Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung KETELADANAN FUNGSIONARIS OSIS DALAM PANDANGAN GURU DI SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU TULUNGAGUNG Branness Irnando 11040254048 (Prodi S1 PPKn, FIS, UNESA) [email protected] Muhammad Turhan Yani 00010307704 (PPKn, FIS, UNESA) [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian guru terhadap keteladanan fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung ditinjau dari teori modelling. Keteladanan yang terlihat dari fungsionaris OSIS misalnya bersikap santun terhadap guru, datang ke sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera dan lain-lain. Keteladan yang diunjukkan oleh para fungsionaris OSIS dapat dinilai oleh guru-guru SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif, tempat penelitian ialah SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Kemudian metode yang pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup. Sementara analisis data melalui deskriptif presentatif. Hasil dari penelitian menunjukan penilaian guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan yang dimiliki oleh para fungsionaris OSIS termasuk dalam kategori baik. Itu ditunjukkan dengan rata-rata penilaian pada setiap indikator pertanyaan. Pada indikator sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab diperoleh skor rata-rata 234, indikator sikap yang mencerminkan karakter jujur juga diperoleh skor rata-rata juga 237, indikator sikap mematuhi tata tertib sekolah diperoleh skor rata-rata 251, sedangkan pada indikator sikap yang mencerminkar karakter disiplin diperoleh skor rata-rata 241. Jawaban-jawaban yang diberikan oleh guru tentang angket keteladanan yang dimiliki oleh fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung rata-rata memberikan penilaian yang bersifat positif dari angket yang dibagikan. Peran guru juga sangat penting dalam memberikan pandangan atau penilain terhadap fungsionaris OSIS dan membimbing para fungsionaris OSIS agar ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi dalam bersikap. Kata Kunci: Keteladanan, Fungsionaris OSIS, Guru. Abstract The purpose of this research is to know the teacher assessment in Senior High School 1 Kedungwaru Tulungagung against the example shown by functionaries OSIS reviewed from the theory of modelling. In addition to the principal and the functionaries OSIS expected are also able to provide an example to another students. The example of the functionaries OSIS such as being polite towards teachers, come to school on time, follow the flag ceremony and others. The example presented by the functionaries OSIS can be evaluated by the teachers in Senior High School 1 Kedungwaru Tulungagung This type of the research uses descriptive quantitative research design, the place of the research is Senior High School 1 Kedungwaru Tulungagung. Then the data collection methods used closed questionnaire. While the data analysis used descriptive presentatif. The results of the research showed the teacher’s assessment in Senior High School 1 Kedungwaru Tulungagung against of example functionaries OSIS in good category. It was shown by the average assessment in every indicator questions. In the attitude indicator indicates the character of responsibility obtained an average score of 234, an indicator that reflects the attitude of the character to be honest also obtained an average score of 237, attitude indicator also abide by the code of conduct of the school obtained an average score of 251, while in the attitude indicator character of discipline obtained an average score of 241. The answers given by the teacher about the example of functionaries OSIS in Senior High School 1 Kedungwaru Tulungagung they gave a positive assessment from the questionnaire.. The role of teachers is also very important in giving the opinion or evaluation against functionaries OSIS and guide the functionaries in the future so that the student can be more better. Keywords: exemplary, OSIS functionaries, teachers PENDAHULUAN Dalam suatu era globalisasi seperti sekarang ini banyak remaja yang sudah paham tentang kemajuan iptek ataupun sudah pandai dalam berbagai macam pelajaran, 1026 Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 namun juga banyak yang melupakan nilai-nilai moral yang ada. Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan etika dan moral pelajar yang di dapat dari berbagai masyarakat. Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2013, 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan ulangan seksual di luar nikah, 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, hingga Juni 2013 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun, diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di mana lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15 tahun atau kurang, setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja, berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba selalu naik, korban paling banyak berasal dari kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan pengguna, jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 di tahun 2013 sementara pada 2012 hanya 713 kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu antara lain pecurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan., sejak Januari hingga Oktober 2013 kriminalitas yang dilakukan oleh remaja meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun. Para orang tua pun mungkin lupa bahwa nilai moral juga penting untuk ditanamkan kepada anak-anak mereka. Dewasa ini situasi kultural yang terjadi di masyarakat memang semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia dan untuk mengatasi masalah-masalah ini pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan mengingat berbagai macam perilaku negatif dalam lembaga pendidikan. Aspek pendidikan karakter atau yang lebih dikenal Character Building ini merupakan isu atau wacana yang sudah banyak beredar dan dikupas di berbagai kesempatan maupun tulisan-tulisan. Kementrian Pendidikan Nasional telah mencanangkan program pendidikan karakter sejak 2 Mei 2010, sebagai bagian dari proses pembentuk akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membuat keputusan baik, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini pendidikan karakter sangat penting dan relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara Indonesia. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan terhadap milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. Menurut Zubaedi (2011:2) kondisi krisis dan degradasi moral ini sudah cukup menandakan bahwa seluruh pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah begitu banyaknya manusia Indonesia yang tidak konsisten, lain apa yang dibicarakan, dan lain pula tindakannya. Demoralisasi terjadi karena proses pembelajaran yang cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti yang hanya sebatas teks dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi di dalam kehidupan nyata yang kontradiktif. Pendidikanlah yang barangkali paling besar memberikan kontribusi terhadap ini. Karakter remaja penting diperhatikan, sebab akan menentukan nasib dan masa depan mereka serta kelangsungan hidup bangsa Indonesia pada umumnya. Dapat dikatakan bahwa penanggulangan terhadap masalah-masalah moral remaja merupakan salah satu penentu masa depan mereka dan bangsanya. Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, tetapi kata moralitas mengandung makna segala hal yang berkaitan dengan moral. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai manusia. Moralitas ini terkandung dalam aturan hidup bermasyarakat dalam bentuk petuah, wejangan, nasihat, peraturan, perintah, dan semacamnyayang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya berupa peraturan dan prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Moral memiliki peranan terpenting. Kekangan atau wewenang yang dilaksanakan oleh kesadaran kolektif jelas terlihat dalam bidang moral. Sesungguhnyalah fakta-fakta moral itu ada, tetapi ia hanya hidup dalam konteks sosial. Moralitas dalam segala bentuknya tidak dapat hidup kecuali dalam masyarakat. Ia takkan berubah kecuali dalam hubungannya dengan kondisi-kondisi sosial. Dengan kata lain moralitas tidak bersumber pada individu, melainkan bersumber pada masyarakat dan merupakan gejala masyarakat. Moral masyarakat berkuasa terhadap individu, dalam arti kewajiban. 1027 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung Misalnya yang berbicara adalah suara masyarakat maka masyarakatlah yang menentukan dan menekankan segala peraturan-peraturan kehidupan itu berlaku. Dalam perkembangannya, pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional dengan memasukkan pendidikan karakter dalam salah satu pasal UU Sisdiknas tahun 2003. Dalam pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau berkarakter. Dari sini diharapkan akan lahir dan berkembang generasi baru dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa. Remaja berperan penting dalam memajukan dan meningkatkan kualitas negara. Maka dari itu pendidikan yang ada harus memupuk karakter moral yang baik pada remaja, karena masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, sepertilingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Menurut Gunarsa (2004:42) telah merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu : kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, adanya sikap menentang dan menantang orang tua, pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal dari penyebab pertentangan- pertentangan dengan orang tua, kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, senang bereksperimentasi, senang bereksplorasi, mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan, kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. Pada remaja yang berada di bangku Sekolah Menengah Akhir (SMA) hal-hal seperti diatas pasti seringkali terjadi dalam pergaulan mereka sehari-hari, baik dari lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Maka daripada itu orang tua diharapkan mampu selalu memberikan contoh-contoh yang positif pada anak seumuran ini karena mereka cenderung mengikuti hal-hal yang sering mereka lihat tanpa memikirkan dampak positif atau negatifnya dalam kehidupan kedepannya kelak. Remaja akhir seperti siswa Sekolah Menengah Akhir (SMA) ini harus bisa memiliki suatu prinsip pada diri mereka jangan mudah sekali terpengaruh oleh lingkungannya, bila mereka berada pada lingkungan yang baik dan positif untuk perkembangan si anak tentu hal tersebut tidak menjadi masalah. Namun apabila si anak tersebut berada pada lingkungan yang kurang baik itu tentu akan menjadi masalah yang sangat besar. Langkah awal yang paling mudah dilakukan untuk mencegah suatu degradasi moral pada remaja adalah dengan memberikan keteladanan. Tidak perlu repot-repot dan tidak perlu mengangkat tokoh-tokoh luar negeri ataupun mengadaptasi prestasi dan prestise dari bangsa lain. Cukup yang dijadikan teladan adalah orang-orang yang dekat dengan kehidupan siswa dengan cara seperti itu akan semakin mudah untuk memahami dan menerapkan karena para siswa berinteraksi langsung dengan orang yang mereka jadikan panutan. Misalnya saja adalah para fungsionaris OSIS bisa dijadikan panutan dalam bersikap dan berperilaku. Karena suatu panutan atau teladan tidaklah harus orang yang lebih tua melainka teman yang sebaya juga dapat dijadikan sebagai teladan. Seorang teladan juga harus memiliki karakter yang kuat kesadarannya dan asli maksudnya bukan dibuat-buat atau suatu peran dadakan. Semakin karakter itu nyata semakin kuat dan besar pula pengaruhnya pada orang lain. Orang yang meneladani akan semakin terdorong untuk mengikuti dan meniru. Begitu juga sebaliknya karakter yang lemah tidak menumbuhkan keteladanan yang kuat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keteladanan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Orang yang menjadi teladan pasti unggul daripada yang lain. Dengan demikian keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Seorang teladan juga harus memiliki karakter yang kuat kesadarannya dan asli maksudnya bukan dibuat-buat atau suatu peran dadakan. Teladan tersebut adalah sosok yang ikhlas, mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan dapat menghargai orang lain. Semakin karakter itu nyata semakin kuat dan besar pula pengaruhnya pada orang lain. Orang yang meneladani akan semakin terdorong untuk mengikuti dan meniru. Begitu juga sebaliknya karakter yang lemah tidak menumbuhkan keteladanan yang kuat. Keteladanan yang dimaksud dalam penelitian ini mencangkup tanggung jawab, disiplin, tertib dan jujur. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Seseorang merasa bertanggung jawab karena menyadari akibat baik atau buruk perbuatan itu dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian. Sedangkan disiplin adalah suatau sikap ketaatan secara sadar terhadap aturan, norma-norma, dan kaidah-kaidah yang berlaku agar terhindar dari hukuman dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Wijaya dan Rusyan (1994:17), mengungkapkan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang terletak di dalam seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan unuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana yang telah ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku. Pengertian karakter jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi atau dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang. Sedangkan tertib adalah sikap seseorang yang mentaati suatu peraturan. Keteladanan yang kuat adalah keteladanan yang berkelanjutan dan tunduk pada etika yang ada. Ada keterkaitan yang erat antara keteladanan dengan etika. Seorang yang menjadi panutan dan teladan baik pastinya ia mempunyai etika yang baik pula. Karena seorang teladan patut diteladani bilamana mempunyai etika yang baik. Maka daripada itu seseorang yang dapat dijadikan teladan oleh orang lain pasti mempunyai suatu keunggulan maupun keistimewaan baik itu dalam bidang akademik maupun non akademik. Keteladanan memang berat, dalam kepemimpinan sebenarnya yang sangat sulit bukanlah ilmu-ilmu keteladanan maupun teori-teori kepemimpinan karena semua itu bisa dipelajari dan dibaca. Namun yang sulit itu adalah menampilkan keteladanan itu sendiri Keteladanan diharapkan untuk memberikan efek positif kepada lingkungan pendidikan baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah, menselaraskan antara perkataan dan perbuatan adalah keharusan sehingga fungsionaris OSIS menjadi figur yang dapat ditiru oleh para siswa yang lainnya. Pengurus OSIS juga diharapkan mampu memberikan contoh-contoh yang positif bagi siswa lainnya di sekolah untuk kebaikan siswa yang lainnya maupun demi kemajuan sekolah. Menjadi pengurus OSIS tentunya merupakan sebuah kebanggan tersendiri namun juga tidak boleh dilupakan juga mempunyai tanggung jawab yang tidak kalah besar pula. Karena keteladanan fungionaris OSIS dapat memberikan dampak yang baik bagi siswa yang lainnya. Jadi disini intinya keteladanan fungsionaris OSIS sangat diperlukan. Di sekolah tentunya harus ada yang dijadikan panutan, contohnya kepala sekolah, guru bahkan para fungsionaris OSIS pun harus bisa memberikan contohcontoh keteladanan. Selain guru dan kepala sekolah para fungsionaris OSIS tentunya juga harus mempunyai sikap keteladanan. Untuk itu dalam merekrut fungsionaris OSIS diperlukan seleksi yang baik agar mendapatkan siswa yang berkompeten dan mampu menjaga amanah. Nilai-nilai akademik yang bagus tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa seorang siswa tersebut memiliki keteladanan yang baik pula. Keteladan sendiri mempunyai arti tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru oleh seseorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan. Menjadi fungsionaris OSIS tentunya adalah suatu yang membanggakan bagi seorang siswa. Keteladan para fungsionaris OSIS ini dapat dinilai oleh guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Dan dari hasil wawancara oleh salah seorang guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung menunjukkan bahwa secara keseluruhan keteladanan para fungsionaris OSIS yang ada di sekolah sudah lumayan baik meskipun hal-hal yang ditunjukkan seperti yang diatas masih tergolong keteladanan yang sangat sederhana, namun itupun sudah lumayan cukup untuk menunjukkan pada siswa yang lainnya bahwa dari hal-hal kecil juga dapat memberikan suatu yang positif. Fungsionaris OSIS juga harus mempunyai karakter tanggung jawab yang kuat. Misalnya bila ada suatu hal yang tidak diinginkan seperti ada teman sendiri yang berkelahi, membuang sampah sembarangan, membolos sekolah ataupun suatu hal lain yang melanggar peraturan sekolah dan fungsionaris mengetahuinya seharusnya mereka dapat memberikan sikap yang bijaksana dengan mencegah atau memberi nasehat temannya namun sebaiknya dengan cara yang pantas tanpa membuat orang lain tersinggung ataupun marah. Memang juga masih ada sebagian dari fungsionaris OSIS yang sering melakukan pelanggaran yang ada di sekolah. Para fungsionaris OSIS tersebut juga dapat dan bisa memberikan contoh-contoh yang positif kepada siswa lainnya, misalnya datang ke sekolah tepat waktu, menggerakan kegiatan kerja bakti, disiplin melakukan upacara dan lain-lainnya. Walaupun memang harus ditingkatkan lagi keteladan dari para fungsionaris OSIS tersebut karena mereka mempunyai peranan yang cukup penting untuk menjaga nama baik sekolah tersebut. Namun ini hanya pendapat dari salah satu guru yang ada 1029 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Hal ini yang melatarbelakangi pentingnya penelitian tentang pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan dari fungsionaris OSIS. Sebagai satu-satunya organisasi yang ada di sekolah OSIS mempunyai peranan yang vital dalam memajukan sekolah. Dengan adanya OSIS di sekolah dapat menambah keahlian siswa dalam public speaking. Dengan keteladanan yang dimiliki oleh fungsionaris OSIS itu tentunya akan sangat membantu siswa yang lainnya dalam melakukan berbagai macam kegiatan. Karena pentingnya keberadaan OSIS di sekolah maka dari itu dalam perekrutan fungsionaris OSIS selalu selektif dalam perekrutannya di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung dan memang harus siswasiswa yang berkompeten untuk dijadikan pengurusnya. Fungsionaris OSIS memiliki nilai-nilai karakter yang baik juga karena akan dijadikan contoh atau panutan bagi siswa yang lainnya. Tata cara pemilihan fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung melalu berbagai macam tahapan diantaranya adalah : melalui angket , setiap kelas menunjuk tiga wakilnya yang dianggap mampu menjadi pengurus inti serta koordinator umum OSIS, seluruh nama yang masuk dari angket akan dimasukkan ke dalam daftar Calon Pengurus OSIS, sebelum rapat OSIS berlangsung akan diadakan MPK (Musyawarah Perwakilan Kelas) dimana setiap kelas mengirimkan ketua serta wakilnya, Musyawarah Perwakilan Kelas akan memilih 3 orang dari masingmasing tingkatan kelas untuk menjadi anggota Dewan Formatur. Dewan Formatur tidak boleh beranggotakan siswa yang telah menjadi pengurus OSIS pada periode sebelumnya, Selanjutnya akan dilaksanakan Rapat Pemilihan Calon Pengurus Inti dan koordinator umum. Rapat ini diikuti oleh Dewan Formatur, Pengurus inti OSIS periode 2015/2016, serta pembina OSIS, rapat pemilihan akan bermusyawarah menentukan koordinator umum. Rapat juga akan memilih siswa yang dianggap mampu menjadi pengurus inti OSIS sesuai kriteria yang telah ditentukan, pengurus inti OSIS yang baru akan memilih koordinator bidang dari siswa kelas X dan XI.. Sumber : Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung periode 2016/2017. Penelitian tentang keteladanan maupun kepemimpinan sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang, diantaranya adalah Gama Septian Maulana (2014) yang melakukan penelitian dengan judul “Peran Keteladanan Guru dalam upaya membentuk karakter peserta didik di SMA Negeri 12 Surabaya”. Hasil dari penelitian ini guru dapat memberikan contohcontoh perilaku yang positif terhadap para siswa. Semisal guru bersikap komunikatif terhadap para peserta didiknya. Tidak hanya komunikatif didalam kelas saja namun juga diluar kelas, dengan sikap komunikatif yang dimiliki oleh guru tersebut dapat meminimalisir perilaku yang tidak diharapkan akan terjadi seperti kenakalan remaja. Dengan perilaku-perilaku sederhana yang dilakukan oleh guru tersebut siswa akan lebih mudah menangkap apa yang mereka patut contoh. Penelitian tentang keteladanan yang lainnya juga pernah dilakukan oleh Hill Merlinda Setya (2015) dengan judul “Peranan Kepala Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gedangan Kecamatan Gedangkan Kabupaten Sidoarjo”. Hasil dari penelitian ini ialah Peranan Kepala Sekolah sebagai pemimpin yang memfokuskan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi mengawasi model pembelajaran, mensupervisi dan mengevaluasi pembelajaran, mengawasi implementasi kurikulum, menetapkan standart akademik dan mengawasi pemanfaatan media pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fokus dari penelitian itu sendiri. Meskipun sama menekankan pada keteladanan penelitian yang dilakukan oleh Gama Septian Maulana dan Hill Merlinda Setya fokus pada guru dan kepala sekolah sebagai contoh keteladanan sedangkan penelitian ini lebih menitikberatkan pada keteladanan yang dimiliki para fungsionaris OSIS. Disini siswa dapat menirukan atau mencontoh hal-hal positif yang dimiliki oleh para fungsionaris OSIS. Penelitian ini didasari oleh teori belajar Albert Bandura. Menurut Bandura (dalam Psikologi Pendidikan, 2007:57) terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), mengingat (retention), pembentukan (reproduction), dan penguatan (motivasi). Perhatian (attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan yang dilakukan oleh orang yang akan ditiru, mengingat (retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan, pembentukan (reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian., penguatan (motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor biologi. Faktor biologi juga sangat penting dalam penunjangan proses pembelajaran modeling secara penuh. Karena apabila faktor biologi seseorang tidak mendukung, maka proses pembelajaran yang akan dilakukan juga akan mengalami kendala. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian dari metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:21), metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan untuk dapat memperoleh sebuah gambaran mengenai Keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang akurat dan terperinci dengan jelas. Pelaksanaan penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian yang berbentuk angket tertutup, yang kemudian disebarkan kepada guru SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung agar dapat mengetahui jawaban guru terhadap keteladanan fungsionaris OSIS di sekolah tersebut. Setelah terisi, angket ditarik kembali oleh peneliti agar peneliti bisa menganalisis dan menyimpulkan untuk mendapatkan jawaban mengenai keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Rancangan penelitian adalah suatu proses yang meliputi perencanaan serta pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian diawali dengan studi dengan melakukan pembagian angket yang diisi oleh subyek penelitian yakni guru SMA Negeri 1 Kedungwarun Tulungagung. Angket dianalisis guna mencari jawaban mengenai Keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Tempat Penelitian merupakan tempat yang digunakan peneliti untuk mengadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kedungwaru yang berlokasi di Tulungagung Jawa Timur. Alasan SMA Negeri 1 Kedungwaru dijadikan tempat penelitian karena sekolah ini termasuk dalam salah satu sekolah yang dianggap masyarakat menjadi patokan di Kabupaten Tulungagung. Dengan penelitian ini kita dapat mengetahui sebesar apakah keteladanan fungsionaris OSIS di sekolah tersebut dalam pandangan guru. Sedangkan waktu penelitian adalah serangkain waktu yang dibutuhkan selama kegiatan berlangsung sampai tercapainya atau terselesaikannya suatu hasil penelitian. Variabel : Menurut Sugiono (2011 : 2003) variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan atau digunakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabelnya adalah Keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru. Definisi overasional variabel : Keteladanan fungsionaris OSIS dapat dinilai oleh guru dengan melihat tata cara bertingkah laku atau berkelakuan fungsionaris OSIS di sekolah khususnya tentang indikator tanggung jawab, tata tertib, jujur dan disiplin. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Menurut Sugiyono (2009:199) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Angket yang akan digunakan memiliki pilihan jawaban dengan tipe angket tertutup karena responden memberikan pendapatnya dengan memilih pilihan jawaban pertaanyaan yang telah disediakan. Angket ini digunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan penilaian guru SMA Negeri 1 Kedungwaru terhadap keteladanan fungsionaris OSIS khususnya tanggung jawab, tertib, jujur dan disiplin. Sebelum instrumen digunakan untuk memperoleh data, instrumen ini diuji cobakan terlebih dahulu. Kemudian diolah untuk menentukan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan indeks kesukaran butir soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui soal manakah yang layak dijadikan instrumen penelitian. Suatu item soal dapat dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang menyebabkan tinggi rendahnya skor total, Arikunto (1995:72). Dengan kata lain, sebuah butir soal memiliki validitas bila ia memiliki kesejajaran atau korelasi positif dengan skor total, sehingga dari validitas suatu perangkat tes dapat diselidiki lebih lanjut, butir-butir soal yang mendukung dan tidak mendukung, teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan rumus : 1031 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung Keterangan: r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X ∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y ∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X ∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y Penelitian ini dilakukan dengan didahului dengan melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen angket. Langkah tersebut dilakukan untuk mengukur kelayakan suatu instrumen sebelum dicobakan kepada sampel penelitian. Uji validitas pada penelitian dilakukan dengan mengujicobakan 20 butir pernyataan tentang keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Pengukuran angket yang telah diujicobakan kemudian diukur validitasnya menggunakan aplikasi SPSS 16. Adapun hasil pengujian pada penelitian ini, maka dapat diketahui nilai korelasi dari 20 butir pernyataan pada tabel dibawah ini : Tabel 1 Validitas soal NO. Soal Validitas − 14 − 15 − 16 − 17 − 18 − 19 − 20 − Berdasarkan tabel diatas, dalam uji validitas dalam tabel tersebut digunakan harga koefesien korelasi minimal dengan <0,297. Dengan demikian item yang memiliki korelasi lebih dari 0,297 dapat dinyatakan angket tersebut valid. Karena semua item memiliki korelasi lebih dari 0,297 maka semuanya dinyatakan valid. Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengambil data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Sehingga penelitian ini menjadi valid. Dalam penelitian alat bantu instrumen yang digunakan ialah : Tahap selanjutnya adalah menghitung reliabilitas soal, uji reliabilitas soal dilakukan dengan rumus sebagai berikut Valid 13 : Tidak valid 1 − 2 − 3 − 4 − 5 − 6 − 7 − 8 − 9 − 10 − 11 − 12 − Selanjutnya dari hasil perhitungan reliabilitas soal, nilainya dapat diklafikasikan pada beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2001: 101) antara lain: Kriteria reliabilitas antara 0,00 – 0,20 reliabilitas sangat rendah Kriteria reliabilitas antara 0,21 – 0,40 reliabilitas rendah Kriteria reliabilitas antara 0,41 – 0,60 reliabilitas cukup Kriteria reliabilitas antara 0,61 – 0,80 reliabiltas tinggi Kriteria reliabilitas antara 0,81 – 1,00 reliabilitas sangat tinggi. Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 Keteladan an fungsionar is OSIS dalam pandangan guru. Pembiasaa n dalam melakukan program sekolah. Sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab terhadap suatu kegiatan. Sikap yang mencerminan karakter jujur. Keteladana n fungsionari s di sekolah. fungsionaris OSIS dalam pandangan guru dihitung berdasarkan : X max : 20 x 4 = 80 , X min : 20 x 1 = 20 . Interval nilai : X max – Xmin = 80 – 20 = 15 4 4 Tabel 3 Kriteria Penilaian Pilihan Jawaban Skor Penilaian 1, 2, 3, 4, 5 6, 8, 10 7, 9, Sikap mematuhi tata tertib yang ada di sekolah. 11,12, 13,14, 15 Sikap yang mencerminkan karakter disiplin. 16, 17, 18, 19, 20 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dekskriptif persentasi. Deskriptif persentasi ini diolah dengan cara membagi banyaknya jumlah responden seluruhnya dikali 100%, seperti yang dikemukakan Faisal (2005:165) adalah sebagai berikut: Keterangan : P = Hasil akhir dalam persentase , = Jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket , = Jumlah seluruh nilai Data yang diperoleh melalui angket perlu dikuantitatifkan terlebih dahulu, dengan menentukan skor terhadap angket dan setiap nomor terdiri atas empat pilihan jawaban. Dalam penelitian berisi pertanyaan bersifat positif, dimana responden diminta menjawab salah satu alternatif jawaban yang mempunyai skor pada setiap jawaban sebagai berikut Jawaban pertanyaan positif: Jawaban A = Skor 4 Jawaban B = Skor 1 Jawaban C = Skor 2 Jawaban D = Skor 1 Setelah menentukan skor jawaban dari angket, maka diperlukan penentuan kriteria penilaian untuk keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru. Hasil kriteria penilaian untuk variabel keteladanan Selalu 4 Sering 3 Kadang-kadang 2 Tidak Pernah 1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung ini beralamat di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 12. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah negeri yang menjadi favorit di Kabupaten Tulungagung. Sekolah SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung mendapatkan akreditasi A, memiliki jumlah total 69 guru pengajar, 25 staff dan 1416 siswa. SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung jalannya proses belajar mengajar yang lengkap semisal di masing-masing ruang kelas seperti white board, matriks board, papan pengumuman, dan tata tertib sekolah. Sarana dan prasara penunjang belajar di SMA Negeri 1 Kedungwaru yang lainnya ialah laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, masjid dan aula. SMA Negeri 1 Kedungwaru juga memiliki banyak macam ekstrakulikuler semisal : Pramuka, PMR, sepak bola, basket, PKS, silat, bulu tangkis dan lain-lain yang dijalankan dengan mematuhi segala aturan-aturan yang ditetapkan oleh sekolah sebelumnya dan telah disetujui bersama. Ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Kedungwaru juga dijalankan dengan baik agar bakat dan minat siswa dapat tersalurkan dengan semesta. Visi dan Misi Sekolah, Visi : Terwujudnya layanan pendidikan prima yang mampu mengembangkan warga sekolah yang cerdas, unggul, inovatif, berbudaya dan berwawasan lingkungan.. Misi : Membentuk insan berprestasi (unggul) baik di bidang akademik maupun non akademik. Melaksanakan pembelajaran secara efektif, sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, Memberikan semangat keunggulan kepada peserta didik untuk meraih prestasi terbaik dalam setiap kegiatan, Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan 1033 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung seluruh warga sekolah dan stake holder yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Berdasarkan data angket tentang keteladanan fungsionaris OSIS diperoleh melalui penelitian yang dilakukan, maka diperoleh gambaran tentang pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan yang dimiliki oleh fungsionaris OSIS. Dalam penelitian ini menggunakan angket untuk memperoleh data tentang pandangan atau penilaian guru terhadap keteladanan dari fungsionaris OSIS. Responden yang dipilih untuk untuk menjawab item angket adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang berjumlah 69 orang. Dari penilaian yang diperoleh dengan data angket yang disebar para guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang mengacu pada indikator sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab, sikap yang mencerminkan karakter jujur, sikap mematuhi tata tertib sekolah dan sikap yang mencerminkan karakter disiplin. Para guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung rata-rata memberikan penilaian yang baik terhadap keteladanan para fungsionaris OSIS. Misalnya pada indikator sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab para fungsionaris OSIS sudah dapat memberikan contoh keteladanan kepada siswa yang lainnya dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah, mengikuti kerja bakti yang diadakan oleh sekolah, menjaga nama baik sekolah dan melakukan evaluasi setelah melakukan suatu kegiatan. Sikap-sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab ini sudah dijalankan dengan baik oleh fungsionaris di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Pada indikator sikap yang mencerminkan karakter jujur para fungsionaris OSIS sudah dapat menunjukkan keteladanan dengan semestinya contohnya mengakui bila melakukan kesalahan, membayar saat membeli di kantin kejujuran, mengakui bila melanggar peraturan, tidak mencontek saat diadakan ulangan harian dan fungsionaris OSIS mengembalikan barang temuan di sekolah yang bukan miliknya. Sementara pada indikator sikap mematuhi tata tertib sekolah fungsionaris OSIS menunjukkan keteladanan datang ke sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera, mengikuti setiap mata pelajaran yang berlangsung di sekolah, memakai sepatu warna hitam saat berlangsungnya upacara dan patuh terhadap perintah guru. Kemudian pada indikator sikap yang mencerminkan karakter disiplin disini fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung dengan baik memberikan contoh teladan pada siswa yang lain diantaranya bersikap santun kepada guru, mengikuti program jumat berkah, membuang sampah pada tempatnya dan melakukan tugas piket sesuai jadwal. Dengan sikap-sikap yang begitu baik pastinya guru juga akan memberikan penilaian-penilaian yang baik terhadap keteladanan fungsionaris OSIS dan juga berguna untuk memberikan contoh pada siswa yang lainnya. Hasil penelitian angket sebagai berikut : Sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab. Data hasil penelitian ini merupakan data indikator sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab dilakukan dengan cara menyebarkan angket pada guru. Adapun data yang dihasilkan dalam angket sebagai berikut: Tabel 4 Sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab Nomor Pertanyaan Jawaban Responden S SR KD TP L 4 3 2 1 1.Fungsionaris OSIS menjaga 29 40 0 0 kebersihan lingkungan sekolah. 2.Fungsionaris OSIS ikut aktif 25 42 2 0 dalam terselenggaranya MOS. 3.Fungsionaris OSIS mengikuti 29 37 3 0 kerja bakti yang diadakan sekolah 4.Fungsionaris menjaga nama 41 28 0 0 baik sekolah 5.Fungsionaris OSIS melakukan evaluasi setelah 27 42 0 0 melakukan suatu kegiatan sekolah. Rata-rata 1173 : 5 = 234 Jumlah Skor 236 226 227 248 236 Tabel di atas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas item angket yang telah diberikan untuk mengetahui pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan fungsionaris OSIS. Responden yang dipilih untuk menjawab item pertanyaan angket ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 69 orang. Berdasarkan tabel tentang indikator contoh karakter tanggung jawab pada soal nomor satu dengan pertanyaan “Fungsionaris OSIS menjaga kebersihan lingkungan sekolah” sebanyak 29 responden menjawab selalu, 40 responden menjawab sering, 0 responden menjawab Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 kadang-kadang, 0 responden juga menjawab tidak pernah. Maka diperolehlah skor 236 dari soal nomor 1 fungsionaris OSIS menjaga kebersihan lingkungan sekolah penilaian tersebut dapat dikategorikan baik. Dari pertanyaan nomor dua “Fungsionaris OSIS ikut aktif dalam terselenggaranya MOS”, sebanyak 25 responden menjawab selalu, 42 responden menjawab sering, 2 responden menjawab kadang-kadang dan 0 responden menjawab tidak pernah. Dengan jawaban tersebut maka diperoleh skor 226 dari soal nomor 2 “Fungsionaris OSIS ikut aktif dalam terselenggaranya MOS” penilaian tersebut dapat dikategorikan baik. Dari pertanyaan soal nomor tiga “Fungsionaris OSIS mengikuti kerja bakti yang diadakan sekolah” sebanyak 29 responden menjawab selalu, 37 responden menjawab sering, 3 responden menjawab kadang-kadang, dan 0 responden menjawab tidak pernah. Dengan jawaban tersebut maka diperoleh skor 227 dari soal nomor 3 “Fungsionaris OSIS mengikuti kerja bakti yang diadakan oleh sekolah” penilaian tersebut dapat dikategorikan baik. Dari pertanyaan soal nomor empat “Fungsionaris OSIS menjaga nama baik sekolah” sebanyak 41 responden menjawab selalu, 28 responden menjawab sering, 0 responden menjawab kadang-kadang dan 0 responden menjawab tidak pernah. Dengan jawaban tersebut maka diperoleh skor 248 dari soal nomor 4 “Fungsionaris OSIS menjaga nama baik sekolah” penilaian tersebut dapat dikategorikan baik. Dari pertanyaan soal nomor lima “Fungsionaris OSIS melakukan evaluasi setelah melakukan suatu kegiatan”, sebanyak 27 responden memberikan jawaban selalu, 42 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban tersebut maka diperoleh skor 236 dari soal nomor 5 “Fungsionaris OSIS melakukan evaluasi setelah melakukan suatu kegiatan” penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Sikap yang mencerminkan karakter jujur, data hasil penelitian ini merupakan data indikator sikap yang mencerminkan karakter jujur dilakukan dengan cara menyebarkan angket pada guru. Adapun data yang dihasilkan dalam angket sebagai berikut : Tabel 5 Sikap yang mencerminkan karakter jujur Nomor Pertanyaan 6. Fungsionaris OSIS mengakui bila melanggar Jawaban Responden SL SR K TP D 4 3 2 1 41 28 0 0 Jumlah Skor 248 peraturan 7. Fungsionaris OSIS membayar saat membeli di kantin kejujuran. 8. Fungsionaris OSIS mengakui bila melakukan kesalahan. 9. Fungsionaris OSIS tidak mencontek saat diadakan ulangan harian. 10.Fungsionaris OSIS mengembalikan barang temuan di sekolah yang bukan miliknya. 38 31 0 0 245 39 28 2 0 240 27 14 0 221 36 4 0 232 28 29 Rata-rata 1186 : 5 = 237 Sumber : Data Primer Tabel diatas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas item angket yang telah diberikan untuk mengetahui pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan fungsionaris OSIS. Responden yang dipilih untuk menjawab item pertanyaan angket ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 69 orang. Berdasarkan tabel tentang indikator sikap yang mencerminkan karakter jujur pada soal nomor enam “Fungsionaris OSIS mengakui bila melanggar peraturan”, sebanyak 41 responden memberikan jawaban selalu, 28 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawabanjawaban tersebut maka diperoleh skor 248 dari soal nomor tujuh “Fungsionaris OSIS mengakui bila melanggar peraturan” penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan soal nomor tujuh “Fungsionaris OSIS membayar saat membeli di kantin kejujuran” sebanyak 38 responden memberikan jawaban selalu, 31 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 245 dari soal nomor 7 “Fungsionaris OSIS membayar saat membeli di kantin kejujuran”. Dari pertanyaan soal nomor delapan “Fungsionaris OSIS mengakui bila melakukan kesalahan”, sebanyak 39 responden memberikan jawaban selalu, 28 responden 1035 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung memberikan jawaban sering, 2 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 240 dari soal nomor delapan ‘Fungsionaris OSIS mengakui bila melakukan kesalahan” penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan nomor sembilan “Fungsionaris OSIS tidak mencontek saat dilakukan ulangan harian”, sebanyak 28 responden memberikan jawaban selalu, 27 responden memberikan jawaban sering, 14 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawabanjawaban tersebut maka diperoleh skor 221 dari soal nomor sembilan “Fungsionaris OSIS tidak mencontek saat diadakan ulangan harian” penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan nomor sepuluh “Fungsionaris OSIS mengembalikan barang temuan di sekolah yang bukan miliknya”, sebanyak 29 responden memberikan jawaban selalu, 36 responden memberikan jawaban sering, 4 responden memberikan jawaban kadang-kadang dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 232 dari soal nomor sepuluh “Fungsioanaris OSIS mengembalikan barang temuan di sekolah yang bukan miliknya” penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Sikap mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, data hasil penelitian ini merupakan data indikator sikap mematuhi tata tertib yang ada di sekolah yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket pada guru. Adapun data yang dihasilkan dalam angket sebagai berikut: Tabel 6 Sikap mematuhi tata tertib sekolah Nomor Pertanyaan 11. Fungsionaris OSIS datang ke sekolah tepat waktu. 12. Fungsionaris OSIS mengikuti upacara bendera. 13. Fungsionaris OSIS mengikuti setiap mata pelajaran yang berlangsung di sekolah. 14. Fungsionaris OSIS memakai sepatu warna hitam pada saat upacara. Jawaban Responden SS S K R D 4 3 2 T P 1 36 31 2 0 241 44 25 0 0 251 41 28 0 0 248 50 19 0 0 257 Jumla h Skor 15. Fungsionaris OSIS patuh terhadap perintah guru. 51 18 0 0 258 Rata-rata 1255: 5 = 251 Sumber : Data Primer Tabel di atas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas item angket yang telah diberikan untuk mengetahui pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan fungsionaris OSIS. Responden yang dipilih untuk menjawab item pertanyaan angket ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 69 orang. Berdasarkan tabel tentang indikator sikap mematuhi tata tertib sekolah pada soal nomor sebelas “Fungsionaris OSIS datang ke sekolah tepat waktu”, sebanyak 36 responden memberikan jawaban selalu, 31 responden memberikan jawaban sering, 2 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut diperoleh skor 241 dari soal nomor sebelas “Fungsionaris OSIS mematuhi tata tertib sekolah” penilaian ini dapat dikategorikan dalam kriteria baik. Dari pertanyaan nomor duabelas “Fungsionaris OSIS mengikuti upacara bendera”, sebanyak 44 responden memberikan jawaban selalu, 25 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban ini diperoleh skor 251 dari soal nomor duabelas “Fungsionaris OSIS mengikuti upacara bendera” penilaian ini dapat dikategorikan dalam kategori baik. Dari pertanyaan nomor tigabelas “Fungsionaris OSIS mengikuti setiap mata pelajaran yang berlangsung di sekolah”, sebanyak 41 responden memberikan jawaban selalu, 28 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban ini maka diperoleh skor 248 dari soal nomor tigabelas “Fungsionaris OSIS mengikuti setiap mata pelajaran yang berlangsung di sekolah”penilaian ini dapat dikategorikan dalam kriteria baik. Dari pertanyaan nomor empatbelas “Fungsionaris OSIS memakai sepatu warna hitam pada saat melakukan upacara bendera”, sebanyak 50 responden memberikan jawaban selalu, 19 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadangkadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 257 dari soal nomor empatbelas “Fungsionaris OSIS memakai sepatu warna hitam pada Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 saat upacara bendera” penilaian ini termasuk dalam kategori sangat baik. Dari pertanyaan soal nomor limabelas “Fungsionaris OSIS patuh terhadap perintah guru”, sebanyak 51 responden memberikan jawaban selalu, 18 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 258 dari soal nomor limabelas “Fungsionaris OSIS patuh terhadap perintah guru” dan penilaian ini termasuk dalam kategori sangat baik. Sikap yang mencerminkan karakter disiplin, data hasil penelitian ini merupakan data indikator sikap yang mencerminkan karakter disiplin yang ada di sekolah yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket pada guru. Adapun data yang dihasilkan dalam angket sebagai berikut : Tabel 7 Sikap mencerminkan karakter disiplin Nomor Pertanyaan Jawaban Responden SS S K T R D P 4 3 2 1 16. Fungsionaris OSIS bersikap santun 32 37 0 0 kepada guru. 17. Fungsionaris OSIS aktif dalam 17 52 0 0 mengikuti program jumat berkah. 18. Fungsionaris OSIS membuang 47 22 0 0 sampah pada tempatnya. 19. Fungsionaris OSIS melakukan 45 22 2 0 tugas piket sesuai jadwal. 20. Fungsionaris OSIS laki-laki tidak 32 37 0 0 berambut panjang. Rata-rata 1206 : 5 = 241 Jumlah Skor 239 224 254 250 239 Sumber : Data Primer Tabel di atas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas item angket yang telah diberikan untuk mengetahui pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung terhadap keteladanan fungsionaris OSIS. Responden yang dipilih untuk menjawab item pertanyaan angket ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 69 orang. Berdasarkan tabel tentang indikator sikap mencerminkan karakter disiplin pada soal nomor enambelas “Fungsionaris OSIS bersikap santun kepada guru”, sebanyak 32 responden memberikan jawaban selalu, 37 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 239 dari soal nomor enambelas “Fungsionaris OSIS bersikap santun kepada guru”, penilaian ini termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan soal nomor tujuhbelas “Fungsionaris OSIS aktif dalam mengikuti program jumat berkah”, sebanyak 17 responden memberikan jawaban selalu, 52 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawabanjawaban tersebut maka diperoleh skor 224 dari soal nomor tujuhbelas “Fungsionaris OSIS aktif dalam mengikuti program jumat berkah” penilaian ini termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan soal nomor delapanbelas “Fungsionaris OSIS membuang sampah pada tempatnya”, sebanyak 47 responden memberikan jawaban selalu, 22 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 254 dari soal nomor delapanbelas “Fungsionaris OSIS membuang sampah pada tempatnya” penilaian ini termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan soal nomor sembilan belas “Fungsionaris OSIS melakukan tugas piket sesuai jadwal”, sebanyak 45 responden memberikan jawaban selalu, 22 responden memberikan jawaban sering, dan 2 responden memberikan jawaban kadang-kadang dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 250 dari soal nomor sembilan belas “Fungsionaris OSIS melakukan tugas piket sesuai jadwal” penilaian ini termasuk dalam kategori baik. Dari pertanyaan soal nomor dua puluh “Fungsionaris OSIS laki-laki tidak berambut panjang”, sebanyak 32 responden memberikan jawaban selalu, 37 responden memberikan jawaban sering, 0 responden memberikan jawaban kadang-kadang, dan 0 responden memberikan jawaban tidak pernah. Dengan jawaban-jawaban tersebut maka diperoleh skor 239 dari soal nomor dua puluh “Fungsionaris OSIS laki-laki tidak berambut panjang” penilaian ini termasuk dalam kategori baik. Pembahasan Penyajian data merupakan sajian data yang diperoleh ketika peneliti mendapatkkan data berupa angket yang telah disebarkan ke responden. Penyajian data ini sangat penting dilakukan agar peneliti dapat dengan mudah menyusun dan menganalisis pembahasan pada halaman 1037 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung berikutnya. Berdasarkan data yang ada, maka dapat diketahui bahwa yang dijadikan sampel adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung yang berjumlah 69 orang, karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari <100 maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Berdasarkan angket yang tersebar ke 69 guru dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Proses keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung sudah berjalan dengan semestinya. Melihat dari jawaban guru-guru yang diperoleh dari penyebaran angket menunjukkan bahwa rata-rata guru memang membuktikan tingkat kepuasan terhadap keteladan fungsionaris OSIS. Keteladan-keteladanan yang dicerminkan oleh fungsionaris OSIS SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung sudah mencakup beberapa indikator diantaranya memberikan contoh karakter tanggung jawab terhadap suatu kegiatan, menunjukkan sikap yang mencerminkan karakter jujur, mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, dan memberikan contoh sikap yang menunjukkan karakter disiplin. Keteladanan-keteladanan dari fungsionaris OSIS semisalnya fungsionaris OSIS datang ke sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera, memakai seragam lengkap saat ke sekolah, bersikap santun kepada guru dan lain-lainnya. Beberapa hal positif banyak dilakukan oleh fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung sehingga menurut pandangan guru keteladanan yang ditunjukkan baik. Hal itu memberikan contoh yang baik bagi siswa yang lainnya sesuai dengan teori modelling yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dengan mendapat contoh yang baik dari fungsionaris OSIS secara langsung siswa akan dapat menirukan keteladanan-keteladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS. Menurut Albert Bandura (dalam Nursalim, 2007:58) menyatakan bahwa tingkah laku manusia banyak dipelajari melalui peniruan dari tingkah laku seorang model (modelling). Peniruan sendiri hanya berlaku melalui pengamatan terhadap seseorang. Terdapat empat elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Keempat elemen itu adalah perhatian (atensi), mengingat (retensi), pembentukan (production) dan motivasi (motivation) untuk mengulangi perilaku yang dipelajari. Menurut Albert Bandura, seseorang harus menaruh perhatian pada orang-orang tertentu yang mempunyai kompeten, menarik, popular atau yang dikagumi supaya dapat belajar melalui pengamatan. Dalam rangka meningkatkan karakter yang baik kepada siswa maka diperlukan seseorang yang dianggap patut sebagai model atau contoh dalam meniru perilakunya. Tahap pertama yang dilakukan fungsionaris OSIS dalam meningkatkan karakter yang baik kepada siswa ialah dengan memberikan perhatian (attention). Perhatian (attention) yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS untuk meningkatkan karakter siswa. Fungsionaris OSIS hendaknya mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, misalnya mengikuti upacara bendera ataupun memakai seragam maupun atribut lengkap saat di sekolah. Hal ini tentunya memberikan kesan yang positif bagi siswa lain yang melihatnya. Pada tahap pertama ini pastinya siswa yang melihatnya akan terkesan dan secara tidak langsung juga akan menirukannya, yakni mengikuti upacara bendera dan memakai seragam atau atribut lengkap saat di sekolah sesuai apa yang mereka lihat dan perhatikan. Pada tahap yang kedua dalam teori modelling Albert Bandura adalah proses mengingat (retensi), agar dapat meniru suatu perilaku seorang anak harus mengamati secara berulang-ulang perilaku yang diperhatikan. Seperti contohnya fungsionaris OSIS datang ke sekolah tepat waktu. Dengan begitu siwa yang lainnya akan mengingat keteladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS bahwa datang ke sekolah selalu tepat waktu. Bila dalam proses mengingat (retensi) siswa diberikan contoh hal-hal yang baik tentunya ke depannya pasti akan berdampak positif begitu juga sebaliknya bila siswa diberikan hal-hal yang buruk maka hampir dapat dipastikan ke depannya akan berdampak negatif. Pada tahap ketiga dalam teori modelling Albert Bandura adalah pembentukan (reproduction). Pada tahap ini ketika siswa sudah biasa dengan sendirinya melakukan keteladanan-keteladanan seperti datang ke sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera, membuang sampah pada tempatnya, memakai seragam atau atribut lengkap saat di sekolah dan masih banyak hal-hal positif yang lainnya. Dalam hal ini keteladananketeladanan dari siswa akan terbentuk dengan setelah melihat keteladanan-keteladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS sebelumnya. Disini siswa sudah tidak ragu dalam bersikap. Pada tahap keempat dalam teori modelling Albert Bandura adalah penguatan (motivation). Pada tahap ini mungkin agak berbeda dengan tahap-tahap yang sebelumnya namun masih dalam ruang lingkup yang sama. Disini fungsionaris OSIS harus mempunyai sikap Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 3 Nomer 3 Tahun 2016. Hal 1026-1040 yang tegas bila melihat temannya atau siswa yang lain melakukan pelanggaran. Fungsionaris OSIS dapat menegur atau mengingatkan apabila ada siswa yang melanggar peraturan sekolah, sikap seperti itu perlu digunakan untuk melakukan suatu penguatan (motivation). Menurut Albert Bandura, adanya hukuman (diakibatkan oleh kesalahan) yang dialami oleh model atau pengamat sendiri memiliki fungsi informatif sebagaimana fungsi penguatan. Dengan kata lain hukuman digunakan sebagai penguatan agar tidak melakukan kesalahan lagi. Terkait dengan teori modelling yang dikemukakan oleh Albert Bandura sangat erat kaitannya keteladananketeladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS sedikit banyak pasti mempengaruhi pola pikir siswa yang lainnya. Karena pada dasarnya modelling adalah meniru, dengan kata lain juga proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari modelling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan yang ditiru tersebut. Para siswa yang lain pastinya sedikit banyak akan meniru dan mencontoh perilaku dari fungsionaris OSIS. Walaupun fungsionaris OSIS menjadi sosok yang dapat dijadikan contoh dalam bertingkah laku namun pengawasan atau penilaian guru tetap diperlukan untuk menjadikan suatu yang lebih baik dan hasil angketnya tentang pandangan guru terhadap keteladanan fungsionaris OSIS memberikan jawaban-jawaban yang positif dan dengan jumlah presentase yang dapat dikatakan besar. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung dengan menggunakan angket yang tersebar pada 69 guru di sekolah tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kepuasan guru di sekolah tersebut baik terhadap keteladanan yang ditunjukkan oleh para fungsionaris OSIS. Itu dapat dilihat dari rata-rata jawaban guru yang ada pada angket yang menunjukkan jawaban-jawaban yang positif. Pada indikator sikap yang menunjukkan karakter tanggung jawab diperoleh skor rata-rata 234, indikator sikap yang mencerminkan karakter jujur juga mempunyai skor ratarata 237, indikator sikap mematuhi tata tertib yang ada di sekolah mempunyai skor rata-rata 251, sedangkan pada indikator sikap yang mencerminkan karakter disiplin mempunyai rata-rata skor 241. Para guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung memberikan tanggapan yang baik dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan. Walaupun memang ada segelintir fungsionaris OSIS yang masih belum bisa menunjukkan keteladanan dengan baik. Dan hambatan-hambatan seperti ini mungkin wajar terjadi di sekolah manapun. Namun secara keseluruhan keteladanan yang ditunjukkan oleh para fungsionaris OSIS sudah sangat memuaskan. Para siswa juga dapat menirukan contoh-contoh keteladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS seperti : selalu mengikuti kerja bakti yang dilakukan sekolah, datang ke sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera, berseragam lengkap saat sekolah dan masih banyak lagi keteladanan-keteladan fungsionaris OSIS yang dapat ditiru oleh siswa. Keteladanan fungsionaris OSIS juga dapat membuktikan teori modelling yang dikemukakan oleh Albert Bandura karena tindakan fungsionaris OSIS dapat ditiru oleh siswa yang lainnya. Dan dapat disimpulkan bahwa disini fungsionaris OSIS mengerti peran dan fungsinya dengan baik. Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran dari penemuan-penemuan dalam penelitian tentang keteladanan fungsionaris OSIS dalam pandangan guru di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung sebagai berikut: Fungsionaris OSIS lebih memperhatikan tata cara menjaga perilaku karena dijadikan contoh oleh siswa yang lainnya, Guru memberikan masukan-masukan kepada Fungsionaris OSIS dalam setiap kegiatankegiatan yang dilakukan oleh para fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung untuk meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, Sebaiknya sekolah sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melatih keteladanan yang ditunjukkan oleh fungsionaris OSIS. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur SuatuPendekatan Praktis. Jakarta : Mahasetya Penelitian PT Asdi Franz Magnis Suseno. 2001. Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta : Kanisius Kementrian Pendidikan Nasional Pendidikan Karakter Di Sekolah Pertama 2010. Panduan Menengah Mochamad Nursalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press Nana, Syaodih Sukmadinata. 2005. Metodologi Penelitian Pendididkan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Singgih Gunarsa. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta 1039 Keteladanan Fungsionaris OSIS di SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wijaya dan Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Sumber Jurnal : Gama Septian. 2014. “ Peran Keteladanan Guru di SMA Negeri 12 Surabaya”. Diterbitkan Universitas Negeri Surabaya. Hill Merlinda Setya. 2015. “Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Gedangan Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo”.Diterbitkan Universitas Negeri Surabaya