Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri

advertisement
Jurnal NasionalEcopedon
JNEP Vol. 2 No.2 (2014) 45–48
KEMAMPUAN LAHAN
http://www.................
Menilai subklas Kemampuan
Lahan di Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh
ditentukan oleh karakteristik lahan sebagai faktor potensi dan
pembatas kelas kemampuan lahan. Karakteristik lahan tersebut
meliputi : kemiringan lereng, jeluk tanah (soil depth), tingkat
erosi, tekstur tanah, permeabilitas, bahan kasar (stoniness and
rock out crop), drainase, banjir dan salinitas. Menurut USDA
(dalam Arsyad, 1989) kelas kemampuan lahan dibedakan menjadi
8 kelas. Kelas I, II, III, dan IV termasuk lahan yang dapat diolah
atau digarap untuk tanaman semusim (arable land), Kelas V, VI,
VII, VIII termasuk lahan yang tidak dapat digarap (unarable land).
Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas
kemampuan lahan. Berdasarkan kelas kemempuannya, lahan
dikelompokkan dalam delapan kelas. Lahan kelas I sampai IV
merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan
lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai
untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian ini bias jadi karena biaya
pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bisa dicapai”.(
wahyuaskari 2014)
Anggi.r 1 , Yulia Tesa1
1
Mahasiswa dan mahasiswi semester 3 prodi tata air pertanian
jurusan teknologi pertanian politeknik pertanian negeri
payakumbuh. Jl. Raya negara km 7 tanjung pati 26271
Abstrak
Kabupaten lima puluh kota, khususnya politeknik
pertanian negeri payakumbuh merupakan politeknik pertanian
yang memiliki tanah yang bisa dikatakan subur yang mana
tanaman dapat tumbuh dengan baik, khususnya dalam menilai
kemampuan lahan di politeknik pertanian ini. Kemampuan lahan
ini sangat diperlukan karena sebagai usaha pertanian yang paling
intensif termasuk penentuan tindakan pengolahannya, tanpa
penyebabkan lahan tersebut menjadi rusak.Permasalahan yang
sering terjadi dalam menilai kemampuan lahan ini adalah masih
banyak masyarakat yang tidak tahu penting kemampuan lahan
karna kemampuan lahan ini akan memiliki dampak ke tanaman
yang di tanam. Misalanya saja faktor penghambat atau pembatas
dari tanaman yang di nilai kemmpuan lahannya, serta kelas
kemampuan lahan yang dimiliki tanaman tersebut. Sasaran atau
tujuan di lakukannya penilaian kemampuan lahan ini adalah agar
masyarakat mengetahui divisi kelas kemampuan lahan apakah
sesuai untuk bercocok tanam tanaman pertanian, dengan derajat
pengolahan dan konservasi yang berbeda atau tidak sesuai untuk
bercocok tanam, sedapat mungkin selalu tertutup vegetasi
permanen.
Tujuan kita melakukan penilaian terhadap kemampuan
lahan ini adalah agar kita bisa mengetahui serta memahami faktor
pembatas dan penghambat dari kemampuan lahan dan kita dapat
mengetahui kelas kemampuan lahan yang kita kelola.
BAHAN METODE
Dalam pelaksanaan praktek kemampuan lahan ini
dilakukan di politeknik pertanian negeri payakumbuh,tepatnya di
lahan praktikum mahasiswa, serta alat dan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut Ring sampel,Bor tanah, Ember,Meteran,
Air, Alat tulis,Hand level,ring sampel,ece meter,
Dalam menyusun jurnal ini saya mengunakan literatur
dari internet dan hasil dari pengalaman praktek dalam
menentukan nilai kemampuan lahan yang telah saya lakukan di
politeknik pertanian negeri payakumbuh.
Kata kunci: kemampuan lahan.
HASIL DAN HEMBAHASAN
Singkatan
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan
Kl=kemampuan lahan
Koresponden: [email protected]; [email protected];
hp:085766260096; telp: +627527754192; fax:+627527750220
PENDAHULUAN
“Kemampuan lahan adalah sifat lahan yang
menyatakan kesanggupannya untuk memberikan hasil optimum
dalam penggunaannya secara lestari tanpa menimbulkan
kerusakan lahan atau kerusakan lingkungan. Terjadinya
kerusakan lahan antara lain karena erosi, longsor lahan,
kekeringan, lahan kritis, banjir dan sedimentasi, umumnya
berawal dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahannya. Penggunaan lahan rasional adalah
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan lahan atau
penggunaan lahan yang berorientasi ekonomi dan ekologi. Dari
segi ekonomi agar dicapai produksi optimum, ekologi berarti
tidak menimbulkan kerusakan lahan atau lingkungan. Evaluasi
Kemampuan lahan telah umum dilakukan dan juga telah
menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan dalam
penyusunan rencana pemanfaatan lahan. Evaluasi kemampuan
lahan dilakukan berdasarkan penilaian parameter-parameter lahan
dan tanah yang bersifat potensi dan ancaman bahaya. Ancaman
bahaya yang dipertimbangkan dalam penilaian kemampuan lahan
adalah erosi, banjir/genangan (Sartohadi, 2005).Kemampuan lahan
no
PARAMETER
1
I
√
KELAS KEMAMPUAN LAHAN
II
III IV
V
VI VII
√
√
√
Lereng
permukaan
2
Kepekaan erosi √
√
√
3
Tingkat erosi
√ √
4
Kedalaman
√
√
tanah
5
Tekstur lapisan √
√
√
√
atas
6
Tekstur lapisan √ √
√
bawah
7
Permeabilitas
√
√
8
Drainase
√
9
Kerikil /
√
batuan
10
Ancaman
√
banjir
11
Garam /
√
salinitas
Sumber : laporan mahasiswa TAP smester 3 2014
1.
45
Kemiringan lereng
VIII
Anggi. r, yulia t / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol 2 No 2 ( 2014 ) 42 –45
Dalam pratikum ini lereng permukaan yang diperoleh untuk
politani yaitu = (A) = 0 – 3% , (B) = 3 - 8% , (C) = 8 - 15% ,D) = 15 30% (datar hingga miring atau berbukit)
Dalam pratikum yang dilakukan kedalaman tanah
politani = > : ko k1 = (dalam, sedang)
di
“Faktor Kedalaman tanah (kedalaman efektif) Kedalaman tanah
efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar
tanaman. Klasifikasi kedalaman tanah yang efektif: ko = >90 cm
(dalam) k1 = 90 – 50 cm (sedang) k2 = 50 – 25 cm (dangkal) k3 =
<25 cm (sangat dangkal)”. (PurwandaruWidyasunu 2014)
“Faktor lereng lahan dikelompokkan sbb: i0 (A) = 0 – 3% (datar) i1
(B) = 3 - 8% (landai atau berombak) i3 (C) = 8 - 15% (agak miring
atau bergelombang) i4 (D) = 15 - 30% (miring atau berbukit) i5 (E)
= 30 - 45% (agak curam atau bergunung) i6 (F) = 45 - 65% (curam)
i7 (G) = >65% (sangat curam)”. (PurwandaruWidyasunu 2014)
Gambar 2
Gambar 1
Mengukur kedalaman tanah dengan bor tanah
Mengukur kemiringan dengan hand level
Hand level
Bor tanah
Gambar 3
Mengukur kedalaman tanah dengan bor tanah.
Pengukuran kemiringan diukur dengan menggunakan alat hand
level dimana hasil yang didapat adalah : 8%, 14%, 2%,8%, 8% ,6%,
3%, 4%, 4%,7%, 2%, 8%, 2%
2.
Kepekaan Erosi
Dalam pratikum ini kepekaan erosi di politani = KE1 =
0,00 – 0,10 ,KE2 = 0,11 – 0,20 ,KE3 = 0,21 – 0,32 (sangat rendah
hingga sedang)
Bor tanah
Pengukuran kepekaan erosi diukur dengan menggunakan
pemahaman tentang keadaan sekitar areal pengamatan dimana
hasil yang didapat adalah : normal, sedang, sedang,sangat rendah,
sedang,
ringan,
sedang,
ringan,
normal,
normal,
sedang,sedang,sedang.
“Bisa juga digunakan niai “Kepekaan erosi tanah” (K);
dikelompokkan sebagai berikut: KE1 = 0,00 – 0,10 (sangat rendah)
KE2 = 0,11 – 0,20 (rendah) KE3 = 0,21 – 0,32 (sedang) KE4 = 0,33 –
0,43 (agak tinggi) KE5 = 0,44 – 0,55 (tinggi) KE6 = 0,56 – 0,64
(sangat tinggi)”. (PurwandaruWidyasunu 2014)
3.
Pengukuran kedalaman tanah diukur dengan menggunakan alat
bor tanah,dan dan diukur berapa dalam tanah yang didapat
sampai ditemukan batu,dan khusus untuk kedalaman tanah
semua data mahasiswa sama dimana hasil yang didapat adalah :
>90 cm.
5. Tektur Lapisan Atas dan bawah.
Tingkat Erosi
Dalam pratikum ini tingkat erosi di politani = e0,e1 ,e2 e3
(tidak ada erosi hingga berat, >75% lap.atas hilang < 25% lap.
bawah hilang)
Pengukuran tingkat erosi diukur dengan menggunakan
pemahaman tentang keadaan sekitar areal pengamatan dimana
hasil yang didapat adalah :normal, lambat, sedang, kecil, tidak ada,
ringan, tidak ada, ringan, normal,sangat rendah, sedang, tidak ada
kecil.
Dalam pratikum ini tektur lapisan atas di politani = t1 ,t2,
t3, t4 (tekstur halus : berdebu; liat hingga tekstur aga kasar:
lempung berpasir.)
sementara tektur lapisan bawah adalah = = t1 ,t2, t4 (tekstur halus :
berdebu; liat hingga tekstur aga kasar: lempung berpasir.)
“Keadaan erosi (kerusakan erosi yang telah terjadi) dikelompokkan
sebagai berikut: e0 = tidak ada erosi e1 = ringan, <25% lapisan atas
tnh hilang. e2 = sedang, 25-75% lapisan atas tnh hilang. e3 = berat,
>75% lap.atas hilang < 25% lap. bawah hilang. e4 = sangat berat,
>75%
lap.atas
hilang
>25%
lap.bawah
hilang”.
(PurwandaruWidyasunu 2014)
4.
Pengukuran tekstur lapisan atas dan bawah diukur dengan
menggunakan alat bor tanah,dan untuk menentukan termasuk
kelas manakah tanah tersebut digunakan indra peraba (tanagan),
dimana hasil yang didapat adalah : kecil dari 5 cm dan termasuk
kedalam golongan tanah liat lempung berpasir.
6.
Kedalaman Tanah
46
permeabilitas
Anggi. r, yulia t / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol 2 No 2 ( 2014 ) 42 –45
Dalam pratikum ini permeabilitas tanah yang diperoleh
terdapat pada kelompok p0,p1 dan p7
tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu, tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. b2 = sedang : 3-15 %
permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah mulai agak sulit. b3
= banyak : 15-90 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah
dan penanaman menjadi sulit. b4 = sangat banyak: > 90%
permukaan tanah tertutup, sama sekali tidak dapat digunakan
untuk tanama.
ROCK: batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah dan
merupakan bagian dari batu besar yang terpendam. bo = tidak ada:
< 2 % permukaan tanah tertutup. b1 = sedikit: 2-10 % permukaan
tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu.
b2 = sedang: 10-50 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah
dan penanaman terganggu. b3 = banyak: 50-90 % permukaan
tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman sangat
terganggu. b4 = sangat banyak: > 90 % permukaan tanah tertutup,
tidak
dapat
diusahaakan
untuk
pertanian”.
(PurwandaruWidyasunu 2014)
Ring sampel
Pengukuran permeabilitas diukur dengan menggunakan ala ring
sampel dan air,kemudian diukur berapa waktu yag dibutuhkan
untuk meloloskan air 100 ml, dimana hasil yang didapat dapat
ditarik kesimpulan bahwa permeabilitas tanah di politeknik
pertanian negeri payakumbuh adalah agak lambat.
9.
“Permeabilitas Dikelompokkan sebagai berikut: P1 = lambat : 0,5
cm/jam P2 = agak lambat : 0,5 – 2 cm/jam P3 = sedang : 2 – 6,25
cm/jam P4 = agak cepat : 6,25 – 12,5 cm/jam P5 = cepat : >12,5
cm/jam”. (PurwandaruWidyasunu 2014)
7.
ada = o0
Dalam pratikum ini ancaman banjir di politani = tidak
“Klasifikasi ancaman banjir/genangan (O) O0 = tidak pernah :
dalam 1 th tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu >24
jam. O1 = jarang : banjir menutupi tanah >24 jam, tidak teratur
dalam periode <1 bln. O2 = kadang-kadang: selama 1 bln dalam 1 th
tanah secara teratur tertutupi banjir yang >24 jam. O3 = sering:
selama 2-5 bulan dalam 1 th, secara teratur selalu banjir yang
lamanya > 24 jam. O4 = sangat sering: selama waktu > 6 bln tanah
selalu dilanda banjir yang teratur yang lamanya >24 jam  future
PIG pantai utara Jawa terendam air laut  air laut pasang”.
(PurwandaruWidyasunu 2014)
Drainase
Dalam pratikum ini drainase untuk politani = d1 (baik)
Dilapangan untuk drainase dapat dilakukan penilaya dengan
melihat langsung ke lapangan, dimana hasil yang didapat dari
sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa drainase yang ada di
lahan cukup baik.
“Drainase Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut : d0 =
baik Tanah mempunyai peredaran udara baik seluruh profil tanah
berwarna terang seragam dan tidak ada bercakbercak. d1 = agak
baik Peredaran udara baik, tidak terdapat, berca-berca warna
kuning/coklat/kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan
bawah. d2 = agak buruk Lapisan atas tanah peredaran udara baiktidak terdapat berca-bercak; bercak-bercak terdpt pada seluruh
lapisan bawah,d3 = buruk Lapisan tanah atas dekat permukaan
terdapat bercak-bercak kelabu/coklat/ kekuningan. d4 = sangat
buruk Seluruh lapisan permukaan kelabu; tanah bagian bawah
terdapat bercak - bercak kelabu
/ coklat / kekuningan”.
(PurwandaruWidyasunu 2014)
8.
Ancaman Banjir
Dilapangan untuk ancaman banjir dapat dilakukan penilaya
dengan menggali informasi masa lalu di lapangan tentang apakah
banjir pernah terjadi di lapangan, dimana hasil yang didapat
menyatakan bahwa ancaman banjir untuk lahan lahan di
politeknik pertanian negeri payakumbuh tidak ada.
10. Garam / salintas
Dalam pratikum ini salintas di politani = g0
dari hasil yang telah didapat dari praktikum mahasiswa di lapangan dapat
diambil kesimpulan bahwa kelas aktual untuk lahan praktek
mahasiswa di politeknik pertanian negeri payakumbuh adalah IV.
Sedangkan kelas potensialnya adalah kelas I,II,III.
Kerikit / batuan
“Klasifikasi Salinitas Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan
garam terlarut atau hambatan listrik ekstrak tanah sbb: g0 = bebas
= 0 – 0,15% garam larut; 0 – 4 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu
250C. g1 = terpengaruh sedikit = 0,15 – 0,35% garam larut; 4 – 8 (EC
x 103) mmhos/cm pada suhu 250C. g2 = terpengaruh sedang = 0,35
– 0,65% garam larut; 8 – 15 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C.
g3 = terpengaruh hebat = lebih dari 0,65% garam larut; lebih dari
15
(EC
x
103)
mmhos/cm
pada
suhu
250C”.
(PurwandaruWidyasunu 2014)
Dalam pratikum ini kerikil/batuan = tidak ada = b 0
Dilapangan untuk kerikil / batuan dapat dilakukan penilaya
dengan melihat langsung ke lapangan, dimana hasil yang didapat
bahwa di lahan pertanian tida ditemukan adanya kerikil/ batuan.
“Faktor-faktor khusus Faktor-faktor penghambat lain yang
mungkin terdapat adalah batu-batuan dan kerikil, bahaya banjir
dan salinitas. 6. Kerikil/batu (sampai kedalaman 20 cm???) a)
Kerikil (2 mm – 7,5 cm) b0 = tidak ada/sedikit : 0 – 15% volume
tanah. b1 = sedang 15 – 50 % volume tanah. b2 = banyak 50 – 90 %
volume tanah. b3 = sangat banyak >90% volume tanah. b) Batu
kecil (7,5 cm – 25 cm; bulat); sumbu panjang 15 – 40cm b0 = tidak
ada/sedikit : 0 – 15% volume tanah. b1 = sedang 15 – 50 % volume
tanah pengolahan tanah mulai agak sulit, pertumbuhan tanaman
agak terganggu. b2 = banyak 50 – 90 % volume tanah, pengolahan
tanah sangat sulit, pertumbuhan tanaman terganggu. b3 = sangat
banyak >90% volume tanah, pengolahan tanah tidak mungkin
dilakukan, pertumbuhan tanaman terganggu. Stone: batuan
bebas/lepas yang terletak/berserakan di atas permukaan tanah
diameter > 25 cm (bulat) atau sumbu > 40 cm (gepeng). b0 = tidak
ada : < 0,01 % luas areal. b1 = sedikit : 0,01-3% permukaan tanah
47
Anggi. r, yulia t / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol 2 No 2 ( 2014 ) 42 –45
Gambar tabel kemampuan lahan
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam hal ini kami mengucapkan terima kasih civitas
akademika politani yang telah membantu dan pembimbing kami
selama melaksanakan proses praktikum. Yang mana mulai dari
pemberian arahan dalam kuliah maupun sebelum praktikum
hingga peneyelesaian dalam bentuk tulisan sampai saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/kelas-kemampuanlahan/ (akses 07 januari 2015)
http://www.slideshare.net/PurwandaruWidyasunu1/bab-4-evaluasikemampuan-lahan-2014 (akses 07 januari 2015)
https://www.google.com/search?q=TABEL+KELAS+KEMAMPUAN+
LAHAN&biw=1366&bih=657&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X
&ei=3IasVM_lKtOiugSyYHIDQ&ved=0CDMQsAQ#imgdii=_&imgrc=2lSijdeTsHYePM%25
3A%3Bu1m5TH9MBDd4bM%3Bhttps%253A%252F%252Fbebasbanj
ir2025.files.wordpress.com%252F2008%252F10%252Fkemampuantanah.jpg%253Fw%253D720%2526h%253D600%3Bhttps%253A%25
2F%252Fbebasbanjir2025.wordpress.com%252F04-konsep-konsepdasar%252Fklasifikasi-kemampuan-lahan%252F%3B720%3B605,
(akses 07 januari 2015)
Gambar 4
Sumber :
https://www.google.com/search?q=TABEL+KELAS+KEMAMPUA
N+LAHAN&biw=1366&bih=657&tbm=isch&tbo=u&source=univ&s
a=X&ei=3IasVM_lKtOiugSyYHIDQ&ved=0CDMQsAQ#imgdii=_&imgrc=2lSijdeTsHYePM%2
53A%3Bu1m5TH9MBDd4bM%3Bhttps%253A%252F%252Fbebasba
njir2025.files.wordpress.com%252F2008%252F10%252Fkemampua
ntanah.jpg%253Fw%253D720%2526h%253D600%3Bhttps%253A%25
2F%252Fbebasbanjir2025.wordpress.com%252F04-konsep-konsepdasar%252Fklasifikasi-kemampuan-lahan%252F%3B720%3B605
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam menilai kemampuan lahan di politeknik pertanian
negeri payakumbuh dapat di simpulkan bahwa permasalahan yang
sangat berarti yaitu pada tekstur lapisan tanah bagian atas dan
bawah. Jadi untuk lahan politani kelas kemampuan aktualnya
adalah IV sedangkan kelas potensialnya adalah I,II,III. Agar
tanaman yang kita tanam tumbuh dengan subur maka lebih baik
kita menentukan kemampuan lahannya terlebih dahulu agar
tanaman yang kita tanam memberikan hasil yang maksimal.
48
Anggi. r, yulia t / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol 2 No 2 ( 2014 ) 42 –45
49
Anggi. r, yulia t / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol 2 No 2 ( 2014 ) 42 –45
50
Download