BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Salah satu faktor yang melatarbelakangi pengembangan energi
terbarukan yaitu faktor lingkungan. Implementasi sumber energi terbarukan sangat
perlu dikembangkan untuk kebutuhan dan penyediaan energi listrik. Sehingga
penggunaan energi fosil untuk kebutuhan energi listrik dapat di kurangi dengan
mengarah pada pembangkit listrik energi baru dan terbarukan.
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) adalah suatu sistem
pembangkit listrik yang terdiri dari dua atau lebih sistem pembangkit dengan
sumber energi yang berbeda. Pembangkit listrik tenaga listrik tenaga hybrid ini
bertujuan untuk dapat mengkombinasikan keunggulan dari setiap pembangkit agar
dapat menutupi kelemahan masing-masing dalam kondisi tertentu, sehingga sistem
dapat beroprasi lebih ekonomis dan efisien. Pada sistem pembangkit listrik tenaga
hybrid disini yang dikombinasikan adalah pembangkit listrik tenaga angin dan
pembangkit listrik tenaga surya.
Penelitian mengenai pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan
dalam pengoptimalan pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia. Berikut
akan dipaparkan beberapa peneliti yang berkaitan dan dijadikan sebagai sumber
referensi dalam tugas akhir ini :
9
Rahmat Adiprasetya Al Hasibi (2009) “Telah dilakukan penelitian
tentang, Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Berbasis Energi Angin dan
Matahari. Penelitian ini bertujuan merancang model sistem pembangkit listrik
grid-connected untuk memanfaatkan radiasi matahari dan energi angin. Dan tujuan
yang lainnya adalah menganalisis karakteristik daya keluaran yang dihasilkan oleh
sistem berdasarkan data potensi radiasi matahari dan energi angin terhadap beban
listrik pada interval waktu yang sama
Anjas Starlen Arota, Hesky S. Kolibu, Benny M. Lumi (2013) “Telah
dilakukan penelitian, tentang Sistem Pembangkit Listrik Hibrida (Energi Angin
Dan Matahari) Menggunakan Software HOMER. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang sistem pembangkit listrik hibrida (Energi angin dan matahari)
menggunakan software HOMER. Pada penelitian ini diperoleh potensi radiasi
matahari sebesar 8,073 kWh/m setiap hari dan potensi energi angin sebesar 2,3
m/s. Nilai NPC tertinggi sebesar $171.447 dan terendah sebesar $61,.811.
Nilai COE tertinggi sebesar 1,663 $/kWh dan terendah sebesar 0,599 $/kWh”.
Tri
Suhartanto
(2014)
“Telah
dilakukan
penelitian
tentang
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid tediri dari Solar Cel dan Kincir Angin.
Penelitian ini yaitu kinerja dan ekonomi sistem pembangkit listrik tenaga hibrid
(angin dan surya) di Pantai Baru Pandansimo Batul Yogyakarta, analisis dilakukan
melalui pemodelan dengan bantuan perangkat lunak HOMER untuk kondisi PLTH
Pandansimo Off-Grid dan On-Grid. Hasil dari analisis ini merupakan data kinerja
sistem PLTH Pandansimo dan peningkatan kinerja sistem PLTH Pandansimo
dalam produksi energi listrik ditinjau dari sisi ekonomi”.
10
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Hybrid Power Sistem
Hybrid power sistem adalah suatu sistem pembangkit tenaga listrik
yang menggunakan dua atau lebih pembangkit dengan sumber energi berbeda
sehingga dapat saling menutupi kelemahan masing-masing dan dapat dicapai
keandalan supply dan efisiensi ekonomis pada beban tertentu. Tujuan utama dari
sistem ini adalah untuk memaksimalkan energi dengan harga murah, bebas polusi,
kualitas daya yang bagus, dan dengan adanya kombinasi dari sumber-sumber energi
tersebut, diharapkan dapat menyediakan catu daya listrik yang berkelanjutan
dengan efisiensi yang paling optimal. Hybrid power sistem ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu (Juwito , 2012) :
a. Dapat menjadi solusi mengatasi krisis bahan bakar fosil
b. Dapat memenuhi beban listrik secara optimal terutama pada daerah-daerah yang
tidak tersuplay oleh jaringan listrik dari PLN
c. Meningkatkan efisiensi ekonomi pembangkit
d. Tidak menimbulkan polusi dan limbah (ramah lingkungan)
e. Biaya pengoperasian dan pemeliharaan relatif murah
f. Biaya produksi energi listrik (Rp/kwh) per tahun relatif murah
11
Disamping kelebihan di atas konfigurasi sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Hybrid tersebut juga mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya (Juwito
, 2012) :
a. Produksi energi baru dan terabrukan sangat tergantung pada siklus alam
b. Biaya investasi awal sistem ini lebih mahal
c. Tidak dapat menangani beban puncak dengan baik tanpa penyimpanan energi
Adapun konfigurasi dasar dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (Fung , 2002) :
a. Sistem Hybrid seri
b. Sistem Hybrid paralel
c. Sistem Hybrid switched
Menurut (Sopian dan Orthman , 2005) suatu Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid terdiri dari :
a. Inverter dengan rating daya kontinyu 60% dari daya beban
b. Satu atau dua mesin dan generator diesel yang biasanya memiliki kapasitas sama
hingga 1.5 kali rating daya inverter dan di lengkapi sistem kontrol otomatis
c. Sistem penyimpanan yang biasanya berupa bank baterai leadcid dengan kapasitas
penyimpanan minimum tertentu
12
d. Sistem pembangkit energi terbarukan seperti photovoltic dilengkapi dengan
regulator
e. Sistem kontrol berbasis mikroprosesor untuk keperluan monitoring dan otomasi
manajemen sistem
Hybrid system atau Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH)
merupakan salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan, karena
pembangkit ini memanfaatkan renewable energy sebagai sumber utama (primer).
Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi matahari,
angin dan lain sebagainya yang dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set
sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif dan handal untuk
dapat mensuplai kebutuhan energi listrik baik sebagai penerangan rumah,
kebutuhan peralatan listrik seperti TV, pompa air, setrika listrik maupun untuk
mensuplai kebutuhan energi industri kecil kawasan tersebut. Dengan adanya
kombinasi dari sumber energi tersebut, diharapkan dapat menyediakan catu daya
listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang paling optimal (Surya Energi , 2012).
PLTH dibangun dengan menggunakan dua jenis pembangkit atau lebih
untuk menghasilkan listrik secara efisien. Jenis pembangkit yang di bangun di
kawasan Pantai Baru adalah jenis Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
13
2.2.1.1 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH)
PLTH adalah suatu sistem pembangkit listrik yang memadukan
beberapa jenis pembangkit listrik, pada umumnya antara pembangkit listrik
berbasis energi terbarukan ada pula pembangkit listrik berbasis tenaga angin
dengan tenaga matahari. Merupakan solusi untuk mengatasi krisisnya berbahan
fosil dan ketiadaan listrik di daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan pada daerah
perkotaan, umumnya terdiri atas :
a. Modul surya
b. Turbin angin
c. Baterai
d. Peralatan kontrol yang reintegrasi
Tujuan PLTH ini adalah mengkombinasi keunggulan dari setiap
pembangkit sekaligus menutupi kelemahan masing-masing pembangkit untuk
kondisi- kondisi tertentu, sehingga secara keseluruhan sistem dapat beroperasi lebih
ekonomis dan efisien. Mampu menghasilkan daya listrik secara efisien pada
berbagai kondisi pembebanan.
Untuk mengetahui unjuk kerja sistem pembangkit hybrid ini, hal-hal
yang perlu dipertimbangkan antara lain: karakteristik beban pemakaian dan
karakteristik pembangkitan daya khususnya dengan memperhatikan potensi energi
alam yang ingin dikembangkan berikut karakteristik kondisi alam itu sendiri,
seperti pergantian siang dan malam, kemudian pergantian musim dan sebagainya.
14
2.2.2 Profil PLTH Pantai Baru
PLTH Pantai Baru merupakan projek energi hybrid yang berbasis pada
potensi panas matahari dan kekuatan angin untuk dijadikan model dan
pengembangan energi terbarukan secara terintegrasi melalui suatu Sistem Inovasi
Daerah (SID). Pengembangan PLTH Pantai Baru diarahkan untuk membentuk
Industri Kecil Menengah (IKM) yang mampu memproduksi suku cadang
pembangkit hybrid dalam memenuhi kebutuhan energi hybrid yang dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat di Kawasan Wisata Pantai Baru Bantul
Yogyakarta.
Pada tahun 2010 bulan mei, pemerintah Kabupaten Bantul
merencanakan kerjasama dengan Kementrian Teknologi dan Ristek (Kemenristek),
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan Universitas Gajah
Mada (UGM) untuk mengembangkan pembangkit listrik berteknologi tinggi dan
ramah lingkungan yaitu pembangkit listrik tenaga hybrid di daerah Pantai Baru
Pantai Baru. Pembangkit listrik tenaga hybrid ini memanfaatkan gabungan antara
energi angin dan panas matahari. Gagasan kemenristek pembangunan PLTH ini
adalah untuk membangun suatu instalasi sumber energi terbarukan yang dapat
menyediakan energi untuk daerah terpencil. Proyek pembangunan PLTH dibiayai
oleh Kemenristek dan Lapan. Berdirinya PLTH ini juga dapat beberapan bantuan
dana dari beberapa lembaga antara lain Kementrian dan Perikanan (KKP),
kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Pemerintah Kabupaten Bantul,
E-Wind Energy, Komunitas Teknologi dan Ilmu Pengetahuan (MITI) dan UGM.
Peletakan batu pertama pembangunan instalasi energi listrik hybrid ini di mulai dari
15
bulan juni 2010, dilakukan running test untuk pertamakalinya. Kemudian, PLTH
ini mulai diproses pada awal bulan januari 2011.
Gambar 2.1 Denah Lokasi PLTH Pantai Baru
2.2.2.1 Sistem Pembangkit Energi Listrik di Pantai Baru
Tabel 2.1 Jenis pembangkit dan jumlah daya yang di hasilkan
Jenis Pembangkit
Jumlah Unit Jumlah Daya
Grup
Sistem
Turbin Angin 1 kw/48V
4 Unit
4 KW
Timur
48 V
Turbin Angin 1 kw/48V
2 Unit
2 KW
Sistem Turbin angin 2,5 kw/240V
2 Unit
5 KW
Turbin angin 10 kw/240V
1 Unit
10 KW
Turbin angin 10 kw/240V
1 Unit
10 KW
Turbin angin 5 kw/240V
1 Unit
5 KW
Panel surya 4 kw/240V
40Unit/100 W
4 KW
2 Unit
4 KW
240 V
System Turbin Angin 2 kw/120V
120 V
16
Tabel 2.1 Jenis pembangkit dan jumlah daya yang di hasilkan (Lanjutan)
Grup
Sistem Turbin Angin 1 kw/240V
21 Unit
21 KW
Barat
240 V
150 Unit
15 KW
Panel Surya 15 kw/120V
@100W/12V
Grup
KKP
Sistem Panel Surya 10 KW/48V
48 Unit
10 KW
@220W/24V
48 V
Total Pembangkit
Energi
90 KW
2.2.2.2 Penyimpan Energi PLTH Pantai Baru
Tabel 2.2 Penyimpanan Energi
NO
Battrey (ACCU)
Jumlah Unit
Jumlah (Ah)
1
Grup
120 Ah/12V (kering)
100 Unit
240 Ah/240 V
2
Timur
Grup
100 Ah/12V (basah)
60 Unit
300 Ah/240V
Barat
180 Ah/12V (basah)
40 Unit
720 Ah/120V
Grup KKP
1000 Ah/2V (kering)
72 Unit
3000 Ah/28V
3
Total Penyimpanan Energi
4260Ah
17
2.2.2.3 Pengunaan Energi PLTH Pantai Baru
Tabel 2.3 Penggunaan Energi
NO
Inverter
Waktu
Beban
Operasi
1
3,5 KW/48V
24 Jam
Beban
Grup Timur
(1 Phase)
2
3,5 KW/48V
3,5 KW/48V
24 Jam
Grup Tengah
2 KW/48V
20 warung Kuliner
14 Lampu PJU
24 Jam
Grup Barat
(1 Phase)
4
20 warung Kuliner
14 Lampu PJU
(1 Phase)
3
Jumlah
20 warung Kuliner
14 Lampu PJU
24 Jam
Grup Timur
(1 Phase)
20 Warung Kuliner
14 Unit Lampu PJU
2 Unit Pompa Air
5
2 KW/48V
24 Jam
Grup Tengah
(1 Phase)
20 Warung Kuliner
14 Unit Lampu PJU
2 Unit Pompa Air
6
2 KW/48V
24 Jam
Grup Barat
20 Warung Kuliner
14 Unit Lampu PJU
(1 Phase)
2 Unit Pompa Air
7
7,5 KW/120V
24 Jam
Mesin Es Kristal 2 Unit Mesin Es Kristal
24 Jam
Mesin Es Kristal 2 Unit Mesin Es Kristal
(1 Phase)
8
7,5 KW/120V
(1Phase)
9
5 kW/240V
Water Sterillizer 1 Unit Water Sterillizer
24 Jam
Kantor
Lampu, Dispenser dan TV
24 Jam
Kantor
Lampu, TV dan
Dispenser
(1 Phase)
10
5 KW/240 V
(1 phase)
18
2.2.2.4 Komponen Pembangkit PLTH
PLTH Pantai Baru terdiri dari dua grup pembangkit yaitu Grup barat
dan Grup Timur, tiap grup pembangkit terdiri atas komponen PLTB dan PLTS
dengan kapasitas yang berbeda. Komponen dari PLTH Pantai Baru terdiri dari
Panel Surya (PV), turbin angin (WG), baterai (BAT), dan Inverter (INV).
2.2.2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pantai Baru terletak di Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan
Srandakan, Kabupaten Bantul, Provisi daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Poncosari
sendiri dengan luas 1.186,1220 hektar berbatasan dengan Samudra Hindia di sebelah
selatan, sebelah utara berbatasan dengan Desa Trimurti, sebelah barat berbatasan dengan
Sungai Progoh, dan disebelah timur berbatasan dengan Desa Gadingsari.
Sebagian besar masyarakat di desa ini bermatapencaharian sebagai petani
yang mengolah areal persawahan mereka untuk ditanami beberapa komoditas petani,
diantaranya padi untuk lahan basah, sedangkan lahan berpasir dimanfaatkan untuk
komoditas cabai (Kemenristek,2010). Tabel berikut menggambarkan data penggunaan
lahan desa di Desa Poncosari yang menunjukan bahwa sebagian besar peruntukan lahan
didesa ini adalah untuk sawah dan ladang.
19
Tabel 2.4 Luas Persentase Peruntukan Lahan di Desa Poncosari
Peruntukan
Luas (Ha)
Jalan
Sawah dan Ladang
Bangunan Umum
Empang
Permukiman
Jalur hijau
Pekuburan
Lain-lain
Total
33,3010
390,9535
5,1105
0,6224
376,7800
6,5347
48,5250
324,2729
1.186.1220
Persentase (%)
2,81
32,96
0,43
0,05
31,77
0,55
4,09
27,34
100,00
(Sumber : Data monografi desa poncosari, 2005)
Sektor perikanan juga merupakan sektor usaha ekonomi unggulan
masyarakat Desa Poncosari. Saat ini telah ada 11 kelompok kegiatan yang
bergerak di sektor perikanan yang terdiri dari tujuh kelompok budidaya air tawar,
dua kelompok nelayan dan dua kelompok pedagang ikan. Pantai Pandansimo
Baru berbatasan dengan Pantai Kwaru dan Pantai Pandansimo Lama. Panjang
pantai baru pandansimo kurang lebih 4000 meter, mulai dari berbatasan Pantai
Kuwaru hingga ke muara Sungai Progo. Pantai ini sebenarnya sudah terkenal sejak
lama, Karena di daerah tersebut terdapat wisata budaya berupa petilasan tempat
pertapaan keluarga Kraton Yogyakarta. Lokasi ini juga tiap tahun digunakan
sebagai ajang kompetisi roket nasional.
Pantai Baru bukanlah nama yang asing bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di tanah air. Pada tahun 1963, tepatnya pada
tanggal 27 Agustus, pantai ini merupakan tempat peluncuran roket yang dilakukan
oleh Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI). Kemudian pada tahun
20
2006, Lembaga penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kembali
meluncurkan roket RX 100, yaitu jenis roket yang telah mampu membawa
muatan (roket uji muatan). Satu tahun kemudian, yaitu pada 9 Desember
2007, digelarlah kompetisi roket uji muatan yang terbuka bagi mahasiswa di
seluruh Indonesia. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh LAPAN berkerja sama
dengan Pemkab Bantul dan UGM. Pada kegiatan tersebut tercatat sebanyak 16
buah roket yang diluncurkan di Pantai Baru.
Pada tahun 2010, Pantai Baru kembali ramai karena diadakannya
Kompetisi Roket
Indonesia
(KORINDO)
yang
diselenggarakan
oleh
Kementrian Pendididkan Nasional, LAPAN, UGM, pemkab Bantul dan TNI
Angkatan Udara. Pada kesempatan tersebut 31 tim dari berbagai Univeritas di
Indonesia ikut ambil bagian dalam meramaikan kompetisi (Kemenristek, 2013).
2.2.3 Tenaga Angin (Kincir Angin)
Prinsip kerja dari pembangkit ini adalah udara yang bergerak membawa
suatu bentuk energi yang dikenal sebagai energi kinetik. Energi kinetik ini memiliki
potensial untuk diubah menjadi bentuk energi lain yang lebih bermanfaat seperti
energi listrik. Untuk tujuan ini, sebuah sistem yang mampu mengubah energi gerak
atau energi kinetik yang dibawa oleh angin, menjadi energi listrik akan di perlukan.
Turbin angin atau kincir angin yang dilengkapi dengan sebuah generator listrik
merupakan bentuk teknologi yang di desain untuk tujuan ini. Tenaga yang dibawa
oleh angin akan ditangkap oleh baling-baling atau propeler, yang berputar ketika
21
ditiup angin. Kemudian tenaga putaran ini dipergunakan untuk memutar turbin
generator yang membangkitkan tenaga listrik.
Namun ada salah satu tantangan terbesar dalam pemanfaatan tenaga
anagin untuk membangkitkan energi listrik adalah faktor intermitency, yaitu
kenyataan bahwa angin bertiup dengan kekuatan yang berbeda-beda dari saat ke
saat. Adakalanya angin bertiup kencang sehingga mampu membangkitkan listrik
dalam jumlah yang cukup besar. Namun pada saat yang lain angin bertiup terlalu
lemah untuk membangkitkan listrik dalam jumlah yang cukup. Karena faktor
intermitency dari tiupan angin inilah yang menyebabkan stabilitas jumlah energi
yang dibangkitkan oleh sebuah turbin angin tidak dapat diandalkan.
(Kadir , 1995) memberikan sekilas sejarah tentang pelajaran energi
angin. Dijelaskan bahwa energi angin telah lama di kenal dan dimanfaatkan
manusia. Perahu-perahu layar menggunakan energi ini untuk melewati perairan,
kincir angin juga telah di gunakan sejak abad ke-7 untuk menggiling tepung di
Persia. Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan udara
dingin.
(Herlina , 2009)
menjelaskan bahwa angin adalah udara yang
bergerak/mengalir, sehingga memiliki tenaga dan arah. Penyebab dari pergerakan
ini adalah pemanasan bumi oleh radiasai matahari. Udara dari atas permukaan bumi
selain dipanaskan oleh radiasi matahari yang tidak homogen, maka jumlah energi
matahari yang di serap dan di pancarkan kembali oleh bumi berdasarkan tempat dan
waktu adalah bervariasi. Hal ini menyebabkan perbedaan termperatur pada
22
atmosfer, yang menyebabkan perbedaan kerapatan dan tekanan atmosfer. Udara
memiliki sifat untuk selalu mencapai kesetimbangak tekanan, karena itu perbedaan
kecepatan dan tekanan atmosfer ini menyebabkan udara bergerak dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
(Herlina , 2009) menjelaskan bahwa pada daerah relatif panas, partikel
udara mendapat energi sehingga udara memuai. Akibat dari pemuaian ini, tekanan
udara di daerah itu naik, namun kerapatan udara menjadi berkurang, sehingga berat
jenis udara di tempat itu menjadi relatif kecil. Akibatnya udara berekspensi ke atas
dan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan tekakan di daerah yang
ditinggalkannya. Daerah itu lalu diisi oleh udara dari daerah sekelilingnya yang
memiliki tekanan udara dan massa jenis lebih tinggi. Udara yang berekspensi ke
atas lalu mengalami penurunan suhu, sehingga terjadi penyusutan dan massa
jenisnya kembali naik. Udara ini akan turun kembali di tempat lain yang memiliki
tekanan yang lebih rendah. Hal ini berlangsusng terus menerus sepanjang waktu,
sehingga pergerakan udara terus berlangsung.
PLTB adalah suatu teknologi pembangkit listrik yang berubah potensi
energi angin menjadi energi listrik (Herlina , 2009). Untuk pemanfaatan kincir
angin bagi pembangkit tenaga listrik sekala kecil, di perlukan sebuah pengaturan
tegangan, oleh karena kecepatan angin yang berubah-ubah. Diperlukan sebuah
baterai untuk menyimpan energi, karena seiring terjadi angin tidak bertiup. Bila
angin tidak bertiup, perlu di cegah generator bekerja sebagai motor, oleh karena itu
perlu sebuah pemutus otomatik (kadir , 1995).
23
Dari penelitian (Nursuhud , 1980) tentang prospek penggunaan kincir
angin di Indonesia menunjukan bahwa kincir-kincir angin yang di bangun hampir
semua tidak berfungsi lagi. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain:
a. Studi kelayakan yang kurang cermat
b. Tidak adanya tenaga pelaksana yang menguasai
c. Maih terpengaruh oleh energi konvensional yang ada yang biasa eksploitasinya
cukup terjangkau oleh masyarakat setempat
d. Kurangnya pengetahuan di bidang kincir angin
2.2.3.1 Potensi Angin di Pantai Baru
Berdasarkan data potensi angin yang didapat dari data logger
Anemometer di lokasi Pembangkit PLTH Pantai Baru, rata-rata kecepatan angin di
Pantai Baru diukur dengan ketinggian 15 meter dari permukaan tanah adalah 4.7
m/s. Data kecepatan angin di Pantai Baru selama satu tahun dapat dilihat pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Potensi Angin di Pantai Baru
(Sumber : logger Anemometer NRG#40 Anem. m/s,PLTH di PLTH Pantai Baru)
24
2.2.3.2 Prinsip Kerja Tenaga Angin
Angin merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui dan sangat
potensial. Angin dianggap sebagai salah satu sumber energi paling praktis dan
sempurna karena bebas emisi dan gratis. Sisi terbaiknya adalah angin dapat
mengurangi beban listrik 50% hingga 80%. Pada dasarnya struktur ini terdiri dari
2-3 bilah kipas yang terhubung ke sebatang poros. Bilah-bilah tersebut digunakan
untuk mengumpulkan energi angin yang mengalir di sekelilingnya. Sementara
poros disambungkan dengan kabel ke generator, yang kemudian dihubungkan ke
baterai. Generator juga disebut inti dari mekanisme ini, karena generatorlah yang
mengubah energi yang terkumpul. Setelah mengumpulkan dan mengubah energi,
baterai diperlukan untuk menyimpan seluruh energi yang terkumpul, yang
kemudian dihubungkan ke sistem listrik.
Urutan cara kerja kincir angin yang dapat menghasilkan tenaga listrik yaitu :
a. Kincir angin memperlambat kecepatan angin dengan menggunakan bilah, yang
kerjanya serupa dengan baling-baling pesawat
b. Setelah angin mengalir di sekeliling bilah, maka bilah mengumpulkan energi
kinetik
c. Kemudian bilah yang terhubung ke poros penggerak, berputar pelan dan
mengirimkan banyak tenaga pemutar ke gearbox
d. Gearbox kemudian menyesuaikan tenaga pemutar ini, dan sebagai pengganti
25
berputar secara pelan dengan banyak tenaga di seiap putaran
Faktor penting yang memainkan peran vital pada kerja mesin ini adalah
ukuran strukturnya, mengingat jumlah listrik yang dihasilkan tergantung pada
ukuran struktur mesin. Semakin besar struktur, maka semakin besar tenaga yang
dihasilkan untuk memutar poros, yang berarti semakin besar listrik yang bisa
dihasilkan.
2.2.3.3 Komponen Sistem Tenaga Angin
Sistem tenaga angin terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi :
a. Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan dan mengirim data angin ke alat
pengontrol, namun pada PLTH Pantai Baru, Anemometer tidak dipasang atau
digabung dengan kincir angin. Anemometer dipasang dengan tiang mandiri.
b. Blade ( Bilah Kipas)
Kebanyakan turbin angina mempunyai dua atau tiga bilah kipas. Blade
berfungsi untuk menangkap energy kinetik angin dan dirubah ke energy kinetic
berupa putaran.
c. Brake (Rem)
Pada turbin angina Brake berfungsi untuk mengontrol putaran kincir
angina agar tidak melebihi putaran maksimum yang diijinkan. Jika putaran
mencapai maksimum yang diujikan maka brake
ini akan bekerja secara
26
otomatis. Di dalam system kincir angin terdapat 2 jenis brake yang digunakan,
yaitu dari segi mekanis dan dari segi elektrik yang di beri brake. Untuk yang
diterapkan di PLTH Pantai Baru ini adalah menggunakan brake disistem
elektrik, sehingga pada saat tegangan sudah mencapai maksimum yang
disebabkan putaran kincir angin yang semakin tinggi pula, maka sensor atau
relay akan mengintruksikan system untuk mengfungsikan brake, sehingga
putaran turbin dapat diturunkkan.
d. Controler (Alat pengontrol)
Alat pengontrol ini berfungsi mengontrol semua system kelistrikan
pada kincir angin agar berfungsi sebagaimana.
e. Gear box (Roda gigi)
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir
angin menjadi putaran tinggi. Namun pada PLTH Pantai Baru tidak
menggunakan gear box sehingga putaran turbin langsung diteruskan ke
generator.
f. Generator
Generator adalah bagian yang berfungsi untuk merubah energy kinetik
menjadi energi listrik.
g. Nacelle (rumah mesin)
Peralatan ini berfungsi sebagai pelindung dari komponen-komponen
mekanik turbin angin.
27
h. Sudut bilah kipas
Sistem ini mengendalikan pitch atau jarak dari mata pisau untuk
mendapatkan sudut optimal pada kecepatan yang di inginkan.
i. Rotor
Merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan sudu
denga shaft (poros) utama.
j. Tower
Menara merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah
untuk menopang rotor , nasel dan semua komponen turbin angin yang berada di
atasnya. Menara dapat berupa tipe latis (lattice) atau pipa (tubular), baik yang
dibantu dengan penopang tali pancang maupun yang self supporting.
2.2.3.4 Komponen Turbin angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya di buat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll.
Turbin angin terdahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda dan Negara-negara
Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Era pembangkit energi listrik di
awali pada akhir tahun 1990-an. Turbin modern pertama kali, khusus didesain untuk
pembangkit energi listrik, yang di bangun di Denmark tahun 1890. Turbin
menyuplai energi listrik ke daerah pedesaan. Selama pada periode yang sama,
28
turbin angin yang besar pembangkit energi listrik memiliki 17 m yang di bangun
di Cleveland, Ohino. Pada pertama kalinya, gearbox menaikan putaran digunakan
pada desain tersebut. Sistem ini beroprasi selama 20 tahun, menghasilkan energi
listrik dengan daya 12 kw.
Kini turbin angin lebih banyak di gunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan
menggunakan sumber daya alam yang dapat di perbaharui yaitu angin. Walaupun
sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi
pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD,PLTU, dll) turbin angin masih
lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dalam masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui sebagai
bahan dasar pembangkit listrik.
Dalam mengkonversi energi kinetik menjadi energi mekanik suatu wind
turbine memerlukan beberapa komponen-komponen yang mempunyai fungsi
masing-masing. Khusus untuk turbin dengan kapasitas kecil di hindarkan dari
pemakaian gearbox karena gearbox bisa menyebabkan bertambah beratnya turbin
sehingga untuk mengubah arah turbin di butuhkan angin yang kencang untuk
menerpa ekor yang berfungsi untuk mengarahkan arah turbin ke angin. Selain itu
brake juga di hindari karena untuk turbin kapasitas kecil rata-rata di gunakan untuk
kecepatan angin yang rendah, jadi ketika di tambah dengan komponen brake yang
memiliki gaya gesekan di brake meskipun dalam keadaan tidak mengerem gaya
gesekan tersebut tetap ada, hal ini mengakibatkan putaran turbin semakin berat.
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah :
29
1. Sudu
Sudu adalah bagian rotor dari turbin angin, rotor ini menerima energi
kinetik dari angin dan dirubah ke dalam energi gerak putar. Menggunakan
prinsip-prinsip aerodinamika seperti halnya pesawat.
Gambar 2.3 Gaya –gaya angin pada sudu
(Sumber : Eri prasetyo, 2002)
Pada prinsipnya gaya-gaya angin yang bekerja pada sudu-sudu kincir sumbu
horizontal terdiri atas tiga komponen yaitu:
a. Gaya aksial (a)
Yang mempunyai arah sama dengan angin, gaya ini harus ditampung
oleh poros dan bantalan.
b. Gaya sentrifugal (s)
Yang meninggalkan titik tengah. Bila kipas bentuknya simetris, semua
gaya sentrifugal s akan saling meniadakan atau resultannya sama dengan nol.
30
c. Gaya tangensial (t)
Yang menghasilkan momen, bekerja tegak lurus pada radius dan yang
merupakan gaya produktif.
2. Tower
Tower atau tiang penyangga adalah bagian struktur dari turbin angin
horizontal yang memiliki fungsi sebagai struktur utama penopang dari
komponen sistem terangkai sudu, poros dan generator.
3. Ekor
Ekor pada wind turbin berguna untuk mengubah posisi generator dan
turbin agar sesuai dengan arah datangnya angin, ekor juga bisa berfungsi untuk
melakukan furling atau penggulungan yang berfungsi untuk melambatkan
putaran turbin saat terjadi angin yang memiliki batas kecepatan putaran dengan
cara menekuk ekor agar arah angin tidak mendarat pada bagian samping turbin
hal ini menyebabkan turbin berputar pelan kalena arah angin tidak pas di tengah
turbin.
4. Generator
Ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem
turbin angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan
elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu pada salah satu cara kerja generator)
poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetic permanen. Setelah
itu di sekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisis nya adalah kumparan-
31
kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar
maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi
perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan
dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk
akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
oleh generator ini berupa AC (alternating current) yang memiliki bentuk
gelombang kurang lebih sinusoidal.
5. Baterai
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang
hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu.
Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai backup energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat
atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan
permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada
saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat
menurun.
Penyimpanan energi ini di akomodasi dengan menggunakan alat
penyimpan energi. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat
penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki mobil memiliki kapasitas
penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk
mencatu rumah tangga (kurang lebih) selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
32
Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya DC
(Direct Current) untuk meng-charge/mengisi energi, sedangkan dari generator
dihasilkan catu daya AC (Alternating Current). Oleh karena itu diperlukan
rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini.
2.2.3.5 Jenis – Jenis Turbin Angin
Turbin Angin sebagai konversi energi dapat digolongkan berdasarkan
prinsip
aerodinamik
yang
dimanfaatkan
rotornya.
Berdasarkan
prinsip
aerodinamik, turbin angin dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Jenis drag yaitu prinsip konversi energi yang dimanfaatkan selisih koefisien drag
b. Jenis lift yaitu prinsip konversi energi yang memanfaatkan gaya lift
Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada
rotor yang rotor yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi
angin memanfaatkan gaya drag dari aliran udara yang melalui sudu rotor atau rotor
angin mengekstrak energi angin dengan memanfaatkan gaya lift yang dihasilkan
aliran udara yang melalui proffil aeorodinamik sudu. Kedua prinsip aerodinamik
yang dimanfaatkan turbin angin memiliki perbedaan putaran pada rotornya, dengan
prinsip gaya drag memiliki putaran rotor relatif rendah dibandingkan turbin angin
yang rotornya menggunakan prinsip gaya lift.
Jika dilihat dari arah sumbu rotasi rotor, turbin angin dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
33
a. Turbin angin sumbu horizontal (TASH)
Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu
rotasi rotornya pararel terhadap permukaan tanah. Turbin angin sumbu
horizontal memiliki poros rotor utama dengan generator listrik di puncak menara
dan diarahkan menuju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan
energi angin. Rotor turbin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya
angin dengan pengaturan baling-baling angin sederhana sedangkan turbin angin
besar umumnya menggunakan sensor angin dan motor yang mengubah rotor
turbin mengarah pada angin. Berdasarkan prinsip aerodinamik, rotor turbin
angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh
lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor
turbin type lift.
Gambar 2.4 Komponen utama turbin angin sumbu horizontal
(Sumber : Sathyajith Mathew, hal 90)
34
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi
menjadi :
1. Turbin angin satu sudu (single blade)
2. Turbin angin dua sudu (double blade)
3. Turbin angin tiga sudu (three blade)
4. Turbin angin banyak sudu (multi blade)
Satu Sudu
Dua Sudu
Tiga Sudu
Banyak Sudu
Gambar 2.5 Jenis turbin angin berdasarkan jumlah sudu
(Sumber : Sathyajith Mathew, hal 90)
b. Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)
Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
rotornya tegak lurus terhadap permukaan tanah. Jika dilihat dari efesiensi turbin,
turbin angin sumbu horizontal lebih efektif dalam mengekstrak energi angin di
banding dengan turbin angin sumbu vertikal.
Meskipun demikian, turbin angin vertikal memiliki ke unggulan, yaitu :
35
1. Turbin angin sumbu vertikal tidak harus diubah posisinya jika arah angin
berubah, tidak seperti turbin angin horizontal yang memerukan mekanisme
tambahan untuk menyesuaikan rotor turbin dengan arah angin.
2. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
3. Konstruksi turbin sederhana.
2.2.4 Tenaga Surya (Panel Surya)
Pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik.
Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa
atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.
Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power) CSP
menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu
digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang
memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola,
lensa reflektor Fresnel dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak
digunakan. Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan
generator (turbin uap konvensional hingga mesin Stirling) atau menjadi media
penyimpan panas.
36
Sel surya atau juga sering disebut photovolik adalah divais yang mampu
mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya juga bisa disebut
sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya
matahari yang sampai kebumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan
listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panas melalui sistem
solar thermal. Sel surya dapat dianalogikan sebagai divas dengan dua terminal atau
sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi sebagai
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan
tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 Volt, dan arus short-circuit dalam sekala
milimeter per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,
sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya.
Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan
tegangan dc sebesar 12V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul
surya tersebut bisa digabungkan secara pararel atau seri untuk memperbesar total
tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi
tertentu. Gambar berikut menunjukan ilustrasi dari modul sel surya.
Gambar 2.6 Sel Surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total daya output
(Sumber : ”The Physics of Solar Cell”, Jenny nelson)
37
2.2.4.1 Proses Konversi Sel Surya
Sel surya konvensional berkerja menggunakan prinsip p-n junction,
yaitu junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri
dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyususn dasar.
Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur
atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan
mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapat
material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor.
Gambar dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Gambar 2.7 Junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe n
(Sumber : eere.energy.gov)
Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas
sambunganp yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh
lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke
permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan
semikonduktor p.
38
Gambar 2.8 proses konversi
(Sumber : energisurya.wordpress.com)
Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari,
maka elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya
dari semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya
elektron ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron
yang disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration)
yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.
Gambar 2.9 Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole
(Sumber : energisurya.wordpress.com)
Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan
simbol “lambda” sebagian di gambar atas) yang berbeda, membuat fotogenerasi
pada sambungan pn berada pada bagian sambungan pn yang berbeda pula.
39
Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang
gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap
di semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana.
Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap
di daerah semikonduktor n.
Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat medan listrik E,
elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan
hole yang tertarik ke arah semikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan
ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika
sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan
mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.
Gambar 2.10 Pegerakan hole mengakibatkan arus listrik
(Sumber : energisurya.wordpress.com)
40
2.2.4.2 Prinsip Kerja Tenaga Matahari
Gambar 2.11 Proses kerja tenaga matahari
( Sumber : Sell Surya.google.com )
Bahan sel surya sendiri terdiri dari kaca pelindung dan material
adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan,
material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah
cahaya yang dipantulkan. Sel surya merupakan suatu pn junction dari silikon kristal
tunggal. Dengan menggunakan photo-electric effect dari bahan semikonduktor, sel
surya dapat langsung mengkonversi sinar matahari menjadi listrik searah (DC).
Pada gambar 2.11 apabiila sel surya itu dikenakan pada sinar matahari,
maka timbul yang dinamakan elektron dan hole. Elektron-elektron dan hole-hole
yang timbul di sekitar pn junction bergerak berturut-turut ke arah lapisan n dan ke
arah lapisan p. Sehingga pada saat elektron-elektron dan hole-hole itu melintasi pn
junction, timbul beda potensial pada kedua ujung sel surya. Jika pada kedua ujung
sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang mengalir melalui beban. Ketika
arus listrik mengalir akan melewati charge controller yaitu peralatan yang
41
berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus yang dikeluarkan, setelah melwati
peralatan charge controller akan ditampung di battery dengan arus DC. Setelah
ditampung di bateray akan di distribusikan ke peralatan selanjutnya yaitu inverter,
peralatan inverter ini berfungsi mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC atau
sebaliknya tapi disini hanya mengubah DC menjadi tegangan AC. Setelah di
inverter akan distribusikan ke beban atau pengguna.
2.2.4.3 Potensi Radiasai Matahari
Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa.
Sehingga, Indonesia mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan
intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah
Indonesia (Raharjo & Fitriana , 2006). Pemanfaatan energi surya mempunyai
berbagai keuntungan antara lain adalah :
1. Energi ini dapat tersedia dengan jumlah yang besar di Indonesia
2. Sangat mendukung kebijakan energi nasional tentang penghematan,
diversifikasi dan pemerataan energi
3. Memungkinkan dibangun di daerah terpencil karena tidak memerlukan
transmisi energi maupun transfortasi sumber energi
Dalam kegiatan Tahun Anggaran 2005, peta radiasi matahari yang telah
dihasilkan diperluas dengan menghitung intensitas radiasi surya untuk 18
kota/lokasi lain dimana tidak tersedia data dari BMKG. Hal tersebut menunjukan
42
bahwa terjadi kelengahan data untuk menghasilkan peta radiasi di Indonesia. Oleh
karena itu diperlukan metode lain untuk menghitung radiasi surya. Permasalahan
utama dari photovolitaic adalah besarnya daya keluaran yang dihasilkan relatif
tidak konstan karena dipengaruhi oleh besarnya intensitas matahari serta suhu
lingkungan di sekitarnya. Pada kondisi standarnya sistem photovolitaic yang
mempunyai efisiensi sebesar 10% dapat menghasilkan daya sebesar 100 Watt pada
saat intensitas matahari yang diterima sebesar 1.000 W/m2 dan pada suhu sebesar
250 C (Pangestuningtyas D.L,2013).
Daya yang dihasilkan oleh photovolitaic berbanding lurus dengan
besarnya intensitas matahari yang diterima panel surya. Semakin besar intensitas
matahari yang diterima oleh panel maka semakin besar daya yang dihasilkan oleh
photovolitaic tersebut. Besarnya intensitas matahari yang diterima oleh panel surya
yang dipengarushi oleh beberapa faktor seperti letak astronomi lokasi pemasangan
panel, gerak semu harian dan tahun matahari serta cuaca.
2.2.4.4 Jenis-Jenis Sel Surya
1. Monokristal
Sel surya yang terdiri atas p-n Junction monokristal silicon atau yang
disebut juga monocrystalline PV, mempunyai kemurnian yang tinggi yaitu
99,999%. Efisiensi sel fotovoltaik jenis silicon monokristal mempunyai efisiensi
konversi yang cukup tinggi yaitu sekitar 16 sampai 17%. Berikut contoh modul
fotovoltaik (PV) jenis monokristal.
43
(a) Sel fotovoltaik
(b) Modul fotovoltaik
Gambar 2.12 Sel dan Modul fotofoltaik (PV) Jenis Monokristal
(Sumber : Laporan Kerja Praktek Ega dan Pandu di PT Surya Utama Putra)
2. Polikristal
Polikristal PV atau sel surya yang bermateri polokristal dikembangkan
atas alasan mahalnya materi monokristal per kilogram. Efisiensi konversi sel
surya jenis silicon polikristal berkisar antara 12% hingga 15%. Berikut contoh
modul fotovoltaik jenis polikristal.
(a) Sel Fotovoltaik
(b) Modul Fotovoltaik
Gambar 2.13 Sel dan Modul Sel Surya Jenis Polikristal
(Sumber : Laporan Kerja Praktek Ega dan Pandu di PT Surya Utama Putra)
44
3. Amorfous
Sel surya bermateri Amorphous Silicon merupakan teknologi
fotovoltaik dengan lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10µm
(micron) dalam bentuk modul surya. Efisiensi sel dengan silicon amorfous
berkisar 6% sampai dengan 9%. Berikut contoh fotovoltaik jenis amorfous.
Gambar 2.14 Modul Fotovoltaik Jenis Amorfous
(Sumber : Laporan Kerja Praktek Ega dan Pandu di PT Surya Utama Putra)
2.2.4.5 Komponen Tenaga Matahari (Solar Cell)
1. Photovoltaic Modul
Modul Photovoltaic atau biasa disebut modul surya adalah perangkat
yang terdiri dari bahan semikonduktor seperti silikon, galium arsenide dan
kadmium telluride, dll yang mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik.
Ketika solar cell menyerap sinar matahari, elektron-elektron bebas dan lubanglubang membuat sambungan positif / negatif, dan ketika dihubungkan dengan
beban DC, maka arus listrik akan mengalir ke beban tersebut.
Jenis-jenis sel surya, dilihat dari bahan pembuatannya terdiri dari:
45
a. Crystalline Silicon PV Module (c-Si)
Terdiri dari single crystalline silicon atau dikenal sebagai silikon
monocrystalline dan multi-criytallline
silikon, juga disebut silikon
polikristalin. Module PV The polycrystalline silicon memiliki efisiensi
konversi yang lebih rendah dari module PV single crystalline silicon tetapi
keduanya memiliki efisiensi konversi tinggi yang rata-rata sekitar 10-12%.
b. Amorphous Silicon PV Module PV
Modul Amorphous Silicon (a-Si) atau modul PV film tipis silikon
menyerap cahaya lebih efektif daripada Module PV crystalline silicon,
sehingga dapat dibuat lebih tipis. Cocok untuk semua aplikasi dengan
efisiensi tinggi dan dengan biaya rendah adalah penting. Efisiensi dari
module PV Amorphous Silicon adalah sekitar 6%.
c. Hybrid Silicon PV Module
Sebuah kombinasi dari silikon single crystalline yang dikelilingi oleh
lapisan tipis Amorphous silicon yang memberikan sensitivitas yang sangat
baik untuk tingkat cahaya rendah atau cahaya tidak langsung. Hybrid Silicon
PV Module memiliki efisiensi konversi yang tertinggi yaitu sekitar 17%.
Bahan semikonduktor saat ini yang paling sering digunakan untuk produksi
Solar cell adalah silikon, dimana memiliki beberapa keuntungan diantaranya;
dapat dengan mudah ditemukan di alam, tidak mencemari, tidak merusak
lingkungan dan dapat dengan mudah mencair, di tanganni dan dibentuk
menjadi bentuk silikon monocrystalline, dll. Pada umumnya Solar cell
46
dikonfigurasi sebagai sambungan a large-area p-n daerah yang terbuat dari
silikon.
2. Solar Charge Controller
Solar Charge Controller adalah suatu alat kontrol yang berfungsi untuk
mengatur tegangan dan arus yang dikeluarkan dari modul surya, malakukan
proses pengisian battery, mencegah battery dari pengisian yang berlebihan, juga
mengendalikan proses discharge. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
charge controller ini adalah besarnya tegangan dan daya yang dikeluarkan
modul surya dan yang dapat diterima battery. Satuan untuk tegangan adalah
Volt, sedangkan kuat arus dalam ampere, misalnya 12volt/10A.
3. Battery
Batteray adalah komponen PLTS Battery yang berfungsi untuk
menyimpan sementara energi listrik yang dihasilkan modul surya atau disebut
juga dengan panel surya, batteray pada PLTS mengalami proses siklus mengisi
dan mengosongkan, tergantung dari ada tidaknya sinar matahari. Selama ada
sinar matahari, panel surya akan menghasilkan listrik. Apabila energi listrik yang
dihasilkan tersebut melebihi kebutuhan bebannya, maka energi listrik tersebut
akan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Sebaliknya, selama matahari
tidak ada maka permintaan energi listrik akan disuplai oleh baterai. Proses
pengisian ini disebut satu siklus baterai.
Kapasitas baterai umumnya dinyatakan dalam Ampere Hour (Ah).
Nilai Ampere Hour pada baterai ini yaitu menunjukan nilai arus yang dapat
47
dilepaskan, dikalikan dengan nilai waktu untuk pelepasan terbut. Berdasarkan
hal tersebut maka secara teoritis, baterai 12v, 200 Ah dapat memberikan baik
200 A selama sattuu jam, 50 A selama 4 jam, 4 A untuk 50 jam , atau 1 A untuk
200 jam. Pada saat mendesain kapasitas baterai yang akan dipergunakan dalam
System PLTS, penting juga untuk menentukan ukuran hari-hari otonomi (das of
autonomy).
4. Inverter
Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi sebagai
pengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak balik (AC) dengan menggunakan
metode switching dengan frekuensi tertentu. Switching itu sendiri adalah proses
perpindahan antara kondisi ON dan OFF atau sebaliknya. Pencacah arus DC
dengan proses switching ini dimaksud agar terbentuk glombang gelombang AC
yang dapat diterima oleh peralatan/beban listrik AC. Komponen yang digunakan
dalam proses switching sebuah inverter haruslah sangat cepat, sehingga tidak
memungkinkan bila digunakan saklar ON-OFF, relay, kontaktor dan sejenisnya.
Untuk lebih spesifikasi lagi, fungsi inverter adalah mengubah tegangan
masukan DC menjadi tegangan keluaran AC yang simetris. Tegangan
keluaranya dapat merupakan tegangan tetap maupun tegangan variabel dengan
frekuensi yang tetap ataupun variabel pula. Pada prekteknya, lebih banyak
diperlukan inverter dengan amplitudo dan frekuensi keluaran yang tetap.
Pemilhan inverter yang tepat untuk aplikasi tertentu, tergantung pada kebutuhan
48
beban. Efisiensi inverter pada saat pengoperasian adalah sebesar 90% (Foster
dik , 2010).
2.2.5 Penyimpan Energi
Baterai adalah suatu alat penyimpan energi yang dapat diisi (charge)
setelah energi digunakan. Kapasitas atau kemampuan menyimpan energi ditentuka
oleh semua komponen didalam baterai seperti jenis material yang digunakan dan
jenis elektrolitnya sehingga dikenal baterai asam dan baterai alkali.
Alat untuk mengisis energi listrik kedalam baterai dinamakan rectifier
(charging) yang berfungsi mengubah arus bolak-balik menjadi searah dan
tegangan outputnya sesuai dengan tegangan baterai. Kapasitas rectifier ini
ditentukan oleh kapasitas baterai, sehingga besar arus dan tegangan pengisisan serta
waktu sangat menentukan kondisi baterai. Jika tegangan baik dan sesuai lebih
tinggi dari tegangan baterai, sehingga arus pengisian dapat megalir mengisi
baterai tersebut.
Untuk mengetahui apakah baterai sudah terisi penuh dan dapat
menyimpanya deengan baik maka perlu dilakukan pengukuran kondisi baterai
dengan cara menguji secara simulasi beban yang dapat diatur sehingga
arusnya pun dapat diatur pada arus yang tetap maka tegangan baterai akan turun
dari nominalnya. Waktu penuruanan tegangan dibandingkan dengan karakteristik
baterai tersebut maka dapat diketahui kondisi baterai tersebut apakah mempunyai
kapasitas yang baik atau buruk.
49
Lead-acid batterai dikenal sebagai accu/aki, ditemukan pertama kali
di dunia di tahun 1800 oleh Alessandro Volta yang dilahirkan di Como, Italia tahun
1745. Dengan susunan elemen pertama yang dibuatnya, yang disebut sebagai
“voltaic pile” maka dengan begitu ditemukan pembangkit listrik yang praktis
untuk pertama kali.
Berikutnya di tahun 1859, Rymond Plante ahli fisika Prancis yang
dilahirkan di Ortez Prancis tahun 1834, menemukan lead-acid battery yang dapat
di charge berulang-ulang (recharge). Plante mulai merancang sebuah battery yang
dapat menyimpan tenaga listrik yang dapat dipergunakan. Aki mobil yang
dipergunakan sekarang aki temuan Gaston Plante. Emile Alphonase Faure pada
tahun 1880 mengembangkan proses pelepasan plat timah dengan pasta yang
dari serbuk timah dan asam sulfat, ini merupakan terobosan besar yang menuntun
langsung ke industri pembuatan Lead Acid Battery.
Pada tahun 1881, J.S Sellon, mengajukan paten dimana pasta dilapiskan
pada plat yang berlubang, yang dengan begitu pasta melekat dengan baik pada plat
timah dibanding dengan temuan Faure, tetapi Sellon masih menggunakan plat
antimoni, kemudian pada tahun yang sama Volmar mengembangkan proses yang
sama dengan Sallon tapi dengan menggunakan plat timah berkisi-kisi (Grid).
2.2.5.1 Pengertian Aki
Battery/Aki adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC).
Macam- macam aki atau battery yang ada dipasaran yaitu:
50
Aki Konvensional (aki basah), Aki Hybrid, Aki Kalsium, Aki Manintenance Free
(MF), Aki Sealed (SLA). Berikut penjelasan dari beberapa aki yang ada di pasaran:
1. Aki Basah Konvensional
Jenis aki ini adalah aki model basah yang berisi cairan asam sulfat
(H2SO4). Ciri utamanya memiliki lubang dengan penutup yang berfungsi untuk
menambah air aki saat ia kekurangan akibat penguapan saat terjadi reaksi kimia
antara sel dan air aki. Sel-selnya menggunakan bahan timbal (Pb). Kelemahan
jenis aki ini adalah aki harus rajin di periksa ketinggian level air aki secara rutin.
Cairannya bersifat sangat krosif, uap air aki mengandung hydrogen yang cukup
rentan terbakar dan meledak jika terkena percikan api. Memiliki sifat selfdischarge paling besar di banding aki lain sehingga harus dilakukan penyetruman
ulang saat ia didiamkan terlalu lama.
Gambar 2.15 Aki Basah Konvensional
(Sumber : Google.com)
2. Aki Hybrid
Pada dasarnya aki hybrid tidak jauh berbeda dengan aki basah.
Bedanya terdapat pada material komponen sel aki. Pada aki hybrid selnya
menggunakan low-antimonial pada sel (+) dan kalsium pada sel (-). Aki jenis ini
51
memiliki performa dan sifat self-discharge yang lebih baik dari aki basah
konvensional.
Gambar 2.16 Aki Hybrid
(Sumber : Google.com)
3. Aki Kalsium
Kedua selnya, baik (+) maupun (-) menggunakan material kalsium.
Aki jenis ini memiliki kemampuan lebih baik di banding aki hybrid. Tingkat
penguapannya juga lebih kecil dibandingkan aki basah konvensional. Keunggulan
aki kalsium mempunyai performa yang baik dibandindkan aki konvensional dan
hybrid, mempunyai daya tahan / usia yang baik (tahan lama), tingtak selfdischarge paling kecil (0,1 – 0,2% volume/day).
Gambar 2.17 Aki Kalsium
(Sumber : Google.com)
52
4. Aki MF (Maentance free)
Aki ini adalah jenis aki bebas perawatan, aki jenis ini dikemas dalam
desain khusus yang mampu menekan tingkan penguapan air aki. Uap aki yang
terbentuk akan mengalami kondensasi sehingga kembali menjadi air murni uang
menjaga level air aki selalu pada kondisi ideal sehingga tidak lagi di perlukan
pengisian air aki. Aki jenis ini biasanya terbuat dari basis jenis aku hybrid maupun
aki kalsium.
Gambar 2.18 Aki MF (Maentance free)
(Sumber : Google.com)
5. Aki Sealed (SLA)
Aki jenis ini selnya terbuat dari bahan kalsium yang di sekat oleh jaring
berisi bahan elektrolit berbentuk gel/selai. Dikemas dalam wadah tertutup rapat, aki
jenis ini sering dijuluki sebagai aki kering. Sifat elektrolitnya memiliki kecepatan
penyimpanan listrik yang lebih baik. Karena sel terbuat dari bahan kalsium, aki ini
memiliki kemampuan penyimpan listrik yang jauh lebih baik seperti pada aki jenis
kalsium pada umumnya. Karena ia memiliki self-discharge yang sangat kecil
sehingga aki sealed ini masih mampu melakukan start saat didiamkan dalam waktu
cukup lama. Kemasan yang tertutup rapat membuat aki jenis ini bebas ditempatkan
53
dengan berbagai posisi tanpa khawatir tumpah. Namun karena wadahnya tertutup
rapat aki seperti ini tidak tahan pada temperatur tinggi sehingga dibutuhkan
penyekat panas tambahan jika di letakan di ruang mesin.
Gambar 2.19 Aki Sealed (SLA)
(Sumber : Google.com)
2.2.6 Program Homer
HOMER adalah singkatan dari the Hybrid Optimisation Model for
Electric Renewable, adalah salah satu tool populer untuk desain suatu sistem PLH
menggunakan energi terbarukan. HOMER mensimulasikan dan mengoptimalkan
sistem pembangkit listrik baik stand-alone maupun gird-connected yang dapat
terdiri dari kombinasi turbin angin photovoltaic, mikrohidro, biomassa, generator
(diesel/bensin), microturbine, fuel-cell baterai dan penyimpanan hidrogen,
melayani beben listrik maupun termal (Lambert, Gilman, dan Lilienthal 2006).
HOMER
minsimulasikan
operasi
sitem
dengan
menyediakan
perhitungan energy balance untuk setiap 8,760 jam dalam setahun. Jika sistem
mengandung baterai dan generator (disel/bensin), HOMER juga dapat
memutuskan, untuk setiap jam, apakah generator diesel/bensin beroperasi dan
apakah baterai diisi atau dikosongkan. Selanjutnya HOMER menentukan
54
konfigurasi terbaik sistem dan kemudian memperkirakan biaya instalasi dan operasi
sistem selama masa operasinya (life time coast) seperti biaya awal, biaya
penggantian komponen-komponen, biaya O&M, biaya bahan bakar, dan laian-lain.
Saat melakukan simulasi, HOMER menentukan semua konfigurasi
sistem yang mungkin, kemudian ditampilkan berurutan menurut net present costNPC (atau disebut juga life coast). Jika analisa sensivitas diperlukan, HOMER akan
mengulangi proses simulasi untuk setiap variabel sensitivitas yang di terapkan.
Error relatif tahun sekitar 3% dan eror relative bulanan sekitar 10% (Sheriff dan
Ross , 2003). Dibawah ini merupakan arsitektur HOMER, yang di ambil dari (Fung
et al , 2002) dengan sedikit modifikasi. Ada tiga bagian utama HOMER, input,
simulasi dan output.
Gambar 2.20 Arsitektur Simulasi dan Optimasi HOMER
(Sumber : http://sistemhomer.subhari.com)
Download