menyampaikan pengantar rapat dan mempersilahkan Narasumber

advertisement
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN SINGKAT
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM BADAN LEGISLASI
DENGAN IKATAN DOKTER INDONESIA (IDI), IKATAN APOTEKER INDONESIA,
DAN ASSOSIASI PENGOBAT TRADISIONAL RAMUAN INDONESIA
TANGGAL 11 JULI 2011
---------------------------------------------------Tahun Sidang
Masa Persidangan
Rapat ke
Jenis rapat
Hari/tanggal
Pukul
Tempat
:
:
:
:
:
:
:
Acara
:
Ketua Rapat
Sekretaris
Hadir
:
:
:
2010 – 2011.
IV
23 (dua puluh tiga).
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU).
Senin, 11 Juli 2011
14.20 WIB – 16.00 WIB
Ruang Rapat Badan Legislasi, Gedung Nusantara I
Lantai 1.
Mendengarkan masukan/tanggapan atas penyusunan
RUU tentang Pengawasan Obat dan Makanan serta
Pemanfaatan Obat Asli Indonesia.
HA. Dimyati Natakusumah, SH.,MH.,MSi.
Drs. Djaka Dwi Winarko, MSi.
25 orang, izin 2 orang dari 50 orang Anggota Badan
Legislasi.
KESIMPULAN/KEPUTUSAN
I. PENDAHULUAN
1. Rapat Dengar Pendapat Umum Badan Legislasi dengan Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), Ikatan Apoteker Indonesia, dan Assosiasi Pengobat Tradisional Ramuan
Indonesia, dipimpin oleh Wakil Ketua Badan Legislasi HA. Dimyati
Natakusumah, SH.,MH.,MSi.
2. Rapat dibuka oleh Ketua Rapat pada pukul 14.20 WIB, selanjutnya Ketua Rapat
menyampaikan pengantar rapat dan mempersilahkan Narasumber untuk
menyampaikan masukan/tanggapan atas RUU tentang Pengawasan Obat dan
Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli Indonesia.
II. POKOK PEMBAHASAN
Substansi RUU tentang Pengawasan Obat dan Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli
Indonesia mendapatkan tanggapan/masukan dari narasumber sebagai berikut:
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
a. IDI merasa prihatin terhadap banyaknya obat keras (obat daftar G) yang
beredar di tengah-tengah masyarakat tanpa melalui resep dokter dan
cenderung di jual bebas, sehingga sangat membahayakan masyarakat.
b. IDI
prihatin
terhadap
makanan
yang
mengandung
racun
(borax/formalin/melanin)
yang
sangat
membahayakan
kesehatan
masyarakat.
c. Terkait dengan pengawasan obat dan makanan, perlu ada peningkatan
kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam BPOM supaya tugasnya
dapat dilakukan secara optimal, misalnya ahli farmakologi, mikrobiologi,
toksikologi, biokimia, biologi, parasitologi, virology, apoteker/farmasis, kimia,
dsb.
d. Diusulkan ada reformasi dalam BPOM, karena komposisi BPOM sekarang
tidak lazim dibandingkan dengan Badan POM di beberapa negara yang diisi
oleh berbagai Pakar yang ahli di bidangnya.
e. Perlu diantisipasi banyaknya produk yang sudah mendapatkan ijin edar tetapi
isinya tidak sesuai dengan kemasannya atau tidak memenuhi persyaratan
keamanan.
f. Diusulkan perlu ada sanksi bagi setiap orang yang mengedarkan obat keras
(obat daftar G) tanpa menggunakan resep dokter.
g. Karena BPOM sangat penting fungsinya dalam melindungi masyarakat,
diusulkan agar pemilihan Pimpinan BPOM sebaiknya dipilih dengan cara uji
kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sehingga lebih akuntabel dan
sebaiknya Pimpinan BPOM dilakukan secara kolektif (3 orang).
h. Perlu dipertimbangkan secara mendalam perlunya dibentuk Komisi
Pengawas Obat dan Makanan.
i. Diusulkan agar dalam pengawasan obat, makanan, dan minuman juga
melibatkan Ikatan Dokter Indonesia, hal ini ditujukan untuk perlindungan
terhadap masyarakat dan merupakan bagian dari pengawasan independen.
j. Pengembangan obat asli Indonesia harus sesuai dengan Kepmenkes,
dewasa ini sedang dikembangkan obat herbal oleh IDI bersama Kemkes.
k. Dokter yang mempunyai kompetensi sangat diperlukan dalam
pengembangan obat bermutu.
l. Perlu kajian secara mendalam, apakah Tupoksi BPOM sampai dengan
penelitian dan registrasi yang juga merupakan kewenangan/ranah lembaga
lain.
m. Ujung tombak pemeliharaan kesehatan adalah dokter, sehingga perlu
dibentuk kelompok kerja yang melibatkan IDI.
n. Definisi obat asli Indonesia adalah definisi dari obat tradisional, sehingga obat
tradisional lebih tepat digunakan, karena obat asli Indonesia sebenarnya tidak
ada karena negara tetangga juga mempunyai sumber yang sama dengan
Indonesia.
o. Dalam ketentuan Pasal 1perlu diakomodir bahwa:
Pengawasan obat dan makanan belum melibatkan organisasi profesi
dokter sebagai komponen peneliti dan pengguna produk obat-obatan.
Obat asli Indonesia mempunyai definisi yang sama dengan obat
tradisional yang ada di Undang-Undang tentang Kesehatan.
p. Dalam Pasal 2 yang terkait dengan pengawasan obat dan makanan serta
obat asli Indonesia belum memasukan asas mutu, seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang Kesehatan bahwa setiap orang berhak mendapat
pelayanan kesehatan yang aman, efektif, dan bermutu.
q. Dalam Pasal 3, pengawasan obat dan makanan bertujuan untuk melindungi
masyarakat, bagaimana dengan perlindungan terhadap dokter sebagai
pengguna obat-obatan.
r. Dalam Pasal 5, persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan hanya
merujuk kepada material medika, sedangkan sumber informasi obat
tradisional Indonesia juga terdapat dalam formularium obat asli Indonesia,
formularium herbal Indonesia, dan vademikum tanaman asli Indonesia (dalam
penyusunannya juga melibatkan dokter sebagai peneliti dan pengguna).
s. Terkait dengan tugas, fungsi, dan wewenang dalam Pasal 55, karena BPOM
melaksanakan segala kegiatan di bidang pengawasan obat dan makanan
yang berhubungan dengan mutu, keamanan, dan kemanfaatan, maka fungsi
penelitian dan registrasi seharusnya dikerjakan oleh institusi yang lebih
berwenang.
t. Pemanfaatan obat asli Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 81
bertujuan untuk:
Peningkatan produksi;
Pengintegrasian dalam system pelayanan kesehatan; dan
Peningkatan daya saing.
2. Ikatan Apoteker Indonesia.
a. Obat yang beredar di Indonesia sudah sangat banyak lebih dari ribuan jenis
apalagi di kota-kota besar, namun banyak pemanfaatannya yang tidak
benar/disalahgunakan.
b. Pengawasan obat dan makanan sangat diperlukan, demikian juga yang
menyangkut obat asli Indonesia perlu ada pengawasan.
c. Dalam penyusunan RUU perlu juga diperhatikan ketentuan Pasal 1 angka 4
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan
bahwa, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
d. Selain obat dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 juga menyebutkan
alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, dan/atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
e. Diusulkan judul RUU menjadi RUU tentang Kefarmasian dan Penyediaan
Obat dan Makanan.
f. Sudah ada 16.000 buah merek obat yang beredar dan belum ada undangundangnya, sehingga banyak variasi dan perlu ada pengawasannya.
g. Dalam penyusunan RUU banyak undang-undang terkait yang harus
diperhatikan dan dilakukan harmonisasi untuk meningkatkan derajat perlunya
disusun undang-undang, misalnya Undang-Undang tentang Kesehatan,
Undang-Undang tentang Kedokteran, dan Undang-Undang terkait lainnya.
3. Assosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI).
a. Jumlah pengobat tradisional Indonesia yang terdiri atas banyak etnis dengan
tanaman yang ada lebih dari 30.000 spesies dan baru 861 spesies yang
diteliti serta kurang dari 200 yang dimanfaatkan perlu mendapatkan payung
hukum.
b. Dalam Pasal 46, dalam mewujudkan derajat kesehatan yang baik di
masyarakat, perlu dilakukan upaya kesehatan terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
c. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
d. Untuk mendukung dan melindungi para pengobat tradisional perlu dukungan/
payung hukum yang meliputi: UU Praktek Pengobatan Tradisional Alamiah
Ramuan, Undang-undang Perlindungan Tanaman Berkhasiat Obat
Indonesia; dan Inventarisasi serta penelitian dan pengembangan tanaman
berkhasiat Obat Indonesia.
e. Inventarisasi tanaman obat asli Indonesia yang ada di Indonesia diperkirakan
berkisar 10.000 s/d 30.000 spesies, sehingga diperlukan dukungan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan.
f. WHO memperbolehkan penggunakan ramuan yang sudah digunakan oleh 3
generasi dan tidak diperlukan penelitian lagi.
g. Di Indonesia sudah banyak beredar obat-obat tradisional yang berasal dari
luar negeri yang lolos penyaringan di Indonesia, sehingga diperlukan
peraturan perundang-undangan yang mengatur obat Import khususnya yang
berlabel bahasa asing.
h. Dalam RUU yang perlu diatur bukan hanya mengenai obatnya saja tetapi
juga pengobatnya.
i. Dewasa ini yang diterima oleh pihak asuransi hanyalah obat kimia, perlu
dikaji secara mendalam apakah dimungkinkan juga untuk obat ramuan
tradisional.
j. Produsen obat selama ini belum mempunyai assosiasi, bahwa pengobat tidak
membuat obat tetapi meracik obat dari tanaman asli Indonesia.
III. KESIMPULAN/KEPUTUSAN
Semua pendapat/masukan yang telah diberikan oleh Narasumber akan menjadi
bahan pertimbangan Badan Legislasi dalam melakukan penyusunan RUU tentang
Pengawasan Obat dan Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli Indonesia.
Rapat ditutup 16.10 WIB.
Jakarta, 11 Juli 2011
A.N. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
DRS. DJAKA DWI WINARKO, MSi.
NIP. 196507051991031003
Download