Virus Pustakawan:Dampaknya Dalam Meraih

advertisement
VIRUS PUSTAKAWAN:
Dampaknya Dalam Meraih Prestasi
Oleh
Sudirman Bakri
Pustakawan Madia UPT Perpustakaan Unsri
Abstrak
Virus sebagai sesuatu yang sulit dilihat secara nyata, namun dapat dilihat
melalui alat pembesar apabila berwujud benda, jika berwujud sifat berarti hanya
terlihat dari prilakunya, terkena virus atau tidaknya seseorang pustakawan. Virus
pustakawan akan menjadikan terganggunya pustakawan dalam berprestasi dibidangnya.
Dan seorang pustakawan yang terkena virus akan menularkan ke orang lain. Jadi setiap
pustakawan yang terkena virus akan menjadi rusak dan tidak produktif bekerja, kurang
gairah bekerja yang kecenderungannya akan mempengaruhi orang lain.
Penyakit virus bagi pustakawan dapat berupa sifat-sifat yang menimbulkan
kurang senang dengan orang yang berhasil, yang giat dan rajin, yang tekun, bergairah
dan aktif bekerja
Kata Kunci : Virus, penyakit hati, perestasi, dan pustakawan.
PENDAHULUAN
Kita hidup ini tak lepas dari usaha dan perjuangan menuju kehidupan yang lebih
maju, lebih berprestasi, namun disinipula kita menyadarinya bahwa segala sesuatu itu ada
kadarnya. Begitupun
perjalanan kehidupan semua isi alam ini, apakah itu sebagai
makhluk Tuhan yang namanya tumbuhan, ataukah hewani atau sebagai makhluk yang
paling sempurna yaitu manusia. Pustakawan sebagai manusia yang telah diposisikan oleh
Allah SWT sebagai orang yang ahli di bidang perpusdokinfo atau dengan kata lain
sebagai pejabat fungsional yang professional. Dan dalam menjalani kehidupan di alam
perpusdokinfo tentunya akan banyak mengalami hambatan dan rintangan yang salah
satunya adalah penyakit pustakawan atau virus pustakawan.
Oleh karena itu kita semua dapat dipengaruhi oleh virus dengan kadar yang kita
miliki yang kadang kala kita tidak biasa menahan dan menghindarinya, terpengaruh oleh
virus orang lain yang life style sifatnya. Sebab setiap orang punya ketersediaan sarana,
kebiasaan, lingkungan keluarga, tradisi pertumbuhan yang berbeda-beda ((Tarbawi,
2004:18).
Virus terdapat dua pengertian dalam Kamus Bahasa Indonesia (2001:1262) yaitu;
1) mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa,
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron; penyebab dan penular
penyakit spt cacar, influenza, dan rabies, 2) program illegal yang dimasukkan ke dalam
system komputer melalui jaringan atau disket sehingga menyebar dan dapat merusak
program yang ada. Namun virus yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah virus
yang mempengaruhi pustakawan dalam berprestasi di bidang perpusdokinfo. Sementara
dalam Kamus Bahasa Indonesia (1994):1611) bahwa virus (Lat) adalah racun, tuba yang
menularkan penyakit influenza dan cacar.
Virus sabagai sesuatu yang menimbulkan penyakit yang memungkinkan untuk
menular kepada yang lainnya. Virus ini hinggap dan bersarang tidak hanya pada benda
atau makhluk berupa tumbuhan dan hewan saja namun kepada manusiapun
dapat
dihinggapinya dan menular kepada orang lain.
Dalam kehidupan semua makhluk apabila tertular oleh virus akan menyebabkan
ia menjadi sakit. Misalnya, sebatang tumbuhan jeruk, yang sehat dan berbuah bagus,
setelah ia dihinggapi virus, lalu menjadi rusak secara berangsur dengan ditandai bahwa
daunnya menjadi kuning, batangnya berkeringat mengeluarkan lender dan buahnya
menjadi kuning dan kerdil.
Apabila manusia sebagai makhluk yang sempurna telah dihinggapi oleh virus,
maka akan terlihat menjadi rusak dan kurang bergairah dalam bekerja, dan cenderung
virus yang ada pada dirinya akan berpindah menjangkit ke orang lainnya.
Dengan jelas sekali, apabila virus sudah menyerang, apakah itu benda, binatang,
tumbuhan ataukah manusia akan menjadi rusak baik fisik
maupun pskhisnya, bagi
manusia. akan membuat dirinya timbul bermacam-macam penyakit atau virus seperti
disebutkan diatas.
Dalam diri manusia virus yang kita kenal adalah berupa sifat-sifat yang
menjadikan seseorang mengalami kelabilan, keangkuhan, egoisme, keras kepala dalam
kehidupannya. Tulisan ini akan mencoba mengetengahkan beberapa macam virus sebagai
penyakit yang menjadi perusak diri
berdampak kepada orang lain.
Pustakawan sebagai manusia yang dhoif, serta
Disamping
dambaan
kehidupan
yang
lebih
maju
juga
menginginkan
keseimbangan dalam menjalani kehidupan antara ilmu dan iman.
Ilmu dan iman adalah sepasang kekuatan hidup yang bertolak belakang, akan
tetapi keduanya bersatu tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sebagai gambaran
kongkritnya secara sederhana yaitu :
ILMU
1. Pencapaian keberhasilan dengan akal
2. Pengamatan obyektif
3. Membentuk kebudayaan dunia
4. Kuantitatif
5. Membentuk manusia sebagai “Penguasa Dunia”
IMAN
1. Pencapaian keberhasilan dengan rasa
2. Pengamatan subyektif
3. Dibentuk oleh agama
4. Kualitatif
5. Membentuk manusia sebagai “Hamba Allah”
Proses dan pengaruh keadaan tidak seimbang antara ilmu dan iman akan terjadi
dikarnakan situasi dan kondisi memberikan dampak, sehingga akan mengakibatkan
kemungkinan cendrung berat kepada salah satu dari dua factor tersebut yaitu terlalu berat
kepada ilmu atau kepada iman. Terlalu berat kepada iman cendrung mengukur segala
sesuatu dengan ukuran subyektif, tidak mengakui hukum sebab akibat pada alam benda,
dan menganggap segala sebab berasal dari Allah dan segala akibat adalah atas kehendak
Allah karena segala persoalan dapat diselesaikan dengan berdoa.
Para pustakawan diharapkan memahami nilai-nilai keseimbangan ini agar setiap
kegiatan berjalan sesuai dengan proporma yang sesungguhnya yaitu dengan
mendahulukan skala prioritars kerja berdasarkan ilmu sama dengan iman. Ilmu hanya
dapat bermanfaat bagi manusia apabila diterangi oleh cahaya iman yang benar dan iman
hanya dapat berdiri bila ditopang ilmu pengetahuan.Umumnya manusia bisa cepat
tergelincir karena kehilangan keseimbangan, tergelincir dalam arti sebenarnya maupun
tergelincir dalam arti perjalanan hidup yaitu keluar dari jalan hidupyanglurus.
Pustakawan harus bisa menjaga keseimbangan diri agar jangan mudah tergerlincir,
karena kalau tidak maka ini pertanda akan terjangkit berbagai macam penyakit.
JENIS VIRUS DAN PENULARANNYA
Virus yang dimaksud adalah berupa penyakit hati bagi manusia yang dalam hal
ini terkait bagi seorang yang menjabat profesi pustakawan serta penularannya terhadap
pejabat pustakawan lainnya. Sebagaimana ditulis oleh Djunaidi & Achmad (2010:30) :
bahwa jenis virus berikut ini :
1. Jenis-jenis virus atau
penyakit hati
Banyak macam penyakit hati yang tergolong kepada sikap jahat bagi diri manusia
diantaranya;
a. Sifat /Sombong/riak/angkuh;
Dalam kamus bahasa Indonesia (1994:1345) bahwa sombong, sama
dengan angkuh, congkak, pongah dan takabbur.
Sombong atau takabbur yang sesungguhnya ialah tidak mau menerima
kebenaran dan menganggap rendah orang lain (Sunarto, 1987) dan sifat ini
menolak kebenaran dan menghinakan hak-hak manusia (Sunarto, 1987:85)
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (Sunarto, 1987:86)
bahwa Tawaddu’lah kalian, duduk-duduklah kalian dengan orang-orang
miskin, pasti kalian akan menjadi orang besar disisi Allah dan terbebas dari
kesombongannya..
b. Hasud (1994:5011) adalah membangkitkan marah orang agar bertindak atau
Membenci, (2001:392) adalah a. dengki, iri hati; hasad.
c. Iri (1994:537) adalah kurang senang melihat orang lain beruntung;
cemburu.
(2001:442) adalah a. merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain
(beruntung dsb), cemburu, sirik, dengki
d. Dengki (1994:329) adalah busuk hati (lebih jelek daripada iri hati). (2001:251)
adala. Arb. Menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) kartena iri amat sangat
kepada keberuntungan orang lain.
e. Ria’ (954) adalah sombong, congkak dan bangga
Dari kesemua jenis penyakit hati atau virus di atas adalah suatu hal yang
sangat merusak para pustakawan dalam berkarir di bidang perpusdokinfo
yakni mempengaruhi sikap orang apabila seseorang yang dihinggapinya tidak
dapat meredamnya dengan segera dan selalu berupaya mengobatinya..
2. Penularan virus
Adapun penularan penyakit virus atau penyakit hati ini dapat melalui
pergaulan dari masing-masing kelompok atau situasi lainnya secara langsung atau
tidak langsung, secara nyata atau
tidak akan berpengaruh dalam kehidupan para
pustakawan. Selain itu juga dapat menular melalui pertemuan-pertemuan, kongkohkongkoh antar sesama, dan komunikasi jenis lainnya.
3. Berbagai Bahaya menimpa seseorang yang terkena virus
Setiap pekerjaan pasti memiliki nilai, apakah nilainya baik atau kurang baik ini
kembali kepada hasil yang didapat dari pekerjaan itu dan setiap nilai menurut hukum
kebiasaan merupakan buah dari pekerjaan itu sendiri, di dalam Al-Quran Allah SWT.
Berfirman yang artinya “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang nmengerjakan
kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (Qs. Al
Zalzalah: 7-8)
Sesuatu yang perlu diketahui dan diwaspadai adalah perbuatan yang mendatangkan
kemudhoratan yang berpangkal dari hati seseorang. Adapun bahaya yang menimpa
seseorang yang terkena virus tersebut adalah:
a. Kemudharatan atau prilaku
murni yang bersumber dari perbuatan pustakawan
yang kurang menyadari tanggung jawab kerja dan mengabaikan tugas-tugas.
b. Pengaruh buruk bagi pustakawan yang sering melalaikan tugas menyebabkan tidak
adanya ilmu pengetahuan.
c. Minimnya rizki yang didapat akibat perbuatan menunda-nunda pekerjaan bahkan
rizkinya dibatasi
d. Kesedihan yang didapat oleh pustakawan lantaran pekerjaan tidak terlaksana secara
optimal
e. Segala urusan yang berhubungan dengan kepustakawanan menjadikan seseorang
banyak menemukan kesulitan
f. Akibat dari prilaku pustakawan yang kurang terpuji dapat menghilangkan ketaatan
TANDA-TANDA PUSTAKAWAN YANG TERSERANG VIRUS
Gangguan fungsi memori dan daya pikir yang terjadi perlahan namun pasti
bahkan semakin memburuk dapat saja terjadi pada setiap orang. Kemunduran fungsi ini
biasanya terjadi pada usia 40 sampai 60 tahun ke atas pada usia lanjut seseorang
mengalami perubahan seperti biologis, psikologis, sosial, dan semuanya itu akan
mempengaruhi daya pikir, semangat kerja
para pustakawan. Adapun tanda-tanda
pustakawan yang terserang virus atau penyakit hati dimaksud adalah ;
1. Kurang berdisiplin dalam bekerja
2. Selalu menganggap remeh dan rendah orang lain
3. Kurang menghargai pendapat orang lain
4. Kurang menerima saran orang lain
5. Merasa dirinya yang paling super dalam segala hal
6. Egoistis
7. Pemalas dan kurang motivasi kerja
8. Tidak suka orang lain maju dan berhasil
UPAYA MENGOBATI VIRUS PUSTAKAWAN
Orang-orang yang sedang merasakan panasnya penyakit dan menahan rasa sakit
tentu banyak sekali menanggung perasaan yang bermacam-macam, untuk sekedar
menghilangkan tentu bebagai ragam terapi yang harus dilakukan. Timbul pertanyaan
wahai hamba badan sudah berapa lama engkau sengsara?, namun untuk mencapai
kesembuhan pada dasarnya banyak langkah-langkah paling utama yang harus dilakukan
dalam proses pengobatan dan penyembuhan ini.
Dalam upaya menanggulangi virus atau penyakit ini ada beberapa cara yaitu;
1.
Dengan menjebol tempat tertanamnya penyakit dimaksud (di hati)
Bagaimana kita memupuk agar hati kita selalu dalam kondisi subur, sejuk, selalu
nyaman senang, tenang jauh dari gangguan orang-orang yang usil dan berupaya
meningkatkan semangat kerja yang tinggi.
2.
Dengan menyadari kedudukan dirinya dan kedudukan TuhanNya
3.
Menolak segala godaan yang baru datang dengan mengusir sebab-sebab yang
dijadikan sebagai bahan kesombongannya itu (Sunarto, 1987:18).
Sementara dalam buku Sunarto (1987:82) tentang Mutiara Khutbah bahwa upaya
mengobati penyakit sombong adalah kita harus berlaku lunak dalam pergaulan.
Misalnya dapat melalui; 1) menengok tetangga yang sedang musibah kesusahan, 2)
ikut mengantarkan jenazah ke kubur, 3) suka berkumpul dengan orang miskin, 4)
suka bertegur sapa dengan sesama umat Islam, 5) ringan kaki suka mendatangi
undangan, dll.
4.
Rasa cinta karena Allah dalam setiap pemahaman dan pentingnya menjaga perasaan,
perasaan cinta kepada Allah tercakup pula kecintaan terhadap RasulNya. lebih lanjut
pula bahwa dengan kondisi ini manusia akan merasakan manisnya keimanan.
Artinya pustakawan yang dihinggapi virus itu upaya mengobatinya cepat-cepatlah
kembali memperbaiki keimanannya.
5.
Adanya keberanian untuk menundukkan perasaan rasa malas dalam diri sendiri serta
memerangi jangan sampai bercokol terlalu lama penyakit tersebut dan disertai pula
membersihkan hati dari pancaran cahaya dan sinar yang biasanya terbias nyata pada
mata , wajah dan seluruh anggota badan.
6.
Mengingatkan dan menyadarkan para pustakawan tentang bahaya yang ditimbulkan
penyakit ini secara berkesinambungan dan berbagai sarana yang dilakukan untuk
menghimbau yaitu ; melalui ceramah, tulisan-tulisan dan berbagai publikasih.
7.
Suatu persoalan yang harus diwaspadai yaitu menjauhkan diri dari sahabat yang
berprilaku buruk atau yang terkena penyakit (virus).
8.
Berdoa memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Swt. Agar segala penyakit
yang menimpa diri pustakawan secepatnya bisa hilang.
9.
Terapi dengan obat-obat bertujuan memperlambat berkembangnya penyakit
10. Terapi dalam bentuk tanpa obat-obatan ini biasa diberikan dalam bentuk pendidikan
kepada keluarga, lingkungan dan diri penderita.
GAMBARAN AKTIVITAS PUSTAKAWAN YANG BEBAS VIRUS DAN
TERKENA VIRUS
A. Pustakawan yang bebas virus
Pada dasarnya pustakawan yang bebas virus kebalikan dari yang terkena virus,
yaitu jika pustakawan terkena virus selalu bersikap negative sedangkan yang bebas viru
selalu bersikap positif dalam lingkungan kerjanya. Pustakawan yang bebas virus ini
gemar memberikan nasihat kepada sesame rekan kerjanya, suka menolong sesama
profesi, memiliki sikap sosial tinggi, agresif, proaktif dalam bekerja terhadap
organisasinya.
Yang jelas, pustakawan yang bebas virus dimaksud selalu menjadi
dambaan kehadirannya bagi rekan sekerjanya di perpustakaan. Sehingga ia tidak ada,
maka rekan sekerjanya dalam lingkungan perpustakaan selalu menanyakannya.
B. Pustakawan yang terkena virus
Pustakawan yang terkena virus akan dapat tergambar dalam kesehariannya
melalui sikap dan tingkah lakunya selama menjalani jam kerja di perpustakaan.
1. Kegiatan Keseharian
Kalau kita memperhatikan penyakit virus sebagaimana yang tertulis di
atas, maka kita tidak dapat merabanya, melihatnya dan seterusnya, namun kita dapat
melihat prilaku orang yang terkena virus tersebut. Jika penyakit virus menghinggapi
seseorang pustakawan yang satu cenderung akan menular ke pustakawan yang
lainnya. Akan tetapi hendaknya yang telah terhinggap penyakit virus sesegera
mungkin diisolir jangan sampai tergabung dengan yang belum terkena penyakit virus.
Dalam kegiatan kesehariannya, pustakawan virusan hendaknya jangan
sampai terlalu banyak waktu yang mubazir, karena apabila demikian akan banyak
menganggur dan banyak pula peluang untuk menularkan virusnya kepada orang lain.
Menyibukkan diri mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang dapat mendatang
manfaat baginya seperti mencoba memaksakan diri membaca buku-buku, majalah –
majalah Islam yang banyak mremberikan arahan. Hal ini perlu dicoba mengingat di
perpustakaan merupakan gudangnya buku-buku dan gudangnya ilmu pengetahuan
apabila hati telah dimakmurkan dengan sesuatu yang bermanfaat tanfa ada satu
celahpun yang kosong bagaimana mungkin penyakit semacam ini bersemayam di
dalamnya. Sesungguhnya waktu kosong merupakan salah satu nikmat yang wajib
dimanfaatkan dengan aktifitas ketaatan kepada Allah . Karena itu Rasulullah Saw.
bersabda dalam salah satu hadistNya yang dirawihkan Ibnu Abbas “ Diantara sekian
banyak nikmat yang membuat kebanyakan manusia tertipu, yakni nikmat kesehatan
dan nikmat waktu kosong. “ (HR. Al-Bukhori)
Para ulama Salaf memang benar-benar membenci kepada seseorang yang
memiliki waktu kosong, entah itu dalam urusan agamanya ataupun dalam urusan
dunianya, karena nikmat waktu kosong akan berbalik menjadi nikmat bencana kepada
yang empunya baik laki-laki maupun perempuan.
Pustakawan selalu dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu kosong
tersebut agar jangan termasuk katagori menyia-nyiakan waktu alias mubazir, karena
makna mubazir merupakan salah satu perbuatan syetan laknatullah. Sadarlah wahai
pustakawan renungkanlah secara mendalam bahwa waktu yang diperuntukkan kepada
kita, diberikan oleh Allah SWT. hanya untuk makhluk yang bermukim di bumi ini
waktu akan berlalu begitu saja bahkan tidak berulang ditegaskan lagi bahwa hari ini
tidak sama dengan hari kemaren dan seterusnya.
2. Produktivitas
Dalam mengejar produktivitas, pustakawan yang terserang virus kurang
banyak memiliki target untuk menghasilkan produk yang setinggi-tingginya, akibat
virus yang dideritanya. Tetapi untuk mengejar target sebenarnya tidak ada kata
terlambat, semuanya kembali kepada pustakawan itu sendiri pikirkan secara matang
langkah-langkah apa yang paling tepat untuk diprogramkan.
3. Prestasi
Pustakawan yang terserang virus tidak ada daya interes untuk mengejar
prestasi dalam kesehariannya di perpustakaan,
yang ada hanya merasa hasud
terhadap orang yang aktif, giat dan produktif dalam bekerja. Kalaupun ia bekerja
secara kelompok misalnya, banyaklah berbicara daripada bekerja, sedikit sekali hasil
kerjanya.
TANDA PUSTAKAWAN YANG BEBAS DARI VIRUS: Mampu melaksanakan
kode etik
Sebagaimana disebutkan di atas tentang virus yang menghinggapi para
pustakawan maka tergambar dalam kehidupan kesehariannya di perpustakaan. Dalam
meraih prestasinya di perpustakaan jelas akan terganggu sehingga akan berdampak
negatife bagai dalam meraih prestasinya.
Sebagai cerminan pustakawan terhindar dari virus seperti tercantum dalam Haharap
(1998:1-4) tentang kode etik pustakawan. Misalnya dalam Bab II tentang kewajiban
umum dalam :
-
Pasal 2 yang berbunyi setiap pustakawan Indonesia dalam menjalankan
profesinya menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada
Negara dan bangsa.
-
Pasal 3 setiap pustakawan Indonesia menghargai dan mencintai kepribadian dsan
kebudayaan bangsa
-
Pasal 4 setiap pustakawan Indonesia mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk
kepentingan sesame manusia, masyarakat, bangsa dan agama
Kemudian dalam Bab III tentang kewajiban kepada organisasi dan profesi
yang
meliputi:
1. Setiap Pustakawan Indonesia menjadikan IPI sebagai forum kerjasama, tempat
konsultasi dan tempat pengemblengan pribadi guna meningkatkan ilmu dan
pengembangan profesi antara sesame pustakawan
2. Setiap Pustakawan Indonesia memberikan sumbangan tenaga, pikiran dan dana
kepada organisasi untuk kepentingan pengembangan ilmu dan perpustakaan di
Indonesia
3. Setiap Pustakawan Indonesia menjauhkan diri dari perbutan dan ucapan serta
sikap dan tingkah laku yang merugikan organisasi dan profesi, dengan
menjunjung tinggi nama baik IPI.
Dalam Bab IV ada empat kewajiban antar sesame pustakawan yaitu :
1. Setiap pustakawan Indonesia berusaha memelihara hubungan persaudaraan dengan
mempererat rasa solidaritas antar pustakawan
2. Setiap pustakawan Indonesia saling bantu dalam berbuat kebajikan dalam
mengembangkan profesi dan dalam melaksanakan tugas.
3. Setiap pustakawan Indonesia saling menasihati dengan penuh kebijaksanaan demi
kebenaran dan kepentingan pribadi, organisasi dan masyarakat.
4. Setiap pustakawan Indonesia saling menghargai pendapat dan sikap masing-masing
meskipun berbeda.
Sedangkan dalam Bab V merupkan kewajiban terhadap diri sendiri yang meliputi
sebagai berikut :
1. Setiap pustakawan Indonesia selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
terutama ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi
2. Setiap pustakawan Indonesia memilahara akhlak dan kesehatannya untuk dapat
hidup dengan tenteram dan bekerja dengan baik
3. Setiap
pustakawan
Indonesia
selalu
meningkatkan
pengetahuan
serta
ketrampilannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam pergaulan di masyarakat.
PENUTUP
Virus merupakan sesuatu penyakit yang menyerang tidak hanya tumbuhan,
binatang namun kepada kelompok manusiapun dapat diserangnya. Virus dimaksud
adalah sebagai penyakit yang hinggap dan tumbuh dengan subur dalam tubuh manusia.
Pustakawan merupakan manusia yang diporsikan sebagai pejabat fungsional yang
professional, yang tentunya tidak terlepas dengan godaan penyakit tersebut dalam
menjalani profesinya di dunia perpusdokinfo.
Virus sebagai penyakit hati yang dapat tumbuh subur dan berkembang biak dari
seseorang ke orang lain jika tidak ada upaya mengobatinya baik secara previntif maupun
secara kuratif. Salah satu upaya pengobatannya dengan cara menyadari tentang dirinya,
menjebol dimana tempat ia bersarang, dan menolak segala bentuk godaan yang datang
kepada diri kita. Selain itu,
upaya lain yang paling ampuh adalah dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT, melalui penerapan sholat sebagai kewajiban umat
Islam selama 5 kali sehari semalam. Kemudian memperbanyak silaturrahim terhadap
sesama
atau umat lainnya
berdasarkan kebersamaan dalam sekerja seprofesi dan
hubungan dalam dimensi lainnya.
Akhirnya dapat dikategorikan bahwa pustakawan yang bebas dari virus adalah
pustakawan yang mampu melaksanakan kode etik pustakawan sebagaimana disebutkan
dalam Bab II s.d. Bab V tentang kode etik pustakawan di atas.
REFERENSI
Djunaidi & Achmad, Mulkan. (2010) Layanan prima sebagai usaha pemberdayaan
perpustakan. JKDMM, 26(1) Januari-Juni. 25-40.
Harahap, Basyral Hamidy dan Tairas, J.N.B. (1998). Kiprah pustakawan: seperempat
abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998. Jakarat : PB-IPI.
Kamus Bahasa Indonesia (1994). Jakarta : PN Balai Pustaka
…………………………
(2001). Jakarta : PN Balai Pustaka.
Sunarto, Ahmad. (1987). Khutbah Jumat: bimbingan untuk mencapai hidayah.
Surabaya: Bintang Terang ’99.
Tarbawi. (2004). Kadar yang sepantasnya. Majalah Tarbawi. 5(76): 18.
Download