VIRUS PUSTAKAWAN: Dampaknya Dalam Meraih Prestasi Oleh Sudirman Bakri Pustakawan Madia UPT Perpustakaan Unsri Abstrak Virus sebagai sesuatu yang sulit dilihat secara nyata, namun dapat dilihat melalui alat pembesar apabila berwujud benda, jika berwujud sifat berarti hanya terlihat dari prilakunya, terkena virus atau tidaknya seseorang pustakawan. Virus pustakawan akan menjadikan terganggunya pustakawan dalam berprestasi dibidangnya. Dan seorang pustakawan yang terkena virus akan menularkan ke orang lain. Jadi setiap pustakawan yang terkena virus akan menjadi rusak dan tidak produktif bekerja, kurang gairah bekerja yang kecenderungannya akan mempengaruhi orang lain. Penyakit virus bagi pustakawan dapat berupa sifat-sifat yang menimbulkan kurang senang dengan orang yang berhasil, yang giat dan rajin, yang tekun, bergairah dan aktif bekerja Kata Kunci : Virus, penyakit hati, perestasi, dan pustakawan. PENDAHULUAN Kita hidup ini tak lepas dari usaha dan perjuangan menuju kehidupan yang lebih maju, lebih berprestasi, namun disinipula kita menyadarinya bahwa segala sesuatu itu ada kadarnya. Begitupun perjalanan kehidupan semua isi alam ini, apakah itu sebagai makhluk Tuhan yang namanya tumbuhan, ataukah hewani atau sebagai makhluk yang paling sempurna yaitu manusia. Pustakawan sebagai manusia yang telah diposisikan oleh Allah SWT sebagai orang yang ahli di bidang perpusdokinfo atau dengan kata lain sebagai pejabat fungsional yang professional. Dan dalam menjalani kehidupan di alam perpusdokinfo tentunya akan banyak mengalami hambatan dan rintangan yang salah satunya adalah penyakit pustakawan atau virus pustakawan. Oleh karena itu kita semua dapat dipengaruhi oleh virus dengan kadar yang kita miliki yang kadang kala kita tidak biasa menahan dan menghindarinya, terpengaruh oleh virus orang lain yang life style sifatnya. Sebab setiap orang punya ketersediaan sarana, kebiasaan, lingkungan keluarga, tradisi pertumbuhan yang berbeda-beda ((Tarbawi, 2004:18). Virus terdapat dua pengertian dalam Kamus Bahasa Indonesia (2001:1262) yaitu; 1) mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron; penyebab dan penular penyakit spt cacar, influenza, dan rabies, 2) program illegal yang dimasukkan ke dalam system komputer melalui jaringan atau disket sehingga menyebar dan dapat merusak program yang ada. Namun virus yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah virus yang mempengaruhi pustakawan dalam berprestasi di bidang perpusdokinfo. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia (1994):1611) bahwa virus (Lat) adalah racun, tuba yang menularkan penyakit influenza dan cacar. Virus sabagai sesuatu yang menimbulkan penyakit yang memungkinkan untuk menular kepada yang lainnya. Virus ini hinggap dan bersarang tidak hanya pada benda atau makhluk berupa tumbuhan dan hewan saja namun kepada manusiapun dapat dihinggapinya dan menular kepada orang lain. Dalam kehidupan semua makhluk apabila tertular oleh virus akan menyebabkan ia menjadi sakit. Misalnya, sebatang tumbuhan jeruk, yang sehat dan berbuah bagus, setelah ia dihinggapi virus, lalu menjadi rusak secara berangsur dengan ditandai bahwa daunnya menjadi kuning, batangnya berkeringat mengeluarkan lender dan buahnya menjadi kuning dan kerdil. Apabila manusia sebagai makhluk yang sempurna telah dihinggapi oleh virus, maka akan terlihat menjadi rusak dan kurang bergairah dalam bekerja, dan cenderung virus yang ada pada dirinya akan berpindah menjangkit ke orang lainnya. Dengan jelas sekali, apabila virus sudah menyerang, apakah itu benda, binatang, tumbuhan ataukah manusia akan menjadi rusak baik fisik maupun pskhisnya, bagi manusia. akan membuat dirinya timbul bermacam-macam penyakit atau virus seperti disebutkan diatas. Dalam diri manusia virus yang kita kenal adalah berupa sifat-sifat yang menjadikan seseorang mengalami kelabilan, keangkuhan, egoisme, keras kepala dalam kehidupannya. Tulisan ini akan mencoba mengetengahkan beberapa macam virus sebagai penyakit yang menjadi perusak diri berdampak kepada orang lain. Pustakawan sebagai manusia yang dhoif, serta Disamping dambaan kehidupan yang lebih maju juga menginginkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan antara ilmu dan iman. Ilmu dan iman adalah sepasang kekuatan hidup yang bertolak belakang, akan tetapi keduanya bersatu tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sebagai gambaran kongkritnya secara sederhana yaitu : ILMU 1. Pencapaian keberhasilan dengan akal 2. Pengamatan obyektif 3. Membentuk kebudayaan dunia 4. Kuantitatif 5. Membentuk manusia sebagai “Penguasa Dunia” IMAN 1. Pencapaian keberhasilan dengan rasa 2. Pengamatan subyektif 3. Dibentuk oleh agama 4. Kualitatif 5. Membentuk manusia sebagai “Hamba Allah” Proses dan pengaruh keadaan tidak seimbang antara ilmu dan iman akan terjadi dikarnakan situasi dan kondisi memberikan dampak, sehingga akan mengakibatkan kemungkinan cendrung berat kepada salah satu dari dua factor tersebut yaitu terlalu berat kepada ilmu atau kepada iman. Terlalu berat kepada iman cendrung mengukur segala sesuatu dengan ukuran subyektif, tidak mengakui hukum sebab akibat pada alam benda, dan menganggap segala sebab berasal dari Allah dan segala akibat adalah atas kehendak Allah karena segala persoalan dapat diselesaikan dengan berdoa. Para pustakawan diharapkan memahami nilai-nilai keseimbangan ini agar setiap kegiatan berjalan sesuai dengan proporma yang sesungguhnya yaitu dengan mendahulukan skala prioritars kerja berdasarkan ilmu sama dengan iman. Ilmu hanya dapat bermanfaat bagi manusia apabila diterangi oleh cahaya iman yang benar dan iman hanya dapat berdiri bila ditopang ilmu pengetahuan.Umumnya manusia bisa cepat tergelincir karena kehilangan keseimbangan, tergelincir dalam arti sebenarnya maupun tergelincir dalam arti perjalanan hidup yaitu keluar dari jalan hidupyanglurus. Pustakawan harus bisa menjaga keseimbangan diri agar jangan mudah tergerlincir, karena kalau tidak maka ini pertanda akan terjangkit berbagai macam penyakit. JENIS VIRUS DAN PENULARANNYA Virus yang dimaksud adalah berupa penyakit hati bagi manusia yang dalam hal ini terkait bagi seorang yang menjabat profesi pustakawan serta penularannya terhadap pejabat pustakawan lainnya. Sebagaimana ditulis oleh Djunaidi & Achmad (2010:30) : bahwa jenis virus berikut ini : 1. Jenis-jenis virus atau penyakit hati Banyak macam penyakit hati yang tergolong kepada sikap jahat bagi diri manusia diantaranya; a. Sifat /Sombong/riak/angkuh; Dalam kamus bahasa Indonesia (1994:1345) bahwa sombong, sama dengan angkuh, congkak, pongah dan takabbur. Sombong atau takabbur yang sesungguhnya ialah tidak mau menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain (Sunarto, 1987) dan sifat ini menolak kebenaran dan menghinakan hak-hak manusia (Sunarto, 1987:85) Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (Sunarto, 1987:86) bahwa Tawaddu’lah kalian, duduk-duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan menjadi orang besar disisi Allah dan terbebas dari kesombongannya.. b. Hasud (1994:5011) adalah membangkitkan marah orang agar bertindak atau Membenci, (2001:392) adalah a. dengki, iri hati; hasad. c. Iri (1994:537) adalah kurang senang melihat orang lain beruntung; cemburu. (2001:442) adalah a. merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dsb), cemburu, sirik, dengki d. Dengki (1994:329) adalah busuk hati (lebih jelek daripada iri hati). (2001:251) adala. Arb. Menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) kartena iri amat sangat kepada keberuntungan orang lain. e. Ria’ (954) adalah sombong, congkak dan bangga Dari kesemua jenis penyakit hati atau virus di atas adalah suatu hal yang sangat merusak para pustakawan dalam berkarir di bidang perpusdokinfo yakni mempengaruhi sikap orang apabila seseorang yang dihinggapinya tidak dapat meredamnya dengan segera dan selalu berupaya mengobatinya.. 2. Penularan virus Adapun penularan penyakit virus atau penyakit hati ini dapat melalui pergaulan dari masing-masing kelompok atau situasi lainnya secara langsung atau tidak langsung, secara nyata atau tidak akan berpengaruh dalam kehidupan para pustakawan. Selain itu juga dapat menular melalui pertemuan-pertemuan, kongkohkongkoh antar sesama, dan komunikasi jenis lainnya. 3. Berbagai Bahaya menimpa seseorang yang terkena virus Setiap pekerjaan pasti memiliki nilai, apakah nilainya baik atau kurang baik ini kembali kepada hasil yang didapat dari pekerjaan itu dan setiap nilai menurut hukum kebiasaan merupakan buah dari pekerjaan itu sendiri, di dalam Al-Quran Allah SWT. Berfirman yang artinya “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang nmengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (Qs. Al Zalzalah: 7-8) Sesuatu yang perlu diketahui dan diwaspadai adalah perbuatan yang mendatangkan kemudhoratan yang berpangkal dari hati seseorang. Adapun bahaya yang menimpa seseorang yang terkena virus tersebut adalah: a. Kemudharatan atau prilaku murni yang bersumber dari perbuatan pustakawan yang kurang menyadari tanggung jawab kerja dan mengabaikan tugas-tugas. b. Pengaruh buruk bagi pustakawan yang sering melalaikan tugas menyebabkan tidak adanya ilmu pengetahuan. c. Minimnya rizki yang didapat akibat perbuatan menunda-nunda pekerjaan bahkan rizkinya dibatasi d. Kesedihan yang didapat oleh pustakawan lantaran pekerjaan tidak terlaksana secara optimal e. Segala urusan yang berhubungan dengan kepustakawanan menjadikan seseorang banyak menemukan kesulitan f. Akibat dari prilaku pustakawan yang kurang terpuji dapat menghilangkan ketaatan TANDA-TANDA PUSTAKAWAN YANG TERSERANG VIRUS Gangguan fungsi memori dan daya pikir yang terjadi perlahan namun pasti bahkan semakin memburuk dapat saja terjadi pada setiap orang. Kemunduran fungsi ini biasanya terjadi pada usia 40 sampai 60 tahun ke atas pada usia lanjut seseorang mengalami perubahan seperti biologis, psikologis, sosial, dan semuanya itu akan mempengaruhi daya pikir, semangat kerja para pustakawan. Adapun tanda-tanda pustakawan yang terserang virus atau penyakit hati dimaksud adalah ; 1. Kurang berdisiplin dalam bekerja 2. Selalu menganggap remeh dan rendah orang lain 3. Kurang menghargai pendapat orang lain 4. Kurang menerima saran orang lain 5. Merasa dirinya yang paling super dalam segala hal 6. Egoistis 7. Pemalas dan kurang motivasi kerja 8. Tidak suka orang lain maju dan berhasil UPAYA MENGOBATI VIRUS PUSTAKAWAN Orang-orang yang sedang merasakan panasnya penyakit dan menahan rasa sakit tentu banyak sekali menanggung perasaan yang bermacam-macam, untuk sekedar menghilangkan tentu bebagai ragam terapi yang harus dilakukan. Timbul pertanyaan wahai hamba badan sudah berapa lama engkau sengsara?, namun untuk mencapai kesembuhan pada dasarnya banyak langkah-langkah paling utama yang harus dilakukan dalam proses pengobatan dan penyembuhan ini. Dalam upaya menanggulangi virus atau penyakit ini ada beberapa cara yaitu; 1. Dengan menjebol tempat tertanamnya penyakit dimaksud (di hati) Bagaimana kita memupuk agar hati kita selalu dalam kondisi subur, sejuk, selalu nyaman senang, tenang jauh dari gangguan orang-orang yang usil dan berupaya meningkatkan semangat kerja yang tinggi. 2. Dengan menyadari kedudukan dirinya dan kedudukan TuhanNya 3. Menolak segala godaan yang baru datang dengan mengusir sebab-sebab yang dijadikan sebagai bahan kesombongannya itu (Sunarto, 1987:18). Sementara dalam buku Sunarto (1987:82) tentang Mutiara Khutbah bahwa upaya mengobati penyakit sombong adalah kita harus berlaku lunak dalam pergaulan. Misalnya dapat melalui; 1) menengok tetangga yang sedang musibah kesusahan, 2) ikut mengantarkan jenazah ke kubur, 3) suka berkumpul dengan orang miskin, 4) suka bertegur sapa dengan sesama umat Islam, 5) ringan kaki suka mendatangi undangan, dll. 4. Rasa cinta karena Allah dalam setiap pemahaman dan pentingnya menjaga perasaan, perasaan cinta kepada Allah tercakup pula kecintaan terhadap RasulNya. lebih lanjut pula bahwa dengan kondisi ini manusia akan merasakan manisnya keimanan. Artinya pustakawan yang dihinggapi virus itu upaya mengobatinya cepat-cepatlah kembali memperbaiki keimanannya. 5. Adanya keberanian untuk menundukkan perasaan rasa malas dalam diri sendiri serta memerangi jangan sampai bercokol terlalu lama penyakit tersebut dan disertai pula membersihkan hati dari pancaran cahaya dan sinar yang biasanya terbias nyata pada mata , wajah dan seluruh anggota badan. 6. Mengingatkan dan menyadarkan para pustakawan tentang bahaya yang ditimbulkan penyakit ini secara berkesinambungan dan berbagai sarana yang dilakukan untuk menghimbau yaitu ; melalui ceramah, tulisan-tulisan dan berbagai publikasih. 7. Suatu persoalan yang harus diwaspadai yaitu menjauhkan diri dari sahabat yang berprilaku buruk atau yang terkena penyakit (virus). 8. Berdoa memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Swt. Agar segala penyakit yang menimpa diri pustakawan secepatnya bisa hilang. 9. Terapi dengan obat-obat bertujuan memperlambat berkembangnya penyakit 10. Terapi dalam bentuk tanpa obat-obatan ini biasa diberikan dalam bentuk pendidikan kepada keluarga, lingkungan dan diri penderita. GAMBARAN AKTIVITAS PUSTAKAWAN YANG BEBAS VIRUS DAN TERKENA VIRUS A. Pustakawan yang bebas virus Pada dasarnya pustakawan yang bebas virus kebalikan dari yang terkena virus, yaitu jika pustakawan terkena virus selalu bersikap negative sedangkan yang bebas viru selalu bersikap positif dalam lingkungan kerjanya. Pustakawan yang bebas virus ini gemar memberikan nasihat kepada sesame rekan kerjanya, suka menolong sesama profesi, memiliki sikap sosial tinggi, agresif, proaktif dalam bekerja terhadap organisasinya. Yang jelas, pustakawan yang bebas virus dimaksud selalu menjadi dambaan kehadirannya bagi rekan sekerjanya di perpustakaan. Sehingga ia tidak ada, maka rekan sekerjanya dalam lingkungan perpustakaan selalu menanyakannya. B. Pustakawan yang terkena virus Pustakawan yang terkena virus akan dapat tergambar dalam kesehariannya melalui sikap dan tingkah lakunya selama menjalani jam kerja di perpustakaan. 1. Kegiatan Keseharian Kalau kita memperhatikan penyakit virus sebagaimana yang tertulis di atas, maka kita tidak dapat merabanya, melihatnya dan seterusnya, namun kita dapat melihat prilaku orang yang terkena virus tersebut. Jika penyakit virus menghinggapi seseorang pustakawan yang satu cenderung akan menular ke pustakawan yang lainnya. Akan tetapi hendaknya yang telah terhinggap penyakit virus sesegera mungkin diisolir jangan sampai tergabung dengan yang belum terkena penyakit virus. Dalam kegiatan kesehariannya, pustakawan virusan hendaknya jangan sampai terlalu banyak waktu yang mubazir, karena apabila demikian akan banyak menganggur dan banyak pula peluang untuk menularkan virusnya kepada orang lain. Menyibukkan diri mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang dapat mendatang manfaat baginya seperti mencoba memaksakan diri membaca buku-buku, majalah – majalah Islam yang banyak mremberikan arahan. Hal ini perlu dicoba mengingat di perpustakaan merupakan gudangnya buku-buku dan gudangnya ilmu pengetahuan apabila hati telah dimakmurkan dengan sesuatu yang bermanfaat tanfa ada satu celahpun yang kosong bagaimana mungkin penyakit semacam ini bersemayam di dalamnya. Sesungguhnya waktu kosong merupakan salah satu nikmat yang wajib dimanfaatkan dengan aktifitas ketaatan kepada Allah . Karena itu Rasulullah Saw. bersabda dalam salah satu hadistNya yang dirawihkan Ibnu Abbas “ Diantara sekian banyak nikmat yang membuat kebanyakan manusia tertipu, yakni nikmat kesehatan dan nikmat waktu kosong. “ (HR. Al-Bukhori) Para ulama Salaf memang benar-benar membenci kepada seseorang yang memiliki waktu kosong, entah itu dalam urusan agamanya ataupun dalam urusan dunianya, karena nikmat waktu kosong akan berbalik menjadi nikmat bencana kepada yang empunya baik laki-laki maupun perempuan. Pustakawan selalu dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu kosong tersebut agar jangan termasuk katagori menyia-nyiakan waktu alias mubazir, karena makna mubazir merupakan salah satu perbuatan syetan laknatullah. Sadarlah wahai pustakawan renungkanlah secara mendalam bahwa waktu yang diperuntukkan kepada kita, diberikan oleh Allah SWT. hanya untuk makhluk yang bermukim di bumi ini waktu akan berlalu begitu saja bahkan tidak berulang ditegaskan lagi bahwa hari ini tidak sama dengan hari kemaren dan seterusnya. 2. Produktivitas Dalam mengejar produktivitas, pustakawan yang terserang virus kurang banyak memiliki target untuk menghasilkan produk yang setinggi-tingginya, akibat virus yang dideritanya. Tetapi untuk mengejar target sebenarnya tidak ada kata terlambat, semuanya kembali kepada pustakawan itu sendiri pikirkan secara matang langkah-langkah apa yang paling tepat untuk diprogramkan. 3. Prestasi Pustakawan yang terserang virus tidak ada daya interes untuk mengejar prestasi dalam kesehariannya di perpustakaan, yang ada hanya merasa hasud terhadap orang yang aktif, giat dan produktif dalam bekerja. Kalaupun ia bekerja secara kelompok misalnya, banyaklah berbicara daripada bekerja, sedikit sekali hasil kerjanya. TANDA PUSTAKAWAN YANG BEBAS DARI VIRUS: Mampu melaksanakan kode etik Sebagaimana disebutkan di atas tentang virus yang menghinggapi para pustakawan maka tergambar dalam kehidupan kesehariannya di perpustakaan. Dalam meraih prestasinya di perpustakaan jelas akan terganggu sehingga akan berdampak negatife bagai dalam meraih prestasinya. Sebagai cerminan pustakawan terhindar dari virus seperti tercantum dalam Haharap (1998:1-4) tentang kode etik pustakawan. Misalnya dalam Bab II tentang kewajiban umum dalam : - Pasal 2 yang berbunyi setiap pustakawan Indonesia dalam menjalankan profesinya menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada Negara dan bangsa. - Pasal 3 setiap pustakawan Indonesia menghargai dan mencintai kepribadian dsan kebudayaan bangsa - Pasal 4 setiap pustakawan Indonesia mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan sesame manusia, masyarakat, bangsa dan agama Kemudian dalam Bab III tentang kewajiban kepada organisasi dan profesi yang meliputi: 1. Setiap Pustakawan Indonesia menjadikan IPI sebagai forum kerjasama, tempat konsultasi dan tempat pengemblengan pribadi guna meningkatkan ilmu dan pengembangan profesi antara sesame pustakawan 2. Setiap Pustakawan Indonesia memberikan sumbangan tenaga, pikiran dan dana kepada organisasi untuk kepentingan pengembangan ilmu dan perpustakaan di Indonesia 3. Setiap Pustakawan Indonesia menjauhkan diri dari perbutan dan ucapan serta sikap dan tingkah laku yang merugikan organisasi dan profesi, dengan menjunjung tinggi nama baik IPI. Dalam Bab IV ada empat kewajiban antar sesame pustakawan yaitu : 1. Setiap pustakawan Indonesia berusaha memelihara hubungan persaudaraan dengan mempererat rasa solidaritas antar pustakawan 2. Setiap pustakawan Indonesia saling bantu dalam berbuat kebajikan dalam mengembangkan profesi dan dalam melaksanakan tugas. 3. Setiap pustakawan Indonesia saling menasihati dengan penuh kebijaksanaan demi kebenaran dan kepentingan pribadi, organisasi dan masyarakat. 4. Setiap pustakawan Indonesia saling menghargai pendapat dan sikap masing-masing meskipun berbeda. Sedangkan dalam Bab V merupkan kewajiban terhadap diri sendiri yang meliputi sebagai berikut : 1. Setiap pustakawan Indonesia selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi 2. Setiap pustakawan Indonesia memilahara akhlak dan kesehatannya untuk dapat hidup dengan tenteram dan bekerja dengan baik 3. Setiap pustakawan Indonesia selalu meningkatkan pengetahuan serta ketrampilannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam pergaulan di masyarakat. PENUTUP Virus merupakan sesuatu penyakit yang menyerang tidak hanya tumbuhan, binatang namun kepada kelompok manusiapun dapat diserangnya. Virus dimaksud adalah sebagai penyakit yang hinggap dan tumbuh dengan subur dalam tubuh manusia. Pustakawan merupakan manusia yang diporsikan sebagai pejabat fungsional yang professional, yang tentunya tidak terlepas dengan godaan penyakit tersebut dalam menjalani profesinya di dunia perpusdokinfo. Virus sebagai penyakit hati yang dapat tumbuh subur dan berkembang biak dari seseorang ke orang lain jika tidak ada upaya mengobatinya baik secara previntif maupun secara kuratif. Salah satu upaya pengobatannya dengan cara menyadari tentang dirinya, menjebol dimana tempat ia bersarang, dan menolak segala bentuk godaan yang datang kepada diri kita. Selain itu, upaya lain yang paling ampuh adalah dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, melalui penerapan sholat sebagai kewajiban umat Islam selama 5 kali sehari semalam. Kemudian memperbanyak silaturrahim terhadap sesama atau umat lainnya berdasarkan kebersamaan dalam sekerja seprofesi dan hubungan dalam dimensi lainnya. Akhirnya dapat dikategorikan bahwa pustakawan yang bebas dari virus adalah pustakawan yang mampu melaksanakan kode etik pustakawan sebagaimana disebutkan dalam Bab II s.d. Bab V tentang kode etik pustakawan di atas. REFERENSI Djunaidi & Achmad, Mulkan. (2010) Layanan prima sebagai usaha pemberdayaan perpustakan. JKDMM, 26(1) Januari-Juni. 25-40. Harahap, Basyral Hamidy dan Tairas, J.N.B. (1998). Kiprah pustakawan: seperempat abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998. Jakarat : PB-IPI. Kamus Bahasa Indonesia (1994). Jakarta : PN Balai Pustaka ………………………… (2001). Jakarta : PN Balai Pustaka. Sunarto, Ahmad. (1987). Khutbah Jumat: bimbingan untuk mencapai hidayah. Surabaya: Bintang Terang ’99. Tarbawi. (2004). Kadar yang sepantasnya. Majalah Tarbawi. 5(76): 18.