OASE SPIRITUALITAS DAN INTELEKTUALITAS MASJID KAMPUS disampaikan di forum Rapat Koordinasi Dosen dan Tutor PAI UNY Abdul Malik Usman (Dosen PAI) Kamis, 11 Juni 2015 Pengertian Masjid: Secara bahasa berasal dari kata sajadayasjudu= bersujud, dan masjid adalah ‘ism makan’ (nomina) yang menunjukkan tempat. Secara istilah, masjid yaitu suatu bangunan atau tempat khusus untuk beribadah umat Islam. Dalam sejarah peradaban Islam, masjid adalah sekolah-madrasah yakni tempat belajar beragam ilmu pengetahuan (syari’ah & goiru syari’ah). Madrasah Kuttab, pertama kali di Madinah. Didirikan oleh baginda Rasulullah Saw pada tahun-tahun awal hijrah. Dari madrasah Kuttab inilah berkembang madrasah-madrasah hingga berbentuk jami’ah (Universitas). Karena itu dalam sejarah peradaban Islam antara masjid dan lembaga pendidikan (madrasah)-Universitas tidak bisa dipisahkan. Jami’ dan Jami’ah. Dari masjid kejayaan Islam berkembang. Beberapa Universitas: Baitul Hikmah (Baghdad), Al-Azhar (Mesir), Qarawiyyin (Maroko) dan Cordoba/ Qurtuba (Andalusia). Masjid-masjid menjadi pilar peradaban Islam serta pusat kemajuan Islam dalam brbagai bidang. Sejumlah ulama, Ilmuwan dan filosof yang sangat masyhur hingga kini seperti Al Ghazali, Ibn. Rusyd, Ibn Sina, Miskawaih, Zakaria ar Razy, Al Khawazimy, Umar Kayam dll. Koleksi perpustakaan di masjid-masjid tersebut bertambah banyak bahkan mencapai ratusan ribu judul buku. Misalnya di perpustakaan Baitul Hikmah Baghdad. Oleh karenanya masjid pada zaman itu betulbetul menjadi pusat dan lambang spiritualitas dan intelektualitas. Masjid Kampus Mengapa dinamakan masjid kampus? Ini ada latar belakang sejarah terutama di Indonesia, pasca kemerdekaan atau pasca Orla, di Era Orba pada tahun 1970an1980-an muncul beberapa masjid di lingkungan kampus PTU, sebut saja Salman (ITB) sebagai sarana aktivitas ibadah mahdlah warga kampus. Seiring perkembangan zaman terutama di era modern-industrial dan global, muncul fenomena baru di bidang keagamaan dan spiritualitas sebagai indikasi kebangkitan agama (ungkap Peter Beyer). Fenomena ini sifatnya mendunia, terutama Islam sebagai agama formal dan terorganisir, serta spiritualitas non agama formal. Fenomena ini juga dilihat sebagai respon terhadap berbagai dampak negatif modernisasi berupa gejala demoralisasi dan despiritualisasi. Kebangkitan agama dan spiritualitas adalah ikhtiar untuk meminimalisir kecenderungan tindakan destruktif dan fandalistik sebagai ekses negatif dan modernisasi Masjid Kampus yang berada di tengah kampus dan di “titik temu” Islam bercorak“Radikal-fundamentalis” dan “Moderat-Inklusifis” Islam. Kalau memakai analisis Peter Beyer yakni Fenomena kebangkitan agama di era globa dan globalisasi agama (Islam), adalah Islam radikal-fundamentalis. Sekitar 25 tahun terakhir trend dan fenomena ini muncul di masjid-masjid kampus. Hasil penelitian Institute for Study of Islam Cultural and Public Affairs PPS UIN Bandung dan beberapa peneliti lain seperti UIN Malang, Surabaya dan Tuban adalah dari Kemenag pusat. Hasilnya kelompok Islam radikal telah menggunakanmasjid kampus untuk penyebaran ideologinya. Masjid Kampus-Masjid Terbuka Masjid kampus mestinya menjadi ruang terbuka, ruang pencerahan. Ia harus menjadi sebuah “tenda besar”: 1. tenda moral= sebagai pusat pembinaan keagamaan dan spiritualitas, pusat kearifan –menyamai nilai-nilai sophia perennis-perennial 2. Tenda sosial=yakni pusat pelayanan sosial penghidupan untuk kemanusiaan yang terbaik (manifestasi kesalehansosial) 3. Tenda budaya= menjadi pusat keilmuwan dan pengembangan peradaban Jika ditarik ke wilayah tauhidik, maka dari masjid kampus spiritualitas ilahiyah yang tersendat tampak dan terasa di wilayah yang immanent(dalam rasa kehidupan sosial). Inilah spiritualitas yang berbasis pada agama formal