Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 STUDI BESARNYA EROSI PADA AREAL REKLAMASI TAMBANG BATUBARA DI PT ARUTMIN INDONESIA KABUPATEN KOTABARU The magnitude of erosion in the area of Coal Mine Reclamation PT Arutmin Indonesia Kotabaru District Ahmad Yamani Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT. PT Arutmin Indonesia as a major coal company, has been trying to implement the principles of environmentally sound mining, ie, by carrying out reclamation after coal mining. Erosion that on the area already reclaimed, is the major problems encountered.The purpose of this study was to determine the magnitude of erosion and the magnitude of the danger of erosion (TBE) in various types of land units reclaimed in the PT.Arutmin Senakin. The results of this study is expected to provide useful information to relevant parties for consideration in land reclamation and soil conservation efforts and water, especially in the area of former coal mines. The method used to predict the magnitude of erosion is the Universal Soil Loss Equation method (USLE) is raised by Wischmeier and Smith.The results showed that the amount of erosion occurred in Land Unit I 39.11 tonnes / ha / yr is higher than other land units, but the total hazard ereosi (TBE) at the very extreme of Land Unit V 34.41 tonnes / ha / yr , because it has a value of erosion hazard index (IBE) is more than the Other Land Unit. Keywords: Coal_mine, Reclamation, Erosion ABSTRAK. PT Arutmin Indonesia sebagai perusahaan batu bara yang besar, telah berusaha melaksanakan kaidah pertambangan yang berwawasan lingkungan, yakni dengan melaksanakan kegiatan reklamasi pasca penambangan batu baranya. Erosi yang terjadi pada lahan yang sudah direklamasi merupakan masalah utama yang dihadapi, khususnya dalam upaya konservasi dan rehabilitasi lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya erosi dan besarnya tingkat bahaya erosi (TBE) pada berbagai tipe unit lahan yang sudah direklamasi di PT. Arutmin Tambang Senakin. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada pihak-pihak terkait sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan reklamasi lahan dan upaya kegiatan konservasi tanah dan air, khususnya pada areal bekas tambang batubara. Metode yang digunakan adalah metode USLE oleh Wischmeler dan Smith. Hasil penelitian menunjukkan erosi yang terjadi pada Unit Lahan I sebesar 39,11 ton/ha/tahun merupakan erosi yang tertinggi dibandingkan dengan Unit Lahan lainnya, sedangkan Unit Lahan V dengan nilai IBE 34,41 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE ekstrim. Kata kunci : Tambang batu bara, Reklamasi, Erosi Penulis untuk korespondensi: email : [email protected] 46 Yamani.A:Studi Besarnya Erosi …..(1):46-54 PENDAHULUAN Sumber daya hutan, tanah dan air merupakan sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu fungsi-fungsi sumber daya alam tersebut perlu dilestarikan agar dapat memberikan manfaat secara optimal yang didasarkan pada prinsip kelestarian. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, termasuk dalam kegiatan batu bara tanpa disertai tindakan konservasi akan menimbulkan kerusakan lingkungan antara lain adanya bahaya erosi. Salah satu dampak dari erosi adalah menurunnya produktivitas tanah, sehingga perlu tindak lanjut berupa rehabilitasi hutan dan lahan, baik didalam maupun diluar kawasan hutan. Khususnya bagi perusahaan yang bergerak dalam kegiatan pertambangan batu bara diwajibkan untuk melakukan kegiatan reklamasi. PT Arutmin Indonesia sebagai perusahaan batu bara yang besar, telah berusaha melaksanakan kaidah pertambangan yang berwawasan lingkungan, yakni dengan melaksanakan kegiatan reklamasi pasca penambangan batu baranya. Erosi yang terjadi pada lahan yang sudah direklamasi merupakan masalah utama yang dihadapi, khususnya dalam upaya konservasi dan rehabilitasi lahan. Berdasarkan permasalahan di atas penulis mencoba untuk melakukan penelitian terhadap besarnya erosi yang terjadi pada areal tambang batu bara yang sudah direklamasi serta penentuan tingkat bahaya erosi pada berbagai tipe unit lahan yang terbentuk dari penutupan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya erosi dan besarnya tingkat bahaya erosi (TBE) pada berbagai tipe unit lahan yang sudah direklamasi di PT. Arutmin Tambang Senakin. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada pihakpihak terkait sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan reklamasi lahan dan upaya kegiatan konservasi tanah dan air, khususnya pada areal bekas tambang batubara. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PT. Arutmin Indonesia desa Sanakin, kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama tiga bulan yaitu bulan Mei sampai Juli 2005. Kegiatan tersebut meliputi persiapan awal, observasi lapangan, pengambilan data dan penyusunan laporan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Peta, yang terdiri dari peta kerja, peta kelerengan dan peta penutupan vegetasi,Tally Sheet reklamasi bekas tambang danLahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ring sampel sebanyak 5 buah, untuk mengambil sampel tanah utuh, Kantong plastik, untuk menyimpan sampel tanah, Cangkul dan parang, untuk mengambil ring sampel dari dalam tanah, Clinometer, untuk mengukur kemiringan lahan, Palu, untuk menekan ring sampel, GIS (Opsional) termasuk komputer, 47 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 digitiser, plotter, printer dan perangkat lunak, Kompas dan GPS, Kamera, untuk dokumentasi dan alat tulis menulis Untuk memprediksi besarnya erosi tanah atau menentuan tingkat sedimentasi pada areal pasca tambang yang sudah direklamasi adalah metode USLE yang dikemukan oleh Depatemen Kehutanan (1985). Untuk menentukan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pertama perlu diketahui Erosi Aktual yang terjadi pada suatu areal. Perhitungan besar erosi aktual tersebut kemudian dikelaskan ke dalam kelas bahaya erosi pada Tabel 1 (Departemen Kehutanan, 1987). Setelah menentukan kelas bahaya erosi selanjutnya menentukan kedalaman tanah untuk pertumbuhan. Menurut Asdak C (1995), bahwa kedalaman tanah maksimum untuk perakaran hutan tanaman (155 cm), vegetasi belukar (125 cm), semak (105 cm), hutan tanaman (155 cm), kebun campuran (146 cm) dan alang-alang (55 cm). Besarnya erosi merupakan hasil perkalian semua faktor-faktor USLE tersebut di atas. Untuk mengetahui nilai erosi yang dapat ditoleransi pada lahan tersebut (Toleransi Soil Loss/TSL) dihitung dengan rumus berikut (Suhara et al,1986). TLH = (DE – DMN) + SFR RL DE = fdkt x fdmax Tabel 1. Kelas Bahaya Erosi Table 1. Erosion Hazard Class Kelas Bahaya Erosi (ton/ha/th) I < 15 II 15 - 60 III 60 - 180 IV 180 - 480 V > 480 48 Keterangan : TLh = tinggi lapisan tanah yang hilang DE = kedalaman ekivalen tanah DMN = kedalaman minimum tanah untuk pertumbuhan RL = Resource Life/umur guna tanah (diasumsikan 200 tahun) SFR = laju pembentukan tanah (mm/tahun) Fdkt = faktor kedalaman tanah (0,8) Fdmax = faktor kedalaman maksimum Untuk mengetahui nilai TSL di lokasi penelitian dalam ton/ha/tahun digunakan rumus sebagai berikut (Suhara et al, 1986) : TSL = bit x tlh x 10 Keterangan : TSL = batas erosi yang dapat ditoleransi bit = bobot isi tanah (gr/cm³) tlh = tinggi lapisan tanah yang hilang (mm/thn) Untuk menggambarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), maka dicari Indeks Bahaya Erosi (IBE) seperti yang dikemukakan oleh Suhara et al (1986) berikut : IBE = A/TSL Keterangan : IBE = Indeks Bahaya Erosi A = erosi yang terjadi (ton/ha/tahun) TSL = batas erosi yang ditoleransi Yamani.A:Studi Besarnya Erosi …..(1):46-54 HASIL DAN PEMBAHASAN Besarnya Erosi Berdasarkan hasil over lapping peta kelas lereng, peta jenis tanah, dan peta penutupan lahan terdapat 5 unit lahan, yakni unit lahan I (UL I) tahun tanam 2001 (umur tanaman 5 tahun), unit lahan II (UL II) tahun tanam 2002 (umur tanaman 4 tahun), unit lahan III (UL III) tahun tanam 2003 (umur tanaman 3 tahun), unit lahan IV (UL IV) tahun tanam 2004 (umur tanaman 2 tahun), dan unit lahan V (UL V) tahun tanam 2005 (umur tanaman 1 tahun). Beberapa penelitian terdahulu, penduga besarnya erosi dengan menggunakan metode USLE menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan erosi yang sebenarnya (over estimate), agar diperoleh nilai yang lebih akurat maka rumus USLE tersebut harus dikalikan dengan faktor koreksi untuk lahan reklamasi di daerah pit 8 Tambang Senakin digunakan koreksi 0,224 (Wischmeier dan Smith dalam Ilmi, 2004). Menggunakan faktor koreksi 0,224 karena faktor koreksi yang umum (standar) yang digunakan dari persamaan USLE. Nilai hasil perhitungan dengan rumus USLE setelah dikalikan dengan faktor koreksi 0,224 maka diperoleh nilai besarnya erosi (erosi aktual) untuk berbagai tipe penutupan lahan tahun tanam reklamasi, seperti pada Tabel 2 dan Gambar 1. Besarnya erosi aktual pada UL I dengan nilai 39,113 ton/ha/tahun dan UL II dengan nilai 37,618 ton/ha/tahun lebih besar nilai erosinya dibandingkan dengan nilai erosi UL III dengan nilai 0,380 ton/ha/tahun, UL IV dengan nilai 9,725 ton/ha/tahun, dan UL V dengan nilai 36,469 ton/ha/tahun. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai erodibilitas tanah pada UL I dengan nilai erodibilitas tanah 0,14 MJ.Mm/ha/jam/tahun dan UL II dengan nilai erodibilitas tanah 0,13 MJ.Mm/ha/jam/tahun lebih besar nilai erodibilitas hujannya dibandingkan dengan UL III dengan nilai erodibilitas hujannya 0,06 MJ.Mm/ha/jam/tahun, UL IV dengan nilai erodibilitas hujannya 0,04 MJ.Mm/ha/jam/tahun dan UL V dengan nilai erodibilitas hujannya 0,15 MJ.Mm/ha/jam/tahun. Tabel 2. Nilai faktor USLE dan besarnya erosi tanah pada tiap-tiap penutupan Table 2. USLE factor values and the amount of soil erosion at each closing Kelas Unit Lahan R K LS C P A lereng (%) UL I 42 334,27 0,14 12,882 0,300 UL II 47 334,27 0,13 10,583 0,300 UL III 8 334,27 0,06 0,282 0,300 UL IV 23 334,27 0,04 3,247 1,000 UL V 47 334,27 0,15 14 1,000 Keterangan : R = erosivitas hujan (MJ.cm/ha/jam/tahun) K = erodibilitas tanah (ton/jam/MJ.cm) LS = faktor panjang lereng dan kemiringan tanah/lereng C = faktor pola penutupan tanah P = faktor pengolahan tanah A = besarnya erosi aktual (ton/ha/th) 1 1 1 1 1 39,11 37,62 0,38 9,73 36,47 49 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 39,11 40 Nilai Besar Erosi (A) 37,62 36,47 30 20 9,73 10 0,38 0 UL I UL II UL III UL IV UL V Unit Lahan Gambar 1. Diagram Nilai besarnya erosi (A) pada lahan reklamasi per unit lahan tahun tanam. Figure 1. Value erosion magnitude diagram (A) per unit of land reclamation planting year. Kandungan pasir UL I dan UL II lebih besar dibandingkan dengan UL III , UL IV dan UL V. Hal ini dapat disebabkan curah hujan pada UL III dan UL IV tersebut kurang atau kering. Sedangkan UL I dan UL II curah hujannya lebih besar seperti dapt dilihat pada data rata-rata curah hujan pada Lampiran 1. Dengan melihat data curah hujan serta kandungan pasir, debu, dan liat bahwa permeabilitas UL I dan UL II lebih besar dibandingkan dengan UL III, UL IV, dan UL V. Kelas lereng pada UL I, UL II, dan UL V sama curamnya dibandingkan UL III dan UL IV. Akan tetapi UL V nilai permeabilitasnya lebih kecil dibandingkan dengan UL I dan UL II padahal kelas lerengnya sama curam, hal ini karena dilihat pada kandungan pasir dan debu serta bahan organiknya yang lebih kecil dibandingkan dengan UL I dan UL II sehingga nilai permeabilitasnya kecil. Hal ini yang mempengaruhi nilai faktor erosivitas hujan pada 5 unit lahan dengan tahun tanam yang berbeda. Kandungan liat pada lokasi penelitian berkisar antara 11,35 % sampai dengan 71,81 % berarti kandungan liatnya tinggi. Menurut Seta (1991), bahwa tanah yang antara 9 % 50 sampai dengan 35 % umumnya tahan terhadap erosi karena dapat membentuk agregat yang mantap. Sedangkan tanah yang mengandung terlalu banyak liat mempunyai kemampuan menyimpan air yang tinggi, tetapi aerasinya kurang baik. Struktur tanah berdasarkan hasil pengamatan untuk semua lokasi penelitian adalah sama yaitu granular sebagai sedang sampai kasar (remah) terdapat pada lahan reklamasi UL I, sedangkan pada lahan reklamasi UL II, UL III, UL IV, dan UL V struktur tanahnya adalah gumpal, lempeng, dan pejal. Perbedaan struktur tanah ini akibat dari perbedaan kandungan pasir, liat dan debu pada tiap unit lahan tahun tanam yang disebabkan oleh kelas lereng yang berbeda dan curah hujan yang terlalu tinggi sehingga mempengaruhi terjadinya erosi. Struktur tanah tersebut dimasukkan dalam nilai pendekatan menurut Hammer yang dikutip oleh Dephut (1985) dengan nilai tiga untuk granular sedang sampai kasar (remah) dan nilai 4 untuk gumpal, lempeng, pejal. Sesuai dengan pendapat Soepraptoharjo (1971), bahwa tanah latosol mempunyai struktur remah Yamani.A:Studi Besarnya Erosi …..(1):46-54 (granular) hingga gumpal dari atas ke bawah. Perbedaan kandungan bahan organik pada masing-masing lahan penelitian diduga karena adanya perbedaan sifat vegetasi penutup tanah dan adanya aktivitas mikro organisme sebagai pengurai di dalam tanah. Permeabilitas tanah mempengaruhi kecepatan aliran, dimana air dapat meresap melalui profil tanah. Ini tergantung pada faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah. Namun demikian keadaan permukaan tanah tergantung pada erosi percik yang terjadi sebelumnya apabila percikan air hujan menyebabkan pelepasan dan atau penyebaran dari partikel tanah, maka partikel-partikel yang jatuh lebih kecil akan menutup pori-pori tanah. Tanah dengan kandungan debu antara 40 – 60 % sangat peka terhadap erosi, tanah akan lebih mudah tererosi apabila mempunyai kandungan debu tinggi serta liat dan kandungan bahan organik rendah. Lokasi revegetasi (UL I) termasuk dalam permeabilitas sedang, lokasi revegetasi II (UL II) permeabilitasnya termasuk cepat. Sedangkan UL III permeabilitasnya termasuk dalam lambat, UL IV permeabilitasnya termasuk sedang sampai lambat, dan UL V termasuk permeabilitas lambat (lihat Lampiran 3). Tubuh tanah yang sebagian besar mengandung pasir dan debu lebih mudah di dispersi daripada tanah yang mengandung lebih banyak liat, karena kohesi dari bagian-bagian tanah liat mengikat bagian-bagian tanah yang halus itu menjadi satu dan menghindarkan terjadinya dispersi. Akan tetapi sekali didispersikan bagianbagian tanah yang halus tersebut lebih mudah diangkut daripada bagianbagian tanah yang kasar. Kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan tanah secara kontinue menyerap air, hal ini dipengaruhi oleh ukuran pori, stabilitas pori dan bentuk dari profil tanah yang mengandung lempung dan bersifat dapat mengembang cenderung mempunyai kapasitas infiltrasi yang rendah, tanah yang bertekstur lebih kasar memiliki ruang-ruang pori yang lebih besar diantara partikel-partikel tanah yang lebih parmeabel. Dilihat pada Lampiran 5 nilai LS pada UL I yaitu 12,883, UL II yaitu 10,583, UL III yaitu 0,282, UL IV yaitu 3,247, dan UL V yaitu 14. Nilai LS setiap lokasi penelitian mempunyai nilai yang berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan panjang lereng dan kemiringan lereng tanah pada setiap lokasi penelitian tersebut. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa semakin panjang dan curam suatu lereng maka makin besar pula nilai LS. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada masing-masing lokasi penelitian dan dihubungkan dengan Tabel faktor C pada lampiran 3, maka harga faktor C untuk UL I, UL II, UL IV adalah sama yaitu 0,300. Sedangkan UL IV dan UL V yaitu 1,000. Semakin panjang lereng maka akan memperbesar kekuatan angkut air dan jumlah butir-butir hujan semakin banyak, sesuai dengan pendapat Soedardjo (1980) yang menyatakan bahwa bertambahnya bahaya erosi dalam hubungannya dengan panjangnya lereng dalam kenyataannya disebabkan oleh karena pada lereng yang lebih besar berarti akan lebih banyak hasil percikan tanah yang jatuh dan larut kebawah sehingga aliran permukaan menjadi lebih besar. Kelima unit lahan tahun tanam tersebut terlihat bahwa nilai faktor C pada vegetasi UL I, UL II, dan UL V termasuk dalam jenis semak belukar dan hutan tanaman yang sudah direklamasi, sedangkan UL IV dan UL V termasuk dalam jenis tanah kosong karena lahan tersebut baru di tanam. Pada lahan reklamasi ini terdapat jenis tanaman dan tingkat semai, sapih, tiang maupun pohon sehingga peran hutan 51 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 sebagai pengendali erosi pada UL I, UL II, dan UL V lebih besar daripada lahan reklamasi pada tahun tanam yang lain. Batang, daun, ranting dan tumbuhan bawah berperan dalam menghalangi tumbukan langsung dari butir-butir air hujan ke permukaan tanah. Demikian pula perakaran yang tersebar luas berperan dalam penghisapan air untuk keperluan pertumbuhan tanaman, dengan demikian besar dan kecepatan aliran permukaan dapat dikurangi sehingga daya kikis dan daya angkut air dapat diperlambat dan diperkecil pula. Nilai faktor P (konservasi tanah) ialah nisbah atau perbandingan antara besarnya tanah yang hilang pada lahan dengan tindakan pengawetan tertentu dengan besarnya erosi tanah pada lahan tanpa tindakan pengawetan sama sekali pada keadaan panjang lereng dan kemiringan yang sama (Arsyad, 1989) Berdasarkan pengamatan di lapangan ke lima tipe unit lahan tahun tanam vegetasi pada lokasi penelitian mempunyai nilai faktor P yang sama yaitu sebesar 1,00. hal ini karena tidak ada tindakan konservasi tanah, seperti pembuatan teras dan sebagainya yang sebagai sarana pengendali erosi. Dimana tindakan konservasi tanah itu berperan dalam mengurangi laju aliran permukaan dan besarnya erosi yang terjadi diperkecil. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada UL I dan UL II besarnya erosi aktual yang terjadi lebih besar nilainya dibandingkan UL III, UL IV, dan V. UL I dan UL II memiliki kelas lereng yang sangat curam yaitu untuk UL I dengan kelas lereng 42 % dan UL II serta UL V dengan kelas lereng 47 %. Sehingga besarnya erosi aktual yang terjadi lebih besar nilainya dibanding dengan UL III dan UL IV. Hal ini juga karena berdasarkan faktor lamanya tahun penanaman dengan pertumbuhan jenis pohon yang dibawah batas normal. Dilihat bahwa pohon-pohon yang tumbuh memiliki diameter yang kecil, cabang pendek, 52 tinggi pohon yang kurang, perakaran kurang kuat dan banyaknya terdapat hama dan penyakit pada setiap pertumbuhan pohon pada UL I dan UL II. Kurangnya unsur hara tanah pada unit lahan tersebut sehingga menyebabkan pertumbuhan pohon di bawah batas normal. Sehingga pohon yang tumbuh di UL I dan UL II tidak dapat menyerap air hujan yang jatuh dengan baik, dan terkikisnya permukaan tanah. Sehingga nilai besarnya erosi aktual lebih besar dibandingkan dengan UL III, UL IV, dan UL V. Nilai faktor K yang sama dikarenakan kelima unit lahan tahun tanam reklamasi penelitian tersebut letaknya berdekatan dan hanya diwakili oleh satu stasiun penakar hujan sehingga faktor R sama yaitu sebesar 334,27 MJ.cm/ha/jam/tahunan, nilai faktor P sama karena pada kelima lahan reklamasi penelitian tidak terdapat tindakan konservasi tanah sebagai pengendalian aliran permukaan dan erosi. Tingkat Bahaya Erosi dan Indeks Bahaya Erosi Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah Latosol dimana menurut USDA mempunyai kedalaman tanah sebesar 0,8 dengan laju pembentukan tanah 0,5 mm/tahun atau 6 ton/ha/tahun sedangkan umur guna lahan diasumsikan 200 tahun (Arsyad, 1982). Lahan reklamasi pada tiap tahun tanam yang diteliti ini termasuk dalam vegetasi belukar pada UL I, UL II, dan UL III dengan kedalaman maksimum untuk perakaran 125 cm. Sedangkan UL IV dan UL V termasuk dalam hutan tanaman dengan kedalaman maksimum untuk perakaran yaitu 155 cm. Bobot isi tanah yang diperoleh dari analisa sifat fisik tanah untuk masing-masing tipe penutupan lahan yaitu lahan reklamasi UL I yaitu 1,040 gr/cm³, UL II 1,110 gr/cm³, UL III 1,100 gr/cm³, UL IV 1,210 gr/cm³, dan UL V 0,960 gr/cm³. Yamani.A:Studi Besarnya Erosi …..(1):46-54 Hasil perhitungan besarnya erosi yang dapat ditoleransi (TSL) pada berbagai penutupan lahan dan hasil perbandingan besarnya nilai erosi aktual dengan nilai TSL yang merupakan nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) dapat dilihat pada Tabel 3. UL IV termasuk dalam sangat tinggi karena IBEnya tinggi dan UL V termasuk dalam ekstrim karena nilai IBEnya ekstrim. Hal ini disebabkan IBE UL I, UL II, dan UL V nilai A (besarnya erosi) lebih besar dibandingkan dengan nilai A pada UL III dan UL IV. Sehingga dapat diketahui TBE pada UL I, UL II, UL III, UL IV, dan UL V membahayakan atau tidaknya dan perlunya upaya pencegahan erosi pada UL (unit lahan) yang TBEnya tergolong sangat tinggi dengan melakukan konservasi. Berdasarkan tabel 3 tersebut, untuk lahan reklamasi pada UL I, dan UL II termasuk dalam TBE tinggi karena IBE UL I, dan UL II nilainya tinggi, dibandingkan dengan UL III termasuk dalam TBE rendah karena nilai IBEnya sangat kecil, sedangkan Tabel 3. Hasil perhitungan erosi yang masih dapat ditoleransi (TSL), Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada berbagai tipe penutupan lahan Table 3. The calculation result of erosion in laboratory conditions (TSL), Erosion Hazard Index (IBE) and Erosion Hazard Level (TBE) at different land cover types A Unit Lahan (UL) TSL IBE TBE 39,11 UL I 8,008 4,88 Tinggi 37,62 UL II 8,55 4,40 Tinggi 0,38 UL III 8,47 0,05 Rendah 9,73 UL IV 10,769 7,15 Sangat tinggi 36,47 UL V 8,54 34,41 Ekstrim KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Erosi yang terjadi pada Unit Lahan I sebesar 39,11 ton/ha/tahun merupakan erosi yang tertinggi dibandingkan dengan Unit Lahan lainnya. Pada Unit Lahan II sebesar 37,62 ton/ha/tahun; Unit Lahan III sebasar 0,38 ton/ha/tahun; Unit Lahan IV sebesar 9,73 ton/ha/tahun dan Unit Lahan V sebesar 36,47 ton/ha/tahun. Unit Lahan I dengan nilai IBE yaitu 4,88 ton/ha/tahun dan Unit Lahan II dengan nilai IBE 4,40 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE tinggi sedangkan Unit Lahan V dengan nilai IBE 34,41 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE ekstrim. Sedangkan untuk Unit Lahan III dengan nilai IBE 0,05 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE rendah dan Unit Lahan IV dengan nilai IBE 7,15 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE sangat tinggi. Besarnya erosi yang dapat ditoleransi (TSL) untuk lahan reklamasi pada Unit Lahan I sebesar 8,008 ton/ha/tahun; Unit Lahan II sebesar 8,55 ton/ha/tahun; Unit Lahan III sebesar 8,47 ton/ha/tahun; Unit Lahan IV sebesar 10,769 ton/ha/tahun dan Unit Lahan V sebesar 8,54 ton/ha/tahun. Panjang dan kecuraman lereng sangat berpengaruh pada besarnya Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang 53 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 terjadi, semakin tinggi kecuraman maka semakin tinggi pula erosi yang terjadi. Saran Hasil penelitian ini hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh perusahaan dan disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang berdominisili disekitar tambang Senakin. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1982. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Gajah mada University Press. Yogyakarta.. Departemen Kehutanan, 1985. Petunjuk Memperkirakan Besarnya Erosi Pada Suatu Lahan Dengan Menggunakan Rumus USLE. Departemen Kehutanan, Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1987. Pedoman Penentuan Laju Erosi Dalam Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan 54 Direktorat Jedral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Eng S. M. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Yogyakarta.. Ilmi, M. 2004. Pengaruh Besarnya Erosi di Sub DAS Amandit Kalimantan Selatan. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta. Suhara, O.M. Ruslan dan M. Basuni. 1986. Perencanaan Sistem Reboisasi Lahan Kritis untuk Menanggulani Erosi di Sub DAS Cijambu Citarum Hulu Bandung. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.