LAPORAN PENELITIAN EFEK KLINIS PENGGUNAAN MAHKOTA STAINLESS STEEL PADA GIGI MOLAR SULUNG TERHADAP KESEHATAN GUSI Oleh : Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA Meirina Gartika, drg., Sp.Ped Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2006-10-06 Berdasarkan DIPA No. 0151.0/23-04.0/XII/2006 Tanggal 31 Desember 2005 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN Nopember 2006 LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN SUMBER DANA DIPA TAHUN ANGGARAN 2006 1. a. Judul penelitian : Evaluasi Klinis Mahkota Stainless Steel pada Gigi Molar Sulung b. Bidang Ilmu : Kesehatan dan Seni c. Katagori : I 2. Ketua peneliti a. Nama lengkap dan gelar : Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA b. Jenis kelamin : Perempuan c. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda Tk I/III b/ 132 304 091 d. Jabatan fungsional : Asisten ahli e. Fakultas : Kedokteran Gigi f. Bidang ilmu yang diteliti : Kesehatan dan seni 3. Jumlah Tim Peneliti : 3 orang a. Nama Anggota Peneliti I : Meirina Gartika NIP. 132 061 759 Pangkat Lektor b. Nama Anggota Peneliti II : Inne Suherna Sasmita NIP. 131 873 124 Pangkat Lektor 4. Lokasi Penelitian : Klinik Kedokteran Gigi Anak FKG UNPAD 5. Kerja sama dengan institusi lain : 6. Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan 7. Biaya Penelitian : Rp. 5.000.000 Bandung, Nopember 2006 Mengetahui : Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Ketua Peneliti Prof. DR. Eky S Soeria Soemantri, drg., Sp.Ort NIP. 130 675 653 Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA NIP. 132 304 091 Menyetujui : Ketua Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Prof Dr. Johan S. Mansjhur, dr., SpPD-KE., SpKN NIP. 130 256 894 RINGKASAN Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang terutama digunakan dalam restorasi gigi dengan kerusakan yang hebat, molar sulung yang telah dirawat pulpa, dan gigi sulung atau gigi tetap yang mengalami hipoplasia. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan mahkota stainless steel crown pada molar sulung terhadap kesehatan gusi. Sampel penelitian sebanyak 30 buah gigi dengan mahkota stainless steel crown. Penelitian dilakukan dengan mengukur indeks gingival, indices kebersihan mulut, dan adaptasi margin mahkota Hasil penelitian menunjukkan adanya efek penggunaan mahkota stainless steel crown terhadap kesehatan gusi. Hal ini terlihat pada tingginya insidensi gingivitis karena adanya adaptasi margin mahkota yang buruk dan tingkat kebersihan mulut yang buruk. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan mahkota stainless steel crown dapat menimbulkan efek pada kesehatan gusi. i ABSTRACT Stainless-steel crowns (SSCs) are preformed extracoronal restorations that are particularly useful in the restoration of grossly broken-down teeth, primary molars that have undergone pulp therapy, and hypoplastic primary or permanent teeth. The aim of this study is to evaluate clinically the use of stainless steel crown in primary molars on the gingival health. The samples were 30 teeth with stainless steel crown fitted on them. The study was carried out by measuring gingival index, oral hygiene index, and marginal adaptation of the crowns. Results showed that there was a significant effects of stainless steel crown usage on gingival health. This was due by the high incidence of gingivitis because of poorly adapted marginal crown and poor oral hygiene. It was concluded that stainless steell crown usage may effects the gingival health. ii iii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ……………………………………………………………….. i ABSTRACT ………………………………………………………………. ii PRAKATA ……………………………………………………………...... iii ……………………………………………………………... iv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR BAB I BAB II …………………………………………………...... vi xii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ………………………………….. 1 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ……………………….......... 1 1.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………….. 2 1.4 Metodologi Penelitian ………..…………………………….. 3 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………. 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stainless Steel Crown……………..…………………. 4 2.2 Indikasi……………………………………………………… 5 2.3 Prosedur Klinik................................................. …………… 6 2.3.1 Preparasi Gigi..................... …………………..…… 6 2.3.2 Pemilihan Mahkota……………………………………. 7 2.3.3 Adaptasi Mahkota..…………………………………. 8 2.3.4 Sementasi mahkota ………………………………… 10 2.4 Evaluasi Keberhasilan........................................................... BAB III 11 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian....................................................................... iv 12 3.2 Kegunaan Penelitian.................................................................. BAB IV BAB V 12 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian …………….……………………………….. 13 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 13 4.3 Variabel yang Diteliti ………………………………………. 13 4.4 Definisi Operasional …………………………....................... 13 4.5 Bahan dan Alat Penelitian ………………………………….. 14 4.6 Prosedur Penelitian ….……………………………………... 14 4.7 Teknik Penyajian Data …………………………………….. 15 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ……………………………………………… 16 5.2 Pembahasan ……………………………………………......... BAB VI 17 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan …………………………………………………. 19 6.2 Saran ………………………………………………………… 20 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 21 LAMPIRAN ………………………………………………………………… v 22 DAFTAR TABEL No. Tabel 5.1 Teks Halaman Efek adaptasi margin………………………………………… vi 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahkota stainless steel (SSC = stainless steel crowns) pertama kali digunakan di bidang Kedokteran Gigi Anak pada tahun 1950 yang ditujukan sebagai restorasi gigi sulung yang dengan kerusakan berat (Sharaf, 2004). Selain itu, ssc juga digunakan sebagai restorasi pilihan pada anak-anak dengan resiko tinggi karies (Cameron, 2003). Keunggulan dan durabilitas ssc bila dibandingkan dengan amalgam dan restorasi lainnya telah banyak diteliti. Braff pada tahun 1974 membandingkan ssc dengan restorasi kelas II amalgam. Penelitian ini menyimpulkan keunggulan ssc. Penelitian Dawson pada tahun 1981, juga mendukung pendapat Braff (Mathewson, 1995). Keunggulan-keunggulan ini menyebabkan ssc banyak digunakan. Namun, penelitian yang ditujukan untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan ssc masih belum banyak dilakukan. Penempatan ssc yang tidak tepat dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi. Bedasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang evaluasi klinis pada kesehatan gusi penggunaan ssc pada gigi molar sulung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1 Bagaimanakah efek klinis penggunaan mahkota stainless steel pada gigi molar sulung terhadap kesehatan gusi ? 1.3 Kerangka Pemikiran Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang terutama digunakan dalam restorasi gigi dengan kerusakan yang hebat, molar sulung yang telah dirawat pulpa, dan gigi sulung atau gigi tetap yang mengalami hipoplasia. Selain itu juga diindikasikan dalam restorasi pada anak-anak dengan resiko tinggi mengalami karies terutama pada anak-anak yang menjalani perawatan di bawah anestesi umum. SSC merupakan restorasi yang dapat bertahan lama dan restorasi pilihan pada mulut dengan resiko tinggi karies (Cameron, 2003). Indikasi penggunaan ssc di bidang Kedokteran Gigi Anak adalah untuk restorasi molar sulung dengan kerusakan besar pada mahkota dan molar pertama permanen dengan defek perkembangan yang parah (Koch, 2001). SSC dibuat dari alloy yang mengandung 77% nikel, 15% kromium, dan 7% besi. Campuran bahan-bahan ini menyebabkan ssc dapat beradaptasi dengan baik pada permukaan gigi (Mathewson, 1995). Adaptasi marginal merupakan bagian yang penting dari prosedur restorasi ssc. Ekstensi aksial ssc harus menyerupai dimensi dan kontur bentuk gigi aslinya. Margin ssc yang kurang beradaptasi dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal (Croll, 2003). Hubungan antara ssc dengan gingivitis belum banyak dijelaskan di literatur. Penelitian yang dilakukan Sharaf tahun 2003 menunjukkan bahwa 2 margin ssc yang kurang beradaptasi menunjukkan tanda-tanda gingivitis (Sharaf, 2004). Menurut Durr (1982), plak subgingiva yang tidak terdeteksi dapat berakumulasi dalam rongga antara margin mahkota dan gigi yang dapat mengarah pada inflamasi gingival. 1.4 Metode Penelitian Jenis Penelitian adalah uji klinis evaluasi perawatan restorasi stainless steel crown terhadap kesehatan gusi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Klinik Kedokteran Gigi Anak FKG/RSGM Universitas Padjadjaran April sampai bulan September 2006. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stainless Steel Crown Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang sering juga disebut sebagai chrome steel crown (Matthewson, 1995). Pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi anak oleh Humphrey pada tahun 1950 (Sharaf, 2005; Welburry, 2001). Sejak saat itu, SSC menjadi teknik restoratif pilihan untuk perawatan gigi sulung dengan kerusakan yang hebat (Sharaf, 2005). Bahan yang digunakan pada SSC adalah alloy yang mengandung 18% kromium dan 8% nikel (disebut juga 18-8 alloy) dengan kandungan karbon sebesar 0,8 % sampai 20%. Kandungan kromium yang tinggi ini mengurangi korosi (Matthewson, 1995). SSC biasanya dipertimbangkan bila gigi sulung posterior, terutama molar pertama memerlukan restorasi karena mahkota ini jauh lebih baik dari pada restorasi lainnya dan hampir tidak perlu diganti hingga gigi tersebut tanggal (Welburry, 1995). Keunggulan dan durabilitas SSC bila dibandingkan dengan amalgam dan restorasi lainnya telah banyak diteliti. Braff pada tahun 1974 membandingkan SSC dengan restorasi kelas II amalgam. Penelitian ini menyimpulkan keunggulan SSC. Penelitian Dawson pada tahun 1981, juga mendukung pendapat Braff (Matthewson, 1995). 4 Keunggulan-keunggulan ini menyebabkan SSC banyak digunakan. Namun, disamping keunggulan, terdapat pula kekurangan SSC yang berkaitan dengan kesalahan prosedur klinik. Penempatan SSC yang tidak tepat dapat menimbulkan beberapa gangguan antara lain pada kesehatan gusi dan tulang pendukung (Sharaf, 1995). 2.2 Indikasi Terdapat dua indikasi utama penggunaan SSC dalam kedokteran gigi anak, yaitu untuk molar sulung dengan kerusakan yang hebat dan molar pertama permanen dengan defek perkembangan yang parah (Raadal, 2001). Pada kasus pertama, SSC digunakan sebagai restorasi alternatif dibandingkan dengan restorasi yang diketahui memiliki prognosis buruk dan memerlukan perbaikan secara berkala. Jika digunakan dengan tepat, SSC memberikan resiko komplikasi yang rendah hingga molar sulung tersebut tanggal. Pada molar permanen dengan kerusakan pada seluruh permukaan mahkota karena defek perkembangan, SSC digunakan sebagai retorasi sementara hingga mahkota yang lebih permanent dapat dibuat (Raadal, 2001) Secara terperinci, indikasi penggunaan SSC adalah gigi sulung atau permanen dengan lesi karies yang luas atau gigi sulung dengan karies di tiga permukaan, molar sulung yang telah dirawat pulpa, gigi sulung atau permanen dengan defek pada email atau dentin (seperti hipoplasia email, amelogenesis imperfekta, atau dentinogenesis imperfekta), gigi-gigi pada anak dengan resiko 5 tinggi karies atau rampan karies, gigi yang digunakan sebagai pejangkar space maintainer, serta pasien handicapped dengan kebersihan mulut yang buruk (Matthewson, 1995; Drummond, 2003; Sim,1991). 2.3 Prosedur Klinik Tanpa melihat apakah gigi yang akan direstorasi vital atau non vital, anestesi lokal harus digunakan ketika menempatkan SSC karena manipulasi pada jaringan lunak (Drummond, 2003). Adaptasi marginal merupakan bagian penting dari prosedur restoratif SSC. Ekstensi aksial dari SSC harus mereplikasi semirip mungkin dimensi dan kontur bentuk gigi asli. Margin SSC yang beradaptasi buruk dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal dan mengganggu erupsi gigi yang berdekatan (Croll , 2003). 2.3.1 Preparasi Gigi Prosedur klinik diawali dengan penumpatan restorasi gigi dengan menggunakan semen ionomer kaca tipe restoratif sebelum preparasi untuk SSC (Gambar 1 A dan B). Setelah itu permukaan oklusal yang pertama dikurangi sekitar 1,5 mm dengan menggunakan bor diamond tapered. Reduksi oklusal yang merata akan mengurangi resiko prematur kontak pada saat penempatan SSC (Gambar 2). Dengan menggunakan bor diamond tapered yang panjang, permukaan interproksimal mesial dan distal dipotong. Pengurangan dilakukan 6 hingga sonde dapat dilewatkan melalui daerah kontak (Gambar 2). Pengurangan daerah bukolingual hanya dilakukan seminimal mungkin karena daerah ini merupakan daerah retensi (Gambar 1 C) (Matthewson, 1995; Drummond, 2003). Gambar 1. A Gigi setelah pulpotomi. B. Sebelum preparasi untuk SSC, gigi dibentuk kembali dengan GIC. C. Gigi telah dipreparasi bagian interproksimal untuk menghilangkan daerah kontak dan ketinggian oklusal telah dikurang 1,5 mm. D. SSC yang telah selesai ditempatkan. (Drummond, 2003) 2.3.2 Pemilihan Mahkota Tiga pertimbangan utama dalam memilih SSC yang tepat adalah diameter mesiodistal yang tepat, ketinggian oklusal yang tepat, dan resistensi yang ringan saat penempatan mahkota (Matthewson, 1995). Ukuran SSC dipilih dengan mengukur lebar mesiodistal. Mahkota yang terlalu besar akan rotasi pada 7 preparasi gigi dan akan memakan waktu lama pada saat adaptasi mahkota (Matthewson, 1995; Drummond, 2003). Gambar 2. Preparasi koronal dan proksimal yang diperlukan untuk penempatan SSC. (Drummond, 2003) 2.3.3 Adaptasi Mahkota Mahkota yang telah dipilih diuji coba pada gigi. Mahkota harus sedikit longgar dengan kelebihan 2 hingga 3 mm pada daerah gingival. Kemudian dengan scaler, dibuat goresan sekeliling margin gingival mahkota. Garis goresan ini menunjukkan garis gingival dan kontur gingival. Lepaskan mahkota dari gigi yang telah dipreparasi. Mahkota dipotong 1 mm di bawah garis goresan dengan menggunakan gunting crown and bridge. (Gambar 3 A). Mahkota diuji coba kembali sebelum sementasi. Penting untuk diperhatikan bahwa tepi mahkota harus berada tidak lebih dari 1 mm subgingival. Jika terdapat daerah pucat pada gingiva akibat tekanan tepi mahkota, maka harus dilakukan pengurangan kembali (Matthewson, 1995; Drummond, 2003). 8 Dengan crimping plier tepi SSC dibengkokkan sedikit ke dalam sekeliling tepi mahkota. (Gambar 3B dan C). Mahkota dipasang kembali pada gigi. Adaptasi dapat diperiksa dengan menggunakan sonde pada semua tepi mahkota. Jika terdapat daerah tepi yang terbuka, maka daerah tersebut harus dibentuk kembali dengan plier (Gambar 3 D). Penyelesaian terakhir dilakukan dengan menghaluskan tepi SSC dengan batu putih dan dipoles dengan rubber wheel. Selanjutnya sementasi SSC dengan semen ionomer kaca, semen seng-fosfat, atau polikarboksilat (Matthewson, 1995; Drummond, 2003). A B C D Gambar 3. A. Pengurangan 1 mm di bawah garis goresan. B. Pembentukan kontur mahkota dengan plier no. 114. C. Pembentukan tepi mahkota dengan crown crimping plier. D. Pemeriksaan tepi mahkota untuk adaptasi. (Matthewson, 1995) 9 2.3.4 Sementasi Mahkota Sebelum sementasi mahkota daerah kontak diaplikasikan vaselin untuk memudahkan pembuangan kelebihan semen setelah sementasi. Kuadran gigi yang akan direstorasi diisolasi dengan cotton roll. Semen yang telah dimanipulasi sesuai dengan jenis yang digunakan, diaplikasikan pada mahkota (Gambar 4A). Pemasangan mahkota biasanya pertama dilakukan pada sisi lingual kemudian sisi bukal. Mahkota harus dipastikan masuk dengan tepat (Gambar 4B). Jika gigi diisolasi dengan cotton roll, tutupi mahkota dengan foil kering agar mahkota gigi tetap bebas kelembaban sampai semen mengeras (Gambar 4C). Setelah semen mengeras, kelebihan semen dibuang dengan scaler atau sonde (Gambar 4D) A B C D Gambar 4. A. Pengisian mahkota dengan semen. B. Penempatan mahkota dari sisi lingual ke sisi bukal. C. Mahkota dibiarkan dalam keadaan kering. D. Pembuangan kelebihan semen dengan scaler. (Matthewson, 1995) 10 2.4 Evaluasi Keberhasilan Keberhasilan penggunaan SSC ditentukan oleh pembuangan karies serta perawatan pulpa yang tepat bila diperlukan, reduksi optimal dari struktur gigi untuk mendapatkan retensi mahkota yang adekuat, tidak adanya kerusakan pada gigi yang bersebelahan setelah pembebasan kontak interproksimal, pemilihan ukuran mahkota yang tepat untuk mempertahankan panjang lengkung rahang, adaptasi marginal dan kesehatan gingiva yang akurat, oklusi fungsional yang baik, dan prosedur sementasi yang optimal (Matthewson, 1995). 11 BAB III TUJUAN PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan mahkota stainless steel pada molar sulung terhadap kesehatan gusi. 3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek klinis terhadap kesehatan gusi penggunaan mahkota stainless steel pada molar sulung. 12 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah uji klinis. 4.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah anak-anak yang datang ke klinik Kedokteran Gigi Anak FKG UNPAD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposif sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Usia 3 – 12 tahun 2. Tidak memiliki penyakit sistemik 3. Tidak sedang minum antibiotik 4. Paling sedikit memiliki satu gigi molar sulung yang direstorasi dengan ssc 3.3 Variabel penelitian 1. Mahkota stainless steel 2. Kesehatan gusi 13 4.4 Definisi Operasional 1. Mahkota stainless steel adalah bahan restorasi gigi siap pakai yang terbuat dari logam dengan ukuran yang dapat disesuaikan dengan gigi yang akan direstorasi. 2. Efek klinis adalah hasil yang diharapkan terlihat karena pemakaian mahkota stainless steel terhadap kesehatan gusi yang dilihat dari indeks oral hygiene dan gingival indeks. 4.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan adalah kaca mulut, sonde, pinset, gelas kumur, disclosing gel, kartu status, mahkota stainless steel, semen glass ionomer. 4.6 Prosedur Penelitian 1. Gigi yang akan direstorasi dengan ssc dipreparasi. 2. SSC disemen dengan menggunakan semen glass ionomer. 3. Setiap subjek diberi instruksi pemeliharaan gigi 4. Setiap subjek diperiksa kembali indeks oral hygiene dan indeks gingival setelah pemakaian 1 bulan 14 4.7 Teknik Analisis Data Data yang didapat akan dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi square dengan taraf signifikansi 0,05. 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Sample penelitian ini terdiri dari 30 buah SSC. Grafik 1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis gigi. Tabel 1 menunjukkan efek adaptasi margin dan tingkat kebersihan mulut terhadap kesehatan gusi. Adaptasi margin dan tingkat kebersihan mulut menunjukkan efek yang signifikan terhadap indeks gingival. 6 5 5 5 4 4 4 4 4 fre k u n s i 3 2 2 2 1 0 551 542 3 64 4 65 575 6 74 7 84 gigi Grafik 1. Distribusi stainless steel crown 16 858 Tabel 1. Efek adaptasi margin dan tingkat kebersihan mulut terhadap indeks gingiva. N = 30 Parameter Adaptasi margin Baik Buruk OH Baik Sedang Buruk Waktu 1 bulan 3 bulan 6 bulan * signifikan Gingival indeks 1, n (%) 2, n(%) N 0, n (%) 25 5 1(4) - 12(48) 1(20) 10 9 11 1(11,1) 1(3,3) 30 1(3,3) 3, n(%) Nilai p 9(36) 3(60) 3(12) 1(20) 0,027* 4(40) 3(33,3) 3(27,3) 2(20) 5(55,6) 2(18,2) 4(40) 6(54,5) 0,00* 15(50) 10(33,3) 10(33,3) 10(33,3) 15(50) 9(30) 4(13,3) 5(16,7) 10(33,3) 0,448 5.1 Pembahasan Hubungan antara penggunaan SSC dengan gingivitis belum pernah diteliti, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa SSC yang tidak beradaptasi dengan baik menunjukkan adanya tanda-tanda gingivitis. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Sharaf yang menunjukkan bahwa sekitar 45% SSC yang beradaptasi baik tidak menunjukkan adanya gingivitis (Sharaf, 2004). Akumulasi plak dapat menimbulkan gingivitis. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian bahwa anak-anak yang mempunyai oral hygiene yang buruk seluruhnya menunjukkan tanda-tanda gingivitis. Plak dianggap sebagai faktor etiologi terpenting penyakit jaringan periodontal, termasuk gingivitis, karena 17 plak mengandung sejumlah bakte ri patogen dengan produk -produk metabolisme yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi (Manson, 1995). Perlekatan plak pada permukaan gigi dapat lebih terbantu dengan adanya adaptasi margin SSC yang buruk. Hal tersebut dapat memperparah gingivitis yang timbul. Penelitian yang dilakukan oleh Webber, Durr, dan Machen pada tahun 2001, menunjukkan tidak adanya hubungan antara peningkatan akumulasi plak supragingival dengan pemakaian SSC. Namun mahkota dengan tepi yang kurang baik atau mahkota dengan semen berlebih dapat menimbulkan peningkatan akumulasi plak (Sharaf, 2004). Henderson, Myers, dan Checcio melaporkan tingginya insidensi gingivitis sekitar mahkota yang tidak beradaptasi dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kegagalan untuk mempertahankan daerah yang bersih sekeliling mahkota. Selain itu, Durr juga melaporkan bahwa plak subgingival yang tidak terdeteksi dapat berakumulasi dalam ruangan antara margin mahkota dan gigi yang selanjutnya dapat menimbulkan inflamasi gingiva (Sharaf, 2004). Individu dengan kebersihan mulut yang buruk menunjukkan degenerasi jaringan yang mencolok. Hal tersebut membuat gingiva sangat rentan terhadap iritasi yang berasal dari mahkota yang kurang baik beradaptasi. Inflkamasi inisial karena iritasi lokal dapat terjadi setelah penempatan SSC. Inflamasi tersbut dapat mereda seiring dengan waktu saat jaringan dapat beradaptasi dengan iritasi lokal (Sharaf, 2004). Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya efek signifikan antara waktu dengan kejadian gingivitis. 18 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Penggunaan restorasi ssc dapat menimbulkan efek pada kesehatan gusi 2. Adaptasi margin ssc yang buruk memberikan efek berupa gingivitis 3. Tingkat kebersihan mulut juga memberikan efek pada kesehatan gusi. Makin rendah tingkat kebersihan mulut, makin besar kemungkinan timbulnya gingivitis 6.2 Saran 1. Perawatan restorasi ssc sebaiknya mengikuti prosedur kerja yang baik 2. Diperlukan keterampilan klinis yang baik dari dokter gigi da lam hal penempatan restorasi SSC. 3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai parameter lain dari restorasi ssc terhadap kesehatan gusi 19 DAFTAR PUSTAKA Croll, TP, dkk. Marginal Adaptation of Stainless Steel Crowns. Journal of Pediatric Dentistry. 200; 25 : 3 ; 249 -252 Drummond, B. Dental Caries and restorative Paediatric Dentistry. Dalam : Handbook of Pediatric Dentistry. Editor Cameron, AC. Sydney : Mosby. 2003. hal 51, 59 – 60. Mathewson, RJ. Fundamentals of Pediatric Dentistry. Edisi ke-3. Missouri : Quintessence Publishing Co, Inc. 1995. hal 233 – 256. Raadal, M. The caries Lesion and Its Management in Children and Adolescents. Dalam : Pediatric Dentistry, a Clinical Approach. Editor Koch, G. Coppenhagen : Munksgaard. 2001. h 195 – 197. Sharaf, AA. A Clinical and Radiographic Evaluation of Stainless Steel Crowns for Primary Molars. Pada www.sciencedirect.com. Diakses 13 Mei 2005. Sim, JM. Operative Dentistry for Children. Dalam : Clinical Pedodontics. Editor Finn, SB. Edisi ke-4. Philadelphia : WB Saunders Co. 1991. h 163 – 164 Welbury, RR. Operative Treatment of Dental Caries. Dalam: Paediatric Dentistry. Editor Welbury, RR. Edisi ke-2. New York : Oxford University Press, Inc. 2001. hal 140, 146-147. 20 RIWAYAT HIDUP Nama : Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA NIP : 132 304 091 Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I / IIIb Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Jabatan Struktural :- Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad Alamat : Kopo Permai II 27 A – 8 Bandung Telp. 5405129, HP. 08122092334 Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung Riwayat Pendidikan : 1997 lulus Dokter Gigi FKG Unpad 2005 Lulus Sp.KGA FKG Unpad Riwayat Pekerjaan : 1997 – 2000 Pegawai Tidak Tetap di Sumatera Barat 2003 – sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG Unpad Pengalaman Penelitian : 1. Pengaruh Konsentrasi Penetap pada Waktu Penjernihan Film Rontgen Gigi (1995). 2. Perbandingan Efek Obat Kumur Chlorhexidine dengan Povidone Iodine Terhadap Mukositis Oral Penderita Leukemia pada Anak (2005) 3. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpektomi Non Vital pada Gigi Anterior Sulung dengan Bahan Pengisi Kalsium Hidroksida (Penelitian DIKS TA 2005). 4. Gambaran Elektromyogram otot Maseter pada Pengunyahan Satu Sisi (Penelitian DIKS 2005) 21 5. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada ANak usia 6 sampai 12 Tahun di Kabupaten Sumedang (Penelitian DIPA PNBP 2006) Bandung, Nopember 2006 (Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA) 22 RIWAYAT HIDUP Nama : Meirina Gartika, drg., Sp.Ped NIP : 132 061 759 Pangkat/Golongan : Penata / IIIc Jabatan Fungsional : Lektor Jabatan Struktural :- Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad Alamat : Jl. Ters. Babakan Jeruk I No. 175 B Bandung Telp. 2018463 Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung Riwayat Pendidikan : 1991 lulus Dokter Gigi FKG Unpad 2000 Lulus Sp.KGA FKG Unpad Riwayat Pekerjaan : 1992 – sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG Unpad Pengalaman Penelitian : 1. Pola Persistensi Gigi Anterior Sulung pada Periode Geligi Campuran Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Coblong Kotamadya bandung (1994/1995) 2. Daya Antibakteri Cresophene dan Oxpara Cair terhadap Streptococcus viridans (Isolat Nekrosis Gigi Sulung) ( 1997/1998). 3. Efektivitas Gel Acidulated Phosphate Fluoride sebagai Bahan Anti Karies terhadap Streptococcus viridans (1997/1998). 4. Evaluasi Penambalan Kelas I Glass Ionomer dibandingkan dengan Amalgam pada Anak Tunagrahita (Penelitian DIKS 2000/2001). 5. Perbedaan Gambaran Maloklusi Gigi pada Anak Tunagrahita di SLB-C dengan Murid-murid SDN Umur 7 – 12 tahun di Kota Bandung (Penelitian Dosen Muda 2001/2002). 23 6. Daya Anti Bakteri Bahan Pengisi Saluran Akar Formokresol dan Calcyl terhadap Streptococcus viridans (Penelitian Dosen Muda 2001/2002). 7. Perbedaan Tingkah Laku Anak Kelas I Sekolah Dasar Bandung Terhadap Perawatan Gigi dengan Penggunaan Bor dan Atraumatic Restorative Treatment (Penelitian DIKS 2001/2002). 8. Prevalensi Karies dan Indeks def-t/DMF-T pada Anak Autis di Agca Center Bandung (Penelitian DIKS 2001/2002) 9. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Formokresol Satu K ali Kunjungan pada Pulpa Vital Gigi Molar Sulung (Penelitian DIKS TA 2003). 10. Perbedaan Kondisi Gusi dan Tingkat Kebersihan Mulut pada Anak-anak Sekolah Dasar dengan Program UKGS dan tanpa Program UKGS di kota Bandung (Penelitian DIKS TA 2003). 11. Perbedaan Keberhasilan secara Klinis Perawatan Pulpotomi Formokresol dibandingkan dengan Okspara pada Pulpa Non Vital Gigi Molar Sulung (Penelitian DIKS TA 2004). 12. Perbedaan Prevalensi Karies pada Anak Sekolah Dasar dengan Program UKGS dan tanpa UKGS di Kota Bandung (Penelitian DIKS TA 2004). 13. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpektomi Non Vital pada Gigi Anterior Sulung dengan Bahan Pengisi Kalsium Hidroksida (Penelitian DIKS TA 2005). Bandung, Nopember 2006 (Meirina Gartika, drg. Sp.Ped). 24 RIWAYAT HIDUP Nama : Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped NIP : 131 873 124 Pangkat/Golongan : Penata / IIIc Jabatan Fungsional : Lektor Jabatan Struktural :- Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad Alamat : Jl. Terasana 136 Telp. 4266647, HP. 0811227991 Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung Riwayat Pendidikan : 1988 lulus Dokter Gigi FKG Unpad 2000 Lulus Sp.KGA FKG Unpad Riwayat Pekerjaan : 1990 – sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG Unpad Pengalaman Penelitian : 1. Pola Bentuk Wajah selama periode Geligi Campuran pada Anak di Kabupaten Bandung (1991/1992) 2. Frekuensi Premature Loss Gigi Molar Sulung ke Dua pada Anak-anak Sekolah dasar usia 6 tahun sampai 8 tahun di Kodya Bandung (1992/1993) 3. Gambaran Pola Oklusi selama Periode Gigi Sulung pada Anak-anak usia 30 – 84 bulan di kabupaten Bandung (1992 – 1993) 4. Erupsi Gigi Molar Pertama tetap pada Murid Taman Kanak-kanak ditinjau dari Umur Kornologis di Kecamatan Ujung Berung (1994-1995) 5. Daya Antibakteri Cresophene dan Oxpara Cair terhadap Streptococcus viridans (Isolat Nekrosis Gigi Sulung) ( 1997/1998). 25 6. Efektivitas Gel Acidulated Phosphate Fluoride sebagai Bahan Anti Karies terhadap Streptococcus viridans (1997/1998). 7. Daya Anti Bakteri Bahan Pengisi Saluran Akar Formokresol dan Calcyl terhadap Streptococcus viridans (Penelitian Dosen Muda 2001/2002). 8. Perbedaan Gambaran Maloklusi Gigi pada Anak Tunagrahita di SLB-C dengan Murid-murid SDN Umur 7 – 12 tahun di Kota Bandung (Penelitian Dosen Muda 2001/2002). 9. Pengaruh Pola Menyusui Air Susu Ibu (ASI) terhadap Frekuensi Nursing Mouth Caries pada Anak-anak Usia 24 – 60 bulan di Posyandu Kecamatan Cicendo Kota bandung (2002-2003) 10. Perbandingan Uji Daya Antibakteri Chlorhexidine, Povidone Iodine, dan Cetylpyridium Chloride sebagai Obat Kumur Terhadap Streptococcus mutans Isolat Plak Supragingiva (2003) 11. Evaluasi Keberhasilan Pendidikan Penyikatan Gigi Murid Taman Kanakkanak di Kecamatan Ujung berung Kota Bandung (2004) 12. Keberhasilan Aplikasi Opikal Dental Varnish pada Pasie Anak usia 6 – 9 tahun yang datang Ke klinik Pedodontia FKG UNPAD Bandung, Nopember 2006 (Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped) 26