka tertinggi dalam pengukuran
n = angka terendah dalam pengukuran
b = banyaknya kelas yang terbentuk
Maka besarnya range untuk evaluasi (kepentingan) dan tingkat kepercayaan
(pelaksanaan) adalah : (5-1)/5 = 0,8
40
Setelah interval diketahui kemudian ditentukan rentang skala berdasrkan tingkat
kepentingan:
1,00 – 1,79
= sangat tidak penting
1,80 – 2,59
= tidak penting
2,60 – 3,39
= biasa
3,40 – 4,19
= penting
4,20 – 5,00
= sangat penting
Sedangkan pembagian kelas berdasarkan tingkat kepercayaan adalah :
1,00 – 1,79
= sangat tidak baik
1,80 – 2,59
= tidak baik
2,60 – 3,39
= biasa
3,40 – 4,19
= baik
4,20 – 5,00
= sangat baik
Setelah diketahui kepentingan dan kepercayaan, maka selanjutnya diperoleh nilai
sikap (Ao) yang merupakan perkalian antara tingkat kepentingan dan tingkat
kepercayaan (Simamora, 2004). Besarnya range untuk kategori sikap adalah
[(5x5) –(1x1)] / 5 = 4,8 sehingga pembagian kelas berdasarkan nilai sikap adalah:
1,00 – 5,8
= sangat negatif
5,8 – 10,6
= negatif
10,6 – 15,4
= netral
15,4 – 20,2
= positif
20,2 – 25
= sangat positif
Sedangkan nilai sikap (Ao) total, nilai range diperoleh dari [(25x10) –(1x10)]
/ 5 = 48 sehingga diperoleh pembagian kelas sikap (Ao) total sebagai berikut:
10 – 58
= sangat negatif
59 – 106
= negatif
107 – 154
= netral
155 – 202
= positif
203 – 250
= sangat positif
41
b. Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai persepsi konsumen terhadap
berbagai merek teh celup yang paling baik dibandingkan dengan merek lainnya.
c. Model Sikap Multi-Fishbein
Model sikap multiatribut Fishbein mengemukakan sikap dari seorang
konsumen terhadap sebuah obyek (produk). Model tersebut digunakan untuk
mengukur sikap konsumen terhadap berbagai atribut dari suatu produk yang
didasarkan pada perangkat kepercayaan yang dirasakan oleh konsumen yang
diringkas mengenai atribut obyek bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi
terhadap atribut ini ( Engel et al, 1994). Model multiatribut Fishbein pada
prinsipnya akan menghitung Ao (Attitude Toward The Object), yaitu sikap
seseorang terhadap sebuah obyek yang dikenal lewat atribut-atribut yang melekat
pada obyek.
Model sikap multiatribut fishbein dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap
terhadap produk berkenaan dengan ciri atribut produk. Model multiatribut
Fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan
mereka mengenai atribut-atribut produk sehingga akan membentuk sikap mereka
terhadap berbagai merek alternatif. Apabila konsumen memiliki sikap yang
mendukung terhadap suatu merek, maka produk tersebut akan dipilih dan
dibelinya.
Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan
kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing
dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk
pada atribut-atribut penting. Konsumen harus memperhatikan merek dari suatu
42
produk ketika mengevaluasi dan memberi nilai kepercayaan, seorang konsumen
haruslah mengenal produk dan pernah merasakan manfaat dari produk tersebut.
Rumus model Fishbein yang dimaksud adalah sebagai berikut
n
 bi.ei
Ao =
I=1
Dimana ;
Ao : Sikap terhadap obyek
bi : Kekuatan kepercayaan bahwa obyek memiliki atribut i
ei : Evaluasi mengenai atribut i
N : Jumlah atribut yang menonjol
Langkah-langkah dari pengukuran sikap konsumen dengan model
Fishbein yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan atribut produk teh celup yang relevan
2. Membuat pertanyaan untuk mengevaluasi (ei) atribut produk
3. Membuat pertanyaan untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen
(bi)
4. Mengukur sikap konsumen terhadap produk dengan memakai rumus
dan bantuan dari program software Microsoft Office Excel
Langkah terakhir untuk menganalis data didapatkan dari mengalikan
antara skor tingkat kepercayaan (bi) rata-rata dengan skor evaluasi (ei) rata-rata
sehingga didapat nilai sikap (Ao) secara keseluruhan yang kemudian dijumlahkan
untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk tersebut.
4.7 Penentuan Atribut Dugaan
Atribut yang diolah merupakan faktor-faktor pertimbangan yang diduga
mempengaruhi sikap. Pemilihan untuk masing-masing varibel atau atribut dugaan
didasarkan pada penelitian terdahulu. Sedangkan untuk penjelasan indikator
produk teh celup (Tabel 10), dengan melakukan wawancara kepada narasumber,
yang ahli di bidang teh. Adapun atribut dugaan tersebut, yaitu:
1. Atribut rasa teh, berkaitan dengan adanya perbedaan tingkat kesukaan
konsumen pada setiap produk berdasarkan indera peraba. Pada teh celup
Sarimurni, rasa diharapkan memiliki rasa teh yang lebih kuat dibanding
teh celup Sosro.
43
2. Atribut warna teh, berkaitan dengan adanya perbedaan tingkat kesukaan
konsumen pada penampakan visual cairan setiap produk. Warna teh yang
cerah dan bersih mencerminkan tingginya kualitas teh celup tersebut.
3. Atribut aroma teh, berkaitan dengan teh yang dihasilkan memiliki
kekhasan dari aroma daun teh. Responden akan diminta untuk
membandingkan aroma dari 2 merek teh yaitu teh Sarimurni dan teh Sosro.
Teh yang memiliki aroma yang baik dicirikan dengan wangi daun teh yang
lebih khas dibandingkan aroma daun teh dari teh yang lainnya.
4. Atribut Informasi Komposisi, berkaitan dengan tingkat pengetahuan
konsumen terhadap aspek kejelasan komposisi yang terkandung di dalam
teh celup. Responden akan menilai diantara merek teh Sarimurni dan teh
Sosro manakah yang menampilkan dengan jelas informasi komposisi teh
yang dijual dalam kemasannya masing-masing.
5. Atribut kejelasan tanggal kadaluwarsa, berkaitan dengan tingkat
pengetahuan konsumen terhadap aspek kejelasan tanggal kadaluwarsa
pada produk teh celup.
6. Atribut khasiat, berkaitan dengan tingkat pengetahuan konsumen terhadap
nilai manfaat atau efek dari mengkonsumsi teh celup. Merek teh Sarimurni
dipercaya memiliki khasiat yang lebih baik dibandingkan produk teh
merek Sosro terutama dalam memberikan rasa segar teh yang alami karena
teknologi osmofilter yang dimilikinya.
7. Atribut desain kemasan, berkaitan dengan adanya perbedaan tingkat
kesukaan konsumen pada desain dan layout kemasan. Pada teh Sarimurni
kemasan luar menggunakan bahan plastik, sedangkan teh celup Sosro
menggunakan kemasan
bahan karton. Selain itu teh Sarimurni
menggunakan warna dominan putih dan sedikit gambar teh pada
kemasannya, sedangkan teh Sosro menggunakan warna dominan merah
pada kemasannya dengan sedikit gambar teh.
8. Atribut harga, berkaitan dengan kesan produk tersebut oleh konsumen
pada tingkat kesukaan responden berdasarkan harga produk yang
ditetapkan.
44
9. Atribut merek berkaitan dengan tingkat kesukaan responden pada suatu
merek teh yang dikonsumsi. Responden akan dihadapkan pada 2 merek
teh yaitu teh Sarimurni dan teh Sosro, kemudian responden akan diminta
untuk menilai mana yang lebih baik diantara keduanya.
10. Atribut iklan, berkaitan dengan adanya promosi produk di televisi oleh
produsen dan pengaruhnya.
11. Atribut kemudahan mendapatkan, berkaitan dengan ketersediaan dan
kemudahan memperoleh produk yang dibutuhkan.
Berdasarkan atribut-atribut dugaan tersebut maka daftar atribut-atribut dugaan
dengan skala likert dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Daftar Ukuran Atribut-Atribut Dugaan dengan Skala Likert
No
Atribut Dugaan
1
Rasa Teh
2
Warna Teh
3
Aroma Teh
4
Kejelasan Informasi
Komposisi
5
Kejelasan Expired Date
6
Desain Kemasan
7
Khasiat
8
Harga
9
Merek
10
Iklan
11
Kemudahan Mendapatkan
1
Sangat tidak
enak
Sangat tidak
menarik
Tidak Khas
Sangat tidak
jelas
Sangat tidak
jelas
Sangat tidak
menarik
Sangat tidak
berkhasiat
Sangat mahal
Sangat tidak
terkenal
Sangat tidak
menarik
Sangat sulit
didapat
2
Tidak enak
Skala Likert
3
Cukup enak
4
Enak
5
Sangat enak
Tidak
menarik
Sedikit
Khas
Tidak jelas
Cukup menarik
Menarik
Sangat menarik
Cukup Khas
Khas
Sangat Khas
Cukup jelas
Jelas
Sangat jelas
Tidak jelas
Cukup jelas
Jelas
Sangat jelas
Tidak
menarik
Tidak
berkhasiat
Mahal
Tidak
terkenal
Tidak
menarik
Sulit
didapat
Cukup menarik
Menarik
Sangat menarik
Cukup
berkhasiat
Cukup mahal
Cukup terkenal
Berkhasiat
Murah
Terkenal
Sangat
berkhasiat
Sangat murah
Sangat terkenal
Cukup menarik
Menarik
Sangat menarik
Cukup mudah
didapat
Mudah
didapat
Sangat mudah
didapat
45
Tabel 8. Daftar Ukuran Kepentingan Atribut-Atribut Dugaan
No
Atribut Dugaan
Sangat Tidak
Penting
1
2
3
Rasa Teh
Warna Teh
Aroma Teh
4
Kejelasan Informasi
Komposisi
Kejelasan Expired Date
5
6
Khasiat
7
8
9
10
11
Desain Kemasan
Harga
Merek
Iklan
Kemudahan
Mendapatkan
Tingkat Kepentingan
Tidak
Cukup
Penting
Penting
Penting
Sangat
Penting
4.8 Metode Importance-Performance Analysis
Analisis Importance-Performance merupakan metode yang digunakan
untuk menganalisis kepuasan pelanggan. Dalam Rangkuti (2006) dijelaskan
bahwa inti dari analisis Importance Performance adalah tingkat kepentingan
pelanggan diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh
perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi.
Berdasarkan berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan, dapat
dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Diharapkan dengan
memakai konsep tingkat kepentingan ini, akan dapat menangkap persepsi yang
lebih jelas mengenai pentingnya atribut suatu produk di mata pelanggan.
Selanjutnya, dapat dikaitkan pentingnya atribut tersebut dengan kenyataan yang
dirasakan oleh pelanggan (Rangkuti, 2006).
Analisis Importance Performance digunakan untuk memberikan peringkat
pada beberapa atribut dan mengidentifikasi tindakan yang perlu dilakukan.
Perbedaan Analisis Importance Performance (IPA) dengan Model Multiatribut
Fishbein, dalam Analisis Importance Performance, peringkat yang telah diberikan
oleh konsumen terhadap atribut sebuah produk, digunakan untuk menganalisis
kepuasan pelanggan terhadap produk tersebut, seperti pemberian peringkat
terhadap atribut produk teh celup. Hasil dari Analisis Importance Performance
akan dijadikan pembelajaran dan digunakan oleh produsen atau pemasar dalam
46
menentukan strategi-strategi yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu dari produk tersebut.
Penelitian ini menggunakan 11 dimensi atribut dugaan produk teh celup.
Setiap konsumen memiliki penilaian yang berbeda terhadap suatu atribut produk
teh celup, penilaian ini meliputi penilaian pelaksanaan atau kinerja produsen (X)
dan total tingkat kepentingan (Y) terhadap produk teh celup Sarimurni. Keduanya
kemudian dirata-ratakan terhadap jumlah konsumen yang terlibat dalam penelitian
ini, yaitu sebanyak 100 orang responden. Total penilaian tingkat kinerja dan
tingkat kepentingan ini kemudian dirata-ratakan kembali terhadap jumlah atribut
yang digunakan. Kedua nilai rata-rata ini digunakan sebagai pembatas nilai pada
Diagram Kartesius.
Data yang digunakan adalah data skala likert sebagai indikator skala
ukuran untuk kepentingan menurut persepsi pelanggan dan tingkat pelaksanaan
atau kinerja secara nyata dari suatu produk yang dinyatakan dalam tanggapan
konsumen terhadap kepuasan. Data skala likert diberi skor secara kuantitatif untuk
digunakan dalam perhitungan-perhitungan. Dalam hal ini digunakan lima
peringkat nilai yang diberi skor atau bobot seperti tercantum pada Tabel 8 dan 9.
Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat
pelaksanaan (Performance), maka akan diperoleh suatu perhitungan mengenai
tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan kualitas produk teh celup Sarimurni
yang akan digambarkan dalam suatu diagram kartesius. Tingkat kepentingan dan
pelaksanaan yang dimuat dalam diagram kartesius adalah berupa bobot penilaian
kepentingan konsumen dan bobot penilaian kinerja perusahaan yang dirata-rata.
Masing-masing atribut diposisikan dalam suatu diagram, dimana skor rata-rata
penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada
sumbu X, sedangkan posisi atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata
penilaian tingkat kepentingan (Y) terhadap suatu atribut (Rangkuti, 2006). Rumus
yang digunakan adalah :
X=ΣX
n
Y=ΣX
n
dimana :
X = Total skor penilaian tingkat pelaksanaan atau kinerja dari seluruh responden
47
Y = Total skor penilaian tingkat kepentingan dari seluruh responden
X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan atau kinerja per responden
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan per responden
n = Jumlah responden
Hasil dari perhitungan kemudian dinyatakan dalam Diagram Kartesius
yang terbagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan
tegak lurus pada titik X = X dan Y = Y. Perhitungan nilai X dan Y , tersebut
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y=ΣY
X=ΣX
k
k
dimana :
X = Rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan merek produk.
Y = Rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan.
k = Banyaknya atribut produk teh celup yang dapat mempengaruhi kepuasan
konsumen
Seluruh hasil perlindungan dimasukkan ke dalam salah satu kuadran yang
terdapat pada Diagram Kartesius (Rangkuti, 2006), seperti yang terdapat pada
Gambar 4.
Tinggi
Prioritas Utama
(Kuadran I)
Pertahankan Prestasi
(Kuadran II)
Y
Prioritas Rendah
(Kuadran III)
Berlebihan
(Kuadran IV)
Renda
h
Tinggi
X
Gambar 4 . Matriks Kepentingan–Pelaksanaan (Importance-Performance)
Sumber : Rangkuti (2006)
Keterangan : X = Tingkat pelaksanaan (Performance)
Y = Tingkat kepentingan (Importance)
Masing-masing kuadran pada Diagram Kartesius mempunyai pengertian sebagai
berikut :
48
1) Kuadran I (Prioritas utama)
Kuadran I memuat atribut dugaan produk teh celup yang dianggap penting
oleh
konsumen
tetapi
pada
kenyataannya
produsen
belum
melaksanakannya sesuai dengan harapan konsumen. Produsen harus
memusatkan perhatian pada kuadran ini karena memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi, sementara pada kenyataannya produsen rendah
pada kuadran ini.
2) Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini memuat atribut dugaan produk teh celup yang dianggap
penting oleh konsumen dan pada kenyataannya produsen sudah
melaksanakannya sesuai dengan harapan konsumen.
3) Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran ini memuat atribut dugaan produk teh celup yang dianggap
kurang penting oleh konsumen dan pada kenyatannya produsen juga tidak
melaksanakannya dengan baik. Tetapi atribut yang berada dalam kuadran
ini harus diperhatikan dengan serius karena ketidakpuasan konsumen
umumnya berawal dari kuadran ini.
4) Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran ini memuat atribut dugaan produk teh celup yang dianggap
kurang penting oleh konsumen dan pelaksanaannya oleh produsen
dianggap terlalu berlebihan. Atribut dugaan yang termasuk ke dalam
kuadran ini dapat dikurangi agar produsen dapat menghemat biaya.
4.9 Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index atau indeks kepuasan pelanggan digunakan
untuk mengetahui tngkat kepuasan konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja
yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Hal ini dilakukan diukur melalui tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut produk teh celup Sarimurni. Cara untuk
mengukur indeks ini dilakukan dengan empat tahapan, yaitu menghitung :
49
1. Weighting Factors (WF)
Weighting Factors (WF) merupakan fungsi dari Mean Importance Score
(MISi) masing-masing atribut atau indikator dalam bentuk persentase (%) dari
total Mean Importance Score (MIS-t) dari keseluruhan atribut yang diuji.
WF 
MISi
x 100 %
MISt
2. Weight Score (WS)
Weight Score merupakan fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS)
dikalikan dengan Weight Factors (WF).
WS  MSS x WF
3. Weight Average Total (WAT)
Weight Average Total merupakan fungsi dari total Weight Score (WS)
atribut ke-1 (a-1) hingga atribut ke-17 (a-17).
WAT WSa 1WSa  2 WS  a3... WSa 17
4. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan fungsi dari Weighted
Average Total dibagi highest scale (HS) atau skala maksimal yang digunakan
(penelitian ini menggunakan skala maksimal 5), kemudian dikali 100%.
CSI 
WAT
x 100 %
HS
Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan konsumen. Kepuasan tertinggi dicapai bila CSI menunjukkan
100 %. Rentang kepuasan berkisar dari 0 - 100 % . Berdasarkan Simamora (2004),
untuk membuat skala linear numerik, pertama-tama kita cari rentang skala (RS)
dengan rumus :
RS 
mn
b
50
Dimana :
m
n
b
= skor tertinggi
= skor terendah
= jumlah kelas atau kategori yang akan dibuat
untuk penelitian ini rentang skalanya adalah :
RS 
100%  0%
 20 %
5
Berdasarkan rentang skala di atas, maka kriteria kepuasannya adalah sebagai
berikut :
0 % < CSI ≤ 20 %
= sangat tidak puas
20 % < CSI ≤ 40 %
= tidak puas
40 % < CSI ≤ 60 %
= cukup puas
60 % < CSI ≤ 80 %
= puas
80 % < CSI ≤ 100 % = sangat puas
51
Tabel 9. Penjelasan Indikator Atribut
No
1
Atribut Dugaan
Rasa teh
2
Warna Teh
3
Aroma Teh
4
Kejelasan
Informasi
Komposisi
5
Kejelasan
Expired Date
6
Khasiat
7
Desain Kemasan
8
Harga
9
Merek
10
Iklan
Indikator
Sangat Enak : rasa teh yang khas dan original, ekstrak daun teh terasa di lidah
Enak : rasa teh terasa di lidah
Cukup : rasa teh terasa dengan sedikit rasa hambar
Tidak enak : rasa teh hanya sedikit terasa, mayoritas rasa hambar
Sangat tidak enak : hambar, rasa teh tidak terasa sama sekali
Sangat menarik : warna coklat pekat dan bening
Menarik : warna coklat dengan sedikit keruh
Cukup menarik : warna coklat muda
Tidak menarik : warna sedikit coklat dan keruh
Sangat tidak menarik : warna keruh
Sangat Banyak : > 80 persen
Banyak : 70 - 79 persen
Cukup : 60 – 69 persen
Sedikit : 50 – 59 persen
Sangat sedikit : 50 persen
Sangat jelas : Berukuran besar , letak penulisan dan jenis huruf mudah dibaca
Jelas : Berukuran sedang, letak penulisan dan jenis huruf mudah dibaca
Cukup : Berukuran kecil namun letak penulisan dan jenis huruf masih dapat
dibaca
Tidak jelas : Berukuran kecil dan sulit untuk dibaca
Sangat tidak jekas : Tidak ada keterangan
Sangat jelas : Berukuran besar , letak penulisan dan jenis huruf mudah dibaca
Jelas : Berukuran sedang, letak penulisan dan jenis huruf mudah dibaca
Cukup : Berukuran kecil namun letak penulisan dan jenis huruf masih dapat
dibaca
Tidak jelas : Berukuran kecil dan sulit untuk dibaca
Sangat tidak jeas : Tidak ada keterangan
Sangat berkhasiat : memberikan kesegaran, kenikmatan serta menjaga tubuh
dalam kondisi yang tetap sehat dan semangat setelah mengkonsumsi
Berkhasiat : memberikan kesegaran dan kenikmatan bagi tubuh setelah
mengkonsumsi
Cukup berkhasiat : menghilangkan rasa haus dan kesegaran setelah
mengkonsumsi
Tidak berkhasiat : menghilangkan rasa haus setelah mengkonsumsi
Sangat tidak berkhasiat : tidak memiliki khasiat apapun setelah mengkonsumsi
Sangat menarik : memiliki daya tarik/atraktif, dapat didaur ulang/ramah
lingkungan, memberikan perlindungan produk yang baik/aman dan ergonomis
Menarik : memiliki daya tarik, memberikan perlindungan produk yang baik,
ergonomis
Cukup menarik : memiliki daya tarik, memberikan perlindungan produk yang
baik
Tidak menarik : tidak memiliki daya tarik namun dapat memberikan
perlindungan produk
Sangat tidak menarik : tidak memiliki daya tarik dan perlindungan produk
yang baik
Sangat murah : < Rp3.000 / 20 kantong
Murah : Rp 3.100 – Rp 4.000 / 20 kantong
Cukup murah : Rp4.100 - 5.000 / 20 kantong
Mahal : Rp 5.100 – Rp 6.000/ 20 kantong
Sangat Mahal : > Rp6.000/20 kantong
Sangat Terkenal : sangat dikenal dan menunjukkan gambaran kualitas yang
sangat baik
Terkenal : dikenal dan menunjukkan gambaran kualitas yang baik
Cukup terkenal : cukup dikenal dan menunjukkan gambaran kualitas yang
cukup baik
Tidak terkenal : tidak dikenal dan tidak menunjukkan gambaran kualitas
Sangat tidak terkenal : sangat tidak dikenal
Sangat menarik : memiliki daya tarik (atraktif), edukatif dan informatif dan
beriklan di berbagai media
Menarik : memiliki daya tarik (atraktif ),informatif dan beriklan di berbagai
media
52
11
Kemudahan
Mendapatkan
Cukup menarik : memiliki daya tarik dan beriklan hanya pada satu media saja
Tidak menarik : tidak memiliki daya tarik
Sangat tidak menarik : tidak memiliki iklan
Sangat mudah didapat : mudah ditemui dan memmiliki persediaan yang sangat
banyak
Mudah didapat : mudah ditemui dan memiliki persediaan yang banyak
Cukup mudah didapat : tersedia namum persediaan hanya sedikit
Sulit didapat : hanya dijual pada retail modern
Sangat sulit didapat: hanya dijual pada tempat tertentu dan jumlahnya terbatas
53
BAB V
GAMBARAN UMUM BOTANI SQUARE BOGOR
DAN KARAKTERISTIK UMUM KONSUMEN
5.1 Sejarah Botani Square Bogor
Botani Square merupakan mall yang dibangun di lokasi yang strategis di
Kota Bogor, dengan posisi di samping pintu tol Kota Bogor. Botani Square
menjadi area komersial yang paling mencolok dan mempunyai nilai tinggi.
Kemudahan akses dari berbagai penjuru Kota Bogor dan sekitarnya ini juga
diantisipasi dengan tersedianya area parkir yang sangat luas dan akses langsung
ke tol Jagorawi, sehingga dalam waktu singkat, Botani Square sudah menjadi
tujuan belanja utama di Kota Bogor. Botani Square merupakan integrated life
style dan business area yang menjadi bagian dari kawasan bernuansa botani di
Kota Bogor. Botani Square menjadi satu-satunya mall di Kota Bogor yang
dilengkapi dengan adanya hotel berbintang (Hotel Santika) dan IPB International
Convention Center.
Botani Square berdiri dengan luas lahan ± 42.000 m2. Botani Square
memiliki lima lantai yang terdiri dari Basement, Lower Ground, Ground Floor,
Lantai 1 dan Lantai 2. Objek unggulan dari Botani Square ini adalah Giant
Hypermarket yang terdapat di Ground Floor. Giant Hypermarket menawarkan
berbagai jenis barang kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan pangan
seperti makanan kalengan, makanan matang, daging dan ikan segar, sayur dan
buah-buahan segar, berbagai jenis pakaian untuk segala usia dalam berbagai mode
dan peralatan rumah tangga yang lainnya dengan harga yang mampu bersaing.
Sebagian besar barang yang ditawarkan memiliki harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan tempat belanja yang lainnya. Namun, walaupun demikian,
kualitas dan kuantitas dari barang-barang yang ditawarkan juga terjamin.
5.2 Giant Hypermarket
Giant berasal dari kata Gino yang berarti anak dinosaurus yang didirikan
pada tahun 1944 oleh keluarga Teng Meng Chun yang merupakan toko kecil di
daerah Sentul Malaysia. Pada awal Februari tahun 1988 Giant bergabung dengan
54
Dairy Farm International Hongkong dan diubah namanya menjadi hypermarket.
Setelah menjadi hypermarket, Giant berkembang menjadi sangat pesat sehingga
dibuka cabang outlet di Singapura, India dan Indonesia.
Giant di Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari PT Hero
Supermarket ini merupakan perusahaan patungan antara PT Hero Group dengan
Dairy Farm Int. yang membeli lisensi dari Giant di Malaysia. Hal yang cukup
berhasil dilakukan Giant adalah dalam menciptakan image murah dengan konsep
traditional market. Sehingga tujuan untuk membidik semua lapisan masyarakat
dengan harga murah One Stop Shopping dapat tercapai.
Giant Hypermarket merupakan tempat berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan semua lapisan masyarakat dengan konsep Big Variaty Great Value.
Terdapat empat divisi utama di Giant yaitu Grocery, General Merchandises
(GMS), Fresh&Frozen dan Sales Support. Divisi Grocery adalah divisi yang
melakukan kegiatan operasional yang menyangkut penjualan produk-produk
kebutuhan pokok seperti beras, susu, minyak goreng, tepung, sabung mandi,
produk-produk berupa alat-alat/perabot rumah tangga mulai dari furniture sampai
peralatan
pecah
belah,
elektronik
dan
stationary
yang
kesemuanya
dikelompokkan dalam beberapa departemen.
Divisi Fresh adalah divisi yang menjual produk-produk segar seperti buah,
sayur, daging, seafood, makanan siap saji serta bakery. Selain itu divisi yang tidak
kalah pentingnya yaitu Sales Support. Divisi ini yang mendukung operasional
kegiatan selain penjualan seperti promosi, akuntansi, sampai transaksi di kasir,
customer service dan urusan kepegawaian (HRD). Masing-masing divisi tersebut
mempunyai seorang manajer masng-masing (Division Manager) yang secara
struktural berada di bawah seorang Store General Manager.
5.3 Segmentasi, Targetting, dan Positioning Teh Celup Sarimurni
Sarimurni merupakan produk inovasi yang dikeluarkan oleh PT Sariwangi
yang memiliki beberapa keunggulan dalam segi rasa, warna, dan aroma.
Sarimurni dikeluarkan oleh PT Sariwangi sebagai produk pendukung, dari produk
teh celup merek Sariwangi yang telah lama bersaing dalam industri teh celup di
indonesia, untuk bersaing secara langsung dengan merek produk teh celup lain
55
seperti Sosro, Bendera, dan 2 Tang. Adapun segmentasi, targetting, dan
positioning dari produk teh Sarimurni yaitu sebagai berikut:
a. Segmentasi
PT Sariwangi menetapkan Segmentasi pasar bagi produk teh celup Sarimurni
yaitu dikhususkan kepada wanita dewasa, memiliki pekerjaan baik sebagai ibu
rumah tangga, maupun berkarir, dan
berpenghasilan. Namun lebih spesifik
produk Sarimurni ditetapkan kepada kaum wanita yang berperan sebagai ibu,
karena selain seorang ibu/wanita sebagai agent of family, wanita juga banyak
memiliki suatu komunitas atau perkumpulan seperti arisan, reuni, ataupun
pengajian. Sedangkan PT Sariwangi menetapkan segmen pasar yang lebih umum
untuk produk teh celup merek Sariwangi, yaitu kepada wanita dan pria dewasa,
memiliki pekerjaan, dan berpenghasilan.
b. Targetting
Penetapan target pasar untuk seluruh produk teh celup yang diproduksi PT
Sariwangi adalah untuk semua kalangan mulai dari kalangan atas sampai
bawah.karena tea merupakan minuman yang sangat bermanfaat bagi semua orang.
Dengan cara pendistribusian yang merata pihak manajemen PT.Sariwangi sangat
mengerti target pasarnya di semua wilayah. Alasan konsumen memilih berbisnis
dengan PT.Sariwangi adalah karena pihak manajemen sariwangi dalam bisnisnya
selalu memperhatikan semua keluhan yang datang dari konsumen,selalu
memperhitungkan mutu dan kualitas produknya,cara pendistribusian yang
baik,serta semua orang mengerti akan manfaat dari tea tersebut.
c. Positioning
PT Sariwangi sebagai produsen Teh celup Sariwangi dan Sarimurni menetapkan
positioning dengan slogan ”Tea to be shared not to be served”. PT Sariwangi tidak
sekedar membuatkan teh untuk pasangannya sebagai rutinitas dan kewajiban,
tetapi dapat menginspirasi kaum perempuan untuk menggunakan ”momen minum
teh” sebagai sarana untuk saling berbagi dan berkomunikasi dua arah. Strategi
positioning yang dilakukan PT Sariwangi ini menyebabkan Sariwangi dan
Sarimurni secara emosional dekat dengan pelanggannya, sehingga mampu
menjadi Top Brand kategori teh celup di Indonesia.
56
5.4 Deskripsi Responden
Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini adalah 100 orang.
Pemilihan 100 responden tersebut dilakukan pada konsumen yang pernah
membeli dan mengkonsumsi minuman teh celup (Sarimurni dan Sosro) minimal
dua kali dan sedang berkunjung atau berbelanja di Giant Botani Square, Bogor,
saat peneliti melakukan turun lapang (penyebaran kuisioner). Berdasarkan hasil
dari kuisioner responden dikelompokkan menurut jenis kelamin, usia, status,
jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan rata-rata per
bulannya serta pengeluaran rata-rata perbulan untuk produk makanan dan
minuman.
5.4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Konsumen minuman teh celup yang menjadi responden dalam penelitian
ini terdiri dari 76 orang berjenis kelamin perempuan dan 24 orang berjenis
kelamin laki-laki. Berdasarkan data tersebut, konsumen minuman teh celup
sebagian besar adalah perempuan. Hal ini terkait dengan kaum perempuan sebagai
agent of family yang memiliki peran utama dalam menentukan barang-barang
yang akan dibeli dan dikonsumsi keluarga. Secara lengkap profil responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Sebaran Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Responden (orang)
76
Perempuan
24
Laki-Laki
Jumlah
100
Persentase (%)
76
24
100
5.4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia
Hasil kuisioner berdasarkan sebaran usia, didapat bahwa jumlah responden
yang paling banyak mengkonsumsi minuman teh celup adalah usia > 45 tahun
dengan jumlah responden sebanyak 24 orang diikuti usia 41-45 tahun berjumlah
21 orang. Hal ini menandakan bahwa teh celup banyak digemari oleh konsumen
berusia relatif tua. Konsumen berusia relatif tua mayoritas peduli dan sadar
tentang pentingnya mengkonsumsi minuman yang menyehatkan. Secara lengkap
profil responden dapat dilihat pada Tabel 12.
57
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Usia (tahun)
Responden (orang)
16
< 25
12
26 – 30
15
31 – 35
12
36 – 40
21
41 – 45
24
> 45
Jumlah
100
Persentase (%)
16
12
15
12
21
24
100
5.4.3 Profil Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Hasil kuisioner berdasarkan status, didapat bahwa jumlah responden yang
pernah atau sering mengkonsumsi teh celup adalah berstatus menikah dengan
jumlah responden sebanyak 71 orang, responden yang berstatus single (belum
menikah) sebanyak 26 orang dan pernah menikah (duda atau janda) sebanyak 3
orang. Hal ini terkait juga dengan usia konsumen, dimana teh celup banyak di
digemari oleh konsumen yang berusia relatif tua dan mereka pada umumnya
sudah menikah. Secara lengkap profil responden berdasarkan status dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 12. Sebaran Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan
Status
Responden (orang)
Persentase (%)
26
26
Belum menikah
71
71
Menikah
3
3
Pernah menikah
Jumlah
100
100
5.4.4 Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Sebagian responden teh celup memiliki jumlah anggota keluarga 2 - 4
orang (termasuk orang tua dan kerabat yang tinggal serumah) yaitu sebanyak 64
orang, kemudian diikuti responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 5 - 6
orang sebanyak 23 orang. Sedangkan sebagian responden yang lain memiliki
jumlah anggota keluarga 1 - 2 orang yaitu sebanyak 10 orang diikuti responden
yang memiliki jumlah anggota keluarga > 7 orang sebanyak 3 orang responden.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga responden yang turut mengkonsumsi
minuman teh celup, maka semakin besar peluang peningkatan penjualan produk
minuman teh celup. Secara lengkap profil responden berdasarkan jumlah anggota
keluarga dapat dilihat pada Tabel 14.
58
Tabel 13. Sebaran Konsumen Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota
Responden (orang)
Persentase (%)
Keluarga (orang)
10
10
1–2
64
64
2–4
23
23
5–6
3
3
>7
Jumlah
100
100
5.4.5 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden beragam mulai dari SD hingga Pasca
Sarjana. Tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki responden adalah
sarjana yaitu berjumlah 43 orang. Kedua terbanyak adalah SMA berjumlah 26
orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen minuman teh celup
merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Tingkat
pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi pola konsumsi serta pilihan
suka atau tidak sukanya mereka terhadap minuman yang dikonsumsinya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan konsumennya, cenderung lebih mengerti tentang
manfaat dan bahaya dalam mengkonsumsi minuman. Tabel 15 menunjukkan
bahwa konsumen yang banyak mengkonsumsi minuman teh celup adalah
konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (sarjana). Secara lengkap
tingkat pendidikan responden minuman teh celup dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 14. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Responden (orang)
Persentase (%)
2
2
SD
2
2
SMP
26
26
SMA
15
15
Diploma
47
47
Sarjana
8
8
Pasca Sarjana
Jumlah
100
100
5.4.6 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah terbanyak pekerjaan responden adalah sebagai pegawai swasta
dengan jumlah 44 orang. Peringkat kedua ditempati oleh ibu rumah tangga dengan
jumlah 20 orang. Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh gaya hidup kebanyakan
masyarakat saat ini yang semakin sadar akan pentingnya gaya hidup sehat, dengan
59
menuntut kepraktisan dalam mengkonsumsi suatu produk minuman. Pekerjaan
ketiga terbesar dari responden adalah pegawai negeri sipil dengan jumlah 13
orang responden. Sedangkan untuk wiraswasta, mahasiswa dan menganggur
masing-masing berjumlah 12 orang, 10 orang dan pengangguran 1 orang
responden. Secara lengkap profil responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 15. Sebaran Konsumen Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Responden (orang)
1
Tidak/Belum Bekerja
12
Wiraswasta
20
Ibu Rumah Tangga
13
Pegawai Negeri Sipil
10
Mahasiswa/Pelajar
44
Pegawai Swasta
Jumlah
100
Persentase (%)
1
12
20
13
10
44
100
5.4.7 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi daya beli mereka
terhadap suatu produk seperti minuman teh celup. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pendapatan rata-rata per bulan mereka yang terbesar yaitu Rp 2 juta – Rp 3
juta dengan jumlah 28 orang responden. Kedua terbesar yaitu Rp 1 juta – Rp 2
juta dengan jumlah 26 orang responden. Sedangkan untuk peringkat ketiga
terbesar yaitu dengan pendapatan kurang dari Rp 1 juta sebanyak 15 orang
responden. Tingkat pendapatan responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
17.
Tabel 16. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan Per Bulan
Responden (orang)
Persentase (%)
(Rp)
15
15
< Rp 1.000.000
26
26
Rp 1.000.001 – 2.000.000
28
28
Rp 2.000.001 – 3.000.000
11
11
Rp 3.000.001 – 4.000.000
8
8
Rp 4.000.001 – 5.000.000
12
12
> Rp 5.000.001
Jumlah
100
100
60
5.4.8 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran untuk Produk
Makanan dan Minuman
Tingkat pengeluaran seseorang terhadap produk makanan dan minuman
akan memberitahukan secara umum gambaran besarnya kesediaan konsumen
mengeluarkan uang terutama untuk produk makanan dan minuman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran rata-rata per bulan terhadap produk
makanan dan minuman yang terbesar yaitu Rp 500.000 – Rp 1 juta dengan jumlah
responden 34 orang. Kedua terbesar yaitu kurang dari Rp 500.000 dengan jumlah
32 orang responden. Sedangkan untuk peringkat ketiga terbesar yaitu dengan
pengeluaran Rp 1 juta – Rp 2 juta sebanyak 17 orang responden. Tingkat
pengeluaran responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 17. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Pengeluaran untuk Makanan
& Minuman
Pengeluaran Per Bulan
(Rp)
< Rp 500.000
Rp 500.001 – 1.000.000
Rp 1.000.001 – 2.000.000
Rp 2.000.001 – 3.000.000
Rp 3.000.001 – 4.000.000
> Rp 4.000.000
Jumlah
Responden (orang)
32
34
17
11
2
4
100
Persentase (%)
32
34
17
11
2
4
100
5.4.9 Karakteristik Responden Minuman Teh Celup
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Giant Botani Square Bogor,
jumlah responden perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki-laki,
didasari alasan bahwa perempuan cenderung lebih dominan dalam menentukan
produk baik makanan dan minuman yang akan dikonsumsi oleh keluarga ataupun
diri sendiri. Status pernikahan responden dengan persentase terbanyak adalah
menikah, sebanyak 7%, belum menikah sebanyak 26%, dan sudah pernah
menikah (janda atau duda) 3%
Tingkat pendidikan terakhir responden rata-rata adalah sarjana sebanyak
47%, kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan SMA sebanyak 2%, diploma 15%,
Pasca sarjana 8%, SD dan SMP masing-masing sebanyak 2%. Responden
memiliki pekerjaan terbanyak sebagai pegawai swasta dengan jumlah 44%. Kedua
61
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar 20%. Pekerjaan ketiga terbesar dari
responden adalah pegawai negeri sipil sebesar 13%. Sedangkan untuk wiraswasta,
mahasiswa dan menganggur masing-masing berjumlah 12%, 10% dan
pengangguran 1%.
Tingkat pendapatan rata-rata per bulan tertinggi responden yaitu Rp 2 juta
– Rp 3 juta dengan jumlah 28%. Kedua tertinggi yaitu Rp 1 juta – Rp 2 juta
dengan jumlah 26%. Sedangkan untuk peringkat ketiga tertinggi yaitu dengan
pendapatan kurang dari Rp 1 juta sebanyak 15%. Tingkat pendapatan tersebut
merupakan pendapatan dari gaji bagi yang bekerja, ataupun dari suami jika tidak
bekerja. Dengan tingkat pendapatan di atas mayoritas responden memiliki tingkat
pengeluaran terhadap produk makanan dan minuman rata-rata per bulan terbesar
yaitu Rp 500.000 – Rp 1 juta dengan sebesar 34%. Kedua terbesar yaitu kurang
dari Rp 500.000 dengan sebesar 32%. Sedangkan untuk peringkat ketiga terbesar
yaitu dengan pengeluaran Rp 1 juta – Rp 2 juta sebesar 17%. Hal diatas
menunjukan bahwa rata–rata tingkat pendapatan responden, 25-30% dikeluarkan
untuk konsumsi makanan dan minuman. Adapun karakteristik responden
minuman teh celup (Sarimurni dan Sosro) dapat dilihat pada Tabel 19.
62
Tabel 18. Karakteristik Responden Produk Teh Celup
Karakteristik Responden
Laki – Laki
Jenis Kelamin
Perempuan
Belum Menikah
Status Pernikahan
Menikah
Pernah Menikah
1–2
Jumlah Anggota
Keluarga
2–4
5–6
>7
SD
Tingkat Pendidikan
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pasca Sarjana
Tidak/Belum Bekerja
Pekerjaan
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Negeri Sipil
Mahasiswa/Pelajar
Pegawai Swasta
Pendapatan Per Bulan < Rp 1.000.000
Rp 1.000.001 – 2.000.000
Rp 2.000.001 – 3.000.000
Rp 3.000.001 – 4.000.000
Rp 4.000.001 – 5.000.000
> Rp 5.000.001
Pengeluaran Makanan < Rp 500.000
& Minuman Per
Rp 500.001 – 1.000.000
Bulan
Rp 1.000.001 – 2.000.000
Rp 2.000.001 – 3.000.000
Rp 3.000.001 – 4.000.000
> Rp 4.000.000
Persentase (%)
24
76
26
71
3
10
64
23
3
2
2
26
15
47
8
1
12
20
13
10
44
15
26
28
11
8
12
32
34
17
11
2
4
63
BAB VI
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
PRODUK MINUMAN TEH CELUP
Proses keputusan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian
(Engel et al, 1994). Berikut adalah rincian proses keputusan pembelian responden
terhadap minuman teh celup.
6.1 Pengenalan Kebutuhan
Tahap pertama proses keputusan pembelian konsumen terhadap suatu
produk adalah pengenalan kebutuhan. Proses ini bertujuan untuk mengetahui apa
yang menjadi motivasi atau alasan dan manfaat responden mengkonsumsi
minuman teh celup. Dari hasil sebaran kuisioner didapat bahwa motivasi atau
alasan responden dalam mengkonsumsi minuman teh celup yang paling banyak
karena praktis dan mudah untuk dikonsumsi sebanyak 54 orang. Motivasi kedua
responden dalam mengkonsumsi teh celup adalah harganya yang terjangkau
sebanyak 14 orang. Kemudian secara berturut-turut karena manfaat kesehatan,
sekedar coba – coba, mudah diperoleh, dan memiliki sumber daya ekonomi yang
cukup. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19. Motivasi/Alasan Mengkonsumsi Teh Celup
Motivasi/Alasan
Responden (orang)
Sekedar coba-coba
10
Harganya terjangkau
14
Manfaat Kesehatan
11
Praktis/Mudah dikonsumsi
54
Mudah diperoleh
7
Memiliki sumber daya
4
ekonomi yang cukup
Jumlah
100
Persentase (%)
10
14
11
54
7
4
100
Manfaat yang didapat konsumen dalam mengkonsumsi minuman teh celup
sudah pasti berbeda. Manfaat yang paling banyak didapat responden dalam
mengkonsumsi minuman teh celup adalah sebagai minuman selingan yaitu
64
sebanyak 35 orang. Peringkat terbesar kedua yaitu sebagai mendapat rasa segar
sebanyak 26 orang. Secara lengkap hasil kuisioner dari konsumen mengenai
manfaat yang dicari konsumen dari minuman teh celup dapat dilihat pada Tabel
21.
Tabel 20. Manfaat Mengkonsumsi Teh Celup
Manfaat
Responden (orang)
Sebagai antioksidan
11
Kandungan nutrisi
2
Menghilangkan
25
kepenatan
Sebagai minuman
35
selingan
Mendapat rasa segar
26
Lainnya
1
Jumlah
100
Persentase (%)
11
2
25
35
26
1
100
Trend teh celup sebagai minuman yang menyehatkan tentunya akan
mempengaruhi gaya hidup konsumennya. Mayoritas konsumen teh celup
menyatakan bahwa gaya hidup sehat mempengaruhi mereka dalam membeli teh
celup. Hal tersebut ditunjukan bahwa 71 orang responden menyatakan bahwa
gaya hidup sehat mempengaruhi mereka dalam membeli teh celup, 29
mengatakan tidak berpengaruh, karena dianggap biasa saja.
6.2 Pencarian Informasi
Tahap kedua proses keputusan pembelian konsumen terhadap suatu
produk adalah pengenalan kebutuhan. Proses ini bertujuan untuk mengetahui
sumber-sumber informasi responden mengenai minuman teh celup dan seberapa
besar pengaruh iklan bagi responden dalam pembelian produk tersebut. Dari hasil
sebaran kuisioner didapat hanya 40 orang responden yang mencari informasi
tentang teh celup yang akan dikonsumsinya, 60 orang lainnya tidak mencari
informasi terlebih dahulu. Kemudian sumber-sumber informasi responden
mengenai minuman teh celup yang paling banyak adalah adalah berasal dari iklan
televisi yaitu sebanyak 72 orang responden. Sumber informasi kedua berasal dari
keluarga atau saudara sebanyak 9 orang responden, kemudian diikuti berturutturut oleh faktor penjual SPG, brosur, internet dan lainnya (diberi orang lain).
Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 22.
65
Tabel 21. Sumber Informasi Teh Celup
Media Informasi
Responden (orang)
Brosur
6
Internet
4
Keluarga/Teman
9
Koran
0
Penjual/SPG
7
Radio
1
TV
72
Lainnya
1
Jumlah
100
Persentase (%)
6
4
9
0
7
1
72
1
100
Ketertarikan iklan bagi responden dalam membeli minuman teh celup
yang paling besar adalah pengaruh dari manfaat mengkonsumsi teh celup
sebanyak 45 orang, ketertarikan iklan bagi responden terbesar kedua adalah dari
harga teh celup yaitu sebanyak 19 orang, kemudian disusul secara berturut-turut
sebanyak 12 orang responden menjawab merek dagang dan sebanyak 9 orang
responden menjawab tertarik akan kemasan teh celup. Secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 23.
Tabel 22. Hal yang Paling Menarik dari Iklan Minuman
Ketertarikan
Responden (orang)
Harga
19
Komposisi produk
6
Kemasan produk
9
Manfaat
45
Merek dagang
12
Teknologi yang
7
menyertai
Lainnya
2
Jumlah
100
Persentase (%)
19
6
9
45
12
7
2
100
Pengetahuan responden akan merek teh celup sangat penting untuk
diketahui, karena hal tersebut berguna untuk mengidentifikasi merek apa yang
dikenal dan ada di dalam benak responden. Adapun merek yang paling banyak
diketahui oleh konsumen yaitu, Sariwangi (98 poin), Sosro (87 poin), Tong Tji
(54 poin), dan Bendera (53 poin). Terlihat bahwa persaingan antara 4 merek
teratas industri teh celup di Indonesia ternyata berbanding lurus dengan tingkat
pengetahuan konsumen terhadap merek – merek tersebut.
66
Tabel 23. Pengetahuan Konsumen Tentang Merek Teh Celup
Merek Teh Celup
Skor (poin)
Sariwangi
Sosro
Tong Tji
Bendera
Jumlah
98
87
54
53
292
6.3 Evaluasi Alternatif
Responden akan melakukan evaluasi alternatif, apabila ia telah memiliki
informasi yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan
dibeli. Pada tahap ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang relevan dengan
keinginannya, untuk dapat membuat sesuatu keputusan yang dirasakan paling
bermanfaat, untuk memecahkan masalahnya. Kriteria ini dijadikan sebagai
pertimbangan awal responden, dalam memilih dan membeli minuman teh celup.
Faktor rasa merupakan hal utama yang dipertimbangkan oleh sebagian besar
responden minuman teh celup, karena mereka menganggap bahwa rasa dari teh
yang khas sangat nikmat untuk dikonsumsi. Aspek lainnya adalah aroma,
responden menganggap bahwa aroma daun teh yang khas dapat memberikan
sensasi yang natural atau murni ketika dikonsumsi. Hal lain yang dijadikan
pertimbangan adalah tanggal kadaluarsa dari produk teh celup, karena responden
menginginkan teh yang akan dikonsumsinya tetap dalam kondisi yang baik.
Secara lengkap pertimbangan awal pemilihan minuman teh cleup dapat dilihat
pada Tabel 24.
Tabel 24. Pertimbangan Awal Pemilihan Minuman Teh Celup
Pertimbangan Awal
Responden (orang)
Persentase (%)
Rasa
55
Aroma
20
Warna
1
Komposisi
2
Tanggal Kadaluarsa
11
Desain Kemasan
0
Khasiat
4
Harga
6
Merek
1
Iklan
0
Ketersediaan Produk
0
Jumlah
100
55
20
1
2
11
0
4
6
1
0
0
100
67
6.4 Keputusan Pembelian
Berdasarkan hasil penelitian di lapang, sebagian responden membeli
minuman teh celup merek Sarimurni sebanyak 56 responden. Hal ini dikarenakan
responden yang merasa tertarik akan produk baru yang dikeluarkan oleh
Sariwangi, sehingga minat responden untuk mencoba sangat besar. Sedangkan teh
celup merek Sosro disukai oleh 44 orang responden (Tabel 25).
Tabel 25. Merek Minuman Teh Celup yang Responden Beli
Merek
Responden (orang)
Persentase (%)
Sarimurni
56
56
Sosro
44
44
Jumlah
100
100
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, didapatkan hasil bahwa sebagian
besar
responden
minuman
teh
celup
melakukan
pembelian
di
gerai/outlet/mall/supermarket. Pilihan kedua responden adalah membeli minuman
teh celup di tempat makan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26. Tempat Pembelian Minuman Teh Celup
Tempat Pembelian
Responden (orang)
Gerai/Outlet/Mall
95
Tempat makan
3
Agen/Distributor
1
Lainnya
1
Jumlah
100
Persentase (%)
95
3
1
1
100
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diperoleh hasil, bahwa subjek
utama yang mempengaruhi responden dalam membeli minuman teh celup adalah
keluarga/saudara. Kemudian disusul berturut-turut oleh teman dan subjek lainnya
(diri sendiri dan SPG). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Subjek yang Mempengaruhi Responden dalam Melakukan Pembelian
Subyek yang
Responden (orang)
Persentase (%)
Mempengaruhi
Keluarga/Saudara
78
78
Teman/Kenalan
16
16
Lainnya (diri sendiri &
6
6
SPG)
Jumlah
100
100
68
Pengaruh subjek-subjek tersebut bagi sebagian besar responden dalam
melakukan pembelian adalah memberitahukan pengalaman pemakaian mereka.
Pengaruh besar subjek yang lainnya adalah untuk meminta responden membeli
produk tersebut, serta sebagian subyek lainnya tidak berkomentar apapun kepada
responden. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel
28. Pengaruh Subjek Pilihan Responden dalam Pembelian
Pengaruh Subyek
Meminta anda untuk
membeli
Memberitahukan
pengalaman pemakaian
mereka
Tidak berkomentar apaapa
Jumlah
Responden (orang)
Persentase (%)
30
30
52
52
18
18
100
100
Berdasarkan hasil dilapangan mayoritas responden menyukai kemasan teh
celup yang didesain secara sederhana dengan jumlah responden 46 orang,
kemudian responden pun menyukai kemasan yang unik dengan jumlah responden
38 orang. Hal tersebut terjadi karena responden lebih menyukai teh celup yang
praktis baik dari segi desain kemasan maupun penyajiannya, dengan kemasan
yang sederhana diharapkan dapat mempermudah responden dalam mengkonsumsi
teh celup. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Bentuk Kemasan yang Diinginkan
Bentuk Kemasan
Responden (orang)
Sederhana
46
Unik
38
Modern
16
Jumlah
100
Persentase (%)
46
38
16
100
Selain itu juga cara responden memutuskan pembelian produk teh celup
menunjukan bagaimana prioritas teh celup dalam kegiatan konsumsi atau
penggunaannya. Berdasarkan penelitian di lapang 50 responden membeli teh
celup secara terencana, dan 39 orang responden membeli teh celup tergantung
dengan situasi. Hal tersebut membuktikan bahwa konsumen memberikan prioritas
cukup tinggi dalam pembelian teh celup, terutama bila persediaan teh celup
69
konsumen akan habis atau sudah habis. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 30.
Tabel 30. Cara Konsumen Memutuskan Pembelian
Cara Memutuskan
Responden (orang)
Pembelian
Terencana
50
Mendadak
11
Tergantung situasi
39
Jumlah
100
Persentase (%)
50
11
39
100
Frekuensi konsumsi responden teh celup tentunya akan mempengaruhi
jumlah pembelian. Semakin sering mengkonsumsi maka jumlah pembelian pun
akan semakin banyak, adapun jumlah konsumsi responden berdasarkan data
penelitian lapang yaitu 48 responden mengkonsumsi teh celup sebanyak 3 kali
dalam seminggu, kemudian 34 responden mengkonsumsi teh celup lebih sering
yaitu antara 5 – 7 kali dalam seminggu. Hal tersebut disebabkan oleh khasiat teh
yang baik, sehingga banyak responden yang mengkonsumsi teh minimal 1 kali
setiap hari.
Tabel 31. Frekuensi Konsumsi Teh Celup Konsumen (Per Minggu)
Frekuensi Konsumsi
Responden (orang)
Persentase (%)
0 kali
0
1 kali
5
2 kali
13
3 kali
48
Lainnya (5 – 7 kali)
34
Jumlah
100
0
5
13
48
34
100
6.5 Evaluasi Pasca Pembelian
Setelah melakukan pembelian, responden akan mengevaluasi apakah hasil
yang diperoleh dari pembelian produk tersebut memuaskan atau tidak. Keyakinan
dari sikap pada tahap ini akan mempengaruhi nilai pembelian selanjutnya.
Berdasarkan Tabel 32, mayoritas responden yaitu sebesar 98 orang merasa puas
setelah melakukan pembelian teh celup. Responden yang tidak puas terhadap
pembelian minuman teh celup dikarenakan responden lebih menyukai minuman
kopi dibandingkan teh celup. Hasil selengkapanya dapat dilihat pada Tabel 32.
70
Tabel 32. Sikap Konsumen Terhadap Teh Celup yang Dikonsumsinya
Sikap Konsumen
Responden (orang)
Persentase (%)
Puas
98
98
Tidak puas
2
2
Jumlah
100
100
Adapun seluruh responden yang ditemui pada saat penelitian dilapangan
merasakan manfaat yang diterima sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan.
Manfaat yang diterima antara lain mendapatkan kondisi tubuh yang segar setelah
mengkonsumsi minuman teh celup tersebut. Hasil selengkapanya dapat dilihat
pada Tabel 33.
Tabel 33. Kesesuaian Manfaat Dari Teh Celup yang Dikonsumsi
Kesesuaian Manfaat
Sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
Responden (orang)
Persentase (%)
98
2
100
98
2
100
Berdasarkan hasil penelitian di lapang, mayoritas responden akan beralih
ke merek lain bila merek yang biasa di konsumsi tidak ada. Hal tersebut
menunjukan bahwa ketersediaan produk yang didisplay menjadi hal yang wajib
diperhatikan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Sikap Konsumen Bila Merek yang Disukai Tidak Ada
Sikap Konsumen
Responden (orang)
Persentase (%)
Mencari ke tempat lain
15
sampai dapat
Beralih ke merek lain
52
Tidak jadi membeli
33
100
Jumlah
15
52
33
100
Kemudian bila ternyata merek yang responden sukai mengalami kenaikan
harga, mayoritas responden menjawab akan tetap membeli produk teh yang
disukainya. Hal tersebut terjadi karena selain harga teh celup yang relatif murah,
responden pun lebih mempertimbangkan rasa dan aroma teh celup dibandingkan
dengan harga dalam kegiatan pembeliannya. Hasil selengkapanya dapat dilihat
pada Tabel 35.
71
Tabel 35. Sikap Konsumen Bila Harga Merek yang Disukai Naik
Sikap Konsumen
Responden (orang)
Persentase (%)
Tetap membeli
72
Tidak jadi membeli
12
Mencari produk teh celup
16
lain yang lebih murah
Jumlah
100
72
12
16
100
Berdasarkan hasil penelitian bila ada merek teh celup baru dengan kisaran
harga yang sama dengan teh celup yang disukai, mayoritas responden menjawab
langsung mencoba produk baru tersebut dan kalau lebih enak langsung beralih.
Hal tersebut terjadi sama seperti Sosro, ketika ada produk baru yang dikeluarkan
Sariwangi muncul yaitu Sarimurni, konsumen lebih menyukai untuk membeli
produk baru tersebut. Kemudian responden akan mengevaluasi secara pribadi bila
ternyata dari segi rasa lebih enak maka akan langsung beralih. Oleh karena itu cita
rasa teh celup menjadi syarat utama bagi perusahaan teh celup untuk terus
bertahan dalam industri, selain inovasi untuk menciptakan produk baru. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Sikap Konsumen Bila Ada Merek Baru
Sikap Konsumen
Responden (orang)
Menunggu pendapat
23
orang lain baru mencoba
Langsung mencoba dan
44
kalau lebih enak maka
langsung beralih
Membiarkan saja dan
33
setia dengan merek yang
lama
Jumlah
100
Persentase (%)
23
44
33
100
Berdasarkan penelitian mayoritas responden menyukai promosi dalam
bentuk pembagian sampel gratis untuk produk baru, kemudian sebagian besar lain
menyukai diadakannya undian berhadiah ketika membeli produk teh celup.
Semakin menarik bentuk promosinya tentu akan meningkatkan minat responden
untuk membeli dan mengkonsumsi produk teh celup tersebut. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 37.
72
Tabel 37. Promosi yang Disukai Konsumen
Bentuk Promosi
Responden (orang)
Bagi – bagi sampel gratis
61
Undian berhadiah
19
Diskon besar – besaran
16
Kegiatan sosial
2
Kegiatan olahraga
2
Jumlah
100
Persentase (%)
61
19
16
2
2
100
Kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas terhadap produk dan merek. Hal
tersebut terbukti dengan keinginan mayoritas responden sebanyak 98 orang akan
mengkonsumsi teh celup kembali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
38.
Tabel 38. Keinginan Konsumen Untuk Kembali Mengkonsumsi Teh Celup
Sikap Konsumen
Mengkonsumsi kembali
Tidak mengkonsumsi
kembali
Jumlah
Responden (orang)
Persentase (%)
98
2
2
2
100
100
73
BAB VII
ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN
Analisis sikap dan kepuasan konsumen dengan menggunakan model sikap
Multiatribut Fishbein terhadap minuman teh celup merupakan suatu gambaran
penilaian konsumen terkait dengan atribut-atribut yang melekat pada produk
minuman teh celup dan mencerminkan kebiasaan konsumen dalam membeli atau
mengkonsumsi produk tersebut. Prinsip pada model ini adalah menghitung nilai
Ao (Attitude toward the object), yaitu sikap seseorang terhadap sebuah objek,
yang dikenali melalui atribut-atribut yang melekat tersebut. Komponen ei
mengukur evaluasi konsumen terhadap atribut I dari produk minuman teh celup
secara umum, tanpa adanya pengkaitan dengan merek tertentu, sedangkan
komponen bi mengukur keyakinan konsumen terhadap atribut I yang dimiliki oleh
masing-masing merek.
7.1 Penilaian Evaluasi dan Kinerja
7.1.1 Penilaian evaluasi Atribut (ei)
Atribut-atribut yang dinilai adalah rasa, warna, aroma teh, kejelasan
informasi komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, khasiat,
harga, merek, iklan, kemudahan mendapatkan. Tabel 39 menyajikan secara
lengkap hasil penilaian responden untuk atribut evaluasi (ei) terhadap semua
atribut dugaan pada minuman teh celup. Berdasarkan hasil pada Tabel 39,
menunjukkan atribut rasa (4,58) merupakan hal yang paling penting bagi para
konsumen dalam membentuk sikap terhadap produk minuman teh celup.
Konsumen menilai suatu merek minuman teh celup yang terbaik adalah yang
memiliki rasa yang khas pada produknya, sehingga konsumen merasa puas ketika
mengkonsumsi minuman teh celup. Posisi kedua dalam pembentukan sikap
terhadap produk adalah atribut aroma teh (4,33). Atribut aroma teh menjadi faktor
yang menjadi pertimbangan bagi sebagian besar konsumen, hal tersebut
dikarenakan tuntutan dari konsumen bahwa selain teh memiliki rasa yang enak
juga memiliki aroma daun teh yang khas. Dengan adanya aroma daun teh yang
khas dapat membuat konsumen merasa nyaman dan segar ketika mengkonsumsi.
74
Sementara itu atribut yang mempunyai bobot kepentingan terendah adalah
atribut kejelasan informasi komposisi (3,69) dan atribut iklan (3,41). Kedua
atribut ini dianggap tidak penting dalam pembentukan sikap terhadap produk
minuman teh celup. Atribut kejelasan informasi komposisi dinilai rendah, karena
konsumen memiliki anggapan bahwa bahan dasar pembuatan teh celup tidak
terlalu banyak sehingga kejelasan komposisi produk tidak menjadi hal yang perlu
diperhatikan. Kemudian atribut iklan menjadi atribut yang paling tidak
diperhatikan, hal tersebut terjadi karena bagi konsumen tanpa adanya iklan pun
mereka telah memiliki kepercayaan terhadap merek-merek yang selama ini
digunakan. Sehingga atribut iklan sangat efisien dan efektif digunakan bagi
produk teh celup yang baru muncul di industri.
Tabel 39. Penilaian Evaluasi Atribut
Atribut
Nilai Evaluasi (ei)*
Rasa
4.58
Aroma teh
4.33
Kejelasan Expired date
4.31
Khasiat
4.01
Kemudahan mendapatkan
3.99
Warna
3.86
Harga
3.78
Merek
3.72
Desain kemasan
3.72
Kejelasan informasi komposisi
3.69
Iklan
3.41
*Nilai sudah diurutkan dari terbesar ke terkecil
7.1.2 Penilaian Kinerja Atribut Merek
7.1.2.1 Kinerja Merek Sarimurni
Sarimurni merupakan salah satu merek minuman teh celup yang baru
muncul dalam industri teh celup di Indonesia. Penilaian responden terhadap
kinerja merek minuman teh celup Sarimurni dapat dilihat pada Tabel 40.
Berdasarkan hasil penelitian, atribut yang kinerjanya dinilai paling baik menurut
75
responden adalah atribut pilihan warna dengan nilai kepercayaan diberikan
responden sebesar 4,39, disusul oleh atribut desain kemasan dengan nilai
kepercayaan diberikan responden sebesar 4,31 dan kejelasan tanggal kadaluarsa
dengan nilai kepercayaan diberikan responden sebesar 4,13. Sementara itu, atribut
harga ternyata mendapatkan nilai kinerja terkecil (3,12). Hal ini berarti sebagian
besar responden menganggap bahwa harga minuman teh celup Sarimurni tidak
terlalu penting dan tidak menjadi prioritas utama bagi mereka. Selain itu atribut
kemudahan (3,53) memperoleh nilai kinerja yang kecil, hal tersebut terjadi karena
produk teh celup Sarimurni dianggap konsumen sulit untuk didapatkan, karena
ketersediaan produknya yang tidak banyak. Selengkapnya mengenai nilai
kepercayaan konsumen pada kinerja atribut minuman teh celup merek Sarimurni
dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Penilaian Kinerja Atribut Teh Celup Sarimurni
Atribut
Nilai Evaluasi (ei)*
Warna
4.39
Desain kemasan
4.31
Kejelasan Expired date
4.13
Rasa
4.08
Kejelasan informasi komposisi
4
Aroma
3.89
Khasiat
3.86
Merek
3.83
Iklan
3.67
Kemudahan
3.53
Harga
3.12
*Nilai sudah diurutkan dari terbesar ke terkecil
7.1.2.2 Kinerja Merek Sosro
Merek Sosro merupakan merek minuman teh celup yang telah lama
berkecimpung dalam industri teh celup di Indonesia. Pada Tabel 41 kita dapat
melihat bahwa ternyata atribut yang kinerjanya dinilai paling baik menurut
responden adalah atribut kemudahan mendapatkan (4,19), disusul oleh atribut
76
merek (4,18) dan rasa (4,1). Dalam benak konsumen merek Sosro sangat mudah
untuk didapatkan, karena selain mudah ditemui juga persediaan produknya relatif
banyak. Mengingat merek Sosro merupakan merek yang telah lama bergelut di
dalam industri teh celup di Indonesia maka merek Sosro pun dianggap konsumen
merupakan merek yang terkenal, karena telah tertanam Brand Image dalam benak
konsumen. Walaupun merek Sarimurni merupakan merek yang diproduksi oleh
Sariwangi, namun merek Sarimurni masih baru dan banyak konsumen yang
belum mengetahui bahwa Sarimurni merupakan produk inovasi dari Sariwangi.
Selengkapnya mengenai nilai kepercayaan konsumen pada kinerja atribut
minuman teh celup merek Sosro dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Penilaian Kinerja Atribut Teh Celup Sosro
Atribut
Nilai Evaluasi (ei)*
Kemudahan
4.19
Merek
4.18
Rasa
4.1
Warna
3.94
Aroma
3.88
Khasiat
3.83
Harga
3.83
Kejelasan Expired date
3.83
Kejelasan informasi komposisi
3.72
Desain kemasan
3.47
Iklan
3.24
*Nilai sudah diurutkan dari terbesar ke terkecil
7.2 Analisis Multiatribut Fishbein
Tahap selanjutnya dalam menentukan merek manakah yang terbaik
diantara kedua merek minuman teh celup tersebut menurut penilaian konsumen.
Pada tahap ini akan diestimasi sikap terhadap masing-masing merek dengan
menggunakan indeks Σ bi.ei dimana setiap skor kepercayaan harus dikalikan
dahulu dengan skor evaluasi untuk tiap-tiap atribut. Tabel 42 menunjukkan hasil
77
Fishbein dari penilaian konsumen minuman teh celup terhadap kedua merek
tersebut.
Pada Tabel 42, didapatkan total sikap responden terhadap merek Sarimurni
(169,19) menduduki peringkat lebih tinggi dibandingkan merek Sosro (167,08),
namun meskipun lebih rendah, selisih nilai sikap antara Sarimurni dan Sosro
relatif kecil. Hal ini menunjukan bahwa kedua produk telah disukai oleh
konsumen dengan baik. Menurut analisis multiatribut Fishbein responden
memberikan nilai kepentingan yang tinggi secara berurutan pada atribut rasa
dengan skor evaluasi kepentingan (ei) sebesar 4,58, atribut aroma dengan skor
evaluasi kepentingan (ei) sebesar 4,33, atribut kejelasan tanggal kadaluarsa
dengan skor evaluasi kepentingan (ei) sebesar 4,31, khasiat dengan skor evaluasi
kepentingan (ei) sebesar 4,01 dan kemudahan mendapatkan dengan skor evaluasi
kepentingan (ei) sebesar 3,99. Sementara itu atribut iklan (3,41) mendapatkan
nilai kepercayaan yang terendah dari konsumen.
Merek Sarimurni dinilai lebih baik daripada merek Sosro karena unggul
pada kinerja atribut warna (4,39), aroma (3,89), kejelasan informasi komposisi
(4), kejelasan tanggal kadaluarsa (4,13), desain kemasan (4,31), khasiat (3,86),
iklan (3,67) dan tidak unggul pada atribut pilihan rasa (4,08), harga (3,12), merek
(3,83), kemudahan mendapatkan (3,53). Nilai skor kepercayaan tertinggi yang
dinilai responden adalah pada atribut rasa (18,78) pada merek teh celup Sosro.
78
Tabel 42. Atribut Evaluasi dan Penilaian Konsumen Minuman Te Celup
Atribut
Skor Evaluasi
Skor Kepercayaan (bi)
Kepentingan (ei)
Sarimurni
Sosro
Bi
bi ei
Bi
bi ei
Rasa
4.58
4.08
18.69
4.1
18.78
Warna
3.86
4.39
16.95
3.94
15.21
Aroma
4.33
3.89
16.84
3.88
16.80
komposisi
3.69
4
14.76
3.72
13.73
Kejelasan Expired date
4.31
4.13
17.80
3.83
16.51
Desain kemasan
3.72
4.31
16.03
3.47
12.91
Khasiat
4.01
3.86
15.48
3.83
15.36
Harga
3.78
3.12
11.79
3.83
14.48
Merek
3.72
3.83
14.25
4.18
15.55
Iklan
3.41
3.67
12.51
3.24
11.05
Kemudahan Mendapatkan
3.99
3.53
14.08
4.19
16.72
Kejelasan informasi
Total Σ bi ei
169.19
167.08
Pada atribut rasa (18,78) merek Sosro memiliki nilai skor kepercayaan
yang lebih tinggi dari merek Sarimurni (18,69), responden berpendapat bahwa
rasa teh merek Sosro lebih kuat dan khas dibandingkan rasa teh merek Sarimurni.
Merek Sarimurni unggul pada atribut warna (16,95), dan aroma (16,84)
dibandingkan merek Sosro, karena merek Sarimurni dianggap memiliki warna
coklat teh yang lebih bening dan aroma daun teh yang lebih harum. Teknologi
osmofilter yang ada pada Sarimurni memiliki fungsi memberikan rasa yang khas,
aroma daun teh yang kuat, serta warna teh yang lebih bening pun dinilai sesuai,
walaupun atribut rasa masih lebih rendah dibandingkan merek Sosro. Selain itu
dari segi kejelasan tampilan informasi komposisi, tanggal kadaluarsa, dan desain
kemasan, merek Sarimurni dinilai lebih unggul dari merek Sosro, karena selain
tampilannya jelas, desain kemasannya pun sederhana namun menarik dari segi
ergonomisnya.
79
Merek Sosro unggul dalam atribut rasa (18,78), harga (14,48), merek
(15,55), dan kemudahan mendapatkan (16,72) dibandingkan merek Sarimurni.
Hal tersebut terjadi mengingat merek Sosro yang telah lama berkecimpung pada
industri teh celup di Indonesia, tentunya telah tertanam kepercayaan brand images
utamanya dari segi merek, dan rasa. Selain itu pun harga dari merek Sosro lebih
murah dibandingkan merek Sarimurni, serta produk merek Sosro lebih mudah
diperoleh oleh konsumen dan dalam jumlah yang banyak. Sebagian konsumen
berpendapat bahwa merek Sarimurni hanya dapat diperoleh di gerai, mall, atau
toko modern saja.
Dalam hal ini terjadi persaingan pasar yang cukup kuat antara Sarimurni
dan Sosro. Merek Sarimurni tidak terlalu dikenal masyarakat selain karena
merupakan produk inovasi Sariwangi. Sedangkan Sosro merupakan merek lama
yang telah lama berkecimpung dalam industri teh celup, sehingga jelas sekali
bahwa konsumen lebih mengenal merek Sosro lebih baik dibandingkan merek
Sariwangi. Oleh karena itu, perlunya peningkatan performance oleh Sariwangi
untuk dapat mempertahankan dan lebih dikenal oleh konsumen. Oleh karena itu
dirasakan sangat perlu untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat oleh
perusahaan.
80
BAB VIII
ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA
8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro
Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja
atribut produk minuman teh celup, khususnya untuk merek Sarimurni dan Sosro
juga terdapat 11 atribut dugaan. Atribut-atribut tersebut terdiri atas :
8.1.1 Rasa
Sebesar 60% responden menyatakan bahwa atribut rasa sangat penting,
38% responden menyatakan penting, 2% responden menyatakan cukup penting
dan tidak ada yang menjawab atribut rasa tidak penting atau sangat tidak penting.
Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan atribut rasa sebesar 4,58 dinilai
sangat penting oleh konsumen karena berada pada rentang skala 4,20 - 5,00. Rasa
mencirikan suatu produk jadi, sangat wajar jika memiliki tingkat kepentingan
sangat penting. Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 29 %
responden menyatakan rasa produk Sarimurni sangat enak, 50% responden
menjawab enak, 21% menjawab cukup enak. Secara keseluruhan skor rata-rata
kinerja atribut rasa sebesar 4,08 dinilai enak karena berada pada rentang skala
3,40 - 4,19. Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat
keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut rasa produk Sosro sebesar 4,10 dinilai
enak oleh responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.2 Warna
Sebesar 18% responden menyatakan bahwa atribut warna sangat penting,
53% responden menyatakan penting, 26% responden menyatakan cukup penting
dan tiga % menyatakan tidak penting, tidak ada yang menjawab atribut rasa
sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan atribut rasa
sebesar 3,86 dinilai penting oleh konsumen karena berada pada rentang skala 3,41
– 4,2. Warna teh menjadi daya tarik bagi konsumen dalam menentukan pemilihan
produk. Warna yang disukai konsumen yaitu yang coklat dan bening tanpa keruh.
Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 49 % responden menyatakan
warna produk Sarimurni sangat menarik, 41% responden menjawab menarik, 10%
81
menjawab cukup menarik. Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut warna
sebesar 4,39 dinilai sangat menarik karena berada pada rentang skala 4,20 – 5,00.
Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat keseluruhan skor
rata-rata kinerja atribut warna produk Sosro sebesar 3,94 dinilai menarik oleh
responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.3 Aroma Teh
Sebesar 45% responden menyatakan bahwa atribut aroma teh sangat
penting, 43% responden menyatakan penting, 12% responden menyatakan cukup
penting, tidak ada yang menjawab atribut aroma teh tidak penting dan sangat tidak
penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan atribut aroma teh sebesar
4,33 dinilai sangat penting oleh konsumen karena berada pada rentang skala 4,20
– 5,00. Aroma teh bagi konsumen merupakan ciri khas yang dapat membedakan
antara satu merek teh dengan merek yang lain. Karena aroma teh dipercaya
konsumen dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh dan otak. Semakin harum
aroma daun teh, konsumen semakin menyukainya. Berdasarkan penilaian kinerja
Sarimurni, sebanyak 15% responden menyatakan aroma produk Sarimurni sangat
khas, 60% responden menjawab khas, 24% menjawab cukup khas, dan 1%
menyatakan sedikit khas. Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut aroma
sebesar 3,89 dinilai khas karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan
penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja
atribut aroma produk Sosro sebesar 3,88 dinilai khas oleh responden karena
berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.4 Kejelasan Informasi Komposisi
Sebesar 17% responden menyatakan bahwa atribut informasi komposisi
pada kemasan sangat penting, 48% responden menyatakan penting, 27%
responden menyatakan cukup penting, 3% menyatakan tidak penting, dan 5%
menyatakan sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan
atribut kejelasan informasi komposisi sebesar 3,69 dinilai penting oleh konsumen
karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Kejelasan informasi komposisi bagi
konsumen merupakan informasi yang penting, karena berisi bahan–bahan dasar
82
apa saja digunakan dalam memproduksi teh celup. Kejelasan informasi komposisi
dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang akan dikonsumsinya berbahaya
atau tidak. Oleh karena itu informasi komposisi harus jelas ditampilkan dalam
kemasan, sehingga memberikan keyakinan kepada konsumen yang akan
mengkonsumsi. Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 18%
responden menyatakan informasi komposisi sangat jelas, 65% responden
menjawab jelas, 16% menjawab cukup jelas, dan 1% menyatakan tidak jelas.
Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut kejelasan informasi komposisi
sebesar 4 dinilai jelas karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan
penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja
atribut kejelasan informasi komposisi produk Sosro sebesar 3,72 dinilai jelas oleh
responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.5 Kejelasan Expired Date
Sebesar 44% responden menyatakan bahwa atribut informasi expired date
pada kemasan sangat penting, 45% responden menyatakan penting, 10%
responden menyatakan cukup penting, dan satu % menyatakan sangat tidak
penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan atribut kejelasan informasi
expired date sebesar 4,31 dinilai sangat penting oleh konsumen karena berada
pada rentang skala 4,20 – 5,00. Kejelasan informasi expired date bagi konsumen
merupakan informasi yang sangat penting, karena tercantumnya masa kadaluarsa
dari produk, sehingga produk yang akan dikonsumsi akan terlihat dalam kondisi
yang baik atau tidak. Berbahaya bagi suatu produk makanan dan minuman bila
tidak tercantum tanggal kadaluarsanya, karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bagi konsumen yang memakan atau meminum produk yang kadaluarsa.
Oleh karena itu informasi expired date harus jelas ditampilkan dalam kemasan,
sehingga memberikan keyakinan kepada konsumen yang akan mengkonsumsi.
Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 26% responden menyatakan
informasi expired date sangat jelas, 62% responden menjawab jelas, 11%
menjawab cukup jelas, dan 1% menyatakan tidak jelas. Secara keseluruhan skor
rata-rata kinerja atribut kejelasan expired date sebesar 4,13 dinilai jelas karena
berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan penilaian responden untuk
83
kinerja Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut kejelasan
informasi expired date produk Sosro sebesar 3,82 dinilai jelas oleh responden
karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.6 Desain Kemasan
Sebesar 19 % responden menyatakan bahwa atribut desain kemasan sangat
penting, 40 % responden menyatakan penting, 35 % responden menyatakan cukup
penting, dan enam % menyatakan tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata
kepentingan atribut desain kemasan sebesar 3,72 dinilai penting oleh konsumen
karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Desain kemasan pada produk teh
celup adalah sangat penting, selain dari segi keamanan, juga menggambarkan
kualitas dari produk teh yang dihasilkan. Desain kemasan yang menarik bila
menjaga isi dengan baik, dan menarik dari segi desainnya. Berdasarkan penilaian
kinerja Sarimurni, sebanyak 41 % responden menyatakan desain kemasan sangat
menarik, 50% responden menjawab menarik, 8 % menjawab cukup menarik, dan
1 % menyatakan tidak menarik. Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut
desain kemasan sebesar 4,31 dinilai sangat menarik karena berada pada rentang
skala 4,20 – 5,00. Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat
keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut desain kemasan produk Sosro sebesar
3,47 dinilai menarik oleh responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.7 Desain Kemasan
Sebesar 19 % responden menyatakan bahwa atribut desain kemasan sangat
penting, 40 % responden menyatakan penting, 35 % responden menyatakan cukup
penting, dan enam % menyatakan tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata
kepentingan atribut desain kemasan sebesar 3,72 dinilai penting oleh konsumen
karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Desain kemasan pada produk teh
celup adalah sangat penting, selain dari segi keamanan, juga menggambarkan
kualitas dari produk teh yang dihasilkan. Desain kemasan yang menarik bila
menjaga isi dengan baik, dan menarik dari segi desainnya. Berdasarkan penilaian
kinerja Sarimurni, sebanyak 41% responden menyatakan desain kemasan sangat
menarik, 50% responden menjawab menarik, 8% menjawab cukup menarik, dan
84
1% menyatakan tidak menarik. Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut
desain kemasan sebesar 4,31 dinilai sangat menarik karena berada pada rentang
skala 4,20 – 5,00. Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Sosro didapat
keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut desain kemasan produk Sosro sebesar
3,47 dinilai menarik oleh responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.8 Khasiat
Sebesar 23% responden menyatakan bahwa atribut khasiat sangat penting,
55% responden menyatakan penting, 22% responden menyatakan cukup penting.
Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan atribut desain kemasan sebesar 4,01
dinilai penting oleh konsumen karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Teh
celup merupakan salah satu minuman kesehatan yang dipercayai konsumennya
memiliki khasiat yang baik bagi tubuh dan pikiran. Oleh karena itu salah satu
pertimbangan utama konsumen mengkonsumsi teh celup karena khasiatnya
tersebut. Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 11% responden
menyatakan khasiat teh Sarimurni sangat berkhasiat, 64% responden menjawab
berkhasiat, dan 25% menjawab cukup berkhasiat. Secara keseluruhan skor ratarata kinerja atribut khasiat produk sebesar 3,86 dinilai berkhasiat karena berada
pada rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan penilaian responden untuk kinerja
Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut khasiat produk Sosro
sebesar 3,83 dinilai menarik oleh responden karena berada pada rentang skala
3,40 – 4,19.
8.1.9 Harga
Sebesar 34% responden menyatakan bahwa atribut harga sangat penting,
27% responden menyatakan penting, 22% responden menyatakan cukup penting
17% menyatakan tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan
atribut harga sebesar 3,78 dinilai penting oleh konsumen karena berada pada
rentang skala 3,40 – 4,19. Harga merupakan salah satu atribut yang penting dan
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk teh celup. Namun
demikian ada sebagian konsumen yang berpendapat bahwa harga tidaklah
menjadi atribut yang penting bagi mereka, karena menurutnya harga teh celup
85
tidak mahal bila dibandingkan produk lain. Berdasarkan penilaian kinerja
Sarimurni, sebanyak 14% responden menyatakan harga teh Sarimurni murah,
84% responden menjawab cukup murah, dan 2% menjawab mahal. Secara
keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut khasiat produk sebesar 3,12 dinilai
cukup murah karena berada pada rentang skala 2,60 – 3,39. Sedangkan penilaian
responden untuk kinerja Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut
harga produk Sosro sebesar 3,83 dinilai murah oleh responden karena berada pada
rentang skala 3,40 – 4,19.
8.1.10 Iklan
Sebesar 7% responden menyatakan bahwa atribut iklan sangat penting,
38% responden menyatakan penting, 44% responden menyatakan cukup penting
11% menyatakan tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata kepentingan
atribut iklan sebesar 3,41 dinilai penting oleh konsumen karena berada pada
rentang skala 3,40 – 4,19. Iklan merupakan salah satu sarana perusahaan dalam
mempromosikan, mengenalkan, dan menyampaikan informasi produk kepada
konsumen. Maka atribut iklan merupakan atribut yang penting bagi konsumen,
terutama konsumen teh celup. Dengan iklan, konsumen teh celup dapat
memperoleh informasi khasiat, harga, dan juga kualitas dari perusahaan produsen
sebelum proses pembelian dilakukan. Berdasarkan penilaian kinerja Sarimurni,
sebanyak 9% responden menyatakan iklan produk teh Sarimurni sangat menarik,
49% responden menjawab menarik, dan 42% menjawab cukup menarik. Secara
keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut iklan produk sebesar 3,67 dinilai
menarik karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan penilaian
responden untuk kinerja Sosro didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut
iklan produk Sosro sebesar 3,24 dinilai cukup menarik oleh responden karena
berada pada rentang skala 2,60 – 3,39.
8.1.11 Kemudahan Mendapatkan
Sebesar
17%
responden
menyatakan
bahwa
atribut
kemudahan
mendapatkan atau persediaan produk sangat penting, 68% responden menyatakan
penting, 13% responden menyatakan cukup penting, 1% menyatakan tidak
86
penting dan 1% menyatakan sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor ratarata kepentingan atribut kemudahan mendapatkan atau persediaan produk sebesar
3,99 dinilai penting oleh konsumen karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
Kemudahan mendapatkan atau persediaan produk merupakan salah satu atribut
yang penting bagi konsumen. Banyak konsumen teh celup yang beralih
mengkonsumsi dari satu merek ke merek lain karena kurangnya pengelolaan
persediaan di toko atau tempat display. Seringkali konsumen teh celup merasa
kecewa karena tidak adanya stok di toko ketika akan membeli. Berdasarkan
penilaian kinerja Sarimurni, sebanyak 8% responden menyatakan kemudahan
mendapatkan atau persediaan produk produk teh Sarimurni sangat mudah didapat,
51% responden menjawab mudah didapat, 27% menjawab cukup mudah didapat,
dan 14% menyatakan sulit didapat. Secara keseluruhan skor rata-rata kinerja
atribut iklan produk sebesar 3,53 dinilai mudah didapat karena berada pada
rentang skala 3,40 – 4,19. Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Sosro
didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut kemudahan mendapatkan atau
persediaan produk produk Sosro sebesar 4,19 dinilai mudah didapat oleh
responden karena berada pada rentang skala 3,40 – 4,19.
8.2 Analisis Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro
Setelah mendapatkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
dari masing-masing atribut merek minuman teh celup Sarimurni dan Sosro,
langkah selanjutnya adalah memplotkan nilai-nilai tersebut ke dalam diagram
kartesius. Tabel 43 menunjukkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat
kinerja produk Sarimurni secara keseluruhan.
87
Tabel 43. Perhitungan Rata-Rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat
Kinerja Pada Produk Sarimurni
Rata – Rata Skor
No
Atribut
Kepentingan
Kinerja
(Y)
(X)
1
Rasa
4.58
4.08
2
Warna
3.86
4.39
3
Aroma
4.33
3.89
4
Kejelasan informasi komposisi
3.69
4
5
Kejelasan Expired date
4.31
4.13
6
Desain kemasan
3.72
4.31
7
Khasiat
4.01
3.86
8
Harga
3.78
3.12
9
Merek
3.72
3.83
10
Iklan
3.41
3.67
11
Kemudahan Mendapatkan
3.99
3.53
3.95
3.89
Total Rata – Rata
Setelah mendapatkan titik sumbu pembagian kuadran di X = 3,89 dan Y =
3,95, langkah selanjutnya yaitu memplotkan titik rata–rata tersebut (X, Y) tiap
atribut ke dalam grafik kartesius. Gambar 5 menunjukkan keberadaan titik-titik
atribut dugaan dalam kuadran yang telah dibagi kedalam 4 kuadran.
88
IPA SARIMURNI
3,89
4,75
A1
I
Tingkat Kepentingan
4,50
II
A3
A5
4,25
A7
A11
4,00
3,95
A2
A8
3,75
A9
3,50
A6
A4
A10
III
3,25
3,0
3,2
IV
3,4
3,6
3,8
4,0
4,2
4,4
4,6
Tingkat Kinerja
Gambar 5. Grafik Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap
Atribut Produk Sarimurni
Keterangan :
Kuadran I
A7. Khasiat
A11. Kemudahan Mendapatkan
Kuadran III
A8. Harga
A9. Merek
A10. Iklan
Kuadran II
A3. Aroma
A1. Rasa
A5. Kejelasan Expired date
Kuadran IV
A2. Warna
A4. Kejelasan informasi komposisi
A6. Desain kemasan
89
Berdasarkan Gambar 5, terlihat pemetaan beberapa atribut pada beberapa
kuadran. Keberadaan atribut-atribut pada kuadran tersebut memiliki makna yang
berbeda-beda terkait dengan tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
Penjelasan mengenai kuadran-kuadran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kuadran I (Prioritas Utama)
Pada kuadran I setiap posisi atribut produk menunjukkan bahwa tingkat
kepentingan konsumen terhadap atribut produk berbeda pada tingkat tinggi.
Sedangkan pada tingkat pelaksanaannya dinilai masih rendah atau pada
kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang konsumen harapkan
(tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah), sehingga konsumen
menuntut adanya perbaikan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan
atribut produk tersebut agar kepuasan konsumen dapat diraih. Atribut-atribut yang
masuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan dengan cara perusahaan tetap
melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus menerus sehingga kinerja
atribut yang ada dalam kuadran ini akan meningkat. Adapun atribut Sarimurni
yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya adalah khasiat dan
kemudahan mendapatkan.
Khasiat merupakan salah satu faktor yang penting terutama dalam
minuman kesehatan seperti teh. Beberapa konsumen mengkonsumsi teh karena
mengetahui akan khasiat yang dikandungnya bagi kesehatan tubuh. Walaupun
Sarimurni telah memproduksi teh celup dengan baik, dan berusaha memberikan
khasiat yang baik bagi konsumen setelah mengkonsumsi, ternyata bagi konsumen
hal tersebut masih dirasa kurang. Salah satu faktor yang membuat konsumen
merasa masih kurang yaitu karena informasi yang diberikan oleh produsen kepada
konsumen masih sangat terbatas, utamanya dalam hal informasi khasiat
mengkonsumsi
teh.
Selama
ini
konsumen
hanya
mengetahui
bahwa
mengkonsumsi teh menyehatkan tetapi kesehatan tersebut memang tidak secara
instant diperoleh, sehingga konsumen merasa biasa–biasa saja setelah
mengkonsumsi teh celup. Oleh karena itu, produsen harus bisa menginformasikan
dengan baik tentang manfaat mengkonsumsi teh, dalam hal ini teh celup
Sarimurni, walaupun khasiat tersebut tidak instan atau dalam jangka panjang
tetapi seharusnya tetap disampaikan. Selain memberikan informasi, produsen juga
90
mengajarkan konsumen bahwa dengan mengkonsumsi teh ternyata dapat
menyehatkan tubuh.
Kemudahan mendapatkan atau persediaan yang cukup, merupakan salah
satu faktor yang penting bagi konsumen teh celup. Berdasarkan penelitian,
responden teh celup cenderung tidak memiliki loyalitas terhadap suatu merek, hal
tersebut karena teh celup memiliki banyak pilihan merek. Sarimurni dipandang
memiliki tingkat kinerja yang masih rendah pada atribut kemudahan
mendapatkan. Menurut konsumen hal tersebut terjadi karena Sarimurni hanya
ditemui di mall atau gerai dan toko modern saja, dan sangat sulit ditemukan di
toko – toko kecil dan pasar tradisional. Selain itu Sarimurni persediaan stok pada
display pun tidak dalam jumlah yang banyak, sehingga konsumen seringkali
kehabisan saat ingin membeli. Oleh karena itu produsen harus dapat
mengembangkan jaringan distribusinya, agar Sarimurni dapat mudah ditemui oleh
konsumen baik di toko–toko kecil, maupun di pasar tradisional. Selain itu stok
persediaan produk pun harus dipantau dengan baik, mengingat konsumen teh
celup dapat dengan mudah berpindah pada merek yang lain. Jika konsumen
berpindah pada merek lain, akan mempersulit Sarimurni dalam membangun brand
image dibenak konsumen, sehingga produk Sarimurni akan sulit untuk
mengembangkan pangsa pasarnya.
2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran II menunjukkan bahwa tingkat kepentingan konsumen terhadap
atribut produk berada pada tingkat tinggi dan pelaksanaannya dirasakan pada
tingkat yang tinggi pula dan sudah sesuai sehingga tingkat kepuasannya relatif
tinggi. Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran II, harus tetap dipertahankan
posisinya oleh perusahaan karena atribut-atributnya inilah yang telah menjadikan
produk atau jasa tersebut unggul dimata konsumen. Atribut-atribut tersebut
diantaranya : rasa, aroma teh, kejelasan expired date.
Rasa daun teh merupakan atribut yang sangat penting bagi minuman teh
celup, rasa daun teh yang khas menjadikan daya tarik bagi konsumen dalam
memilih merek produk teh celup. Rasa merupakan salah satu atribut yang
memiliki tingkat kepentingan yang sangat penting bagi konsumen, dan ternyata
tingkat kinerja produk Sarimurni dinilai konsumen cukup tinggi. Sarimurni telah
91
menggunakan teknologi osmofilter yang dapat menjaga rasa teh tetap khas, dan
ternyata dinilai konsumen rasa produk Sarimurni telah sesuai dengan harapan
mereka.
Aroma daun teh merupakan atribut yang penting bagi konsumen, terutama
dalam industri minuman teh celup. Beberapa konsumen mengatakan aroma teh
yang nikmat dapat membuat mereka menjadi lebih rileks. Sarimurni dengan
teknologi osmofilter yang menjaga aroma daun teh ternyata telah memberikan
hasil yang sesuai dengan harapan konsumen. Oleh karena itu minimal produsen
dapat menjaga kualitas aroma daun teh, lebih baik jika dapat meningkatkan lebih
baik lagi.
Kejelasan expired date sangat penting bagi konsumen, karena memberikan
informasi kualitas produk, dan kelayakan produk yang akan dikonsumsi. Bila
tanggal kadaluarsa tidak tercantum dalam kemasan konsumen cenderung tidak
akan percaya untuk mengkonsumsi produk tersebut. Sarimurni dinilai konsumen
telah memiliki tingkat kinerja yang sesuai dengan harapan konsumen, karena
tanggal kadaluarsa tercantum jelas di kemasan. Sehingga konsumen percaya akan
kualitas produk Sarimurni yang akan dikonsumsinya.
3. Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan konsumen terhadap
atribut Sarimurni masih kurang, sedangkan tingkat pelaksanaannya oleh produsen
juga kurang baik. Konsumen mengabaikan atribut pada posisi kuadran III, karena
atribut tersebut kurang dianggap penting. Atribut-atribut yang terdapat dalam
kuadran ini diantaranya : harga, merek, iklan.
Harga teh celup dipandang responden masih sangat terjangkau, sama
halnya dengan harga Sarimurni dipandang konsumen masih terjangkau walaupun
sedikit lebih mahal. Konsumen lebih mempertimbangkan manfaat teh
dibandingkan harga dari produk teh. Sehingga atribut harga dianggap kurang
penting untuk diperhatikan.
Merek teh celup kurang menjadi fokus perhatian para responden.
Sarimurni dinilai responden memiliki nilai kinerja yang masih rendah. Walaupun
Sarimurni merupakan produk turunan dari Sariwangi, namun ternyata banyak
konsumen yang belum mengetahuinya. Dalam benak konsumen lebih tertanam
92
brand image Sariwangi, dibandingkan Sarimurni. Oleh karena itu menjadi
tantangan pula bagi produsen Sarimurni untuk menanamkan brand image
Sarimurni di benak konsumen. Selain itu salah satu cara untuk menanamkan
brand image di benak konsumen tentang merek Sarimurni yaitu, dengan
menempatkan SPG di beberapa tempat display atau tempat penjualan untuk
mempresentasikan informasi tentang teh Sarimurni.
Atribut iklan dinilai kurang penting oleh responden. Responden cenderung
mengetahui tentang produk teh celup dari media televisi. Sarimurni dinilai
responden masih kurang dalam kegiatan promosi. Produsen harus mewaspadai hal
tersebut karena sumber ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk berawal
dari kuadran ini. Peningkatan terhadap hal-hal tersebut memang perlu dilakukan
oleh produsen.
4. Kuadran IV (Berlebihan)
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran IV, jika dilihat dari
kepentingan konsumen berada pada tingkat kepentingan yang rendah, tetapi jika
dilihat dari kinerja konsumen berada pada tingkat kinerja yang tinggi. Konsumen
menilai bahwa kinerja atribut-atribut Sarimurni berada pada tingkat yang tinggi.
Jadi variabel ini perlu dipertimbangkan kembali karena terlalu berlebihan.
Atribut-atribut tersebut diantaranya : warna, kejelasan informasi komposisi,
desain kemasan.
Atribut warna tidak dianggap terlalu penting oleh konsumen karena
sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasa dan khasiat atau manfaat dari
meminum Sarimurni merupakan pertimbangan utama bagi mereka. Namun
perusahaan telah melaksanakan dengan baik pada Sarimurni.
Kejelasan informasi dianggap tidak terlalu penting karena menurut
konsumen di dalam produk teh tidak terlalu banyak komposisinya, sehingga
konsumen beranggapan bahwa informasi komposisi tidak terlalu penting. Namun
produsen Sarimurni telah memberikan informasi komposisi yang baik pada
konsumen.
Desain kemasan dan ciri khas desain kemasan memang penting untuk
menarik perhatian konsumen. Namun hal ini kurang dianggap penting oleh
responden karena desain kemasan hanya merupakan tampilan fisik saja. Namun
93
responden menilai produsen Sarimurni telah sangat baik dalam membuat desain
kemasan produk. Selain itu teh Sarimurni yang memiliki bentuk kemasan yang
sedikit berbeda dengan teh celup pada umumnya, dapat melakukan penjelasan
kepada konsumen dengan mencantumkan petunjuk penyajian teh celup Sarimurni.
Selanjutnya akan dijelaskan penilaian atribut teh celup merek Sosro,
berikut adalah hasil perhitungan rata–rata skor yang selanjutnya akan diplotkan
dalam diagram kartesius.
Tabel 44. Perhitungan Rata-Rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat
Kinerja pada Produk Sosro
Rata – Rata Skor
No
Atribut
Kepentingan
Kinerja
(Y)
(X)
1
Rasa
4.58
4.1
2
Warna
3.86
3.94
3
Aroma
4.33
3.88
4
Kejelasan informasi komposisi
3.69
3.72
5
Kejelasan Expired date
4.31
3.83
6
Desain kemasan
3.72
3.47
7
Khasiat
4.01
3.83
8
Harga
3.78
3.83
9
Merek
3.72
4.18
10
Iklan
3.41
3.24
11
Kemudahan Mendapatkan
3.99
4.19
3.95
3.84
Total Rata – Rata
Setelah mendapatkan titik sumbu pembagian kuadran di X = 3,84 dan Y =
3,95, langkah selanjutnya yaitu memplotkan titik rata–rata (X, Y) tiap atribut ke
dalam grafik kartesius. Gambar 6 menunjukkan keberadaan titik-titik atribut
dugaan dalam kuadran yang telah dibagi kedalam 4 kuadran.
94
IPA SOSRO
3,84
4,75
A1
I
II
Tingkat Kepentingan
4,50
A5 A3
4,25
A7
4,00
3,95
A8
A6
3,75
3,50
A11
A2
A9
A4
A10
IV
3,25
III3,2
3,4
3,6
3,8
4,0
4,2
4,4
4,6
Tingkat Kinerja
Gambar 6. Grafik Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap
Atribut Produk Sosro
Keterangan :
Kuadran I
A5. Kejelasan Expired date
A7. Khasiat
Kuadran II
A1. Rasa
A3. Aroma
A11. Kemudahan Mendapatkan
Kuadran III
A4. Kejelasan informasi komposisi
A6. Desain kemasan
A8. Harga
A10. Iklan
Kuadran IV
A2. Warna
A9. Merek
Berdasarkan Gambar 6, terlihat pemetaan beberapa atribut pada beberapa
kuadran untuk teh celup merek Sosro. Keberadaan atribut-atribut pada kuadran
tersebut memiliki makna yang berbeda-beda terkait dengan tindakan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan.
Adapun atribut Sosro yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan
kinerjanya adalah khasiat dan kemudahan mendapatkan. Atribut-atribut yang
terdapat pada kuadran II, harus tetap dipertahankan posisinya oleh perusahaan
95
karena atribut-atributnya inilah yang telah menjadikan produk atau jasa tersebut
unggul dimata konsumen. Atribut Sosro yang ada di kuadran II diantaranya : rasa,
aroma teh, kemudahan mendapatkan.
Konsumen mengabaikan atribut pada posisi kuadran III, karena atribut
tersebut kurang dianggap penting. Atribut Sosro yang terdapat dalam kuadran ini
diantaranya : kejelasan informasi komposisi, desain kemasan, harga dan iklan.
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran IV, konsumen menilai bahwa kinerja
atribut-atribut Sosro berada pada tingkat yang tinggi. Jadi variabel ini perlu
dipertimbangkan kembali karena terlalu berlebihan. Atribut-atribut tersebut
diantaranya : warna, dan merek.
8.3 Hasil Analisis Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) atau Indeks Kepuasan Konsumen
digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan total konsumen dengan
memperhitungkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja atribut minuman
teh celup Sarimurni. Indeks Kepuasan Konsumen ini diperlukan karena hasil dari
pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran yang akan
datang. Tanpa adanya CSI, pihak perusahaan Sarimurni tidak dapat mengetahui
apakah konsumen puas atau tidak dengan produk yang mereka tawarkan. Indeks
ini diperlukan karena proses pengukuran kinerja pelanggan bersifat kontinyu.
Nilai CSI Sarimurni dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 45. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index Produk Sarimurni
Atribut
MISi
MSS
WF
WS
1
4.58
4.08
0.11
2
3.86
4.39
0.09
3
4.33
3.89
0.10
4
3.69
4
0.09
5
4.31
4.13
0.10
6
3.72
4.31
0.09
7
4.01
3.86
0.09
8
3.78
3.12
0.09
9
3.72
3.83
0.09
10
3.41
3.67
0.08
11
3.99
3.53
0.09
TOTAL
43.40
42.81
CSI (Customer Satisfaction Index)
0.43
0.39
0.39
0.34
0.41
0.37
0.36
0.27
0.33
0.29
0.32
3.90
78%
96
Berdasarkan tabel nilai indeks kepuasan konsumen Sarimurni, dapat
diketahui bahwa nilai Customer Satisfaction Index (CSI) 78 % berada pada
kriteria puas karena berada pada rentang skala 60-80 %. Dengan hasil ini,
produsen Sarimurni dapat menentukan lagi langkah-langkah atau sasaran yang
ingin dicapai agar konsumen dapat lebih puas atau menerima produk Sarimurni
yang mereka pasarkan. Adapun nilai indeks kepuasan untuk produk Sosro dapat
dilihat pada Tabel 46.
Tabel 46. Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Index Produk Sosro
Atribut
MISi
MSS
WF
WS
1
4.58
4.1
0.11
0.43
2
3.86
3.94
0.09
0.35
3
4.33
3.88
0.10
0.39
4
3.69
3.72
0.09
0.32
5
4.31
3.83
0.10
0.38
6
3.72
3.47
0.09
0.30
7
4.01
3.83
0.09
0.35
8
3.78
3.83
0.09
0.33
9
3.72
4.18
0.09
0.36
10
3.41
3.24
0.08
0.25
11
3.99
4.19
0.09
0.39
TOTAL
43.40
42.21
3.85
CSI (Customer Satisfaction Index)
77%
Berdasarkan tabel nilai indeks kepuasan konsumen Sosro, dapat diketahui
bahwa nilai Customer Satisfaction Index (CSI) 77 % berada pada kriteria puas
karena berada pada rentang skala 60-80 %. Berdasarkan hasil dari empat kuadran
diagram kartesius dan Customer Satisfaction Index produk minuman teh celup
Sarimurni, maka selanjutnya kita dapat merumuskan atau menyusun rekomendasi
strategi pemasaran berdasarkan pada hasil tersebut.
8.4 Rekomendasi Strategi Pemasaran Sarimurni
Strategi pemasaran adalah seperangkat tindakan yang terintegrasi dalam
upaya memberikan nilai bagi konsumen dan keunggulan bersaing bagi perusahaan
(Kotler, 2002). Strategi perusahaan dalam hal ini merupakan implikasi dari hasil
keragaan perilaku konsumen, baik mengenai proses keputusan pembelian
Sarimurni serta tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yang mempengaruhi
kepuasan konsumen terhadap atribut - atribut Sarimurni.
97
Strategi pemasaran terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi
promosi dan strategi distribusi. Keempat strategi tersebut adalah suatu kesatuan
dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Penyajian strategi pemasaran ini
hanya mencakup minuman teh celup Sarimurni yang diteliti pada responden
masyarakat yang berbelanja di Giant Botani Square Bogor, dan pernah atau sering
membeli serta mengkonsumsi minuman teh celup
8.4.1 Strategi Produk
Menurut hasil pengukuran model multiatribut Fishbein, Importance
Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index (CSI) merek Sarimurni
memerlukan peningkatan performa atribut berkaitan dengan produk agar dapat
lebih disukai oleh konsumen. Rekomendasi pertama adalah produsen sangat perlu
memperhatikan khasiat teh. Teh celup yang merupakan salah satu minuman
kesehatan, sangat diharapkan dapat bermanfaat positif bagi kesehatan tubuh
utamanya bagi para konsumen yang mengkonsumsi. Mayoritas dari konsumen
minuman teh celup adalah konsumen yang berusia berusia 36 tahun keatas.
Kesadaran konsumen dengan usia tersebut terhadap kesehatan sangat tinggi. Hal
tersebut ditunjukan dari data hal yang menjadi daya tarik utama bagi konsumen
yang mengkonsumsi teh celup, yaitu karena manfaat kesehatannya. Khasiat
mengkonsumsi teh Celup tidak terasa dalam jangka pendek, namun terasa pada
jangka panjang. Sehingga konsumen merasa tidak ada manfaat secara langsung
yang dirasakan ketika mengkonsumsi teh Celup, dan mengakibatkan atribut
khasiat teh celup terutama Sariwangi menjadi dinilai terlalu rendah kinerjanya.
Oleh karena itu, pihak produsen Sarimurni harus mulai memikirkan
bagaimana cara membuat produk Sarimurni dirasa lebih bermanfaat oleh
konsumen ketika dikonsumsi. Salah satu caranya dengan menambahkan
keterangan manfaat atau khasiat dari mengkonsumsi teh celup pada kemasan teh
Sarimurni, agar konsumen lebih mengetahui manfaat dari mengkonsumsi teh
Sarimurni. Atribut lain produk Sarimurni seperti warna, aroma, kejelasan
informasi komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, dan rasa dari
produk tersebut dinilai oleh responden telah memiliki kinerja yang baik. Oleh
98
karena itu, atribut-atribut tersebut harus dipertahankan pelaksanaannya oleh
perusahaan.
8.4.2 Strategi Harga
Berdasarkan hasil penelitian harga produk minuman Sarimurni penting
oleh konsumen dan tingkat pelaksanannya masih dirasakan biasa-biasa saja. Bagi
konsumen, berapapun harga yang ditawarkan, konsumen akan membandingkan
harga produk dengan manfaat yang dimiliki oleh produk tersebut. Meskipun
Sarimurni masih lebih mahal dibandingkan produk teh celup lainnya, tapi
konsumen tidak terlalu peduli terhadap harga yang ditetapkan. Sebagian besar
konsumen lebih mengutamakan manfaat kesehatan dari Sarimurni yang mereka
konsumsi daripada harga produk tersebut. Perusahaan menetapkan harga
berdasarkan harga bahan baku dan biaya produksi yang telah dikeluarkan. Harga
minuman teh celup Sarimurni dinilai cukup murah oleh konsumen karena
harganya terjangkau dan ekonomis. Alternatif strategi pemasaran yang dapat
dilakukan perusahaan saat ini adalah dengan tetap mempertahankan tingkat harga
sekarang dan meningkatkan kualitas produk dibanding produk pesaingnya dalam
hal ini minuman Sosro. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan posisi produk
dalam persaingan industri minuman teh celup di pasaran.
8.4.3 Strategi Promosi
Promosi merupakan atribut yang tingkat kepentingannya dianggap penting
oleh konsumen, sedangkan tingkat pelaksanannya dinilai biasa saja. Dalam
pelaksanaannya,
perusahaan
dinilai
oleh
responden
biasa
saja
dalam
mempromosikan produknya. Bila dibandingkan dengan produk Sosro, promosi
yang dilakukan Sarimurni masih lebih baik. Namun tidak dipungkiri Sosro
sebagai pemain lama dalam industri teh celup di Indonesia telah berhasil
menanamkan brand image di benak para konsumennya. Oleh karena itu tanpa
gencar beriklan pun Sosro sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat, terbukti
dari nilai kinerja atribut merek produk Sosro lebih baik dibandingkan produk
Sarimurni. Oleh karena itu, pihak produsen Sarimurni harus lebih meningkatkan
lagi program pemasarannya (promosi), agar masyarakat lebih mengenal dan
99
mengetahui kualitas serta keunggulan yang dimiliki produk Sarimurni, dan lebih
baik lagi tertanam brand image dalam benak konsumennya. Alternatif lain dalam
strategi promosi selain tetap mempertahankan strategi promosi yang telah
dilaksanakan sebelumnya, yaitu dengan melakukan promosi hubungan masyarakat
dengan turut serta menjadi pendukung dalam acara tertentu. Selain itu kegiatan
promosi lain yang dapat dilakukan seperti mengkomunikasikan informasi tentang
produk, pemberian hadiah langsung, pembagian sampel produk secara gratis atau
dengan memperhatikan penempatan produk dengan semenarik mungkin di tempat
penjualannya, sehingga konsumen dapat melihat atau mengetahui produk
Sarimurni.
Selain itu untuk lebih memperkenalkan Sarimurni kepada masyarakat, dan
menanamkan brand image produk, produsen Sarimurni dapat memberikan
penjelasan informasi produk konsumen dengan lebih baik. Salah satunya dengan
menempatkan
SPG
mempresentasikan
di
kepada
beberapa
konsumen
tempat
secara
display
Sarimurni
langsung
tentang
untuk
manfaat
mengkonsumsi, ataupun informasi Sarimurni yang merupakan produk inovasi
Sariwangi.
8.4.4 Strategi Distribusi
Sistem distribusi merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau
tidaknya sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya. Sistem distribusi
yang baik akan memastikan suatu produk sampai kepada konsumen pada saat
dibutuhkan, karena kemudahan mendapatkan produk merupakan salah satu faktor
yang akan memelihara kepercayaan konsumen terhadap suatu produk.
Berdasarkan hasil analisis Multiatribut Fishbein, ketersediaan produk minuman
teh celup Sarimurni merupakan salah satu atribut yang dianggap penting. Namun
beberapa konsumen berpendapat bahwa teh celup Sarimurni sulit diperoleh,
karena hanya dijual di mall/gerai toko modern, dan tidak banyak dijual di toko
kecil atau pasar tradisional. Oleh karena itu, alternatif strategi pemasaran yang
dilakukan oleh produk Sarimurni adalah dengan menciptakan jaringan distribusi
yang kuat dan tersebar di semua tempat penjualan tidak hanya di pusat
perbelanjaan besar saja, namun juga tersebar di minimarket atau toko–toko kecil.
100
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disajikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian teh celup Sarimurni proses
keputusan pembelian minuman teh celup oleh konsumen dilakukan dengan
terlebih dahulu melalui tahap–tahap dalam proses keputusan pembelian.
Tahap pertama yaitu pengenalan kebutuhan, mayoritas responden
memiliki motivasi dalam membeli teh celup yaitu karena kepraktisan dan
mudah dikonsumsi. Selain itu bagi konsumen mengkonsumsi teh
merupakan gaya hidup yang menyehatkan dan diterapkan oleh mereka.
Pada tahap pencarian informasi, mayoritas konsumen tidak mencari
informasi secara khusus dalam melakukan pembelian teh celup, karena
menurut mereka informasi mengenai teh celup telah mereka dapatkan
melalui media televisi. Pada tahap keputusan pembelian diperoleh data teh
celup sarimurni banyak disukai oleh konsumen yaitu merek Sarimurni
dibandingkan merek Sosro, dan konsumen mayoritas melakukan
pembelian secara terencana. Pada tahap evaluasi pasca pembelian hampir
seluruh konsumen puas dengan produk teh yang dikonsumsinya dan akan
melakukan pembelian kembali.
2. Menurut analisis sikap Fishbein responden memberikan nilai kepentingan
yang tinggi secara berurutan pada atribut rasa dengan skor evaluasi
kepentingan (ei) sebesar 4,58, atribut aroma dengan skor evaluasi
kepentingan (ei) sebesar 4,33, atribut kejelasan tanggal kadaluarsa dengan
skor evaluasi kepentingan (ei) sebesar 4,31, khasiat dengan skor evaluasi
kepentingan (ei) sebesar 4,01 dan kemudahan mendapatkan dengan skor
evaluasi kepentingan (ei) sebesar 3,99, dan atribut iklan (3,41)
mendapatkan nilai kepercayaan yang terendah dari konsumen. Merek
Sarimurni dinilai lebih baik dibandingkan merek Sosro karena unggul
pada
kinerja
atribut
warna
(4,39),
aroma
(3,89),
kejelasan
101
informasi komposisi (4), kejelasan tanggal kadaluarsa (4,13), desain
kemasan (4,31), khasiat (3,86), iklan (3,67) dan tidak unggul pada atribut
pilihan rasa (4,08), harga (3,12), merek (3,83), kemudahan mendapatkan
(3,53)
3. Hasil dari Importance-Performance Analysis diperoleh bahwa atributatribut produk Sarimurni yang berada pada kuadran I (prioritas utama)
yaitu atribut khasiat dan kemudahan mendapatkan. Pada kuadran II
(pertahankan prestasi) terdapat atribut rasa, aroma teh, dan kejelasan
expired date. Pada kuadran III (prioritas rendah) terdapat atribut harga,
merek, dan iklan. Pada kuadran IV (berlebihan) terdapat atribut warna,
kejelasan informasi komposisi, dan desain kemasan. Sedangkan nilai
Customer Satisfaction Index (CSI) untuk produk Sarimurni sebesar 78 %
berada pada kriteria puas karena berada pada rentang skala 60 - 80 %.
4. Strategi bauran pemasaran produk yang pertama diperbaiki yaitu atribut
khasiat, karena atribut tersebut dinilai masih memiliki kinerja yang rendah
bagi konsumen. Strategi bauran pemasaran distribusi juga perlu diperbaiki
yaitu kemudahan konsumen dalam mendapatkan produk, karena
konsumen banyak berpendapat produk teh celup Sarimurni sulit untuk
diperoleh. Oleh karena itu, alternatif strategi pemasaran yang dilakukan
oleh produk Sarimurni adalah dengan menciptakan jaringan distribusi
yang kuat dan tersebar di semua tempat penjualan tidak hanya di pusat
perbelanjaan besar saja, namun juga tersebar di minimarket atau toko–toko
kecil.
9.2 Saran
1. Perusahaan hendaknya memperbaiki atribut khasiat dari merek Sarimurni,
karena jika dilihat dari tingkat kepentingannya atribut ini termasuk berada
pada tingkat tertinggi. Namun berdasarkan tingkat kinerjanya, konsumen
menganggap khasiat Sarimurni tidak terlalu dapat dirasakan. Perbaikan ini
dilakukan agar produk Sarimurni disukai oleh konsumen. Salah satu
caranya dengan menambahkan keterangan manfaat atau khasiat dari
102
mengkonsumsi teh celup pada kemasan teh Sarimurni, agar konsumen
lebih mengetahui manfaat dari mengkonsumsi teh Sarimurni.
2. Memperbaiki kekurangan Sarimurni, yang dinilai oleh konsumen
Sarimurni hanya terdapat di mall/gerai/toko modern saja, perusahaan
produsen Sarimurni dapat menciptakan jaringan distribusi yang kuat dan
tersebar di semua tempat penjualan tidak hanya di pusat perbelanjaan
besar saja, namun juga tersebar di minimarket atau toko – toko kecil.
Selain itu, perusahaan juga menyediakan atau menyebarkan brosur tentang
manfaat dan keunggulan dari produk Sarimurni.
3. Dalam rangka menanamkan brand image produk teh Sarimurni dalam
benak konsumen, perusahaan dapat melakukan promosi yang telah
dilaksanakan sebelumnya melalui media televisi. Kemudian perlu juga
melakukan promosi yang berhubungan dengan masyarakat dengan turut
serta menjadi pendukung dalam acara tertentu, melakukan promosi dengan
membuka program kunjungan bagi konsumen ke perusahaan. Selanjutnya
kegiatan promosi lain yang dapat dilakukan seperti mengkomunikasikan
informasi tentang produk, pemberian hadiah langsung, pembagian sampel
produk secara gratis atau dengan memperhatikan penempatan produk
dengan semenarik mungkin di tempat penjualannya, sehingga konsumen
dapat melihat atau mengetahui produk Sarimurni. Selain itu cara efektif
lain untuk memperkenalkan produk Sarimurni, dengan menempatkan SPG
di beberapa tempat display Sarimurni untuk mempresentasikan kepada
konsumen secara langsung tentang manfaat mengkonsumsi, ataupun
informasi Sarimurni yang merupakan produk inovasi Sariwangi.
4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan nantinya dapat dilakukan analisis
lebih lanjut mengenai implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi
pemasaran pada produk minuman teh celup Sarimurni.
103
DAFTAR PUSTAKA
Adityo. 2006. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita dan Teh
Sosro Kemasan Botol di Kota Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Duriato, D. 2004. Model Matriks Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Engel, J. F., R. D. Blackwell dan P. W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi
Keenam. Jilid I dan II. Budiyanto, penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid I. Benyamin
Molan, penerjemah. Prenhallindo. Jakarta. Terjemahan dari Marketing
Management.
Panjaitan. R. P. 2000. Perilaku Konsumen dalam Teh Botol di Jakarta Timur dan
Implikasi pada Bauran Pemasaran. Magister Manajemen Agribisnis.
Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Cetakan Ketiga. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Sitorus, D. 2005. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Pembelian Teh
Merek Frestea di Kecamatan Bogor Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. PT Ghalia Indonesia. Bogor.
Swa. 2009. Indonesia Best Brand 2009. No.16/XXV/27 Juli – 5 Agustus 2009.
Best Brand 2012.http://makassarterkiniaward.wordpress.com/category/brand/
page/3/.Diakses 18 April 2012.
Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Widianingrum, Y. 2001. Analisis Positioning Teh Botol Sosro dan Implikasinya
Terhadap Bauran Pemasaran PT Sasana Caraka Mekarjaya.. Skripsi.
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
8
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Gambar Produk dan Promosi
GAMBAR – GAMBAR
Brosur Keunggulan Sarimurni
10
Display Produk Sarimurni
Display Produk Sarimurni
11
Produk Sarimurni
Produk Sarimurni
12
Download