Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang kompleks, menantang dan
menarik. Perusahaan yang ingin cepat tumbuh dalam lingkungan usaha
mengharuskan manajer untuk mengikuti kesempatan bisnis dan tren yang terjadi.
Adapun pengertian manajemen menurut Robbins dan Mary (2010:8) yang
diterjemahkan oleh Hermaya manajemen adalah
“Proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga
pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain”.
Kemudian Manajemen menurut Hasibuan (2007:2) yaitu
“Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber lainnya secara efektif dan efisien”.
Selanjutnya menurut Hanafi (2008:6) manajemen yaitu
“Proses
merencanakan,
mengorganisir,
mengarahkan,
dan
mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
menggunakan sumber daya organisasi”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu
tujuan dengan efektif dan efisien dengan bantuan orang lain.
2.2
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
2.2.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan fungi manajemen yang sangat penting
bagi perusahaan. Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli
yang mempelajarinya. Berikut beberapa pengertian mengenai manajemen
keuangan menurut para ahli. Manajemen keuangan (Financial Management)
menurut Martono dan Agus (2010:4) adalah sebagai berikut :
“Segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh”.
Adapun menurut Husnan (2008:4) manajemen keuangan adalah
“Manajemen Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis
dan pengendalian kegiatan keuangan dalam suatu organisasi”.
Selanjutnya
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:2)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah
“Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan
dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan merupakan segala aktivitas perusahaan berhubungan dengan bagaimana
memperoleh, menggunakan, mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
2.2.2
Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai
bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Martono dan Agus (2010:4)
ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan
dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting
diantara ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi
berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan
aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi
tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan
modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik
atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum
merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan
biaya modal rata-rata minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)
Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset
tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung
jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer
keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada
aktiva tetap.
2.2.3
Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan
dana, dan mengelola aset secara efisien membutuhkan tujuan atau sasaran. Di
mana menurut Martono dan Agus (2010:13) tujuan manajemen keuangan adalah
“Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan”.
Sedangkan
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:132)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto tujuan manajemen keuangan yaitu :
“Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang,
tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti
laba bersih atau EPS”.
Selanjutnya menurut Husnan (2008:6) tujuan manajemen keuangan
adalah
“Untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar,
keputusan
keuangan
adalah
untuk
memaksimumkan
nilai
perusahaan”.
Berdasarkan tujuan manajemen keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmurkan pemegang saham.
2.3
Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan
Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan, manajer keuangan
perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi
keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan.
Di samping manajer keuangan, beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu
memahami kondisi keuangan perusahaan diantaranya adalah calon investor dan
kreditur. Adapun pengertian laporan keuangan menurut Martono dan Agus
(2010:51) adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahan pada suatu saat
tertentu”.
Kemudian
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:84)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto laporan keuangan yaitu :
“Beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di
atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang
berada di balik angka tersebut.
Selanjutnya menurut Fahmi (2011:2) laporan keuangan yaitu :
“Merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan
kondisi
keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan
suatu perusahaan dan
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut.
2.3.2
Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
2.3.2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan yang dibuat perusahaan sangat bermanfaat bagi
stakeholder. Stakeholder perlu mengetahui bagaimana kinerja perusahaan
tersebut. Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Adapun menurut Sukardi dan
Kurniawan (2010: 187) tujuan laporan keuangan yaitu :
1.
Sebagai bahasa bisnis yang mudah dimengerti oleh semua pihak.
2.
Menunjukkan logika hubungan timbal-balik antara pos-pos dalam laporan
keuangan.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Fahmi
(2011:6) tujuan laporan keuangan adalah
“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi”.
Selanjutnya menurut Fahmi (2011:5) tujuan laporan keuangan adalah
“Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang
kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan
moneter”.
2.3.2.2 Manfaat Laporan Keuangan
Selain tujuan laporan keuangan, laporan keuangan juga memiliki beberapa
manfaat. Di mana menurut Martono dan Agus (2010:52) laporan keuangan yang
baik dan akurat dapat memberikan manfaat antara lain dalam :
1.
Pengambilan keputusan investasi
2.
Keputusan pemberian kredit
3.
Penilaian aliran kas
4.
Penilaian sumber ekonomi
5.
Melakukan klaim terhadap sumber dana
6.
Menganalisis perubahan yang terjadi terhadap sumber dana
7.
Menganalisis penggunaan dana
Kemudian menurut Sukardi dan Kurniawan (2010:187) manfaat laporan
keuangan adalah :
1. Bagi Manajemen
Sebagai dasar untuk memberi kompensasi.
2. Bagi Pemilik Perusahaan
Sebagai dasar untuk menilai peningkatan nilai perusahaan.
3. Bagi Supplier
Untuk mengetahui besarnya kemungkinan pembayaran hutang.
4. Bagi Bank
Sebagai bukti bahwa perusahaan tersebut likuid dan mempunyai cukup
working capital.
Selanjutnya menurut Fahmi (2011:4) manfaat laporan keuangan adalah
“Untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari
waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana
perusahaan mencapai tujuannya”.
2.3.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan merupakan
ringkasan dari harta, kewajiban, dan kinerja operasi selama suatu periode
akuntansi tertentu. Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas tiga hal utama,
yaitu neraca (Balance Sheet), laporan laba rugi (Income Statement), dan laporan
perubahan modal (Statement of Changes in Capital). Dalam perkembangannya
komponen laporan keuangan bertambah dengan satu laporan keuangan yaitu
laporan arus kas (Cash Flow). Di mana menurut Gumanti (2011:103) jenis
laporan keuangan yaitu :
1. Neraca (Balance Sheet)
Merupakan laporan tentang kekayaan dan kewajiban atau beban suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Menunjukkan kinerja operasi suatu perusahaan dalam suatu periode
akuntansi tertentu dan juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan
mampu menjalankan kegiatan usaha serta seberapa efisien perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan.
3. Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Capital)
Menunjukkan berapa besar bagian atau porsi dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan yang diinvestasikan kembali ke perusahaan yang
mempengaruhi besaran modal secara keseluruhan.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow).
Menyajikan informasi tentang arus kas bersih dari tiga kegiatan utama di
perusahaan, yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari pendanaan,
dan arus kas dari aktivitas investasi.
2.3.4
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Seluruh informasi yang diperoleh dan bersumber dari laporan keuangan
pada kenyataannya selalu saja terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut
dinggap sebagai bentuk keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangan
tersebut. Adapun sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut PAI (Prinsip
Akuntansi Indonesia) dalam Fahmi (2011:10) adalah
1.
Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karena, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
2.
Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang
material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti
mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang
menghasilkan laba bersih yang paling kecil.
6.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa dari pada bentuk hukumnya.
7.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
8.
Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9.
Informasi
yang bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.4
Analisis Laporan Keuangan
2.4.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting bagi para
pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Hasil
analisis laporan keuangan akan mampu menginterpretasikan berbagai hubungan
dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan
perusahaan di masa datang. Sehingga adapun pengertian analisis laporan
keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2010: 55) yaitu
“Merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke
dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap
masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman
menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri”.
Sedangkan
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:154)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah analisis laporan keuangan adalah
“Seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang
berguna bagi pengambilan keputusan”.
Selanjutnya menurut Harmono (2011:104) analisis laporan keuangan
adalah
“Alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat
menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis
tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau
kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun
kinerja organisasi secara keseluruhan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan suatu proses menelaah laporan keuangan untuk melihat
berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan
terhadap keberhasilan perusahaan di masa datang.
2.4.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan penting untuk
dipahami oleh pemakai laporan keuangan. Adapun tujuan analisis laporan
keuangan tersebut menurut Pratowo dan Rifka (2010:53) adalah
“Untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada
dugaan murni, terkaan dan intuisi, mengurangi dan mempersempit
lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses
pengambilan keputusan”.
Sedangkan menurut Hanafi dan Abdul (2009:5) tujuan analisis laporan
keuangan yaitu
“Pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”.
Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis
laporan keuangan untuk memberikan pertimbangan yang lebih layak dan
sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa datang,
mengingat data yang disajikan laporan keuangan menggambarkan apa yang telah
terjadi dan analisis laporan keuangan mengurangi dan mempersempit berbagai
ketidakpastian.
2.4.3
Teknik Analisa Laporan Keuangan
Sebuah laporan keuangan yang diperlihatkan oleh pihak akuntan, maka
selanjutnya menjadi tanggung jawab bagi manajer perusahaan melakukan analisa
secara komprehensif dan kritis terhadap seluruh isi dari laporan keuangan
tersebut. Dengan analisa secara komprehensif dan kritis tersebut diharapkan
diperoleh kesimpulan atau rekomendasi yang maksimal dalam menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan. Adapun pedoman dan beberapa teknik analisis
laporan keuangan menuut Fahmi (2011:11) adalah sebagai berikut :
1.
Menilai “Reliability Laporan” periode laporannya.
2.
Lakukan analisa perubahan modal kerja atau arus kas.
3.
Membuat laporan konsolidasi.
4.
Mereview interrelated account.
5.
Penggunaan segmen bisnis perusahaan yang dianalisa.
6.
Meneliti lebih dalam beberapa transaksi yang bersifat : Related Parties
Transaction (hubungan istimewa).
7.
Menghitung dan menafsirkan rasio keuangan yang lazim. Kemudian rasio
ini dibandingkan dengan situasi :
Ekonomi internasional
Ekonomi nasional
Rasio rata-rata industri atau bisnis
Rasio periode demi periode
Rasio standar atau budget
8.
Memahami metode dan cara penyusunan laporan keuangan.
9.
Menilai laporan akuntan.
10.
Menguasai konsep dan teknik analisa laporan keuangan, filosofi rasio,
tujuan dan keguananya.
11.
Memahami prinsip dan kebijakan akuntansi.
12.
Memahami situasi yang dihadapi perusahaan, termasuk bidang usaha, jenis
industri, sejarah perusahaan, risiko yang mungkin dihadapi, gaya
manajemen, pemilikan, dan prospek industri yang bersangkutan.
13.
Tujuan disusunya laporan keuangan.
14.
Bentuk perusahaan.
15.
Sistem pengawasan dalam perusahaan yang menghasilkan laporan
keuangan.
16.
Ketaatan pada peraturan maupun agama.
17.
Menilai kualitas comparability.
Semua teknik analisis yang digunakan itu merupakan permulaan dari
proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Dan semua
teknik tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu membuat data agar lebih
dimengerti oleh pembaca sehingga dapat digunakan dengan baik sebagai acuan
dasar dalam pengambilan keputusan.
2.5
Analisis Rasio Keuangan
2.5.1
Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Dalam menghindari masalah yang timbul di dalam membandingkan
perusahaan dengan ukuran yang berbeda yaitu dengan cara menghitung dan
membandingkan rasio-rasio keuangan. Di mana rasio-rasio tersebut merupakan
cara untuk membandingkan dan menyelidiki hubungan yang ada di antara
berbagai bagian informasi keuangan. Adapun pengertian analisis rasio keuangan
menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2009:78) yang diterjemahkan oleh
Yulianto, Yuniasih dan Christine yaitu :
“Hubungan
yang
dihitung
dari
informasi
keuangan
sebuah
perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan”.
Sedangakan menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi (2011:108)
analisis rasio keuangan adalah
“Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam
kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian
menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan”.
Kemudian menurut Samryn (2011:409) analisis rasio keuangan adalah
“Suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan
menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk
menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan
keuangan dari perusahaan”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa
analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan perusahaan.
2.5.2
Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Dengan menganalisis sebuah laporan keuangan akan didapatkan sebuah
gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan
digunakannya analisis rasio keuangan menurut Fahmi (2011:109) yaitu :
1.
Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi
perusahaan.
2.
Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat
perencanaan.
3.
Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan
dari perspektif keuangan.
4.
Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memperkirakan potensi
risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan
pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
5.
Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
Berdasarkan manfaat analisis rasio tersebut kita dapat mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, besarnya hutang yang
digunakan perusahaan apakah rasional atau tidak, dan perencanaan yang akan
digunakan dalam investasi.
2.5.3
Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
leverage, dan rasio profitabilitas (rentabilitas). Keempat jenis rasio tersebut
dijelaskan menurut Martono dan Agus (2010:53) adalah
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva
lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.
2.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang
mengukur efisiesi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya.
3.
Rasio Leverege (Leverage Ratio)
Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana
dari hutang (pinjaman).
4.
Rasio Profitabilitas (Profitabillity Ratio)
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari penggunaan modalnya.
2.6
Analisis Rasio Likuiditas
2.6.1
Pengertian Analisis Rasio Likuiditas
Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan
usahanya tentunya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban finansial yang segera dilunasi. Di mana dalam menjalankan usahanya
perusahaan harus dalam keadaan likuid. Untuk mengetahui perusahaan tersebut
likuid atau tidak dapat dilakukan dengan menganalisis rasio likuiditas. Berikut
beberapa pendapat mengenai rasio likuiditas menurut para ahli. Menurut Martono
dan Agus (2010:55) bahwa rasio likuiditas adalah
“Merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar
atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh
tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia”.
Sedangkan
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:134)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto bahwa rasio likuiditas adalah
“Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar
perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya”.
Selanjutnya rasio likuiditas menurut Fahmi (2011:121) menyatakan
bahwa :
“Rasio likuiditas adalah kemampan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio
likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar semua
kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban lancarnya pada saat jatuh tempo.
2.6.2
Ukuran Rasio Likuiditas
Suatu analisis likuiditas membutuhkan penggunaan anggaran kas, tetapi
dengan menghubungkan kas dan aset lancar lainnya dengan kewajiban lancar,
analisis rasio memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan.
Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa jenis rasio
diantaranya menurut Fahmi (2011:121) adalah sebagai berikut :
a. Current Ratio
b. Quick Ratio
c. Net Working Capital Ratio
d. Cash Flow Liquidity Ratio
Dalam penelitian ini penulis menggunakan satu rasio likuiditas untuk
mencerminkan rasio likuiditas perusahaan, yaitu Current Ratio.
Di mana current ratio menurut Fahmi (2011:121) adalah
“Ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek,
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika
jatuh tempo”.
Adapun rumus Current Ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio
=
2.7
Analisis Rasio Leverage
2.7.1
Pengertian Analisis Rasio Leverage
× 100%
Rasio leverage merupakan nama lain dari rasio solvabilitas. Rasio ini
menunjukkan seberapa jauh perusahaan di biayai oleh pihak luar atau kreditur.
Suatu perusahaan dikatakan “solvabel” apabila perusahaan mempunyai aktiva
yang cukup untuk membayar semua hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva
tidak cukup atau lebih kecil dari jumlah hutangnya berati perusahaan tersebut
dalam keadaan “insolvabel”. Salah satu alat untuk menganalisis kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang mempengaruhi
besarnya laba adalah rasio leverage. Di mana pengertian rasio leverage menurut
Fahmi (2011:127) adalah
“Rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
hutang”.
Kemudian menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio leverege adalah
“Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan
dana dari hutang (pinjaman)”.
Selanjutnya menurut Husnan (2008:70) rasio leverage adalah
“Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan
hutang”.
Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio leverage
merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana
dari hutang. Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki, maka beban bunga yang
harus ditanggung juga akan semakin besar. Hal ini menyebabkan keuntungan
yang diperoleh semakin kecil.
2.7.2
Ukuran Rasio Leverage
Dalam rasio leverage secara umum rasio leverage terdiri dari beberapa
jenis rasio diantaranya menurut Fahmi (2011:127) adalah
a. Debt to Total Assets Ratio
b. Debt to Total Equity Ratio
c. Time Interest Earned
d. Cash Flow Coverage
e. Long-term Debt to total Capitalization
f. Fixed Charge Coverage
g. Cash Flow Adequancy
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan adalah Total Debt to
Total Assets Ratio untuk mengetahui seberapa besar peranan modal yang berasal
dari pinjaman. Di mana Total Debt to Total Assets Ratio menurut Fahmi
(2011:127) adalah
“Rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh
dari perbandingan total utang dibagi total aset”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio ini mengukur presentase
besarnya dana yang berasal dari hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Kreditur lebih menyukai Total Debt to Total Assets Ratio atau Debt
Ratio yang rendah sebab tingkat keamanannya semakin baik. Untuk mengukur
besarnya Total Debt to Total Assets Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
× 100%
Total Debt to Total Assets =
2.8
Analisis Rasio Aktivitas
2.8.1
Pengertian Analisis Rasio Aktivitas
Dengan mengukur rasio aktivitas perusahaan bisa dilihat seberapa besar
aktivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Semakin efektif
dalam memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana. Berikut ini pengertian
rasio aktivitas menurut para ahli. Menurut Fahmi (2011:132) rasio aktivitas
adalah
“Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan
sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal”.
Sedangkan
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:172)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah rasio aktivitas adalah
“Rasio yang mengukur
bagaimana perusahaan menggunakan
assetnya”.
Selanjutnya menurut Harmono (2011:234) rasio aktivitas adalah
“Mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan
aktiva mencakup perputaran piutang, perputaran persediaan, dan
perputaran total aktiva”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas adalah rasio
yang mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber dananya.
2.8.2
Ukuran Rasio Aktivitas
Dalam rasio aktivitas banyak praktisi dan analisis bisnis menyebutkan
rasio aktivitas ini sebagai rasio pengelolaan aset. Dimana menurut Fahmi
(2011:132) secara umum untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan
beberapa jenis rasio diantaranya sebagai berikut :
a. Inventory Turnover
b. Day Sales Outstanding
c. Fixed Assets Turnover
d. Total Assets Turnover
e. Long Term Assets Turnover
2.9
Analisis Rasio Profitabilitas
2.9.1
Pengertian Analisis Rasio Profitabilitas
Di dalam kegiatan bisnis, setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan
utama yaitu berorientasi pada keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan
tersebut tentunya perusahaan harus dapat menjual barang lebih tinggi dari pada
biaya produksinya. Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu melakukan
sebuah perencanaan dalam penentuan keuntungan yang akan diperoleh di masa
mendatang. Namun perencanaan keuntungan yang akan diperoleh ini hanya
peramalan saja, bisa terjadi perubahan berdasarkan situasi dan kondisi yang akan
terjadi di masa depan.
Salah satu alat analisis untuk menganalisis kemampuan perusahaa dalam
menghasilkan laba yang biasanya dilakukan adalah rasio profitabilitas. Semakin
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya
perolehan
keuntungan
perusahaan.
Adapun
pengertian
rasio
profitabilitas menurut Fahmi (2011:135) adalah
“Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi”.
Kemudian menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio profitabilitas
adalah
“Rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya”.
Selanjutnya menurut Husnan (2008:72) rasio profitabilitas adalah
“Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan (sekelompok aktiva perusahaan)”.
Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba baik laba saat ini maupun laba di masa mendatang.
2.9.2
Ukuran Rasio Profitabilitas
Dalam menggunakan rasio profitabilitas, ada banyak rasio yang dapat
digunakan oleh seorang analisis. Secara umum ada beberapa rasio profitabilitas
menurut Fahmi (2011:135) yaitu :
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
c. Return on Investment (ROI)
d. Retun on Equity (ROE)
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mencerminkan rasio
profitabilitas perusahaan adalah Net Profit Margin. Rasio ini dipilih karena
penulis ingin memfokuskan pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari hasil penjualan bersih perusahaan. Di mana menurut Siegel dan
Shim dalam Fahmi (2011:136) Net Profit Margin adalah
“Net Profit Margin adalah margin laba bersih sama dengan laba
bersih dibagi dengan penjualan bersih”.
Semakin tinggi Net Profit Margin maka investor semakin menyukai
perusahaan tersebut karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil
yang baik melebihi harga pokok penjulan. Adapun rumus rasio Net Profit Margin
sebagai berikut :
Net Profit Margin =
× 100%
2.10 Hubungan antara Current Ratio terhadap Net Profit Margin
Rasio likuiditas menjelaskan mengenai kesanggupan perusahaan untuk
melunasi utang jangka pendek. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
kemampuan melunasi hutang jangka pendek semakin tinggi pula. Untuk melihat
apakah perusahaan tersebut dapat melunasi hutang jangka pendeknya, salah satu
rasio yang digunakan yaitu current ratio di mana indikator likuiditas perusahaan
di peroleh dari aktiva lancar dibagi utang lancar. Bila perusahaan dapat memenuhi
semua kewajibannya, maka perusahaan dalam keadaan likuid. Kondisi keuangan
yang baik akan berpengaruh kepada profit yang didapat perusahaan akan tinggi.
2.11 Hubungan antara Total Debt to Total Assets terhadap Net Profit Margin
Rasio ini mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang.
Kreditur lebih menyukai total debt to total assets yang rendah sebab tingkat
keamanan dananya semakin baik. Semakin tinggi total debt to total assets
semakin berisiko perusahaan tersebut. Maka untuk menghasilkan profit yang
tinggi, perusahaan harus lebih banyak menggunakan modal sendiri. Karena
semakin rendah total debt to total assets, semakin baik kinerja perusahaan dalam
menghasilkan profit.
Download