P a g e | 1 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 2 BAB NIAT 1. 2. 3. 4. Penguatan Mental Menghadapi Tugas Akhir Important Notice Jadual Kerja “Skripsi dalam 30 hari” Indikator Capaian BAB SUPLEMEN 1. 2. 3. 4. Internet search engine (google, Yahoo, Google scholar, ssrn.com, bi.go.id, wikipedia.org) Making a note (membuat ringkasan kecil) Eviews dan Model Ekonometrika Membuat Daftar Pustaka dengan EndNote BAB IDE 1. Brainstorming ide penulisan BAB ISI 1. Struktur Skripsi BAB CONTOH Contoh penulisan bagian “latar belakang” Contoh penulisan bagian “kajian pustaka” Contoh penulisan skripsi Presentasi Good Luck S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 1. 2. 3. 4. 5. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 3 Penguatan Mental Menghadapi Tugas Akhir Tugas akhir bagi sebagian mahasiswa mungkin menjadi masa yang paling sulit dalam hidupnya. Bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrem, penyelesaian tugas akhir dapat menjadi sumber masalah yang menyebabkan stress yang tinggi atau depresi. Bertolak dari masalah tersebut, maka buku ini hadir untuk membantu memecahkan masalah penyelesaian skripsi/tesis dengan metode yang sederhana, praktis dan efektif tanpa menghilangkan sisi kualitas dan manfaat. Dalam tahapan pertama penyelesaian skripsi/tesis, mahasiswa seringkali dihadapkan pada permasalahan mental yang belum siap. Ketidaksiapan inilah yang seringkali mentransformasi menjadi masalah-­‐masalah yang kelihatannya pelik, rumit dan tidak terbayang untuk terselesaikan. Bagi mereka yang putus asa dan memiliki moral yang lemah, mungkin mencari jalan pintas dengan melakukkan kecurangan-­‐kecurangan seperti penyalinan tesis/skripsi mahasiswa lain hingga pengerjaan yang dilakukkan oleh orang lain. Hal ini tentu saja akan beresiko tinggi dan berakibat fatal sanksi Drop Out, sehingga untuk mengatasinya sedini mungkin mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik khususnya mempersiapkan diri untuk serius mendalami ilmu yang didapatnya di bangku perkuliahan. Secara umum, ada faktor internal dan eksternal yang menyebabkan ketidaksiapan mahasiswa menjalani proses dalam penyelesaian tugas akhir : Pertama adalah faktor internal yang timbul dari individu itu sendiri. Secara individu, ketidakbiasaan untuk melakukan tugas-­‐tugas atau aktivitas yang sifatnya akademik dapat menyebabkan mereka merasa baru memasukki dunia tugas akhir. Hal ini tentu saja diperparah dengan minimnya ilmu atau pengetahuan tentang model-­‐model analisis maupun teknik penulisan, sehingga mereka merasa “buta” terhadap penulisan tugas akhir. Kedua adalah faktor eksternal yang datang dari luar. Ada banyak faktor eksternal yang dapat menyebabkan proses penulisan tugas akhir seperti sebuah “nightmare” atau mimpi buruk, seperti: dosen pembimbing yang terkesan Killer, desakkan keluarga atau orang tua untuk menyelesaikan tugas akhir, teman-­‐teman sekitar yang tidak mendukung sehingga mengurangi motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir dll. Berdasarkan dua faktor diatas, tentu faktor pertama akan banyak diulas dan dicarikan jalan keluarnya. Tentu saja dengan adanya practical guide dari buku ini akan banyak membantu mahasiswa membiasakan dirinya terhadap suasana akademik sejenak, hingga penyelesaian tugas akhirnya dapat terselesaikan sesuai dengan harapan terbaiknya. Selanjutnya, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sifatnya eksternal seperti dicontohkan pada faktor kedua tentunya harus dimulai dari diri anda sendiri, untuk secara konsisten membuktikkan bahwa diri anda ingin melakukkan sesuatu yang terbaik dan seriues. Selalu yakinlah bahwa konsistensi yang diiringi dengan niat yang baik akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Dari titik ini maka buku ini diharapkan menjadi partner setia untuk bisa mengarahkan mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi/tesis). Hal ini disebabkan karena dalam practical guide ini akan disajikan berbagai macam “amunisi” dan perbekalan untuk melewati rintangan penyelesaian tugas akhir. Dimulai dari bagaimana menemukkan dan mengembangkan ide, serta beberapa tips untuk menggunakan search engine, software ekonometrika, software untuk pembuatan daftar pustaka endnote, serta beberapa contoh praktis penulisan bab-­‐bab dalam Tugas Akhir. Disisi lain, secara pribadi bangunlah kepercayaan diri anda yang kuat dengan mimpi-­‐mimpi di masa depan yang apik, bahwa setelah melewati tahapan “tugas akhir” anda akan semakin mudah meraih cita-­‐cita mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Bahwa anda akan memasukki Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 4 jenjang kehidupan yang lebih tinggi, yang membutuhkan spirit yang kuat dan motivasi, untuk bisa berkarya bagi kehidupan. Terakhir, bagi mahasiswa yang belum terjeremus dalam jeratan “kemalasan” dan masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki diri di bangku perkuliahan, maka bersegeralah bersiap diri dan mendekatkan diri pada kebaikkan, karena hal tersebut akan sangat membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir dan mencapai cita-­‐cita yang tinggi di masa depan. Selalu ingat bahwa konsistensi, kejujuran, semangat dan strategi yang tepat akan dapat memudahkan kita untuk mencapai tujuang dengan mudah. Ingat, bahwa ANDA pasti BISA. Email me at: [email protected] S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Copyright@2009 P a g e | 5 Important Notice Buku “Skripsi dalam 30 hari” merupakan practical guide yang dilengkapi dengan materi-­‐materi yang spesifik berkaitan dengan penulisan skripsi/tesis, seperti materi-­‐materi tentang: model analisis ekonometrika dengan software Eviews, pencarian artikel dengan Search engine dan informasi mengenai web-­‐web penting, panduan presentasi, membuat ringkasan jurnal/artikel serta materi-­‐materi yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir (skripsi/tesis). Oleh karena itu, sebelum memulai penulisan skripsi diharapkan mahasiswa sudah khatam membaca buku ini serta memahami contoh-­‐contoh yang dijelaskan dalam buku ini. Hal ini dilakukkan demi kelancaran dan kesiapan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Selanjutnya, Buku “Skripsi dalam 30 hari” secara khusus diperuntukkan bagi mahasiswa fakultas ekonomi maupun fakultas lain yang sangat interest untuk mengembangkan tema-­‐tema seputar moneter, keuangan, makroekonomi dan perbankan. Hal ini dikarenakkan penggunaan model analisis yang relatif tidak berbeda, yang secara umum mengandalkan penggunaan analisis kuantitatif “ekonometrika”. Sebelum memulai pengerjaan skripsi dari awal, ada beberapa hal yang harus diperhatikkan berkaitan dengan efektivitas penulisan skripsi dalam 30 hari, antara lain: 1. Sekali lagi, Anda harus sudah khatam practical guide ini. (tentu saja penulisan skripsi dalam 30 hari, diluar waktu membaca dan memahami buku ini hingga tuntas) 2. Demi memudahkan pencarian data, analisa model, kajian literatur dan gaya penulisan maka tema-­‐tema yang diusung mahasiswa disarankan berkaitan dengan tema-­‐tema keuangan, moneter, perbankan dan makroekonomi. 3. Penelitian diharuskan menggunakan data sekunder. 4. Mahasiswa diharapkan memiliki “akses” internet yang baik dan cepat. 5. Segala perlengkapan yang berkaitan dengan Komputer (PC, Laptop dan Software) serta printer (disarankan laser printer) diharapkan tidak menjadi masalah. 6. Segala kebutuhan ATK (Ballpoint, Stabilo, Pensil, buku tulis dan penghapus) dipersiapkan. 7. Mahasiswa diharapkan memiliki buku-­‐buku penting yang disarankan. 8. Mahasiswa diharapkan menyelesaikan skripsi/tesis 30hari secara kontinyu (minggu libur), tidak sebagai contoh menyelesaikan skripsi/tesis dalam 30 hari dalam 1 tahun misalnya. 9. Mahasiswa diharapkan menghindarkan diri dari aktivitas-­‐aktivitas, lingkungan-­‐lingkungan yang mendistract atau mengganggu proses pengerjaan skripsi. 10. Kondisi ruangan pengerjaan skripsi disarankan dibuat sehommie mungkin, senyaman mungkin, sehingga mendukung proses penyelesaian skripsi. 11. Mahasiswa diharapkan sudah familiar dengan vocabulary dan bacaan berbahasa inggris. 12. Mahasiswa disarankan untuk membaca beberapa jurnal penting keuangan dan moneter, khususnya yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (Buletin Moneter dan Ekonomi Perbankan). Jurnal ini sangat representatif dan berkualitas untuk dijadikan referensi mahasiswa. 13. Anda harus disiplin dan yakin bahwa anda BISA. Tabel dibawah ini merupakan strictly schedule yang harus ditaati oleh mahasiswa sebelum memulai penyelesaian skripsi dalam 30 hari. Penggunaan tabel ini diharapkan dapat secara efektif dilaksanakan setelah mahasiswa memahami secara lebih detail maksudnya dari penjelasan dalam buku ini, serta memahami indikator-­‐indikator capaian setiap harinya. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 6 Jadual Kerja “Skripsi dalam 30 hari” Senin 7 Lay out Senin 13 Data avaibility Senin 19 BAB 2 Senin 25 BAB 2 Selasa 8 Lay out Selasa 14 Running model (intepretation) Selasa 20 BAB 2 Selasa 26 BAB 3 Rabu 9 BAB 1 Rabu 15 Running model (intepretation) Rabu 21 BAB 2 Rabu 27 BAB 4 Kamis 4 Reading Make a note Kamis 10 BAB 1 Kamis 22 Reading BAB 1234 Jumat 5 Reading Make a note Sabtu 6 Reading Make a note Jumat 11 BAB 3 Kamis 16 BAB 4 (Deskripsi Model) Jumat 17 BAB 4 policy Implication Sabtu 18 BAB 4 polishing Kamis 28 BAB 5 dan Kajian Pustaka (Endnote) Jumat 29 Making a Presentation Sabtu 30 Presentation Sabtu 12 BAB 3 Jumat 23 Reading BAB 1234 Sabtu 24 BAB 1 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i D I S I P L I N Senin 1 Finding an idea and Search engine Selasa 2 Developing an idea and Search engine Rabu 3 Search engine Filtering Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 7 Indikator Capaian (Day by Day indicators) 1 JADWAL Reading Make a note 1 Reading Make a note 2 Reading Make a note 3 Mencari Ide Melakukkan pencarian bahan di Internet Membangun Ide Melakukkan pencarian bahan dari sumber-­‐sumber (ex: Internet) Melakukkan pencarian bahan dari sumber-­‐sumber (ex: Internet) Menyeleksi bahan-­‐bahan dari sumber-­‐ sumber Membaca bahan-­‐bahan Membuat ringkasan kecil Membaca bahan-­‐bahan Membuat ringkasan kecil Membaca bahan-­‐bahan Membuat ringkasan kecil 7 Lay out 1 Membuat Lay-­‐out tulisan (Kerangka) 8 Lay out 2 Membuat Lay-­‐out tulisan (Kerangka) 9 10 11 BAB 1 BAB 1 BAB 3 Penulisan Bab 1 Penulisan Bab 1 Penulisan Bab 3 12 13 14 BAB 3 Data avaibility Running model (intepretation) Penulisan Bab 3 Mempersiapkan Data Mengolah data di software Membuat intepretasi kecil 15 Running model (intepretation) Mengolah data di software Membuat intepretasi model 16 BAB 4 (Deskripsi Model) Penulisan Bab 4 17 Penulisan Bab 4 19 BAB 4 (policy Implication) BAB 4 (polishing) BAB 2 20 BAB 2 Penulisan Bab 2 2 3 4 5 6 18 Finding IDEA and Search engine Developing IDEA and Search engine Search engine Filtering KETERANGAN Penulisan Bab 4 Penulisan Bab 2 INDIKATOR CAPAIAN Jumlah artikel/jurnal pencarian 30 buah Difilter menjadi 7 buah Jumlah artikel/jurnal pencarian 30 buah Difilter menjadi 7 buah Jumlah artikel/jurnal pencarian 30 buah Difilter menjadi 7 buah Membuat ringkasan setiap paragraf penting dalam artikel/jurnal 10 buah Membuat ringkasan setiap paragraf penting dalam artikel/jurnal 11 buah Mengelompokkan artikel/jurnal Membuat ringkasan untuk setiap pengelompokkan tersebut Membuat chart, diagram flow tentang ide penulisan Chart dan diagram flow sudah dilengkapi dengan penulisan Penulisan Bab 1 Penulisan Bab 1 Mencari literatur-­‐literatur tentang METPEN yang tepat dan making a note Penulisan Bab 3 Semua kebutuhan data sudah terpenuhi Running model dengan software SPSS atau Eviews 1. Fast Checking: Signifikansi Variabel, Uji Model dan Asumsi Klasik Mendapatkan modified model 1. Deskripsi data primer 2. Intepretasi model ekonometrika Polishing deskripsi data primer (berdasarkan data dan ditambahkan dari literatur lainnya, ex: Laporan Perekonomian Indonesia-­‐BI) Intepretasi model ekonometrika Menghubungkan analisa ekonometrika dengan kajian literatur Melihat kembali tulisan di Bab 4 dan melakukkan pengeditan bila perlu Inventarisir kembali buku-­‐buku, artikel/jurnal yang relevan dan making a note, Pembuatan poin-­‐poin sub bab dalam bab 2 Penulisan Bab 2 Email me at: [email protected] S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i HARI Copyright@2009 P a g e | 8 21 22 BAB 2 Reading BAB 1234 Penulisan Bab 2 Membaca kembali BAB 1234 23 Reading BAB 1234 Membaca kembali BAB 1234 24 25 26 27 28 BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 Memperbaiki kembali Bab 1 Memperbaiki kembali Bab 2 Memperbaiki kembali Bab 3 Memperbaiki kembali Bab 4 Memperbaiki kembali Bab 5 29 Making a Presentation Membuat Presentasi 30 Presentation Latihan Presentasi Penulisan Bab 2 Membaca kembali BAB 1234 (Memberikkan highlight atau tanda jika ada kesalahan) Membaca kembali BAB 1234 (Memberikkan highlight atau tanda jika ada kesalahan) Polishing BAB 1 Polishing BAB 2 Polishing BAB 3 Polishing BAB 4 Polishing dan pembuatan Daftar Pustaka dengan Endnote Membuat poin-­‐poin penting dalam slides (presentasi maksimal 25 menit), Pembuatan Power point Latihan tampil didepan teman-­‐teman S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 9 Internet “Search Engine” Sebelum memulai untuk melakukkan pengerjaan Tugas Akhir, sebaiknya anda sudah memahami benar peran penting “internet” dalam mendukung proses penyelesaian tugas akhir anda. Tentu saja bekal pemahaman yang baik akan semakin mempermudah anda dalam memilah-­‐milah dan memfilter informasi-­‐informasi penting yang dapat dijadikan referensi, sumber bacaan dan data, bagi Tugas Akhir anda. Namun perlu diingat juga, bahwa setiap sumber bacaan harus secara lengkap dijelaskan sumbernya. Sebagai contoh, anda mengambil artikel dari Search engine scholar.google.com : “Banking Competition in Developing Countries: Does Foreign Bank Entry Improve Credit Access?” Maka anda perlu menambahkan URLnya dibagian akhir daftar pustaka Era internet sangat mempermudah mahasiswa untuk mendapatkan bahan-­‐bahan bagi karya tulisnya, namun banyaknya bahan yang tersedia secara online mewajibkan mahasiswa untuk dapat menyeleksinya kembali sesuai dengan kebutuhan tulisan. Oleh karena itu, berikut dipaparkan tips untuk memilih bahan di internet beserta alamat online yang relavan untuk dapat dijadikan acuan. Selajutnya, dalam tahap pencarian bahan jangan lupa untuk membuat catatan-­‐catatan kecil mengenai isi artikel, jurnal atau buku. Hal ini dilakukan agar penulis tidak dibingungkan dengan banyak sumber informasi atau bahan yang tersedia di dunia maya. Berikut ini merupakan panduan dan ”useful links” yang bisa digunakan penulis untuk membantu mencari sumber yang relevan di internet. Secara umum ada empat hal yang harus diperhatikkan oleh mahasiswa berkaitan dengan penggunaan internet untuk kebutuhan penulisan Tugas Akhir, antara lain: Pertama, Familiarkan diri anda dengan Search engine populer seperti Google dan Yahoo. (www.yahoo.com dan www.google.com) Kedua, Bersahabat dengan penggunaan Search engine khusus sumber-­‐sumber akademik (jurnal, artikel dll) dengan Google scholar. (scholar.google.com dan books.google.com) Ketiga, Memahami definisi-­‐definisi umum ekonomi dengan wikipedia. (www.wikipedia.org) Keempat, Mengetahui website-­‐website yang relevan dengan tema ekonomi (keuangan dan perbankan). Cobalah untuk mengeksplor www.bi.go.id dan www.ssrn.com (sebaiknya anda mempunyai login di website ini) Kelima, jika universitas anda berlangganan jurnal internasional (ex: Proquest), maka hal ini merupakan peluang yang baik untuk memanfaatkannya secara optimal. Search engine google dan yahoo Secara umum, Search engine yahoo dan google menawarkan pilihan-­‐pilihan informasi yang sangat banyak dan kompleks, sehingga dalam penggunaannya dibutuhkan trik dan kemampuan untuk Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Gormley, T. A. (2007), "Banking Competition in Developing Countries: Does Foreign Bank Entry Improve Credit Access?" http://fic.wharton.upenn.edu/fic/india/11gormley.pdf P a g e | 10 menyortirnya agar efektif dan efisien. Dalam konteks ini, kebutuhan untuk memahami keywords menjadi sangat penting. Ada trik tradisional yang sederhana namun masih sangat relevan untuk digunakan, yaitu penggunaan koma, tanda seru dan tambahan filetype:pdf. Koma digunakan untuk menambahkan keyword, tanda seru untuk menginformasikan bahwa kata yang dipilih adalah sebagai suatu kesatuan, sedangkan filetipe:pdf artinya kita membatasi hanya memilih file acrobat reader. Sebagai contoh kita ingin melakukkan pencarian terhadap sumber (artikel, jurnal dll) yang berhubungan dengan kompetisi bank di negara-­‐negara berkembang. Maka keywords yang dituliskan, adalah sebagai berikut : “bank competition”, “developing countries” filetype:pdf Artinya kita memilih sumber-­‐sumber yang berkaitan dengan kata-­‐kata bank competition (bukan bank saja, atau competition saja, namun yang mengandung keduanya), developing countries dengan membatasi hanya file-­‐file yang berekstensi pdf saja atau (acrobat reader). Powerfull Search engine “Google scholar” Secara definisi yang dijelaskan dalam wikipedia: Google scholar (GS) is a freely-­‐accessible Web search engine that indexes the full text of scholarly literature across an array of publishing formats and disciplines. http://en.wikipedia.org/wiki/Google_scholar Sehingga Search engine ini menjadi sangat penting, jika pencarian yang dibutuhkan bertujuan untuk mencari literatur, jurnal, artikel dll. Search engine ini akan sangat membantu dalam pembuatan karya tulis khususnya dalam tahapan pencarian literatur yang relevan. Ada beberapa tips dan trik yang dapat digunakan dalam menggunakan Google scholar, antara lain : 1. Batasi pemilihan bahan-­‐bahan hanya pada sumber akademik (Jurnal, artikel, buku dll) dengan menggunakan Google scholar. 2. Fokuskan pencarian bahan dengan menggunakan Advanced search, (subject area, author, specific publication and/or publication date) PUBLICATION RESTRICT Bagaimana menggunakannya ? Kita bisa membatasi pencarian jurnal dengan memasukkan judul jurnal atau singkatannya pada “Publication search box”. Ketik american journal of clinical nutrition am j clin nutr Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 11 DATE RESTRICT Untuk memilih sumber berdasarkan waktu penerbitannya, kita bisa mencantumkan tahun pada “Date search box”. SUBJECT RESTRICT Kita bisa membatasi pencariaan hanya pada subjek tertentu, dengan memilih di bagian “Subject Areas list”. 2005-­‐2006 virus engineering, computer science & math 3. Pisahkan hasil pencarian dengan hanya memilih sumber yang terbaru (recent articles), atau mengeksplor pencarian via “related articles”. 4. Ada baiknya jika memilih bahan-­‐bahan yang pernah digunakan penulis lain. Sebagai contoh, jika sumber tersebut pernah digunakan sebagai referensi oleh penulis-­‐penulis lain sebanyak 9 kali maka akan tertulis “Cited by 9”. 5. Setup Google scholar “Preferences” sehingga anda bisa mendownload referensi ke software manager, seperti : EndNote, Reference Manager, RefWorks, dll. A. CITATION INFORMATION: Judul sumber dan pengarang (s) B. CITED BY: mengindikasikan berapa banyak tulisan lain dalam Google scholar yang menggunakan referensi ini sebagai acuan C. eLINKS: mengindikasikan apakah perpustakaan yang kita miliki memiliki link dengan Google scholar atau tidak D. WEB SEARCH: cari informasi tentang dokumen di Google E. GROUP OF: melihat beberapa versi dokumen F. RECENT ARTICLES: fitur yang membantu pensortiran bahan berdasarkan : author, journal, number of citations and date) Pencarian buku dalam internet search engine: books.google.com Selain “Google scholar”, fasilitas lain yang disediakan oleh google untuk mencari buku secara online adalah melalui “google books”. Melalui pencarian khusus ini, akan dengan mudah didapatkan referensi buku yang banyak sekali dan tentunya berkualitas. Buku yang disediakan dalam fiture ini terbagi dalam beberapa macam jenis diantaranya: buku fiksi (fiction), non-­‐fiksi (non-­‐fiction), dan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 12 beberapa jenis yang lain. Dalam jenis fiksi juga terbagi lagi menjadi beberapa bagian diantaranya: literature, science fiction, fantasy, romance, mystery, fairy tales, short stories, dan poetry. Begitu juga dengan dengan jenis yang lain masih terbagi menjadi beberap topik yang lebih khusus lagi. alamat google books jenis buku Sebagai contoh, apabila kita ingin mencari buku tentang ekonomi, maka kita dapat secara langsung memilih jenis buku yang non-­‐fiction, kemudian klik pada text economics. Lalu akan muncul tampilan baru seperti berikut. Pada tampilan baru ini akan ditampilkan beragam buku tentang ekonomi, yang mana buku-­‐buku tersebut dapat dibaca secara online dan ada juga yang tidak dapat. Untuk memilih buku yang dapat dibaca secara online bahkan bisa didownload, kita akan dihadapkan pada tiga pilihan pada bagian text showing. Tiga pilihan tersebut adalah all books, limited preview and full view, full view only. Pilihan pertama akan menampilkan semua buku (ada yang bisa dibaca dan tidak dibaca secara online), dan pilihan kedua hanya memungkinkan kita untuk membaca sekilas, yang terakhir, kita dapat membaca secara online dan mendownloadnya sekaligus. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 13 dapat dibaca online dan didownload Pada bagian showing apabila kita memilih full view only maka akan kita dapatkan tampilan baru seperti berikut. klik di sini S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 14 Selanjutnya, misal kita ingin membaca buku yang berjudul On the Principles of Political Economy, and Taxation, maka kita cukup meng-­‐klik satu kali dan akan muncul tampilan baru seperti berikut. Setelah itu kita dapat mendownloadnya secara langsung atau hanya dibaca secara online di internet. Untuk mendownloadnya kita cukup meng-­‐klik satu kali pada bagian download, dan file yang akan kita dapat adalah jenis pdf. klik di sini untuk mendownload S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Wikipedia: sumber penting untuk memahami definisi-­‐definisi umum Selanjutnya, jika anda merasakan kesulitan untuk memahami kata-­‐kata yang spesifik dalam term ekonomi, maka website wikipedia dapat menjadi solusinya. Ketikan saja di www.wikipedia.org http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 15 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sebagai contoh, anda bingung dengan term Inflasi, maka ketik saja inflation dalam dialog box search. Berikut adalah contoh hasil dari pencarian. P a g e | 16 Website-­‐website penting ekonomi Beberapa fitur penting dalam website ini, antara lain: 1. Publikasi ekonomi (Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan) http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Jurnal+Ekonomi/ 2. Data Statistik Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indonesia/Versi+HTML/ Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Sekda/ Statistik Ekonomi Moneter Indonesia http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+Moneter+Indonesia/ Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Website-­‐website yang berkaitan dengan tema ekonomi (keuangan dan perbankan) sangatlah banyak jumlahnya, dan hal tersebut tentu dapat dijadikan keuntungan bagi anda karena semakin banyaknya pilihan sumber-­‐sumber informasi yang relevan bagi anda. Namun dalam kesempatan kali ini saya ingin membahas salah satu website terbaik Indonesia dibidang keuangan dan perbankan, yaitu website yang dimiliki oleh bank sentral indonesia (Bank indonesia). Website milik Bank Indonesia merupakan salah satu resource yang sangat layak dijadikan acuan karena di dalamnya memuat informasi penting, semisal yang terkait dengan perkembangan nilai tukar, tingkat suku bunga, perkembangan inflasi, dan lain sebagainya. Di dalam website ini, kita juga dapat mengakses data-­‐data statistik makroekonomi yang biasa dan bisa dijadikan acuan sebagai salah satu data sekunder, baik oleh mahasiswa, ekonom, praktisi kebijakan, dan lain-­‐lain untuk membantu aktivitas penelitian dan pengambilan kebijakan. Selain itu, hal lain yang dapat diakses pada website ini adalah jurnal-­‐jurnal dan hasil-­‐hasil penelitian diberbagai bidang yang spesifik, seperti: bidang kajian moneter dan perbankan, sistem keuangan internasional, dan sektor riil. Untuk mengetahui website Bank Indonesia, bisa di klik di www.bi.go.id. Tampilannya adalah sebagai berikut: P a g e | 17 Statistik Sistem Pembayaran http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Sistem+Pembayaran/RTGS/ Statistik Perbankan http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Indonesia/ Dengan source ini saja, sebenarnya penulisan Tugas Akhir sangat mungkin untuk dilakukkan karena supporting data (Data Statistik dan Laporan Perekonomian Indonesia) dan literatur (Publikasi Ekonomi BEMP) sudah sangat lengkap disediakan. Tinggal bagaimana anda dapat menemukkan ide-­‐ide yang original yang relevan dengan tema-­‐tema keuangan, moneter dan perbankan. Selanjutnya, jika anda ingin melakukkan ekspansi pada beberapa website internasional yang penting anda dapat mentrace beberapa website dibawah ini. Namun sebelum melakukkan pencarian lebih jauh, disarankan untuk mencoba website jurnal gratis, yaitu www.ssrn.com namun sebelum memulainya anda diharapkan sudah mendaftar dengan melakukkan verifikasi data diri dan sign up. Berikut, adalah usefull link yang relevan dengan tema-­‐tema keuangan, perbankan, makroekonomi dan moneter. NBER – National Bureau of Economic Research : www.nber.org OECD – Organisation for Economic Co-­‐operation and Development : www.oecd.org WTO – World Trade Organisation (including GATT) : www.wto.org World Bank Group : www.worldbank.org International Centre for Economic Growth : www.iceg.org APEC Secretariat Website : http://www1.apecsec.org.sg/ Asian Development Bank : www.adb.org Bank of International Settlements : www.bis.org Board of Governors of the Federal Reserve : http://www.federalreserve.gov/ Harvard Institute for International Development : http://www.hiid.harvard.edu/ Institute for International Economics : http://www.iie.org/ Institute of International Finance : http://www.iif.com/ International Monetary Fund : www.imf.org Institute of Southeast Asian Studies : http://www.iseas.edu.sg/ Pacific Commerce Exchange Rate Service : http://fx.sauder.ubc.ca/ Reserve Bank of Australia : www.rba.gov.au Swiss Asia Foundation : http://www.saf.ethz.ch/ NetEc -­‐ Internet Resources for Economists : http://netec.wustl.edu/NetEc.html The Economist -­‐ International Journal of News, Ideas, Opinion and Analysis Inomics -­‐ The Internet Site for Economists Econolink -­‐ Best Web Sites that have anything to do with Economics Econohelp, http://www.econohelp.com is a worldwide (and free!) organisation for economics educators that is based in Edinburgh, Scotland. The sister site, http://www.econohelp.co.uk is particularly for those interested in collaborating with colleagues in developing countries, especially the Commonwealth. Rationalexpectations.com -­‐ For anyone interested in the world of economics Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 3. Laporan Perekonomian Indonesia http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indonesia/ P a g e | 18 Asian Crisis Website : http://www.stern.nyu.edu/~nroubini/asia/AsiaHomepage.html Economics Departments Worldwide : http://ideas.uqam.ca/EDIRC/index.html Economic Growth Resources : http://www.bris.ac.uk/Depts/Economics/Growth/ Economic Journals on the Web : http://www.oswego.edu/~economic/journals.htm Pennworld Tables : http://pwt.econ.upenn.edu/ Social Science Research Network : http://www.ssrn.com/ Data Sets and Data Resources : http://www.columbia.edu/cu/economics/ Social Capital Gateway : http://www.socialcapitalgateway.org/ (Sumber : information on the Website University of Adelaide) Email me at: [email protected] S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Copyright@2009 P a g e | 19 Making a Note (Membuat ringkasan kecil) Setelah melakukkan pencarian artikel dan literatur yang relevan, maka tahapan selanjutnya yang tidak boleh dilupakan adalah membuat ringkasan kecil atau Making a note. Secara definisi making a note adalah sebagai berikut: “Making a note is an important skill that will enable you to summarise key information and focus your thoughts from both lectures and your readings. It is more than just writing what has been said or written – it requires critical thinking and is an interactive activity.” Making a note merupakan tahapan yang penting dalam proses penulisan skripsi, karena selain dapat memudahkan penulisan berdasarkan summary yang dibuat dalam note tersebut, fungsi making a note adalah untuk mengingatkan kita atas main idea dalam tulisan. Ingat bahwa kemampuan otak kita dalam mengingat tentu sangat terbatas, sehingga making a note akan berfungsi untuk mempermudah ingatan atas suatu tulisan atau literatur yang telah dipilih dan jumlahnya sangat banyak. Memilih Literatur yang Relevan dan Menyeleksinya Jika anda telah menentukkan tema utama yang akan dijadikan acuan untuk penyelesaian skripsi/tesis, maka pengembangan ide serta penentuan topik yang spesifik akan banyak terbantu jika kita telah menemukan beberapa jurnal yang relevan. Oleh karena itu jika anda mengalami stagnasi untuk pengembangan ide tulisan bisa jadi disebabkan karena kurangnya literatur atau referensi. Selain itu kurangnya informasi mengenai literatur/referensi yang sesuai juga akan banyak menghambat proses pengembangan ide lebih lanjut. Seperti yang telah dipaparkan dalam BAB search engine, maka beberapa jurnal yang disarankan seperti jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, atau jurnal-­‐jurnal gratis yang dipublikasikan oleh lembaga NBER dan SSRN serta bantuan Google scholar bisa menjadi referensi utama jika tema-­‐tema yang dipilih berkaitan dengan tema moneter, perbankan, keuangan dan makroekonomi. Oleh karena itu, tahapan pertama dalam memilih literatur adalah dengan memanfaatkan website-­‐website diatas. Selanjutnya, yang harus dilakukkan adalah memilih jurnal dengan acuan “judul” yang berkaitan. Jika sudah dipilih jurnal yang relevan, maka tugas selanjutnya adalah menyeleksinya. Ada 3 tahapan sederhana untuk dapat menyeleksi jurnal yang telah didownload. Pertama, membaca bagian introduction, Kedua, review model ekonometrika dan ketiga, membaca bagian policy implication di bagian akhir. Namun jika anda sudah menentukkan artikel atau paper yang dipilih, maka sebaiknya anda membaca dengan benar-­‐benar artikel dan paper tersebut. Berikut adalah contoh making a note artikel. CONTOH MAKING A NOTE Key word : Determinants, “Foreign Direct Investment”, Developing Countries (tambahkan filetype:pdf untuk mensortir hanya file-­‐file pdf saja) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 20 Sebagai contoh kita memilih 1 artikel awal sebagai referensi, dan kemudian mengeksplornya dengan 3 tahapan saja. Pertama, Membaca Introduction untuk mencari obyek penelitian atau masalah yang diangkat. Kedua, Quick Review model untuk melihat model analisis yang digunakan. Ketiga, mengidentifikasi Implikasi penelitian dalam tulisan tersebut. Untuk mencoba contoh pembuatan ringkasan, maka coba download artikel dibawah ini dengan URL: www.anpec.org.br/encontro2004/artigos/A04A061.pdf ARTIKEL 1: THE DETERMINANTS OF FOREIGN DIRECT INVESTMENT IN DEVELOPING COUNTRIES Pertama yang harus dilakukkan adalah membaca introduction dengan seksama, jika introduction ini sesuai dan relevan dengan penelitian kita maka bisa kita lanjutkan dengan mereview model ekonometrika dan selanjutnya mencari implikasi penelitian. Making a note INTRODUCTION (MENCARI MASALAH OBYEK PENELITIAN) Meringkas masing-­‐ masing main idea Setiap negara memiliki perilaku FDI yang berbeda ( Ada banyak faktor yang mempengaruhi FDI Outline tulisan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Tujuan penelitian dan variabel kajian P a g e | 21 REVIEW MODEL Model yang digunakan adalah dengan menggunakan panel data untuk melihat perbedaan karakteristik dari beberapa negara. Namun jika anda hanya ingin melihat determinasi FDI di Indonesia saja maka kita tidak perlu menggunakan panel data, sehingga yang dikaji dari jurnal tersebut adalah variabel-­‐variabel apa yang dipertimbangkan masuk dalam model. Dalam model tersebut, variabel-­‐ variabel yang dipertimbangkan untuk dimasukkan antara lain : GDP, Level pendidikan, Keterbukaan Ekonomi, Inflasi dan Country risk. Namun yang lebih penting lagi adalah mencari tahu secara lebih detail bagaimana peneliti memproxy variabel-­‐variabel tersebut. Contoh : GDP tentu dengan PDB (Produk Domestik Bruto), Level pendidikan dengan jumlah sarjana, Keterbukaan ekonomi dengan tingkat perdagangan ekonomi. IMPLIKASI PENELITIAN Biasanya policy implication ada dibagian akhir tulisan setelah intepretasi model, hal ini menjadi sangat penting khususnya dalam membantu penulisan untuk mengintepretasikan model dengan intuisi ekonomi. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i First of all, we were able to determine that both the size of the economy, as measured by GDP, and the average rate of growth in previous years, positively affected the inflows of FDI, being strongly significant. The level of schooling also proved to be an important determinant of FDI, being highly significant as well. This demonstrates that a great deal of the direct investments in developing countries has been directed towards activities that are relatively knowledge-­‐intensive, and that policies aiming at increasing the level of education may induce these investments. The coefficient of an economy’s degree of openness (OPENNESS) was included as a proxy to reflect the willingness of a country to accept foreign investment, and proved to be important in attracting capital, considering that said variable presented the expected sign, and was highly significant. Inflation (INFLATION) appears as an indicator of macroeconomic stability, presenting a negative sign in the larger sample. However, in the smaller sample, with the introduction of the variable RISK, it was not significant in the usual sense, in spite of the fact that its p-­‐value was not excessively great. Nevertheless, a country’s risk rating proved to have an important negative effect upon the inflow of direct investment. One of the variables related only to the source countries of direct investment, namely DOW JONES, indicated that capital market growth in developed countries is a strong determinant of the outflows of these investments, especially in recent years. Lastly, given the fact that there is still much debate regarding the causality relation between direct investment and GDP, a causality test between FDI and GDP was performed. There was evidence of the existence of causality in GDP leading to FDI, but not vice versa. This seems to confirm the case of China, for example, whose economy, which is the largest developing economy in the world, presenting one of the highest rates of growth in recent years, has certainly contributed towards being one of the largest recipients of foreign capital. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 22 Jika anda sudah selesai melakukkan quick review terhadap sumber tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukkan kelayakan sumber tersebut dan relevansinya terhadap Tugas Akhir anda. Ada beberapa kemungkinan dalam penentuan kelayakan sumber, yaitu: 1. Sumber sama sekali kurang relevan, karena fokus kajiannya berbeda meski tema yang diusung sama. Jika ini yang terjadi maka sebaiknya sumber tidak digunakan. 2. Sumber memiliki relevansi yang sangat kuat dengan Tema dan fokus kajian yang dipilih. Tentu saja, sumber akan menjadi referensi utama. 3. Sumber memiliki relevansi yang terbatas terhadap tema dan fokus kajian yang dipilih. Jika ini yang terjadi maka sebaiknya sumber tersebut tidak dibuang, karena ada kemungkinan akan diperlukkan untuk pertimbangan-­‐pertimbangan lain, semisal penambahan variabel baru, penelitian terdahulu dll. Terakhir, seperti yang telah dicontohkan diatas, bahwa kemampuan otak kita untuk mengingat-­‐ingat sumber bacaan yang dipilih sangatlah terbatas. Sehingga anda perlu memberikkan “note” atau tulisan kecil disetiap paragraf, agar anda mengingat “main idea” setiap sumber tulisan. Hal ini akan sangat membantu anda untuk mendalami kembali sumber yang telah dipilih untuk kebutuhan penyelesaian tugas akhir anda. Trik ini juga sangat mendukung untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas waktu pengerjaan tugas akhir. Ingat pesan Kak Tino Sidin, JANGAN TAKUT MENCORET. Berikanlah informasi-­‐informasi tambahan dalam paper yang anda pilih, seperti dibawah ini: Paper ini bisa dijadikkan rujukan untuk METPENnya. lain yang relevan dengan Indonesia. Paper ini baik dalam penulisan LANDASAN TEORITIS. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Paper bisa direplikasi dengan menambahkan variabel P a g e | 23 Paper ini berkembang, memiliki daerah yang memiliki penelitian di negara karakteristik sama dengan Indonesia. Paper ini kurang relevan. Paper ini terlalu rumit model penelitiannya, sehingga perlu penyederhanaan jika ingin digunakan. Paper ini memiliki policy implication yang baik. Paper ini sangat up to date (ex: dipublikasikan tahun 2008) Paper ini menjadi rujukan penelitian-penelitian S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i dengan tema Perbankan. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 24 Eviews dan Model Ekonometrika Model ekonometrika merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang menjadi fokus penelitian dalam rumusan masalah. Model ekonometrika sesungguhnya hanya sebuat alat analisis yang terbatas pada model, sehingga penjelasan secara ekonominya menjadi lebih penting sehingga harus didukung dengan kajian-­‐kajian literatur yang relevan. Mahasiswa sebagian besar mengalami kesulitan dalam pemilihan model, hal ini selain disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap kegunaan model dan awamnya penggunaan software ekonometrika yang standar (Eviews atau SPSS), juga disebabkan karena kurangnya pemahaman dalam intepretasi output dari hasil analisis. Dalam penelitian kuantitatif ada berbagai macam model ekonometrik yang dapat diaplikasikan. Dalam practical guide ini hanya dipaparkan beberapa jenis model yang umum digunakan dalam model kuantitatif, seperti: Model Regresi sederhana dan Berganda, Model Simultan, Model Time Series Vector Auto Regressive serta Model Logit dan Probit. Dalam bab ini secara umum akan dijelaskan tentang model ekonomi, pengenalan model-­‐ model kuantitatif, pengenalan software Eviews dan intepretasi dan analisis output. Ingat, bahwa jangan pernah berfikiran bahwa EKONOMETRIKA itu adalah sesuatu yang rumit dan sulit, karena era baru pengembangan teknologi (software) telah banyak memberikkan kontribusi pada kemudahan penggunaan software untuk penyelesaian masalah-­‐masalah model ekonomi. Just klik, and see what computer has done for you. Tugas anda saat ini adalah belajar bagaimana mengoperasikannya, dan mengintepretasikannya. So, simple. Penulisan Tugas Akhir dalam 30 hari, yang cukup singkat, tentu juga telah mempertimbangkan kemajuan tersebut. Bahwa analisis kuantitatif memberikkan gerak yang sempit untuk kajian yang terlalu luas dan glambyar, sehingga akan semakin mengefektifkan dan mengefisienkan waktu penelitian anda. Model ekonometrika merupakan suatu model yang mana menggunakan tiga dasar utama sebagai alat analisis suatu fenomena ekonomi yaitu teori fundamental terkait dengan ilmu ekonomi, statistika inferensial dan matematika. Untuk itu pula, sebelum menetapkan suatu model layak atau tidak untuk digunakan sebagai alat analisis dalam pengerjaan skripsi, perlu dilakukan verifikasi model, yang terdiri dari verifikasi teori ekonomi, verifikasi statistik dan verifikasi ekonometrika. Verifikasi teori ekonomi dapat dilakukan dengan membuat pernyataan atau sebuah hipotesis yang mana sebagian besar bersifat kualitatif. Dalam pembuatan skripsi, teori ekonomi mendalilkan suatu fenomena yang didasarkan pada hukum atau teori-­‐teori ekonomi lain yang menjadi fokus pembahasan sebagai dasarnya. Sedangkan verifikasi statistik dilakukan dengan membuat teori ekonomi menjadi suatu pernyataan yang bersifat matematis. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam verifikasi statistik adalah melakukan proses yang bersifat statistik yaitu pengumpulan, pemprosesan, analisis dan penyajian data ekonomi ke dalam bentuk grafik dan tabel. Selanjutnya, verifikasi ekonometrika Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Tentang “ECONOMETRIC MODELLING” P a g e | 25 merupakan langkah yang harus dilakukan untuk melihat gangguan-­‐gangguan yang menyebabkan model ekonometrika yang akan digunakan menjadi tidak tepat dan akurat. PENGENALAN MODEL-­‐MODEL KUANTITATIF Model Regresi Linier Sederhana dan Regresi Linier Berganda Model lain yang dapat digunakan dalam analisis ekonometrika adalah model simultan. Model ini menitikberatkan pada ada hubungan dua arah (simultan). Sehingga pada model ini tidak dapat ditentukan secara tepat mana yang termasuk variabel bebas dan mana variabel terikatnya. Hal yang perlu dilakukan utamanya untuk mengantisipasi unsur gangguan adalah dengan mengumpulkan informasi pada satu jenis persamaan dengan tidak mengabaikan informasi yang diberikan oleh persamaan lain dalam sistem. Hal penting lain yang perlu dipastikan sekali lagi adalah apakah model yang akan kita gunakan sesuai dengan teori yang menjadi landasan rasionalisasinya. Misal: Persamaan pertama mempunyai general function: Y = f (x1, x2) Sedangkan general function untuk persamaan kedua adalah: X1 = f (Y, x2) Model Vector Auto Regressive (VAR) Pada analisis ekonometrika, model Vector Auto Regressive (VAR) merupakan suatu model yang menggunakan satu atau lebih nilai masa lalu (lag) dari variabel terikat diantara variabel bebas yang digunakan. Data yang biasa digunakan untuk model ini adalah jenis data time series (dari waktu ke waktu untuk satu obyek pengamatan). Pada model VAR ini, kita hanya perlu memilah-­‐milah mana saja variabel yang berinteraksi dan perlu untuk dimasukkan dan seberapa banyak lag yang perlu diikutkan dalam model yang akan kita gunakan sebagai dasar analisis kita nanti. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Model regresi linier sederhana merupakan bentuk kuantitatif pertama yang paling sering digunakan dalam analisis. Model ini dikatakan paling sederhana karena di dalam model tersebut hanya terdapat satu variabel yang bertindak selaku variabel bebas (explanatory variable) dan variabel terikat (explained variable). Sedangkan dalam model regresi linier berganda hampir serupa dengan model regresi linier sederhana. Poin penting yang membedakan adalah di dalam model regresi linier berganda variabel bebas (explanatory) yang digunakan lebih dari satu jenis variabel. Di dalam pembuatan model ekonometrika jenis pertama (baik untuk regresi linier sederhana maupun regresi linier berganda) terdapat beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi terutama yang terkait dengan konsep linearitas. Berikut merupakan contoh model regresi sederhana dan berganda: Quantity = f (Price) Inflasi = f (Kurs) Kurs = f(JUB, Inflasi, SBI, Ex-­‐Im) Tingkat suku bunga pinjaman = f(SIBOR, JUB, Inflasi, SBI, PDB)* Note: *Model dibangun oleh Taufik Kurniawan (Jurnal BEMP) Model Simultan P a g e | 26 Model Logit dan Probit Model logit dan probit dapat digunakan untuk menentukan model apabila kita menggunakan variabel yang bersifat kualitatif (dummy variable). Baik pada model logit maupun probit dapat digunakan untuk membantu kita menjelaskan situasi yang skala ukurannya nominal, untuk memilih dua situasi yang dikotomi (“ya” atau “tidak”) Model logit adalah suatu cara yang dapat membantu untuk mengkuantitatifkan dan menganalisis data kualitatif yang mencerminkan dua pilihan alternatif. Misalnya kita hendak meneliti dan menganalisis perbedaan kinerja yang ditunjukkan oleh kawasan industri andalan dengan industri perseorangan yang tidak masuk dalam kelompok andalan sebuah kota/kabupaten. Kapita Selekta Model Ekonometrika Model Keluarnya modal asing Dimana, CF = Capital Flight REER = Real Effective Exchange Rates Dr = Diferrence of Interest rate FD = Foreign Debt LGDP = GDP riil I = Inflasi FDI = Foreign Direct Investment Dummy = Dummy Variables Model ini dibangun oleh Nafik Istiqomah dalam BEMP Bank Indonesia Model nilai tukar (Neraca Pembayaran) = Spot Exchange Rates (Nilai Tukar Spot) = Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen) = Interest Rate (Suku Bunga) = Pergerakkan cadangan internasional S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dimana, S CPI r TR Model nilai tukar (Moneter) Dimana, S CPI r m = Spot Exchange Rates (Nilai Tukar Spot) = Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen) = Interest Rate (Suku Bunga) = Money Supply (Jumlah Uang Beredar) Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 27 GDP = Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) Model Aliran Modal Jangka Pendek Model Nilai tukar (Pengaruh Capital Inflow) Model Inflasi (Pengaruh Capital Inflow) Dimana, CI CAD Ex Im r = Capital Inflow = Current Account Deficit = Export = Import = interest rate PENGENALAN EVIEWS 4.1 Apa itu Eviews ? 1. Memasukkan data Selamat datang di window awal Eviews, and lets explore it… Pertama-­‐tama ada 2 cara memasukkan data awal atau variabel. Pertama dengan memasukkan satu persatu data-­‐data dalam setiap variabel. Kedua dengan mengimpor data-­‐data dalam setiap variabel dari Excel. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Eviews merupakan software/aplikasi berbasis windows yang sangat powerfull untuk melakukan pengolahan data kuantitatif sesuai dengan kebutuhan user, seperti analisis data, regresi dan alat prediksi. Dengan Eviews, berbagai macam kebutuhan analisis data akan dapat terpenuhi dengan mudah seperti : prediksi makroekonomi, analisis keuangan, analisis biaya, simulasi, prediksi penjualan dan lain lain. (Eviews user guide) Tentu saja dengan basis windows dan syntax yang canggih, Eviews akan membantu pekerjaan ekonometrika yang rumit menjadi lebih mudah, praktis dan efektif. Dalam sub bab “pengenalan Eviews” akan dipaparkan beberapa hal yang penting, berkaitan dengan analisa data dengan metode kuantitatif antara lain : memasukkan data, mendapatkan hasil/output (Eviews) dan pengujian model. Berikut adalah tahapannya : P a g e | 28 Cara pertama Sebagai contoh ada 3 variabel yang akan kita masukkan, yaitu : X1, X2 dan Y. Berikut cara pertama. Kemudian pilihlah jenis data yang anda miliki, apakah tahunan (Annual), triwulanan (Quarterly), Mingguan (Weekly) atau undated or irregular. Sebagai contoh data kita adalah sebagai berikut January-­‐2004 Y X1 X2 Inflasi Kurs Price of Oil 4.00 8,441 30.33 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Klik file/new/workfile. Kemudian akan muncul window berikut : P a g e | 29 February-­‐2004 4.12 8,447 29.56 March-­‐2004 4.61 8,587 32.05 April-­‐2004 5.21 8,661 32.35 May-­‐2004 6.14 9,210 36.27 June-­‐2004 6.60 9,415 34.61 July-­‐2004 7.08 9,168 36.29 August-­‐2004 6.17 9,328 40.27 September-­‐2004 5.52 9,170 40.36 October-­‐2004 5.54 9,090 45.37 November-­‐2004 5.53 9,018 38.96 December-­‐2004 6.11 9,290 35.7 Sehingga jika data yang dimiliki seperti diatas, maka pilihan kita adalah : Monthly, dengan range start date 2004:1 dan end date 2004:12 (1 dan 12 menunjukkan diawali dari bulan pertama dan berakhir di bulan Desember atau bulan ke 12; 2004 menunjukkan tahun) S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Selanjutnya akan keluar window sebagai berikut : Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 30 Kemudian untuk memasukkan variabel-­‐variabel yang diinginkan (Y, X1 dan X2) adalah : Klik object/new object, kemudian pilih series dan selanjutnya ketik nama variabel dalam name for object. Dalam contoh, ditulis Y yang artinya nama variabel pertama yang ingin dimasukkan adalah Y. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dalam screen window akan muncul variabel baru yaitu Y seperti dibawah ini. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 31 Selanjutnya klik 2 kali di variabel Y tersebut untuk pengisian data. Namun sebelum pengisian data harus diklik Edit +/-­‐ yang terletak dibagian kanan atas. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 32 Kemudian Lanjutkan untuk variabel X1 dan X2 dengan tahapan yang sama persis. Cara kedua Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Perhatikan, berikut adalah data contoh yang sebelumnya sudah dientry dalam spreadsheet Excel. P a g e | 33 Sebelum diimpor, lebih baik data dalam excel tersebut ditutup dulu aplikasinya. Karena hal tersebut akan memudahkan Eviews untuk mengimpornya. Untuk mengimpor data, berikut adalah tahapannya. Pertama, sama seperti yang dilakukan sebelumnya Klik file/new/workfile. Kemudian isikan juga hal yang sama. Kedua, setelah muncul window pertama maka klik procs/import/read text-­‐lotus-­‐excel Selanjutnya data yang perlu diisi dalam dialog box Upper-­‐left data cell adalah B2, yang artinya data pertama dimulai dalam kolom B baris ke 2. Names fot series of number if named in file adalah Y X1 X2 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sehingga akan muncul window seperti dibawah ini, kemudian pilihlan data yang kita miliki di excel. P a g e | 34 Jika anda tidak berhasil mengimpor data, cek beberapa kesalahan yang sering terjadi. 1. Aplikasi Excel belum ditutup. (Solusi adalah aplikasi Excel harus ditutup) 2. Anda mengetik data pada Excel versi terbaru 2007. (Solusi adalah mentransfer ke Excel yang versinya lebih tua, seperti Excel 2003 dan dibawahnya) 3. Kesalahan dalam menulis nama variabel. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Setelah semua proses entry data berikut tampilannya dalam Eviews. P a g e | 35 2. Mendapatkan hasil/output Sebelum menghasilkan output dalam Eviews ada beberapa hal yang penting untuk diketahui, seperti bagaimana mengubah data menjadi bentuk Log atau syntax-­‐syntax penting untuk merunning model dengan cepat. Pertama mengubah data dapat dilakukkan dengan mengklik quick/generate series Sebagai contoh kita mau mengubah data X1 kedalam bentuk logaritma. Maka ketik saja dalam dialog box LX1=Log(X1). LX1 adalah nama variabel baru daro log X1. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Window Eviews dibawah ini menunjukkan bahwa telah terbentuk variabel baru LX1, yang merupakan bentuk logaritma dari variabel X1. P a g e | 36 Selanjutnya, kita akan mengenal syntax-­‐syntax penting. Penulisan Syntax dituliskan pada bagian dibawah ini. TULIS SYNTAX DISINI Syntax penting Mengubah bentuk data, seperti contoh mengubah variabel Y kedalam bentuk logaritma. o Syntaxnya adalah genr LX1=Log(X1) Regresi Y terhadap X1 dan X2 (Y adalah dependen, dan X1,X2 adalah independen) o Syntaxnya adalah LS Y C X1 X2 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 37 Regresi probit Y terhadap X1 dan X2 (Y adalah dependen, dan X1,X2 adalah independen) o Syntaxnya adalah Probit Y C X1 X2 Regresi Logit Y terhadap X1 dan X2 (Y adalah dependen, dan X1,X2 adalah independen) o Syntaxnya adalah Logit Y C X1 X2 Saat ini kita akan mengexplor lebih dalam window-­‐based dengan mengklik beberapa fitur-­‐fitur penting. Pertama adalah mendapatkan output Regresi sederhana dan berganda Window-­‐based clicknya adalah quick/estimate equation. Sehingga munculah dialog box sebagai berikut : Kemudian ketik Y C X1 X2 (Y adalah dependen variabel, X1,X2 adalah Independen variabel dan C adalah konstanta). S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Hasil output adalah sebagai berikut : Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 38 Kedua adalah mendapatkan output Regresi Logit dan Probit Selanjutnya akan didapat dialog box seperti dibawah ini, anda tinggal memilih apakah menggunakan regresi logit atau probit. Selanjutnya tinggal mengetik variabel-­‐variabelnya. Namun perlu diingat kembali tentang konsep logit dan probit berkaitan dengan data dan relevansi teori sebelum merunning dengan Eviews. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Window-­‐based clicknya adalah quick/estimate equation. Sehingga munculah dialog box sama seperti cara regresi berganda, namun perbedaannya terletak pada pemilihan methode. Dalam hal ini yang dipilih adalah BINARY. P a g e | 39 Ketiga adalah mendapatkan output model VAR (Vector Auto Regressive) Uji stasioneritas data S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Klik dua kali disetiap variabel. Contoh, kita ingin menghitung stasioneritas data (Unit Root Test) variabel Y. kemudian klik view/unit root rest. Selanjutnya tinggal dipilih apakah pengujian pada level 0, level 1 First difference atau level 2 second difference. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 40 Uji kointegrasi Klik dalam satu window semua variabel Kemudian klik view/cointegration test Output VAR Selanjutnya kita juga bisa mengecek pada lag keberapa model ini menjadi bagus. Klik view/lag structure/lag length criteria. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Klik quick/estimate VAR. Selanjutnya dalam endogenous variables diketik Y X1 X2 P a g e | 41 Dalam estimasi VAR dalam Eviews kita juga bisa mendapatkan hasil impulse response dan variance decomposition. Hal ini dapat dilakukkan dengan mengklik View/impulse response atau View/Variance decomposition pada output VAR. Berikut adalah contoh syntax VAR yang ada dalam user guide Eviews var mvar.ls 1 4 8 8 m1 gdp tb3 @ @trend(70.4) declares and estimates an unrestricted VAR named MVAR with three endogenous variables (M1, GDP, TB3), five lagged terms (lags 1 through 4 and 8), a constant, and a linear trend. declares and estimates an error correction model named JVAR with three endogenous variables (M1, GDP, TB3), four lagged terms (lags 1 through 4) including two cointegrating relations. The "c" option assumes a linear trend in data but only a constant in the cointegrating relations. (User Guide Eviews 4.1) Keempat adalah mendapatkan output model simultan Untuk memudahkan mendapatkan gambaran model simultan, kita akan melakukan latihan menggunakan data dan soal dibawah ini. Obs Gas -­‐ observation number -­‐ average per gallon price of gasoline at the pump in the U.S. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i var jvar.ec(c,2) 1 4 m1 gdp tb3 P a g e | 42 Year Price Salary Quantity Steel 1) -­‐ year of observation -­‐ average price of a new passenger car -­‐ average salary for all working U.S. citizens -­‐ annual quantity of passenger cars sold in thousands -­‐ average price of steel per unit Using all relevant variables, construct a simultaneous demand-­‐supply model and identify all variables as endogeouns or predetermined. Also, indicate whether each predetermined variable is exogenous or lagged. Further, determine the identification of each equation. (Hint: this should include an explanation of what variables help to identify what equations) ln Pr icet = β 0 + β1 ln Quantityt + β 2 ln Salaryt + β 3 ln Gast + ε t Demand: Supply: ln Quantity t = α 0 + α1 ln Pr icet + α 2 ln Steelt + ν t Endogenous variables: lnQuantity, lnPrice Predetermined: lnSalary, lnGas, lnSteel – all three are exogenous, none are lagged The demand equation is exactly identified by lnSteel. The supply equation is over-­‐identified by lnSalary and lnGas. Obs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Gas 0.8 0.82 0.78 0.72 0.89 0.88 0.9 1.05 1.06 1.02 0.96 0.92 0.93 0.91 0.95 0.99 1.12 1.08 1.06 1.06 1.07 1.06 1 0.95 0.96 Year 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 Price 6205 6591 7115 5318 8417 8685 8680 10265 11740 13000 12600 13368 15168 16127 16270 17650 19687 17680 18781 18164 19603 19830 21400 21039 22362 Salary 15250 14894 14909 15426 15915 17026 17282 16908 16824 16828 17082 17869 18440 19190 19704 20135 20678 20162 19770 19589 20310 20872 21204 21739 22582 Quantity 3200 3200 3700 4950 3430 3730 4050 2900 2950 3200 3900 4500 4500 5300 6600 7400 9100 7500 6200 6400 6800 7200 6900 6000 6100 Email me at: [email protected] Steel 37.7 48.5 61.2 63.3 65.2 67.1 74.9 88.4 98.1 100 99.9 102.1 103 102 105.6 115.3 122 122.8 124.5 124.6 126.8 130.5 140.6 140.3 141.5 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Copyright@2009 P a g e | 43 26 27 28 29 30 31 32 0.86 0.83 0.82 0.9 0.92 0.89 0.9 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 23243 25490 26944 31763 37982 36332 37533 23286 24074 24511 24384 23943 23902 23848 10900 12100 13600 11100 10500 11100 11600 141.9 141.9 148.6 149.5 149.3 158.7 170.6 (Note : Soal disampaikan oleh Prof. Michael Reed dalam workshop econometrics yang diselenggarakan oleh FE UB bekerjasama dengan Kentucky University) Untuk mendapatkan output model simultan tahapannya adalah sebagai berikut : b. Regresikan model supply dapatkan outputnya (syntax : LS quantity c price steel) i. Dari hasil output ambil nilai predicted valuenya. (klik View/Actual,Fitted,Residual/Actual,Fitted,Residual Table) ii. Kopikan nilai fittednya kemudian buat variabel baru misal quantityfit (klik object/new object) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i a. Regresikan model demand dapatkan outputnya (syntax : LS price c quantity salary gas) i. Dari hasil output ambil nilai predicted valuenya. (klik View/Actual,Fitted,Residual/Actual,Fitted,Residual Table) ii. Kopikan nilai fittednya kemudian buat variabel baru misal pricefit (klik object/new object) P a g e | 44 c. Model simultan i. Regresikan model demand dengan nilai quantity yang berubah menjadi quantityfit. (syntax : LS price c quantityfit salary gas) dapatkan outputnya ii. Regresikan model supply dengan nilai price yang berubah menjadi pricefit. (syntax : LS quantity c pricefit steel) dapatkan outputnya INTEPRETASI DAN ANALISIS OUTPUT EVIEWS Intepretasi dan Analisis Persamaan Regresi Sederhana dan Regresi Berganda Persamaan di atas merupakan salah satu contoh model regresi sederhana, dimana terdapat satu variabel sebagai dependent dan satu lagi sebagai independent. Dalam mengintepretasi dan menganalisis model regresi sederhana maka kita perlu mengetahui adanya Goodness of Fit atau sejauh mana ketepatan prediksi dari model yang dibangun dapat dilihat dari R2 , F-­‐stat, dan t-­‐Stat. R2 (R-­‐Squared) sebesar 0,992110 menunjukkan bahwa variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variasi variabel independentnya sebesar 99 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-­‐sebab lain. Secara serentak variabel independentnya berpengaruh terhadap variabel Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i ! Persamaan Regresi Sederhana Berikut adalah hasil output eviews dari persamaan regresi sederhana (satu dependent variable dan satu independent variable). P a g e | 45 dependentnya yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas F-­‐stat yang signifikan di bawah 5 persen (α = 5%). Sedangkan secara parsial ditunjukkan oleh nilai probabilitas t-­‐stat yang signifikan di bawah 5 persen (α = 5%). Kemudian hasil koefisien regresi dapat menunjukkan arti sebagai berikut: GDP = -­‐116,502410462 + 1,71317944326*M1 Konstanta sebesar -­‐116,5 menyatakan bahwa jika tidak ada M1 maka GDP sebesar angka tersebut. Koefisien regresi 1,71 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan unit M1, maka akan meningkatkan GDP sebesar 1,71 satu satuan unit. Dan sebaliknya apabila koefisien regresi M1 bertanda negatif, maka setiap penambahan 1 satuan unit M1, maka akan mengurangi GDP sebesar 1,71 satu satuan unit. ! Persamaan Regresi Berganda Persamaan regresi berganda pada dasarnya sama dengan persamaan regresi sederhana, namun bedanya hanya terletak pada jumlah variabel independent yang digunakan. Jika pada persamaan regresi sederhana hanya menggunakan satu variabel independent, maka pada persamaan regresi berganda paling sedikit terdapat dua variabel independent atau bisa juga lebih. Berikut adalah hasil output eviews dari persamaan regresi berganda. Intepretasi dan analisis dari output persamaan regresi berganda ini sama juga dengan persamaan dengan regresi sederhana. Hanya di sini perlu menjelaskan pengaruh variabel Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 46 independentnya yang lebih banyak dibanding dengan variabel independent yang terdapat pada persamaan regresi sederhana. Nilai R2 (R-­‐squared) sebesar 0,993274 menunjukkan bahwa variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variasi variabel independentnya sebesar 99 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-­‐sebab lain. Secara serentak variabel independentnya berpengaruh terhadap variabel dependentnya yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas F-­‐stat yang signifikan di bawah 5 persen (α = 5%). Sedangkan secara parsial ditunjukkan oleh nilai probabilitas t-­‐stat yang signifikan di bawah 5 persen (α = 5%), yakni variabel LOG(GDP), RS, dan LOG(PR). Kemudian hasil koefisien regresi dapat menunjukkan arti sebagai berikut: LOG(M1) = 3.75184244535 + 0.439867851694*LOG(GDP) -­‐ 0.0217790375843*RS + 0.555503271479*LOG(PR) Konstanta sebesar 3,75 menyatakan bahwa jika tidak ada LOG(GDP), RS, dan LOG(PR), maka LOG(M1) sebesar angka tersebut. Koefisien regresi 0,44 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan unit LOG(GDP), maka akan meningkatkan LOG(M1) sebesar 0,44 satu satuan unit. Dan sebaliknya apabila koefisien regresi LOG(GDP) bertanda negatif, maka setiap penambahan 1 satuan unit M1, maka akan mengurangi LOG(M1) sebesar 0,44 satu satuan unit. Adapun intepretasi untuk nilai koefisien variabel independent yang lain juga sama dengan yang sebelumnya. Intepretasi dan Analisis Model Logit dan Probit ! Model Logit Model logit ini didasarkan pada peluang logistik kumulatif, dimana model berasal dari nama jenis distribusi probabilitas logistik untuk menjelaskan respon kualitatf variabel dependen. Estimasi model logit tergantung jenis datanya yakni: (1) data observasi pada group; (2) data merupakan observasi tingkat individu. Pada data jenis pertama bisa diestimasi dengan teknik metode OLS karena kita bisa mencari nilai probabilitasnya. Sedangkan data individu tanpa diketahui probabilitasnya maka teknik yang digunakan untuk mengestimasi adalah metode maximum likelihood. Berikut akan diberikan gambaran hasil output eviews untuk model logit dan cara intepretasinya. Contoh model logit ini adalah model logit dengan data individu yang bertujuan menentukan peluang, dimana: 1 = mendapat nilai ujian A 0 = mendapat nilai ujian B atau C Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut: Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 47 Observasi GPA TUCE PSI Grade 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2,66 2,89 3,28 2,92 4 2,86 2,76 2,87 3,03 3,92 2,63 3,32 2,57 3,26 3,53 2,74 20 22 14 12 21 17 17 21 25 29 20 23 23 25 26 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 Letter Grade C B B B A B B B C A C B B A B B Observasi GPA TUCE PSI Grade 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 3,75 2,83 3,12 3,16 2,06 3,62 2,89 3,51 3,54 2,83 3,39 2,67 3,65 4 3,1 2,39 25 19 23 25 22 28 14 26 24 27 17 24 21 23 21 19 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 Letter Grade C C B A C A C B A A A A A A C A S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 48 Dari data tersebut persamaan model logit adalah I_GRADE = C(1) + C(2)*GPA + C(3)*TUCE + C(4)*PSI Dan hasil output eviews adalah sebagai berikut: Untuk mengintepretasikan hasil regresi model logit dapat dimulai dengan menjelaskan masing-­‐ masing pengaruh variabel independentnya. Dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel yang signifikan yakni GPA dan PSI, dimana masing-­‐masing variabel secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan (α = 5%). Nilai koefisien GPA yakni sebesar 2,83 memberi arti jika variabel tersebut naik 1 unit, dan variabel lain (independent) tetap maka akan meningkatkan pula secara rata-­‐rata perkiraan logit (peluang mendapat nilai A atau B atau C) sebesar 2,83 unit. Hal ini memberikan arti bahwa antara GPA dan logit (dependent variabel) terdapat hubungan yang positif. Selanjutnya nilai LR statistik ini penting dalam model logit mengingat perannya sama seperti nilai F-­‐statistik pada regresi OLS. Nilai probabilitas LR statistik pada model logit tersebut sebesar 0,001502 yang berarti menunjukkan hasil yang signifikan (α = 5%). Dengan demikian model logit ini dapat dikatakan cukup bagus. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 49 Satu hal lagi yang penting juga yakni nilai R2 (R-­‐squared) yang mana dalam model logit ini biasa disebut dengan nilai count R2. Namun nilai tersebut tidak ditampilkan ke dalam output eviews sehingga harus dihitung secara manual dengan rumus. Dari data observasi sebanyak 32 yang tersebut di atas, estimasi yang tidak tepat (menurut hasil garis regresi model logit) yakni ada 6 observasi. Jadi nilai count R2 nya adalah 26/32 = 0,8125. Sehingga model ini dapat dikatakan cukup bagus karena mampu dijelaskan oleh dependent variabelnya sebesar 81 persen. ! Model Probit Pada model probit, sebenarnya memiliki kesamaan dengan model logit sebelumnya. Kesamaan tersebut yakni digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap dependentnya dalam hal besarnya peluang. Namun model probit disini menggunakan fungsi peluang normal kumulatif. Dalam model probit juga menggunakan prosedur estimasi non linear, dengan metode maximum likelihood. Metode ini digunakan karena model probit tidak memungkinkan untuk melakukan estimasi secara regresi OLS biasa. Adapun hal penting yang perlu diperhatikan adalah informasi hasil regresi dengan metode maximum likelihood berbeda dengan tampilan hasil regresi dengan metode OLS dalam eviews. Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode maximum likelihood untuk model probit di dalam software eviews: 1. Metode maximum likelihood digunakan untuk sampel besar sehingga standard errornya adalah asimtotik (asymptotic) 2. Sebagai konsekuensi dari nomer 1 maka kita tidak lagi bisa menggunakan nul statistik t tetapi nilai statistik Z yang didasarkan pada distribusi standar normal untuk mengevaluasi signifikan tidaknya variabel independent terhadap variabel dependent. Sebagaimana kita ketahui, jika sampel yang kita miliki adalah cukup besar maka statistik distribusi-­‐t akan mendekati distribusi riorrnal. 3. Untuk rnenguji hipotesis nol (ho) apakah semua variabel independent secara bersama-­‐sama tidak mempengaruhi variabel dependent digunakan uji statistik; likelihood ratio (LR) sebagaimana uji-­‐F pada regresi metode OLS. Nilai statistik LR ini, mengikuti distribusi chi square (X2) dengan degree of freedom (df) sebanyak LR jumlah variabel penjelas tidak termasuk konstanta. Jika nilai chi square hitung Iebih besar dari nilai kritis atau nilai tabel chi square (X2) maka kita menolak hipotesis nol (ho) yang berarti semua variabel independent secara bersama-­‐sama mempengaruhi variabel dependent. Sedangkan jika sebaliknya maka kita menerima hipotesis nol (ho) yang berarti semua variabel dependent secara bersama-­‐sama tidak mempengaruhi variabel dependent. 4. Begitu pula di dalam model regresi binary kita tidak bisa menggunakan nilai koefisien determinasi (R2) konvensional untuk mengukur kebaikan garis regresi. Sebagai penggantinya kita menggunakan koefisien determinasi yang dikembangkan oleh Mc-­‐Fadden yakni Mc-­‐Fadden R2. Seperti nilai koefisien determinasi konvensional, nilai koefisien determinan ini terletak terletak antara 0 dan 1. Dengan data yang sama pada model logit di atas, berikut dapat dilihat hasil output eviews untuk model probit. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 50 Catatan : Intepretasi statistik untuk model probit ini sama dengan intepretasi pada model logit sebelumnya. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 51 Intepretasi dan Analisis Model Simultan Pada bagian model simultan ini akan dibahas dengan sebuah contoh aktivitas perekonomian makro yang ada di Indonesia dari tahun 1989 – 2006. Model simultan berikut akan melihat pengaruh baik nilai tukar, ekspor, dan impor terhadap investasi di Indonesia. Tahun Nilai Nilai Impor Nilai Tukar Nilai Ekspor(juta (juta dolar dolar Investasi dolar US) US) (rupiah) (milyar rupiah) 22.159 16.360 1.770 47.706 25.675 21.837 1.843 59.758 29.142 25.870 1.950 67.488 33.967 27.305 2.030 72.774 36.823 28.328 2.087 86.667 40.053 31.984 2.161 105.381 45.418 40.629 2.249 129.218 49.815 42.929 2.342 157.653 53.444 41.680 2.909 177.686 48.848 27.337 10.014 243.043 48.665 24.003 7.855 221.472 62.124 33.515 8.422 275.881 56.321 30.962 10.261 323.875 57.159 31.229 9.311 353.967 62.527 33.086 8.577 392.789 69.714 46.180 8.939 515.381 85.660 57.701 9.705 657.625 100.690 61.078 9.159 800.084 Sumber : www.adb.org Adapun model yang ditawarkan adalah sebagai berikut: I = β0 + β11K + β12M + β13E + e dimana, I = Investasi K = Nilai Tukar Dolar US terhadap Rupiah M = Nilai Impor E = Nilai Ekspor Dalam model di atas, menurut teori bahwasanya investasi dapat dipengaruhi oleh nilai tukar. Dan sebaliknya, nilai tukar juga dipengaruhi oleh investasi. Dengan demikian model simultan kita ada dua model. Pertama model investasi, dan kedua adalah model nilai tukar. Berikut model nilai tukarnya: K = β0 + β21I + e dimana, K = Nilai Tukar Dolar US terhadap Rupiah I = Investasi Pada tahap pertama, pengujian model simultan ini adalah meregresikan model I = β0 + β11K + β12M + β13E + e (model I). Selanjutnya hasil estimasi dari model I (nilai I estimate) akan diregresikan ke dalam model K = β0 + β21I + e. Berikut adalah hasil ouput dari model simultan tersebut. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 P a g e | 52 4. Intepretasi dan Analisis Model Vector Auto Regressive (VAR) Dalam contoh intepretasi dan analisis model VAR ini akan dijelaskan hubungan antara dua variabel yang terdapat pada neraca bank, yakni kredit (loan) dan dana pihak ketiga (deposit). Bank yang digunakan dalam sampel ini adalah The Bangkok Bank Comp. LTD., salah satu bank asing yang ada di Indonesia dengan periode 2002:01 – 2006:12 (bulanan). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Adapun cara mengintepretasikan dari hasil output model simultan ini sama dengan intepretasi dari model regresi OLS. Dimana untuk melihat model tersebut baik atau tidak, dapat dilihat dari nilai R2 (R-­‐squared). Nilai R2 sebesar 0,60 memiliki arti bahwasanya model tersebut mampu dijelaskan oleh variabel independentnya sebesar 60 persen, sedangkan 40 persen yang lain dijelaskan oleh variabel di luar model. Kemudian nilai probalitas F-­‐statistik sebesar 0,000132 menunjukkan hasil yang signifikan (α = 5%). Nilai koefisien variabel investasi sebesar 0,014 menunjukkan setiap adanya penambahan 1 satuan unit maka akan dapat meningkatkan nilai tukar sebesar 0,014. Untuk probalitas (t-­‐statistik) pada variabel investasi sebesar 0,0001 menunjukkan variabel ini berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar (α = 5%). P a g e | 53 Data yang digunakan dalam model VAR ini adalah sebagai berikut: Tahun : Loan (Rp. Deposit (Rp. Tahun : Loan (Rp. Bulan Juta) Juta) Bulan Juta) 621.621 620.787 596.108 555.593 534.713 527.873 554.803 585.886 601.212 633.370 668.045 696.537 635.810 668.848 602.773 597.949 592.760 601.552 563.565 500.898 502.116 504.477 533.428 470.102 466.370 477.384 497.026 557.652 597.149 620.722 800.682 774.409 788.543 689.892 702.119 699.234 717.620 716.491 754.440 771.850 402.191 380.978 364.579 416.871 459.541 435.884 356.556 359.633 327.003 312.724 356.243 385.088 425.659 509.608 468.132 417.103 399.438 365.405 433.347 484.317 2004:07 2004:08 2004:09 2004:10 2004:11 2004:12 2005:01 2005:02 2005:03 2005:04 2005:05 2005:06 2005:07 2005:08 2005:09 2005:10 2005:11 2005:12 2006:01 2006:02 2006:03 2006:04 2006:05 2006:06 2006:07 2006:08 2006:09 2006:10 2006:11 2006:12 615.253 607.453 583.041 567.495 592.679 642.596 647.448 707.767 795.844 952.259 1.022.884 1.149.753 1.156.905 1.341.788 1.303.120 1.348.532 1.478.073 1.512.171 1.488.460 1.449.053 1.359.942 1.341.897 1.615.111 1.573.771 1.600.241 1.627.343 1.660.231 1.709.688 1.835.525 2.036.803 Email me at: [email protected] 501.583 479.915 468.066 453.677 454.632 614.574 660.214 559.556 590.891 547.825 505.833 552.293 690.182 775.238 755.959 757.353 829.527 750.320 667.749 667.228 751.087 548.216 561.567 604.196 652.927 663.025 727.634 830.190 761.472 852.646 Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 2002:01 2002:02 2002:03 2002:04 2002:05 2002:06 2002:07 2002:08 2002:09 2002:10 2002:11 2002:12 2003:01 2003:02 2003:03 2003:04 2003:05 2003:06 2003:07 2003:08 2003:09 2003:10 2003:11 2003:12 2004:01 2004:02 2004:03 2004:04 2004:05 2004:06 Deposit (Rp. Juta) P a g e | 54 Tahap pertama dalam pengujian VAR ini akan dilihat bagaimana hasil Uji Kausalitas Granger. Uji ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-­‐masing antar variabel endogen dalam model. Berikut dapat dilihat hasil Uji Kausalitas Granger: " VAR (1) " VAR (2) Dari hasil Uji Kausalitas Granger di atas, dapat dijelaskan bahwa: ! Dari hipotesis nol pada variabel DEPOSIT dengan periode kelambanan (lag) 1 dan 2 ternyata menunjukkan probabilitas (0,73 dan 0,32) yang tidak signifikan (α = 5%). Maka dapat dikatakan bahwa variabel DEPOSIT tidak berpengaruh terhadap LOAN, baik pada lag 1 dan lag 2. ! Kemudian dari hipotesis nol pada variabel LOAN dengan periode kelambanan (lag) 1 dan 2 ternyata menunjukkan probabilitas (0,02 dan 0,05) yang signifikan (α = 5%). Maka dapat dikatakan bahwa variabel LOAN dapat mempengaruhi DEPOSIT, baik pada lag 1 dan 2. Sehingga dalam kasus di atas tidak disarankan untuk menggunakan lag yang kesimpulan hipotesis nolnya tidak ditolak. Pada tahap kedua, pengujian VAR dilanjutkan dengan mempertimbangkan Uji Kausalitas Granger di atas. Berikut akan disajikan hasil output eviews dari uji VAR, yang mana dalam kasus ini akan digunakan lag 1. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 55 Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap variabel mempunyai tiga buah nilai. Antara lain: 1. Pada baris pertama = nilai koefisien 2. Pada baris kedua = nilai standar error koefisien 3. Pada baris ketiga = nilai t-­‐statistik Karena nilai probabilitas t-­‐statitistik tidak terdapat dalam output eviews VAR ini, maka untuk menyatakan signifikan atau tidaknya variabel yang satu dalam mempengaruhi variabel yang lain, digunakan pedoman yakni: apabila nilai t-­‐statistik lebih besar dari angka 1,96 maka variabel tersebut signifikan mempengaruhi variabel yang lain. Dari hasil VAR tersebut terlihat semua variabel signifikan berpengaruh, kecuali pada lag 1 (deposit). Hal ini menunjukkan bahwa variabel deposit pada periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap loan periode sekarang. Berikut adalah persamaan yang terbentuk dari model VAR: LOAN = 1.043041413*LOAN(-­‐1) + 0.02226136386*DEPOSIT(-­‐1) -­‐ 26339.7403 (VAR I) DEPOSIT = 0.0627241586*LOAN(-­‐1) + 0.7903338693*DEPOSIT(-­‐1) + 66479.95943 (VAR II) Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara loan dan deposit. Dapat dilihat pada persamaan VAR I, setiap penambahan 1 satuan unit loan periode sebelumnya akan meningkatkan loan sebesar 1,04 pada periode sekarang, dengan variabel yang lain dianggap tetap. Kemudian pada setiap penambahan 1 satuan unit deposit periode sebelumnya akan meningkatkan loan sebesar 0,02 pada perode sekarang, dengan variabel yang lain dianggap tetap. Untuk persamaan VAR II juga sama dalam mengintepretasikan nilai koefisien variabelnya. F-­‐statistik yang cukup besar menunjukkan bahwa secara bersamaan variabel independent mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependent secara signifikan. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 56 Membuat Daftar Pustaka Dengan ENDNOTE Di bagian terakhir Tugas Akhir, anda biasanya diharuskan untuk menuliskan referensi dalam bagian Daftar Pustaka. Dalam bagian ini biasanya penulis menuliskan referensi-­‐referensi yang digunakan dalam skripsi, dan kualitas skripsi atau tulisan yang baik biasanya diukur juga dari kuantitas dan kualitas referensi yang digunakan. Untuk memudahkan penulisan daftar pustaka, maka dalam practical guide kali ini diperkenalkan software ENDNOTE, yang diharapkan dapat membatu penulisan Daftar Pustaka. Untuk memulai program Endnote, anda bisa mengklik program Endnote sehingga sampai pada tampilan window seperti dibawah ini. Untuk membuat file Endnote baru klik create a new Endnote library kemudian ketikkan nama file yang anda inginkan. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 57 Untuk memasukkan bahan pustaka yang baru, klik references/new reference, dan kemudian pilih jenis atau kategori bahan pustaka anda Jika jurnal pilih journal article, jika buku pilih Book atau jika Artikel koran pilih Newspaper article Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Selanjutnya tinggal mengisikan isian dalam Endnote sesuai dengan sumber bahan pustaka yang dimiliki. P a g e | 58 Contoh Pengisian Endnote : Author : Dias Satria Year : 2008 Title : Keuangan Internasional: Explaining the financial crisis City : Malang Publisher : Bayu Media Selanjutnya untuk mengisikan bahan pustaka lain, bisa dilanjutkan dengan langkah-­‐langkah yang sama. Hasil entry Endnote adalah sebagai berikut Satria, D. (2008). Keuangan Internasional: Explaining the Financial Crisis. Malang, Bayu Media. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Untuk mentransfer isian Endnote menjadi Daftar Pustaka, anda tinggal mengklik file/export dan selanjutnya akan keluar tampilan window seperti dibawah. Tinggal ketik nama filenya di file name. P a g e | 59 Jika anda ingin memilih model penulisan daftar pustaka lainnya, anda dapat memilih bagian Anatoted dan memilih Select Another Style. Untuk mendapatkan standar penulisan daftar pustaka “American Economic Review”, anda bisa mendapatkannya dengan klik find/Economics/amer economic review (lihat dialog box atas) S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 60 Brainstorming Ide Penulisan Hal utama yang membuat mahasiswa kesulitan melakukkan start awal skripsi adalah menemukkan ide tema yang pas. Pas dalam konteks ini menyangkut kriteria, tema yang diusung memiliki level kesulitan yang dapat diterima, sumber bacaan cukup tersedia, model dari penelitian terdahulu sudah well establish dan data yang dibutuhkan tidak sulit. Memang tidaklah mudah untuk menemukkan ide tema yang tepat untuk kriteria diatas, dan sebenarnya jika anda sudah menemukkan ide tema dengan kriteria yang pas, anda sebenarnya sudah melakukkan pengerjaan skripsi 50%. Ingat, bahwa pencarian ide tidak seperti penerimaan “wangsit” yang biasa dilakukkan dengan menyendiri, merenung di tempat yang jauh (gunung, gua dll). Merenung dalam kesendirian tidak akan dapat membuahkan hasil apalagi jika sebelumnya kita tidak pernah memberi nutrisi yang cukup terhadap isi yang ada dalam kepala kita. (Nutrisi yang dimaksud adalah bacaan-­‐bacaan yang relevan dengan akademis) Oleh karena itu, hal utama yang terbaik untuk dapat melakukkan pencarian ide adalah dengan menggabungkan fenomena-­‐fenomena atau fakta-­‐fakta ekonomi saat ini dengan landasan teoritis yang pernah anda pelajari semasa kuliah. Sebagai contoh, anda mengamati perekonomian US (United States) yang sedang diambang kehancuran mulai dari permasalahan defisit fiskal, defisit perdagangan, krisis kepemilikan rumah (subprime mortgages) hingga krisis finansial. Di sisi lain, anda melihat juga bagaimana pasar keuangan dunia mengalami penurunan performa sebagai respon melambatnya perekonomian US (United States). Anda bisa mengembangkan ide ini dengan menghubungkan krisis finansial yang ada di US dengan penurunan performa pasar saham domestik (IHSG-­‐Indeks Harga Saham Gabungan), dengan mengangkat tema “Bagaimana efek krisis finansial amerika terhadap performa pasar keuangan domestik?” Selain itu, semisal anda mengamati pasar industri perbankan tanah air yang mulai diramaikan dengan pemain-­‐pemain asing (bank-­‐bank asing, ex: Common wealth, ANZ, HSBC dll). Tentu hal ini dapat menjadi ide dasar pengembangan Tugas akhir anda. Ada beberapa tema yang dapat diangkat, antara lain: Analisis faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah bank asing di pasar keuangan domestik? Analisis tingkat kompetisi dalam industri perbankan tanah air? Serta Bagaimana pengaruh masukknya bank asing bagi tingkat kesehatan bank? Namun penemuan ide diatas, tentu harus dikembalikkan lagi pada kriteria pas. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai target efektivitas, efisiensi dan keberlanjutan Tugas akhir anda. Fakta baru tentu tidaklah mudah untuk diungkap, dan tidaklah mudah untuk dikembangkan untuk menjadi bahan penelitian. Sehingga solusinya adalah anda dapat melakukkan replikasi dan modifikasi penelitian-­‐ penelitian baru seperti yang dilakukkan di negara lain, dan anda teliti di Indonesia. Berikut akan disajikan beberapa langkah kongkrit untuk mendapatkan ide tema yang memenuhi kriteria pas. 1. Tema yang diusung memiliki level kesulitan yang dapat diterima. Untuk kategori pertama tentu sangat subyektif, karena level kesulitan tergantung dari bagaimana anda menilainya. Namun saya bisa memastikkan bahwa tingkat kesulitan ide atau Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 61 tema yang diusung akan tergantung pada dua hal, pertama hal ini tergantung bagaimana kebiasaan anda menerima tema ini. Sebagai contoh, anda sudah terbiasa dengan teori Inflasi di masa kuliah, maka ide atau tema yang berkaitan dengan “inflasi” akan semakin memudahkan anda untuk melakukkan pengerjaan Tugas Akhir. Semakin menariknya tema yang dipilih, maka antusiasme anda untuk menyelesaikannya dan membuatnya menjadi lebih berkualitas akan semakin mudah. Sehingga tips untuk hal ini adalah JANGAN MEMILIH TEMA-­‐TEMA TUGAS AKHIR YANG KURANG FAMILIAR DENGAN DIRI ANDA. Kedua, tingkat kesulitan tugas akhir akan tergantung dari 3 poin terakhir dibawah ini (sumber bacaan, model dan data). Jika ketiga poin yang tersebut sudah tersedia, maka dipastikkan tingkat kesulitannya akan semakin terukur dan mudah. 2. Sumber bacaan cukup tersedia. Cek apakah tema dan fokus kajian sumber telah sesuai. Untuk kriteria ini diharapkan anda mencari sebanyak-­‐banyaknya, hingga resources yang ada di internet atau perpustakaan tidak mampu lagi memberikkan yang baru. Kutak-­‐katik juga keywords anda dalam pencarian search engine, hingga anda menemukkan sumber terbaik bagi tulisan anda. 3. Model dari penelitian terdahulu sudah well establish. Lakukkan quick review terhadap beberapa sumber yang anda pilih, dan fokuskan pada model ekonometrika (atau statistika) yang digunakan. Lakukkan inventarisir pada semua jurnal yang memiliki model ekonometrika yang hampir sama, hingga anda mendapatkan variabel-­‐variabel penelitian yang banyak yang mungkin bisa digunakan dalam penelitian. Dalam tahapan ini anda diharapkan menganalisis kemungkinan penggunaan variabel-­‐variabel tersebut untuk Tugas Akhir anda. Selanjutnya dalam tahapan ini anda juga harus menentukkan tingkat kesulitan model. 4. Data yang dibutuhkan tidak sulit. Jika anda sudah menemukkan variabel-­‐variabel yang mungkin dimasukkan kedalam model, tahapan selanjutnya adalah anda melakukkan pencarian data di beberapa sumber penting. Lakukkanlah utamanya di website Bank Indonesia yang menawarkan beberapa data Fundamental Makroekonomi yang lengkap (Inflasi, PDB, Kurs dll). Jika data yang dibutuhkan terlalu spesifik, semisal data neraca keuangan bank, maka anda harus mengantisipasinya sedini mungkin. Coba anda melakukkan pencarian data di Internet (website bank yang bersangkutan). Hal yang penting adalah, jangan menghabiskan waktu anda hanya untuk mencari data, jika memang data yang dicari sangatlah sulit dan memakan biaya yang mahal, sebaiknya anda merevisi ide atau tema yang dipilih. Data memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung kelancaran Tugas akhir anda. Untuk menemukkan ide penelitian dan rujukan yang uptodate mengenai tema-­‐tema keuangan perbankan, ada baiknya jika anda membaca beberapa jurnal-­‐jurnal yang ada di website Bank Indonesia (Publikasi Ekonomi-­‐BEMP). Selain itu anda juga dapat membaca beberapa jurnal ekonomi, keuangan perbankan dan makroekonomi yang diterbitkan oleh universitas-­‐universitas terkemuka Indonesia, Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 62 seperti: Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor. Hal ini dilakukkan untuk melihat perkembangan tema-­‐tema baru, model penelitian dan gaya penulisan yang relevan dengan tema-­‐tema tersebut. Berikut disajikan beberapa ide penelitian di bidang keuangan, perbankan, moneter dan makrekonomi yang masih relevan dan uptodate untuk dikembangkan, yaitu: Tema Keuangan 1. Liberalisasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi 2. Analisis tingkat kesehatan Bank (Analisis CAMEL dan Analisis DEA) Tema Moneter 1. Inflation Targeting: Mengkaji efektivitas SBI (Sertifikat Bank Indonesia) sebagai intrumen pengendalian moneter. 2. Target Inflasi dan Nilai Tukar: Menguji fenomena US Dollar Standard di Indonesia 3. Bagaimana pengaruh harga komoditas penting dunia (Minyak, Beras dan CPO-­‐Crude Palm Oil) terhadap inflasi domestik ? 4. Analisis transmisi kebijakan moneter melalui channel kredit perbankan. Tema Perbankan 1. Bagaimana pengaruh krisis keuangan Amerika, terhadap struktur neraca keuangan bank dan profitabilitas bank domestik ? 2. Analisa Pengaruh inflasi terhadap tingkat likuiditas bank domestik. 3. Analisis tingkat konsentrasi bank, dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas bank. 4. Analisis persaingan dalam industri perbankan: Pengaruh masuknya bank asing didalam pasar keuangan domestik. 5. Analisis model kebankrutan bank. 6. Analisis tingkat efisiensi bank. Tema Makroekonomi 1. Liberalisasi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. 2. Peran kebijakan fiskal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. 3. Defisit fiskal, Krisis nilai tukar dan Inflasi 4. Bagaimana pengaruh krisis keuangan amerika (sub prime mortgage), terhadap indikator fundamental makroekonomi Indonesia? 5. Analisa pengaruh jumlah kredit terhadap fundamental makroekonomi dan pertumbuhan. 6. Analisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US $. 7. Analisis tentang peran FDI (Foreign Direct Investment) dalam mendorong pembangunan ekonomi (Inflasi, Kemiskinan, Pengangguran dan Distribusi pendapatan). 8. Analisis faktor yang mempengaruhi masuknya modal asing langsung (Foreign Direct Investment). 9. Model Nilai tukar rupiah. 10. Model Inflasi Indonesia. 11. Model Pertumbuhan Ekonomi. 12. Analisis terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia: Kajian terhadap beberapa variabel utama yang berpengaruh. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 63 Sebagai contoh kita akan melakukkan eksplor terhadap salah satu tema diatas, dan dipiliah tema “Analisis transmisi kebijakan moneter melalui channel kredit perbankan”. Recall kembali kriteria PAS, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. A) Tema yang diusung memiliki level kesulitan yang dapat diterima. B) Sumber bacaan cukup tersedia. C) Model dari penelitian terdahulu sudah well establish. D) Data yang dibutuhkan tidak sulit. Ide dasar: Bagaiamana efektivitas transmisi kebijakan moneter dari channel kredit perbankan. Ide dasar ini dikembangkan dari mata kuliah Ekonomi Uang dan Bank, atau ekonomi moneter. Sehingga pencarian awal adalah dengan memfamiliarkan tema ini. Untuk pemahaman awal transmisi kebijakan moneter bisa dibaca di buku “The Economics of Money, Banking and Financial Service” yang ditulis oleh Frederich Mishkin. Selanjutnya untuk mengembangkan penelitian, bisa dilakukkan dengan pencarian search engine. Hal ini dilakukkan untuk mencari sumber penelitian terdahulu serta menemukkan model analisis (ekonometrika) yang digunakan. Pencarian bisa dilakukkan di website dibawah ini: 1. Search engine www.google.com Ketik dalam kotak search engine "Bank Lending Channel" filetype:pdf Results 1 -­‐ 10 of about 12,600 for "Bank Lending Channel" filetype:pdf. (0.30 seconds) 2. Search engine www.yahoo.com Ketik dalam kotak search engine "Bank Lending Channel" filetype:pdf 1 -­‐ 1 of 1 for "bank lending channel" filetype:pdf (About) -­‐ 0.50 s 3. Search engine google.scholar.com Ketik dalam kotak search engine "Bank Lending Channel" filetype:pdf Results 1 -­‐ 10 of about 1,840 for "Bank Lending Channel". (0.11 seconds) 4. Cari di www.bi.go.id coba lakukkan pencarian www.bi.go.id / Publikasi / Jurnal Ekonomi atau ketik di URL http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Jurnal+Ekonomi/ S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 5. Cari di www.ssrn.com Ketik dalam search Bank Lending Channel Records 1 -­‐ 50 of 115 matches Berikut adalah contoh tampilan pencarian oleh www.ssrn.com Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 64 Berikut adalah rangkuman penelitian terdahulu dan model analisis berkaitan dengan tema yang dipilih (contoh tulisan ditulis oleh Al Muizzuddin F (Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Brawijaya). Sumber literatur didapat dari beberapa jurnal yang disearch dari hasil pencarian diatas. Dalam kajian empiris ini literatur yang disajikan merupakan hasil dari penelitian-penelitian yang menunjukkan bukti empiris tentang bank lending channel (BLC) dari beberapa negara di dunia. Bukti empiris tentang eksistensi BLC diawali dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sejumlah peneliti dari luar yakni pada tahun 1990-an. Dalam hal ini penelitian yang utama adalah dilakukan di Amerika. Penelitian tersebut adalah untuk menguji respon dari pinjaman bank, aset yang lain, dan deposit terhadap perubahan stance kebijakan moneter yang diproksikan sebagai federal fund rate. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan adalah untuk menginvestigasi apakah kebijakan moneter memiliki dampak yang berbeda terhadap bank, yang dibedakan dari karakternya yakni: perbedaan ukuran aset, ukuran aset dan likuiditas, ukuran aset dan kekuatan modal. Semua penelitian ini memberikan hasil bahwa BLC dapat eksis dari bekerjanya transmisi moneter yang melalui bank kecil. Kekuatan BLC ini juga dapat ditransmisikan melalui bank kecil yang secara relatif tidak likuid (illiquid) dan rasio modal yang rendah terhadap aset (undercapitalised). Secara ringkas, penulis akan menyajikan 6 hasil penelitian tentang BLC yang dapat dilihat pada tabel berikut. Bukti empiris ini akan terbagi menjadi 3 bagian: (1) menjelaskan bukti empiris yang tidak berkaitan langsung dengan studi kasus dalam penelitian ini, (2) menjelaskan bukti empiris yang berkaitan langsung dengan studi kasus untuk bank asing, dan (3) menjelaskan bukti empiris yang berkaitan langsung dengan studi kasus untuk Indonesia. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 65 Berikut akan disajikan ulasan hasil penelitian terhadap BLC di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Ulasan ini akan menjelaskan tentang bagaimana metodologi yang dipakai untuk menguji BLC dan hasil dari pada penelitian itu sendiri. Tabel. Bukti Empiris BLC di Beberapa Negara Kemudian untuk 18 sampel tersebut, mereka mengestimasi efek kebijakan moneter terhadap total pinjaman bank. Dimana total pinjaman ini dilihat dari pertumbuhannya yang diregresikan pada nilai empat lag dari pinjaman sendiri, nilai empat lag dari tingkat bunga the fed (indikator kebijakan moneter), pertumbuhan large time deposit periode sekarang, dan pertumbuhan sekuritas periode sekarang. Disamping itu juga dimasukkan tiga variabel dumi musiman dan pertumbuhan PDB. Time deposit dan sekuritas disini menurut penulis adalah kemampuan bank di dalam meningkatkan time deposit atau menjual sekuritas dari portofolionya untuk memberikan pinjaman pada saat bank sentral mengambil sikap kebijakan yang ketat. PDB digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perekonomian secara kesuruhan. Dalam model ini estimasinya menggunakan metode OLS dan penulis tidak membicarakan beberapa isu terkait dengan tingkatan estimasi, seperti estimasi distribusi lag model, dan kemungkinan penggunaan estimator panel data yang lain. Adapun temuan dari Kishan dan Opiela ini adalah bahwasanya pertumbuhan pinjaman dari bank kecil yang dibawah kapitalisasi, bank kecil yang kapitalisasinya cukup, dan bank kecil yang di atas kapitalisasi dapat dipengaruhi kebijakan moneter secara signifikan. Kesimpulan yang lain yang diberikan oleh mereka yakni karakteristik bank seperti ukuran aset dan kecukupan modal akan dapat memperlihatkan pergeseran penawaran pinjaman pada perubahan kebijakan moneter yang tertentu. Kashyap dan Stein (2000) melakukan penelitian dengan menggunakan data kuartalan pada bank umum dari tahun 1976 hingga 1993 di Amerika. Mereka mengambil sampel penelitian yang sangat besar sekali Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Kishan dan Opiela (2000) menggunakan data kuartal pada neraca bank yang dimulai dari tahun 1980:1 sampai tahun 1995:4 untuk 13.042 bank umum di Amerika. Dalam menganalisis perbedaan pinjaman dari beberapa bank (cross-section), mereka membagi menjadi 6 kelompok untuk kategori aset dan selanjutnya membagi lagi menjadi 3 kelompok kategori rasio leverage capital. P a g e | 66 yakni 961.530 bank dan membaginya menjadi enam kelompok bank berdasarkan perbedaan ukurannya (besarnya aset). Adapun kelompok bank tersebut antara lain: kelompok bank di bawah 75% dari ukuran aset, kelompok bank antara 75% - 90%, kelompok bank antara 90% - 95%, kelompok bank antara 95% 98%, kelompok bank antara 98% - 99%, dan kelompok bank di atas 99%. Spesifikasi ekonometri yang digunakan oleh mereka adalah dengan pendekatan regresi dua tahap. Regresi pada tahap pertama adalah menguji kelompok bank untuk masing-masing bank dan periode waktunya, yang mana log perubahan pada pinjaman bank diregresikan terhadap empat lag dari pinjaman bank sendiri, lag pertama dari likuiditas bank, dan variabel dumi oleh pembatasan bank sentral. Kemudian untuk regresi tahap kedua, mereka mengambil nilai koefisien dari variabel likuiditas bank pada masingmasing bank dan menempatkannya sebagai variabel dependent untuk menguji regresi time series. Dalam hal ini, regresi yang dilakukan dibedakan menjadi spesifikasi univariate dan bivariate. Untuk spesifikasi awal, independent variabelnya adalah nilai kontemporer dan empat lag dari perubahan kebijakan moneter dan tren waktu yang linear. Kemudian pada spesifikasi yang terakhir, model yang digunakan sama hanya ada satu penambahan variabel yakni nilai kontemporer dan empat lag dari pertumbuhan PDB riil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan moneter pada pinjaman bank terlihat lebih kuat pada bank yang memiliki likuiditas rendah pada neracanya, dalam hal ini adalah bank yang memiliki rasio antara sekuritas terhadap aset yang lebih rendah. Pola seperti ini kebanyakan ditemukan pada bank kecil yang dibawah kelompok 95% (ukuran asetnya). Menurut mereka, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya BLC dapat eksis dalam transmisi kebijakan moneter namun hasil ini belum mampu memberikan statemen yang tepat tentang pentingnya hitungan secara kuantitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Altunbas dkk ini memberikan kesimpulan yakni bank di EMU yang di bawah kapitalisasi (berbagai jenis ukuran aset) cenderung lebih dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Kemudian untuk hasil penelitian terhadap empat negara dengan sistem perbankan yang terbesar yakni Prancis, Jerman, Itali, dan Spanyol memberikan bukti yakni BLC dapat eksis pada dua negara terakhir. Golodniuk (2006) melakukan pengujian terhadap adanya bank lending channel di negara Ukraina. Dalam penelitiannya tersebut, digunakan data panel neraca bank sebanyak 149 bank untuk mengestimasi respon pinjaman bank terhadap kebijakan moneter selama kurun waktu 6 tahun yang dimulai dari tahun 1998 sampai 2003. Secara khusus, penelitian ini memisahkan bank-bank menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada: ukuran aset, kapitalisasi, dan likuiditas. Tujuan dari pemisahan ini atau pengelompokan tersebut adalah untuk mengetahui respon yang berbeda diantara tiga kelompok tadi. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Altunbas dkk (2002) melakukan penelitian dengan mengadopsi pendekatan yang sama yang telah dilakukan oleh Kashyap dan Stein (1995), de Bondt (1998), dan Kishan dan Opiela (2000), mereka menginvestigasi bukti bank lending channel di 11 negara European Monetary Union (EMU) dan selanjutnya menguji jalur yang sama untuk empat sistem perbankan terbesar di negara Jerman, Prancis, Itali, dan Spanyol. Mereka menggunakan data tahunan selama periode 1991 hingga 1999. Dengan mengunakan tingkatan data pada masing-masing bank, pertumbuhan pinjaman bank diregresikan atas beberapa variabel antara lain: nilai lag pinjaman itu sendiri, nilai lag dan periode sekarang dari perubahan di dalam suku bunga pasar uang jangka pendek, nilai lag dan periode sekarang dari perubahan di dalam kepemilikan sekuritas oleh bank, nilai lag dan periode sekarang dari pertumbuhan di dalam interbank deposit, dan nilai lag dan periode sekarang dari pertumbuhan PDB. Dalam hal ini penulis mengestimasi model yang sama untuk deposit, kepemilikan sekuritas, dan pinjaman antar bank untuk menjelaskan bahwasanya beberapa item dari neraca bank dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Metode yang digunakan terhadap estimasi model tersebut adalah dengan random effect panel data. P a g e | 67 Adapun spesifikasi model yang digunakan oleh Golodniuk yakni pertumbuhan pinjaman bank sebagai dependent variabel yang dipengaruhi oleh lag pertama dari pertumbuhan pinjaman bank itu sendiri, perubahan tahunan, secara tertimbang, dari suku bunga interbank Kyif dalam jangka pendek (3 bulan), vektor dari tiga variabel yang menunjukkan kekuatan neraca bank (aset, kapitalisasi, dan likuiditas), pertumbuhan total deposit, dan pertumbuhan pinjaman antar bank (interbank borrowing). Hasil utama penelitian ini adalah bank yang di bawah kapitalisasi lebih dipengaruhi oleh perubahan kebijakan moneter dari pada rata-rata bank yang lain. Hal ini menunjukkan hasil yang konsisten terhadap hipotesis bank lending channel yang mana dalam hipotesis tersebut dikatakan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi deposit pada neraca bank umum yang kemudian menekan pinjaman yang mereka salurkan dan akhirnya dapat berpengaruh terhadap besarnya investasi dalam perekonomian. Arena dkk (2007) melakukan penelitian terhadap jalur kredit (lending channel) di negara emerging economies, dengan memfokuskan pada perilaku bank asing untuk melihat apakah terdapat perbedaan dengan bank domestik. Penelitian ini menggunakan data panel yang mencakup 1.565 bank di 20 negara emerging economies selama tahun 1989 hingga 2001. Spesifikasi model yang digunakan oleh Arena dkk dalam penelitian ini yakni regresi dari 6 variabel dependent yang berbeda terhadap pertumbuhan PDB dan bank level control (size, liquidity, and capitalization of bank), serta monetary condition. Adapun variabel dependentnya terdiri atas dua kelompok: (1) berdasar regresi kuantitas (pertumbuhan pinjaman, pertumbuhan deposit, dan rasio atas pinjaman neto terhadap deposit), (2) berdasar regresi harga (suku bunga pinjaman, suku bunga deposit, dan spread antara pinjaman dan deposit. Adapun metode untuk menghitung dalam model persamaan tersebut adalah dengan estimasi generalized least squares (GLS), hal ini disebabkan untuk menghindari adanya masalah autokorelasi dan heterokesdatisitas pada data panel yang digunakan. Agung (1998) melakukan penelitian terhadap bank lending channel di Indonesia yang dikaitkan dengan deregulasi keuangan. Pemikiran mendasar dari pada studi ini adalah didasarkan pada isu yang beredar tentang efek yang berbeda dari kebijakan moneter pada neraca bank dan implikasi dari eksistensi transmisi kebijakan moneter melalui BLC, khususnya sejak tahun 1980-an dimana pada saat itu pemerintah mengadopsi kebijakan deregulasi keuangan. Untuk melihat distribusi efek kebijakan moneter yang berbeda pada individu tiap bank, dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok bank yang berbeda. Pembagian kelompok bank ini mengacu pada ukuran aset dan kemampuannya dalam mengakses sumber dana yang non-deposit. Kelompok bank tersebut antara lain: state banks, private forex licensed banks, dan private non-forex licensed banks. Adapun data yang digunakan oleh Agung adalah data jenis bulanan yang didapat dari publikasi Bank Indonesia mulai bulan Januari 1983 hingga Desember 1995. Metode untuk menganalisis shock kebijakan moneter pada neraca bank dalam penelitian ini adalah dengan metode vector autoregression (VAR). Masih dalam metode ini, terdapat 5 variabel yang Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arena dkk ini menunjukkan adanya bukti yang lemah bahwasanya bank asing memiliki sensitivitas yang rendah terhadap shock kebijakan moneter (monetary conditions) dibandingkan dengan bank pesaingnya, bank domestik. Bukti ini mengacu pada perbedaan karakter bank yang dilihat dari ukuran aset, likuiditas, dan kapitalisasi yang lebih rendah. Kemudian juga ditemukan adanya respon yang lebih smooth pada suku bunga pinjaman dan deposit ketika terjadi tekanan keuangan yang sulit (financial distress). Secara umum hasil penelitian mereka menunjukkan bukti bahwa perbedaan antara bank asing dan domestik dalam merespon shock kebijakan moneter tidak terlalu kuat dan eksistensi dari efek supply-side dalam pasar kredit itu lemah. Hal ini dapat dijelaskan dari argumen yang menyatakan bahwa masuknya bank asing di emerging countries dapat menjadi penyetabil pasar kredit. P a g e | 68 digunakan antara lain: indikator kebijakan moneter, nilai tukar, neraca bank (deposit, kredit, dan sekuritas), output, dan harga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung ini menunjukkan bukti yang signifikan bahwasanya perubahan kebijakan moneter dapat direspon oleh masing-masing kelompok bank secara tidak sama. Secara khusus, kebijakan moneter yang bersifat kontraksi ternyata tidak mempengaruhi secara siginifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh state bank (bank besar) dan sebaliknya bank yang lebih kecil dapat dipengaruhi secara signifikan. Model analisis Untuk menjelaskan bagaimana respon bank asing di dalam transmisi bank lending channel, maka dibuat desain model estimasi ekonometri. Penulis dalam membuat model menggunakan acuan literatur utama yakni berdasarkan model yang dirumuskan oleh Kishan dan Opiela (2000) dan beberapa literatur lain yang terkait. Berikut dapat dilihat spesifikasi model ekonometri yang penulis desain. Model dari regresi data panel dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut: ∆ LOANit = ài + β1 ∆ LOAN (4)it + β2 ∆ SECit + β3 ∆ SEC (4)it + β4 ∆ DEPOit + β5 ∆ BIRit + β6 ∆ BIR (4)it + Uit Dimana: ∆ LOANit ∆ LOAN (4)it ∆ SECit ∆ SEC (4)it ∆ DEPOit ∆ BIRit ∆ BIR (4)it = = = = = = = perubahan dalam total pinjaman (kredit) lag ke-4 dari perubahan total pinjaman (kredit) perubahan dalam total kepemilikan sekuritas lag ke-4 dari perubahan dalam total kepemilikan sekuritas perubahan dalam total deposit perubahan dalam suku bunga BI Rate (1 bulan) lag ke-4 dari perubahan dalam suku bunga BI Rate (1 bulan) Dalam transmisi BLC, pendapat yang menyarankan agar membagi bank menjadi beberapa kelompok menurut ukuran aset dan kecukupan modal akan memperlihatkan pergeseran penawaran pinjaman pada waktu terjadi shock kebijakan moneter. Untuk menganalisis perbedaan cross-section dalam pembiayaan oleh bank dan keputusan memberikan pinjaman, maka dalam penelitian ini dibagi 2 kelompok bank berdasarkan ukuran aset. Ukuran aset ini adalah besarnya aset bank asing dibandingkan dengan rata-rata dari total aset dalam sistem perbankan. Kelompok tersebut yakni: (1) bank dengan total aset kurang dari 50% (bank kecil), (2) bank dengan total aset lebih dari 50% (bank besar). Setelah membagi kelompok bank berdasarkan denga ukuran aset, maka pembagian selanjutnya adalah dilihat dari kecukupan modal. Untuk kecukupan modal (kapitalisasi) ini diukur dari rasio modal dibandingkan dengan total aset dalam bank itu sendiri. Adapun pembagian kelompok untuk kategori kecukupan modal ini adalah dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok tersebut antara lain: (1) bank dengan kapitalisasi kurang dari 5% (di bawah kapitalisasi), dan (2) bank dengan kapitalisasi lebih dari 5% (di atas kapitalisasi). Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya Dalam penelitian ini akan digunakan 7 variabel yang terdiri dari 1 variabel dependent dan 6 variabel independent. Variabel tersebut antara lain: Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Analisis Pembagian Kelompok Bank Dalam Estimasi Model P a g e | 69 1. Perubahan dalam Total Pinjaman (Kredit) (∆ Loan), Adalah perubahan total kredit yang diberikan oleh bank kepada borrowers, yang dinyatakan dalam bentuk persen. 2. Perubahan dalam Total Kepemilikan Sekuritas (∆ SEC), Adalah perubahan surat berharga yang dimiliki oleh bank, yang dinyatakan dalam bentuk persen. 3. Perubahan dalam Total Deposit (∆ DEPO), Adalah perubahan total deposit bank, yang dinyatakan dalam bentuk persen. 4. Perubahan dalam Suku Bunga BI Rate (1 Bulan) (∆ BIR), Adalah perubahan suku bunga BI Rate yang dilakukan oleh otoritas moneter sebagai sinyal kebijakan moneter, yang dinyatakan dalam bentuk persen. Dalam model ini, penggunaan lag ke-4 dari beberapa variabel adalah untuk mendapatkan nilai residual yang baik (white noise residuals) atau dengan kata lain untuk menghindari adanya varian yang tidak konstan pada estimasi model nantinya. Sedangkan perubahan dalam bentuk persen dari masing-masing variabel adalah untuk menghindari masalah korelasi yang spurious (Gambacorta, 2001). S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 70 Struktur Skripsi Sebelum memulai skripsi, ada baiknya kita memahami struktur yang ada dalam skripsi mulai dari bab awal hingga bab akhir, dan daftar pustaka. Dalam bagian ini secara ringkas akan dipaparkan poin-­‐poin teknis yang penting dalam setiap bab.1 Dalam skripsi terdapat lima bab utama, antara lain: Bab I (Pendahuluan), BAB II (Kajian Pustaka), BAB III (Metode Penelitian), BAB IV (Hasil dan Pembahasan) dan BAB V (Kesimpulan dan Saran). Secara umum beberapa sub-­‐bab dalam setiap bab dalam skripsi dapat dijelaskan dalam diagram dibawah. Sub-­‐sub Bab dalam Skripsi Latar belakang Dalam BAB 1 PENDAHULUAN, sub bab latar belakang merupakan bagian yang penting. Hal ini dikarenakkan dalam bagian ini penulis mengantarkan para pembaca untuk memahami tema atau masalah yang akan diangkat. Oleh karena itu, gaya penulisan dan sistematika yang baik dalam sub-­‐bab ini menentukkan menarik tidaknya suatu tulisan atau penelitian. Secara umum isi dalam Latar belakang adalah untuk memaparkan informasi umum tentang obyek penelitian yang diteliti serta gagasan pentingnya penelitian ini dilakukkan. Lebih spesifik, dalam Latar belakang beberapa hal yang perlu diperhatikkan untuk dimasukkan, antara lain: 1) Paparan umum tentang kondisi obyek yang diteliti. 2) Paparan tentang masalah yang ada berkaitan dengan obyek yang diteliti. 3) Paparan tentang implikasi masalah tersebut. 4) Paparan singkat tentang penelitian-­‐penelitian terdahulu yang relevan dengan obyek yang diteliti dan masalah. 5) Penegasan tentang pentingnya penelitian ini. 1 Penjelasan tentang struktur skripsi sebagian besar merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Artikel dan Makalah yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya (2006). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Penjelasan tentang BAB 1 PENDAHULUAN P a g e | 71 Rumusan masalah Di sub bab kedua dalam BAB 1 Pendahuluan adalah rumusan masalah. Dalam bagian ini secara umum akan dijelaskan mengenai permasalahan-­‐permasalahan yang menjadi obyek penelitian, yang selanjutnya akan diuji dan diteliti secara empiris dengan model yang dibangun. Selanjutnya, isi rumusan masalah juga harus berkaitan erat dengan hipotesis yang akan dibuat oleh peneliti. Tujuan penelitian Tujuan penelitian berisikan tentang jawaban-­‐jawaban atas permasalahan yang diinventarisir dalam sub bab rumusan masalah. Manfaat penelitian Manfaat penelitian merupakan bentuk konkrit kontribusi penelitian terhadap suatu institusi atas temuan penelitian. Dalam manfaat penelitian bukanlah berisi manfaat bagi mahasiswa atau lembaga akademis yang hanya bersifat administratif dan normatif. Hal utama dalam penulisan kajian pustaka adalah bahwa bagian ini tidak semata-­‐mata memberikan penjelasan yang sifatnya definisi saja. Namun kajian pustaka harus menjadi pijakan awal secara teoritis, bahwa obyek penelitian yang diteliti sudah memenuhi kriteria akademisnya yang juga didukung oleh penelitian-­‐penelitian terdahulu yang relevan. Oleh karena itu mengapa dalam kajian pustaka 90% isi didalamnya berasal dari literatur-­‐literatur yang relevan, seperti : Buku Teks, Jurnal, Artikel dan Penelitian. Dengan kerangka teoritis yang dibangun, alur berpikir peneliti tentang obyek penelitian dan penelitian-­‐penelitian terdahulu maka hal tersebut akan mendasari penentuan hipotesis yang diuji. Secara umum isi dalam BAB II, antara lain : kerangka teori, kerangka pikir dan hipotesis. Kerangka teori Dalam kerangka teori, beberapa literatur yang relevan akan dijadikan landasan dalam membuat hipotesis, sekaligus bahan untuk argumentasi dalam pembahasan permasalahan. Kajian teori bukan sekedar memaparkan semua teori yang ada, tetapi harus berupa rangkaian pemikiran baik yang pro maupun kontra serta meninjau relevansi penelitian-­‐penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukkan. Kerangka pikir Kerangka pikir merupakan alur pikir dari gagasan penelitian yang mengacu pada kajian teori, hingga munculnya variabel-­‐variabel yang digunakan didalam penelitian. Dalam penulisannya, kerangka pikir akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan diagram alur untuk memberikkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang dilakukkan. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara atas permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kemudian akan diuji kebenarannya secara empiris. Selanjutnya, Hipotesis disusun berdasarkan kajian teori dan tinjauan hasil-­‐hasil penelitian yang telah dipaparkan pada sub bab kerangka teori. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Penjelasan tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA P a g e | 72 Penjelasan tentang BAB III METODE PENELITIAN Bagian metode penelitian secara garis besar menjelaskan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan masing-­‐masing variabel dan jenis data yang digunakan. Secara umum, beberapa sub bab dalam bagian ini, antara lain : Ruang lingkup penelitian, Definisi operasional variabel, Metode pengumpulan data, Metode dan tahapan analisis dan Model penelitian Penjelasan tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dijelaskan hasil temuan yang menjadi rumusan masalah penelitian yang telah dijawab dengan alat metode analisis yang dipilih. Dalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, pertama akan dibahas gambaran umum tentang kondisi data primer dan sekunder. Selanjutnya berdasarkan hasil output model ekonometrika, akan dibahas signifikansi variabel-­‐variabel serta uji kelayakan model dan asumsi klasik. Dengan temuan ini akan dijawab hipotesis yang telah diputuskan sebelumnya. Dalam bab ini kemudian dilanjutkan dengan intepretasi hasil dengan analisis ekonomi serta bagaimana policy implication dari temuan tersebut. Penjelasan tentang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN merupakan bab terakhir yang memaparkan kembali secara singkat mengenai hasil temuan yang didapatkan dari penelitian, serta bagaimana implikasi temuan tersebut. Ada beberapa hal yang penting dalam penulisan kesimpulan, antara lain: 1. Bab ini memuat kesimpulan mengenai hasil yang signifikan dan tidak signifikan. 2. Jangan memasukan bahan atau hal baru yang tidak dibahas pada bab sebelumnya. 3. Informasikan mengenai keterbatasan penelitian, sehingga penelitian selanjutnya dibutuhkan. Selanjutnya dalam saran akan dibahas anjuran tentang bagaimana kekurangan dalam penelitian yang dilakukan dan bagaimana pengembangan yang diharapkan selanjutnya. Selain itu berdasarkan policy implication yang didapatkan dari penelitian, maka dalam saran akan ditujukan straight to forward pada institusi yang berkaitan tentang apa yang penting untuk dilakukkan kedepan berdasarkan hasil penelitian. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 73 Contoh penulisan bagian “Latar Belakang” Sebagai contoh, judul yang ingin diangkat adalah : Lumpuhnya Fungsi Vital Perbankan: Bumerang Kemajuan Teknologi Dan Globalisasi Keuangan. Maksud judul tersebut adalah bahwa peran vital intermediasi perbankan mulai berkurang akibat pengaruh kemajuan teknologi dan globalisasi keuangan. Jika diuraikan berdasarkan poin-­‐poin penting dalam latar belakang (1)kondisi obyek, 2)masalah, 3)implikasi masalah, 4)penelitian-­‐penelitian terdahulu dan 5)pentingnya penelitian ini). Maka Kondisi obyek berkaitan dengan judul ini adalah bahwa telah terjadi pergeseran fungsi vital perbankan dari aktivitas tradisional ke aktivitas yang non tradisional. Masalah ini tentunya adalah berkaitan dengan peran intermediasi perbankan. Selanjutnya, implikasi masalah dalam penelitian ini adalah bahwa disintermediasi dapat mengancam instabilitas sistem keuangan dan mengganggu pembangunan ekonomi, karena terhambatnya distribusi dana ke unit-­‐unit produktif. Berkaitan dengan penelitian-­‐penelitian terdahulu akan dipaparkan beberapa penelitian yang terkait dengan pemilihan tema. Sebagai contoh, dalam tulisan ini dipaparkan penelitian Frederich S. Mishkin and Franklin R. Edwards dalam “The Decline of Traditional Banking: Implications for Stability and Regulatory Policy.” Terakhir, penegasan pentingnya penelitian ini terletak dibagian akhir yang juga menjelaskan pentingnya penelitian ini dengan menegaskan bahwa “…perbankan tanah air harus sehat dan harus dikembalikkan fungsinya sedemikian rupa untuk mendukung aktivitas bisnis dunia usaha dan sistem pembayaran yang makin efisien.” Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca tulisan dibawah ini. JUDUL: LUMPUHNYA FUNGSI VITAL PERBANKAN (BUMERANG KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN GLOBALISASI KEUANGAN). Oleh: Dias Satria Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Berikut adalah contoh sederhana penulisan latar belakang dalam penulisan karya ilmiah (jurnal), yang secara umum memiliki kesamaan dengan penulisan skripsi atau thesis. Intinya terletak pada tujuan penulisan latar belakang yang harus secara jelas memaparkan tema yang diangkat dalam penelitian. Lebih spesifik, dalam Latar belakang beberapa hal yang perlu diperhatikkan untuk dimasukkan, antara lain: 1) Paparan umum tentang kondisi obyek yang diteliti. 2) Paparan tentang masalah yang ada berkaitan dengan obyek yang diteliti. 3) Paparan tentang implikasi masalah tersebut. 4) Paparan singkat tentang penelitian-­‐penelitian terdahulu yang relevan dengan obyek yang diteliti dan masalah. 5) Penegasan tentang pentingnya penelitian ini. P a g e | 74 I. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan sektor vital dalam perekonomian yang berfungsi melakukkan fungsi intermediasi keuangan, serta menjamin sistem pembayaran yang mendukung dalam proses pembangunan ekonomi. Dalam konteks ini, sektor perbankan memiliki peran yang strategis dalam mengurangi biaya transaksi (transaction cost), melakukkan pembagian resiko (risk sharing) dan mengurangi kemungkinan informasi yang asimetris (asymmetric information). Hal inilah yang diharapkan dari peran vital perbankan, yang mana fungsi intermediasi keuangan bank dalam ekonomi dapat secara optimal dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakat baik oleh surplus unit maupun deficit unit.2 Seiring dengan perjalanan waktu, sektor perbankan mengalami transformasi dan perubahan yang mempengaruhi aktivitas bisnis intinya, yang seharusnya menjadi lembaga intermediasi yang berperan aktif mendukung kegiatas bisnis yang produktif dengan memberikkan pinjaman modal kerja ataupun investasi. Atau dengan kata lain, aktivitas perbankan telah mengalami pergeseran dari aktivitas bisnis yang “tradisional” (memberikkan pinjaman modal kerja dan investasi) ke arah aktivitas bisnis yang “non tradisional” (fee based income, dealer transaksi derivatif3, dll). Tentu saja keadaan ini dipicu oleh beberapa hal yang kompleks, menyangkut keadaan kompetisi pasar keuangan domestik, regulasi, kelembagaan, globalisasi ekonomi dan keuangan maupun kemajuan teknologi. 4 Pergeseran fungsi vital perbankan atau lumpuhnya fungsi vital perbankan tentu disebabkan oleh berbagai alasan yang kompleks, salah satunya adalah isu kemajuan teknologi yang berperan 2 Penjelasan lengkap lihat di hal 29-34 “The Economics of Money Banking and Financial Markets” 7th Edition (Frederich S. Mishkin, 2004). 3 Terminologi transaksi derivatif berdasarkan UU Bank Indonesia No.7/31/PBI/2005 adalah: “Derivative Transactions are transactions based on a contract or agreement for payment in which the value is a derivative of the value of underlying instruments, such as interest rates, exchange rates, commodities, equity and indices, whether accompanied by or not accompanied by notional amounts or instruments, but not including credit derivative transactions.” Sumber : http://www.bi.go.id 4 Penurunan aktivitas perbankan tradisional telah diungkap oleh Frederich S. Mishkin and Franklin R. Edwards dalam “The Decline of Traditional Banking: Implications for Stability and Regulatory Policy.” Dalam tulisannya, mereka mengamati pergeseran aktivitas perbankan di negara-negara industri besar, seperti: US, Jepang dan Eropa. Namun mereka juga tidak memungkiri hal yang sama terjadi dinegara-negara lainnya, termasuk negara berkembang. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Pergeseran fungsi vital perbankan ke arah aktivitas bisnis yang beresiko tinggi tentu akan memberikkan efek yang sangat negatif pada pembangunan ekonomi. Pertama, dengan tingginya aktivitas bisnis perbankan yang beresiko tinggi (transaksi non tradisional “derivatif”, maka ancaman terhadap instabilitas keuangan akan semakin tinggi. Belum lagi, bagaimana instabilitas keuangan mempengaruhi kinerja sektor riil dan makroekonomi suatu negara. Kedua, dengan adanya pergeseran aktivitas bisnis perbankan yang jauh dari fungsinya mensupport dana bagi dunia usaha, maka bisa dipastikkan ekspansi bisnis perusahaan domestik akan sangat terbatas. Hal ini tentu saja akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa, dan berdampak luas bagi pengangguran dan tingkat kemiskinan. Ketiga, dengan pergeseran fungsi vital perbankan, maka jalur kredit sebagai bagian dari fokus mekanisme kebijakan moneter akan semakin hilang pengaruhnya. Sehingga pada akhirnya efektivitas kebijakan moneter tidak akan optimal mempengaruhi aktivitas ekonomi sektor riil. P a g e | 75 “Jeopardized” atau membahayakan bagi pengembangan sektor perbankan. Dengan kata lain, kemajuan teknologi telah menjadi bumerang bagi kemajuan sektor perbankan itu sendiri. Dalam konteks ini, kemunduran pengembangan teknologi bagi perbankan berkaitan dengan implementasi manajemen resiko yang menitik beratkan pada analisis komputer berbasis teknologi informasi, serta kecenderungan untuk melakukkan transaksi keuangan (investasi dalam instrumen keuangan di pasar saham, uang atau transaksi derivatif) yang secara “biaya transaksi” sangat rendah dengan adanya kemajuan teknologi. Tentu saja kemajuan teknologi juga harus dilihat secara proporsional. Sebagai individu, kita juga tidak akan menafikkan bagaimana kemajuan teknologi telah banyak menciptakan efisiensi dalam sistem pembayaran. Disisi lain, dengan adanya kemajuan teknologi, perbankan juga semakin dimudahkan dalam mendukung operasional kerjanya. Permasalahan selanjutnya yang menjadi pemicu bergesernya fungsi vital perbankan adalah tingginya arus globalisasi keuangan, yang secara tidak langsung telah mempengaruhi aktivitas bisnis perbankan. Pertama, baik secara langsung maupun tidak langsung, tingginya liberalisasi pasar keuangan telah menciptakan instabilitas pada sistem keuangan yang mempengaruhi aktivitas bisnis perbankan. Kedua, liberalisasi keuangan telah mempengaruhi keputusan bisnis perbankan untuk ikut serta dalam investasi beresiko “derivatif” yang mengiming-imingi return yang tinggi. Keikut sertaan perbankan dalam konteks ini, dapat berfungsi sebagai dealer atau agen penjual dan dapat pula berfungsi sebagai player yang aktif. Hal ini tentu saja membahayakan, karena tingginya resiko aset yang dimiliki sektor perbankan akan meningkatkan keterbukaan resiko (Risk exposure) yang pada akhirnya dapat mengancam instabilitas keuangan karena ancaman kebankrutan atau insolvency. Tulisan diatas merupakan contoh sederhana isi dari latar belakang, yang secara umum bertujuan untuk mengantarkan pembaca memahami ide tulisan yang ingin dibuat. Mohon diingat kembali bahwa lima poin seperti yang telah dipaparkan diatas merupakan syarat wajib, yaitu : Paparan umum tentang kondisi obyek yang diteliti; Paparan tentang masalah yang ada berkaitan dengan obyek yang diteliti; Paparan tentang implikasi masalah tersebut; Paparan singkat tentang penelitian-­‐penelitian terdahulu yang relevan dengan obyek yang diteliti dan masalah dan Penegasan tentang pentingnya penelitian ini. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dalam melihat permasalahan perbankan yang sangat vital bagi hajat hidup orang banyak, maka diperlukkan antisipasi dini untuk mencegah resiko yang semakin buruk. Mungkin masih lekat diingatan kita, bahwa biaya sosial dan ekonomi akibat krisis perbankan 1997 telah menguras sumberdaya produktif bangsa ini. Dan hal ini tidak boleh berulang, bahwasanya, perbankan tanah air harus sehat dan harus dikembalikkan fungsinya sedemikian rupa untuk mendukung aktivitas bisnis dunia usaha dan sistem pembayaran yang makin efisien. Oleh karena itu, terapi untuk menyehatkan kelumpuhan fungsi vital “intermediasi” perbankan harus dapat dicarikkan solusinya dengan baik. Hal ini jugalah yang menjadi tantangan kedepan Bank Indonesia, dalam meredam eksternalitas negatif kemajuan teknologi dan globalisasi keuangan bagi perbankan tanah air. P a g e | 76 Contoh penulisan bagian “Kajian Pustaka” Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa penulisan kajian pustaka adalah bahwa bagian ini tidak semata-­‐mata memberikan penjelasan yang sifatnya definisi saja. Namun kajian pustaka harus menjadi pijakan awal secara teoritis, bahwa obyek penelitian yang diteliti sudah memenuhi kriteria akademisnya yang juga didukung oleh penelitian-­‐penelitian terdahulu yang relevan. Oleh karena itu mengapa dalam kajian pustaka 90% isi didalamnya berasal dari literatur-­‐literatur yang relevan, seperti : Buku Teks, Jurnal, Artikel dan Penelitian. Berikut adalah contoh sederhana penulisan kajian pustaka, yang sebagian isinya dikompilasi dari literatur-­‐literatur yang relevan dengan tema. II. Landasan Teoritis Pergeseran fugsi vital perbankan atau “disintermxediasi” secara umum dapat diartikan bahwa sektor perbankan telah mengalami pergeseran aktivitas, dari yang sifatnya tradisional (pemberikan kredit atau pinjaman) ke arah aktivitas yang sifatnya non tradisional (fee based income, dealer maupun player dalam transaksi keuangan-derivatif dan off balance sheet, serta transaksi beresiko tinggi lainnya). Hal ini tentu saja akan menyebabkan instabilitas pada sistem keuangan domestik, dan perekonomian secara umum, karena dengan pergeseran peran sektor perbankan yang makin tidak terkendali akan meningkatkan keterbukaan resiko suatu negara terhadap terjadinya krisis keuangan yang berbiaya tinggi. Berdasarkan hasil empiris yang ditemukan oleh Mohanti, Schanabel, Garcia-Luna (BIS Paper No.28), bahwa perkembangan kredit di negara berkembang telah mengalami pergeseran kearah kredit konsumtif dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Selanjutnya dalam penelitianya juga ditemukkan bahwa pertumbuhan aset di negara berkembang juga meningkat dalam pembelian sekuritas pemerintah (obligasi), khususnya untuk membiayai defisit anggaran pemerintah yang cukup besar di negara tersebut. Keadaan ini tentu saja menimbulkan resiko dan ancaman stabilitas yang semakin meningkat bagi perbankan negara-negara berkembang, khususnya jika negara tersebut mengalami resesi atau kemunduran ekonomi yang menyebabkan pendapatan masyarakatnya menurun. Keadaan tersebut tentu akan semakin meningkatkan tingginya default atau ketidakmampuan membayar para nasabah terhadap kredit konsumsi yang dilakukkannya. Hal ini merupakan pelajaran yang cukup penting, jika kita melihat permasalahan sub prime mortgage atau krisis kepemilikan rumah yang terjadi di US (United States) akhir-akhir ini. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sektor perbankan merupakan sektor yang sangat vital dalam sistem keuangan. Sehingga dengan mandulnya peran sektor ini di sektor keuangan, maka pembangunan ekonomi secara umum akan makin terhambat (kemiskinan, pengangguran, serta disparitas pendapatan akan semakin tinggi) P a g e | 77 Komposisi kredit bank Sumber: Mohanti, Schanabel, Garcia-Luna (BIS Paper No.28 hal. 15) Permasalahan disektor keuangan perbankan saat ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi keuangan, khususnya bagaimana liberalisasi pasar keuangan (pasar modal dan saham) dan inovasi teknologi telah banyak mempengaruhi perilaku dan aktivitas perbankan. Bahkan krisis keuangan dan perbankan yang terjadi di hampir sebagian negara di dunia5, termasuk Indonesia, menunjukkan lemahnya kelembagaan dan regulasi keuangan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Secara ringkas, keuntungan globalisasi keuangan yang umumnya adalah “jangka panjang” bagi negara berkembang antara lain: a) adanya tambahan dana segar baru, b) perbaikkan dalam infrastruktur pasar keuangan dan c) pembangunan dalam sektor keuangan. Dalam konteks ini globalisasi keuangan dianggap dapat memecahkan permasalahan informasi yang asimetris (asymmetric information) dengan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, karena globalisasi keuangan mendorong terjadinya transparansi dan akuntabilitas yang lebih tinggi di sektor keuangan. Selain itu, dengan pembangunan di sektor keuangan menciptakan peluang diversifikasi aset bagi masyarakat sehingga diharapkan dapat memecahkan masalah pembagian 5 Efek globalisasi keuangan terhadap krisis keuangan terjadi dibeberapa negara, antara lain: Asia dan Rusia 19971998, Brazil 1999, Ekuador 2000, Turki 2001, Argentina 2001 dan Uruguay 2002. (Schumekler, 2004) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Perdebatan secara akademis tentang bagaimana peran globalisasi keuangan dalam pembangunan sektor keuangan terbagi menjadi dua pandangan yang saling bertentangan. Namun, salah satu scholar yang secara seimbang menjelaskan peran globalisasi keuangan adalah Schumekler (2004) dalam “Financial Globalization: Gain and Pain for Developing Countries.” P a g e | 78 resiko atau risk sharing. Terakhir, disiplin pasar akan semakin meningkat dengan adanya globalisasi keuangan. Pandangan ini merupakan hasil empiris yang dilakukkan oleh Torre and Schumekler (2003); Claesen, Klingebiel and Schumekler (2002); Stulz (1999); Crocket (2002) ; Stiglitz (2000); Kim and Singal (2000) dan Henry (2000) Namun dalam Schumekler (2004) dijelaskan juga bagaimana globalisasi keuangan telah menciptakan resiko krisis keuangan dan biaya ekonomi yang sangat tinggi. Setidaknya ada empat (4) alasan mengapa hal ini bisa terjadi: Pertama, dengan meliberalisasi pasar keuangan, maka negara tersebut akan menjadi subyek disiplin pasar yang akan dilakukkan oleh investor domestik maupun luar negri. Kedua, globalisasi keuangan akan menyebabkan krisis keuangan jika terjadi ketidaksempurnaan dalam pasar keuangan global. Hal inilah yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya bubles economy, herding behaviour, perilaku yang irasional serta serangan spekulasi. Ketiga, krisis keuangan akibat globalisasi keuangan akan menyebabkan suatu negara tergantung pada faktor eksternal. Sebagai contoh, jika Indonesia tergantung pada modal luar negri “jangka pendek” maka keluarnya modal luar negri tersebut secara tiba-tiba akan menyebabkan krisis bagi Indonesia. Terakhir, krisis keuangan akibat globalisasi keuangan akan terjadi karena kemungkinan penularan krisis (contagion) karena semakin terintegrasinya keuangan antar negara. (Schumekler, 2004) Tingginya ancaman resiko keuangan dan perbankan akibat mismanagement dalam liberalisasi keuangan juga diperkuat oleh pandangan Mishkin (2007) yang berpandangan bahwa liberalisasi keuangan telah mendorong aktivitas perbankan yang cenderung mengambil posisi resiko yang lebih tinggi. Bahkan pertumbuhan kredit mampu mencapai tingkat 15-30% pertahun, atau meningkat dua kali lipat dari pertumbuhan yang normal. Keadaan ini diperparah dengan kurangnya keahlian manajemen bank di negara berkembang dalam mengelola resiko, sehingga menyebabkan keterbukaan resiko yang semakin tinggi di negara-negara berkembang. Permasalahan globalisasi keuangan yang menciptakan efek yang negatif bagi pengembangan sektor keuangan pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya regulasi dan supervisi di sektor keuangan. Hal ini secara umum telah menyebabkan pelaku perbankan untuk tidak membatasi resikonya dan terekspos dalam keterbukaan resiko yang tinggi. Sehingga pada akhirnya, resiko yang dialami oleh beberapa bank menyebabkan efek domino dan krisis yang berkepanjangan bagi pengembangan sektor perbankan itu sendiri, dan sektor-sektor lainnya. Selanjutnya, permasalahan globalisasi keuangan, dengan hadirnya bank-bank asing di negaranegara berkembang, juga masih menimbulkan pro kontra yang belum menemui titik konsensus. Pandangan yang “pro” terhadap masuknya bank asing di pasar domestik memiliki ide dasar bahwa masuknya bank asing akan memberikkan warna kompetisi yang sehat sehingga dapat menurunkan biaya dana dan menciptakan efisiensi pada pasar keuangan domestik. Secara umum Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Pandangan ini sejalan dengan hasil empiris Mc Kinnon and Pill (1997) yang secara umum menjelaskan kondisi overborrowing atau pinjaman luar negri yang berlebihan, yang menyebabkan mereka terperngkap dalam dua resiko sekaligus (resiko nilai tukar dan resiko kredit). P a g e | 79 Levine (1996) dan Caprio and Honohan (1999) (dalam Agenor, 2003) menjelaskan keuntungan masuknya bank asing, antara lain: a) Meningkatkan kualitas dan ketersediaan jasa keuangan dalam pasar domestik. b) Menstimulasi pengembangan dalam supervisi dan regulasi bank. c) Meningkatkan aksesibilitas pada pasar keuangan internasional. d) Memberikkan kontribusi pada stabilitas keuangan. Hal ini diperkuat oleh pandangan Mishkin (2003) dalam (Schumekler, 2004) yang menjelaskan keuntungan masuknya bank asing, antara lain: a) Bank asing cenderung less risk karena kemampuannya dalam manajemen resiko, sehingga mendorong terjadinya stabilitas keuangan dalam pasar domestik. b) Bank asing akan meningkatkan implementasi best practices dalam perbankan domestik. c) Dengan banyaknya bank asing, maka pemerintah akan mengurangi fungsinya dalam membail out. Hal ini tentu akan menyehatkan sistem perbankan domestik. Namun, pandangan yang kontra terhadap benefit masuknya bank asing ke pasar domestik diungkapkan oleh Agenor (2003), bahwa secara empiris masuknya bank asing kurang memberikkan akses terhadap kredit mikro dan menengah. Kedua, masuknya bank asing yang cenderung memiliki biaya operasional yang rendah mendesak perbankan tanah air untuk melakukkan merger agar bisa lebih kompetitif. Proses perubahan struktur inilah yang akan menyebabkan permasalahan baru berkaitan dengan “too big too fail” atau “too political too fail”, yang mana stabilitas keuangan akan semakin terancam dengan bankrutnya bank besar di tanah air. Terakhir, bank asing cenderung berperilaku “cut and run” jika terjadi krisis atau permasalahan dalam pasar domestik, sehingga menyebabkan instabilitas bagi sistem keuangan domestik. Gaya penulisan dalam “landasan teoritis” tentu sangat subyektif, dengan semakin banyaknya anda mengenal sumber-­‐sumber bacaan (artikel, jurnal dll), anda akan semakin mengenal bagaimana gaya penulisan yang baik dan informatif bagi pembaca. Ingat, bahwa dalam landasan teoritis, isi bukan sekedar penjelasan yang sifatnya definisi saja, namun harus dikembangkan bagaimana bipolar pandangan (pro dan kontra) serta inventarisir perkembangan penelitian hingga saat ini. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Terakhir, seiring dengan tingginya kemajuan globalisasi dalam teknologi memberikkan efek yang kompleks terhadap aktivitas bisnis perbankan. Disatu sisi pengenalan teknologi telah banyak mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi dalam sistem pembayaran, namun disisi lain penggunaan teknologi informasi yang semakin tinggi telah membatasi implementasi manajemen resiko yang terpaku pada analisis komputer, dan mengurangi hubungan personal dengan nasabah. Keadaan inilah yang secara umum dipaparkan oleh Costas Lapavitsas dan Paulo Dos Santos (2007) dalam “Globalization and Contemporary banking: on the impact of new technology.” P a g e | 80 Contoh penulisan bagian “Analisis dan Pembahasan” III. Analisis Dan Pembahasan IV.1 Snap-Shot perbankan Indonesia: Kemajuan atau kemunduran ? Jika dilihat performa industri perbankan tanah air berdasarkan indikator umum (LDR, NPL, ROA, NII dan DPK), perbankan tanah air telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, peningkatan jumlah total aset yang terkumpul dari tahun 1999 hingga akhir 2007 mencapai dua kali lipatnya. Kondisi aset yang meningkat tentu tidak terlepas dari dukungan liabilities yang bersumber dari dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga/DPK) serta sumber dana lain yang tersedia. Hal ini tentu merupakan gambaran bahwa sektor perbankan tengah melewati proses recovery dengan semakin meningkatnya trust masyarakat untuk menyimpan dananya pada sektor ini. Dibawah ini merupakan indikator kinerja perbankan tanah air yang secara umum telah menunjukkan perkembangan yang positif sejak 1999. Tabel 1. Indikator Kinerja Bank Umum Namun perlu disadari bahwa ditengah-tengah semakin meningkatnya performa perbankan tanah air, ada beberapa hal yang perlu dikritisi lebih lanjut berkaitan dengan indikator-indikator perbankan yang umum dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pertama, berkaitan dengan indikator ROA (Return on Assets). Berdasarkan data yang dihimpun, pergerakan ROA sejak 2005 belum menunjukkan perbaikkan yang signifikan. ROA sebagai representasi dari efisiensi kinerja bank menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam mengolah sumber dananya masih sangat terbatas. Tentu pertanyaannya adalah, apakah inefisiensi ini disebabkan karena faktor internal perbankan ataukah faktor eksternal yang secara umum disebabkan oleh tingginya kompetisi dalam struktur pasar perbankan yang mendesak aktivitas bisnis bank, sehingga menyebabkan semakin rendahnya peluang keuntungan bank. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2007, Halaman 128. P a g e | 81 Kedua, berkaitan dengan indikator NII (Net Interest Income) yang erat kaitannya dengan core aktivitas perbankan tradisional yaitu memberikkan pinjaman kredit baik kepada masyarakat maupun dunia usaha. Perkembangan NII yang meningkat tentu harus dianalisis lebih dalam lagi, apakah peningkatan NII disebabkan oleh pinjaman kredit konsumsi oleh masyarakat. Jika ini yang terjadi, tentu fungsi vital intermediasi dapat dikatakan belum maksimal dijalankan. Berdasarkan grafik kredit konsumsi, pertumbuhan kredit disisi ini memiliki pertumbuhan yang sangat tinggi. Bahkan tingginya berada dalam range 15-35%. Hal ini menunjukkan sebagian besar keuntungan bank dinikmati dari bentuk aset ini. Grafik 1. Pertumbuhan kredit konsumsi Ketiga, berkaitan dengan NPL (Non Performing Loans) yang rendah, tentu bisa menimbulkan persepsi yang bermacam-macam. NPL yang rendah bisa jadi disebabkan karena pergerseran aktivitas “tradisonal”. Dalam konteks ini, jika bank enggan untuk memberikkan pinjaman (loans), khususnya bagi kebutuhan investasi maupun modal kerja, maka tentu saja akan mengurangi nilai NPL. Selain itu, jika memang hipotesis atau dugaan pergeseran aktivitas “tradisional” perbankan terjadi, maka tentu saja default dalam aktivitas “non tradisional” tidak akan terrecord dalam NPL karena jenisnya yang dikategorikan sebagai transaksi off balance sheet6. Gambaran lain dari kondisi NPL perbankan tanah air dapat dilihat dari grafik dibawah. Berdasarkan data kredit macet dalam kredit konsumsi, dapat dijelaskan bahwa kredit macet dalam penggunaan “credit card” mencapai posisi yang sangat tinggi, diatas 12%. Hal ini menunjukkan bahwa gencarnya sosialiasi penggunaan kartu kredit telah banyak mempengaruhi life style dan gaya hidup masyarakat, bahkan mampu mempengaruhi masyarakat-masyarakat 6 Contoh-contoh transaksi off balance, antara lain: L/C credit, pembelian atau penjualan repurchase agreement, interest rate swaps, interest rate options dan currency options. Sumber http://www.answers.com/topic/off-balancesheet-items Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2007, Halaman 129. P a g e | 82 yang secara finansial kurang mampu. Sehingga pada akhirnya berdampak pada default atau ketidakmampuan membayar oleh nasabah. Grafik 2. NPL Gross Kredit Konsumsi Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2007, Halaman 130. Terakhir, tingginya LDR (Loan to Deposit Ratio) yang merepresentasikan dinamisnya peran intermediasi perbankan perlu dikritisi lebih dalam. Bahwa kredit yang dipinjamkan itu dalam bentuk apa?kredit konsumsikah, kredit investasikah atau kredit modal kerjakah? Jika kecenderungan peningkatan kredit yang diberikkan dalam bentuk kredit konsumsi, maka peran “intermediasi” dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan perlu dipertanyakan. a) Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat “sangat” signifikan. Sejak 2003 hingga 2007, jumlah kredit konsumsi meningkat hingga 3 (tiga) kali lipat, dari sejumlah 109.4 triliun hingga menjadi 282.6 Triliun. b) Peningkatan kredit konsumsi terjadi pada kredit KPR (Kredit Pemilikan Rumah), Kartu Kredit dan lainnya, yang meningkat dalam range 15-35% di tahun 2007. c) Kredit macet (NPL) terbesar yang berasal dari kredit konsumsi, bersumber dari kartu kredit yang mencapai angka diatas 12% pada desember 2007. (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2007) Tentu saja, analisis yang mendalam masih perlu dilakukkan untuk mengklarifikasi performa perbankan tanah air sesungguhnya. Namun indikator-indikator yang dipaparkan diatas secara umum telah menunjukkan ancaman bagi sektor perbankan, khususnya berkaitan dengan tingginya kredit konsumsi yang ada di Indonesia. Selanjutnya, aktivitas perbankan yang sifatnya off balance belum menjadi perhatian dalam publikasi Bank Indonesia. Hal ini sesungguhnya Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Berdasarkan indikator umum yang ada, data indikator kredit cukup representatif untuk menjelaskan gambaran kredit perbankan tanah air. Stylized facts atas keadaan tersebut, antara lain: P a g e | 83 menjadi sangat penting sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas atas performa sesungguhnya dalam perbankan tanah air. Sehingga pada akhirnya, masyarakat dapat secara efektif mengontrol dan mengawasi aktivitas perbankan yang beresiko. IV.2 Kemajuan Teknologi: Efisiensi atau resiko? Suatu hal yang mungkin tidak disadari, bahwa kemajuan teknologi dalam dunia perbankan telah menciptakan perubahan yang signifikan dalam aktivitas bisnis perbankan maupun keputusan investasi manajer bank. Dalam konteks ini, tentu kita tidak memungkiri bahwa kemajuan dan inovasi teknologi telah banyak berperan penting dalam penciptaan biaya transaksi yang semakin murah dalam sistem pembayaran. Contoh sederhana, sebagaimana yang diungkap oleh Kimbal and Gregor (1995) dalam Lapavitsas dan Santos (2008), yang meneliti tentang biaya transaksi mesin ATM (Automated Teller Machine) yang mampu menciptakan biaya transaksi hanya sebesar $ 0.27, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya transaksi dengan teller/kasir bank yang mencapai $ 1.07. Selain itu, sistem RTGS (Real Time Gross and Settlement) yang telah dikembangkan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa perkembangan terkini dalam sistem pembayaran tidak lekang dari kemajuan dan inovasi teknologi. Dalam menilai kemajuan teknologi dalam dunia perbankan, harus diawali dengan pertanyaan “sejauh mana investasi dalam teknologi memberikkan dampak efisiensi bagi operasional perbankan”? Secara empiris, adanya kemajuan teknologi memberikkan hasil yang mix bagi efisiensi operasional perbankan. Dalam konteks ini, jika investasi dalam teknologi tidak memberikkan return dan skala ekonomis yang diharapkan, maka bank tersebut terekspos pada resiko teknologi (Technological risk). Hal ini mungkin terjadi karena tingginya kebutuhan akan pekerja dengan skill yang tinggi (upah tinggi) dan pengeluaran modal tetap yang tinggi, untuk mendukung investasi teknologi. Ancaman kemajuan teknologi dan pengaruhnya terhadap preferensi dan perilaku perbankan dapat dicontohkan sebagai berikut. Dengan adanya kemajuan teknologi maka analisis kelayakan dan transaksi “money-dealing” dilakukkan sebatas tangan “Arms-length” dengan penggunaan IT (Information Technology). 7 Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada keputusan bisnis manajer bank. a) Dengan adanya kemajuan teknologi yang mendorong biaya transaksi monitoring yang murah, maka bank akan memberanikkan diri melakukkan pinjaman kredit pada sisi konsumsi khususnya pada kredit konsumsi KPR maupun kartu kredit. Dalam konteks ini, penilaian kelayakan “credit scoring” dilakukkan dengan indikator-indikator yang telah 7 Dalam konteks ini keputusan untuk melakukkan investasi aset (pinjaman, pembelian surat berharga, investasi pasar saham dll) atau “money dealing”, dipertimbangkan hanya dengan analisis sebatas tangan “arm-length” atau analisis yang dilakukkan hanya dengan menggunakan perangkat software komputer dan analisis statistik. Penjelasan ini disarikan dari artikel yang ditulis oleh Costas Lapavitsas dan Paulo Dos Santos (2007) dalam “Globalization and Contemporary banking: on the impact of new technology.” Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dalam perkembangannya, inovasi teknologi untuk mendukung aktivitas perbankan memiliki peran yang sangat kompleks, mulai dari pemanfaatan e-banking, risk management hingga evaluasi kredit (credit scoring). P a g e | 84 ditetapkan sebelumnya, dan dianalisis berdasarkan model statistika “probabilitas”. Selanjutnya, dengan kemajuan teknologi informasi yang canggih memungkinkan manajemen bank melakukkan monitoring dalam jumlah yang sangat besar, dengan biaya (cost) yang murah. b) Dengan adanya kemajuan teknologi IT, maka transaksi-transaksi di pasar keuangan akan semakin mudah untuk dilakukkan dan dianalisis dengan lebih baik. Oleh karena itu, peluang untuk meningkatkan return dari transaksi off balance sheet akan semakin meningkat. Dalam konteks ini, maka transaksi-transaksi off balance sheet akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi. Selain itu, kemajuan teknologi digunakan untuk mengembangkan model “manajemen resiko” atas aset-aset yang dimiliki bank. c) Dengan adanya kemajuan teknologi, maka transaksi perbankan yang erat kaitannya dengan “relational transactions” akan semakin berkurang. Hal ini berarti keengganan bank untuk melakukkan penetrasi kredit pinjaman pada dunia usaha, akan semakin berkurang. Dalam konteks ini, perbankan menganggap pinjaman kredit usaha dinilai berbiaya tinggi dan resiko tinggi.8 Kemajuan teknologi, seperti yang telah diuraikan diatas disatu sisi memang telah memberikkan efek yang positif berkaitan dengan biaya transaksi yang semakin murah. Selain itu, dengan adanya kemajuan teknologi maka ekspansi bisnis bank ke jenis-jenis aset “derivatif” yang baru akan lebih mudah. Hal ini juga memungkinkan peluang untuk mendapatkan profit yang lebih tinggi. Namun disisi lain, kecenderungan pergeseran perilaku perbankan kearah transaksi yang sifatnya “beresiko” tentu harus diantisipasi dengan hati-hati. Hal ini disebabkan karena transaksi yang dilakukkan oleh perbankan mengarah pada transaksi yang sebatas “Arms-length”, yang sangat minim dengan pertimbangan kualitatif dan hubungan relasional yang baik (kepercayaan). Dalam hal ini, pengembangan manajemen resiko berbasis komputer atau “Arms-length” analisis, merupakan kemunduran dalam core aktivitas perbankan. Lemahnya implementasi manajemen resiko dalam arti yang “luas” ini pada akhirnya akan menjadi sumber instabilitas baru bagi industri perbankan tanah air dan sistem keuangan secara makro. Era globalisasi dalam beberapa dekade terakhir telah banyak membawa perubahan yang signifikan terhadap kehidupan ekonomi, keuangan, sosial, budaya dan politik dunia. Sebagian negara yang mampu mengambil kesempatan globalisasi tentu dapat menikmati keuntungan, semakin tingginya standar dan kualitas hidup manusia di negaranya. Namun tidak sedikit negaranegara di dunia mengalami krisis yang memakan biaya yang tinggi, akibat proses globalisasi.9 8 Hubungan antara inovasi teknologi dan perilaku perbankan ditelaah lebih dalam oleh Costas Lapavitsas dan Paulo Dos Santos (2007) dalam “Globalization and Contemporary banking: on the impact of new technology.” 9 Efek globalisasi dibidang ekonomi dan keuangan secara lengkap dan informatif dirangkum dalam dua buku best seller yang ditulis oleh Joseph Stiglitz, “Globalization and its Discontent” dan “Making Globalization Work”. Hal utama yang didiskusikan dalam kedua buku tersebut berkaitan dengan janji globalisasi yang akan meningkatkan welfare masyarakat dengan semakin terbukanya perekonomian domestik dan perdagangan internasional. Namun, Stglitz juga mengungkapkan biaya sosial ekonomi yang harus dibebankan pada negara-negara yang kurang beruntung dalam menghadapi krisis ekonomi dan keuangan yang berkepanjangan. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i IV.3 Globalisasi Keuangan: Kompetisi, inefisiensi dan instability P a g e | 85 Dibidang keuangan, globalisasi telah memaksa perubahan dalam kebijakan pemerintah dan Bank Sentral yang semakin terbuka. Salah satunya dengan kebijakan yang berorientasi pasar dengan menanggalkan restriksi-restriksi yang menghambat mekanisme pasar. Proses globalisasi keuangan telah terjadi di Indonesia sejak dikeluarkannya beberapa paket deregulasi keuangan yang dimulai pada tahun 1983. Kebijakan ini pada awalnya ditujukan untuk mengurangi intervensi pemerintah dalam menstimulasi perekonomian, serta meningkatkan kapabilitas bank untuk memobilisasi dana tabungan dan deposito. Namun, reformasi kebijakan terbesar dalam sejarah perbankan tanah air terjadi ditahun 1988 (PAKTO) dengan ide dasar untuk memberikan kebebasan bagi bank untuk berkompetisi dan berkembang. Kebijakan ini telah mengawali tumbuhnya sektor perbankan dengan pesat. Dalam kurun waktu 1 tahun, jumlah pendirian bank meningkat dari 124 bank di tahun 1988, menjadi 158 bank di tahun 1991. Peningkatan ini juga dibarengi dengan peningkatan jumlah kantor cabang yang meningkat hingga 1112 unit dalam kurun waktu satu tahun. Selanjutnya, dengan peningkatan bank dan kantor cabang, jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan tanah air juga meningkat pesat. Hal ini sejalan juga dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup signifikan. Deregulasi keuangan pada masa itu telah mendorong peningkatan penggunaan uang (financial deepening) dalam perekonomian domestik. Pada tahun 1996, nisbah M2 terhadap PDB mencapai 0.55, meningkat pesat dari tahun 1988 yang hanya sebesar 0.28. Angka ini tentu menunjukkan tingkat penggunaan uang dalam perekonomian oleh masyarakat sebagai akibat deregulasi sektor keuangan tersebut semakin tinggi. Namun patut disayangkan bahwa pertumbuhan yang cepat di sektor perbankan tidak dibarengi dengan regulasi dan supervisi yang baik, sehingga menimbulkan kerentanan dan resiko yang tinggi dalam industri perbankan tanah air dalam kurun waktu 1988-1997. (Satria, 2008) Keterbukaan keuangan akibat paket deregulasi disatu sisi memang telah banyak mensupport keterbatasan dana yang sebelumnya dialami oleh dunia usaha. Sehingga moment deregulasi telah banyak dimanfaatkan perusahaan-perusahaan domestik untuk melakukkan pinjaman luar negri dalam jumlah yang sangat besar. Namun, karena perbankan sebagai institusi keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi utama dalam proses tersebut, maka ketidakmampuan pembayaran perusahaan juga menjadi resiko bagi kebankrutan bank. At its heart, the Asian crisis was a banking crisis brought on by banks and their customers taking on too much foreign currency risk. No doubt macroeconomic policies were not always perfect, but the real problems were in the financial structure more than the macroeconomic settings.(Stevens, 2007) Krisis keuangan yang dialami oleh negara-negara di Asia secara apik dirangkum dalam Mc kinnon (1973,1993b), yang memaparkan model sindrom “Overborrowing” atau pinjaman yang Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i In general, deregulation created more fragile operation on banks because of the absence of proper banking supervision. Inability of banks to be immune from foreign exchange and interest rate volatility during crisis is the best example that banks in Indonesia were not equipped with prudential tools with respect to market risk. (Santoso, 2000) P a g e | 86 berlebihan ditengah-tengah reformasi dan liberalisasi ekonomi. Ia menjelaskan bagaimana tingginya aliran modal masuk (High capital inflow) pada akhirnya membahayakan (jeopardized) pada proses reformasi itu sendiri. Dalam penelitiannya Mc Kinnon and Pill memfokuskan pada “Moral hazard” didalam sistem perbankan domestik akibat adanya jaminan deposito oleh pemerintah sehingga mendorong adanya “international overborrowing”. Pengembangan model krisis keuangan dilanjutkan dengan menambahkan resiko “currency risk” dalam model “overborrowing” secara eksplisit. Dalam model “overborrowing syndrome” moral hazard mendorong bank domestik untuk meminjam ke luar negri dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan karena bank domestik mengganggap pemerintah melakukkan garansi penerapan nilai tukar yang tetap untuk mengurangi payment risk atau resiko pembayaran. Potensial krisis dalam ekonomi yang mengalami “overborrowing syndrome” terjadi karena adanya Moral Hazard dalam sistem perbankan dan pasar keuangan serta kurangnya kontrol terhadap aliran modal yang masuk dan keluar. Dengan pinjaman yang tinggi butuh pengembalian yang tinggi, namun karena macroeconomic outcome dari program reformasi memberikan return yang lebih rendah dari yang seharusnya dibayarkan. Maka yang terjadi adalah credit risk. Sehingga “only a lucky draw” yang akan menghindari ekonomi dari krisis ekonomi. Paparan diatas tentu menyadarkan kita, bahwa deregulasi dan globalisasi keuangan tanpa dibarengi dengan regulasi dan supervisi yang kuat hanya akan membawa malapetaka bagi perekonomian domestik. Di Indonesia, biaya untuk melakukkan recovery di sektor keuangan tentu jumlahnya tidak sedikit. Secara umum, biaya krisis di Indonesia mencapai 50-60% dari total GDP secara umum. Suatu angka yang sangat fenomenal, bahwa krisis yang diawali dengan krisis nilai tukar yang dilanjutkan dengan krisis perbankan dan krisis ekonomi telah banyak menguras sumber-sumber yang produktif dari negri ini. (Stevens, 2007) Perbankan, sebagai sektor yang dianakemaskan dalam setiap perekonomian, telah banyak menikmati proses globalisasi dengan memanfaatkan sumber-sumber dana murah dari luar negri. Hal ini tentu saja merupakan peluang keuntungan yang meningkatkan keuntungan mereka. 10 Model krisis keuangan secara lengkap dipaparkan oleh Mc Kinon dalam beberapa tulisannya. Salah satunya adalah McKinnon, R. and Huw Pill. 1999. "Exchange Rate Regimes for Emerging Markets: Moral Hazard and International Overborrowing." Oxford Review of Economic Policy, 15, pp. 423-64. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dengan adanya resiko nilai tukar, bank akan mengalami dua resiko utama. Pertama adalah resiko kredit dan kedua adalah resiko nilai tukar yang disebabkan oleh pinjaman luar negri yang tidak dilindungi atau unhedge borrowing. Permasalahan yang rumit ketika semua pinjaman bank jatuh tempo pada waktu yang bersamaan, dan tentunya pada saat itu kebutuhan akan mata uang asing akan lebih banyak. Keadaan ini tentunya akan mendorong rupiah terdepresiasi, karena sebagian besar bank akan menjual rupiahnya untuk mata uang asing. Devaluasi pada mata uang domestik akibat terbatasnya cadangan bank sentral inilah, yang pada akhirnya memperbesar pinjaman luar negri bank, dan menguras modal bank yang pada akhirnya bank terjebak dalam keadaan insolvent atau kebankrutan.10 P a g e | 87 Namun, kurangnya supervisi dan kesadaran pentingnya perlindungan terhadap resiko, menyebabkan sektor ini sangat rentan terhadap external shock. Di sisi lain, globalisasi keuangan yang ditandai dengan semakin meningkatnya jenis-jenis aset keuangan di pasar keuangan domestik maupun luar negri, telah mendorong aktvitas perbankan dari yang sifatnya tradisional ke aktivitas yang sifatnya non-tradisional. Selanjutnya, dengan adanya proses globalisasi keuangan, perbankan domestik akan semakin terdesak dengan adanya kompetisi dari pemain asing. Hal ini selain akan mengurangi market share dan keuntungan bank, juga berindikasi mendorong aktivitas perbankan ke transaksi yang sifatnya spekulatif dengan niat mendapatkan keuntungan yang tinggi, meski resikonya juga tinggi. Tentu saja, perlu dianalisis lebih dalam bagaimana logika globalisasi keuangan mempengaruhi aktivitas perbankan tanah air. Pertama, dengan semakin tingginnya liberalisasi keuangan, maka sumber instabilitas keuangan akan semakin tinggi. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi market value dari sisi aset dan liabilitas bank. Sebagai contoh, bagaimana capital outflow aliran modal keluar yang meningkat semisal akibat sentimen negatif investor terhadap perekonomian domestik. Dalam hal ini, aliran modal keluar tentu akan menyebabkan nilai tukar domestik akan semakin terdepresiasi, dan tentu memaksa kebijakan moneter yang cenderung ketat dengan implikasi suku bunga yang tinggi. Dalam konteks ini, fenomena tersebut telah menyebabkan perbankan akan menghadapi dua resiko sekaligus dalam jangka pendek, yaitu: resiko suku bunga dan resiko nilai tukar.11 Ketiga, dengan semakin tingginya globalisasi keuangan, yang juga berarti semakin banyaknya pemain-pemain asing yang masuk dalam industri perbankan sudah pasti akan menggeser market share perbankan, sehingga pada akhirnya akan mendorong bank untuk mencari sumber-sumber investasi baru. Salah satunya yang less cost, dan menjanjikan keuntungan yang tinggi meski resikonya tingginya adalah dengan bergantung pada transaksi derivatif. Dalam konteks yang terakhir, ada fenomena baru meningkatnya jumlah asing di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tentu pertanyaannya adalah apakah tingginya jumlah pemain asing di 11 Dalam tulisannya, “Capital Market Liberalization, Economic Growth and Instability”, Joseph E. Stiglitz memaparkan bagaimana asumsi neo klasik yang memahami uang sama seperti komoditas lainnya, sehingga beranggapan liberalisasi keuangan sama pentingnya dengan liberalisasi ekonomi. Dalam pandangannya, Stiglitz beranggapan bahwa uang tidaklah sama dengan barang dan jasa, sehingga treatmentnya pun harus berbeda. Ia berpandangan bahwa fungsi pasar keuangan yang dianggap berfungsi “diversifikasi” bagi aset keuangan sehingga mendorong stabilitas, dianggapnya tidak berjalan secara optimal. Hal ini utamanya disebabkan karena sifat instrumen keuangan pasar modal yang unstable dan berjangka pendek. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Kedua, dengan semakin tingginya globalisasi keuangan, maka pengenalan terhadap jenis-jenis aset keuangan yang baru akan semakin tinggi. Hal ini berkaitan dengan pilihan-pilihan aset keuangan yang menggiurkan bagi sektor perbankan, baik yang sifatnya hanya sebagai dealer atau penjual aset keuangan kepada masyarakat hingga yang sifatnya sebagai player atau bank bertransaksi langsung. Tentu saja dengan semakin enjoynya sektor perbankan untuk mendistribusikan dananya pada aset-aset keuangan “derivatif” maka peluang untuk menginvestasikkannya dalam bentuk kredit produktif (modal kerja dan investasi) akan semakin berkurang. P a g e | 88 industri perbankan dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem keuangan akibat semakin kompetitifnya pasar perbankan tanah air?, ataukah pemain asing hanya sebagai sumber instabilitas baru bagi sistem keuangan domestik? Mudah saja untuk berhipotesis untuk menjelaskan fenomena. Meski analisis ini masih terlalu dini untuk diambil sebagai kesimpulan, namun hasil empiris yang ditemukan oleh Lapavitsas dan Santos (2008) menjelaskan fenomena meningkatnya pemain asing dalam pasar domestik negara-negara berkembang telah mengancam instabilitas perekonomian domestik. Analoginya adalah, dengan keterbatasan informasi berkaitan dengan “hambatan budaya” atau cultural barrier, pemain asing masuk ke pasar perbankan dengan memanfaatkan analisis “arm-length” dengan memanfaatkan komputerisasi IT untuk menganalisis kelayakan seperti yang dipaparkan pada sub-bab sebelumhya. Hal ini berimplikasi pada jenis aset atau investasi yang ditawarkan pemain asing pada masyarakat domestik, yang cenderung mengarah pada pinjaman atau kredit yang sifatnya konsumtif dengan penggunaan kartu kredit. Dengan penggunaan IT yang maju, proses studi kelayakan dan monitoring klien dalam jumlah yang besar akan semakin mudah untuk dilakukkan dengan biaya yang rendah.12 Untuk menjelaskan fenomena Bank Asing di tanah air, Bank Indonesia masih belum secara eksplisit merinci aktivitas kegiatannya di pasar keuangan domestik khususnya dalam membagi jenis kredit dan aset yang dimiliki oleh Bank Asing. Sehingga keterbatasan untuk menganalisis peran Bank asing tersebut didalam industri perbankan tanah air akan semakin sulit. Namun, sederhana saja, media massa (elektronik maupun yang paper based) telah gencar mensosialisasikan produk-produk keuangan bank asing yang sebagian besar adalah Kartu kredit. Berdasarkan dua ancaman besar yang dipaparkan sebelumnya, “globalisasi keuangan dan kemajuan teknologi”, maka kekuatan sistem keuangan domestik akan semakin berkurang akibat lumpuhnya fungsi vital perbankan. Keadaan ini akan semakin parah, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang menggantungkan sebagian besar sumber dananya dari intermediasi perbankan. Sehingga pada akhirnya ancaman terhadap stabilitas sistem keuangan, dan dampaknya secara negatif terhadap perekonomian dan pembangunan ekonomi juga akan meluas. Bahwa perbankan sudah tidak lagi menjadi agent of development yang strategis. Jika fungsi vital intermediasi perbankan sudah lumpuh, institusi mana yang akan menggantikan perannya? Apakah institusi tersebut mampu menyediakan biaya transaksi dan resiko yang kecil? Apakah institusi ini mampu menyediakan fungsi intermediasi berkaitan dengan pembagian resiko “risk sharing” dan mengurangi asytemric information? 12 Implikasi masuknya bank-bank asing di negara berkembang menimbulkan kontroversi dan pro kontra. Penelitian terbaru yang dilakukkan oleh World Bank di tahun 2007 (http://go.worldbank.org/BTI7JEX1S0) “Foreign bank participation and crises in developing countries” yang ditulis oleh Robert Cull et.al. menjelaskan bahwa peluang terjadinya krisis perbankan terjadi lebih besar pada pasar keuangan yang didominasi oleh perbankan asing. Pendapat yang pro terhadap masuknya Bank Asing dalam pasar domestik mengedepankan alasan meningkatnya supply dana atau akses kredit dalam perekonomian, adopsi teknologi yang tinggi, alasan efisiennya bank asing (karena mudah untuk mencari tambahan dana di pasar keuangan internasional) (Gormley, 2007) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i IV.4 Implikasi “pergeseran fungsi vital perbankan” terhadap sektor riil dan stabilitas sistem keuangan P a g e | 89 Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian policy maker untuk mencari solusi terhadap kelumpuhan yang mengancam industri perbankan tanah air. Meminjam kata yang digunakan Mc Kinon, mungkin hanya “lucky draw” saja yang dapat menyelematkan industri perbankan tanah air. Indikasi kesehatan perbankan secara mikro, yang ditandai dengan tingginya ekspansi kredit konsumtif, transaksi derivatif dan fee based income tentu menjelaskan pergeseran fungsi vital perbankan secara tradisional, yang seharus memfokuskan diri pada pembiayaan pinjaman bagi dunia usaha yang produktif untuk menyokong pembangunan ekonomi. a “lucky draw” yang dimaksudkan pada paragraf sebelumnya memiliki pemahaman bahwa, jika perekonomian domestik masih memiliki ruang gerak untuk melakukkan ekspansi maka resiko tersebut akan minim sekali terjadi. Namun jika yang terjadi adalah keadaan yang sebaliknya (ex: Resesi Ekonomi), maka yang terjadi bisa mirip dengan apa yang dialami oleh U.S (United States) dalam kasus Sub Prime Mortgage, atau resiko kredit dalam jumlah yang sangat besar. Bagi perusahaan besar, pencarian sumber dana-dana lain mungkin akan mudah untuk dilakukkan jika fungsi vital intermediai perbankan sudah lumpuh. Hal ini dilakukkan dengan mengeluarkan surat berharga obligasi ataupun saham. Namun bagi usaha kecil dan menengah, proses tersebut akan semakin sulit untuk dilakukkan. Sehingga, lumpuhnya fungsi vital intermediasi perbankan sedikit banyak akan menyulitkan tambahan modal kerja dan investasi bagi kebutuhan ekspansi bisnis mereka. Belum lagi, dominasi UMKM yang sangat tinggi di negara berkembang seperti Indonesia sudah pasti akan semakin melarat dengan lumpuhnya fungsi vital intermediasi perbankan. Pengembalian fungsi vital perbankan tentu bukanlah misi yang mudah untuk direalisasikan oleh Bank Indonesia, ditengah-tengah beratnya beban mengemban amanat “Inflation Targeting” di era tingginya inflasi global akibat tingginya harga minyak dan harga-harga komoditas.13 Ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat dilakukkan untuk mengembalikkan fungsi vital intermediasi perbankan, atau menyelematkan perbankan dari kelumpuhan, antara lain: a) Kontrol Modal dan Regulasi ketat dalam aliran modal jangka pendek, b) Pengembangan penyedia informasi kredit (Credit Bureau), c) Pengembangan implementasi Manajemen Resiko yang terintegrasi, d) Penguatan modal sebagai buffer transaksi derivatif, e) Regulasi bagi masuknya bank asing di domestik dan f) Pengembangan perbankan syariah. Pilihan kebijakan diatas tentu memiliki nafas bahwa dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan (perbankan) domestik 13 Bank Indonesia saat ini mengadopsi framework kebijakan moneter Inflation Targeting, sejarah baru dalam institusi moneter ini diperkuat dengan diberlakukannya UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang juga telah disempurnakan dengan UU. No 3/2004 tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya. (www.bi.go.id) Namun tentu saja implementasi IT tidaklah semudah “membalikkan telapak tangan”, setidaknya ada 5 hambatan utama mengapa impelentasi IT sulit untuk dicapai di negara berkembang (Lihat, Mishkin (2000) "Inflation Targeting in Emerging Market Countries." Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dalam mendorong sistem keuangan yang sehat dan stabil, tentu saja regulasi dan supervisi perbankan harus dapat diperkuat untuk dapat meredakan “shock”, serta mengambil keuntungan dalam era globalisasi yang makin tidak terkendali. Dalam konteks ini, tentu pengawasan yang ketat (heavily regulated) dan bukan “financial repression” yang perlu untuk dilakukkan, sejalan dengan perbaikkan juga dalam fungsi vital perbankan “intermediasi”. P a g e | 90 dengan pasar keuangan internasional, maka kebutuhan untuk meregulasi dan melakukan supervisi yang baik menjadi kebutuhan yang sangat urgent. Jika merecall kembali apa yang dijelaskan oleh (Stevens, 2007) dihalaman 13, bahwa krisis keuangan yang terjadi di sebagian besar negara berkembang disebabkan karena permasalahan di sektor perbankan. Hal ini tentu saja disebabkan karena pengaruh dan peran perbankan masih sangat dominan di negara berkembang yang notabene masih belum maju pasar keuangan pendukungnya. Pertama, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan restriksi terhadap aliran modal “jangka pendek” atau yang dikenal dengan “hot money”. Tentu saja, oppurtunity cost atau biaya pengorbanan secara ekonomis dari restriksi yang tinggi terhadap jenis modal ini adalah rendahnya ketersediaan modal bagi kebutuhan kredit domestik. Namun, pengalaman empiris menyebutkan bahwa aliran modal ini sangat rentan terhadap sentimen negatif yang pada akhirnya menyebabkan instabilitas pada perekonomian secara makro. Khususnya dalam memberikkan shock yang cukup berat terhadap stabilitas nilai tukar domestik. Krisis nilai tukar, yang telah meluas menjadi krisis keuangan, perbankan dan ekonomi di Asia merupakan contoh konkrit bahaya laten jenis modal ini. Dalam kaitannya dengan penguatan fungsi vital perbankan “intermediasi”, pilihan kebijakan ini menjadi obat mujarab untuk membatasi pinjaman luar negri bank yang berlebihan atau “international overborrowing”, sehingga keterbukaan resiko keuangan (resiko kredit dan resiko nilai tukar) akan semakin terkendali. Sehingga pada akhirnya, stabilitas keuangan domestik juga akan semakin terjaga. Ketiga, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan manajemen resiko. Pengaruh globalisasi keuangan yang semakin tinggi, dengan ancamannya yang menghadang, tentu saja membutuhkan perlindungan internal atau “manajemen resiko” yang kuat. Selain itu, semakin bervariasinya jenis investasi aset yang berkembang seiring dengan inovasi keuangan dan teknologi, mendorong penerapan manajemen resiko yang terintegratif. Dalam konteks ini, implementasi manajemen resiko perlu dilakukkan dalam berbagai aspek yang komplit, menyangkut sisi aset, liabilitas, manajemen dan lingkungan. Keempat, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan penguatan modal (capital as a buffer). Dengan semakin tingginya transaksi beresiko yang dilakukkan oleh perbankan, maka biaya atau cost yang harus dibebankan pada bank seharusnya juga meningkat. Dalam konteks ini, pembatas Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Kedua, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan penyedia informasi kredit (credit bureau). Peningkatan resiko kredit macet, yang didominasi oleh kredit rumah tangga atau konsumsi menunjukkan lemahnya sistem pengawasan, monitoring dan pengujian kelayakan nasabah. Hal ini tentu disebabkan karena keterbatasan bank dalam mengakses secara lebih detail riwayat keuangan calon nasabah. Disisi lain, analisis arm-length yang dipaparkan sebelumnya, juga berkontribusi dalam lemahnya sistem manajemen resiko kredit perbankan saat ini. Oleh karena itu, kebutuhan akan penyedia informasi kredit yang berfungsi sebagai data base penyedia informasi bagi bank, menjadi sangat penting untuk direalisasikan. Hal ini selain akan mendorong biaya yang semakin rendah karena skala ekonomis yang tinggi, juga akan mengurangi terjadinya default atau resiko yang meningkat. Disisi lain, pilihan kebijakan ini akan mengurangi constraint kredit karena sektor perbankan akan lebih percaya atas keabsahan informasi dari penyedia kredit. Hal inilah yang pada akhirnya dapat meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, karena semakin tingginya jumlah kredit yang berkualitas. P a g e | 91 aktivitas perbankan ke arah transaksi yang beresiko harus dilakukkan dengan regulasi modal yang makin kuat. Hal ini bisa dilakukkan dengan memberikkan bobot modal yang tinggi untuk transaksi-transaksi beresiko tinggi. Sehingga dengan upaya ini, keinginan bank untuk meningkatkan aktivitasnya pada transaksi beresiko tinggi akan semakin terhambat, dan insentif untuk melakukkan penetrasi kredit yang produktif akan semakin meningkat. Terakhir, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan bank syariah. Pengembangan bank syariah pada dasarnya memiliki visi kedepan dalam pembangunan. Hal ini disebabkan karena hubungan “relational” memiliki kekuatan secara kelembagaan dalam industri perbankan syariah. Selanjutnya beberapa skim pembiayaan yang produktif, yang dimiliki oleh perbankan syariah patut diakui bahwa institusi ini mampu memberikkan fungsi intermediasi yang optimal bagi pengembangan pasar keuangan domestik. Suatu hal yang sangat berharga yang diajarkan dalam syariah economics bahwa spekulasi atau gharar sangat dilarang. Dan, uang sebagai alat tukar harus dikembalikan pada fungsi dasarnya sedia kala. Oleh karena itu perilaku-perilaku yang memperjualbelikan uang (menganggap uang sebagai komoditas) pada akhirnya hanya mendorong terjadinya krisis keuangan dan krisis ekonomi. Hal inilah yang seharusnya dijunjung tinggi dalam sistem keuangan domestik, bahwa perbankan harus kembali dari kelumpuhan ”intermediasi” akibat kemajuan yang dialaminya sendiri. Dengan kata lain, perbankan akan terbebas dari kemajuan yang membawa kemunduran. Contoh analisis dan pembahasan yang dipaparkan diatas merupakan contoh analisis yang menitik beratkan pada analisis yang didasarkan pada metode “survey literatur”, yang menitik beratkan pada analisis ekonomi (intuisi ekonomi) dan implikasi kebijakan. Namun dalam pengerjaan tugas akhir, sebelum melakukkan analisis ekonomi (intuisi ekonomi) anda diharapkan menuliskan analisis ekonometrika berdasarkan model yang dikembangkan. Maksud dipaparkannya contoh ini adalah agar anda memahami gaya penulisan “analisis ekonomi” dalam bab analisis dan pembahasan. Hal ini ditujukkan agar analisis model ekonometrika yang nantinya dianalisis oleh anda memiliki intuisi ekonomi yang baik dan lengkap. Kelemahan mahasiswa dalam Bab ini terletak pada masalah “Bagaimana Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Kelima, pilihan kebijakan yang berkaitan dengan masuknya bank asing di pasar keuangan domestik. Nafas untuk meningkatkan efisiensi yang dapat menurunkan biaya modal dengan hadirnya pemain asing yang masuk dalam industri perbankan, harus segera diklarifikasi dengan hati-hati. Meski terjadi dua polar pandangan seperti yang dipaparkan dalam landasan teoritis, berkaitan dengan masuknya bank asing dalam industri perbankan, maka diperlukkan analisis yang lebih country specific untuk menjawab “Apakah masuknya bank asing menjadi sumber instabilitas keuangan yang menganggu perekonomian domestik?”. Dalam konteks ini, penulis lebih berhati-hati untuk menilai masuknya bank asing dalam pasar domestik. Hal utama yang mendasarinya adalah, berdasarkan data BI yang telah dipublikasikan, ROA bank umum domestik tidak meningkat secara signifikan dalam waktu terakhir. Meski banyak faktor yang mendasarinya, namun jelas terungkap bahwa perbaikan efisiensi dalam industri perbankan tidak terpengaruh dengan masuknya bank asing di dalam indutri perbankan tanah air. Di sisi lain, aktivitas perbankan asing yang lebih menyukai penetrasi kredit di sektor konsumsi dan menghindari pembiayan dunia usaha yang produktif, sesungguhnya merupakan ancaman eksploitasi pasar keuangan saja. Dengan kata lain, fungsi intermediasi yang produktif dari institusi ini masih belum dapat dirasakan secara maksimal di pasar keuangan domestik. P a g e | 92 mengintuisikan model analisis ekonometrika, kedalam bahasa ekonomi.” Sehingga diharapkan model ekonometrika yang telah dianalisis dan diintepretasikan secara bahasa ekonometrika (signifikan atau tidak signifikan) bisa dikembangkan secara luas dengan bahasa ekonomi yang tepat. Perlu dipahami, bahwa 3 hal utama yang dituliskan dalam bab analisis pembahasan, adalah: analisis ekonometrika, analisis ekonomi berdasarkan model ekonometrika dan implikasi kebijakan. Secara lengkap beberapa poin penting yang harus dimasukkan dalam bab ini, antara lain: Pertama akan dibahas gambaran umum tentang kondisi data primer dan sekunder. Selanjutnya berdasarkan hasil output model ekonometrika, akan dibahas signifikansi variabel-­‐variabel serta uji kelayakan model dan asumsi klasik. Dengan temuan ini akan dijawab hipotesis yang telah diputuskan sebelumnya. Dalam bab ini kemudian dilanjutkan dengan intepretasi hasil dengan analisis ekonomi serta bagaimana policy implication dari temuan tersebut. Contoh lebih lengkap keseluruhan bab dapat dijumpai di contoh penulisan tugas akhir (skripsi) dibawah ini. S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 93 Contoh Penulisan Tugas Akhir (Skripsi) JUDUL : ANALISIS ASOSIASI KURS DAN HARGA SAHAM : PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (Periode 1998-2003) DIAS SATRIA ABSTRAK Globalisasi di sektor keuangan semakin meningkat seiring dengan kontribusi portofolio asing di pasar keuangan domestik. Tingginya mobilitas modal portofolio di pasar saham dan pasar uang telah meningkatkan volatilitas dan resiko yang berasosiasi dengan stabilitas kurs secara umum. Perkembangan inilah yang diupayakan untuk dipelajari melalui hubungan antara kurs dan harga saham. Dalam melihat kemungkinan mekanisasi yang berbeda antar hubungan kurs dan harga saham khususnya sejak era floating exchange rate, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab bentuk hubungan yang terjadi antar variabel tersebut. Hasil estimasi menunjukkan konsistensi secara teoritis dengan pendekatan portofolio balance, dimana pergerakan indeks saham berpengaruh kuat terhadap fluktuasi kurs. Hal ini didukung dengan hasil estimasi model ECM (Error Correction Model) yang menunjukkan signifikansi baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, yang juga berarti model telah konsisten secara teoritis. Pada akhirnya, penelitian ini ditujukan untuk memberikan informasi bagi tercapainya stabilitas sistem keuangan, serta menginformasikan jalur moneter yang lain (harga asset), yang penting untuk mengukur determinasi kurs dalam jangka pendek. Kata kunci : Globalisasi, Portofolio, Kurs dan Saham 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membawa pengaruh yang luas terhadap pergerakan modal asing yang masuk pasar keuangan di negara-negara berkembang.14 Seiring dengan semakin meningkatnya kapitalisasi pasar domestik dan persaingan antar emerging market, mendorong setiap negara untuk mereformasi kebijakannya agar lebih market-friendly dalam memacu investasi modal luar negri untuk menstimulasi perekonomian domestik. Respon tersebut dilakukan dengan semakin meningkatkan orientasi kebijakan secara mikro dan makro, yang secara bersamaan mendukung kondisi investasi yang kondusif. Dalam perspektif mikro pilihan kebijakan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi di pasar modal/pasar uang, sedangkan dukungan secara makro diarahkan untuk menciptakan macroeconomic soundness yang sehat dengan diiringi relaksasi kebijakan kontrol modal serta mengubah rezim kurs kearah yang lebih fleksibel. 14 Sejak 1990-1994, telah lebih dari $ 670 billion modal asing yang masuk di negara-negara berkembang (Asia dan Amerika Latin). Nilai ini meningkat lima kali dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai $ 133 billion. Meskipun angka tersebut turun sejak krisis melanda mexico (desember 1994), namun pergerakan modal asing semakin meningkat lagi di awal 1995 dengan level yang lebih tinggi. (Calvo, 1996) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i BAB I PENDAHULUAN P a g e | 94 15 Indonesia merupakan negara yang paling liberal di Asia Tenggara dalam transaksi modal lintas negara, indeks capital control Indonesia merupakan terendah kedua (0,35) setelah singapura (0,30). Negara lainnya seperti Thailand, philipina, Korea dan Malaysia masing-masing memiliki indeks control modal sekitar : 0,60 ; 0,45; 0,61; 0,77. (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2000) 16 Mekanisme efek penularan di beberapa negara di asia secara umum dapat dijelaskan melalui dua pendekatan yang saling berhubungan, yaitu : hubungan fundamental dan perilaku pasar uang. Dalam pendekatan fundamental, krisis terjadi melalui transmisi hubungan perdagangan antar negara (melalui sektor riil dan sektor keuangan), sedangkan pendekatan lainnya menjelaskan perilaku pasar uang yang identik dengan : financial panics, herd behaviour, loss confidence dan meningkatnya risk aversion. (Iriana, 2002) 17 Pertumbuhan GDP ditahun 1996 mencapai 7,68 %, menurun drastis hingga –13,7 % (1998). Selanjutnya inflasi ditahun 1996 yang hanya mencapai 6,47 %, meningkat 77,63 % (1998). Kurs ditahun 1996 mencapai 2.386/$ dan terdepresiasi hingga mencapai 8.025/$ (1998). SBI ditahun 1996 yang hanya mencapai 12.26 % meningkat drastic hingga 37.84 %(1998) (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1998) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Aliran modal asing (global financial flows) di satu sisi memang telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun seiring dengan itu tingginya mobilitas modal (High capital mobility) di negara berkembang telah banyak menimbulkan permasalahan makroekonomi seperti : tingginya ekspansi moneter, tekanan inflasi dan kurs serta melebarnya defisit current account.(Calvo, 1996) Indonesia sebagai net importer modal terbesar di asia tenggara, melakukan proses liberalisasi keuangan dengan mengawali kebijakan deregulasi keuangan yang diikuti secara bertahap dengan pengurangan restriksi terhadap transaksi devisa (capital control) dan perubahan rezim kurs.15 Keadaan ini tentunya memberikan pengaruh yang luas terhadap instabilitas perekonomian domestik, karena sebagian besar investasi portofolio modal yang masuk di Indonesia berupa investasi jangka pendek yang sensitif terhadap fluktuasi kurs. Permasalahan modal jangka pendek di Indonesia semakin meningkat ketika financial crises melanda asia dan menular kebeberapa negara tetangga sehingga menyebabkan ambruknya capital market (pasar uang dan pasar modal) di negara tersebut.16 Krisis ini diwarnai dengan arus modal keluar neto (net capital outflows) dalam jumlah yang sangat besar (net outflows) hingga US$14,5 milyar pada tahun 1997 dan net outflows sebesar US$59,6 miliar pada tahun 1998. (Kurniati, 2000) Capital net outflows yang tinggi inilah yang telah berakibat pada terjadinya destabilizing effect terhadap perekonomian domestik.17 Sejak terjadinya krisis nilai tukar yang diikuti menurunnnya indeks di beberapa pasar saham di Asia, telah memberikan argumen yang kuat untuk menjelaskan keterkaitan hubungan antar variabel nilai tukar dengan harga saham. Krisis yang diawali dengan depresiasi bath Thailand yang mencapai 63,5 %, mengakibatkan beberapa negara terkena dampak yang sama, seperti : Dolar Hongkong (0,1%), Yen Jepang (13,3%), Won Korea (60,0%), Ringgit Malaysia (51,6%), Dolar Singapur (17,7%) dan Dolar Taiwan (17,2%). Selanjutnya pada periode yang sama, terjadi penurunan indeks saham gabungan hingga –29%, -24%, -52%, -45%, -22%, -9% dan –34% untuk pasar modal di Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia, Singapur, Taiwan, dan Thailand. (Shiun Pan, 2000) Di Indonesia depresiasi kurs rupiah yang tajam mengakibatkan penurunan indeks bursa saham (IHSG) BEJ hingga -37%. Dijelaskan dalam kompas tertanggal 12 mei 1998, bahwa pengaruh depresiai rupiah ke pasar modal disebabkan karena sebagian besar perusahaan Go public di BEJ mempunyai hutang luar negri dalam valas yang cukup besar, di sisi lain tingginya import content bahan baku produk perusahaan Go public menyebabkan biaya produksi dan hutang perusahaan meningkat sehingga berakibat pada menurunnya profitabilitas perusahaan dan tentunya harga saham perusahaan Go public tersebut. Risiko dan volatilitas kurs di pasar-pasar keuangan domestik (pasar uang & modal) yang sangat tinggi, tidak terlepas dari semakin meningkatnya internasionalisasi rupiah dan longgarnya kebijakan pemerintah dalam mengatur transaksi lalu lintas dana (Cross border). Proses ini secara tidak langsung mendorong pengaruh yang lebih luas terhadap equilibrium pasar yang tidak sepenuhnya merefleksikan sisi ekonomi secara fundamental, namun juga dipengaruhi oleh berbagai faktor non fundamental (ex: politik, Sosial dll). Meningkatnya volatilitas pasar seringkali mengindikasikan upaya-upaya spekulatif/hit & run, yang seringkali memicu reaksi berlebihan dan asimetris, yang menyebabkan dampak berantai (bandwagon effect) terhadap pasar-pasar keuangan/aset domestik. P a g e | 95 Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang kondusif dan struktur mikro pasar keuangan yang tidak sempurna, faktor risiko menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keputusan para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini selaras dengan teori portofolio investment, yang mengasumsikan bahwa aset domestik dan asset luar negeri bersifat substitusi tidak sempurna karena adanya perbedaan tingkat perkembangan sektor keuangan, perbedaan peraturan pemerintah, risiko politik, dan risiko perubahan kurs. Oleh karena itu, dalam upaya memaksimumkan expected return-nya, keputusan investor dalam mengalokasikan aset-asetnya di suatu negara juga mempertimbangkan adanya faktor ketidakpastian (risiko). (kurniati, 2000) Hal ini mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia yang relatif stabil, belum sepenuhnya mengembalikan sentimen positif pelaku pasar karena tingginya risiko dan ketidakpastian (indeks country risk yang relatif masih tinggi). Penjelasan hubungan antara pasar uang dan pasar saham dijelaskan oleh beberapa kajian teoritis yang menghubungkan keterkaitan antara variabel harga saham dan variabel kurs. Secara umum terdapat dua pendekatan teori yang mempunyai hasil berlawanan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan keseimbangan portofolio (Granger et. al, 1998). Dalam pendekatan tradisional “goods market approach”, dijelaskan bahwa perubahan pada harga saham disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kurs mata uang, sedangkan pendekatan keseimbangan portofolio mengatakan hal yang sebaliknya. Ada dua sudut pandang yang digunakan dalam pendekatan tradisional yaitu sudut pandang ekonomi mikro dan makro. Dalam sudut pandang ekonomi mikro, perubahan kurs mata uang akan menyebabkan perubahan portofolio perusahaan-perusahaan multinasional. Apresiasi kurs mata uang lokal akan mengurangi keuntungan perusahaan dan selanjutnya akan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Sedangkan dalam sudut pandang ekonomi makro, apresiasi mata uang lokal akan mengurangi tingkat kompetisi produk yang dihasilkan perusahaan karena harganya yang semakin mahal, dan pada akhirnya hal ini akan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Hubungan teoritis antara harga saham dengan kurs mata uang seperti yang dijelaskan pendekatan tradisional tersebut mempunyai arah korelasi yang positif. Tabel 1.1 Perbandingan Teoritis : “Kurs Dan Harga Saham” Traditional model (+) Kurs (Apresiasi) Harga saham (Turun) (-­‐) Harga Saham (Naik) Kurs (Apresiasi) “Portofolio balance model” Pendekatan “keseimbangan portofolio” (Portofolio balance approach) menekankan peran penting Capital Account Transaction. Seperti komoditi lainnya, kurs dideterminasikan dari mekanisme pasar (kondisi permintaan dan penawaran). “Blooming” di pasar saham akan menarik modal masuk dari investor luar negri, yang akan menyebabkan peningkatan permintaan pada mata uang domestik. Sebaliknya apabila terjadi penurunan pada harga saham, dimana investor berusaha untuk menjual sahamnya untuk menghindari kerugian dengan mengubah uangnya menjadi mata uang asing dan meninggalkan negara tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat dan selanjutnya mendorong depresiasi pada mata uang domestik. Hubungan teoritis antara harga saham dengan kurs mata uang seperti yang dijelaskan pendekatan keseimbangan portofolio tersebut mempunyai arah korelasi yang negatif. Penelitian ini sesungguhnya merupakan penelitian yang bersifat parsial dalam menjelaskan kompleksitas mekanisme moneter dan keuangan. Dalam konteks ini, maka penelitian ini akan menjelaskan determinasi nilai tukar dalam jangka pendek dan jangka panjang, dengan melihat equilibrium (keseimbangan) pasar asset (Equity market) akibat shock atau fluktuasi nilai tukar. Oleh Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i “Good market approach” P a g e | 96 karena itu, penelitian ini akan memfokuskan analisis terhadap variabel harga saham dan variabel nilai tukar, sebagai proksi dalam merepresentasikan equilibirum kedua pasar tersebut. Di sisi lain, pengamatan terhadap keterkaitan antara saham dan kurs, tentunya dapat memberikan implikasi dalam menjelaskan perilaku suatu pasar (ex: pasar uang), melalui informasi dan kejadian yang terjadi di pasar lainnya (ex: pasar saham). Sehingga dapat diprediksi apakah variabel harga saham dapat dijadikan sebagai leading indicator bagi pergerakan kurs, atau sebaliknya. Kerangka analisis yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan yang tepat bagi regulator maupun investor dalam membangun suatu kerangka analisis untuk memutuskan suatu kebijakan di masa depan. Penerapan kebijakan dalam perspektif ini, dapat diimplementasikan oleh regulator untuk menstabilisasi suatu pasar, dengan mengontrol variabel di pasar lain. Sebagai contoh, regulator dapat mencegah terjadinya gejolak dalam pasar modal dengan mengontrol kurs dan begitu juga sebaliknya dalam upaya menstabilisasi kurs regulator dapat mengupayakannya melalui kebijakan di pasar modal. Selain itu keterkaitan hubungan tersebut juga dapat digunakan oleh regulator dalam proses untuk menstimulasi/menggairahkan investasi luar negri di pasar domestik. Bagi investor, keterkaitan antar pasar keuangan tersebut dapat menjelaskan informasi yang penting dalam proses pengambilan keputusan diversifikasi portofolio/investasi, serta memahami keterbukaan risiko kurs yang dihadapinya. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini akan fokus pada hubungan kausalitas antara kurs dan harga saham, serta menjelaskan hubungan jangka pendek dan jangka panjang kedua variabel tersebut. Sehingga permasalahan yang kami angkat dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah hubungan antara kurs dan harga saham di era rezim kurs mengambang bebas (Floating exchange rate)?” Apakah hubungan antara kurs dan harga saham dalam jangka pendek dan jangka panjang di era rezim kurs mengambang bebas (Floating exchange rate) bisa dideteksi dengan model ECM (Error Correction Model)?” 1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah (policy maker) untuk mengetahui kondisi riil pasar asset keuangan di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran untuk memahami mekanisme transmisi kebijakan moneter (kebijakan nilai tukar), khususnya dalam memahami pengaruhnya terhadap pasar-pasar asset keuangan (ex: equity market/pasar saham). Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar, serta upaya peningkatan gairah investasi di Indonesia. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak swasta (Pelaku Ekonomi, Investor dll) untuk memberikan gambaran pentingnya melakukan diversifikasi risiko dalam mengantisipasi pengaruh exchange rate risk exposure terhadap kondisi portofolio keuangan mereka. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai masukan dalam memutuskan kebijakan investasi di masa depan. 1.5 Sistematika Penelitian Sistematika pembahasan dalam kertas karya utama ini meliputi : BAB I : Pendahuluan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui hubungan antara kurs dan harga saham di era rezim kurs mengambang bebas (Floating exchange rate), b) Untuk mengetahui apakah dalam jangka pendek dan jangka panjang hubungan antara kurs dan saham di era rezim kurs mengambang bebas dapat dideteksi melalui model ECM (Error Correction Model). P a g e | 97 BAB II : BAB III : BAB IV : BAB V : Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dibahas mengenai penelitian-penelitian terdahulu, berbagai dasar teori yang melandasi dan berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian tentang kurs dan harga saham. Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian, metode pengumpulan data serta metode dan tahapan analisa. Pembahasan Dalam bab ini diuraikan secara garis besar mengenai perkembangan rezim nilai tukar dan kebijakan devisa indonesia, tinjauan umum nilai tukar dan harga saham tahun 2000-2003, analisa hasil estimasi dan analisis ekonomi berkaitan dengan model ECM “kurs dan IHSG” Penutup Dalam bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian serta saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan didalam membuat keputusan atau kebijakan khususnya mengenai bidang keuangan dan moneter. 2.1 Determinasi Nilai Tukar : Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara rinci kerangka teoritis yang menjelaskan determinasi nilai tukar secara umum serta kemungkinan hubungannya secara parsial dengan harga saham. Hal ini didasarkan bahwa pasar asset, merupakan salah satu channel penting yang dapat menjelaskan mekanisme transmisi moneter “nilai tukar”, khususnya dalam hubungan determinasi nilai tukar jangka pendek 5 Dalam kerangka teoritis yang diuraikan nanti, terdapat beberapa pendekatan yang saling berlawanan dalam menjelaskan pengaruh antar variabel. Hal ini tentu didasari oleh asumsi dan kerangka mekanisasi yang berbeda antar masing-masing pendekatan. Selain itu untuk mendukung kemungkinan hubungan yang berbeda-beda antar variabel saham dan kurs secara empiris, dalam bab ini juga dilengkapi dengan penelitian empirik terdahulu yang fokus membahas hubungan kausalitas antara kurs dan harga saham. Nilai Tukar sebagai variabel penting dalam keuangan internasional, memiliki pengaruh yang luas terhadap pengambilan keputusan di pasar keuangan internasional. Sebagian besar negara di dunia memandang nilai tukar sebagai satu-satunya patokan harga yang penting dalam perekonomian. Lebih dari 25 tahun ahli ekonomi mempelajari secara intens perilaku nilai tukar, namun tidak satupun model nilai tukar yang dipadukan dengan variabel struktural makroekonomi, yang dapat menjelaskan pola perilaku nilai tukar jangka pendek dengan sempurna. (Levich, 2001). Secara sederhana dapat dilihat bahwa pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu : faktor fundamental, faktor sentimen/risiko dan kebijakan nilai tukar. Faktor fundamental merupakan faktor yang sangat mudah untuk diidentifikasi, karena pengaruhnya secara konkrit dapat dilihat dari posisi neraca pembayaran, transaksi modal dan transaksi berjalan. Faktor fundamental secara umum merefleksikan kebutuhan riil (genuine demand) perekonomian, seperti kebutuhan dalam pembayaran hutang luar negri, pembiayaan impor dll. Faktor sentimen/risiko merupakan faktor yang sangat kompleks dan abstrak untuk diidentifikasi, namun faktor ini memiliki signifikansi yang luas dalam 5 For short run determination of exchange rate (period up to quarter) we should look to the determination of asset market quilibrium.(Branson, 1977) Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i BAB II KAJIAN PUSTAKA P a g e | 98 menjelaskan pergerakan nilai tukar. Faktor ini berkembang berdasarkan persepsi dan ekspektasi pelaku pasar terhadap keadaan ekonomi dan non ekonomi secara umum. Faktor sentimen positif, dalam aspek ekonomi dapat dicontohkan, seperti: membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti neraca pembayaran yang masih mencatat surplus, laju inflasi dan suku bunga yang cenderung menurun, uang primer yang terkendali di bawah target, serta defisit fiscal yang lebih kecil di bawah target semula telah meningkatkan kepercayaan lembaga donor (IMF). Selain itu faktor sentimen positif, yang berasal dari aspek non ekonomi dapat dilihat dari kemajuan pemerintah dalam menciptakan kondisi keamanan dan politik yang lebih stabil, serta political will dalam menegakan aturan hukum yang jelas (law enforcement). Selain itu faktor sentimen dan risiko juga dapat dilihat dari perkembangan premi risiko dan premi swap, serta rating dari beberapa lembaga pemeringkat (Fitch IBCA dan S&P). Faktor kebijakan ditentukan secara langsung oleh otoritas moneter melalui berbagai instrumen yang ada, seperti : SBI, OMO (Open Market Operation) dll. (laporan Tahunan Bank Indonesia, 2000) Secara teoritis, ada beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan determinasi nilai tukar. Namun secara garis besar determinasi nilai tukar dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Flow concept dan Stock concept. Dalam “Stock concept” yang popular dengan istilah “asset model”, dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan moneter (model monetaris dan model Sticky price) dan pendekatan keseimbangan portofolio (Portofolio balance model). P= M ............................................... (2.1) L(Y , i) M* .......................................... (2.2) P* = L(Y * , i * ) Permintaan uang secara positif berhubungan dengan pendapatan riil (Y) yang merepresentasikan permintaan uang untuk transaksi. Sedangkan dengan suku bunga (i) hubungannya adalah negatif, yang merepresen tasikan opportunity cost dalam keseimbangan memegang uang. Selanjutnya persamaan tersebut akan disesuaikan dengan kondisi PPP (Purchasing Power Parity) dan mensubstitusikannya dengan dua persamaan diatas, sehingga menjadi : S hom e / foreign = P ..................................... (2.3) P* setelah disubstitusikan hasilnya adalah : Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 2.2 Pendekatan Modern ”Asset model” : Stock concept (Determinasi Nilai Tukar) 2.2.1 Pendekatan Moneter (Model Monetaris dan Model Sticky Price) Pendekatan moneter dalam mendeterminasikan nilai tukar selanjutnya merupakan pengembangan dari teori PPP (Purchasing Power Parity) dan teori kuantitas uang. Ada dua komponen dasar teori kurs moneter. Pertama, menghubungkan tingkat harga di negara yang berbeda terhadap penawaran mata uang negara, dan kedua menghubungkan tingkat harga terhadap kurs. (Levi, 1996). Dalam pendekatan moneter, terdapat dua model yang dikembangkan yaitu : Flexible price (Monetarist) model dan Sticky-price (Overshooting) model. Flexible price model (Monetarist model) Flexible price model mengasumsikan bahwa harga barang domestik adalah fleksibel. Sehingga apabila terjadi kenaikkan Jumlah Uang Beredar (M) sebesar x persen, maka harga barang domestik (P) akan naik sebesar x persen dan nilai tukar domestik akan turun secara gradual sebesar x persen. Model monetaris “Flexible price” tersebut menyatakan bahwa hukum PPP (Purchasing Power Parity) akan berlaku secara terus menerus sehingga nilai tukar riil tidak akan berubah. Ilustrasi tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan awal, dimana tingkat harga (P) suatu negara merupakan rasio antara jumlah uang beredar (M) dengan permintaan uang domestik (L) : P a g e | 99 S hom e / foreign = P M / L(Y , i ) ....... (2.4) = * * P M / L(Y * , i * ) spesifikasi umum persamaan permintaan uang (demand for money) adalah : L(Y , i) = KY ηδ −εi ............................. (2.5) dimana K adalah konstan (merepresentasikan invers dari Velocity of money/percepatan perputaran uang), η adalah elastisitas pendapan dari permintaan uang (income elasticity of demand for money) dan ε adalah semielastisitas tingkat bunga dari permintaan uang (semielasticity of demand for money). Selanjutnya substitusi dari persamaan tersebut adalah : η P MK *Y * δ εi S = * = ...................... (2.6) * P M * KY η δ εi persamaan tersebut apabila diubah kedalam natural logaritma menjadi : (2.7) S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i ln St = (m − m*) t + η( y * − y)t + (k * −k )t + ε (i − i*) t ........................... Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 100 Asset Model Approach Perfect capital mobility Interest rate parity i - i* = f - s Monetary approach Portofolio Balance model Perfect capital substitutability Risk premium zero i - i* = E(s) Forward rate unbiased predictor Imperfect capital substitutability Risk premium nonzero Forward rate biased predictor Monetarist model Small country model Completely flexible commodity prices Purchasing power parity at all times Preferred Lokal Habitat model Overshooting model Uniform preference model Sticky commodity prices Purchasing power parity in The long run only Bagan 2.1 Determinasi Nilai Tukar : “Asset Model” Dari persamaan 2.6 dan 2.7 dapat dilihat apabila jumlah uang beredar (m) domestik meningkat, maka nilai tukar domestik akan terdepresiasi secara proporsional. Sebagai contoh apabila jumlah uang beredar (m) domestik meningkat dua kali, maka nilai mata uang domestik terhadap luar negri akan terdepresiasi setengahnya. Persamaan 2.6 juga dapat menjelaskan apresiasi nilai tukar sebagai respon dari meningkatnya pendapatan riil atau menurunnya tingkat bunga, karena kedua variabel tersebut (Y dan i) akan mengubah peningkatan permintaan terhadap uang domestik. Teori ini tentu sangat berlawanan dengan pendekatan tradisional aliran barang dan aliran modal. Logika pendekatan moneter tersebut adalah, bahwa memang benar bahwa peningkatan pendapatan riil domestik (Y) akan mendorong pertumbuhan yang cepat terhadap impor sehingga menyebabkan penawaran uang meningkat yang menyebabkan kurs terdepresiasi, namun hal tersebut merupakan keseimbangan parsial saja. Model tersebut, kurang memperhatikan kemungkinan adanya Capital flows yang datang sebagai respon dari meningkatnya pendapatan riil dalam negri. Pandangan moneter menjelaskan bahwa keseimbangan umum terjadi pada saat net effect dari pendapatan riil akan meningkatkan permintaan terhadap uang domestik Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 101 serta hubungan dalam Capital account yang melebihi penurunan dalam keseimbangan perdagangan (Trade balance). (Levich, 2001) Prediksi selanjutnya pendekatan moneter, menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat bunga (i) akan menurunkan nilai kurs domestik. Hal ini terjadi karena kenaikkan yang tak terduga dalam tingkat bunga nominal akan menyebabkan mata uang terdepresiasi. Alasan bagi prediksi pendekatan moneter ini adalah semakin tinggi tingkat bunga nominal, semakin rendah kuantitas riil yang diminta, dan oleh karena itu, semakin rendah ekuilibrium penawaran uang riil. Penawaran uang riil berkurang ke tingkat ekuilibrium yang lebih rendah dengan kenaikkan tingkat harga (sesuai dengan kondisi PPP). Teori ini tentu sangat berlawanan dengan pendekatan tradisional “Flow” yang berpendapat bahwa meningkatnya suku bunga akan membawa dampak pada peningkatan penghasilan bunga, yang dengan demikian akan meningkatkan permintaan terhadap uang domestik dan nilai kurs domestik akan meningkat. Prediksi pendekatan moneter tentunya sangat memperhatikan efek inflasi yang diharapkan. Hal ini diterima secara umum, ceteris paribus, lebih tingginya inflasi yang diharapkan membawa kepada tingkat bunga nominal yang lebih tinggi. oleh karena itu pendekatan moneter meramalkan bahwa lebih tingginya inflasi yang diharapkan akan mendorong depresiasi, melalui kondisi PPP (harga di masa depan yang tinggi, berarti nilai mata uang yang di masa depan yang rendah). Dengan kata lain peningkatan relatif pendapatan riil, akan membuat excess demand terhadap stok uang domestik. Individu akan meningkatkan keseimbangan uang riil dengan mengurangi pengeluaran mereka dan harga turun, sehingga akan terjadi keseimbangan di pasar uang. Karena harga turun, sesuai dengan hukum PPP, maka akan mendorong apresiasi mata uang domestik. Sebaliknya respon kurs terhadap suku bunga adalah, dengan meningkatnya suku bunga maka permintaan uang domestik akan menurun sehingga menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar. Persamaan selanjutnya akan dimodifikasi untuk memasukkan unsur tingkat bunga riil sebagai representasi dari inflasi, sehingga : ln St = ao + a1 (m − m*) t + a2 ( y * − y)t + a3 (i − i*) t + ut ..................... (2.8) dimana u adalah error term, sedangkan koefisien a1 , a2 , a3 akan dijelaskan dalam tabel. Variabel Fungsi Koefisien (m-m*) (y-y*) (i-i*) (∏ − ∏ *) (b-f) a1 a2 a3 a4 a5 Traditional Flow model + Modern Asset model Monetary approach Flexible-price model + + + Overshooting model + Real interest differential + + Portofolio Balance model + Keterangan (m-m*) : nilai log dari jub domestik terhadap luar negri (y-y*) : nilai log dari pendapatan riil domestik terhadap luar negri (i-i*) : perbedaan suku bunga, suku bunga domestik minus luar negri : perbedaan inflasi, inflasi domestik minus luar negri (∏ − ∏ *) (b-f) : nilai log dari penawaran obligasi domestik terhadap luar negri Persamaan 2.7 merupakan bentuk “tingkat perubahan” (rate of change), karena variabel ditulis dalam bentuk perubahan persentase (log). Dalam persamaan tersebut dapat diprediksi bahwa “tingkat perubahan” (rate of change) nilai spot kurs, tergantung dari “tingkat perubahan” (rate of change) JUB Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Tabel 2.1 Koefisien Regresi Model-Model “Determinasi Nilai Tukar” P a g e | 102 domestik dan luar negrinya, dari “tingkat perubahan” (rate of change) pendapatan riil domestik dan luar negri nya, dari “tingkat perubahan” (rate of change) level suku bunga dalam negri dan luar negri nya serta “tingkat perubahan” (rate of change) faktor lain domsetik dan luar negri nya (k dan k*). Apabila diasumsikan bahwa koefisien (m-m*) adalah 1, sehingga apabila pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB) meningkat sebesar x %, maka akan menyebabkan meningkatnya tingkat depresiasi (rate of depreciation) dari mata uang domestik sebesar x %. Ciri utama pendekatan moneter, dan juga pendekatan asset lainnya bahwa pendekatan ini adalah pendekatan model yang “forward looking”. Dimana perubahan (i-i*) akan terpengaruh dari _ ⎤ , dan selanjutnya perubahan t+1 akan besarnya perubahan yang diharapkan dari kurs Ln ⎡ E ( ⎢ S t +1 ) / S t ⎥ tergantung pada perubahan pada t+2 dst. ⎣ ⎦ hasil penyesuaian dinamis akibat shock ini. Sehingga kita asumsikan (i* = i ) dan keseimbangan nilai tukar sesuai dengan PPP. Dalam pasar barang, shock tidak menyebabkan perubahan pada harga (good prices), namun keadaan ini berbeda dengan di pasar asset. Turunnya suku bunga domestik akibat kelebihan JUB (Liquidity effect), menyebabkan larinya modal ke luar negri karena suku bunga luar negri yang lebih menarik (lebih tinggi). Sehingga nilai tukar akan terdepresiasi sangat besar dalam jangka pendek, dan kemudian terapresiasi kembali pada jangka panjang. Dalam hal ini, perubahan yang sangat besar nilai tukar nominal dalam jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjangnya disebut sebagai over shooting, karena harga barang adalah “sticky” dalam jangka pendek, maka nilai tukar riil akan mengikuti “overshooting path”. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Model (Overshooting) ”Sticky Price” The Sticky price model, pertama kali diperkenalkan oleh Rudiger Dornbusch (1976) dengan memasukkan asumsi bahwa speed of adjustment dari harga barang lebih lambat dibandingkan dengan speed of adjustment dari harga-harga asset. Hal ini dicontohkan, ketika bank sentral mengumumkan posisi tingkat JUB (Jumlah Uang Beredar) maka informasi tersebut akan ditangkap dan direspon secara cepat oleh pelaku pasar keuangan (financial market) dengan mengubah posisi portofolio asset hingga terbentuk keseimbangan baru. Namun pada saat yang sama, manajer Walmart dan Mc Donald menghiraukan informasi tersebut, sehingga harga produk mereka sama ketika sebelum dan sesudah pengumuman JUB oleh bank sentral dan hanya turun secara gradual untuk merespon tekanan inflasi secara umum. Pada saat harga barang adalah “Sticky” (lambat berubah), Dornbusch menjelaskan bahwa harga asset akan bergerak lebih dari kasus harga fleksibel karena pasar akan mencapai keseimbangan temporernya. Dornbusch juga menjelaskan bahwa penyesuaian dari harga barang mengikuti dynamic adjustment path nilai tukar, jadi ketika nilai tukar riil berubah dalam jangka pendek (karena ada deviasi PPP), maka ia akan kembali pada level originalnya dalam jangka panjang. Secara umum model ini dibangun dengan tiga asumsi dasar : perfect capital mobility (PPP), Slow price adjustment dan Perfect certainty. Adanya Money shock dalam perekonomian, akan mendorong terjadinya inflasi dan depresiasi nilai tukar (sesuai dengan monetary model); namun dalam model ini kita akan lebih fokus untuk melihat P a g e | 103 Nominal Exchange rate Price level Interest rate Money supply t1 (Sumber : Levich, 2001) tn Time Grafik 2.1 Pola time-series variabel-variabel dalam model “Sticky price” Dalam jangka panjang, pasar barang akan melakukan penyesuaian terhadap money shock, akibat tekanan inflasi yang dihasilkan shock tersebut sehingga menyebabkan harga akan ikut naik di pasar barang, diikuti dengan naiknya suku bunga dan selanjutnya penyesuaian apresiasi nilai tukar secara gradual. Sehingga kesimpulannya adalah Money shock (monetary disturbance) dalam jangka panjang hanya akan memberikan efek nominal, sedangkan dalam jangka pendek mempunyai efek riil dari perubahan nilai tukar riil jangka pendek, dan perubahan daya saing perusahaan dalam perdagangan internasional. Dalam model Dornbusch, model sticky price dapat ditulis dalam persamaan model berikut ini : 2.2.2 Model Keseimbangan Portofolio (Portofolio Balance Model) Seperti pendekatan model aset dari determinasi nilai tukar lainnya, bahwa model keseimbangan portofolio juga memfokuskan pada excess demand aset finansial dibandingkan dengan penawarannya. Dalam model keseimbangan portofolio, terdapat dua aset keuangan (Bonds dan Uang-Money) dan dua negara (Domestik dan luar negri). Pendekatan keseimbangan portofolio mendalilkan bahwa mata uang domestik hanya merupakan salah satu dari sekian jenis aset finansial yang ingin diperdagangkan oleh masyarakat. Persamaan dasar pendekatan keseimbangan portofolio, dapat dituliskan sebagai : W ≡ M + B + sF ...........................(2.10) Dimana M adalah kuantitas permintaan uang nominal oleh penduduk Indonesia, B menunjukkan per mintaan terhadap obligasi Indonesia, s adalah nilai tukar (didefisinikan sebagai rupiah per satu unit mata dolar Amerika), sF merepresentasikan permintaan terhadap obligasi Amerika (dalam satuan hitung rupiah), W mengacu pada kekayaan yang diwujudkan dalam berbagai jenis aset finansial. Permintaan individu terhadap obligasi tergantung dari dua faktor: 1) permintaan domestik terhadap obligasi domestik, berhubungan positif dengan suku bunga domestik. 2) permintaan terhadap obligasi luar negri, berhubungan dengan tingkat bunga luar negri dan perubahan ekspektasi nilai tukar, i* Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i St = (m − m*) t + η( y * − y) t + (1 / θ )(i * −i) t ............................................... (2.9) P a g e | 104 + e(S). Sehingga keseimbangan (B/sF) dalam portofolio positif berhubungan dengan θ = i * −i − E ( s) . θ 2.3 Keterkaitan Antar Pasar (Pasar Saham dan Pasar Valas/Uang) Keterkaitan antar pasar dapat dilihat dari aliran dana yang terjadi antara satu pasar dengan pasar lainnya. Faktor yang dapat mendorong terjadinya aliran dana antar pasar tersebut adalah adanya motivasi pelaku pasar yang dipengaruhi oleh kesejahteraan (wealth), ekspektasi suku bunga, ekspektasi inflasi, risiko dan keadaan likuiditas. Terjadinya keterkaitan antar pasar dapat terjadi melalui dua hal, yaitu : 1)Kebutuhan atas mata uang domestik (ex: pembelian saham domestik, pembiayaan impor dll) 2)Adanya perubahan return yang terjadi pada salah satu pasar. Hal yang harus difahami untuk melihat keterkaitan antar pasar adalah bahwa pasar merupakan alternatif penanaman bagi pemilik dana dan alternatif sumber dana bagi yang membutuhkan. Pergerakan dana antar pasar antara lain dpengaruhi oleh perubahan suku bunga pada pasar uang, pergerakan nilai tukar pada pasar valas, dan peningkatan yield pada pasar modal. Kenaikkan suku bunga akan berakibat mengalirnya dana ke pasar uang yang dapat berasal dari pasar modal ataupun pasar valas (Capital inflow). Terjadinya perpindahan dana tersebut akan mengakibatkan aksi jual pada pasar modal yang menyebabkan turunnya harga saham. Sedangkan pada pasar valas akan terjadi apresiasi nilai tukar karena meningkatnya permintaan terhadap rupiah. Sebaliknya, volume transaksi pada pasar utang (pemberian kredit) akan menurun karena suku bunga kredit juga akan meningkat. Kondisi yang berlawanan akan terjadi jika suku bunga menurun. Melemahnya nilai tukar akan berakibat mengalirnya dana ke pasar valas yang dapat bersumber dari pasar uang maupun pasar modal. Pengalihan dana dari pasar uang akan mengakibatkan likuiditas rupiah ketat sehingga suku bunga meningkat dan berakibat menurunnya pemberian kredit pada pasar utang. Sementara itu, di pasar modal harga saham mengalami penurunan karena terjadi aksi jual. Meningkatnya yield (Capital gain+Dividen) menyebabkan mengalirnya dana ke pasar modal yang dapat bersumber daripasar uang atau pasar valas (capital inflow). Pengalihan dana dari pasar uang terjadi karena suku bunga pasar uang menjadi kurang menarik. Terjadinya perpindahan dana tersebut akan mengakibatkan meningkatnya suku bunga pasar uang dan menguatnya nilai tukar. Selanjutnya pemberian kredit pada pasar utang juga akan mengalami penurunan. 2.3.1 ”Speculative buble” di Pasar Valuta Asing Fluktuasi nilai tukar di pasar valuta asing sering terjadi secara berlebihan yang tidak sejalan dengan perkembangan fundamental ekonomi. Tekanan deperesiasi terhadap mata uang suatu negara dapat terjadi meskipun kondisi fundamental ekonomi negara tersebut semakin membaik. Hal ini dapat terjadi karena dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, faktor ekspektasi memegang peranan yang sangat penting dalam keputusan yang diambil pelaku pasar --spekulator atau investor-- yakni ekspektasi mengenai arah atau tren nilai tukar ke depan. Fluktuasi nilai tukar yang dipengaruhi oleh ekspektasi ini terutama terjadi ketika nilai tukar begerak dalam pola "speculative bubble". Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i adalah expected excess return dalam obligasi domestik dibandingkan dengan luar negri. Meningkatnya suku bunga domestik, dan menurunnya suku bunga luar negri atau menurunnya expected rate dari depresiasi nilai tukar domestik akan mendorong investor untuk mengalokasikan danannya pada obligasi domestik. Obligasi yang dimaksud disini adalah obligasi pemerintah, sehingga penawarannya disesuaikan dengan defisit anggaran fiskal. Sehingga lebih besar defisit, maka lebih besar penawaran obligasi. Berbeda dengan pendekatan moneter, pendekatan keseimbangan portofolio memasukkan asumsi imperfect substitutability antara obligasi domestik dan luar negri, sehingga θ tidak sama dengan nol. Hal yang menyebabkan imperfect substitutability antara lain : likuiditas, pengenaan pajak, default risk, risiko politik dan risiko nilai tukar. θ dapat disebut juga sebagai exchange-risk premium. Dalam model ini, bagaimana individu mendistribusikan kekayaannya M, B, eF sangat berpengaruh dengan nilai tukar. Seluruh model dalam persamaan portofolio balance, diderivasikan dengan mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan segala aspek ekonomi, namun apabila hal itu terjadi pendekatan ini akan menyesuaikan dengan model sebelumnya (monetarist model and Overshooting model). P a g e | 105 Fluktuasi tersebut merupakan "noise" yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel ekonomi makro. Ketika bergerak dalam pola "speculative bubble", nilai tukar di pasar berfluktuasi menjauh dari nilai ekuilibrium fundamental ekonomi karena terjadinya penggelembungan ekspektasi secara berkelanjutan yang terkait dengan proses yang dinamakan "self-confirming expectation" di pasar valuta asing. Proses penggelembungan ekspektasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada periode 0, karena beberapa alasan --misalnya karena kemungkinan terjadinya ketidakstabilan politik di masa depan—spekulator berekspektasi bahwa rupiah akan terdepresiasi dalam periode 1. Untuk melindungi portofolionya dari kerugian nilai tukar (exchange rate risk) atau didasari oleh keinginan untuk meraih keuntungan (exchange rate gain), spekulator tersebut menjual rupiah (membeli valuta asing) sehingga mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Pada periode 1, rupiah mungkin benar-benar terdepresiasi sehingga menjastifikasi ekspektasi spekulator tersebut. Hal ini akan terbukti apabila terjadi aksi jual terhadap rupiah dalam periode 1 karena adanya ekpektasi depresiasi rupiah yang akan terjadi dalam periode 2. Apakah tidak masuk akal untuk berekspektasi bahwa akan terjadi depresiasi dalam periode 2? Tidak, apabila terjadi aksi jual terhadap rupiah sebagai akibat adanya ekspektasi bahwa rupiah akan terdepresiasi dalam periode 3. Demikian pula akan menjadi rasional bagi spekulator tersebut untuk berekspektasi terjadinya depresiasi dalam periode 3 apabila depresiasi diperkirakan akan terjadi dalam periode 4, dan selanjutnya. Tanpa adanya suatu periode yang diketahui dapat menghentikan proses penggelembungan ekspektasi tersebut, maka nilai tukar rupiah akan terus bergerak menjauhi nilai ekulibrium fundamental ekonomi. Pada umumnya, seorang spekulator akan merasa terikat untuk mengikuti prilaku "herding" tersebut, karena dengan mayoritas spekulator di pasar berusaha menekan nilai tukar rupiah dalam trend yang meningkat (up-trend), seorang spekulator akan mengalami kerugian apabila mencoba melawan trend dengan arah yang berlawanan (against the market trend). Dalam prakteknya, nilai tukar di pasar tidak menyimpang terhadap nilai ekuilibrium fundametal ekonomi dalam rentang waktu yang tidak terbatas (infinity). Kondisi yang sering terjadi adalah bahwa nilai tukar menyimpang dari nilai ekuilibrium fundamental untuk jangka waktu pendek sebelum gelembung ekspektasi pecah. Namun sangat mungkin bahwa gelembung ekspektasi tersebut terbentuk dan pecah secara bergantian, yang pada gilirannya meningkatkan variabilitas pergerakan nilai tukar. Kalangan ekonom yang sangat percaya bahwa fenomena seperti ini penting untuk dikenali oleh otoritas moneter berpendapat bahwa kebijakan intervensi oleh bank sentral di pasar valuta asing dapat mengurangi volatilitas yang berlebihan (unnecessary volatility) dalam suatu perekonomian meskipun tanpa adanya suatu perubahan dalam kebijakan moneter. Dalam sistem free float, pelaku pasar secara bebas dapat membeli atau menjual suatu mata uang, yang didasari atas ekspektasinya mengenai arah perkembangan nilai tukar mata uang tersebut untuk meraih keuntungan. Apabila spekulator berprilaku atas dasar ekspektasi mengenai arah perkembangan nilai tukar, maka untuk meraih keuntungan mereka akan membeli suatu mata uang pada saat nilai tukar mata uang tersebut tinggi dan menjualnya pada saat nilai tukar mata uang tersebut rendah (buy low sell high). Kalau demikian halnya, apakah jenis spekulasi seperti ini dapat mengakibatkan variabilitas nilai tukar meningkat? Belum tentu, karena meningkatnya pembelian terhadap suatu mata uang akan mengakibatkan nilai tukar mata uang tersebut menguat, sebaliknya meningkatnya penjualan terhadap mata uang tersebut akan mengakibatkan nilai tukar mata uang tersebut melemah. Jenis spekulasi seperti ini membuat tekanan dari sisi permintaan dan penawaran pada akhirnya menuju arah yang convergence sampai pada suatu titik dimana nilai tukar bergerak relatif stabil. Dalam kenyataanya, spekulator tidak berperilaku seperti dijelaskan di atas. Spekulator pada umumnya membentuk ekspektasinya dengan cara melakukan ekstrapolasi terhadap trend di masa lalu, yang sering disebut sebagai fenomena "the bandwagon expectation". Apabila spekulator berperilaku atas dasar fenomena tersebut maka mereka akan bergerak mengikuti trend (jump on the bandwagon) ketika nilai tukar mulai bergerak dalam suatu arah tertentu baik arah meningkat (up trend) ataupun arah menurun (down-trend). Dalam kondisi demikian, mereka dapat menciptakan situasi "speculative bubble" seperti yang telah diuraikan di atas. Spekulator melakukan "buy high sell low" di mana mereka menjual suatu mata uang pada saat nilai tukar mata uang tersebut sedang melemah oleh karena itu akan semakin mempertajam tekanan depresiasi terhadap mata uang tersebut (sampai gelembung ekspektasi pecah). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 106 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sebaliknya, akan membeli mata uang tersebut pada saat nilai tukar mata uang tersebut sedang menguat sehingga akan semakin mempertajam tekanan apresiasi mata uang tersebut. Jenis spekulasi seperti ini pada dasarnya akan membuat ketidakstabilan nilai tukar yang sangat tinggi dan menciptakan gejolak di pasar valuta asing (destabilizing). Dalam kondisi di mana mekanisme pasar berfungsi sebagaimana mestinya dan ekspektasi yang terbentuk didasari oleh perkembangan fundamental ekonomi, sejumlah ekonom berpandangan bahwa ekspektasi tersebut akan banyak berperan menstabilkan nilai tukar. Misalnya, apabila mata uang domestik mengalami deviasi (overshooting) dari nilai ekuilibrium berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) karena adanya peningkatan dalam jumlah uang beredar maka spekulator atau investor akan berekspektasi bahwa mata uang domestik pada akhirnya akan kembali terapresiasi. Bagaimana ekspektasi tersebut terbentuk, dapat dijelaskan dengan model Dornbusch seperti dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Dengan asumsi bahwa harga barang tidak banyak berubah (sticky) dalam jangka pendek, maka peningkatan uang beredar sebesar 10,0% akan mengakibatkan uang beredar secara riil meningkat 10,0%. Proses penyesuaian di pasar uang akan mengakibatkan suku bunga bergerak turun, yang pada gilirannya akan mendorong arus modal ke luar (capital outflow) sehingga menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terdepresiasi. Dengan demikian, nilai tukar ekuilibrium, S, juga akan mengalami depresiasi sebesar 10,0%. Namun dalam realitasnya mungkin saja nilai tukar di pasar mengalami overshooting atau terdepresiasi lebih dari 10,0% sehingga mencapai s. Dalam jangka panjang, harga menjadi lebih fleksibel. Ketika perekonomian berada dalam ekuilibrium jangka pendek, C, nilai tukar sangat lemah (kompetitif) sehingga akan mendorong permintaan terhadap produk dalam negeri. Di pihak lain, pada titik C, tingkat suku bunga riil sangat rendah sehingga dapat menstimulasi investasi dan konsumsi. Kedua faktor tersebut akan memberi tekanan terhadap harga, yang pada gilirannya mengakibatkan jumlah uang beredar secara riil menurun. Sebagai akibatnya suku bunga secara perlahan akan bergerak naik sehingga mengundang arus modal masuk dan menyebabkan nilai tukar terapresiasi menuju kembali ke nilai ekuilibrium berdasarkan PPP dan perekonomian berada pada titik B. Setiap spekulator atau investor yang berprilaku atas dasar ekspektasi demikian akan segera membeli mata uang domestik sehingga nilai tukarnya akan kembali menguat. Namun demikian, sangat sulit untuk menerima realitas bahwa ekspektasi yang terbentuk di pasar seluruhnya merupakan hasil dari suatu pemahaman spekulator terhadap fenomena ekonomi seperti dijelaskan di atas. Seringkali pelaku pasar (secara umum) mengabaikan perkembangan fundamental ekonomi dan lebih banyak melakukan ekstrapolasi terhadap trend. Dengan menggunakan analisa teknis (technical analysis ) spekulator yang sering dinamakan "noise traders" dapat menggerakkan nilai tukar menyimpang jauh dari nilai ekuilibrium fundamentalnya, dan tidak berekspektasi bahwa nilai tukar harus kembali ke nilai ekuilibrium fundamental semula seperti yang dijelaskan berdasarkan pendekatan overshooting di atas. Dalam satu dekade terakhir, jumlah spekulator di pasar valuta asing dunia yang berperan sebagai "noise traders" relatif lebih besar dibandingkan investor yang berperan sebagai fundamentalis. Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 107 P PPP : S=P*/P B P’ PROPORTIONAL TO P ΔM a P 0 PROPORTIONAL TO S1 a’ ΔM S2 c Overshooting P=P s Hal ini semakin memperjelas bahwa fenomena bandwagon expectation lebih banyak menjelaskan pergerakan nilai tukar yang pada dasarnya tidak dapat dijelaskan secara penuh melalui pendekatan fundamental ekonomi. Fenomena "the bandwagon expectation" seperti yang dikemukakan di atas telah terjadi dalam pasar rupiah terutama setelah Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang bebas di mana analisa teknis (technical analysis) sebagai perangkat untuk melakukan peramalan nilai tukar telah digunakan dalam perdagangan rupiah. Penggunaan analisa teknis tersebut semakin intensif digunakan seiring dengan meningkatnya internasionalisasi rupiah. Spekulator di pasar off-shore dan onshore menggunakan analisa trend dengan memperhatikan sentimen asimetris yang terbentuk akibat ketidakstabilan kondisi sosial politik di dalam negeri. Hal ini mengakibatkan nilai tukar rupiah telah bergerak naik (up-trend) secara persisten sepanjang tahun 2000. Tembusnya beberapa level psikologis seperti Rp8.000 dan Rp9.000 semakin mengundang spekulator untuk melakukan aksi jual terhadap rupiah (jump on the bandwagon) dengan harapan bahwa trend nilai tukar akan terus bergerak dalam trend yang meningkat (self-confirming expectation). Realitas tersebut di atas dapat menjelaskan mengapa nilai tukar rupiah terdepresiasi tajam dan sulit untuk kembali ke nilai ekuilibrium fundamentalnya. Di samping itu, meskipun nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sangat besar dan turut menyumbang dalam menciptakan surplus neraca perdagangan namun proses penyesuaian otomatis yang seharusnya ditimbulkan oleh surplus tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga tidak mendorong terjadinya apresiasi rupiah. Proses penyesuaian tersebut tidak berjalan karena devisa hasil ekspor tidak seluruhnya mengalir ke dalam negeri untuk dapat memperkuat sisi supply di pasar. Di pihak lain, ketidakstabilan kondisi sosial politik sepanjang tahun 2000 secara persisten telah menciptakan sentimen yang negatif terhadap rupiah sehingga semakin membuka ruang bagi terciptanya proses speculative bubble yang pada dasarnya tidak dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan fundamental ekonomi. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Grafik 2.2 Speculative buble di Pasar Valas P a g e | 108 Sedangkan indikasi terjadinya pasar bearish adalah sebagai berikut : 1) Terjadi trend penurunan IHSG dari waktu ke waktu, Harga tertinggi terbaru lebih rendah dari harga tertinggi sebelumnya, 2) Harga terendah yang terbaru lebih rendah dari harga terendah sebelumnya, 3) Harga-harga saham mudah jatuh dengan angka yang tinggi, Pada pasar bearish biasanya yang terjun ke pasar untuk melakukan transaksi bukan real investor, melainkan sebagian besar para spekulan. Keuntungan yang diharapkan spekulan umumnya berasal dari fluktuasi harga selama kurun waktu jangka pendek, 4) Adanya anggapan good news is no news dan bad news is nightmare, karena pada masa bearish umumnya investor mengambil sikap pesimistis dan sukar diyakinkan dengan berita yang bagus, 5) Pada pasar bearish umumnya profit yang diterima kecil dan setiap transaksi yang dilakukan memiliki risiko tinggi, sehingga hal tersebut menyebabkan frekuensi transaksi menjadi rendah, 5) Rebound yang terjadi pada pasar bearish biasanya hanya kecil saja (berkisar 10% - 30%), kemudian harga akan jatuh lagi. Upthrust adalah kenaikan angka Indeks Harga Saham (bisa gabungan bisa pula individual) dari angka terendah ke angka tertinggi dalam suatu periode. Panjang- pendeknya periode tergantung tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan analisis, bila yang ingin dianalisis adalah pasar bullish atau bearish jangka pendek mingguan, maka yang digunakan adalah IHS harian. Periode yang lebih pendek lagi adalah pasar bullish dan bearish harian yang menggunakan data IHS tertinggi dan terendah dalam hitungan jam. Ada 6 hal yang menandakan datangnya periode bullish, yaitu: 1. Capitulation. Pada saat ini investor mengalami keputus-asaan dan menyerah dengan kondisi yang ada sehingga melakukan panic selling dan mengakibatkan meningkatnya volume perdagangan secara ekstrem Interest rates. Sebelum periode bullish, tingkat bunga biasanya rendah atau setidaknya menurun. Sebagai akibat dari keterkaitan antara pasar modal dan tingkat bunga, maka tingkat bunga yang rendah itu akan mendorong perusahaan meminjam uang yang akan digunakan untuk melakukan ekspansi keuangan, karena akan mendapatkan keuntungan lebih besar. 2. Realism. Tahap akhir dari masa bullish adalah ketika para investor sedang dalam kondisi high expectations dan sangat rakus (greed), sedangkan akhir dari masa bearish adalah ketika sikap Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 2.4.2 Periode “Bullish dan Bearish” di Pasar Saham Pasar bearish adalah suatu kondisi saat pasar sedang lesu dan sebagian besar investor memiliki kepercayaan bahwa indeks saham akan turun sehingga mereka mereka menjual saham yang mengakibatkan indeks saham turun dengan cepat. Sedangkan pasar bullish adalah suatu kondisi saat indeks saham naik secara cepat terus-menerus sampai di titik puncak kemudian berbalik menurun. Pasar bullish merupakan kecenderungan pergerakan naik (upward trend) yang terjadi di pasar modal, yang ditandai peningkatan harga-harga saham (indeks pasar) baru yang mampu menembus nilai atas harga (indeks pasar) sebelumnya. Sebaliknya, pasar bearish adalah kecenderungan pergerakan turun (downward trend) yang terjadi dipasar modal, ditandai harga (indeks) baru gagal menembus batas tertinggi harga sebelumnya, atau jika penurunan harga (indeks) yang terjadi mampu menembus batas bawah harga sebelumnya. Terdapat tiga jenis pergerakan penting di pasar saham, yaitu : daily fluctuation, secondary movements, dan primary trends. Daily fluctuation dan secondary movements (yang mencakup dua minggu selama satu bulan) hanya penting bila berdasarkan pada primary trend jangka panjang di pasar. Primary trends dapat dikarakteristikkan sebagai pasar bullish atau bearish. Berdasarkan teori tersebut juga dapat diasumsikan bahwa pola tersebut akan berlanjut untuk periode yang panjang. Ada beberapa hal yang mengindikasikan terjadinya pasar bullish. 1. Terjadi kecenderungan kenaikan IHSG. 2. Dari pengalaman berbagai bursa di dunia dapat diambil patokan bahwa periode bullish terdiri dari tiga fase atau terdiri dari sembilan upthrust, sedangkan panjang pendeknya periode yang dijadikan patokan tergantung kepentingan analisis. 3. Harga tertinggi baru untuk upthrust selalu lebih tinggi dari harga saham tertinggi upthrust sebelumnya. 4. Harga terendah yang baru untuk upthrust lebih tinggi dari harga terendah sebelumnya. P a g e | 109 2.4 Kerangka Pemikiran Hasil empirik dari penelitian sebelumnya yang mengkaji hubungan antar kurs dan saham menunjukkan hasil yang bervariatif. Hal ini selain disebabkan karena perbedaan karakteristik sampel penelitian, juga dimungkinkan karena perbedaan pemilihan periode penelitian dan model yang dipilih. Di sisi lain penjelasan secara teoritis yang menghubungkan antara kurs dan saham menunjukkan hasil yang berlawanan, dimana masing-masing pendekatan memiliki asumsi dan intepretasi yang berbeda khususnya dalam melihat jalur mekanisme transmisi yang menghubungkan kedua variabel tersebut. Issam S.A. Abdalla and Victor Murinde (1997) dengan mengaplikasikan pendekatan kointegrasi untuk mempelajari hubungan jangka panjang antara harga saham dan Nilai tukar efektif untuk Pakistan, Korea, India and Philippines. Mereka menggunakan data dari Januari 1985 hingga Juli 1994. Penelitian ini tidak menemukan hubungan jangka panjang untuk pakistan dan korea, tetapi menemukan hubungan jangka panjang untuk India dan Filipina. Mereka juga menggunakan uji kausalitas antara harga saham dan nilai tukar. Dengan menggunakan uji kausalitas Granger, mereka menemukan hubungan kausalitas searah dari nilai tukar pada harga saham untuk pakistan dan korea. Karena dalam penelitiannya, ia menemukan hubungan jangka panjang antara india dan filipina mereka menggunakan pendekatan ECM untuk mempelajari hubungan kausalitas antara variabel tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan kausalitas searah dari nilai tukar pada harga saham untuk India, tetapi di filipina terjadi hubungan arah yang terbalik dari harga saham pada nilai tukar. Clive W.J Granger, Bwo-Nung Huang and Chin Wei Yang (1998) mempelajari isu kausalitas dengan menggunakan uji kausalitas granger dan fungsi respon impulse untuk 9 negara di Asia. Mereka menggunakan data harian untuk periode, 3 januari 1986 hingga 14 November 1997. Negara-negara yang diteliti, antara lain : Hong Kong, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand and Taiwan. Untuk Jepang dan Thailand, mereka menemukan bahwa nilai tukar yang mempengaruhi harga saham dengan korelasi positif. Sedangkan data yang diperoleh di Taiwan menjelaskan bahwa harga saham yang mempengaruhi nilai tukar dengan korelasi negatif. Tetapi di singapura, tidak ditemukan hubungan tersebut sedangkan untuk negara-negara lainnya ditemukan hubungan timbal balik(bi-directional). Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa meskipun arah kausalitas terjadi dari harga saham domestik ke nilai tukar, namun efeknya terjadi dalam beberapa hari daripada bulanan. Mereka menggunakan beberapa kajian teoritis yang memperkuat hubungan bi-directional antara pasar saham dan pasar uang, tetapi hanya terjadi dalam horison waktu jangka pendek. Mereka berpendapat bahwa perubahan pada nilai tukar akan mengubah nilai pasar dari seluruh perusahaan yang beroperasi internasional. Namun hal ini tergantung dari apakah perusahaan tersebut sebagai net-importir atau net-eksportir, sebagai contoh apabila perusahaan tersebut adalah net eksportir, maka devaluasi akan menguntungkan profit perusahaan dan akan meningkatkan nilai harga sahamnya. Hubungan kausal ini sesuai dengan pendekatan tradisional, meskipun hal ini tidak terlalu sesuai dengan efek yang terjadi. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i para investor mulai menjadi rasional dan realistis, juga melupakan tentang high returns yang mereka harapkan. 3. Inflation. Tahapan saat tingkat harga dari barang dan jasa secara umum meningkat, dan sebagian besar daya beli menurun. Jika inflasi meningkat, biasanya Bank Sentral akan berusaha membendung dengan cara meningkatkan suku bunga yang akan memperlambat arus pembelanjaan. Hampir semua pasar bullish terjadi pada saat menurunnya atau rendahnya tingkat inflasi. 4. Volume. Salah satu indikator dari perubahan sentimen pasar adalah jumlah saham yang diperdagangkan di bursa saham. Pada pasar bearish, mutual funds dan pembeli dari institusi lain yang memiliki banyak dana yang belum dimanfaatkan dalam bentuk tunai. Dana tersebut akan digunakan di pasar modal tetapi menunggu kesempatan yang baik. 5. IPO Market. Situasi ekonomi pada umumnya seringkali mengalami fluktuasi yaitu berkembang (expanding) ataupun menciut (contracting). Hal tersebut digambarkan dalam suatu hipotesis ekonomi yang menggambarkan berputarnya situasi ekonomi mengelilingi titik keseimbangan yaitu equilibrium. P a g e | 110 Amare and Mohsin (2000) mempelajari hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan harga saham untuk 9 negara di Asia (Japan, Hong Kong, Taiwan, Singapore, Thailand, Malaysia, Korea, Indonesia, and Philippines). Mereka menggunakan data bulanan dari Januari 1980 hingga Juni 1998 dengan menggunakan teknik kointegrasi. Hubungan jangka panjang antara harga saham dan nilai tukar hanya ditemukan di Singapur dan filipina. Namun mereka menjelaskan, terdapat lack yang dihasilkan dari hasil model tersebut, yang memberikan hasil yang bias karena melalai satu variabel penting (omission of important variabels). Pada saat variabel suku bunga dimasukkan dalam model kointegrasi mereka menemukan bahwa harga saham, nilai tukar dan suku bunga berkointegrasi untuk 6 dari 9 negara. Berdasarkan hasil empirik yang dijabarkan, hubungan antara saham dan kurs mempunyai hasil dan mekanisasi yang saling berlawanan. Secara teoritis perbedaan arah hubungan antara kurs dan harga saham dapat dijelaskan dengan pendekatan tradisional dan model portofolio balance (Granger et. al, 1998). Pendekatan tradisional mengatakan bahwa hubungan antara kurs dan harga saham adalah positif, dimana perubahan yang terjadi pada harga saham disebabkan oleh perubahan kurs. Hal ini berlawanan dengan model portofolio balance yang memprediksi hubungan keduanya adalah negatif, dimana harga sahamlah yang mempengaruhi kurs secara searah. Dalam pendekatan model tradisional yang dikembangkan oleh Dornbusch ”good market approach” dijelaskan bahwa dalam perspektif makro, pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap harga saham tergantung pada seberapa besar nilai perdagangan internasional ekonominya dan seberapa besar derajat keseimbangan perdagangannya. Perspektif makro tersebut menjelaskan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi international competitiveness dan posisi neraca perdagangan, yang secara konsekuen akan mempengaruhi output riil suatu negara, yang secara langsung mempengaruhi keadaan masa kini dan masa depan aliran kas suatu perusahaan dan harga sahamnya. Hal ini selaras dengan perspektif mikro pendekatan tradisional, dimana perubahan nilai tukar mempengaruhi kompetitifnya suatu perusahaan. Hal ini sebagai efek dari fluktuasi nilai tukar yang mempengaruhi pendapatan dan biaya operasional perusahaan, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan pada harga sahamnya. Dengan kata lain, perubahan/fluktuasi nilai tukar mempengaruhi keterbukaan risiko transaksi suatu perusahaan, karena pergerakan nilai tukar tentu saja mempengaruhi nilai pembayaran (penerimaan) masa depan suatu perusahaan yang didenominasi oleh mata uang luar negri. Berlawanan dengan pendekatan tradisional, pendekatan ”portofolio balance” memprediksi bahwa pergerakkan harga saham akan berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar. Pendekatan portofolio balance mengasumsikan modal/saham sebagai bagian dari kekayaan, dapat mempengaruhi perilaku nilai tukar melalui hukum demand for money yang sesuai dengan model monetaris dari determinasi nilai tukar. Dalam model ”portofolio balance”, individu memegang asset domestik dan luar negri termasuk currencies dalam portofolio mereka. Nilai tukar memainkan peranan dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran asset. Peningkatan dalam harga saham domestik, mendorong individu untuk meminta lebih banyak asset domestik dan mendorong investor untuk menjual foreign asset mereka (Foreign asset menjadi kurang menarik sekarang). Peningkatan kekayaan (wealth) seiring dengan meningkatnya harga asset domestik, serta permintaan uang (demand for money) domestik, pada akhirnya akan meningkatkan tingkat bunga dalam negri. Hal inilah yang nantinya akan mendorong apresiasi terhadap nilai tukar domestik karena menarik modal masuk ke pasar domestik (Capital inflow). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 111 Saham (Wealth) Demand For Money Capital Flow Suku Bunga KURS Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran Bila kita melihat pendekatan Bahmani et. al. (1992) dan Granger et al. (1998) keduanya menekankan pentingnya pendekatan portofolio untuk menganalisis hubungan antara harga saham dan nilai tukar. Mereka menjelaskan bahwa kenaikkan harga saham, akan meningkatkan kekayaan investor domestik, yang akan mendorong peningkatan permintaan uang. Hal ini berkonsekuensi untuk meningkatkan suku bunga, sehingga menarik modal asing yang akan memperkuat nilai tukar domestik. Pendekatan ini mengasumsikan terdapat hubungan yang negatif antara harga saham dan nilai tukar, dengan arah kausalitas dari pasar saham ke pasar uang. Sesuai dengan interaksi pasar keuangan yang sangat cepat, penjelasan ini sangat relevan untuk menjelaskan hubungan selama krisis nilai tukar. Hal ini terjadi karena hubungan antara kedua pasar terjadi dalam periode waktu yang pendek (intrinsically a short run occurrence) (Ramasamy, 2002). Pendekatan portofolio yang menekankan peran penting capital account, memiliki relevansi yang konsisten dalam menerangkan hubungan antara harga saham dan kurs khususnya sejak suatu negara menerapkan rezim kurs mengambang bebas. Selaras dengan asumsi teori portofolio, dijelaskan lebih lanjut bahwa aset domestik dan asset luar negeri bersifat substitusi tidak sempurna karena adanya perbedaan tingkat perkembangan sektor keuangan, perbedaan peraturan pemerintah, risiko politik, dan risiko perubahan kurs. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hubungan antara harga saham dan kurs, model ini memasukkan variabel premiun SWAP sebagai proxy dari premium resiko jangka pendek. 1. Diduga IHSG berpengaruh negatif dan signifikan pada Kurs (Rp/$) dalam jangka pendek dan jangka panjang. 2. Diduga Premium Resiko berpengaruh positif dan signifikan pada Kurs (Rp/$) dalam jangka pendek dan jangka panjang. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: P a g e | 112 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian # Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis arah kausalitas antar variabel dengan menggunakan Model Kausalitas-Engle Granger. Yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan model linier dinamik dengan Model Koreksi Kesalahan (ECM-Error Correction Model). # Variabel-variabel : Nilai tukar (ER), Premiun Resiko/Premium SWAP (Risk) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) # Periode penelitian adalah bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2003. 3.2. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dikaji adalah : Variabel terikat/Dependent Variabel (Y) dan Variabel bebas/Independent Variabel (X) yang akan diketahui nanti setelah diestimasi dengan model kausalitas engle granger. Penjelasan mengenai masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Variabel IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, indeks-indeks BEJ adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average index). Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 saham. Rumus dasar penghitungan adalah: Indeks = NilaiPasar x100 ..................... (3.1) NilaiDasar Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula: N NilaiPasar = ∑ ci ni .............................. (3.2) i =1 2. Variabel ER (Exchange Rate/Kurs Spot rupiah terhadap dollar) Variabel ER merupakan nilai tukar rupiah terhadap dollar (US) atas dasar kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli Bank Indonesia pada akhir periode (bulanan). Data Nilai tukar didapat dari laporan mingguan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara periodik. Sumber Data : Bank Indonesia, www.bi.go.id) 3. Variabel Risk (Premium SWAP) KursForward − KursSpot = Pr emiumSwap ............................................. (3.3) KursSpot Data premium SWAP didapat dari laporan mingguan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara periodik. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data runtun waktu (time series), yang dipublikasikan oleh BEJ, Indonesian Capital Market Directory, laporan Bank Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dimana: c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i, n = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i, N = Jumlah emiten yang tercatat di BEJ (Sumber Data : Bursa Efek Jakarta, www.jsx.co.id) P a g e | 113 Indonesia, literatur, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian, serta sumber-sumber data lain yang dipandang relevan dengan topik penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumenter, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dan mengutip data sekunder yang selanjutnya diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian. 3.4. Metode dan Tahapan Analisa 1. Uji Stasioneritas data/Uji akar-akar unit 2. Uji Kointegrasi (Engle Granger) 3. Uji Kausalitas (Engle Granger) 4. Analisis Dinamik : Error Correction Model (Engle Granger) 5. Uji Diagnosis 3.4.1 Uji Stasioneritas Data Pada umumya salah satu konsep penting dalam teori ekonometrika adalah anggapan stasioneritas (stationarity). Secara statistik, sebuah data runtun waktu (time series) dikatakan stasioner jika rata-rata dan varians data tersebut konstan dari waktu ke waktu dan nilai kovarian diantara dua periode waktu bergantung hanya pada jarak atau kelambanan antara dua periode waktu tersebut, bukan bergantung pada waktu sesungguhnya saat dihitungnya kovarian. Selain itu adanya data yang terlalu besar selama periode pengamatan dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya (Granger, 1987). Dengan mendefinisikan random walks sebagai perilaku series yang bervariasi terhadap perubahan waktu dan tidak mempunyai batas variance yang tetap, maka pengujian random walks pada Kurs (Saham) adalah pengujian stationarity pada Kurs (Saham). Jika Kurs (Saham) terbukti nonstationarity, maka Kurs (Saham) yang terjadi dengan berjalannya waktu cenderung untuk tidak kembali pada suatu kecenderungan jangka panjang yang sama (random walks). Sebaliknya jika Kurs (Saham) ternyata stationarity, maka Kurs (Saham) yang terjadi dengan berubahnya waktu akan cenderung kembali pada suatu kecenderungan jangka panjang yang tetap. Uji stationarity/akar-akar unit dilakukan dengan melakukan Augmented Dickey Fuller – Test (ADF-Test) terhadap Kurs (Saham) umum dan komponennya. Tiga bentuk persamaan regresi linear yang digunakan dalam ADF-Test tersebut adalah sebagai berikut: (Pure Random walk) ΔYt = δ 1Yt −1 + b1 k ∑ δY t −i + ε t ....................................... (3.4) i =1 k (Pure With Drift) ΔYt = a1 + δ 1Yt −1 + b1 ∑ δYt −i + ε t ................................... (3.5) i =1 (Pure With Drift and Trend) ΔYt = a1 + a 2t + δ 1Yt −1 + b1 k ∑ δY t −i + ε t ........ (3.6) dimana, ε t = white noise error, δ = ( ρ − 1) dan Δ adalah first difference operator. Contoh : ΔYt −1 = ΔYt −1 − ΔYt −2 , ΔYt −2 = ΔYt −2 − ΔYt −3 . Yt adalah Kurs (Saham) atau komponennya dan t adalah waktu. Perbedaan yang terdapat pada tiga persamaan regresi diatas menunjukkan keberadaan trend deterministik , yaitu a1 dan a 2 t . Persamaan (1) adalah model persamaan ‘random walks’ murni, persamaan (2) menambah komponen intercep (drift), dan persamaan (3) menambah komponen tren. Selanjutnya dihitung nilai statistik DF dan ADF untuk menguji apakah δ = 0 , Sedangkan nilai kritis DF dan ADF pada derajat kepercayaan 5% dan 10% adalah sebagai berikut : Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i i =1 P a g e | 114 Tabel 3.1 Nilai Dickey- Fuller Tabel (DF Tabel) Tingkat Signifikansi 1% 5% 10% 25 -3.75 -3.00 -2.63 Jumlah Data (N) 50 100 500 -3.58 -3.51 -3.44 -2.93 -2.89 -2.87 -2.60 -2.58 -2.57 ∞ -3.43 -2.86 -2.57 Tabel 3.2 Nilai Augmented Dickey-Fuller Tabel (ADF Tabel) Tingkat Signifikansi 1% 5% 10% 25 -4.38 -3.60 -3.24 Jumlah Data (N) 50 100 500 -4.15 -4.04 -3.98 -3.50 -3.45 -3.42 -3.18 -3.15 -3.13 ∞ -3.43 -3.41 -3.12 Kemudian nilai statistik DF dibandingkan dengan nilai kritisnya dengan ketentuan sebagai berikut : DF(ADF)stat. < DF(ADF)kritis : terima H0 , nonstasioner. DF(ADF)stat. > DF(ADF)kritis : tolak H0 , stasioner. 3.4.2 Uji Kointegrasi (Engle Granger) Pendekatan ini merupakan isu statistik model dinamis yang cukup penting dan tidak boleh diabaikan. Pada prinsipnya pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi. Pendekatan ini dapat pula dipandang sebagai uji teori dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi suatu model dinamis. Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel (series) non stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linear sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat non stasioner. Bila variabel (series) tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, bila tidak terdapat kointegrasi antar variabel (series) maka berimplikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Selanjutnya berdasarkan Representative Theory Engle-Granger , bila dua seri non stasioner yang terdiri atas X t dan Yt terkointegrasi, maka akan ada representasi yang khusus sbb : X t = β 0 + β 1Yt + ε t ...............................(3.7) sedemikian rupa hingga ε t (error term) stasioner, I(0). Dua prosedur yang umum digunakan dalan uji kointegrasi adalah Engle-Granger dan Johansen (Johansen Maximum Likelihood). Pada dasarnya, uji kointegrasi meliputi 3 langkah yakni: 1. Uji integrasi untuk masing-masing variabel dengan menggunakan unit root analysis. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dari hasil estimasi di atas, didapatkan data yang stasioner pada derajat integrasi yang sama antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yang memungkinkan bagi variabel-variabel tersebut untuk saling berkointegrasi. Hal ini didukung oleh pendapat Insukindro (dalam Aliman, 2000) yang menyatakan bahwa untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu bahwa variabelvariabel terkait, telah stasioner pada derajat integrasi yang sama. P a g e | 115 2. Uji Kointegrasi menggunakan Engle-Granger ataupun Johansen Procedure. 3. Estimasi dengan regresi. (NB: Keseluruhan teknis perhitungan diatas dilakukan dengan Eviews Software, sedangkan untuk pengujian tidak adanya korelasi antar residu/error digunakan LM Test.) Sudah menjadi kebijaksanaan umum bahwa variabel-variabel yang belum stasioner terlebih dahulu harus distasionerkan sebelum dimasukkan dalam model multivariate. Pada tahun 1987 EngleGranger memperkenalkan konsep kointegrasi. Mereka membuktikan adanya kemungkinan dari kombinasi linear variabel-variabel yang terintegrasi menjadi stasioner. Dalam kasus ini, variabel-variabel tersebut dinyatakan berkointegrasi. Equilibrium jangka panjang dari himpunan variabel-variabel (static equilibrium), direpresentasikan dalam persamaan berikut : β1 X 1t + β 2 X 2t + ....... + β n X nt = 0 . et = β , xt , apabila keseimbangannya (equilibrium) baik, maka hal itu pasti merupakan kasus dimana errornya stasioner. Engle-Granger mendefinisikan kointegrasi, sebagai berikut : Dalam satu himpunan variabel yang tersusun secara runut waktu (time series) berupa variabel X t . Komponen dari vektor X t dikatakan berkointegrasi pada order (d,b) atau ditulis dengan X t ~ CI (d , b) , apabila : 1. Seluruh komponen dari X t terintegrasi pada orde d. 2. terdapat vektor β , yang didapat dari kombinasi linear β , X t dari orde (d-b), dimana b>0. ( β , disebut vektor kointegrasi, beberapa literatur memfokuskan pada kasus dimana setiap variabel memiliki derajat integrasi 1 atau I(1). Dalam kasus ini, kombinasi linear yang stasioner dapat ditulis : X t ~ CI (1,1) Dari uraian-uraian tersebut, dapat diambil beberapa poin kunci dari konsep kointegrasi Engle-Granger, antara lain : 1. Kointegrasi merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel yang tidak stasioner. 2. Semua variabel harus terintegrasi dalam order yang sama. 3. apabila X t mempunyai n komponen, maka diduga terdapat n-1 vektor kointegrasi independent yang berhubungan linear. dinamis yang disebut mekanisme koreksi error (Error Correction Mechanism/ECM), yang dijabarkan pada sub bab selanjutnya. Tabel 3.3 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi Jumlah Variabe l 2 3 Jumlah Data (N) 50 100 200 50 100 200 Tingkat Signifikansi 1% 5% 10% 4.32 4.07 4.00 4.84 4.45 4.35 3.67 3.37 3.37 4.11 3.93 3.78 3.28 3.03 3.02 3.73 3.59 3.47 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Selanjutnya apabila X t dan Yt keduanya I(1) namun ε t I(0) maka harus ada proses peyesuaian yang P a g e | 116 Tabel 3.4 Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi Jumlah Variabel 2 3 Jumlah Data (N) 50 100 200 50 100 200 Tingkat Signifikansi 1% 5% 10% 4.12 3.29 2.90 3.73 3.17 2.91 3.78 3.25 2.98 4.45 3.75 3.36 4.22 3.62 3.32 4.34 3.78 3.51 memberikan pengaruh terhadap Y, serta nilai R 2 /R-squared (coefficient determination) sebagai ukuran kebaikan suai (goodness of fit) yang diperoleh tidak memperkenankan adanya intepretasi sebab akibat dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dengan kata lain nilai R-squared (coefficient determination) hanya mampu memberikan gambaran mengenai kemampuan menjelaskan yang dimiliki model dengan mendasarkan pengetahuan pada nilai X tertentu untuk meramalkan nilai Y. Jadi meskipun ada koefisien korelasi yang tinggi antara X dan Y bukan berarti kemudian terdapat hubungan yang bersifat kausal antara X terhadap Y ataupun sebaliknya. Fokus perhatian yang terlalu berlebih pada besaran R-squared (coefficient determination) inilah yang selanjutnya dapat menimbulkan spurious regression. Seringkali terdapat arah pengaruh yang dua arah (bidirection) diantara variabel bebas dan variabel terikatnya, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat jointly determined, dan akan berakibat fatal jika estimasi model hanya menyertakan arah hubungan yang searah. Dan untuk mencegah korelasi lancung semacam itu langkah terbaik yang harus dilakukan adalah dengan menspesifikasi dua model sekaligus yaitu; regresi X terhadap Y, di satu sisi, dan sisi lain, regresi Y terhadap X. Hubungan kausalitas (Causality) adalah hubungan jangka pendek antara kelompok tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup juga hubungan timbal balik dan fungsifungsi yang muncul dari analisis spektrum, khususnya hubungan penuh antar spektrum dan hubungan parsial antar spektrum . Dari pandangan ekonometrik, ide utama dari kausalitas adalah sebagai berikut. Pertama, jika X mempengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X dapat membantu dalam memprediksikan Y. Dengan kata lain, dengan menambah data masa lalu X ke regresi Y dengan data Y masa lalu maka dapat meningkatkan kekuatan penjelas (explanatory power) dari regresi. Kedua, data masa lalu Y tidak dapat membantu dalam memprediksikan X, karena jika X dapat membantu dalam memprediksikan Y dan Y dapat membantu memprediksikan X, maka kemungkinan besar terdapat variabel lain, katakan Z, yang mempengaruhi X dan Y. Pada tahun 1969, Granger memperkenalkan hubungan sebab akibat antara 2 variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas 3 kategori, hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah dan hubungan timbal balik. Prinsip kerja dari tes Granger-Kausalitas didasarkan atas vector autoregression sebagaimana diuraikan sebagai berikut : m n i =1 j =1 X t = α + ∑ β i X t −i + ∑ γ i Yt − j + ∈t ...... (3.8) Dalam model VAR ini dipersyaratkan bahwa error terms (faktor pengganggu) ∈t dan υ t tidak mempunyai hubungan satu sama dengan lainnya atau white-noise series, sedangkan k adalah jumlah lag. Oleh karena itu sebelum melakukan uji hubungan kausalitas tersebut seluruh data harus bersifat stasioner. Jika variabel yang akan diuji bersifat tidak stasioner maka standar VAR model akan misspecified jika digunakan uji kausalitas (Granger, 1988). Hal tersebut dapat terjadi karena jika suatu data bersifat non stasioner maka varian akan meningkat sejalan dengan waktu, sehingga varian akan tidak Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 3.4.3 Uji Kausalitas (Engle Granger) Dalam spesifikasi model regresi Y = α + βx + υ mengatakan bahwa besaran X akan P a g e | 117 terhingga jika tidak ada batasan waktu dan pada saat tersebut tidak terdapat nilai tengah (mean) dalam jangka panjang dimana data series kembali. X mempengaruhi Y atau hubungan causalitas satu arah dari X ke Y apabila koefisien C j tidak sama dengan nol (0). Hal yang sama juga Y mempengaruhi X atau terdapat hubungan kausalitas satu arah dari Y ke X jika koefisien γ j tidak sama dengan nol. Sementara apabila keduanya terjadi maka dikatakan terdapat hubungan timbal balik (feedback relationship) antara X dan Y atau terdapat hubungan kausalitas dua arah (bidirectional causality) antara X dan Y. Kelemahan dari Granger-Kausalitas test adalah penentuan jumlah lag yang dipergunakan dari variabel X dan Y, dimana tidak ada prosedur untuk menentukan jangka waktu lag. Sebagai akibatnya, setiap variabel diperkenankan untuk mempengaruhi variabel lain dengan distribusi jumlah lag yang sama. Dengan tanpa pembatasan berarti jumlah parameter akan bertambah sebesar kuadrat dari jumlah variabel dan akan mengurangi derajad kebebasan (degree of freedoms) secara cepat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Hsiao pada tahun 1981 mengembangkan uji kausalitas Granger dengan menggunakan pendekatan nilai final prediction error dari autoregresi. Prosedur dari uji kausalitas HsiaoGranger tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tentukan jumlah optimum lag dari regresi satu dimensi (one-dimensional regression), misal Y, di bawah ini. q Yt = ∑ bi Yt −i ........................................... (3.9) i =1 2. Hitung nilai AIC , dengan menggunakan formula AIC = [ RSS ( 2 k / T ) ............................(3.10) ]xe T Dimana RSS adalah jumlah kuadrad residual, T adalah jumlah observasi dan K adalah jumlah parameter estimasi dari regresi. 3. Ulangi proses 1 dan 2 dengan menggunakan nilai k dari 1 sampai dengan n hingga jumlah maksimum lags ditetapkan. Cari optimum lags dengan melihat nilai paling kecil (minimum) AIC . 4. Dengan menggunakan optimum lag Y, gunakan Y sebagai dependent variabel dan tambahkan nilai X sebagai independent variabel dari regresi dua dimensional yang berguna untuk mengontrol hasil Y, seperti ditunjukkan dalam autoregresi di bawah ini. q r Yt = ∑ bi Yt −i + ∑ c j X t − j + υ t ...........(3.11) j =1 Prosedur uji kausalitas di atas didasarkan pada tingkat keakuratan penjelas regresi (fitting of the regression), sehingga belum menunjukkan kekuatan controll variabel dalam mempengaruhi dependent variabel. Oleh karena itu, untuk mendukung hasil tersebut digunakan F-test dengan menggunakan regresi dengan optimal lags dari masing-masing variabel. Formula F-test atau Wald test yang digunakan adalah sebagai berikut : Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i i =1 5. Hitung nilai AIC dan tentukan optimum lag dengan melihat nilai minimum AIC. 6. Bandingkan nilai AIC pada butir 2 dengan nilai AIC pada butir 5. Jika nilai AIC pada butir 2 lebih kecil dari AIC pada butir 5 maka dapat disimpulkan X mempengaruhi Y. Sementara model yang optimal yang digunakan untuk memprediksikan Yt adalah menggunakan optimum lag Y dan X. 7. Untuk mengetahui hubungan balik (feedback direction) dari Y ke X lakukan prosedur 1 sampai dengan 6, dengan jalan menukar X sebagai dependent variabel dan Y sebagai Independent Variabel. P a g e | 118 F= RSSr − RSSur / r ..........................(3.12) RSSur /(T − k ) Tabel 3.5 Rumus Seleksi Kriteria model Akaike Info Criterion (AIC) RSS ( 2 k / T ) ]xe T RSS = Jumlah kuadrat residual (Regression sum squared), K= Jumlah parameter yang diestimasi, T= Jumlah observasi 3.4.4 Pemilihan Model dan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Dalam analisis ekonometrika, pemilihan model empirik merupakan salah satu langkah yang penting, di samping pembentukan model teoritik dan model yang dapat ditaksir, estimasi, pengujian hipotesis, peramalan dan analisis mengenai implikasi kebijakan dari model tersebut. Model empirik yang baik tentunya mempunyai kekuatan dalam daya prediksi, serta telah memenuhi syarat penting seperti : adanya kaitan/relevansi dengan fenomena dan teori ekonomi, lolos uji baku dan berbagai uji diagnosis asumsi klasik, tidak menghadapi persoalan regresi lancing atau korelasi lancing dan residu regresi yang ditaksir adalah stasioner. (Insukindro, 1999) Dalam kaitannya dengan pemilihan model tersebut diatas, Harvey (dalam Insukindro, 1999) mengatakan bahwa agar sebuah model empirik dapat dikategorikan kedalam model yang baik maka model tersebut harus memenuhi syarat : (1) Parsimony, (2) Identifiability, (3) Data coherency, (4) Data admissibility, (5) Theoritical consistency, (6) Predictive power, (7) Encompassing. Selaras dengan pendapat diatas, Hendry dan Ericcson (dalam Insukindro, 1999) menyebutkan adanya criteria memilih model yang baik, yaitu : Theoretical consistency, Innovation error yang tercermin dalam spesifikasi dinamik, weak exogeneity, parameter constancy, data admissibility dan encompassing. Lebih lanjut Thomas (dalam Insukindro, 1999) berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Hendry dan Richard (1983) menyebutkan bahwa model yang baik seharusnya : (1) Koheren dengan data (data coherency), (2) mempunyai variabel bebas (independent variabels) atau variabel penjelas (explanatory variabels) yang eksogen (exogenous), (3) mempunyai parameter yang konstan (parameter constancy), mempunyai admisibilitas terhadap data (data admissibility), (5) konsisten dengan teori ekonomika (consistent with economic theory), (6) mengungguli (encompass) model pesaingnya, dan (7) sederhana (parsinomius). Dalam buku Chiang, (dalam Insukindro, 1999) disebutkan bahwa peranan secara statistika dan ekonomika dari kesalahan-kesalahan inovasi merupakan alasan penting mengapa spesifikasi dinamik (dynamic spesification) berpengaruh terhadap pembentukkan model ekonometrika. Dengan sendirinya, sebagai salah satu model dinamik, ECM dapat dipakai untuk menjelaskan mengenai mengapa spesifikasi dinamik diperlukan dalam analisis ekonomika, terutama bila perekonomian yang sedang diamati dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini karena adanya ketidakseimbangan dalam perekonomian akan menyebabkan munculnya biaya ketidakseimbangan dan penyesuaian. Kedua macam biaya ini juga dapat dipergunakan untuk membedakan apakah seorang peneliti sedang melakukan analisis dinamik ataukah analisis statik komparatif (comparative statics). Dalam analisis yang disebut terakhir, pada umumnya ekonom hanya memperhatikan adanya biaya ketidakseimbangan, sedangkan biaya penyesuaian diabaikan. Pendekatan atau model koreksi kesalahan (Error Correction Model – ECM) telah diterapkan secara luas dalam analisis ekonometrika untuk data runtun waktu (time series) sejak tahun 1960 an. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang dimiliki oleh ECM dalam meliput lebih banyak variabel untuk menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stationarity) dan regresi lancung (spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika (Insukindro, 1999). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Dimana, AIC = [ P a g e | 119 Dalam analisis ekonomika, ECM dapat pula dipakai untuk menjelaskan mengapa pelaku ekonomi menghadapi adanya ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam konteks bahwa fenomena yang diinginkan (desired) oleh pelaku ekonomi belum tentu sama dengan kenyataan (actual) dan perlunya dilakukan penyesuaian (adjusment) sebagai akibat adanya perbedaan fenomena aktual yang dihadapi antar waktu. Sehubungan dengan hal tersebut, agen ekonomi perlu melakukan analisis optimasi guna tercapainya keseimbangan (goal equilibrium) melalui usaha meminimumkan biaya ketidakseimbangan (disequilibrium cost) dan biaya penyesuaian (adjusment cost) yang memungkinkan diturunkannya ECM itu sendiri. Dengan menggunakan ECM dapat pula dianalisis secara teoritik dan empirik apakah model yang dihasilkan konsisten dengan teori atau tidak. Hal tersebut manjadi sangat penting terutama bila akan dilakukan pemilihan model empirik. Namun demikian, seperti halnya model dinamik pada umumnya, ECM juga memiliki beberapa permasalahan seperti perumusan fungsi biaya ketidakseimbangan dan penyesuaian, masalah otoregresi dan arti statistika serta ekonomika koefisien otoregresi. Berkaitan dengan model ECM, berikut ini akan diturunkan rumus umum model ECM dengan mengambil contoh sederhana mengenai pembentukkan modal domestik bruto. Anggaplah bahwa stok kapital yang diinginkan (desired capital stock = K*) dipengaruhi oleh pendapatan riil (Output = Y) dan suku bunga (R), dan dinyatakan dalam hubungan jangka panjang atau keseimbangan (Long-run or equilibrium relationship) sebagai berikut : K t * = ao + a1Yt + a2 Rt .....................(3.13) a1 > 0 dan a 2 < 0 Jika Kt berada pada titik keseimbangan terhadap Yt dan Rt berarti persamaan 3.13 dipenuhi. Namun dalam sistem ekonomi pada umumnya jarang sekali terjadi keseimbangan seperti yang diinginkan, sehingga bila Kt mempunyai nilai yang berbeda dengan nilai keseimbangannya maka terjadilah perbedaan nilai antara sisi kanan dan sisi kiri persamaam 3.13 sebesar : De = K t * −ao − a1Yt − a2 Rt ..........(3.14) Nilai perbedaan (DE) ini dikenal sebagai kesalahan ketidakseimbangan atau dis-equilibrium error. Selanjutnya dengan mengikuti pendekatan yang dikembangkan oleh Domowitz dan Elbadawi (1978) dapat dirumuskan fungsi biaya kuadrat periode tunggal (single quadratic cost function) sebagai berikuti : Ct = b1[ K t − K t *]2 + b2 {[ K t − K t −1 ] − f t [Z t − Z t −1 ]}2 .................................(3.15) Komponen pertama persamaan 3.15 mencerminkan biaya ketidakseimbangan dan komponen kedua merupakan biaya penyesuaian. Kt adalah jumlah stok kapital aktual periode t, Zt merupakan vektor variabel yang mempengaruhi jumlah stok kapital dan dianggap dipengaruhi secara linear oleh pendapatan b1 dan b2 merupakan vektor baris yang memberi bobot kepada masing- masing biaya, serta f1 adalah sebuah vektor baris yang memberi bobot kepada elemen Z t − Z t −1 . Kemudian dengan meminimalisasikan persamaan 3.15 terhadap Kt dan mensubstitusikan Zt sebagai fungsi dari Yt dan Rt akan diperoleh : K t = g 0 + g1Yt + g 2 Rt + g 3Yt −1 + g 4 Rt −1 + g 5 K t −1 .........................................................(3.16) Dimana : g 0 = a0 b , g1 = a1b + (1 − b) f1 , g 2 = a2 b + (1 − b) f 2 , g 3 = −(1 − b) f1 , g 4 = −(1 − b) f 2 , g 5 = (1 − b) dan b = b1 /(b1 + b2 ) f1 merupakan vektor baris yang menunjukkan pengaruh Yt terhadap Zt dan f 2 adalah vektor baris yang menunjukkan pengaruh Rt terhadap Zt. Persamaan 3.16 mencerminkan hubungan jangka pendek (short-run) atau ketidakseimbangan yang meliputi nilai aras dan kelambanan variabel K, Y dan R. Permasalahan utama dalam mengestimasi persamaan 3.16 berkaitan dengan aras variabel (level of variabel) yang mungkin tidak stasioner. Jika aras variabel tidak stasioner maka estimasi persamaan 3.16 dengan menggunakan OLS (ordinary least square) atau regresi klasik dapat menyebabkan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i riil (Yt) dan suku bunga (Rt), P a g e | 120 munculnya regresi lancung atau spurious regression. Untuk mengatasi permasalahan itu, persamaan 3.16 diparameterisasi ulang (reparameterize) menjadi : ΔK t = α 1 ΔYt + α 2 ΔRt + α 3 ( K − β 0 − β1Y − β 2 R) t −1 ......................................................(3.17) Dimana : α 1 = g1 , α2 = g2 , α 3 = −(1 − g 5 ) , β0 = g0 /1 − g5 , β1 = g1 + g 3 / 1 − g 5 β 2 = g 2 + g 4 / 1 − g 5 dan ΔX t = ΔX t − ΔX t −1 Persamaan 3.17 menjelaskan bahwa perubahan stok kapital ( ΔK t ) masa sekarang dipengaruhi oleh perubahan pendapatan riil ( ΔYt ) dan perubahan suku bunga ( ΔRt ) dan kesalahan ketidakseimbangan atau komponen koreksi kesalahan (error correction component atau error correction term) periode sebelumnya. Jika diamati lebih lanjut akan terlihat bahwa persamaan 3.17 hanya meliput kelambanan satu periode sehingga ECM ini dikenal sebagai first order ECM. Selanjutnya seperti telah disinggung dimuka, hal penting yang perlu dikemukakan disini adalah arti parameter dari parameter persamaan 3.17. Parameter α ( α1 dan α 2 ) menjelaskan pengaruh jangka pendek variabel Yt dan Rt terhadap Kt, parameter β ( β1 dan β 2 ) menjelaskan pengaruh jangka panjang variabel Yt dan Rt sedangkan terhadap Kt. Persamaan 3.17 seringkali diparameterisasi lebih lanjut, menjadi : ΔK t = γ 0 + γ 1 ΔYt + γ 2 ΔRt + γ 3 ΔYt −1 + γ 4 ΔRt −1 + γ 5 (Yt −1 + Rt −1 − K t −1 ) ........................(3.18) Dimana : γ 0 = −α 3 β 0 , γ 1 = α1 , γ 2 = α 2 , γ 3 = −α 3 (1 − β1 ) , γ 4 = −α 3 (1 − β 2 ) , γ 5 = −α 3 3.4.5 Uji Diagnosis 3.4.5.1. Linearitas Uji linearitas akan memberikan informasi two in one yaitu: mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan dalam model empiris. Atau dengan kata lain, dengan uji linearitas, specification error atau mis-specification dapat dihindari. Pada umumnya ada 3 macam uji linearitas yang dapat digunakan yaitu: 1. Uji Durbin-Watson d statistik (The Durbin-Watson d Statistic Test) 2. Uji Ramsey (Ramsey RESET Test) 3. Uji Lagrange Multiplier (Lagrange Multiplier-LM Test) Dalam penelitian ini akan digunakan Uji Ramsey RESET. Uji Ramsey dapat dilakukan dengan mengestimasi persamaan model. Dari hasil estimasi ini akan didapatkan nilai Fhitung, kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan Ftabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut: Bila Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak. Bila Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar diterima. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sedangkan untuk dua variabel (X dan Y), maka spesifikasi umum ECM adalah sebagai berikut: ΔYt = β 0 + β1 ΔX t + β 2 ΔX t −1 + β 3 ECT ..(3.19) (Dimana ECT = X t −1 − Yt −1 ) ECM mempunyai ciri khas dengan dimasukkannya unsur Error Correction Term (ECT) dalam model. Apabila koefisien ECT signifikan secara statistik dan mempunyai tanda positif, maka spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sahih atau valid. Dalam persamaan 3.19 nilai koefisien ECT antara nol sampai dengan satu (0 < 3 < 1). Koefisien jangka pendek dari persamaan model ECM direpresentasikan oleh koefisien 1, sedangkan untuk memperoleh besaran koefisien regresi jangka panjang dengan menggunakan model ECM, maka digunakan rumus sebagai berikut: Konstanta = 0 / 3, Xt = ( 2 + 3 ) / 3 P a g e | 121 3.4.5.2. Heteroskedastisitas Uji gejala heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance ( 2) dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika variance ( 2) dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji White. Uji White dilakukan dengan mengestimasi persamaan model. Dari hasil estimasi tersebut, akan diperoleh Obs*R-squared = 2hitung, hasil ini dibandingkan dengan nilai 2tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut: Bila nilai Obs*R-squared > nilai 2tabel, maka hipotesis yang menyatakan ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan diterima. Bila nilai Obs*R-squared < nilai 2tabel, maka hipotesis yang menyatakan ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan ditolak. 3.4.5.3. Autokorelasi Dalam konteks regresi, model regresi linear klasik mengasumsikan bahwa tidak terdapat faktor pengganggu, atau tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtun waktu atau timeseries) atau ruang (seperti dalam data lintas sektoral atau cross section). Pada umumnya masalah autokorelasi muncul pada data time-series terutama jika waktu pengamatan sangat pendek. Penyebab munculnya Autokorelasi adalah : Adanya kelambanan (Inertia), Bias Spesification : kasus variabel yang tidak dimasukkan, adanya fenomena sarang laba-laba, manipulasi data dan adanya kelambanan waktu (lag) Untuk mendeteksi apakah suatu model terkena masalah autokorelasi, digunakan uji BreuschGodfrey , Melakukan uji hipotesa nol (Ho) dengan pedoman ; Menolak Ho yang menyatakan tidak ada masalah autokorelasi dalam model empiris yang dipergunakan bila X2 hitung > X2 tabel. Menerima Ho yang menyatakan tidak ada masalah autokorelasi dalam model yang empiris yang digunakan bila X2 hitung < X2 tabel. (Aliman, 2000) 3.5 Model Penelitian Model 1 (nb : jika hubungan kausalitas yang terjadi dari IHSG terhadap Kurs) ΔKurst = γ 0 + γ 1ΔIHSGt + γ 2 ΔRisk t + γ 3 ΔIHSGt −1 + γ 4 ΔRisk t −1 + γ 5 ( IHSGt −1 + Risk t −1 − Kurst −1 ) Email me at: [email protected] S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Model 2 (nb : jika hubungan kausalitas yang terjadi dari Kurs terhadap IHSG) ΔIHSGt = γ 0 + γ 1ΔKurst + γ 2 ΔRisk t + γ 3 ΔKurst −1 + γ 4 ΔRisk t −1 + γ 5 ( Kurst −1 + Risk t −1 − IHSGt −1 ) Copyright@2009 P a g e | 122 KURS (IDR/US DOLLAR) STATIONARY IHSG DATA GENERATING PROCESES (JAKARTA STOCK EXCHANGE) NON STATIONARY TIME SERIES DATA HO = NON STATIONARY DF/ADF UNIT ROOT + LM TEST (POWER OF TEST) TO AVOID PROBLEM OF SPURIOUS REGRESSION STATIONARY [I(0) OR I(1)] SERIES SIGNIFICANT LONG RUN RELATIONSHIP HO = NO COINTEGRATION (ENGLE GRANGER) COINTEGRATION TEST COINTEGRATED SERIES INDEPENDENT UJI KAUSALITAS DEPENDENT VARIABEL ? (ENGLE GRANGER) VARIABEL ? DYNAMIC MODEL/EQUATION S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i ECM ERROR CORRECTION MODEL Bagan 3.1 Prosedur Analisis Email me at: [email protected] Copyright@2009 P a g e | 123 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Rezim Nilai Tukar dan Kebijakan Devisa Indonesia Perkembangan sistem keuangan di indonesia mengalami perubahan yang signifikan dengan diawali kebijakan deregulasi keuangan, yang diikuti secara bertahap dengan pengurangan restriksi terhadap transaksi devisa (capital control) dan perubahan sistem nilai tukar. Penentuan kebijakan devisa dan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. Perubahan sistem nilai tukar dan kebijakan devisa disesuaikan dengan tuntutan perubahan ekonomi yang semakin pesat serta upaya untuk menangkap peluang investasi yang datang dari luar negri (capital inflow). Secara garis besar sejak tahun 1970 indonesia telah mengadopsi tiga sistem nilai tukar yang berbeda, diantaranya: sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan sistem nilai tukar mengambang bebas. Perubahan sistem nilai tukar ini sangat berpengaruh pada perilaku nilai tukar rupiah, khususnya setelah sistem nilai tukar beralih kepada sistem nilai tukar baik mengambang terkendali maupun mengambang bebas. Tabel 4.1 Perubahan rezim nilai tukar di indonesia SISTEM NILAI TUKAR Nilai tukar tetap (fixed exchange rate) Mengambang terkendali (managed floating sistem) Managed floating dengan crawling band system Sistem mengambang bebas (floating/flexible sistem) Sistem nilai tukar tetap (1971-1978) Pada masa sistem nilai tukar tetap, pemerintah mem-peg-kan rupiah terhadap us dollar, dimana penentuan nilai tukar mutlak dilakukan oleh pemerintah atas dasar kurs nilai tukar riil. Sementara untuk menjaga kestabilan nilai tukar, bank indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. Sejak dikeluarkannya uu/no.32/1964, indonesia menganut sistem nilai tukar tetap dengan kurs resmi rp250 per 1 usd, sementara kurs mata uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap usd di bursa valuta asing jakarta dan di pasar internasional. Dalam periode ini, indonesia menganut sistem kontrol devisa yang relatif ketat, dimana para eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya kepada bank devisa untuk selanjutnya dijual kepada pemerintah (bank indonesia). Namun demikian, dalam rezim ini tidak ada pembatasan dalam hal kepemilikan, penjualan maupun pembelian valuta asing. Dalam system nilai tukar tetap, otoritas moneter (bank indonesia) berkewajiban untuk memenuhi seluruh kebutuhan valas masyarakat. Pemilihan sistem nilai tukar tetap dengan sistem kontrol devisa pada saat itu masih sangat dimungkinkan karena belum berkembangnya lembaga keuangan, kecilnya volume transaksi devisa serta belum maraknya transaksi derivatif rupiah di pasar valas untuk tujuan hedging dan spekulasi. Di sisi lain, kebijakan pemerintah dalam pembatasan pinjaman luar negeri, penanaman modal asing, dan portfolio investment, sangat efektif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pada periode ini pemerintah melakukan devaluasi sebanyak 3 kali, masing-masing pada 17 april 1970 dengan kurs sebesar rp378 per 1 usd, tanggal 23 agustus 1971 dengan kurs sebesar rp415 per 1 usd dan pada tanggal 15 november 1978 dengan kurs sebesar rp625 per 1 usd. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tingkat daya saing produkproduk ekspor di pasar internasional, akibat nilai tukar yang overvalued. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i PERIODE Agustus 1971-november 1978 November 1978-september 1992 September 1992-agustus 1997 Agustus 1997-kini Sumber : bemp bank indonesia, 2000 P a g e | 124 Sistem nilai tukar mengambang bebas (sejak 14 agustus 1997) Sejak pertengahan juli 1997, nilai tukar rupiah mengalami tekanan-tekanan yang menyebabkan semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar us. Tekanan tersebut berawal dari depresiasi bath thailand yang menyebar ke indonesia dan negara asean sehubungan efek contagioun (penularan). Dalam upaya untuk meredam tekanan depresiai terhadap rupiah, bank indonesia pada saat itu melakukan intervensi baik secara spot maupun forward untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Namun akibat tekanan depresiatif yang semakin besar, pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi dan menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (flexible exchange rate) untuk mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sistem nilai tukar mengambang terkendali (1978-juli 1997) Dengan sistem nilai tukar mengambang terkendali, pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan kisaran tertentu. Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pemerintah melakukan intervensi pada saat kurs berfluktuasi melebihi batas spread yang ditentukan. Dalam pelaksanaannya, sistem ini mempunyai esensi yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik perekonomian pada saat tersebut. Karakteristik tersebut berhubungan erat dengan seberapa besar bank indonesia mengendalikan nilai tukar dengan melakukan penekanan pada unsur management atau floatingnya. Sesuai dengan karakteristiknya maka sistem nilai tukar mengambang terkendali pada periode ini dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu managed floating i, managed floating ii, dan crawling band. Periode 1978 - 1986 dapat dianggap sebagai periode managed floating i di mana unsur manajemen lebih besar dari floating. Kondisi tersebut terlihat dari pergerakan nilai tukar nominal yang relatif tetap dan perubahan relatif baru terjadi pada tahun-tahun tertentu, yaitu pada saat bank indonesia melakukan devaluasi rupiah. Efektifnya unsur manajemen pada saat itu tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang relatif belum berkembang seperti saat ini, sehingga bank indonesia tidak mengalami hambatan yang signifikan dalam menyesuaikan nilai tukar sesuai dengan target yang diinginkan dalam rangka mengendalikan inflasi dan menjaga daya saing produk-produk ekspor. Perkembangan selanjutnya dengan semakin terbukanya perekonomian nasional terhadap perekonomian dunia sejak diadopsinya sistem devisa bebas murni sejak tahun 1982 (peraturan pemerintah no. 1 tahun 1982 tentang penghapusan kewajiban penjualan devisa hasil ekspor kepada bank indonesia) telah memberikan implikasi positif dalam mendorong aliran modal masuk ke indonesia, baik dalam bentuk penanaman modal asing, pinjaman, dan investasi portfolio di pasar modal. Hal ini mengarahkan kebijakan nilai tukar managed floating untuk lebih menekankan pada unsur floatingnya sementara unsure pengendaliannya (managed) semakin diperkecil (periode managed floating ii /1987-1992). Dalam periode ini, kekuatan pasar semakin besar sehingga unsur floating semakin dirasakan perlu mengingat manajemen yang terlalu dominan dapat berakibat misalignment pada nilai tukar riil. Fleksibilitas nilai tukar rupiah semakin ditingkatkan melalui penerapan kebijakan nilai tukar crawling band sejak tahun 1992 hingga agustus 1997. Peningkatan fleksibilitas nilai tukar tersebut telah mendorong perkembangan pasar valuta asing dalam negeri, yang tercermin dari semakin berkurangnya ketergantungan bank-bank kepada bank indonesia dalam melakukan transaksi devisa. Kegiatan transaksi valas yang sebelumnya dilakukan bank dengan bank indonesia hampir seluruhnya telah bergeser ke pasar valas antarbank. Di samping itu, jumlah pelaku transaksi juga semakin meningkat dan produk pasar valuta asing semakin bervariasi. Hal ini terlihat dari transaksi swap bank indonesia yang menurun tajam dari sebesar usd 13 miliar pada tahun 1991 menjadi sebesar usd 1 miliar tahun 1994. Sebaliknya transaksi swap antarbank meningkat dari usd 29 miliar pada tahun 1991 menjadi sebesar usd 596 miliar pada tahun 1997. P a g e | 125 16 000 14 000 12 000 10 000 80 00 60 00 40 00 1/0 1/98 5/1 6/99 9/2 7/00 2/0 9/02 KURS Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan spekulatif terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. Walaupun indonesia telah menganut flexible exchange rate, namun kegiatan intervensi valas masih tetap dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan distorsi-distorsi di pasar valuta asing mengingat pasar ini belum sempurna dan irrasional. Dalam perkembangannya pergerakan nilai tukar rupiah pada era floating tersebut mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Fluktuasi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi, tetapi juga oleh faktor-faktor non ekonomis yang umumnya dimanfaatkan oleh para spekulan valas. Menurut penjelasan dewan gubernur bi, nilai tukar rupiah saat ini (pasca freely floating rate system) ditentukan oleh tiga factor utama. Pertama, ekpektasi jangka pendek pelaku pasar, kedua, faktor fundamental, ketiga, struktur mikro valas yaitu kondisi finansial bank dan korporasi. Sehingga dengan semakin besarnya keleluasaan kekuatan pasar dalam penentuan nilai tukar, maka perilaku pasar menjadi lebih sulit untuk diprediksi secara langsung. Nilai tukar di pasar tidak semata mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran pasar untuk memenuhi underlying transaction (transaksi-transaksi pokok), melainkan juga dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang mempengaruhi ekspektasi masyarakat yang erat kaitannya dengan unsure ketidakpastian. 4.2 tinjauan umum nilai tukar dan harga saham tahun 2000-2003 4.2.1 perkembangan nilai tukar dan pasar saham tahun 2000 Pergerakan rupiah pada tahun 2000 cenderung melemah dengan volatilitas yang meningkat. Kurs rupiah terhadap dolar bergerak dalam kisaran 8.880,57, yang secara rata-rata melemah 6,12 %, dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai nilai terendah 10.075 pada periode bulan desember, dan mencapai nilai tertinggi 7.165 pada periode bulan april. Tingkat volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata harian pada tahun ini adalah 0.074 %, dan sempat mencapai tingkat depresiasi tertinggi 2.22 % pada bulan april. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Grafik 4.1 Perkembangan kurs spot harian (rp/$) P a g e | 126 Tabel 4.2 Statistik deskriptif kurs dAN INDEKS SAHAM HARIAN TAHUN 2000 Keterangan Mean maximum minimum std. Dev. Kurs IHSG 2000 2000 8880.578 508.8258 10075 703.483 7165 404.115 749.435 79.86933 Volatilitas rata-rata 0.074 % -0.126 % Volatilitas maximum 2.22 % -7.03 % /minimum (-4.55%) Tekanan depresiasi rupiah selama tahun 2000 disebabkan oleh kesenjangan antara penawaran dan permintaan valuta asing (supply-demand imbalance), ekses likuiditas rupiah di pasar uang, sentimen negatif terhadap ketidakstabilan situasi politik dan keamanan di dalam negeri, serta semakin aktifnya perdagangan rupiah oleh nonresiden sejalan dengan meningkatnya internasionalisasi rupiah. Kesenjangan yang terjadi antara penawaran dan permintaan valuta asing tidak sejalan dengan membaiknya kinerja sektor perdagangan luar negeri, dimana surplus perdagangan yang cukup besar dalam tahun ini belum mampu meningkatkan pasokan valuta asing di pasar secara berarti karena devisa hasil eskpor belum seluruhnya mengalir ke dalam negeri. Demikian pula aliran devisa masuk (capital inflows) yang bersumber dari investasi asing belum dapat diharapkan karena situasi di dalam negeri yang belum kondusif. Di pihak lain, tekanan permintaan murni dalam rangka pelunasan utang luar negeri swasta semakin menekan rupiah pada posisi yang rendah di pasar valas. Ketidakseimbangan dan tekanan terhadap rupiah telah mengakibatkan kondisi pasar valuta asing semakin asimetris dan rentan terhadap ketidakstabilan di dalam negeri, sehingga memungkinkan fluktuasi nilai tukar yang tajam akibat sentimen pelaku pasar. Konflik sosial politik yang terjadi secara berkelanjutan pada tahun 2000 telah menimbulkan ketidakstabilan di dalam negeri serta meningkatkan tingginya sentimen pasar yang asimetris terhadap rupiah. Dengan perilaku yang asimetris tersebut, pelaku pasar cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap berita negatif dibandingkan berita positif atau ”good news is a no news, bad news is a nightmare”. Sistem keuangan domestik yang masih labil akibat belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan dan terbatasnya outlet-outlet investasi di pasar uang domestik menyebabkan kondisi likuiditas rupiah di pasar uang dalam negeri cenderung longgar. Di pihak lain, longgarnya rambu-rambu yang mengatur lalu lintas rupiah antar negara menyebabkan ekses likuiditas rupiah di pasar uang dalam negeri (on-shore) banyak mengalir secara bebas ke pasar uang luar negeri (offshore), sehingga meningkatkan internasionalisasi rupiah. Keadaan inilah yang telah mendorong pemanfaatan rupiah secara luas di pasar luar negeri, termasuk untuk tujuan transaksi derivatif serta spekulasi. Menghadapi nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami depresiasi tersebut, bank indonesia telah melakukan berbagai upaya agar rupiah tidak mengalami depresiasi yang lebih tajam. Pertama, langkah pengetatan moneter dilakukan melalui mekanisme operasi pasar terbuka (opt) untuk menyerap ekses likuiditas rupiah di pasar uang agar tidak dipergunakan untuk spekulasi di pasar valuta asing. Pengetatan ini juga dibantu dengan sterilisasi valuta asing yang dilakukan bank indonesia untuk menyerap pengeluaran rupiah pemerintah, sekaligus untuk menambah pasokan valuta asing di pasar. Kedua, bank indonesia juga melakukan langkah-langkah yang secara langsung dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Langkah ini antara lain mencakup pengawasan langsung terhadap sejumlah bank pelaku terbesar dalam transaksi valuta asing, monitoring terhadap rekening vostro (milik nonresiden), dan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Sumber : data sekunder olahan (lampiran) P a g e | 127 melakukan kajian yang mendalam terhadap kemungkinan pembatasan transaksi rupiah oleh nonresiden. Namun disadari bahwa upaya meredam gejolak nilai tukar tersebut belum memberikan hasil yang optimal mengingat besarnya pengaruh faktor non-ekonomi yang kurang kondusif. (laporan tahunan bank indonesia tahun 2000) 4 105 00 100 00 2 950 0 0 900 0 850 0 -2 800 0 -4 -6 1/01 750 0 2/20 4/11 5/31 7/20 9/08 10/2 8 12/1 7 700 0 1/01 2/20 4/11 5/31 VOLK URS2000 7/20 9/08 10/2 8 12/1 7 KURS 00 Grafik 4.3 Premium swap dan covered interest parity tahun 2000 Bila diamati perbedaan suku bunga (interest rate differential) pada tahun 2000 secara nominal menujukkan kinerja yang membaik dengan diikuti naiknya suku bunga nominal dalam negeri dan turunnya suku bunga luar negeri. Meskipun pada tahun ini terjadi peningkatan premi swap yang cukup signifikan, namun covered interst parity tetap menunjukkan nilai yang positif. Hal ini merefleksikan tingginya faktor risiko telah ditutup oleh perbedaan suku bunga nominal, sehingga diharapkan spread positif tersebut dapat meningkatkan minat investor untuk memegang aset berdenominasi rupiah. Perkembangan pasar modal (saham) domestik selama tahun 2000 cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan kinerja pasar modal (saham) domestik dipengaruhi oleh tingginya ketidakstabilan sosial dan politik dalam negeri, melemahnya nilai tukar rupiah, dan meningkatnya suku bunga sbi. Pada akhir tahun 2000, IHSG ditutup terkoreksi 260.60 poin Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Grafik 4.2 Volatilitas kurs (%) dan kurs spot (rupiah terhadap dollar) tahun 2000 P a g e | 128 atau (38,50 %) pada level 416,32 dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya yang berada pada level 676,91. IHSG mencapai nilai tertinggi 703,48 pada periode bulan januari, dan mencapai nilai terendah 404,11 pada periode bulan oktober. Secara rata-rata harian, tingkat volatilitas IHSG pada tahun ini adalah -0.126 %, dan sempat mencapai tingkat terendah -7.03 % pada bulan september 2000. 4.2.2 perkembangan nilai tukar dan pasar saham tahun 2001 Pergerakan rupiah pada tahun 2001 cenderung berfluktuatif dengan volatilitas yang terus meningkat pada tengah tahun periode. Kurs rupiah terhadap dolar bergerak dengan kisaran rata-rata 10.748, yang secara rata-rata melemah 21,04 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya bergerak dalam kisaran 8880,57. Tekanan depresiasi rupiah pada tahun ini disertai dengan besarnya fluktuasi yang tercermin dari tingginya tingkat volatilitas. Nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai nilai terendah 12.600 pada periode bulan april, dan mencapai nilai tertinggi 8.925 pada periode bulan agustus. Secara rata-rata harian, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah pada tahun ini adalah 0.034 %, dan sempat mencapai tingkat depresiasi tertinggi 7.33 % pada bulan januari 2001. Selanjutya volatilitas rupiah terus meningkat di awal agustus, dengan spread yang terus melebar hingga akhir tahun. Tabel 4.3 Statistik deskriptif kurs dan saham harian tahun 2001 Keterangan Kurs IHSG 2001 2001 mean 10748.96 403.653 maximum 12600 470.229 minimum 8925 342.858 std. Dev. 819.3093 29.79937 Volatilitas rata-rata 0.034 % -0.010 % Volatilitas maximum/ 7.33 % 4.97 % Minimum (-7.04%) SUMBER : DATA SEKUNDER OLAHAN (LAMPIRAN) 8 13 000 12 000 4 11 000 0 10 000 -4 2/2 0 4/1 1 5/3 1 7/2 0 9/0 8 10 /28 12 /17 80 00 1/0 1 2/2 0 4/1 1 5/3 1 VOLK URS20 01 7/2 0 9/0 8 10 /28 12 /17 KURS 01 GRAFIK 4.5 VOLATILITAS KURS (%)DAN KURS SPOT (RUPIAH TERHADAP DOLLAR) TAHUN 2001 Meningkatnya country risk indonesia ditandai dengan melonjaknya rata-rata tingkat premi swap (tenor 1 bulan) yang meningkat secara tajam. Rata-rata tingkat premi swap untuk tenor 1 bulan pada tahun 2000 yang hanya mencapai 4,97% meningkat hingga mencapai 13,41% pada tahun 2001. Pergerakan year on year premi swap dari desember 2000 hingga 2001, tercatat meningkat sekitar 844bp dan berhenti pada posisi 16,94% di akhir tahun 2001. Sejalan dengan melonjaknya premi swap, covered Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i -8 1/0 1 90 00 P a g e | 129 interest parity (berjangka waktu 1 bulan) juga menunjukkan kondisi yang memburuk. Hampir sepanjang tahun 2001, covered interest parityterus-menerus mencatat angka negatif. Secara point to point, angka covered interest paritymemburuk dari 0,39% pada desember 2000 menjadi -1,04% pada desember 2001. Bila diamati perbedaan suku bunga (interest rate differential) pada tahun 2001 secara nominal memang menujukkan kinerja yang membaik dengan diikuti naiknya suku bunga nominal dalam negeri dan turunnya suku bunga luar negeri. Namun besarnya peningkatan premi swap pada tahun ini, telah menyebabkan covered interest rate selalu bernilai negatif. Hal ini merefleksikan tingginya faktor risiko yang tidak dapat ditutup oleh perbedaan suku bunga nominal, sehingga menurunkan minat investor untuk memegang aset berdenominasi rupiah. Kinerja pasar modal di tahun 2001 mengalami perkembangan yang kurang menggembirakan, hal ini ditandai oleh pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berfluktuatif dengan kecenderungan yang menurun. Pada akhir tahun 2001, IHSG ditutup terkoreksi –43.51 poin (10,30%) pada level 379,05 dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya yang berada pada level 422,57. Penurunan IHSG dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi maupun nonekonomi. Faktor ekonomi terutama diakibatkan karena melemahnya nilai tukar rupiah, naiknya tingkat diskonto sbi (hingga level 17%), turunnya peringkat investasi di indonesia (dari “stabil” ke “negatif”: lembaga pemeringkat moody’s), serta melemahnya kinerja bursa regional yang didorong oleh ketidakpastian dari prospek perekonomian jepang dan amerika serikat. Faktor non ekonomi yang mempengaruhi melemahnya IHSG bersumber dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap stabilitas keamanan dan politik selama 2001, terutama sejak terjadinya tragedi wtc 11 september 2001. Pada tahun 2001, indeks sempat menguat pada bulan februari dan agustus yang dipicu oleh penurunan tingkat suku bunga oleh bank sentral as serta keberhasilan pelaksanaan sidang istimewa dan pergantian kepemimpinan nasional secara aman. IHSG mencapai nilai tertinggi 470,22 pada periode bulan juli, dan mencapai nilai terendah 342,85 pada periode bulan april. Secara rata-rata harian, tingkat volatilitas IHSG pada tahun ini adalah -0.01 %, dan sempat mencapai tingkat tertinggi 4.97 % pada bulan februari 2001. Turunnya indeks saham gabungan (IHSG) pada 2001 tidak terlepas dari berkurangnya kontribusi investor asing di pasar modal indonesia. Hal tersebut tercermin dari menurunnya posisi nilai transaksi investor asing terhadap total perdagangan dari rp24,7 triliun (20,1%) pada tahun lalu menjadi rp14,6 triliun (9,9%) pada 2001. Seiring dengan melemahnya IHSG, nilai kapitalisasi pasar mengalami penurunan sebesar 7,8% dari rp259,6 triliun pada akhir tahun 2000 menjadi rp239,3 triliun. Sementara itu, jumlah emiten di bursa saham mengalami peningkatan dari 347 emiten senilai rp226,1 triliun menjadi 379 emiten senilai rp231,3 triliun. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Grafik 4.6 Premium swap dan covered interest parity tahun 2001 P a g e | 130 4.2.3 perkembangan nilai tukar dan pasar saham tahun 2002 Setelah mengalami depresiasi pada 2001, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi yang signifikan pada periode 2002. Pergerakan rupiah sepanjang tahun 2002 cenderung menguat dengan volatilitas yang terus menurun. Kurs rupiah terhadap dolar bergerak dengan kisaran rata-rata 9817,12, yang secara rata-rata menguat 8,67 % dibandingkan tahun sebelumnya yang bergerak dalam kisaran ratarata 10748,96. Nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai nilai terendah 10.973 pada periode bulan januari, dan mencapai nilai tertinggi 8.960 pada periode bulan juni. Secara rata-rata harian, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah pada tahun ini adalah -0.038 %, dan sempat mencapai tingkat depresiasi tertinggi 3.19 % pada bulan oktober 2002. Tabel 4.4 Statistik deskriptif kurs dan saham harian tahun 2002 Keterangan Mean Maximum Minimum std. Dev. Kurs IHSG 2002 2002 9817.123 452.0431 10973 551.607 8960 337.475 546.4327 55.42942 Volatilitas rata-rata -0.038 % 0.030 % Volatilitas maximum/ 3.19 % Minimum (-2.0%) -10.36 % sumber : data sekunder olahan (lampiran) 4 11 000 3 10 500 2 10 000 1 0 95 00 -1 -3 1/0 1 2/2 0 4/1 1 5/3 1 7/2 0 9/0 8 10 /28 12 /17 85 00 1/0 1 2/2 0 4/1 1 5/3 1 VOLK URS20 02 7/2 0 9/0 8 10 /28 12 /17 KURS 02 Grafik 4.8 Volatilitas kurs (%)dan kurs spot (rupiah terhadap dollar) tahun 2002 Pergerakan nilai tukar pada tahun 2002 dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik faktor fundamental, sentimen dan risiko, maupun faktor kebijakan di bidang nilai tukar. Dari sisi fundamental, pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2002 terutama dipengaruhi oleh besarnya surplus neraca pembayaran yang disebabkan oleh penurunan defisit transaksi modal dan meningkatnya surplus transaksi berjalan. Dari sisi sentimen, faktor positif yang mendorong penguatan nilai tukar rupiah terutama terkait dengan kemajuan yang dicapai dalam program restrukturisasi ekonomi seperti keberhasilan penjadwalan kembali Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 90 00 -2 P a g e | 131 utang luar negeri, pencairan pinjaman imf, dan terlaksananya program divestasi bank serta privatisasi bumn. Sentimen positif tersebut dikonfirmasi oleh membaiknya beberapa indikator risiko seperti peringkat kredit (credit rating), tingkat premi risiko (premi swap). Dari sisi kebijakan, berbagai upaya telah ditempuh oleh bi terutama dalam rangka meminimalkan fluktuasi nilai tukar rupiah. Kebijakan ini dilakukan baik melalui intervensi valuta asing maupun kebijakan lainnya yang bersifat nonkonvensional, seperti moral suasion kepada pelaku pasar dan pemantauan kegiatan transaksi devisa yang dilakukan oleh bank dan pelaku pasar utama nonbank. Dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah, pada periode ini bi melakukan berbagai langkah kebijakan dengan mengoptimalkan seluruh instrumen yang tersedia. Langkah-langkah tersebut meliputi penyerapan secara konsisten terhadap ekses likuiditas rupiah di pasar melalui instrumen operasi pasar terbuka (opt), pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan mengenai pembatasan transaksi rupiah oleh nonresiden, pengawasan terhadap kewajaran transaksi valuta asing, moral suasion, dan sterilisasi/intervensi valuta asing. Membaiknya country risk indonesia diikuti dengan membaiknya beberapa indikator risiko. Indikator risiko berjangka pendek yang diwakili oleh tingkat premi swap menunjukkan kecenderungan menurun untuk tenor 1 bulan sejak akhir 2001. Tingkat premi swap 1 bulan menurun 469bp dari 16,94% pada akhir 2001 menjadi 12,25% pada akhir 2002. Tingkat premium swap yang lebih rendah dibandingkan perbedaan suku bunga dalam negri (diwakilkan oleh jibor) terhadap suku bunga luar negri (diwakilkan oleh sibor) pada tahun ini, menunjukkan bahwa aset berdominasi rupiah lebih menguntungkan dibandingkan dengan aset luar negri. Menurunnya premi swap dan suku bunga, baik dalam negeri (jibor) maupun luar negeri (sibor), menyebabkan covered interest parity membaik. Hal ini tercermin dari angka covered interest rate yang positif dari april hingga oktober, meskipun pada bulan november dan desember mencatat angka negatif. Negatifnya angka cip (covered interest parity) pada akhir tahun tidak terlepas oleh adanya tragedi di bom bali yang memicu kenaikan tingkat premi swap, sehingga menyebabkan angka covered interest rate kembali negatif sejak akhir oktober 2002, namun posisinya masih membaik dari -1,04% pada akhir 2001 menjadi -0,22% pada akhir 2002. Kinerja transaksi di pasar saham pada tahun 2002 lebih didorong oleh faktor-faktor yang bersifat sentimen dan eksternal (perkembangan bursa luar negeri) dibandingkan dengan perkembangan suku bunga yang terjadi. Seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan relatif stabilnya kondisi politik dan keamanaan di dalam negeri, pasar saham sempat membaik selama empat bulan pertama 2002. Pada akhir tahun 2002, IHSG ditutup meningkat 32.91 poin atau (8.39 %) pada level 424,94 dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya yang berada pada level 392,03. Dalam periode ini indeks harga saham Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i GRAFIK 4.9 PREMIUM SWAP DAN COVERED INTEREST PARITY TAHUN 2002 P a g e | 132 gabungan di bursa efek jakarta (bej) sempat meningkat hingga menembus angka tertinggi yang merupakan posisi tertinggi hingga mei 2000, di indeks 551,60 pada bulan april. Namun perkembangan saham mulai menunjukkan kinerja yang buruk hingga akhir oktober dan ditutup sedikit membaik di akhir tahun yang mencapai nilai terendah 337,47. Secara rata-rata harian, tingkat volatilitas IHSG pada tahun ini adalah 0.03 %, dan sempat mencapai tingkat terendah -10.36 % pada bulan oktober 2002. Arah perkembangan yang sama juga terjadi pada indikator kinerja pasar modal lainnya seperti nilai dan volume perdagangan saham, kapitalisasi pasar, dan net beli (jual) asing. Sepanjang 2002, pergerakan nilai individu saham dan volume perdagangan saham searah dengan pergerakan IHSG. Perdagangan saham sempat mencapai total volume sebesar 35,72 miliar lembar saham dengan nilai rp20,3 triliun pada april 2002, yang selanjutnya menurun menjadi 6,23 miliar lembar dengan nilai rp10,2 triliun di desember 2002. Nilai perdagangan saham tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan akhir 2001 yang mencapai rp6,6 triliun. Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar juga menunjukkan arah perkembangan yang sama, yaitu sempat mencapai nilai tertinggi pada posisi rp344 triliun dengan jumlah 889,9 miliar lembar saham di april dan kemudian cenderung menurun hingga akhir 2002 tercatat pada posisi rp268,8 triliun dengan jumlah 939,5 miliar lembar saham. Nilai kapitalisasi pasar tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir 2001 yang mencapai rp239,3 triliun dengan jumlah saham hanya 884,2 miliar lembar. 4.2.4 perkembangan nilai tukar dan pasar saham tahun 2003 Setelah mengalami depresiasi pada 2002, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi yang signifikan pada periode 2003. Pergerakan rupiah sepanjang tahun 2003 cenderung menguat dengan volatilitas yang terus menurun. Kurs rupiah terhadap dolar bergerak dengan kisaran rata-rata 8572 (rp/$), yang secara rata-rata menguat 12,68 % dibandingkan tahun sebelumnya yang bergerak dalam kisaran rata-rata 9817,12. Stabilitas nilai tukar rupiah pada tahun 2003 didukung oleh kinerja perekonomian domestik yang semakin membaik, cip (covered interest parity) yang favourable serta dukungan kinerja sektor eksternal. Di sisi lain, pergerakan kurs yang relatif stabil pada tahun ini tidak terlepas dari semakin membaiknya beberapa indicator makroekonomi, meningkatnya capital inflow serta meningkatnya kepercayaan investor berkaitan dengan peningkatan credit rating oleh lembaga pemeringkat internasional “moody’s”. Keadaan ini dipandang telah memberikan insentif yang kuat terhadap aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, dan mempengaruhi penguatan rupiah. 2003 14.00 10.00 8.00 6.00 11.59 12.62 11.01 11.89 11.58 10.27 10.05 10.97 9.25 9.95 9.43 9.20 8.86 8.78 8.64 8.61 8.55 8.35 7.55 7.10 6.75 6.95 7.15 0.00 CIP JIBOR SIBOR 4.00 2.00 Premium SWAP 1.37 1.34 1.29 1.30 1.28 1.12 1.12 1.14 1.15 1.17 1.18 1.17 0.51 0.61 0.86 0.51 0.29 0.14 0.27 0.33 0.23 0.44 0.28 -0.04 Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Des. -2.00 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 13.10 12.00 P a g e | 133 Grafik 4.11 Pergerakan premium swap, CIP, jibor dan sibor (bulanan) 2003 pelaksanaan kebijakan moneter yang cenderung longgar pada tahun 2003, telah mempengaruhi penurunan suku bunga domestik dalam beberapa tenor (1 bln-3 bln). Penurunan suku bunga domestik yang terjadi bersamaan dengan suku bunga internasional, masih memberikan insentif bagi investor untuk menanamkan portofolionya dalam aset rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi paritas suku bunga (nominal-non risk adjusted) pada tahun ini, masih memiliki peran penting dalam mempengaruhi aliran dana valas (pull factor) dari luar negri. Pergerakan suku bunga internasional (sibor) yang cenderung menurun pada tahun 2003, diikuti oleh menurunnya suku bunga dalam negri (jibor). Namun penurunan suku bunga internasional (sibor) cenderung lebih kecil dibandingkan dengan penurunan suku bunga domesti (jibor). Suku bunga jibor berjangka waktu 1 bulan menurun dari 13,10% pada awal 2003 menurun menjadi 8,61% pada akhir 2003. Berbeda dengan penurunan yang besar dari jibor, suku bunga sibor hanya menurun dari 1,37% menjadi 1,17% dalam periode yang sama. Dengan demikian perbedaan suku bunga nominal (nominal non risk adjusted) menurun dari 11,73% menjadi 7,44%. Perkembangan indicator keuangan lainnya seperti covered interest parity, pada tahun ini menunjukkan keadaan yang relatif baik. Covered interest parity pada akhir tahun 2003 mencapai 0,29%, membaik dibandingkan awal 2003 yang hanya mencapai 0,14%. Membaiknya cip domestik didorong oleh menurunnya premi swap dan suku bunga internasional, serta membaiknya beberapa indicator risiko yang terkait dengan profil return pasar keuangan domestik. IHSG Periode 2003 800 700 600 500 400 IHSG 300 200 100 Grafik 4.12 Pergerakan IHSG harian tahun 2003 Kinerja pasar modal pada awal tahun 2003 menunjukkan perkembangan yang kurang baik bila dibadingkan dengan kinerja akhir tahun 2002. Tercatat hingga akhir maret 2003, semua indicator bej mengalami penurunan yang signifikan.(volume perdagangan : -47,4%; nilai perdagangan : -52,5% dan nilai kapitalisasi pasar : -6,3%). Penurunan kinerja bej pada awal tahun 2003 lebih diwarnai oleh sentimen negatif dibandingkan dengan pengaruh positif penurunan suku bunga. Pengaruh sentimen negatif pada awal tahun lebih kuat dibandingkan dengan january effect (kondisi dimana harga-harga saham biasanya cenderung menguat) yang diharapkan muncul pada awal pembukaan bursa. Hal ini memberikan pengaruh yang cukup kuat, hingga mendorong indeks hingga 15,820 poin (-3,7%) pada hari pertama transaksi awal tahun. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 12/3/2003 12/17/2003 11/5/2003 11/19/2003 10/8/2003 10/22/2003 9/24/2003 9/10/2003 8/27/2003 8/13/2003 7/30/2003 7/2/2003 7/16/2003 6/4/2003 6/18/2003 5/7/2003 5/21/2003 4/9/2003 4/23/2003 3/26/2003 3/12/2003 2/26/2003 2/12/2003 1/29/2003 1/1/2003 1/15/2003 0 P a g e | 134 Kinerja pasar modal pada periode selanjutnya mengalami perkembangan yang signifikan, meskipun sempat mengalami penurunan indeks pada pertengahan periode akibat “tragedi marriot”. Hal ini dapat tercermin dari meningkatnya indicator indeks saham, aktifitas perdagangan di bursa dan meningkatnya net beli asing. Menguatnya indeks pada tahun ini selain didorong oleh semakin membaiknya net beli asing, juga didorong oleh meningkatnya beberapa indeks saham internasional. IHSG naik hingga menembus level 600 (tertinggi sejak tahun 1999) dengan diikuti pergerakan yang relatif stabil sepanjang september hingga penutupan akhir periode 2003. 4.3 analisa hasil estimasi 4.3.1 pengujian akar-akar unit (unit root test) Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis runtun waktu dilakukan untuk memenuhi kesahihan analisis error correction model (ECM). Hal ini berarti bahwa data yang dipergunakan harus bersifat stasioner, atau dengan kata lain perilaku data yang stasioner memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel dalam model penelitian, didasarkan pada augmented dickey fuller test, yang perhitungannya menggunakan software eviews 3.0. Hasil pengujian stasioneritas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Validitas data runtun waktu : hasil pengujian adf Variabel Kurs IHSG Risk Level Intercept Trend and intercept -1,51 -2,13 -1,12 -1,17 -2,15 -1,64 None -0,02 0,51 -0,46 First difference Trend and None intercept -3,55** -3,90** -2,51 -3,10 3,61*** -1,65 -2,57 -2,54** -1,69* Intercept Berdasarkan pengujian akar-akar unit dengan menggunakan metode augmented dickey-fuller (adf) terhadap masing-masing variabel dalam sistem persamaan, dapat diketahui bahwa semua variabel bersifat non-stationer pada suku level. Selanjutnya untuk mengetahui pada derajat mana runtun waktu tersebut stasioner, maka pengujian dilakukan dengan first difference terhadap runtun waktu. Hasilnya kesemua variabel dalam sistem mempunyai sifat integrated of order one, i (1), yang dibuktikan dari hasil adfstat. > adfkritis. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian kointegrasi. 4.3.2 pengujian kointegrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas dan diyakini seluruh variabel yang diamati merupakan variabel yang sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah pengujian kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut. Pengujian ini menggunakan metode engle granger yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, sedangkan persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari persamaan ECM (error correction model). Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i *** signifikan pada derajat kepercayaan 1 % ** signifikan pada derajat kepercayaan 5% *signifikan pada derajat kepercayaan 10% P a g e | 135 Tabel 4.6 Validitas runtun waktu : hasil pengujian kointegrasi RESIDUAL Δet ADF -1,97** Pada tabel diatas, diperlihatkan nilai adf (hitung) untuk residual persamaan kointegrasi lebih besar (signifikan) dari nilai kritis adf (tabel) (adfhitung > adftabel). Kondisi tersebut menyimpulkan bahwa variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini berkointegrasi pada derajat yang sama. Hal ini berarti terjadi keseimbangan jangka panjang antar seluruh variabel, atau dengan kata lain IHSG (indeks harga saham gabungan), premium swap (premium resiko) dan nilai tukar (rp/$) dalam jangka panjang memiliki keterkaitan dan berkointegrasi. 4.3.3 uji kausalitas Uji kausalitas secara umum digunakan untuk melihat hubungan sebab akibat antar variabel kurs (rp/$) dan IHSG, yang mana dalam pengujian tersebut akan dijelaskan bentuk hubungan yang terjadi antar kedua variabel tersebut dalam periode tertentu. Kemungkinan hubungan yang terjadi antar variabel, antara lain : hubungan searah, hubungan timbal balik dan tidak ada hubungan. Suatu variabel (IHSG) dikatakan menyebabkan variabel lain (kurs), apabila nilai masa lalu variabel tersebut (IHSG) secara lebih baik dapat menjelaskan variabel lain (kurs) dibandingkan tidak menggunakannya. Berdasarkan uji kausalitas dengan menggunakan metode engle granger, maka didapatkan hasil output kausalitas sebagai berikut : Tabel 4.7 Uji kausalitas Obs 46 F-statistic Probability 2.02379 0.14547 5.45473 0.00804*** Hasil uji kausalitas model granger antara kurs (rp/$) dan IHSG (indeks harga saham gabungan) dalam periode penelitian (2000:1– 2003:12) menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas searah dari IHSG terhadap kurs, dan bukan sebaliknya. Hal ini dibuktikan dari null hypothesis yang menyatakan bahwa IHSG tidak menyebabkan kurs (IHSG does not granger cause kurs) ditolak, karena fstatistik > ftabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian, pergerakan kurs (rp/$) di pasar valuta asing dipengaruhi oleh pergerakan IHSG di pasar modal secara signifikan, namun hal yang sebaliknya tidak terjadi atau pergerakan kurs (rp/$) di pasar valuta asing tidak secara signifikan mempengaruhi pergerakan IHSG di pasar modal. Hasil estimasi tersebut memberikan penjelasan yang selaras dengan pendekatan portofolio balance, dimana pergerakan indeks harga saham (IHSG) akan berpengaruh terhadap nilai tukar/kurs (rp/$) dengan korelasi yang negatif. Hal ini berarti blooming/bergairahnya pasar saham domestik akan menyebabkan apresiasi nilai tukar (rp/$), yang diakibatkan karena meningkatnya permintaan terhadap aset domestik (demand for money) yang secara langsung meningkatkan tingkat bunga domestik. Hal inilah yang mendorong apresiasi dalam nilai tukar domestik (rupiah) karena menarik modal luar negri untuk masuk (capital inflow). Uji kausalitas granger ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menentukan variabel dependen dan independen yang tepat bagi pembentukkan model estimasi. Dalam hal ini kurs (rp/$) diidentifikasi sebagai variabel dependen, sedangkan variabel IHSG diidentifikasi sebagai variabel independennya. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i null hypothesis: dkurs does not granger cause dIHSG dIHSG does not granger cause dkurs P a g e | 136 4.3.4 pengujian model dinamis (error correction model-ECM) Studi empirik mengenai asosiasi kurs (rp/$) dan IHSG (indeks harga saham gabungan) dengan menggunakan model ECM dimaksudkan untuk mendapatkan ilustrasi mengenai pengaruh dinamika jangka pendek dan jangka panjang dari masing-masing variabel independen (IHSG dan risk) terhadap prilaku nilai tukar (kurs). Data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) periode 2000:12003:12, yang bersumber dari berbagai media publikasi (statistik bank indonesia dan bursa efek jakarta). Hasil estimasi ols persamaan ECM untuk periode 2000:1-2003:12, adalah sebagai berikut : Persamaan ......................................................................................................................... (4.1) DKURS = 3851,56 –4,55DIHSG + 199,69DRISK –2,36 IHSGt −1 +18,67 Risk t −1 +0,33 ECT (-1,91)* (1,94)* (-1,79)* (0,70) (2,74)*** *** SIGNIFIKAN PADA DERAJAT KEPERCAYAAN 1 % ** SIGNIFIKAN PADA DERAJAT KEPERCAYAAN 5% *SIGNIFIKAN PADA DERAJAT KEPERCAYAAN 10% TABEL 4.8 KETERANGAN MODEL ECM “KURS DAN HARGA SAHAM” NILAI 0.359354 4.599585 15.17171 0.002015 Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat diinterpretasikan bahwa variabel-variabel indepen seperti IHSG dan premium swap (premi resiko) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah (terhadap dollar). Hal ini ditunjukkan oleh nilai tstatistik variabel dIHSG dan drisk yang signifikan pada taraf signifikansi 10 persen, sehingga dapat dijelaskan bahwa dalam jangka pendek variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) dan premium swap (premi resiko) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kurs (rp/$) secara umum. Namun rendahnya nilai r-squared sebesar 35,9 % tidak perlu dirisaukan dalam estimasi model, karena variabel estimasi berbentuk first difference, sehingga dapat dipastikan nilai r2 jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai r2 saat mengestimasi variabel dalam bentuk level (aliman, 2000). Nilai fstatistik yang signifikan, menunjukkan bahwa secara bersama-sama, variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs secara umum. Disamping dapat mengidentifikasi signifikansi pengaruh variabel independen (IHSG dan premium swap (premi resiko)) terhadap variabel kurs (rp/$), dari persamaan model ECM diatas juga dapat diketahui konsisten tidaknya hasil estimasi ECM dengan model teoritis yang dibuat dengan melihat signifikansi dari komponen kesalahan ketidakseimbangan (error correction term). Dijelaskan dalam persamaan 4.1 bahwa error correction term (ect) berpengaruh secara positif terhadap nilai tukar pada derajat signifikansi 1%, hal ini menunjukkan bahwa proporsi ketidakseimbangan perubahan pada nilai tukar rupiah dalam satu periode telah dikoreksi pada periode berikutnya oleh equilibrium term, sehingga arah pengaruh dari variabel bebas dalam jangka pendek diharapkan dapat konsisten dengan arah pengaruh bebas dalam jangka panjang. Dalam hal ini signifikansi koefisien ect yang dicapai dalam model ECM pada persamaan 4.1 menunjukkan konsistensi hubungan jangka panjang antar variabel, yang merupakan syarat teoritis pembentukan model ekonomi. Intepretasi dari hasil estimasi jangka pendek model ECM, persamaan 4.1 adalah sebagai berikut : Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i KETERANGAN R-SQUARED F-STATISTIC AIC PROB(FSTATISTIC) P a g e | 137 Berdasarkan hasil estimasi persamaan 4.1, dapat dihitung transformasi koyck, yang menyatakan besarnya tingkat penurunan (rate of decline) = 0.33, sedangkan mean lag = 0.49. Hal ini mempunyai makna bahwa sekitar 33 % persen dari gap akan tertutup dalam satu periode dengan kecepatan kurs dalam merespon perubahan IHSG dan premium swap adalah sekitar 15 hari (0,49 x 30 hari). Untuk mendapatkan koefisien jangka panjang model ECM, maka selanjutnya akan dihitung nilainya dengan rumus sebagai berikut : γ0 Konstanta = 1 − γ 5 γ3 +γ5 IHSG = 1 − γ 5 γ4 +γ5 Premium swap = 1 − γ 5 Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i a) Koefisien IHSG (indeks harga saham gabungan) terhadap kurs (rp/$) adalah negatif, dengan nilai koefisien -4,55. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan indeks 1 poin (ceteris paribus), akan menyebabkan depresiasi kurs (rp/$) sebesar 4,55 rupiah. Hasil temuan ini secara empiris selaras dengan hipotesis yang diajukan, serta memiliki arah yang sesuai dengan teori “portofolio balance”. Hal ini didasarkan pada kerangka berfikir bahwa bearish/lesunya pasar saham domestik akan menyebabkan depresiasi nilai tukar (rp/$), yang diakibatkan karena menurunnya permintaan terhadap aset domestik (demand for money) yang secara langsung menurunkan tingkat bunga domestik. Hal inilah yang mendorong depresiasi nilai tukar domestik (rupiah) karena rendahnya suku bunga memberikan disinsentif terhadap modal yang masuk sehingga menyebabkan keluarnya modal dari dalam negri (capital outflow). b) Koefisien premium swap (premi resiko) terhadap kurs (rp/$) adalah positif, dengan nilai koefisien 199,69. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan premium swap (premi resiko) sebesar 1% (yang berarti resiko makin meningkat) (ceteris paribus), akan menyebabkan depresiasi kurs (rp/$) sebesar 199,69 rupiah. Hasil temuan empiris ini selaras dengan dukungan teoritis “portofolio balance”, yang menyatakan bahwa tingkat resiko yang diwakilkan oleh tingkat premium swap 1 bulan, dapat mempengaruhi keputusan investasi pelaku ekonomi. Hal ini didasarkan pada asumsi teoritis yang mengasumsikan bahwa aset domestik dan luar negri bersifat substitusi tidak sempurna (risk=non zero) karena adanya perbedaan tingkat perkembangan sektor keuangan, perbedaan peraturan pemerintah, risiko politik dan risiko perubahan kurs. Oleh karena itu, dalam upaya memaksimumkan expected return-nya, keputusan investor dalam mengalokasikan aset-asetnya disuatu negara juga mempertimbangkan adanya faktor ketidakpastian (resiko). Dalam konteks ini, dengan semakin meningkatnya resiko suatu negara akan mengurangi minat investor berkaitan dengan semakin meningkatnya kemungkinan kegagalan bisnis dan resiko default. (premium swap 1 bulan digunakan sebagai proksi dari besaran resiko jangka pendek yang merupakan refleksi ekspektasi pelaku-pelaku ekonomi secara umum) c) Koefisien IHSGt −1 yang signifikan pada tingkat kepercayaan 10% menunjukkan bahwa tingkat indeks harga saham gabungan pada periode sebelumnya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs (rp/$) saat ini. Namun hal ini tidak terjadi pada variabel Risk t −1 yang tidak signifikan pada taraf kepercayaan hingga 10%, sehingga dapat dijelaskan bahwa premium swap pada periode sebelumnya tidak signifikan mempengaruhi variabel kurs (rp/$) pada periode selanjutnya. P a g e | 138 Tabel 4.9 Model estimasi jangka panjang ECM (error correction model) Variabel bebas Konstanta Indeks harga saham gabungan (IHSG) Premium swap (risk) Arah Koefisien Hipotesis Regresi 5748,59 –3,02 + 28,35 Intepretasi dari hasil estimasi jangka panjang model ECM adalah sebagai berikut : a) Koefisien IHSG (indeks harga saham gabungan) terhadap kurs (rp/$) adalah negatif, dengan nilai koefisien -3,02. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan indeks 1 poin (ceteris paribus), akan menyebabkan depresiasi kurs (rp/$) sebesar 3,02 rupiah. b) Koefisien premium swap (premi resiko) terhadap kurs (rp/$) adalah positif, dengan nilai koefisien 28,35. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan premium swap (premi resiko) sebesar 1% (yang berarti resiko makin meningkat) (ceteris paribus), akan menyebabkan depresiasi kurs (rp/$) sebesar 28,35 rupiah. 4.3.5 uji asumsi klasik (linearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi) Agar hasil empirik di atas dapat diterima secara ekonometrik, maka diperlukan syarat blue (best, linier, unbias, estimator) dari metode kuadrat terkecil (ols). Pengujian yang dilakukan dalam model antara lain : uji autokorelasi, heterokedastisitas, dan linearitas. Hasil output dari uji tersebut secara ringkas dapat dilihat dari tabel 4.10 dibawah ini. Tabel 4.10 UJI ASUMSI KLASIK TES OUTPUT HITUNG TABEL STATISTIK X 2 (DF=20; α =5%) HETEROKEDASTITAS WHITE TEST OBS*R-SQ : 21,56 AUTOKORELASI BREUSCH-GODFREY OBS*R-SQ : 0,26 SERIAL CORRELATION LM TEST DURBIN WATSON DW : 2,057 RAMSEY RESET TEST F-STATISTIC : 1,96 LINEARITAS HASIL : 31.41 X 2 (DF:5; α =5%) :11.070 K=5 (DL 1,33;DU 1,77) F(11.36; α =5%): 2,45 (KETERANGAN : = LOLOS; X = TIDAK LOLOS) Hasil studi empirik yang direpresentasikan tabel 4.10 menunjukkan bahwa model ECM dalam penelitian ini lolos dalam berbagai uji asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa model empirik dianggap memiliki kemampuan yang baik dalam menjelaskan hubungan antar variabel dalam model. 4.3.6 analisis ekonomi berkaitan dengan model ECM “kurs dan IHSG” Dalam periode penelitian (2000:1-2003:12) dapat dijelaskan bahwa perkembangan sektor keuangan di indonesia mengalami perubahan yang fundamental berkaitan dengan tuntutan globalisasi yang semakin meningkat. Hal ini terjadi pada perubahan rezim nilai tukar yang semakin fleksibel serta relaksasi kebijakan kontrol modal, yang berimplikasi terhadap tingginya mobilitas modal khususnya Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i UJI ASUMSI KLASIK P a g e | 139 investasi modal jangka pendek (short term portofolio investment). Tingginya intensitas aliran modal yang masuk dalam pasar keuangan domestik (pasar saham dan pasar uang) tentu saja akan meningkatkan risiko dan volatilitas pasar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi stabilitas kurs secara umum. Keterkaitan yang kuat antara nilai tukar dan harga saham sesungguhnya merefleksikan hubungan substitusi antar pasar (pasar uang dan pasar modal), yang memungkinkan pergerakan yang fluktuatif dalam jangka pendek. Kondisi tersebut merupakan bentuk reaksi pasar atas shock perubahan resiko dan return yang terjadi diantara kedua pasar tersebut. Sebagai contoh reaksi terhadap kebijakan uang ketat yang mendorong kenaikkan suku bunga akan mengakibatkan perpindahan modal dari pasar saham ke pasar uang, karena instrumen pasar uang dianggap lebih memberikan peluang return yang lebih tinggi dibandingkan return di pasar saham. Sebaliknya, longgarnya kebijakan moneter yang diikuti menurunnya suku bunga domestik akan memberikan sinyal terhadap ekspansi ekonomi, sehingga akan mendorong minat investor terhadap perubahan return di pasar saham, yang selanjutnya akan mendorong aliran modal dari pasar uang ke pasar saham. Perkembangan harga saham secara umum (IHSG) merupakan refleksi kondisi perekonomian suatu negara. Kecenderungan kenaikkan IHSG dalam jangka panjang menunjukkan pesatnya pertumbuhan ekonomian domestik, sebaliknya jatuhnya IHSG mengindikasikan perekonomian domestik mengalami kelesuan. Walaupun kenaikkan IHSG bersifat positif bagi perekonomian, namun fluktuasi yang tajam dalam jangka pendek perlu diwaspadai sebagai bentuk terjadinya overheating. Dengan kata lain, kecenderungan peningkatan IHSG ditengah kelesuan ekonomi (melambatnya pertumbuhan ekonomi) mengindikasikan kuatnya tekanan spekulatif yang terjadi di pasar saham. Dalam konteks ini, keseimbangan harga aset di pasar saham tidak hanya digerakkan oleh informasi fundamental dan non fundamental (paradoks efficient market hipothesis), namun keseimbangannya juga dipengaruhi oleh psychological factor atau sentimen dari pelaku-pelaku pasar. Ada beberapa hal penting yang dapat dipelajari dari hubungan (link) antar pasar keuangan (pasar uang dan pasar saham). Pertama, pergerakan indeks saham secara umum dapat memberikan gambaran salah satu channel moneter (jalur harga aset) yang penting khususnya dalam melihat determinasi nilai tukar dalam jangka pendek. Kedua, pergerakan indeks saham merupakan cerminan perilaku pasar (market behaviour) terhadap perekonomian domestik, sehingga pergerakan yang terjadi pada indeks saham dapat menginformasikan kecenderungan perilaku investor secara umum. Dengan kata lain, informasi keadaan bursa saham dapat dijadikan sebagai informasi untuk memprediksi pergerakkan di pasar uang. (dalam konteks ini, variabel IHSG digunakan sebagai leading indicator bagi pergerakan kurs) Kerangka analisis yang dikembangkan dari penelitian ini, memiliki implikasi yang luas khususnya dalam upaya mencapai stabilitas sistem keuangan (financial system stability).6 penerapan kebijakan dalam perspektif ini dapat diimplementasikan oleh regulator untuk menstabilisasi suatu pasar, dengan mengontrol variabel di pasar lain. Dalam konteks ini, upaya menstabilkan nilai kurs dapat diupayakannya melalui kebijakan di pasar modal dengan mengontrol variabel saham. Meskipun demikian, intervensi di pasar uang melalui operasi pasar terbuka, tentunya harus tetap dilakukan khususnya dalam meredam pengaruh yang negatif dari tingginya volatilitas kurs terhadap aktivitas di pasar modal. Efektivitas kebijakan stabilisasi sangat terkait dengan pengetahuan terhadap perilaku pasar (market behaviour) dan struktur fundamental pasar, untuk melihat seberapa besar ekspektasi masyarakat dalam menggeser kondisi fundamental pasar. Di sisi lain, keterkaitan antar pasar keuangan tersebut dapat menjelaskan informasi yang penting bagi investor dalam proses pengambilan keputusan diversifikasi portofolio/investasi, khususnya dalam memahami keterbukaan risiko kurs (exchange rate risk exposure). Koefisien estimasi jangka pendek model ECM yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien jangka panjangnya merefleksikan tingginya pengaruh jangka pendek dari variabel bebas (IHSG) dalam mempengaruhi variabel terikatnya (kurs). Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek respon pasar aset terhadap perubahan return dan resiko mengakibatkan fluktuasi yang tinggi terhadap perubahan kurs. Tingginya fluktuasi kurs akibat perubahan indeks saham dan premium swap dalam jangka pendek, tentunya harus diredam untuk mengurangi pengaruh penggelembungan ekspektasi (bubles) serta tekanan spekulatif yang semakin kuat. Meskipun pengaruh dalam jangka panjang lebih kecil dibandingkan dengan Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 140 pengaruh jangka pendeknya, namun upaya untuk menjaga kondisi yang favourable bagi investasi (pasar saham dan pasar modal) dalam jangka panjang harus tetap dijaga untuk memberikan suasana yang kondusif bagi investor. BAB V PENUTUP 5. 2 SARAN Meskipun penelitian ini hanya secara parsial melihat hubungan kurs dengan keseimbangan di pasar asset (Saham), namun dukungan secara empirik dalam penelitian secara nyata menjelaskan bahwa keterkaitan variabel harga saham (Pasar Asset) khususnya di era rezim mengambang bebas (Floating exchange rates) sangat kuat mempengaruhi stabilitas kurs secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan stabilisasi kurs hendaknya tidak hanya difokuskan di pasar uang (Open Market Operation), namun juga harus didukung dengan kebijakan yang efektif di pasar saham khususnya dalam meredam ekstrimnya volatilitas harga dan perilaku investor yang irrasional di pasar tersebut. Di sisi lain berkaitan dengan semakin meningkatnya resiko di pasar keuangan yang dipicu oleh tingginya mobilitas modal jangka pendek, maka diperlukan pembenahan terhadap kebijakan transaksi modal serta upaya penguatan kelembagaan yang secara sistematis mendukung kondisi investasi domestik yang kondusif. Hal ini merupakan upaya penting dalam mendukung stabilitas sistem keuangan dan pelaksanaan kebijakan moneter yang efektif. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i 5.1 KESIMPULAN Dalam menjelaskan determinasi kurs dan saham dalam jangka pendek dan jangka panjang, dalam penelitian ini diadopsi model koreksi kesalahan (error correction model) untuk melihat hubungan antar variabel tersebut. Hasil temuan secara empiris selaras dengan hipotesis yang diajukan, serta memiliki arah yang sesuai dengan teori “portofolio balance”. Hal ini didasarkan pada kerangka berfikir bahwa bearish/lesunya pasar saham domestik akan menyebabkan depresiasi nilai tukar (rp/$), yang diakibatkan karena menurunnya permintaan terhadap asset domestik (demand for money) yang secara langsung menurunkan tingkat bunga domestik. Hal inilah yang mendorong depresiasi nilai tukar domestik (rupiah) karena rendahnya suku bunga memberikan disinsentif terhadap modal yang masuk sehingga menyebabkan keluarnya modal dari dalam negri (capital outflow). Implikasi hasil temuan ini menunjukkan bahwa pasar saham merupakan salah satu jalur informasi yang penting dalam menjelaskan mekanisasi moneter secara parsial, dimana keseimbangan (equilibrium) di pasar saham akan mempengaruhi keseimbangan nilai tukar di pasar uang. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meredam gejolak yang berlebihan di pasar valas (kurs), dapat diupayakan dengan mengontrol variabel saham di pasar saham. Hal ini sebagai bentuk antisipasi yang penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan domestik (stabilitas pasar keuangan-saham dan valas) dari pengaruh yang luas atas terjadinya krisis antar pasar keuangan (band wagon effect). P a g e | 141 Abdalla, I. S. A. And V. Murinde, 1997, Exchange Rate And Stock Price Interactions In Emerging Financial Markets: Evidence On India, Korea ,Pakistan, And Philippines, Journal Of Applied Financial Economics, Vol.7:22-35. Adusei, Jumah, 2002, Exchange-Rate Volatility Spill-Overs In Equity Asset Markets. Atiqur, Rahmana, 2003, Real Exchange Rate Behavior And Exchange Rate Misalignments In Bangladesh: A Single Equation Approach, Bangladesh. Aliman, 2000, Modul Ekonometrika Terapan, Pau Studi Ekonomi Ugm, Jogjakarta Andriansyah, 2003, Model Var Hubungan Dinamis Antara Harga Saham Dan Nilai Tukar Rupiah: Penerapan Pada Ihsg Dan Indeks Sektoral Di Bej Tahun 1990-2001, Jurnal Keuangan Dan Moneter, Vol.6 N0.1 Juli 2003, Baf Depkeu Ri, Jakarta. Aris Ananta, 1987, Landasan Ekonometrika, Edisi I, Pt Gramedia, Jakarta. Anari, Ali, 2002, Non Monetary Effects Of The Financial Crisis In The Great Depression. Anonim,1998, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Anonim,1999, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Anonim,2000, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Anonim,2001, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Anonim,2002, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Anonim, 2003, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Vol. Vi No. 2 September 2003, Bank Indonesia, Jakarta Anonim,2004, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. Iv, No.8, 27 Februari 2004, Bank Indonesia, Jakarta Anonim, 2004, Statistik Ekonomi Moneter Indonesia, Vol. Vi No.2 Februari 2004, Bank Indonesia, Jakarta Arsoni, 2002, Studi Kebijakan Moneter Dengan Sasaran Tunggal Inflasi (Inflation Targeting) Di Indonesia : Pendekatan Model Var”, Skripsi (S-1), Jurusan Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang. Atsuyuki, Naka, 2002, Macroeconomic Variables And The Performance Of The India Stock Market, India Bahmani, Oskooee M., And Sohrabian A., 1992, Stock Price And Effective Exchange Rate Of The Dollar, Journal Of Applied Economics, Vol.24: 459-464. Bhattacharya, Basabi, 2001, The Nature Of The Causal Relationship Between Stock Market And Macroeconomic Aggregates In India An Empirical Analysis, India. Bhattacharya, Basabi, 2001, Causal Relationship Between Stock Market And Exchange Rate, Foreign Exchange Reserves And Value Of Trade Balance: A Case Study For India, Departement Of Economics (Jadavpur University), India. Branson, 1977, Asset Markets And Relative Prices In Exchange Rate Determination, Princeton University, America. Calvo, Guillermom, 1996, Inflows Of Capital To Developing Countries In The 1990s, Journal Of Economic Perspective, Vol.10:123-139. Doriyanto, Triatmo, 2000, Stabilkah Permintaan Uang Di Indonesia Sebelum Dan Selama Krisis ?, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan (Bank Indonesia), Vol.3 / 3 / Desember 2000, Jakarta. Engle, R.F., And C.W.J Granger, 1987, Cointegration And Error Correction: Representation, Estimation And Testing, Journal Of Econometrics, Vol.55:251-277. Friberg, Richard, 1997, Opennes And The Exchange Rate Exposure Of National Stock Markets- A Note, Working Paper Series In Economics And Finance No. 195. Ghatak, Subhrata, 1981, Monetary Economics In Developing Countries, Macmillan Press Ltd, London. Glenn W. Boyle, 1999, Monetary Rules And Stock Market Value, Journal Of Economics And Business, Vol.51:365–372. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i DAFTAR PUSTAKA P a g e | 142 Granger C.W., Huang B. And Yang C., 1998, A Bivariate Causality Between Stock Prices And Exchange Rates: Evidence From Recent Asian Flu, The Quarterly Review Of Economics And Finance, Vol.40:337-354. Guglielmo, Maria, 2002, Monetary Policy And The Exchange Rate During The Asian Crisis : Indentifivation Through Heterocedasticity. Hitoshi, Sasaki, 2000, The Globalisation Of Financial Markets And Monetary Policy, Japan. Insukindro, 1999, Pemilihan Model Ekonomi Empirik Dengan Pendekatan Koreksi Kesalahan, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol.14:1-8. Iriana Reiny, 2002, Indonesia’s Economic Crisis: Contagion And Fundamental, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan (Bank Indonesia), Bank Indonesia, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metode Kuantitatif, Edisi I, Upp Amp Ykpn, Yogyakarta. Levi, Maurice, 2001, Keuangan Internasional, Terjemahan Handoyo Prasetio, Buku 1, Pt Andi, Yogyakarta. Levich, Richard, 2001, International Financial Market : Prices And Policies, 2nd Edition, Mc Graw Hill, Usa. Lim, Jerome, And Tracy Yang, 1999, Crisis Contagion And East Asian Stock Markets, Institute Of Southeast Asian Studies, Singapore. Mee, Baeka, 2001, Foreign Exchange Rates And Japanese Foreign Direct Investment In Asia, Journal Of Economics And Business, Vol.53:69–84. Melvin, 2003, A Stock Market Boom During A Financial Crisis? Capital Outflows In Argentina, Economics Letter, Vol. 81:129–136, Argentina. Ming, Shiunpan, 2000, Dynamic Linkages Between Exchange Rates And Stock Prices: Evidence From Pacific Rim Countries. Muhammad, Naeem, 2001, Stock Prices And Exchange Rates: Are They Related? Evidence From South Asian Countries, Departement Economics And Finance (Karachi University). Nath, Golaka, 2002, Dynamic Relation Between Exchange Rate And Stock Price: A Case For India, India. Nishat, Mohammed, 2002, Exchange Rate And Stock Prices Relationship: An Empirical Evidence From Pakistani Financial Markets, Pakistan. Noer Achsani, 2002, Stock Market Return And Macroeconomic Factors: Evidence From Jse Of Indonesia 1990-2001, Bogor Agricultural University, Indonesia. Osman, Karamustafa, 2001, Long Run Relationships Between Stock Market Returns And Macroeconomics Performance: Evidence From Turkey, Turkey. Phylaktis, Kate, 1999, Stock Prices And Exchange Rate Dynamics, City University Business Scholl (Frobischer Crescent), London. Plamen, Patev, 2002, Linkages Between Stock And Foreign Exchange Markets In Countries With Different Currency Regimes: The Case Of Bulgaria And Romania. Porter, 2000, Money And Monetary Policy In A Changing World, Journal Of Economics And Business, Vol. 52:3–5. Ramasamy, Bala, 2002, The Causality Between Stock Returns And Exchange Rates: Revisited, University Of Nottingham, Malaysia. Ragunathan, V, 1999, Financial Deregulation And Integration: An Australian Perspective, Journal Of Economics And Business, Vol.51:505–514. Rapach, D, 2001, Macro Shocks And Real Stock Prices, Journal Of Economics And Business, Vol. 53:5– 26. Sebastiano, Manzan, 2002, Representativeness Of News And Exchange Rate Dynamics. Setyorini, 2002, Hubungan Dinamis Antara Nilai Tukar Rupiah Dan Harga Saham Di Bej Pasca Penerapan System Devisa Bebas Mengambang, Jakarta. Syamsul Arifin, 2004, Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga Kestabilan Sistem Keuangan, Disampaikan Dalam Seminar Di Fakultas Ekonomi Brawijaya-Ppa Baru 14 Mei 2004, Malang Vlaar, 2002, Early Warning Systems For Currency Crises. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 143 William, Brown, 2000, Fraud And Financial Markets: The 1997 Collapse Of The Junior Mining Stocks, North Holland. Wiwiek, 2004, Kebijakan Moneter Bank Indonesia : Evaluasi Kerangka Saat Ini Dan Rancangan Inflation Targeting Framework, Disampaikan Dalam Seminar Di Fakultas Ekonomi Brawijaya-Ppa Baru 14 Mei 2004, Malang Yang, 2003, Price And Volatility Spillovers Between Stock Prices And Exchange Rates : Empirical Evidence From The G-7 Countries. Yang, Tracy, 2000, Crisis, Contagion And East Asian Stock Markets. Yati Kurniati, 1999, Perilaku Nilai Tukar Rupiah Dan Alternatif Perhitungan Nilai Tukar Riil Keseimbangan, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan (Bank Indonesia), Vol.2 / 2 / September 1999, Jakarta. Yati Kurniati, 2000, Kemungkinan Penerapan Kebijakan Arus Modal Jangka Pendek Dan Dampaknya Bagi Stabilitas Nilai Tukar, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan (Bank Indonesia), Vol.3 / 3 / Desember 2000, Jakarta. Yung, Chul, 1999, Exchange Rate Policies In Korea: Has Exchange Rate Volatility Increased After The Crisis?, International Conference On Exchange Rate Regimes In Emerging Market Economies. Email me at: [email protected] S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Copyright@2009 P a g e | 144 Presentasi karya tulis merupakan saat yang penting untuk menjelaskan kepada tim penguji atau audience tentang isi karya tulis yang kita buat. Presentasi juga menentukan penilaian baik dan buruknya karya tulis yang telah dibuat oleh mahasiswa. Oleh karena itu persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk merancang presentasi yang baik. Hal yang seringkali dilupakan oleh mahasiswa ketika menjalani proses penyelesaian tugas akhir adalah persiapan yang kurang atas presentasi. Hal ini mudah difahami karena biasanya mereka menghabiskan hampir keseluruhan energinya untuk menyelesaikan tulisan-­‐tulisan dalam skripsi. Akibatnya, mahasiswa tidak mendapatkan hasil yang maksimal dalam ujian kompre meski tulisan dalam skripsinya sangat baik. Dalam presentasi, mahasiswa dituntut untuk dapat merangkum hasil tulisan secara ringkas, jelas dan padat. Mereka juga diharapkan dapat menampilkan performa yang baik, menyangkut : isi yang dibawakan, tampilan presentasi, gesture tubuh, eye contact maupun penguasaan diri. Berkaitan dengan isi yang dibawakan, presentasi diharapkan dapat benar-­‐benar mensarikan mana-­‐mana saja informasikan yang sangat penting untuk ditampilkan. Hal ini menyangkut juga bagaimana presenter dapat mempersiapkan isi presentasi dengan alur yang baik dan tidak membosankan. Satu hal yang diperhitungkan berkaitan dengan isi yang dibawakan, presenter diharapkan tidak mengeluarkan atau memaparkan materi-­‐materi diluar koridor skripsi serta tidak melemparkan “bola panas” atau statement-­‐statement yang meragukan dan menimbulkan pertanyaan yang sulit. Selanjutnya adalah komponen tampilan presentasi, yaitu bagaimana presenter dapat mendesign setiap slides dalam presentasi secara menarik. Hal ini menyangkut pemilihan kontras warna, pilihan font yang tepat serta background yang mendukung. Dalam komponen gesture tubuh dan eye contact, penyaji diharapkan dapat membawakan presentasi dengan kontrol volume yang cukup. Selain itu, kepercayaan diri yang penuh juga harus dipupuk agar dapat membantu menciptakan performa yang baik. Terakhir, penguasaan diri. Dalam menciptakan penguasaan diri yang baik, tentu saja harus dibekali dan dipersiapkan dengan sering mereview atau membaca tulisan dalam skripsi, serta menambah membaca dan memahami literatur-­‐literatur yang digunakan dalam tulisan. Berikut ini merupakan uraian singkat mengenai isi yang dibawakan dalam presentasi, antara lain: Pendahuluan, Isi dan Penutup. Pendahuluan Dalam bagian pendahuluan, ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh presenter antara lain : kalimat pembuka (Greeting…don’t forget this one, it’s a must), penyampaian topik, penyampaian latar belakang yang relevan terhadap topik, pemaparan rumusan masalah/tujuan Contoh : Bismillahirohmannirohim. Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada saya untuk mempresentasikan hasil penelitian saya yang berjudul “…..”. Besar harapan, semoga karya ini dapat bermanfaat secara luas. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Presentasi P a g e | 145 Anda tentu saja bisa membuat kalimat pembuka yang lebih baik, dan saran saya adalah anda menuliskannya untuk anda agar dihafal, karena sebagian besar kelancaran presentasi didukung dengan kalimat pembuka presentasi yang baik. Bagian isi Dalam Bagian isi, penyaji diharapkan dapat menyampaikan beberapa hal pokok, antara lain: Review Kajian pustaka, Review Metode penelitian dan Review Hasil pembahasan. Dalam bagian ini ada beberapa hal yang penting untuk disampaikan, yaitu: 1. Integrasikan fakta dalam presentasi anda. Contoh : Krugman menjelaskan bahwa 80% penyebabkan krisis perbankan di asia adalah jaminan pemerintah yang terselubuh (implicit guarantee). (krugman, 2004) 2. Berikan informasi beberapa referensi kunci yang digunakan dalam tulisan, jikalau bisa berikan poin terpenting dalam tulisan tersebut. Contoh : Fox, C. and Lake, L., (1990) Australians at work, Penguin Books, Victoria 3. Gunakan ilustrasi pada presentasi anda, namun jika anda ingin menambahkan ilustrasi (grafik, table dll) ada beberapa hal yang patut diperhatikan, antara lain : Jelaskan informasi yang relevan yang ada dalam illustrasi tersebut. Berikan judul dan referensi sumber dari ilustrasi yang ada. Bagian penutup Di bagian penutup ada beberapa hal yang perlu untuk disajikan dalam presentasi, antara lain: ringkasan tujuan/proposisi, ringkasan issue yang didiskusikan, ungkapan terima kasih “thank you for listening to my presentation” dan jangan memasukan informasi baru pada bagian kesimpulan. HAL LAIN YANG PENTING Presentasi merupakan bagian hampir akhir dalam proses penyelesaian tugas akhir, dalam tahapan ini penyaji diharapkan dapat mempersiapkannya dengan baik sehingga para penguji dapat lebih diyakinkan terhadap baik tidaknya performa kita. Dalam presentasi, tentu saja penyaji harus semaksimal mungkin menguasai isi slides yang dibuat. Selain itu, penyaji juga diharapkan dapat hafal urutan-­‐urutan serta penjelasan dalam slides. Namun sebisa mungkin flow dari style presentasi juga harus diusahakan senatural mungkin, dengan diimbangi eye contact dan gesture tubuh yang tepat. Berikut akan dipaparkan beberapa hints yang mungkin dapat membantu memperlancar presentasi, yaitu: Gunakan kartu kecil sebagai “notes” atau pengingat penjelasan presentasi. Mulailah mempersiapkan presentasi sedini mungkin. Diulang, diulang dan diulang latihannya. Mengerti secara menyeluruh presentasi anda akan dapat mengontrol “nervous” Lihatlah audience atau penguji. Pastikan waktu presentasi sesuai dengan yang dijadwalkan. Ambil nafas panjang, karena nafas panjang akan mengurangi nervous. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 146 Berikut adalah penjelasan yang “sangat” sederhana untuk menjalankan software Microsoft power point untuk mendukung presentasi anda. Ada beberapa tahapan dasar untuk membuat presentasi, yaitu: 1. Mengclick short cut di PC anda pada Microsoft power point. 2. Membuat Slide-­‐slide 3. Mengisi slide a. Mengisi dengan tulisan b. Mengisi dengan grafik c. Mengisi dengan grafik alur d. Mengisi dengan gambar 4. Membuat animasi 5. Mempercantik slide dengan template TAHAPAN I Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Mengclick short cut di PC anda pada Microsoft power point. P a g e | 147 TAHAPAN II Dengan mengklik shortcut diatas, anda akan menemukkan tampilan window sebagai berikut dibawah ini. Selanjutnya, buatlah beberapa slide kosong yang disesuaikan dengan kebutuhan anda. Hal ini dilakukkan dengan mengklik kanan dibagian kiri window dan pilih New Slide. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 148 TAHAPAN III Anda dapat mengisi slide tampilan anda dengan berbagai hal yang anda anggap penting, misal: tulisan, gambar, grafik dll. Berikut adalah beberapa hal yang dapat anda lakukkan dalam isian slide anda. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Anda dapat mengetik tulisan untuk content slide anda disini. P a g e | 149 Anda dapat Mengklik disini, untuk membuat grafik Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Anda dapat Mengisi data pada excel sheet, untuk grafik anda. P a g e | 150 Anda dapat membuat grafik alur, dengan mengklik disini. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i P a g e | 151 TAHAPAN IV Tahapan ini akan menjelaskan tentang pembuatan animasi dalam slide anda. Hal pertama yang anda harus lakukkan untuk mebuat animasi adalah meletakkan kursor anda, kebagian yang ingin anda berikan animasi. Sebagai contoh, tulisan “LATIHAN POWER POINT” akan diberikkan animasi. Sehingga kursor dipastikkan aktif dibagian tersebut. Selanjutnya, klik animations dan pilih animasi yang anda sukai. Atau anda dapat melakukkan pemilihan dibagian kanan, dengan mengklik window yang bertuliskan add effect. Kedua klik animations/pilih yang anda animasi suka. Ketiga atau, add effects/entrance/bli nds Pertama Untuk membuat animasi, anda harus meletakkan kursor pada bagian yang ingin diberi efek. Animations/ Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Keempat Langkah selanjutnya sama. P a g e | 152 Informasi efek-­‐efek slide anda. Paling atas menunjukkan slide yang pertama keluar. TAHAPAN V Dalam power point ada beberapa tampilan template yang menarik, seperti contoh dibawah ini. Anda bisa mengklik salah satunya seperti contoh dibawah. Design/pilih template yang anda suka Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Untuk membuat design template yang menarik klik saja P a g e | 153 Sampailah anda diakhir buku ini, besar harapan kami anda dapat sukses dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan mendapatkan predikat yang terbaik. Suatu hal yang perlu diingat kembali bahwa kesuksesan anda adalah buah dari kerja keras anda, oleh karena itu biasakanlah diri anda untuk melakukkan hal-­‐hal yang baik dan mendukung upaya penyelesaian Tugas Akhir anda. Beberapa tips terakhir dibawah ini mungkin dapat membantu anda: 1. Biasakan diri and dengan membaca, membaca dan membaca Dengan kebiasaan membaca, hal ini akan meningkatkan daya ketahanan anda untuk melakukkan pencarian informasi. (Intinya terletak pada kesabaran, ketekunan dan pengalaman) Selain itu dengan seringnya kita membaca maka kemampuan anda akan terasah untuk memahami struktur suatu tulisan. (Gaya penulisan, Pengembangan ide, Analisis dan Rekomendasi Kebijakan) 2. Mahirkan diri anda untuk menggunakan Internet “search engine” dengan baik Era Internet saat ini sangat membantu anda untuk mencari bahan-­‐bahan yang relevan dengan tema Tugas Akhir anda, oleh karena itu kemahiran dalam menguasai mesin pencari (search engine) yang ada di internet menjadi kunci kesuksesan anda. 3. Mahirkan diri anda dalam menggunakan Analisis Ekonometrika Dengan memahami alat analisis ekonometrika yang baik, maka anda akan semakin dimudahkan untuk memahami model ekonomi dengan baik. 4. Biasakan diri anda untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi yang santun dan intelek Ajang “kompre” dalam mempertahankan isi dalam Tugas akhir dapat disebut sebagai wahana “PsyWar” atau perang psikologi. Sebagian mahasiswa yang tidak terbiasa untuk melakukkan diskusi dan mengemukakan pendapat tentu akan mengalami hambatan dalam proses ini, padahal proses ini tidak kalah pentingnya dengan hasil Tugas Akhir yang anda buat. Oleh karena itu biasakan diri anda untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi, tidak hanya dengan teman anda, namun juga dengan senior dan dosen-­‐dosen anda. 5. Don’t hesitate to contact me http://www.diassatria.web.id Anda dapat menshare masalah anda dalam website yang telah disediakan http://www.diassatria.web.id. Semoga bermanfaat. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Good Luck P a g e | 154 Agénor, Pierre-­‐Richard. "Benefits and Costs of International Financial Integration: Theory and Facts." This paper was prepared for the conference on Financial Globalization: Issues and Challenges for Small States (Saint Kitts, 27–28 March, 2001), 2001. Alejandro, Carlos Diaz. "Good-­‐Bye Financial Repression, Hello Financial Crash." Journal of Development Economics 19 (1985) 1-­‐24. North-­‐Holland, 1984. Costas Lapavitsas, Paulo L. Dos Santos. "Globalization and Contemporary Banking: On the Impact of New Technology." Political Economy, Page 1 of 26, 2007. Franklin Allen, Anthony M. Santomero. "The Theory of Financial Intermediation." Journal of Banking & Finance 21 (1998) 1461±1485, 1998. ____. "What Do Financial Intermediaries Do?" Journal of Banking & Finance 25 (2001) 271±294, 2001. Franklin R. Edward, Frederic S. Mishkin. "The Decline of Traditional Banking: Implications for Financial Stability and Regulatory Policy." FRBNY ECONOMIC POLICY REVIEW / JULY 1995, 1995. Gerard Caprio Jr, Daniela Klingebiel. "Bank Insolvency: Bad Luck, Bad Policy, or Bad Banking?" Annual World Bank Conference on Development Economics 1996, 1996. Gormley, Todd A. "Banking Competition in Developing Countries: Does Foreign Bank Entry Improve Credit Access?" 2007. Heffernan, Shelagh. Modern Banking. england: jhon willey and sons, 2005. James Mauch, Namgi Park. Guide to the Succesfull Thesis and Dissertation. New York: Marcel Dekker Inc, 2003. Kaminsky, Graciela L. and Reinhart, Carmen M. "Bank Lending and Contagion : Evidence from the Asian Crisis." 1999. Kregel, J. A. "Derivatives and Global Capital Flows: Applications to Asia." Cambridge Journal of Economics 1998,22, 677-­‐692, 1998. Levine, Ross. "Financial Development and Economic Growth." Policy Research Working Paper 1678, 1996. Marc Quintyn, Michael W. Taylor. "Regulatory and Supervisory Independence and Financial Stability." CESifo Economics Studies, Vol. 49, 2/2003, 259-­‐294, 2003. Maryunani, Marlina Ekawati, Sri Mulyaningsih, Asfi Mazilati, Tyas Danarti, Ghozali Maskie, Erani Yustika. Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Artikel Dan Makalah. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2006. McKinnon, R. I. and Pill, Huw. "Credible Economic Development and over-­‐Borrowing." American Economic Review, 1997, 87 (2) 189-­‐193. McKinnon, R. and Pill, Huw. "Exchange Rate Regimes for Emerging Markets: Moral Hazard and International Overborrowing." Oxford Review of Economic Policy, 1999, 15, pp. 423 -­‐64. McKinnon, R. I. "The East Asian Dollar Standard, Life after Death?" 1999. McKinnon, R. I. "Mundell, the Euro, and Optimum Currency Areas." 2000. McKinnon, R. I. and Schnabl, Gunter. "Synchronized Business Cycles in East Asia: Fluctuations in the Yen/Dollar Exchange Rate and China's Stabilizing Role." The World Economy, 2003, 26, pp. 1067 -­‐89. McKinnon, R. I. and Schnabl, Gunter. "The East Asian Dollar Standard, Fear of Floating and Original Sin." Review of Development Economics, 2004, 8, pp. 331 -­‐60. McKinnon, Ronald I. Exchange Rate under the East Asian Dollar Standard: Living with Conflicted Virtue. London: The MIT Press, 2005. MISHKIN, FREDERIC S. "Is Financial Globalization Beneficial?" Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 39, No. 2–3 (March–April 2007), 2007. Email me at: [email protected] Copyright@2009 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i DAFTAR PUSTAKA P a g e | 155 S k r i p s i d a l a m 3 0 h a r i Mohanty, Gert Schnabel, Pablo Garcia-­‐Luna. "Banks and Aggregate Credit: What Is New?" BIS Paper No.28. Muizzuddin, Al. Respon Kredit Bank Asing Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Malang: Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unibraw, 2008. Ross Levine!, Norman Loayza, Thorsten Beck. "Financial Intermediation and Growth: Causality and Causes." Journal of Monetary Economics 46 (2000) 31}77, 2000. Sachs, Jeffrey. The End of Poverty. London: Penguin, 2005. Satria, Dias. Analisis Asosiasi Kurs Dan Harga Saham :Pendekatan Error Correction Model. Malang: Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unibraw, 2004. ____. Keuangan Internasional: Explaining the Financial Crisis. Malang: Bayu Media, 2008. Schmukler, Sergio L. "Financial Globalization: Gain and Pain for Developing Countries." Federal Reserve Bank of Atlanta E C O N O M I C R E V I E W Second Quarter, 2004. Singh, Kavaljit. Menjinakkan Arus Keuangan Global. Jakarta: Infid, 2005. Stevens, Glenn. "Central Bank Communication." RBA Bulletin, 2007, Desember 2007. Stiglitz, Joseph E. "Capital Market Liberalization, Economic Growth, and Instability." World Development Vol. 28, No. 6, pp. 1075±1086, 2000. Stiglitz, Joseph. Making Globalization Work. Australia: Penguin, 2006. Email me at: [email protected] Copyright@2009