buletin edisi 2

advertisement
Quran itu, dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba
Kami.” (Asy Syuura: 52).
2. Mengamalkan Ilmu
Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah, sebagaimana
dikutip dalam Hushul al-Ma'mul, mengatakan bahwa:
”Seorang yang berilmu akan tetap menjadi orang
bodoh, sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia
mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang 'alim”
Seorang ilmuwan yang tidak mengamalkan ilmunya
berada dalam kerugian, karena pada hari kiyamat akan dimintai
pertanggung jawaban atas ilmu yang dikuasainya. Dalam HR Ad
Darimi nomor 537 disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya
pada hari kiamat nanti, hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa
saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.”
3. Berdakwah kepada Allah
Nasihat-menasihati dalam menjalani kebenaran,
adalah saling mengingatkan, khususnya di antara sesama
Muslim, umumnya di antara sesama manusia. Berdakwah,
mengajak manusia kepada Allah ta'ala, adalah tugas para Rasul
dan juga menjadi tugas bagi orang-orang yang mengikuti jejak
mereka dengan baik. Allah ta'ala berfirman:
“Katakanlah, “inilah jalan (agama)ku, aku dan orangorang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
(Yusuf: 108).
Keutamaan berdakwah ke jalan Allah:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS.
Fushshilat : 33).
4. Bersabar dalam Dakwah
Kriteria keempat agar kita tidak terjerumus ke dalam
kerugian, adalah bersabar atas cobaan yang diberikan oleh
Allah:
a.
Ujian khusus: Bagi Da'i professional maupun amatir.
Bersabar atas gangguan yang dihadapi ketika
menyeru ke jalan Allah ta'ala. Hal ini dikarenakan para dai'
menyeru manusia untuk mengekang diri dari hawa nafsu
(syahwat), kesenangan dan adat istiadat masyarakat yang
melanggar syari'at. Sebagai pelipur lara ketika berjumpa dengan
rintangan ketika berdakwah, Allah ta'ala berfirman:
”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para
rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang
p e r to l o n ga n K a m i te rh a d a p m e re ka , D a n
4
2
b.
Ujian umum: Bagi semua orang yang mengaku
beriman.
Salam Surat Al An Kabut, ayat 1-2: “Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah
beriman', padahal mereka tidak diuji lagi?”; “Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”;
Peringatan Allah agar bersabar terdapat dalam surat Alam
Nasyrah, yang disebutkan sebanyak dua kali: (ayat 5) [Fa
innama 'al 'usri yusron] “Karena sesungguuhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”; (ayat 6) [Inna ma'al 'usri yusron:]
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam
Surat Al Baqaraah 256, Allah SWT menjelaskan: [Laa
yukallifullaHu nafsan illaa wus 'aHaa] “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”; Banyak
orang yang strees menghadapi cobaan hidup karena tidak
memahami ayat-ayat tersebut. Kita bersyukur menjadi umat
Islam karena memiliki ajaran nasehat menasehati agara tetap
berada dalam kesabaran.
PENUTUP:
Empat aspek yang jika dilakukan maka akan terhindar dari
kerugia, ialah:
1) Iman yang benar (didasari ilmu keimanan)
adalah landasan untuk mencari ilmu Allah yang luas, ilmu
memperkuat iman. Oleh karena itu pahami AL-Qur'an
untuk meningkatkan interaksi di antara ilmu dan Iman.
2) Seseorang yang tidak mengamalkan ilmunya
tidak akan dapat merasakan kenikmatan ilmunya secara
nyata. Dan merupakan pangkal kerugian, bukan hanya di
dunia (misalnya kehidupan sosial dan ekonomi) tapi juga
di akhirat.
3) Setelah mengetahui kebenaran hendaklah
seseorang berusaha untuk menyelamatkan saudaranya dengan
mengajak untuk memahami dan melaksanakan agama Allah
dengan benar.
4) Setiap manusia memiliki cobaan. Khususnya
orang yang beriman, akan senantiasa mendapatkan cobaan.
Sehubungan dengan itulah kita sesama Muslim perlu bersamasama saling menasehati agar sabar menghadapi cobaan.
Ingatlah bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang
(Muslim) yang sabar: Was ta'iinu bi shobri wa sholaah, innallaHa
ma'ash-shoobiriien.
Pada akhir tafsir Karimir Rohmaan hal. 934,
mengenai surat Al 'Ashr ini, Syaikh Abdurrahman As-Sa'di
rahimahullah berkata: “ Maka dengan dua hal yang pertama
manusia dapat menyepurnakan dirinya sendiri. Sedangkan
dengan dua hal yang terakhir. Manusia dapat menyempurnakan
orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria
tersebut. manusia dapat selamat dari kerugian dan
mendapatkan keuntungan yang besar”
ing
l
r
ta
itia Pelindung Rektor ISI Yogyakarta
n Penasehat Dr. H. Hersapandi, SST., MS.
pa Penanggung
jawab Drs. H. Andono, M.Sn.
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Koordinator Rektorat
Anggota
Koord. Peng. Jamaah FSR
Anggota
Koord. Peng. Jamaah FSP
Anggota
Koord. Peng. Jamaah FSMR
Anggota
Koord. UPT Perpus
Anggota
Koordi. Pascasarjana
Anggota
Sie Acara
Anggota
Sie Imam
Anggota
Sie Penceramah
Anggota
Sie Door prize
Anggota
fo
in
as
l
kiHARI/TANGGAL
e
No.
s
3
sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari
berita Rasul-rasul itu” (QS. Al-An'am : 34).
Jumat,
19-07-2013
Sie Buletin Tarling
Anggota
PENCERAMAH
Kyai Burhanudin
TUAN RUMAH
Arif Suharson, S.Sn., M.Sn.
TEMPAT
Gandekan RT 4 Guwosari Pajangan Bantul, Telp.
081392052852, Masjid Agung Bantul ke Barat, setelah
Pabrik BH ada pertigaan (kiri arah Srandakan) ambil
jalan yang lurus, setelah melewati gapura ada pertigaan ambil ke kanan, kemudian ada pertigaan lagi ambil
ke kiri, terus sampai ada pertigaan lagi ambil ke kanan
beberapa meter.
ah
m
ra
e
c
Dalam hadits Qudsi disebutkan bahwa “setiap
amal anak Adam sesungguhnya untuk dirinya sendiri.”
Dengan demikian pahala shalat adalah untuk yang
melakukannya; pahala shadaqah, mulai dari kelipatan
sepuluh, tujuh ratus, bahkan kelipatan tak terhingga,
dijanjikan oleh Allah bagi pengamalnya – man jaa-a bi
hasanatin ashru amkalihaa, “siapa yang berbuat
kebajikan baginya kelipatan sepuluh kali minimal di
akhirat” – Demikian pula bagi siapa yang membaca
Qur'an mulai dari hitungan yang paling kecil, man
qurrofa arfan min kitabillaah, falahu hasanat, ma 'al
hasanatus asyu am saliha, “siapa yang membaca satu
huruf saja dari Al Qur'an, maka ia dicatat melakukan
kebajikan, dan setiap kebajikan dilipat gandakan juga
untuk dirinya sendiri,” in ahsantum ahsantum li
anfusikum, fa ina sa' kum falaha, “setiap kebaikan,
kitalah yang akan memetik hasilnya, dan setiap
keburukan kita pula yang menanggung akibatnya.”
Allah berfirman: illa Syiam, kecuali puasa. “Puasa itu
untuk-Ku”, kata Allah, fu anna azibihii, “dan Aku yang
akan menentukan balasannya;” oleh karena itu tidak
usah memikirkan balasannya, nanti Allah pasti akan
memberikan. Dengan demikian paling tidak ada dua
filosofi berpuasa.
Filosofi pertama: Pahala puasa pada
dasarnya sesuai dengan ikrar kita dalam surah AlFatihah, iyyaka na'budu wa iyya ka nasta'iin, bahwa
untuk memperoleh meminta pertolongan Allah
hendaknya didahului dengan ibadah. Dengan demikian
filosofi berpuasa ialah berpuasa dahulu nanti menjadi
orang yang bertaqwa, setelah bertaqwa barulah
sederet fasilitas akan diberikan buat kita. Orang taqwa
itu yang pertama, umiyyata illaahi, yaj allahu makhroja,
akan diberi senantiasa jalan mudah , jalan keluar, solusi
dari setiap problema. Dengan demikian manusia itu
ada yang trouble maker (pembuat masalah), dan ada
yang problem solver (pemecah masalah). Manusia
yang bertaqwa karena hasil puasa, menjadi bagian dari
solusi. Yang kedua, selalu dilimpahi rejeki meski
bahkan dengan cara yang tidak terduga, wa yarzuku mi
haitsu laa yahtasib. Yang ketiga, diberi kemuliaan di
dunia dan akhirat, inna akromakum 'indallaahu
atqokum, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah
adalah yang paling taqwa. Yang keempat, dijanjikan
akan disiapkan surga baginya, wa siqolladzi yataqou
robbahum ilal jannati zumaro, orang-orang yang
bertaqwa kepada Tuhan mereka, akan dipersilahkan
memasuki surga secara bergelombang-gelombang.
Gelombang pertama langsung masuk surga tanpa
hisab, Gelombang kedua dan seterusnya harus
menunggu di neraka. Dalam surat Al Waqi'ah dijelaskan
bahwa ada tiga golongan. Golongan kanan adalah ahli
surga, golongan kiri adalah ahli neraka. Golongan
ketiga, Assabiquuna sabiqun, golongan yang pertama
serba pertama, di antaranya yang menyambut seruan
Sie Perlengkapan
Anggota
kebajikan pertama kali.
Filosofi kedua: Nabi SAW menyampaikan
berbagai macam pujian bagi orang-orang yang
berpuasa. Mulut orang berpuasa lebih harum dari
minyak wangi; kemudian Nabi mengatakan wa li sho
imi farhataani, bagi orang yang berpuasa ada dua
kegembiraan, farhatun 'indal fitri, farhatun 'indalli qoo
i-robbi. Kegembiraan yang pertama adalah ketika
berbuka, dan yang kedua ialah ketika bertemu dengan
Tuhan. Jika yang kedua ini tercapai maka pada hari
kiamat nanti kita terbangun, baca hamdallah, seperti
kita bangun tidur kikta baca alhamdulillahilladzi
ahyaana, ba'dama ama tana wa ilaihin nusyur. Pada hari
tersebut , di padang masyhar akan mendengar seruan,
salaamun qoulam mirrobbirrahiim (surah Yassin),
“salam hangat, salam sejahtera, inilah ucapan
sambutan dari Tuhan yang Maha Penyayang.” Tapi
kalau kita tidak mendengar kalimat tersebut maka
akan mendengar kalimat berikutnya, wam taazul
yauma ayyuhal mujrimuun. “Menyingkir kalian wahai
pendusta,” sehingga kebahagiaan ketika bertemu
Tuhan, tidak terjadi. Lalu ke mana puasa kita? Oleh
karena itu jangan terlena dengan pujian-pujian nabi
berkenaan dengan kita yang berpuasa, kita perlu juga
memperhatikan peringatan Nabi, sinisme Nabi,
sehubungan dengan orang yang berpuasa. Ada hadis
yang menyatakan: rubba shoo-imin laisalahum
minshiyaamihi ilal Ju' wal habs, “betapa banyak orang
yang berpuasa tidak dapat apa-apa dari puasanya
kecuali lapar dan dahaga.” Jika demikian maka
kegembiraannya hanya saat berbuka saja. Sebab
hilangnya pahala puasa ada tiga: (1) Persepsi yang
salah tentang Ramadan dan ampunan Allah, (2)
Memanfaatkan keuntungan bisnis duniawi dari bulan
Ramadan, (3) disorientasi niat puasa.
Sebab ditolaknya puasa yang pertama, ialah
kesalahan persepsi bahwa ketika masuk Ramadan, kita
otomatis akan mendapatkan pengampunan. Dalam
memasuki bulan Ramadan fasilitas kita dalam
beribadah ditambah, yaitu musuh kita diikat.
Seharusnya kita menang karena hal tersebut, namun
dalam kenyataannya tetap terkalahkan. Hal tersebut
karena kita tidak menyadari bahwa walaupun “tubuh”
syaitan diikat sehingga berkurang kekuatannya namun
“mulut”-nya tidak dibungkam sehingga masih dapat
menggoda. Dalam dialog antar malaikat. Jibril ditanya
oleh malaikat yang lain: Maa shona-alloohu li hawa
ihim mu'miniina min umatin Muhammadin saw? “Jibril,
Apa kira-kira yang akan diperbuat Allah terhadap
urusan orang-orang beriman dari pengikut
Muhammad SAW?” Jibril menjawab: Innallaha dorro
ilayhim wa afwa anhum ghofarollohu. Yang pertama,
“Sesungguhnya Allah akan memandang umat yang
beriman ini dengan pandangan belas kasih,” Allah
sayang, Allah bahkan bangga dengan umat ini. Yang
kedua, “Allah akan memaafkan mereka dan
Sie Transportasi
Anggota
Sie Dokumentasi
Sie Keamanan
Anggota
Dr. Sunarto, M.Hum.
Dedy Setiawan, S.Sn., M.Sn.
Tri Mulyono
Mujiati, SE.
Drs. H. Pradopo
Dra. RA. Esti Hapsari S.
Suparjilan, SIP
Mujiyono, A.Md.
Musdi
Sudiyanto
Walyudi
Jumari
Maryoto
Dr. Bambang Pudjasworo
Drs. Agus Suseno, M.Hum.
Drs. Sri Hendarto, M.Hum.
Dra. Hj. Ella Yulaeliah, M.Hum.
Drs. Siswanto, M.Hum.
Marsudi, S.Kar., M.Hum.
Asep Saepudin, S.Sn., M.Sn.
Purwanto, S.Sn., M.Sn.
Sudarsono, S.Sos.
Marsudi, S.H.
Semi Lestari, S.Sn.
Mulatno, SIP.
Edi Prayitno
Pranoto
Sugeng Risbani
Suyono
Sarjiya
Drs. Cepy Irawan, M.Hum.
Arif Suharson, S.Sn., M.Sn.
Drs. Sarjiwo, M.Pd.
Drs. Sukotjo, M.Hum.
Drs. HM. Umar Hadi, MS.
Aan Sutiaman
Fathoni
Drs. Otok Herum Marwoto, M.Sn.
Drs. H. Rispul, M.Sn.
Toyibah Kusumawati, S.Sn., M.Sn.
Endah Suryani
Dra. Titiana Irawani, M.Sn.
Tri Septiana Kurniati, SPd., M.Hum.
Yulita Kodrat P., ST., MT.
Hesti Rahayu, S.Sn., MA.
Dra. RAMM. Pandansari Kusumo, M.Sn.
Zulisih Maryani, SS., MA.
Elli Irawati, S.Sn.
Rano Sumarno, S.Sn., M.Sn.
Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum.
Umilia Rokhani, SS., MA.
Dr. H. Andre Indrawan, M.Hum., M.Mus.St.
Aruman, S.Sn., MA.
Deni Junaidi, S.Sn., MA.
Waljiman, SIP
Subagyo
Agus Hardiyanto, SIP.
Sutarlan, AMd.
Marjuki
Mardiyono
Sarjiman
Wadiya
Sunardi
Khoiri
Sukardiyono
Dalam sambutannya Pembantu Rektor (PR) I,
Dr. M. Agus Burhan, mengungkapkan rasa rasa
bahagianya bahwa hingga saat ini Tarwih
Keliling keluarga besar ISI Yogyakarta dapat
terselenggara setiap tahun. Tradisi yang baik
ini telah berjalan selama 28 tahun, yaitu seusia
dengan ISI Yogyakarta, dipelopori oleh Prof.
But Muchtar, Rektor pertama perguruan tinggi ini. Kegiatan ini
merupakan tradisi yang baik sehingga perlu dilestarikan. Manfaat
kegiatan ini bukan hanya merupakan wadah peribadatan dan
peningkatan keimanan namun juga manfaat bagi dimensidimensi sosial yang di antaranya ialah silaturahmi di antara
anggota keluarga ISI Yogyakarta. Perkembangan penyelenggaraan
Tarling, yang di antaranya ialah manajemen pelaksanaan, dan dua
hal baru, yaitu pentas seni yang malam itu menampilkan vokal
grup selawatan anak, dan penerbitan bulletin Tarling, patut untuk
dihargai. Di akhir sambutannya, mewakili jajaran pimpinan
institut, PR I menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada
panitia dan jamaah Tarling yang telah meramaikan kegiatan ini. [ ]
Suasana jamaah tarling putaran 1 di rumah Ibu Dra. Hj. Ella Yulaeliah, M.Hum.
Bapak Dr. Sunarto, M.Hum. selaku ketua panitia tarling 1434 h sedang
memberikan sambutan (Foto: Dr. Andre Indrawan, 2013)
mengampuni dosa-dosa mereka.” Kemudian Jibril
melanjutkan, Illa arba'atan, “kecuali empat golongan”;
Dengan demikian ada yang diperkecualikan dari orangorang yang mendapat kasih sayang dan m aghfiroh dari
Allah Swt.
Kemudian malaikat lain bertanya kembali: Man ha
ulla-ika lil arbaa'a, “siapa itu yang empat, wahai Jibril?”
Jibril menjelaskan: (a) Mu'minu khomrin, “orang yang
minum khamr.” Haram di bulan Ramadan haram pula di luar
Ramadan, sehingga jika kita lakukan yang haram di bulan
Ramadon akan mendapat dua sanksi, yaitu dosa, dan sangsi
karena mencederai kesucian bulan Ramadan. Dalam bulan
suci ini mari kita tinggalkan dosa. Bahwa kita meninggalkan
yang halal demi keridloan Allah namun jangan kita lakuikan
yang haram; (b) Durhaka terhadap kedua orang tuanya; (c)
Memutuskan hubungan baik di antara sesama saudaranya;
jangan merasa benar sendiri dan tunding menunding
sesama Muslim, misalnya masalah hisab masuk Ramadan
dan Idul Fitri, jumlah rakaat tarwih, dsb. Berbeda-beda
dalam menuju Allah Swt bukanlah masalah selama masih
dalam koridor syari'ah; (d) Orang yang tidak menegur sapa
saudaranya lebih dari tiga hari karena permusuhan,
dendam, dsb. Dengan demikian selama ini kita telah salah
persepsi, dikiranya begitu masuk Ramadan kita menerima
ampunan, padahal ampunan itu perlu dijemput.
Manfaatkan waktu sahur untuk berdoa mohon ampun,
perbanyak tarwih,
Sebab ditolaknya puasa yang kedua ialah
adanya sikap mendompleng keuntungan di bulan
Ramadan. Dalam hal ini umumnya ialah melalaikan
tujuan puasa dengan berdagang untuk mencari
perhitungan keuntungan duniawi semata. Sebab yang
ketiga ialah terjadinya disorientasi dalam niat puasa.
Tidak sedikit orang berpuasa semata untuk menjada
kesehatan. Walaupun ada hadis yang meanjurkan puasa
agar sehat, yaitu “puasalah kalian nanti jadi sehat,” tapi
yang dimaksud adalah sehat rohani dan ragawi. Hal
tersebut diarena ada ayat puasa yang berbunyi: faman
kana minkum mariidhon au ala safarin fa iddatun min
ayya min ukhor, yang menginstruksikan bahwa bagi
mereka yang sakit atau dalam perjalanan dapat,
meninggalkan puasa untuk diganti pada waktu yang lain.
Jika memang puasa adalah semata-mata untuk
kesehatan fisik, maka yang diutamakan tentunya bukan
orang yang sehat, melainkan orang yang sakit atau dalam
perjalanan. Dengan demikian puasa ialah jelas bagi orang
yang sehat, agar mendapatkan kesehatan keduanya,
yaitu rohani dan ragawi.
KESIMPULAN:
Mudah-mudahan tidak ada pada diri kita tiga sikap
tersebut yang membatalkan puasa. Mari kita focus bahwa
puasa kita untuk menyenagkan Allah Swt, untuk
mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga kita berhak
menyandang gelar al Muttaqiien.
m
sla
I
an
3
ji
ka
ILMU, AMAL, DAKWAH DAN SABAR
Editor: Dr. Andre Indrawan
Saudara seiman yang berbahagia, marilah dalam bulan
Ramadan yang suci ini kita senantiasa mengisi waktu kita dengan
segala sesuatu yang bermanfaat. Waktu adalah aset atau fasilitas
yang diberikan Allah pada manusia, yang sangat berharga.
Kekayaan apapun yang dimiliki manusia maka tidak ada yang lebih
berharga dari waktu karena waktu yang terbuang tidak bisa diganti
dan semua amal kita telah dicatat oleh malaikat, sementara harta
yang hilang masih bisa dicari lagi. Sedemikian pentingnya waktu
sehingga Allah ta'ala berfirman:
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al 'Ashr).
Surah tersebt merupakan peringatan dari Allah bahwa
seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian total yang
meliputi dunia dan akhirat sehingga ia tidak mendapatkan
kenikmatan; dan berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka. Oleh
karena itu Allah menegaskan bahwa kerugian pasti akan dialami
oleh manusia kecuali mereka yang memiliki empat kriteria: 1)
beriman, 2) beramal shaleh, 3) berdakwah, dan 4) bersabar.
1. Iman yang dilandasi Ilmu
Keimanan tidak akan terwujud tanpa ilmu syar'i (ilmu
agama). Seorang muslim wajib (fardhu 'ain) mempelajari setiap
ilmu yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai permasalahan
dalam kehidupan beribadah.
Dalam HR. Ibnu Majah nomor 224, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
”Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.”
Ilmu memiliki cakupan yang sangat luas; (1) ilmu dari
Allah, yang diperoleh melalui Al-Qur'an, berikut penjelasannya
dari Rasulullah SAW, dan berbagai variasi penjabarannya dari
para ulama, dan (2) Ilmu Allah yang harus dicari di alam semesta
ini oleh manusia melalui penelitian.
Dalam mencari ilmu, pada kategori yang kedua,
seorang muslim harus memiliki landasan keimanan yang kuat.
Sehubungan dengan itulah pokok-pokok/ landasan keilmuan
pada kategori pertama, yaitu ilmu tentang iman, harus dikuasai
sejak dini, atau dikuasai terlebih dahulu. Tanpa landasan
keimanan yang diperkuat oleh pengetahuan dasar agama yang
benar maka manusia dapat terjerumus dalam menggunakan
ilmunya untuk tujuan-tujuan yang munkar. Dengan landasan
iman yang benar diharapkan ilmu-ilmu non ibadah yang
dipelajari oleh umat Islam justru dapat memperkuat
keimanannya kepada Allah Swt.
Imam Ahmad rahimahullah, seperti tersebut dalam
kitab Al Furu' 1/ No. 525, berkata:
”Seorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya
mampu menegakkan agama.”
Al-Qur'an sebagai sumber utama ajaran Islam tidak
hanya mengajarkan pada umat Islam aspek-aspek keislaman
dan keimanan, tapi juga memberikan inspirasi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang dicari oleh seluruh
manusia. Oleh karena itu seorang ilmuwan muslim wajib
membaca Al-Qur'an.
Allah ta'ala berfirman:
”Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Download