PENDAHULUAN Latar Belakang Teknologi fertilisasi in vitro (FIV) pada ternak, khususnya sapi merupakan salah satu usaha memanfaatkan limbah ovari dari induk sapi betina yang dipotong di Rumah Potong Hewan. Fertilisasi in vitro ini diharapkan dapat memproduksi embrio sapi dalam jumlah massal untuk dititipkan pada induk resipien, sehingga dapat diperoleh ternak dalam jumlah banyak untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia. Proses fertilisasi in vitro meliputi pengambilan oosit dari folikel ovarium, maturasi oosit, kapasitasi sperma, fertilisasi in vitro, dan kultur oosit yang sudah difertilisasi untuk menjadi embrio (Boediono et al., 2000). Keberhasilan FIV dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas oosit bangsa sapi (Bilodeau dan Panich, 2002). Kualitas oosit ditentukan berdasarkan kompleks lapisan kumulus oophorus (cumulus oocyte complex) yaitu sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit dalam kondisi utuh (padat) atau tidak. Kualitas oosit dengan ekspansi optimal massa kumulus menyediakan faktor esensial selama proses maturasi, menjaga oosit dan berperan selama tahapan pembelahan meiosis serta mendukung maturasi sitoplasma (Adifa et al., 2010). Penentuan kualitas oosit secara morfologis menurut Widayati et al. (2014), dibagi menjadi 5 kualitas yaitu A) oosit yang masih diselubungi sel-sel kumulus dengan utuh, B) oosit yang hanya sebagian diselubungi sel-sel kumulus, C) oosit yang tidak diselubungi sel-sel kumulus atau oosit gundul, D) oosit yang diselubungi fibrin, dan E) ooplasma kecil yang diselubungi sel-sel kumulus. Dalam penelitian ini digunakan oosit kualitas A dan kualitas B. Oosit dengan 1 kualitas A dan B diharapkan dapat meningkatkan perkembangan embrio dengan embrio berkualitas excellent dan good yang sesuai sebagai donor pada proses transfer embrio. Kualitas oosit pada setiap bangsa sapi menentukan fertilisasi sapi. Setiap bangsa sapi memiliki tingkat fertilisasi yang berbeda, seperti pada Sapi Bali (Bos sondaicus) memiliki tingkat fertilisasi yang tinggi sekitar 83 – 86%, lebih tinggi dibandingkan sapi eropa (Bos taurus) yang 60% (Abidin, 2002). Darlian (2013), melaporkan fertilisasi dan pembentukan blastosis bangsa Sapi Bali (Bos sondaicus) lebih tinggi dibandingkan dengan sapi Simental (Bos taurus) secara in vitro. Berdasarkan hal tersebut dilaksanakan penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas oosit terhadap perkembangan embrio Sapi Bali dan Sapi Brahman secara in vitro . Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas oosit, perbedaan bangsa Sapi Bali dan Sapi Brahman dan interaksinya terhadap perkembangan embrio secara in vitro. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) pemanfaatan ovarium hasil samping Rumah Potong Hewan (RPH); (2) mendapatkan informasi tentang FIV Sapi Bali dan Sapi Brahman; (3) mengetahui kualitas bangsa sapi yang baik untuk memperbaiki mutu genetik sehingga memenuhi populasi sapi dengan kualitas genetik yang baik; (4) Bank embrio yang akan dihasilkan 2 menggunakan teknologi FIV dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menghasilkan bibit unggul. 3