Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

advertisement
IMPLEMENTASI Corporate Social Responsibility (CSR)
URGENSI DAN PERMASALAHANNYA
Oleh: Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo,, M.M.
Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen
Pada Fakultas Ekonomi
Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang
Tanggal 7 Nopember 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
2012
IMPLEMENTASI Corporate Social Responsibility (CSR)
URGENSI DAN PERMASALAHANNYA
Oleh: Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M.
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen
Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang (UM)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang saya hormati,
- Rektor Universitas Negeri Malang selaku Ketua Senat Universitas Negeri Malang
- Ketua dan Sekretaris Komisi Guru Besar Universitas Negeri Malang,
- Para Anggota Senat Universitas Negeri Malang,
- Para Pejabat Struktural Universitas Negeri Malang
- Para Sejawat Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa Universitas Negeri Malang
- Para Undangan dan Hadirin semuanya
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala
puja dan puji hanya untuk Allah, Tuhan Pencipta dan Pemelihara semesta alam. Shalawat
dan salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita Rasullullah Muhammad SAW,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Mengawali pidato pengukuhan ini, ijinkan saya menyertai hadirin yang berbahagia
untuk bersama-sama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya, pidato pengukuhan ini dapat
dilaksanakan pada hari ini.
Bapak Rektor selaku Ketua Senat dan hadirin yang saya muliakan,
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya menyampaikan sejumlah
persoalan mutakhir tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP) atau Corporate
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Social Responsibility (CSR ), sebagai pertanggungjawaban akademik saya dalam bidang
Ilmu Manajemen. Membangun ekonomi rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan
sebagaimana yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945 memang memerlukan “pemihakan”,
yaitu suatu sikap memihak untuk memuliakan “kedaulatan rakyat”. Pembangunan ekonomi
rakyat merupakan suatu strategi untuk membangun perekonomian nasional melalui
peningkatan produktivitas rakyat (rakyat sebagai asset nasional) dan utilisasi keefektifan
sumber-sumber daya dalam pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Untuk itu, strategi grassroots-based dan resources-based dengan pendekatan partisipatori
dan emansipatori yang bottom-up merupakan esensi dari demokrasi ekonomi.
Sistem ekonomi Indonesia adalah ”sistem ekonomi kerakyatan” (TAP MPR No.
IV/MPR/1999), yaitu sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi,
nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, dan pembangunan berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan sehingga seluruh potensi masyarakat, baik sebagai
produsen/pengusaha, konsumen, tenaga kerja, tanpa membedakan suku, agama, dan gender
memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan aktif dan meningkatkan taraf
hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi (Swasono, 2010). Untuk itu, restrukturisasi
ekonomi dengan sasaran menggerakkan ekonomi kerakyatan harus terus dilakukan, di
antaranya dengan mempertautkan kepentingan pelaku-pelaku ekonomi. Para pelaku
ekonomi dari unsur perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumberdaya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
dengan mengalokasikan dana yang bisa diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UU No
40 Tahun 2007). Demikian juga setiap penanaman modal di Indonesia wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial, menghormati tradisi budaya masyarakat dan ketentuan
perundangan yang berlaku (UU No 25 Tahun 2007). Implementasi pemanfaatan instrumen
corporate social responsibility (CSR) saat ini lebih banyak yang berorientasi pemberian
derma atau sumbangan (philanthropy, charity), dan itupun masih belum terpola dengan
baik karena kurangnya koordinasi.Untuk itu, pembahasan sekitar CSR guna mencari pola
implementasi CSR yang lebih berorientasi pada recovary sumberdaya dan pemberdayaan
masyarakat khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masi sangat relevan.
Terlebih lagi keberadaan CSR diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan Millennium
Development Goals (MDG’s) yaitu usaha simultan dalam rangka pengurangan angka
kemiskinan setiap tahunnya. Tulisan ini diharapkan menjadi bahan refleksi semua pihak
yang terkait dengan implementasi CSR.
Definisi CSR
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Suatu perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pemangku kepentingan
(stakeholders) perusahaan yang bersangkutan. Stakeholders adalah orang atau kelompok
yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
operasi perusahaan (Post, et. al, 2002). Stakeholders terdiri dari inside dan outside
stakeholders. Inside stakeholders terdiri dari pemegang sahan (stockholders), para manajer
dan karyawan. Sedangkan outside stakeholders terdiri dari pelanggan, pemasok,
pemerintah, dan masyarakat. Tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan
(stakeholders) meliputi tanggung jawab ekonomi (economic responsibility) berupa
pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba; tanggung jawab hukum (legal
responsibility) berupa kepatuan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
tanggung jawab sosial (social responsibility) berupa tanggung jawab perusahaan terhadap
sosial dan lingkungannya. Pearce & Robinson (2007) menambahkan tanggung jawab etika
(ethical responsibilities) berupa tuntutan perilaku bisnis yang benar dan layak, dan
tanggung jawab deskresi (discretionary responsibilities) berupa tanggung jawab sukarela
organisasi bisnis.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang
pada literatur-literatur awal tahun 1950 disebut sebagai Social Responsibility (SR) telah
menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Berdasarkan hasil penelusuran J.J
Asongu, Raja Hammurabi (1700-an SM) di Kerajaan Mesopotamia Kuno telah
mengeluarkan 282 hukum yang memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam
menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Ancaman
hukuman mati diberikan terhadap para pembangun, pengurus penginapan dan petani
apabila karena kelalaiannya menyebabkan kematian orang lain, atau menyebabkan
ketidaknyamanan yang sangat mengganggu bagi pihak lain (Barnett, diakses 4 September
2012). Setelah awal tahun 1920-an, menurut J.J. Asongu, diskusi-diskusi mengenai
tanggung jawab sosial dari suatu organisasi bisnis telah berkembang ke tahap gerakan CSR
‘modern’.
Tulisan Howard R. Bowen tahun 1953 dalam bukunya yang berjudul “Responsibility
of The Businessman” dapat dianggap sebagai tonggak bagi CSR modern. Dalam buku itu
Bowen mengemukakan bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk
mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat (Wartick & Cochran, 1985).
Berawal dari pendapat Bowen ini berkembang beberapa definisi, di antaranya CSR
didefinisikan sebagai tanggung jawab yang dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap
masyarakat dimana perusahaan tersebut berdiri atau menjalankan usahanya
(http://www6.miami.edu/ethics/pdf_files/csr_guide.pdf, diakses 10 Jan 2012). Pendapat
lain menyatakan CSR sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk memperhatikan
kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbanganpertimbangan ekologis dalam segala aspek dari usahanya (Kamus online Wikipedia).
Robbons & Coulter (2003:123) mengemukakan bahwa evolusi CSR meliputi empat tahap
perkembangan, tahap pertama CSR awalnya lebih diorientasikan pada pemegang saham
dan manager (owners and management) (Baron, 2006); tahap kedua karyawan
(employees); tahap ketiga masyarakat setempat (constituents in the specific environment),
dan tahap terakhir CSR berorientasi pada masyarakat luas (broader society). The
International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai tindakan
perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
perundang-undangan Negara. Menurut The World Business Council for Sustainable
Development, yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku
bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi
sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas
lokal dan masyarakat pada umumnya. Definisi terakhir inilah yang diterima secara luas
oleh praktisi dan aktivis CSR (Kalangit, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, dalam konsep CSR selain perusahaan bertanggung jawab
secara ekonomi dalam bentuk profit pada pemegang sahamnya, perusahaan juga harus
menjalankan bisnisnya sesuai hukum yang berlaku, menerapkan etika, moral, dan derma
kepedulian (filantrofi) terhadap lingkungannya. CSR mengenal konsep ‘triple bottom line’
yang dikembangkan Elkington maupun Global Reporting Initiative (GRI), yaitu bahwa
tanggungjawab perusahaan meliputi 3P (profit, people, planet), yaitu bidang kemakmuran
ekonomi (economic prosperity), bidang keadilan sosial (social equity), dan bidang kualitas
lingkungan (environmental quality) (Marshall & Harry, 2005; Choi & Gray, 2008).
Implementasi konsep CSR membawa konsekuensi bahwa perusahaan juga harus
memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen,
pemerintah, kelompok masyarakat setempat dan yang lebih luas. Masih banyak pihak yang
menyamakan CSR dengan pengembangan masyarakat atau community development (CD).
CD merupakan usaha sistematis untuk meningkatkan kekuatan kelompok-kelompok
masyarakat kurang beruntung (spesifik) agar lebih dekat dengan kemandirian. Adapun
CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh stakeholders. Jadi, CD
merupakan bagian dari CSR.
Sejarah CSR
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern yang berkembang pesat selama dua puluh
tahun terakhir ini, lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan
jaringannya di tingkat global. Perkembangan penting CSR setelah Howard R Bowen tahun
1950-an antara lain sebagai berikut.
1. Periode 1960-an:
Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi
CSR. Salah satu akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis.
Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan
antara CSR dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility”
yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan
sosial yang mereka miliki.Tahun 1962, Rachel Carlson menulis buku yang berjudul
Silent Spring yang memberikan pengaruh besar pada aktivitas pelestarian alam. Tahun
1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah Corporate Citizenship, yang
menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan
masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, korporasi harus bertindak “baik” sebagai
mana warga negara (citizen) yang baik (Siswoyo, 2009).
2. Periode tahun 1970-an:
S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan
social obligation, social responsibility, dan social responsiveness. Social obligation
adalah perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbanganpertimbangan hukum. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak
hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja, tetapi menyelaraskan social
obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan
sosial.
3. Periode tahun 1980-an:
Empu teori manajemen Peter F. Drucker baru mulai membahas secara serius bidang
CSR pada tahun 1984. Ia memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola
aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi
peluang bisnis yang menguntungkan. Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui
World Commission on Environment and Development (WECD) menerbitkan laporan
yang berjudul Our Common Future. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral
dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
4. Periode tahun 1990-an ke atas:
Keprihatinan utama yang disuarakan pada periode ini adalah mengenai perilaku
korporasi. Demi maksimalisasi labanya, lazim mempraktikkan cara-cara yang tidak
etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi.
Atas prakarsa banyak pihak, dilakukan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro,
Brazilia tahun 1992. KTT dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan
dan Pembangunan Berkelanjutan. Earth Summit ini menghasilkan “Deklarasi Rio”
yang menegaskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability
development) tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, tetapi utamanya juga
perusahaan yang kekuasaannya semakin menggurita. Hasil akhir dari pertemuan
tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency dijadikan sebagai
prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan. Hasil KTT Bumi ini semakin
dipertegas oleh hasil riset James Colins dan Jerry Porras, yang menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan yang bertahan lama adalah perusahaan yang bukan hanya
mengejar profit semata (Kalangit, 2009).
Selanjutnya, pertemuan di Johannesburg pada tahun 2002 yang dihadiri oleh para
pemimpin dunia memunculkan konsep social responsibility, yang mengikuti dua
konsep yang telah muncul sebelumnya yaitu economic dan environmental
sustainability. Dalam tahun yang sama, di Amerika dikeluarkan Sarbanas-Oxley 2002
yang di antaranya mengatur kewajiban direktur dalam membuat laporan keuangan
perusahaan sebagai upaya untuk meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Demikian juga di Inggris, dalam Companies Act versi 2007 yang mengatur
peningkatan kewajiban direktur untuk melaporkan financial key performance indicator
dan laporan yang berisi informasi terkait dengan lingkungan perusahaan dan para
pekerjanya. Pertengahan tahun 2007, UN Global Compact yang dibuka oleh Sekretaris
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Jenderal PBB, meminta perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab dan perilaku
bisnis yang sehat. Selain itu, International Organization of Standardization (ISO) sejak
tahun 2004 telah menyusun panduan standardisasi untuk CSR (Guidance Standard on
Social Responsibility) yang kemudian dikenal sebagai ISO 26000 dan diberlakukan
tahun 2009 (Kalangit, 2009).
Perdebatan Mengenai CSR
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Perdebatan mengenai tanggung jawab perusahan sudah berlangsung selama beberapa
dekade. Ada dua pandangan yang bertentangan mengenai tanggung jawab perusahan.
Pertama adalah pandangan ekonomi klasik yang menganggap tanggung jawab perusahaan
adalah menghasilkan laba untuk para pemodalnya. Kedua, pandangan sosial ekonomi yang
menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan sekedar menghasilkan laba, namun
juga melindungi dan meningkatkan kesejahteraan lingkungannya (Robbins & Coulter,
2002: 46). Pada awalnya, CSR memang dianggap sebagai biaya yang akan menambah
beban perusahaan dan mengurangi keuntungan. Namun, dengan menerapkan CSR
sebenarnya perusahaan akan mendapatkan manfaat lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan. Di sisi lain, CSR dianggap hanya untuk perusahaan besar, dipisahkan dari
bisnis inti perusahaan, tidak berkaitan dengan pelanggan, bersifat kosmetik, sepenuhnya
voluntary, dan dianggap hanya ditujukan kepada pihak eksternal saja. Anggapan yang
salah inilah yang memicu perdebatan mengenai CSR.
Konsumen saat ini adalah konsumen pintar. Hasil Survey "The Millenium Poll on
CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board
(New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000
responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang
perusahaan: 60% mengatakan bahwa yang paling berperan terhadap CSR adalah etika
bisnis, praktik terhadap karyawan, dan dampak terhadap lingkungan. Sedangkan bagi 40%
lainnya yang berperan adalah citra dan brand image perusahaan. Hanya 1/3 yang
mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran
perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, diakses 10 Desember
2011 ).
Menurut teori Stakeholder kewajiban perusahaan adalah menyeimbangkan semua
kepentingan pemangku kepentingannya. Stakeholder theory menandaskan bahwa
perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal tetapi juga
kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang
jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas. Tindakan perusahaan untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat yang melampaui apa yang diwajibkan secara
hukum dan apa yang menjadi kepentingan langsung pemegang saham merupakan peranan
CSR yang sebenarnya. Filantrofi tanpa keterlibatan aktif (seperti sumbangan kas) dikritik
sebagai sesuatu yang sempit, egois, dan sering kali dimotivasi untuk memperbaiki reputasi
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
perusahaan dan untuk membungkam kritik dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
pihak lain yang tidak setuju (Husted, 2003). Peranan CSR ini telah menimbulkan
perdebatan filosofis dan ekonomis selama ini.
Regulasi CSR di Indonesia
Hadirin yang saya hormati,
Pemahaman tentang CSR bagi perusahaan pada umumnya meliputi tiga hal pokok,
yaitu 1) suatu kegiatan yang sifatnya sukarela (voluntary) yang dikaitkan dengan kegiatan
perusahaan dalam membantu problem sosial dan lingkungan, sehingga perusahaan bebas
melakukan atau tidak melakukannya; 2) suatu tindakan menyisihkan sebagian profit
perusahaan untuk maksud kedermawanan (philanthropy) dan perbaikan kerusakan akibat
ekplorasi/eksploitasi sumber daya alam; dan 3) sebagai bentuk kewajiban (obligation)
perusahaan untuk ikut bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial seperti
kemanusiaan dan lingkungan (Wiwoho, 2008; Siswoyo, 2009). Ketiga hal di atas
menguatkan bahwa konsep CSR dilandasi oleh argumen moral. Perusahaan hidup dan
berkembang berkat masyarakat yang telah membayar pajak untuk membiayai fasilitas
publik seperti jembatan, jalan, listrik, transportasi, hukum dan penegak hukum, keamanan
dan sebagainya. Fasilitas publik tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan. Untuk itu, secara
moral perusahaan sudah seharusnya ikut mengatasi masalah sosial yang ada di masyarakat.
Regulasi yang terkait dengan CSR baik secara implisit maupun eksplisit cukup
banyak. Regulasi CSR secara implisit dapat dilihat dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Regulasi yang secara eksplisit
mengatur CSR di antaranya adalah undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT) tertanggal 16 Agustus 2007. Salah satu bab dan pasal penting yang perlu
dicermati adalah Bab V yang mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL) yang memuat hanya satu pasal, yaitu Pasal 74 yang bunyi lengkapnya adalah
sebagai berikut.
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan
dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP).
Berdasarkan Pasal 74 di atas, beberapa hal penting yang patut dikemukakan adalah
sebagai berikut.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
1. UU No. 40 Tahun 2007 telah menetapkan CSR sebagai kewajiban hukum
(statutory obligation), bukan sebagai kewajiban moral semata yang pelaksanaannya
bersifat suka rela.
2. CSR hanya diberlakukan secara terbatas bagi perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Bagi perseroan
jenis ini yang tidak melaksanakan kewajiban CSR dapat dijatuhi sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sayangnya sanksi tersebut
sampai saat ini belum diatur secara jelas.
3. Pembayaran kewajiban CSR oleh perseroan dapat diperhitungkan sebagai biaya
dan dapat mengurangi besarnya pajak pendapatan (PPh 25) perusahaan.
Aspek yang kurang menguntungkan dari CSR adalah perusahaan akan menghadapi
tuntutan kontribusi tanggung jawab sosial yang semakin besar. Besarnya tuntutan tersebut
bisa jadi jauh melampaui “sekedar” sumbangan uang tunai atau barang. Para pemrotes dari
kalangan stakeholders yang agresif akan terus menyuarakan masalah ini, seperti karyawan,
pemegang saham, dan beberapa di antaranya juga pimpinan perusahaan. Mereka berjuang
untuk menolak pemberlakuan kewajiban CSR ini melalui Kadin. Akhirnya, Kadin
“mewakili” para pemrotes tersebut melakukan gugatan uji material pada Mahkamah
Konstitusi (MK) agar pemerintah mencabut UU No. 40 Tahun 2007, khususnya pasal 74.
Menanggapi hal ini, MK melalui putusannya tanggal 15 April 2009 menolak gugatan uji
material--mengenai kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bagi
perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya
alam--yang diajukan oleh Kadin. Putusan MK bersifat final dan mengikat. Terkait dengan
pemberlakuan UU No. 40 Tahun 2007 di atas dan sebagai pendorong agar perusahaan
melakukan kewajiban TJSL atau CSR, Pemerintah mengeluarkan regulasi berupa
“instrumen pengurangan pajak” bagi perusahaan yang menyelenggarakan TJSL atau CSR,
yang berikutnya disebut TJSL/CSR. Regulasi dimaksud berupa UU Pajak Penghasilan
36/2008 (UU PPh) pasal 6 ayat (1) huruf a yang memberlakukan beberapa jenis
sumbangan sosial yang diakui sebagai biaya.
Regulasi lain yang secara eksplisit mengatur CSR adalah UU Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 dari UU tersebut menyatakan bahwa setiap
penanam modal di Indonesia wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(TSP) atau CSR, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait
dengan TSP atau CSR ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Peraturan
Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya
disebut TSP. Menurut Perda tersebut TSP adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap
perusahaan untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat. Tujuan dikeluarkannya Perda Nomor 4
tahun 2011 adalah untuk: 1) memberi kepastian dan perlindungan hukum atas pelaksanaan
program TSP di Jawa Timur; 2) memberi arahan kepada semua perusahaan dan semua
pemangku kepentingan di Jawa Timur dalam menyiapkan diri memenuhi standar
international. Standar internasional yang dimaksud adalah ISO 26000 yang dirumuskan
oleh International Organization for Standardization (ISO) sejak bulan September 2004.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
ISO 26000 merupakan sertifikasi CSR untuk seluruh jenis dan ukuran organisasi
yang ada di dunia yang bersifat komprehensif dan universal. ISO 26000 diharapkan
menjadi acuan utama di dunia untuk menetapkan bahwa perusahaan telah
mengimplementasi CSR yang berstandarisasi tinggi. Selain itu, ISO 26000 juga
diharapkan dapat menjadi jembatan dan standarisasi berbagai elemen dalam urusan CSR
sehingga menekan kesalahan persepsi dalam pelaksanaan CSR (Kartini, 2009: 123-128).
Selanjutnya, ketentuan ISO 26000 adalah sebagai berikut.
a) Membantu organisasi agar dalam pelaksanaan tanggung jawabnya memerhatikan
kondisi budaya, sosial, lingkungan, hukum yang berlaku dan pembangunan.
b) Menyediakan panduan praktis yang berhubungan dengan operasional tanggung jawab
sosial, identifikasi stakeholder dan komitmen terhadap para stakeholder-nya serta
meningkatkan kredibilitas laporan yang terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab
sosial.
c) Meningkatkan kredibilitas dan kepuasan, baik di dalam organisasi, bagi pelanggan dan
para stakeholder lainnya.
d) Menghormati dan tidak bersengketa dengan peraturan yang berlaku, kesepakatan dan
konvensi internasional serta standar ISO.
e) Tidak digunakan untuk mengurangi peran atau otoritas pemerintah dalam konteks
tanggung jawab sosial organisasi.
f) Membentuk persamaan persepsi menyangkut pengertian dari tanggung jawab sosial.
g) Memperluas kesadaran akan tanggung jawab sosial.
h) Biaya-biaya yang dapat mengurangi pajak (tax deductible) adalah biaya promosi, biaya
beasiswa, magang, dan pelatihan, biaya kupon makanan dan minuman bagi pegawai
kriteria dan daerah tertentu, beban pengolahan limbah, cadangan biaya reklamasi untuk
usaha pertambangan, cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan
cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri.
Regulasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSL)/CSR di antaranya juga
berhubungan dengan pemberdayaan UMKM. Adapun regulasi tentang pelaksanaan
TJSL/CSR yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut
(Siswoyo, dkk., 2010).
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember
1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi
melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dana pembinaan disediakan dari
penyisihan sebagian laba BUMN sebesar 1%-5% (dari laba setelah pajak). Nama
program saat itu lebih dikenal dengan Program Pegelkop.
2) Pada Tahun 1994, nama program Pegelkop diubah menjadi Pembinaan Usaha
Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil. Penjelasan Pasal 16, lembaga pembiayaan
menyediakan dukungan modal untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
antara lain meliputi sekema modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit
program dan kredit modal kerja usaha kecil, kredit kemitraan, modal ventura, dana
dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anjak piutang dan kredit
lainnya. Sebagai tindak lanjut dari PP No. 32 Tahun 1998 ini dikeluarkanlah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN
No.Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN.
4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.Pasal 2, … salah satu
tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Pasal 88
ayat (1). ...BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan
pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
Sebagai tindak lanjut UU No. 19 Tahun 2003 ini dikeluarkanlah Keputusan
Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
5) UU No. 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
yang sebelumnya didahului oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. UU No. 25 Tahun 2007 menggunakan
istilah “Tanggungjawab Sosial Perusahaan” sebagai terjemahan corporate social
responsibility.
6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.Pasal 21, … Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan
pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha
Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya. PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan
pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal
sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal
2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Berdasarkan peraturan perundangan yang terkait dengan CSR tersebut, terdapat
beberapa catatan penting yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut.
1. Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah terkait CSR tersebut di atas pada
dasarnya mengarahkan perusahaan agar dalam melaksanakan kegiatan usahanya
tidak hanya berorientasi pada tanggung jawab ekonomi (profit) saja, melainkan
juga legal, moral dan etis. Pemaknaan kegiatan CSR harusnya tidak sekedar
sebagai “perlakuan” tertentu pada inside stakeholders (karyawan), atau outside
stakeholders yang terdiri dari pelanggan, pemasok, pemerintah, dan kelompok
masyarakat setempat atau yang lebih luas. CSR/TJSL seyogyanya dimaknai yang
lebih “luas”, yaitu kegiatan perusahaan yang dibuat dalam rencana jangka panjang
dan juga memiliki efek jangka panjang (sustainability development) sehingga dapat
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas
setempat maupun masyarakat pada umumnya.
2. Penggunaan istilah yang berbeda didapati dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 yang
menggunakan istilah “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” (TSP); dan UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas yang menggunakan istilah “Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan” (TJSL)/CSR. Perbedaan ini berlanjut
dengan penggunaan istilah CSR yang mengacu pada UU No. 25 / 2007, dan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengacu pada UU No 40
Tahun 2007. Istilah CSR dan PKBL belakangan ini cenderung disamakan, padahal
sebenarnya berbeda. Program Kemitraan (PK) terkait dengan hubungan kemitraan
antara usaha maju dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
berorientasi pada pengembangan usaha di antara yang bermitra. Bina lingkungan
pada dasarnya sama dengan CSR. Perbedaan PK dan BL ini juga dikuatkan oleh
UU Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. UU ini mewajibkan BUMN
menyisihkan laba bersihnya sebesar 2% untuk Program Kemitraan dan 2% untuk
Bina Lingkungan. Penggunaan istilah yang berbeda ini mengakibatkan kerancuan
dalam mengukur pelaksanaan CSR di Indonesia.
3. Terkait masalah sanksi, yang diatur dalam Pasal 34 UU Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal, meliputi sanksi administratif maupun sanksi lainnya
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam
UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sanksi bagi perusahaan yang
tidak melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan tidak diatur secara spesifik
melainkan ‘diserahkan’ pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau yang terkait sebagaimana dijelaskan pasal 74 (3) UU No 40 Tahun
2007. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sanksi sebagaimana diatur dalam
UU Penanaman Modal bagi perusahaan yang tidak melakukan tanggung jawab
sosial dapat pula diberlakukan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan
tanggung jawab sosial dan lingkungan --sebagaimana diatur dalam UU Perseroan
Terbatas--, sepanjang kriteria perusahaan yang dimaksud adalah sesuai dengan
pengaturan dalam UU Penanaman Modal (Kalangit, 2009). Namun sampai saat ini
sanksi dimaksud di atas belum diatur secara khusus sehingga pelanggarnya tidak
dikenai sanksi sebagaimana mestinya.
4. Perusahaan yang diwajibkan melakukan TJSL adalah perusahaan yang
“menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam”. Jika merujuk penjelasan pasal 74 (1), disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya
alam adalah yang usahanya adalah memanfaatkan dan mengelola sumber daya
alam. Dengan demikian seluruh sektor industri tanpa terkecuali harus
melaksanakan CSR dan untuk BUMN harus melakukan PKBL, karena dampak
langsung maupun tidak langsung dari aktivitas perusahaan terhadap keberadaan
sumber daya alam (Siswoyo, 2009).
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Hubungan Implementasi CSR dengan Nilai Perusahaan
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Tujuan perusahaan yang semula hanya untuk kepentingan stockholders, bondholders
dan profit oriented sekarang sudah beralih menuju perusahaan yang lebih memperhatikan
lingkungan dan sosial. CSR bukan hanya suatu bentuk philanthropy atau charity yang
bersifat sementara untuk meningkatkan image perusahaan, namun bentuk pemberdayaan
masyarakat dan bina lingkungan yang berkelanjutan. Hackston dan Milne (1996)
menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan
meningkatkan image perusahaan dan mempengaruhi penjualan (Restuningdiah, 2007:192).
Hal ini sejalan dengan Global CSR Survey di 10 negara dimana mayoritas konsumen
(72%) mengatakan sudah membeli produk dari suatu perusahaan serta merekomendasikan
kepada yang lainnya sebagai respon terhadap perusahaan yang melakukan CSR. Sebanyak
61% dari mereka sudah memboikot produk dari perusahaan yang tidak melaksanakan CSR
(Asy’ari, 2009). CSR menjadi faktor yang diperhitungkan dalam pasar modal sehingga
investor memiliki sudut pandang baru ketika ingin berinvestasi (McWilliams & Siegel,
2001).
Pasal 66 UU No 40 Tahun 2007 mewajibkan perusahaan untuk memasukkan
Laporan TJSL dalam Laporan Tahunan untuk disampaikan pada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Laporan TJSL ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan pemegang
saham dan dipublikasikan lebih lanjut untuk mengambil simpati investor lain yang
apresiasi terhadap isu CSR. Perusahaan juga dapat menyajikan laporan tambahan seperti
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (PSAK no 1 tahun 2009),
dengan tujuan meningkatnya harga saham perusahaan (value of firm). Kedua hal di atas
mengindikasikan betapa penting peran pelaksanaan CSR terhadap peningkatan nilai
perusahaan.
Beberapa kajian empiris yang mendukung bahwa implentasi CSR mempunyai
dampak terhadap kinerja ekonomi perusahaan adalah sebagai berikut.
1. Arista (2011:112) menunjukan bahwa pengaruh CSR terhadap Return on Assets
(ROA) dengan memasukkan variabel kontrol (size dan leverage) menunjukkan
hubungan yang positif signifikan yang mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan
tanggungjawab sosial akan meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan variable
control size dan leverage perusahaan.
2. Mahoney & Robert (2003) memberikan bukti empiris hubungan yang positif dan
signifikan antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan
(Return on Equity/ROE dan Return on Assets/ROA).
3. Restuningdiah (2010) yang menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
terhadap CSR disclosure, dan CSR disclosure berpengaruh terhadap Return on Assets
(ROA). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan perusahaan,
maka akan semakin luas pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya, dan hal ini
mempengaruhi ROA. Perusahaan yang mampu menciptakan lingkungan yang baik
(green) dan mengungkapkannya dalam CSR disclosure maka akan memberikan “good
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
news” bagi masyarakat, yang diharapkan dapat menjadi sarana pencitraan yang baik
sehingga meningkatkan penjualan yang berdampak pula pada profitabilitas
perusahaan. Penelitian Zuhroh & Sukmawati dalam Restuningdiah (2011) menyatakan
bahwa pada perusahaan-perusahaan high profile membuktikan bahwa pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan
saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile.
4. Penelitian Suratno, et.al (2006), meskipun penelitian ini tidak secara langsung
meneliti tentang korelasi dari pengungkapan environmental terhadap kinerja ekonomi
perusahaan, namun hasilnya menunjukkan bahwa environmental performance
berpengaruh secara positif terhadap economic performance.
5. Fauzi, et. al (2007) merupakan peneliti yang mengembangkan model slack resource
theory dan good manajement theory dalam meneliti hubungan Corporate Social
Performance (CSP) dan Corporate Financial Performance (CFP) yang diproksikan
ROE dan ROA. Hasil studi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Analisis
lebih jauh dengan menggunakan slack resource theory menunjukkan size perusahaan
mempengaruhi hubungan CSP dan CFP.
6. Hasil penelitian Kartika, et.al (2010) mengindikasikan bahwa (1) isu mengenai CSR
merupakan hal yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki
persepsi yang rendah terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan CSR tidak
mudah untuk diukur; umumnya perusahaan melakukan pengungkapan CSR hanya
sebagai bagian dari iklan dan menghindari untuk memberikan informasi yang relevan,
(3) CSR environment dan CSR community direspon positif oleh investor, (4) CSR
employment di respon negatif oleh investor karena pembelanjaan perusahaan dianggap
mengakibatkan merusak nilai pemegang saham.
Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan cara yang
dianggap penting oleh perusahaan guna menjaga, mempertahankan dan melegitimasi
kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie & Parker, 1990).
Pengungkapan CSR perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan citra perusahaan dan
ingin dilihat sebagai warga negara yang bertanggung jawab (Ahmad, et.al. 2003), dan
perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang
menghendakinya (Anggraini, 2006). Oleh karena itu, praktik pengungkapan CSR ini bisa
berbeda antar negara dan antar waktu, yang disebabkan adanya perbedaan pandangan
tentang penting tidaknya isu-isu bagi suatu negara (Yusoff dan Lehman, 2003; Gray, et.al.
1995; Williams,1999). Melalui pengungkapan CSR oleh perusahaan, diharapkan investor
lebih menyadari pentingnya isu CSR di masa depan baik secara menyeluruh maupun
berdasarkan pada parameternya, sehingga perusahaan mau melakukan aktivitas CSR
secara nyata dengan memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif
dari suatu kegiatan bisnisnya (Kartika, et.al, 2010).
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Regulasi CSR dalam Perpajakan
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Perusahaan yang menerapkan CSR dapat memiliki keuntungan berupa insentif
pajak. Di Eropa dan AS, telah dibuat suatu terobosan dengan memberlakukan insentif
pajak bagi perusahaan-perusahaan yang memposisikan diri mereka sebagai corporate
citizenship dengan harapan perusahaan yang mendapat insentif pajak tersebut akan lebih
giat lagi dalam berproduksi dan giat melaksanakan CSR (Kartini, 2009: 98).
CSR merupakan kegiatan pertanggungjawaban sosial yang diwajibkan bagi
perusahaan sesuai Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dan Pasal
15 huruf (b) UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Tetapi saat ini
pemerintah memberi kemudahan kepada perusahaan yang menerapkan CSR, yakni
Direktorat Jenderal Pajak menegaskan bahwa dana yang dikeluarkan untuk kegiatan CSR - berupa sumbangan atau pembangunan infrastruktur sosial -- diakui sebagai biaya yang
dapat mengurangi penghasilan bruto dalam penentuan Penghasilan Kena Pajak (tax
deductible). Dana untuk membiayai kegiatan-kegiatan CSR dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dengan persentase dan syarat tertentu. Kegiatan CSR bisa menjadi tax
deductible berdasarkan ketentuan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(PPh).
Pasal 6 ayat (1) huruf f dan g Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan (UU PPh) telah menetapkan bahwa besarnya Penghasilan Kena Pajak
(PKP) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk (f) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia dan (g) biaya beasiswa, magang, dan pelatihan. Selain itu, dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf i, j, k, l dan m, menyebutkan bahwa kelima jenis sumbangan yang diatur dalam
ayat ini ketentuannya harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Untuk itu,
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010 tanggal 30 Desember 2010
ditetapkan ketentuan mengenai jenis sumbangan yang dapat dikurangkan sebagai
pengurang penghasilan bruto untuk menghitung besarnya PPh terutang. Ketentuan lebih
lanjut mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut.
a. Sumbangan dan/atau Biaya yang Dapat Dikurangkan
Sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan sampai jumlah tertentu dari
penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak (PKP) bagi Wajib
Pajak terdiri atas 5 jenis berikut.
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang merupakan
sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung
melalui badan penanggulangan bencana, atau disampaikan secara tidak langsung
melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang
berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana;
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang dilakukan di
wilayah Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
3. Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas
pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan sumbangan untuk
membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi
cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan
olahraga; dan
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat
nirlaba.
Kelima jenis sumbangan di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan
syarat sebagai berikut.
a) Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun
pajak sebelumnya;
b) Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
c) Didukung oleh bukti yang sah; dan
d) Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh.
Contoh:
PT. Citra Malang pada tahun 2009 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp
1.000.000.000,-. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan sumbangan dalam rangka
pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga sebesar Rp 40.000.000,-.
Pada tahun 2010 Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp
30.000.000,-. Wajib Pajak tidak boleh mengurangkan sumbangan tersebut dari
penghasilan bruto tahun 2010 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp 10.000.000,-.
b. Besarnya Biaya/Nilai Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi
5% (lima persen) dari penghasilan neto Fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp 60.000.000.000,- maka jumlah
sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5 % (lima
persen) atau sebesar Rp 3.000.000.000,-. Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan
sebesar Rp 5.000.000.000,-, maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
hanya sebesar Rp 3.000.000.000,-.
c. Sumbangan kepada Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Sumbangan dan/atau biaya yang telah disebutkan di atas, tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto bagi pihak pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya tersebut
diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
d. Bentuk Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
Sumbangan sebagaimana dimaksud di atas (sumbangan penanggulangan bencana
nasional, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, sumbangan fasilitas
pendidikan, sumbangan pembinaan olahraga) dapat diberikan dalam bentuk uang
dan/atau barang. Sedangkan untuk biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto hanya dapat diberikan dalam bentuk sarana
dan/atau prasarana.
e. Penentuan Besarnya Nilai Sumbangan
Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:
1.
nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan;
2.
nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan telah disusutkan;
3. harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri.
Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana.
f. Kewajiban bagi Pemberi Sumbangan
Sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto ini
wajib dicatat sesuai dengan peruntukannya oleh pemberi sumbangan.
g. Ketentuan bagi Pihak Penyalur atau Penerima Sumbangan
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional:
a) Badan penanggulangan bencana dan lembaga atau pihak yang menerima
sumbangan sehubungan dengan sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional harus menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk setiap triwulan.
b) Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya yang mempunyai NPWP
melaporkan sumbangan dan/atau biaya sebagai lampiran laporan keuangan
pada SPT Tahunan PPh Tahun Pajak diterimanya sumbangan.
2. Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya sehubungan dengan sumbangan
dalam rangka penelitian dan pengembangan, sumbangan fasilitas pendidikan,
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, dan biaya pembangunan
infrastruktur sosial wajib menyampaikan laporan penerimaan sumbangan kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lambat pada akhir Tahun Pajak diterimanya
sumbangan dan/atau biaya.
h. Saat Berlakunya Ketentuan ini
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Peraturan tentang ketentuan ini dimulai Tahun Pajak 2010. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pencatatan dan pelaporannya akan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
Regulasi CSR dalam bidang perpajakan di atas menempatkan perusahaan sebagai
institusi yang telah dilindungi dalam kegiatan usahanya, telah memanfaatkan infra struktur
di masyarakat (public goods), dan mempunyai andil dalam kerusakan lingkungan. Untuk
itu, sudah selayaknya jika perusahaan ikut mengambil bagian dalam masalah sosial dan
kerusakan lingkungan di wilayahnya. Artinya, CSR seharusnya diberlakukan pada seluruh
sektor industri tanpa terkecuali, karena dampak langsung maupun tidak langsung dari
aktivitas perusahaan terhadap keberadaan sumber daya alam. Selain itu, pemerintah telah
melakukan dorongan dengan memperhitungkan CSR sebagai biaya yang akan mengurangi
Pajak Badan (PPh 25) perusahaan yang melaksanakan CSR. Melalui peraturan perpajakan
ini penerimaan pajak oleh Pemerintah berkurang, dengan harapan perusahaan memberikan
kompensasinya dalam bentuk pengoptimalan CSR, tidak saja bersifat derma
(philanthropy/charity) tapi juga untuk pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Dengan demikian, akuntabilitas dan keterbukaan penyelenggaraan CSR oleh
perusahaan merupakan suatu keniscayaan.
Pola CSR di Indonesia
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Sebelum diterapkannya UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 74, penerapan CSR dipersepsi voluntary dan hanya “sekedar” menampilkan sikap
baik (do good, to look good). Padahal hakikat keberadaan CSR tidak hanya bersifat sesaat,
namun berkesinambungan dan untuk kepentingan perusahaan dalam jangka panjang.
Setelah diterapkan UU Nomor 40 tahun 2007, menyadarkan semua pihak (stakeholders)
bahwa penyelenggaraan CSR mencerminankan implementasi dari prinsip Good
Coorporate Governance (GCG) yang menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi,
akuntanbilitas, kewajaran dan pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan. Adapun pola
penyelenggaraan CSR yang diterapkan oleh di perusahaan-perusahaan Indonesia saat ini
dibedakan menjadi 4 (empat) macam pola berikut (Susiloadi, 2008; Siswoyo, et. al, 2010,
Dharmawan, et. al, 2011).
1. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,
perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary
atau public affair manager atau menjadi bagian tugas divisi human resources
development atau public relations.
2. CSR bisa dilakukan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau
groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah
perusahaan atau grupnya yang dibentuk secara terpisah dari organisasi induk
perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau dewan direksi. Model
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana pribadi yang dapat digunakan untuk
operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau
bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama
dengan instrasi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosial. Contoh,
perusahaan yang telah melakukan pola ini adalah PT. Unilever, dan PT. Pertamina.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam konsorsium untuk bersama-sama menjalankan
CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya
oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari
kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati.
Dalam upaya menjamin agar pelaksanaan CSR dapat berjalan secara
berkesinambungan dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, maka dirasakan
masih perlu adanya model CSR yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
adanya pengaturan SDM dan institusi yang terlibat untuk melaksanakan CSR dengan
benar, adanya peraturan dan kode etik yang jelas, dan adanya dukungan sektor publik agar
pelaksanaan CSR oleh perusahaan berjalan dengan baik (Susiloadi 2008:129). Pelibatan
peran perguruan tinggi dalam proses sosialisasi, konsep dan implementasinya diperlukan
mengingat perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam masyarakat (Susiloadi, 2008;
Siswoyo, et. al: 2010; Dharmawan, et. al: 2011; Siregar 2007: 286).
Pelaksanaan CSR di Jawa Timur
Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati,
Istilah CSR sering disamakan dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) . Bina Lingkungan memang sama dengan CSR, namun Program Kemitraan (PK)
lebih dikaitkan dengan kerjasama antara perusahaan dengan binaannya dari UMKM.
Kerjasama ini umumnya dilatari adanya rasa saling membutuhkan antara usaha maju atau
besar dengan mitranya. Berdasarkan hasil survey (Siswoyo, et. al, 2009), kerjasama
dimaksud juga dilatari adanya kepedulian (altruis) dari perusahaan maju atau besar
terhadap pemberdayaan UMKM, sehingga istilah CSR-PKBL digunakan untuk
mengungkapkan CSR. Pengungkapan data CSR-PKBL juga terdapat dalam pelaporan
CSR di lingkungan Pemprov Jawa Timur.
Pelaksanaan CSR di Provinsi Jawa Timur saat ini relatif berjalan dengan baik, dan
CSR telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi pelaksanaan pembangunan di
wilayah Jatim. Pelaksanaan kegiatan CSR-PKBL Provinsi Jawa Timur selama tahun 2010
mencapai nilai Rp. 2.539.687.965.550,- yang terdiri: 1) Program Kemitraan (PK) sebesar
Rp.1.523.704.457.000,- dan CSR sebesar Rp 1.015.982.708.550,- (Siswoyo, et. al, 2010).
Pola penyelenggaraan CSR umumnya (62%) berbentuk charity, selebihnya pola
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
penyelenggaraan CSR yang bernuansa pemberdayaan sebesar 38%. Pelaksanaan CSR
sering tidak terprogram dan tidak berkesinambungan, sehingga selain overlap juga daya
manfaat yang diterima masyarakat kurang optimal (Siswoyo, et. al, 2009). Dengan
demikian pelaksanaan CSR belum optimal dan perlu pengaturan lebih lanjut. Sebagai
tindak lanjut atas rekomendasi hasil penelitian Siswoyo, at. al (2010) dan untuk mengatasi
permasalahan di atas, telah dibentuk Sekretaris Tetap (Sektab) pelaksanaan CSR-PKBL
Provinsi Jawa Timur yang perannya merencanakan, menata, mengkoordinasi, memediasi,
memfasilitasi, melakukan Monev dan tindak lanjutnya. Pada perkembangannya, pada
tahun 2011 telah terbentuk Sektab ti tingkat kabupaten yang diharapkan akan lebih
memudahkan perusahaan pelaksana CSR-PKBL dalam berkordinasi dengan pihak sasaran
atau pihak lain yang terkait. Meskipun dalam perkembangannya peran Sektab dirasa
kurang optimal, akan tetapi dengan pola komunikasi dua arah yang telah terbangun antar
Sektap Provinsi dan Sektap Kabupaten diharapkan mampu memberikan informasi yang
efektif dalam pelaksanaan program CSR-PKBL.
Dalam rangka mengatur pelaksanaan CSR-PKBL di Provinsi Jawa Timur, telah
dikeluarkan Peraturan Gurbernur Jawa Timur No 4 tahun 2011. Pada Bab III Pasal 4 dan 5
dari Pergub ini menginstruksikan bahwa pelaksaan kegiatan CSR-PKBL harus menganut
asas keterbukaan dan akuntabilitas. Untuk mewujudkan keterbukaan dan akuntabilitas ini,
teknologi informatika menjadi pilihan solusi. Berdasarkan rekomendasi hasil penelitian
Siswoyo, at. al (2010), Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur melalui BAPEDDA
Provinsi Jawa Timur melakukan kerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang guna merancang pembuatan website sistem informasi CSR-PKBL di Jawa Timur.
Website CSR-PKBL ini memberikan semua informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
CSR-PKBL oleh perusahaan dan memfasilitasi interaksi masyarakat sasaran dengan
perusahaan terkait pelaksanaan CSR-PKBL. Website Sistem Informasi CSR-PKBL Jawa
Timur yang dikelola oleh Bidang Pembiayaan Pembangunan Bappeda Provinsi Jawa
Timur berisi informasi-informasi: 1) Sekilas CSR, 2) Sejarah CSR, 3) Database, 4) Galeri,
5) Arsip, dan 6) Aspirasi. Website memberi fasilitasi pada perusahaan yang akan
mengunggah (upload) seluruh data kegiatannya baik itu berupa database CSR-PKBL,
dokumen-dokumen, maupun agenda perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan CSR-PKBL. Berikut disajikan gambar alur penggunaan website CSR-PKBL di
Jawa Timur.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Mengunjungi website
csrjatim.org
Memilih panel data
base
Memilih salah satu
Penerima CSR
Tampilan detail
Penerima CSR
Website di atas memfasilitasi pengguna (user) untuk bisa melihat siapakah
penerima dana kegiatan CSR-PKBL dari perusahaan: detail data alamat, pola CSR sampai
pada besar nominalnya. Bagi masyarakat dan pemerintah, informasi ini penting untuk
melihat sisi keterbukaan dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan CSR-PKBL. Bagi
perusahaan pelaksana informasi ini penting sebagai database dan evaluasi bagi
pelaksanaan CSR-PKBL perusahaannya. Fasilitasi website tersebut diharapkan
meningkatkan partisipasi semua pihak dalam bentuk memberikan berbagai informasi
terkait dengan tujuan perbaikan pelaksanaan CSR-PKBL di Jawa Timur. Kemauan
pelaksana CSR-PKBL mengunggah data kegiatannya secara periodik sangatlah
dibutuhkan. Demikian juga peran aktif masyarakat dalam menginformasikan potensi dan
keberadaannya akan memudahkan pihak perusahaan dalam memilih sasaran kegiatan
CSR-PKBL.
Pelaksanaan lebih lanjut tentang CSR-PKBL di Jawa Timur berdasarkan
pengamatan dan hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Sampai saat ini masih terdapat program-program pembangunan yang penting namun
belum dapat dilaksanakan karena terkendala pendanaan. Program-program tersebut
telah diajukan dalam Musrenbang tingkat kab/kota, provinsi maupun pusat. Eksistensi
CSR-PKBL diharapkan dapat mengangkat program yang tidak terdanai tersebut
(despute data). Beberapa program dimaksud telah dibiayai dengan program CSR,
misalnya program Desa Model.
2. Dalam proses harmonisasi program terkendala oleh karakter perusahaan yang beragam.
Contoh, PTP X tidak banyak memikirkan konsumen karena produknya sudah terjual
melalui mekanisme khusus (melalui Negara) tanpa berhadapan langsung dengan
konsumen akhir. Konsentrasinya hanya pada petani tebu, bukan konsumen gula. Hal
ini berbeda dengan CSR PT Unilever, PT Semen Gresik, dan produk lain yang
mengalami persaingan yang ketat. Selain itu, juga terdapat BUMN yang mempunyai
karakter khusus seperti PT Pertamina produknya beragam dan deponya ada di berbagai
daerah, sehingga kegiatan CSR-PKBL yang dilakukannya masih terkesan
“memelihara” konsumennya. Perbedaan karakter perusahaan ini tentunya
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
membutuhkan pengaturan CSR yang lebih detail dan melibatkan stakeholders secara
simultan agar penyelenggaraan CSR sesuai dengan filosofinya dan misinya.
3. Dalam upaya mengoptimalkan fungsi CSR sebagai biaya pembangunan di Jawa Timur
perlu dilakukan koordinasi, integrasi, simplifikasi dan sinkronisasi semua pelaku yang
terkait. Untuk itu, forum CSR-PKBL perlu diberdayakan, difasilitasi oleh pemerintah,
dan dioptimalkan fungsi dan perannya. Forum ini terdiri dari perwakilan instansi
pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi, pengamat, dan masyarakat sasaran CSRPKBL. Forum ini telah dibentuk di tingkat provinsi dengan nama “Sekretariat Tetap
CSR-PKBL”, dan diprakarsai oleh Bappeda Provinsi Jawa Timur. Forum ini
diharapkan menjadi “unit fungsional” yang berperan memfasilitasi pelaksanaan CSRPKBL di daerah. Sebagian kabupaten/kota memang telah membentuk “Sekretariat
Tetap (Sektap) CSR-PKBL di tingkat kota/kab, namun Sektab ini belum berfungsi
secara optimal. Anggaran untuk memberdayakannya sampai saat ini menjadi kendala
utamanya. Pemerintah diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk Sektap ini,
karena perusahaan tidak merasa perlu untuk mendanai Sektab tersebut dengan alasan
lembaga itu dibentuk oleh pemerintah.
4. Ketidaksamaan jadwal dalam penyusunan program di masing-masing perusahaan, dan
antara perusahaan dengan pemerintah menjadi kendala pelaksanaan CSR-PKBL.
Misalnya, Musrenbang belum dilaksanakan, namun perusahaan sudah menjadwalkan
CSRnya.
5. Dalam upaya harmonisasi program, beberapa hal yang telah dilakukan dalam
mensikapi hasil Musrenbang: yaitu membuat pola program dalam 3 pola umum, yaitu
matching program, supporting program, dan developing program. Matching program
adalah menyesuaikan program CSR perusahaan dengan program pemerintah, atau
sasaran institusi seperti sekolah, desa dan PKK. Hasil penelitian Dharmawan, et. al
(2011) dan Siswoyo, et. al (2010) menjelaskan bahwa masing-masing perusahaan telah
mengambil peran dan menentukan program-program yang akan dilaksanakan di
masing-masing daerah yang detailnya dilakukan bersama Sektab di kab/kota yang
selama ini difasilitasi oleh Bappeda dengan melibatkan SKPD terkait. Contoh,
Unilever dengan program Integrated Health Promotion Program (IHPP); Kid
Program (meliputi gelar PAUD, pembimbingan terhadap orang tua siswa dalam
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini, School Program (untuk
SD), Stop AID, Desa Sehat, Pasar Sehat, Women Empowering, Program Petani
Kedelai Hitam (pemodelan awalnya dilakukan di Jawa Timur). Supporting program
adalah dukungan perusahaan terhadap pelaksanaan program-program yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah. Contoh, Unilever melakukan pelatihan bagi kader-kader
Posyandu, pembentukan dan fasilitasi dokter kecil dalam upaya untuk mendukung
UKS. Selain itu, PT Pertamina mendukung banyak program pendidikan di tanah air;
Petrokimia memberikan kredit lunak bagi petani dan pelatihan dalam kegiatan usaha
tani; PT Nestle memberikan tambahan gizi bagi siswa sekolah dan olahragawan; PTP
X melakukan pelatihan dan penyiapan petani muda produktif untuk tanaman tebu, dan
juga UMKM di sekitar pabrik tebu. Adapun developing programs adalah program CSR
yang bersifat pemberdayaan UMKM, contohnya Petro Kimia melakukan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
pengembangan di bidang pertanian lahan kering yang dipadukan dengan budi daya sapi
potong di daerah Gresik.
6. Perusahaan multi nasional juga menerapkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
regulasi internasional. Contoh, PT Bentoel karena kepemilikannya saat ini melibatkan
owner luar negeri, maka tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh pemiliknya. Di
antara ketentuannya adalah tidak boleh membiayai kegiatan institusi yang bergerak di
bidang olahraga dan kesehatan. Hal ini berbeda dengan PT. Sampurna yang tidak
terikat kepemilikan asing, sehingga bebas melakukan kegiatan CSR, misalnya Daerah
Situbondo dan Bondowoso PT Sampurna memfasilitasi peralatan/kendaraan Dinas
Kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diamati bahwa cakupan perusahaan bervariasi
sesuai dengan karakteristik perusahaannya, maka pelaksanaan CSR antara perusahaan satu
dengan lainnya tentunya berbeda. Hal ini mempunyai andil terhadap rumitnya pengaturan
CSR khususnya di Jawa Timur.
Penutup
Bapak Rektor dan hadirin sekalian yang saya hormati,
Pada bagian penutup ini dikemukakan rangkuman dan catatan rekomendasi sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan CSR-PKBL semestinya tidak hanya berorientasi pada tanggung jawab
ekonomi (profit) saja, melainkan juga tanggung jawab legal, moral dan etika.
Pemaknaan kegiatan CSR harusnya tidak sekedar sebagai “perlakuan” tertentu pada
inside stakeholders seperti karyawan, atau outside stakeholders yang terdiri dari
pelanggan, pemasok, pemerintah, dan kelompok masyarakat setempat atau yang lebih
luas. CSR/TJSL harus dimaknai sebagai kegiatan perusahaan yang dibuat dalam
rencana jangka panjang dan juga memiliki efek jangka panjang (sustainability
development) sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat bagi komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
2. Perlunya dibuat petunjuk pelaksanaan atas regulasi CSR-PKBL yang telah ada agar
dalam pelaksanaannya dan sanksi atas pengabaiannya jelas dan tidak multi tafsir, serta
berfungsi juga sebagai indikator yang nyata dalam menetapkan korporasi yang telah
melaksanakan amanat perundang-undangan mengenai CSR-PKBL dengan benar.
3. Saat ini telah terbentuk forum di tingkat provinsi Jawa Timur dengan nama
“Sekretariat Tetap (Sektap) CSR-PKBL”, yang diprakarsai oleh Bappeda Provinsi
Jawa Timur. Sebagian kecil saja kabupaten/kota yang telah membentuk “Sekretariat
Tetap (Sektap)” CSR-PKBL ini. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jatim perlu segera
melakukan pembentukan di kota/kab lain di Jawa Timur. Agar forum ini berfungsi
optimal dalam upaya mensukseskan CSR-PKBL di Jatim, pemerintah diharapkan dapat
memfasilitasi keberadaan Sektap ini.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
4. Pemerintah melalui SKPD yang terkait diharapkan bersungguh-sungguh dalam
menangani masalah akuntabilitas dan keterbukaan pelaksanaan CSR-PKBL. Media
website yang telah dimiliki oleh Pemprov Jawa Timur agar disosialisasikan dan
dioptimalkan pemanfaatannya.
5. Perlunya diberikan reward secara proporsional dan berkesinambungan bagi perusahaan
atau semua pihak yang telah melaksanakan atau berkontribusi optimal terhadap CSRPKBL yang sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian yang saya hormati,
Untuk mengakhiri pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya mengungkapkan
perasaan, curahan hati, dan do’a sebagai tanda rasa terima kasih atas jasa semua guru,
dosen saya, pemimpin dan karyawan di UM; teman sejawat, keluarga, dan mahasiswa
saya.Tanpa bermaksud mengecilkan arti jasa mereka, saya mohon maaf bahwa hanya
sebagian kecil saja di antara mereka yang dapat saya sebut dalam akhir pidato pengukuhan
ini.
Capaian jabatan fungsional dan kepangkatan tertinggi saya ini tidak terlepas dari
fasilitasi semua pihak. Untuk itu, secara khusus saya sampaikan terima kasih kepada
Bapak Rektor UM Prof. Dr. H. Suparno, Wakil Rektor, Ketua Komisi Guru Besar Prof.
Dr. H. Imam Syafi’ie dan Sekretaris Pror. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd, Kepala BAKPIK,
Kepala BUK, Dekan dan para Wakil Dekan FE, Ketua dan Sekretaris Jurusan, Ketua
Prodi, Ketua Laboratorium FE, Kabag dan para Kasubag TU FE, dan semua sejawat serta
para karyawan FE UM yang telah banyak membantu, peduli, dan memberikan saran
masukan kepada saya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kolega saya dalam tim penulis
buku berikut: Buku Pengantar Koperasi dan Manajemen Koperasi Prof. Dr. J.G. Nirbito,
M.Pd yang juga telah membimbing dan mengarahkan potensi saya sejak mahasiswa; Buku
Teori Ekonomi Mikro Dr. H. Sasongko; Buku Ekonomi SMA Prof. Dr. Poerwito, MSc.
Bus. (Alm); Buku IPS Ekonomi, Prof. Drs. H. Sunaryo (Alm), Dra. Hj. Sutatmi, S.E.,
M.Pd, M.Si, Ak (Alm), sehingga buku IPS Ekonomi tersebut menjadi Buku Paket Wajib
Nasional; Buku IPS Terpadu SMP; Buku IPS SD dan buku lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kolega yang sering bekerjasama
dalam berbagai Tim/kegiatan di UM: Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, Prof. Dr. H. Hendyat
Soetopo, M.Pd, Prof. Dr. H.A. Rofi’udin, M.Pd, Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed. Selain
itu, juga saya sampaikan terima kasih kepada kolega yang ada di: Laboratorium
Pancasila: Prof. Dr. Noorsyam, SH., Prof. Dr. H. Suko Wiyono, SH., MH., Prof. Dr.
Wajoedi, M.E., Dr. Hj. Sri Umi Mintarti W., S.E., M.P. Ak., Dr. H. Suharto, S.M., M.Pd,
Drs. Suparlan Al-Hakim, MSi., Dra. Sri Untari, MSi.; Penerbit & Percetakan UM: Drs.
H. Murdibjono, M.A., Drs. H. Sumadi, S.E., M.M., dan Dr. H. Nurhadi, M.Pd, Drs. Evi
Effendi, M.M., Sugeng Johaini S, BA., Subroto, dan staf lainnya; Fakultas Ekonomi UM:
Prof. Dr. Ery Tri Djatmiko RWW, M.A., M.Si, Dr. Mit Witjaksono, MS.Ed., Dr. Tuharjo,
S.E., M.Si, Ak., Drs. Djoko Dwi Kusumojanto, M.Si; Pasca Sarjana UM, Prof. Dr. I
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Nyoman Degeng, M.Pd, Prof. Dr. Danardana Murwani, M.M., Prof. Dr. Sudarmiatin,
M.Si, Dr,. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd, Ak.; Satuan Pengawasan Internal: Dr. H.
Sutrisno, M.M., Dr. Syihabudhin, S.E., M.Si, Dr. Hj. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si,
Ak., Sawitri Dwi Prastiti, S.E., M.Si, Ak., M.M., dan staf: Dina, Dini, Melati; Jurusan
Manajemen FE UM: Prof. Dr. Budi Eko Sutjipto, M.Ed., M.Si, Dr. Wening Patmi
Rahayu, S.Pd., MM., Drs. Mohammad Hari, M.Si, Drs. Mohammad Arief, M.Si, Dr. H.
Heri Pratikto, M.Si, M.M., Dr. H. Agung Winarno, MM , Afwan Hariri Agus Prohimin,
S.E., M.M., Drs. H. Gatot Isnaini, M.Si, I Wayan Jaman Adi Putra, M.Si, Dr. Aniek
Indrawati, S.Si., M.M., M.Si, Yuli Soesetio, S.E., M.M., Hj. Madziatul Churiyah, S.Pd.,
M.M., Subagyo, S.E., S.H., M.M., Drs. Imam Bukhori, MM., dan teman sejawat lain yang
tidak sempat saya sebut di sini; Lain Jurusan: Prof. Dr. Bambang Sugeng, S.E., M.A.,
M.M.Ak., Dr. Suparti, M.P., Dr. Suwarni, M.Si, Dr. Agung Haryono, S.E., M.P.,Ak., Dr.
Nasikh, S.E., M.P., M.Pd, Dr. H. Sugeng Hadi Utomo, M.Ec., Dr. H. Tjipto Wardoyo,
S.E., M.Pd, M.Si, Ak., Dr. Dyah Aju Wardhani, M.Si, Ak., Dr. H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak., Dr. Puji Handayani, S.E., M.M.Ak., Dr. Sunaryanto, M.Ed., Prof. Dr. H.
A. Syukur Ghazali, M.Pd, Dr. H. Gunadi Hari Sulistyo, M.Pd, Drs. Agus Dharmawan,
M.Si, Drs. Achmad Murdiono, SE., S.Pd dan sejawat lain yang tidak sempat saya sebut
dalam kesempatan ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kolega yang banyak bekerjasama
dengan saya di: Panitia Sertifikasi Dosen; PPJFD di Fakultas dan Universitas; Tim BKD
UM; Tim BLU; Tim OTK, Tim Statuta, Tim Renstra; Dewan Pengawas UM; Pengurus
PPGI Jatim; Pengurus IKAPI Jatim, Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kota Malang; Pengurus Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) kota
Malang, Yayasan Putera Harapan Asrori, dan sejawat lain yang tidak saya sebutkan dalam
kesempatan ini yang memberikan andil besar terhadap karir saya sebagai dosen.
Sebagian besar keberhasilan karir akademik saya ini tercapai berkat dukungan
penuh dari keluarga. Orang tua saya Bapak H. Suratman (Alm) dan Ibu Hj. Siyanah yang
mengukir jiwa raga saya dan menanamkan niai-nilai luhur di keluarga, mertua saya Bapak
H. Abd. Hadi (Alm) dan Ibu Hj. Maimunah (Alm) yang telah menyayangi, mendoakan
saya dan menjadi inspirasi kecerdasan spiritual saya, Isteri saya tercinta Hj. Firdausiyah
Gunung Jati yang telah setia menemani, memberi semangat, memikirkan dan mendoakan
saya sepanjang waktu, serta menemani saya diwaktu suka dan duka; Anak-anak saya Elva
Lidya Saferlin dan suaminya Aprillia Azandra, M Ryzka Firbanata, dan Elfaudya Firbasari
yang memberi spirit saya untuk mencapai karir jabatan fungsional dan kepangkatan ini;
Orang tua asuh yang juga membesarkan saya Bapak H. Alimin dan Ibu Nurjanah, Orang
tua asuh yang memperkenalkan saya tentang penanaman jiwa sosial Bapak H. Moch
Asrori dan Ibu Hj. Choiriyah; Saudara kandung saya H. Kamiek Mujianto, SH., MH.,
Pinah Rahayu, Anik Sri Hari Antini, Dra. Endang Hertatik; Saudara ipar saya Siti
Chotimah (Alm), Hj Rosida, Ellyati, Hj. Farida, HM. Fatah, Fauzan Hadi, Mad Firdaus,
Firmansyah, B.Sc, Drs. Syafiudin, Hidayat, serta saudara lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Terakhir, saya sampaikan terima kasih pada para hadirin yang sabar mendengarkan
pidato pengukuhan saya. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kekurangan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
dan kekhilafan saya. Saya mohon bantuan doa kepada segenap hadirin agar saya dapat
mengemban amanah dan tanggung jawab kegurubesaran ini. Semoga Allah SWT selalu
memberkahi, merahmati dan meridhoi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, N., Maliah, & D. Siswantoro. 2003. Corporate social responsibility disclosure in
Malaysia: An Analysis of Annual Reports of KLSE Listed Companies, IIUM
Journal of Economics and Management Malaysia 11 (1).The International Islamic
University
Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik Di Indonesia: Wujud Kepedulian Dunia Usaha.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Anggraini, Fr. 2006. Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan
(Studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar bursa efek Jakarta),
Simposium Nasional Akuntansi 9. Alexander GJ and Buchloz RA. 1978.
Aris. 2010. CSR bisa jadi pengurang pajak. (Online), (http://www.bisnis.com/articles/csrbisa-jadi-pengurang-pajak, diakses 18 September 2012).
Arista. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas dan
Kinerja Pasar Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahan LQ45 periode 20072008). Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Asongu, J.J. 2007. The history of Corporate Social Responsibility, Journal of Business and
Public Police, Vol 1, Number 2.
Asongu, J.J. http://www.mallenbaker.net/csr/CSRfiles/definition.html. Diakses, 15 Des 2011
Asy’ari. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility sebagai Modal Sosial Pada
PT Newmont. (http://eprints.undip.ac.id/pdf di akses pada tanggal 17 September
2012)
Baron, D.P. 2006. Business and its Environment. Fifth edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson-Prantice Hall.
Barnett, “Corporate Social Resposibility” http://www.referenceforbusiness.com/
management/Comp-De/Corporate-Social-Responsibility.html, diakses pada tanggal
4 Sep. 2012.
Burkett W., Brian & Douglas G., “Voluntary Regulation of International Labour
Standards: An Overview of the Corporate Social Responsibility Phenomenon”
diakses dari http://library.findlaw.com/2012/Sep/11/246322.html mengutip
"Corporate SocialResponsibility: An IOE Approach," International Organization of
Employers Position Paper, at p. 2, online: http://www.uscib.org/
docs/03_21_03_CR.pdf.
Choi, D.Y. & Grey, E.R. 2008. The Venture Development Processes of Sustainable
Entrepeneurs. Management Research News, Vol. 31 No. 8.
Dharmawan, A. et. al. 2011. Desa Model. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Malang.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Gunadi. 2012. Bagaimana Perlakuan Pajak atas CSR?. (Online),
(http://www.businesslawyer.lhs-lawfirm.com/2?id=Bagaimana-Perlakuan-Pajakatas-CSR, diakses 18 September 2012).
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, Diakses 10 Des 2011.
http://www6.miami.edu/ethics/pdf_files/csr_guide.pdf Diakses 10 Jan 2012
Husted, B. 2003. “Governance Choices for Corporate Social Responsibility: To
Contribute, Colaborate or Internalize?” Long Range Planning 36, no. 5 (2003),
h.481-498
Kalangit, KM. 2009. Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan
Pelaksanaannya di Indonesia.
Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Kartini. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Keputusan Menteri Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989
tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui
Badan Usaha Milik Negara
Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Keciln dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari
Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara
Keputusan Menteri Negara BUMN No.: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
Kotler. 1997. Marketing Management – Analysis, Planning, Implementation, and Control Ninth Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mas’ud & Santoso.2007. Survei Peran Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Harmonisasi Social Hubungan Indrustrial di jawa timur. BAPPENAS Jawa
Timur.
McWilliam A & Siegel D. 2001. Corporate Social Responsibility: A Theory of The Firm
Perspective. The Academy of Management Review Jan 2001; 26,1; ABI/INFORM
Global.
Marshal, R.S. & Harry, D.P. 2005. Introducing a new business course: “Global Business
and Sustainability”. International Journal of Sustainability in Higher Education,
Vol. 6 No. 2.
Pearce, J.A. & Robinson, RB. 2007. Management Strategic: Formulation, Implementation,
and Control, 10th Ed. Mc Graw-Hill Companies, Inc.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Binan Lingkungan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kecil
Post, E. & Lawrence, T.A & Weber. 2002. Business and Society: Corporate Strategy,
Public Policy, Ethics. 10th Ed. McGraw Hill Companies, Inc.
Robbins, S.P & Boulter, Mary. 2003. Management. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice Hall.
Siswoyo, B.B. et. al. 2009. Penyusunan Strategi Kebijakan Efektivitas Pemanfaatan
Corporate Social Responsibility (CSR).Kerjasama Bappeda Provinsi Jawa Timur
dan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.
Siswoyo, B.B. et. al. 2010. Pemetaan Program Corporate Social Responsibility (CSR)Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Di Jawa Timur. Kerjasama Bappeda
Provinsi Jawa Timur dan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Siswoyo. 2004. Pemberdayaan UKM Melalui Strategi Kemitraan & Klaster Industri.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Kemitraan Usaha Kecil Menengah di
Malang pada Tanggal 28 September 2004.
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
Wartick, L., Cochran & L. Phillip. 1985. The Evolution of the Corporate Social
Performance Model. The Academy of Management Review.Vol. 10.No. 4.October.
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
CURRICULUM VITAE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Lengkap
NIP
Tempat dan tgl. lahir
Jenis Kelamin
Pangkat/Gol
Jabatan Fungsional
Perguruan Tinggi
Alamat Kantor
9. A l a m a t
10. Keluarga
Istri
Anak
:
:
:
:
:
:
:
:
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M.
195910241983031003
Malang, 24-10-1959
Laki-laki
Pembina Utama / IV-e
Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
Jl Surabaya 6 Malang
Telp. (0341) 551312 Psw. 288, 553959
Faks. (0341) 566025
: Jl. Banten No. 5 Malang
Telp. (0341) 551479 HP. 0811363181
E-mail: [email protected]
:
: Hj. Firdausiyah Gunung Jati
: Elfa Lidya Saferlin, S.Pd., M.Pd
: M. Ryzka Firbanata
: Elfaudia Firbasari
11. Pendidikan:
No.
Tingkat
Pendidikan
Jurusan
-
Tahun
Lulus
1971
Turen, malang
1974
Turen, Malang
Tempat
1.
SD
SDN
2.
SMP
SMPN
3.
SLTA
SMEAN
Tata
Buku/Akunt
ansi
1977
Turen, Malang
4.
S1
FKIS IKIP
MALANG
Pendidikan
Ekonomi
1982
Malang
5.
S2
Univ. Muham
madiyah
Magister
Manajemen
1998
Malang
6.
S3
Universitas
Ilmu
Ekonomi,
2004
Malang
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Brawijaya
kekhususan
Manajemen
12. Riwayat Pekerjaan
No.
Pangkat dan Jabatan
1.
CAPEG
PENATA MUDA/
ASISTEN AHLI MADYA
PENATA MUDA TK
I/ASISTEN AHLI
PENATA/LEKTOR
MUDA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PENATA TK I/LEKTOR
PEMBINA/LEKTOR
KEPALA MADYA
PEMBINA TK I/LEKTOR
KEPALA
PEMBINA UTAMA
MUDA/LEKTOR
KEPALA
PEMBINA UTAMA
MADYA/GURU BESAR
PEMBINA
UTAMA/GURU BESAR
Gol. Ruang
Penggajian
Berlaku
terhitung mulai
tanggal
III/a
01-03-1983
III/a
01-09-1984
III/b
01-04-1986
III/c
01-04-1990
III/d
01-04-1992
IV/a
01-10-1995
IV/b
01-10-2000
IV/c
01-04-2004
IV/d
01-10-2006
IV/e
01-04-2012
Keterangan
SK TGL 17-03-1983
SK MENDIKBUD
TGL 01-09-1984
SK MENDIKBUD
TGL 20-11-1986
SK MENDIKBUD
TGL 13-11-1990
SK MENDIKBUD
TGL 22-01-1993
SK MENDIKBUD
TGL 26-01-1996
SK PRESIDEN RI
TGL 02-11-2000
SK PRESIDEN RI
TGL 09-07-2004
SK PRESIDEN RI
TGL 27-12-2006
SK PRESIDEN RI
TGL 24-07-2012
13. Keterlibatan Sebagai Nara Sumber dan Orator Ilmiah (10 tahun terakhir)
No
Nama Kegiatan
Judul Makalah
1
Seminar Nasional
1.
2.
3.
4.
Usaha Kecil dalam Ekonomi Indonesia
Ekonomi Syariah dalam Tinjauan Akademis
Kewirausahaan dalam Tinjauan Akademik
Prospek & Strategi Pengembangan Usaha
Koperasi & UKM dalam Ekonomi Global
5. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
6. Peningkatan Budaya Kewirausahaan dalam
upaya Penyiapan Tenaga Kerja Mandiri di
Surabaya
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
7. Strategi Pengembangan Usaha Kecil
8. Membangun Jiwa Kewirausahaan UMKM
9. Pola Pengembangan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) Berbasis Jatidiri Koperasi
10. Pembudayaan Nilai Pancasila dalam
Perspektif Pasal 33 UUD 1945
11. Peluang dan Tantangan Pengembangan Prodi
S2 Dalam Perspektif Pendidikan
Standardisasi
2
Orasi Ilmiah
1. Pada Wisuda Sarjana STIA Kertanegara
Malang: Kewirausahaan, Kemitraan dan
Pengembangan Cluster Industri sebagai
Solusi Pengembangan UKM
2. Pada Wisuda Sarjana IKIP PGRI Madiun:
Pengembangan Jiwa Usahawan di Kalangan
Tenaga Kependidikan.
3. Pada Wisuda Sarjana STKIE PGRI
DEWANTARA Jombang: Pengembangan
dan Pemberdayaan UMKM ke Arah
Percepatan Pembangunan Ekonomi.
4. Pada Wisuda Sarjana dan Dies Natalis XXX
STIEKMA Malang: Pengembangan UKM
dalam Perspektif Ekonomi Kerakyatan
5. Pada Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Siman Lamongan: Pendidikan
14. Rincian Karya Ilmiah
a. Dalam Bentuk Buku
No.
Judul
Keterangan Buku
Tahun
1.
- Pengantar Koperasi
- Buku
1985
2.
- Manajemen Koperasi
- Buku
1987
3.
- Pentingnya Partisipasi
Anggota Bagi
Pengembangan Koperasi
- Buku
1990
- Buku IPS Ekonomi Kls 1
s/d 3 untuk SLTP
- Buku Paket
Wajib Nasional
1995
4.
Penerbit (diterbitkan
untuk umum)
- Penerbit: CV. Sinar
Wijaya, Surabaya
- Penerbit: CV.
Mataram Muda,
Malang
- Dekopinda
KodyaMalang
- Penerbit: PT. Balai
Pustaka & IKIP
Malang, Jakarta
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
- Buku LKS IPS SLTP (9
Judul)
- Buku Suplemen
- Buku IPS Ekonomi Kls 1
SLTP
- Buku Paket
Wajib Nasional
- Buku IPS Ekonomi Kls 2
SLTP
- Buku Paket
Wajib Nasional
- Buku IPS Ekonomi Kls 3
SLTP
- Buku Paket
Wajib Nasional
- Buku Pegangan Guru
IPS Ekonomi Kls 1 SLTP
- Buku
- Buku Pegangan Guru
IPS Ekonomi Kls 2 SLTP
- Buku
- Buku Pegangan Guru
IPS Ekonomi Kls 3 SLTP
- Buku
- Strategi Pengembangan
Usaha Kecil Menengah
- Aplikasi Pembelajaran
Matakuliah Manajemen
Koperasi dan Akuntansi
Koperasi melalui
Pendidikan Keterampilan
Proses
1996
1996
2002
- Penerbit: IKIP
Malang
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
1996
2002
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
1996
2002
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
1996
2002
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
1996
2002
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
1996
2002
- Penerbit: UM Press
(ed.rev.)
- Buku
1999
- PSSJ Pendidikan
Ekonomi UM
- Buku
2000
- Jurusan Ekonomi
FPIPS UM
- Buku
- Buku Pengetahuan Sosial
Untuk SMP/MTs Kelas VII
2004
- Penerbit: UM Press
15.
- Ayo Belajar Pengetahuan
Sosial Untuk SD/MI Kls 1
- Buku
2004
- Penerbit: UM Press
16.
- Ayo Belajar Pengetahuan
Sosial Untuk SD/MI Kls 4
- Buku
2004
- Penerbit: UM Press
17.
- Teori Ekonomi Mikro
- Buku
2004
- Penerbit: UM Press
18.
- Ayo Belajar Pengetahuan
Sosial Untuk SD/MI Kls 2
- Buku
2005
- Penerbit: UM Press
19.
- Ayo Belajar Pengetahuan
Sosial Untuk SD/MI Kls 5
- Buku
2005
- Penerbit: UM Press
20.
- Buku Ilmu Pengetahuan
Sosial Terpadu Untuk
SMP/MTs Kelas VII, VIII,
- Buku
2005
- Penerbit: UM Press
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
IX
21.
22.
23.
- Buku:Pasal 33 UUD 1945
Dalam Perspektif
Pembudayaan Nilai-nilai
Dasar Pancasila
- Buku: Penataan Suasana
Sekolah Berbasis Nilainilai Pancasila
- Buku Pendampingan
Koperasi Wanita
(Kopwan)
- Diktat
- 2010/
2011
- Penerbit: UM Press
- Diktat
- 2010/
2011
- Penerbit: CV. Asrori
- Diktat
- 2012
- Penerbit: UM Press
b. Dalam Bentuk Jurnal
No.
Nama Jurnal/
Publikasi
Buletin
Eccopesian
Tahun
Posisi Penulis
1992
Tunggal
2
Mobilitas Pengemb. Modal
Koperasi Melalui Modal Ventura
dan Obligasi
Penilaian KUD Mandiri
1993
Tunggal
3
Jati Diri Permodalan Koperasi
1994
Tunggal
4
Konsultasi Manajemen Koperasi
1994
Tunggal
5
Permasalahan Sekitar Partisipasi
Anggota dan SDM di Koperasi
Strategi Pemasaran pada Usaha
Kecil
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Partisipasi Anggota Koperasi di
KUD Jabung Malang
Pengembangan Usaha Kecil
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Anggota Koperasi di
KUD (Mandiri Inti) Jabung Jaya
Abadi Unggul Malang
Epistemologi dalam Filsafat &
Ilmu Pengetahuan
Partisipasi Anggota Koperasi
Dalam Kajian Perilaku
Organisasional
1995
Tunggal
Buletin
Eccopesian
Buletin
Eccopesian
Buletin
Eccopesian
Jurnal IPS
1998
Tunggal
Jurnal IPS
1998
Tunggal
FPS UMM
1999
2002
Tunggal
Tunggal
Jurnal IPS
Jurnal IPS
(Terakreditasi)
2002
Tunggal
2003
Tunggal
Jurnal IPS
(Terakreditasi)
Jurnal Ekonomi
Bisnis
Terakreditasi
1
6
7
8
9
10
11
Judul Tulisan
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
12
13
14
15
16
17
18
Masalah Di seputar Masalah Riset
Pemasaran
Paradigma Kritis Dalam Kajian
Realita Sosial, Hakikat Manusia,
Hakikat Ilmu & Tujuan Penelitian
Solusi Pengembangan UKM
Melalui Kemitraan & Cluster
Industri
Faktor-faktor Eksternal Perilaku
Organisasional Anggota Koperasi
dan Pengaruhnya Terhadap
Partisipasi Anggota, serta Manfaat
yang Diperoleh Anggota Koperasi
Pengaruh Faktor-faktor Internal
Anggota Koperasi Terhadap
Partisipasi Anggota
Pengembangan Jiwa
Kewirausahaan Di Kalangan
Dosen dan Mahasiswa
Survey Partisipasi Pembangunan
Daerah Jawa Timur Dalam
Rangka Menunjang Pembiayaan
(Kemitraan) Dunia Usaha
(Korporasi)
Buletin
Eccopesian
Jurnal IPS
Terakreditasi
2003
Kedua
2003
Tunggal
2005
Tunggal
Jurnal IPS
(Terakreditasi)
2005
Tunggal
Jurnal Ekonomi
Bisnis
(Terakreditasi)
2005
Tunggal
2009
Tunggal
Jurnal Keuangan
dan Perbankan
(Terakreditasi)
Jurnal Ekonomi
Bisnis
2010
Pertama
JAM FE Unibraw
Malang
(Terakreditasi)
b. Dalam Bentuk Penelitian
No.
Judul Penelitian
Publikasi
Tahun
1. Hubungan antara efektifitas pengelolaan
modal dengan perolehan kredit di KPN
IKIP Malang
Puslit IKIP Malang
1985
2. Perbandingan prestasi akademis antara
mahasiswa yang belum dan sudah
berkeluarga
Puslit IKIP Malang
1989
3. Analisa keluaran (output) Pendidikan dan
Latihan Akuntansi untuk Juru Buku KPN
di Kodya Malang
Puslit IKIP Malang
1989
4. Penelitian kemantapan aspek usaha di
Puslit IKIP Malang
1989
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
KPN IKIP Malang
5. Hubungan antara kebijakan usaha
Pengurus dengan Efektifitas Pengelolaan
Modal KPN se Kodya Malang
Puslit IKIP Malang
1990
6. Studi Empirik Tentang Ketrampilan
Penggunaan Jari Pengaruhnya terhadap
Prestasi Mengetik Bagi Siswa SMEA Se
Kotamadya Malang
Puslit IKIP Malang
1990
7. Penelitian Kemantapan Aspek Usaha
Koperasi Pegawai Negeri di Kodya
Malang
Puslit IKIP Malang
1990
8. Pentingnya Partisipasi Anggota Bagi
Pengembangan Koperasi
Dekopinda Kodya Malang
1990
9. Penelitian Tentang Partisipasi Anggota
Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IKIP
Malang.
Puslit IKIP Malang
1991
10. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Partisipasi Anggota dalam
Mengembangkan KUD di Kecamatan
Bululawang.
Puslit IKIP Malang
1992
11. Pelaksanaan Tugas-tugas Pengurus di
KPN sekodya Malang
Puslit IKIP Malang
1992
12. Profil Strategi Pemasaran Produk
Pengrajin Saniter di Kel. Karang Besuki
Kec. Sukun Malang
Puslit IKIP Malang
1994
13. Studi Tentang Personalia Vol. Usaha &
Rentabilitas pada KUD se Kabupaten
Malang
Lemlit IKIP Malang
1996
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Partisipasi Anggota Koperasi di KUD
(Mandiri Inti Jabung ”Jaya Afadi Unggul”
Malang
Pasca Sarjana: UM Malang
1998
15. Perilaku Organisasional Anggota
Koperasi dan Pengaruhnya Terhadap
Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya Malang
2004
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Partisipasi Anggota, serta Manfaat yang
Diperoleh Anggota Koperasi
16. Pengaruh Faktor-faktor Internal Perilaku
Organisasional Anggota Koperasi
Terhadap Partisipasi Anggota
Lemlit UM
2005
17. Revitalisasi Fungsi Balai Latihan Keterampilan (BLK) di Jawa Timur
Balai Latihan Kerja Jatim
2006
18. Mapping Pendidikan: (RPPJM) di
Kabupaten Blitar.
Bappeda Kab Blitar
2007
19. Survey Partisipasi Dunia Usaha
Menunjang Pembiayaan Pembangunan
Daerah Jawa Timur
Bappeda Jatim & Lemlit
UM
2008
20. Penyusunan Strategi Kebijakan Efek
tivitas Pemanfaatan CSR Untuk Kinerja
Pembangunan Daerah
Bappeda Jatim & Lemlit
UM
2009
21. Studi Pengembangan Potensi Energi
Mandiri Berbasis Biogas
Pemkot Batu dengan Lemlit
UM
2009/2010
22. Mitigasi Bencana Alam di Jatim
Pemprov Jatim
2009/2010
23. Pemetaan Program CSR-PKBL di Jawa
Timur
Bappeda Prov Jatim dengan
FE UM
2010
24. Kajian Kinerja UMKM dalam Peningkatan Produk Kreatif dan Inovatif
Balitbang Pemprov Jatim
dengan Lemlit UM
2010
Badan Diklat Pemprov
Jatim dengan Lemlit UM
2010
26. PenilaianKinerja Koperasi Wanita di
Kabupaten Malang
Dinas Koperasi dan
UMKM dengan FE UM
2011
27. PenilaianKinerja Koperasi Wanita di
Kabupaten Blitar, Lumajang, dan Kota
Blitar
Dinas Koperasi dan
UMKM dengan FE UM
2011
25.
Pengembangan Model Diklat Pengambilan Keputusan Strategik Pejabat
Struktural Pemkab/Pemkot Di Jatim
(Didesain dengan Pendekatan Lesson
Study)
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
28. Pengaruh Aspek Organisasi, Aspek Tata
Laksana Manajemen Terhadap
Produktivitas Koperasi Wanita Di Kab
Malang
Jurusan Manaj FE UM
2011
29. PenilaianKinerja Koperasi Wanita di
Kabupaten Ponorogo, Magetan, dan
Pacitan
Dinas Koperasi dan
UMKM dengan FE UM
2012
30. PenilaianKinerja Koperasi Wanita di
Kabupaten Blitar, Tulungagung,
Trenggalek, dan Kota Madiun
Dinas Koperasi dan
2012
31.
Pemberdayaan UMKM melalui klinik
Koperasi dan UMKM di Kabupaten
Blitar, Kediri, Tulungagung, Bangkalan,
dan kota Blitar, Kediri
UMKM dengan Lemlit UM
Dinas Koperasi dan
UMKM dengan Lemlit UM
2012
15. Pengalaman dalam Bidang Pengabdian pada Masyarakat:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kegiatan
Layanan manajeman dan akuntansi koperasi bagi Pengurus
dan Karyawan KUD Bantur Kabupaten Malang
Penyusun Naskah lomba Tangkas Trampil Koperasi Sekolah
tingkat SLTA/Aliyah se Kodya Malang
Penataran tentang Organisasi dan Manajemen Anggota KPN
“USAMENA” Malang, Dekopinda Kodya Malang
Pendidikan Perkoperasian untuk Anggota Koperasi di
Koperasi Pegawai Negeri Kodya Malang, Dekopinda Kodya
Malang
Penataran Tingkat Lanjutan tentang Konsep Dasar Akuntansi
Koperasi bagi Anggota KPN “BASIS” Kandepag Kodya
Malang
Tatacara pendirian Koperasi dan pengembangan koperasi bagi
karang taruna se kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
Konsultasi Pengetahuan Dasar bagi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Perkoperasian di Kecamatan Sukun
Kotamadya Malang
Penyuluhan perkoperasian bagi anggota Karang Taruna di
Ngajum Kabupaten Malang
Perintisan Pendirian Koperasi Pemuda di Desa Karang Tengah
Kabupaten Malang
Tahun
1985
1988
1988
1988
1989
1990
1991
1992
1993
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Konsultasi Pengetahuan Dasar bagi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Perkoperasian di Kecamatan Lowokwaru
Kotamadya Malang
Penataran Akuntansi Koperasi bagi Anggota Koperasi Pegawai
Negeri LP Lowokwaru Malang
Perintisan Pendirian Koperasi Simpan Pinjam bagi Pedagang
Kecil di Desa Tlogo Waru Kedung Kandang
Peningkatan Ketrampilan Berkoperasi di Desa Slamparejo
Kecamatan Jabung Ka-bupaten Malang
Penyiapan Mahasiswa Berwirausaha dalam Industri Kerajinan
Keramik Hias di Malang (selama 4 bulan), dibiayai oleh
Proyek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat LPM UMDirjen Dikti
Pengembangan alat pembentuk body sandal “reumatik” untuk
meningkatkan produksi dan kualitas industri kecil sandal
“Rollies Sandals” di Bululawang (selama 10 bulan), LPM
UM-Dirjen Dikti
Pelatihan: Motivasi bisnis, membaca peluang, merintis dan
mengembangkan
2004.
usaha bagi Sivitas Akademika Universitas Negeri Malang
(selama 2 hari),
LPM UM
Implementasi Mesin “Crusher” untuk Pengolahan Limbah
Genteng Menjadi Semen Merah
Pelatihan Kewirausahaan Bagi Fasilitator Program Paket B
dan Paket C di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Probolinggo
Penerapan Mesin Sender dan Pres Perekatan Pada Proses
Pembuatan Sandal “Rematik”
Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Pemanfaatannya di
Pondok Pesantren Darul Ulum Agung Malang
Pelatihan Administrasi Keuangan dan Pembagian SHU
Koperasi Untuk Anggota dan Pengurus Koperasi di Desa
Pakisaji Malang
Workshop Pendidikan Karakter Pembudayaan Nilai Pancasila
Bagi Guru-guru di Jawa Timur, Diselenggarakan Dinas
PendidiK Prop Jatim
Pendampingan Koperasi Wanita (Kopwan) Di Kabupaten
Ponorogo,Pacitan & Magetan; Kerjasama Dinas Kop &
UMKM Jatim Dengan FE UM Malang
Pendampingan Koperasi Wanita (Kopwan) Di Kabupaten
Blitar, Kab Tulung Agung, Kab Trenggalek & Kota Madiun;
Kerjasama Dinas Kop & UMKM Jatim Dengan Lemlit UM
1993
1994
1995-1996
1996-1997
2000-2001
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2010
2011
2012
2012
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
25
Workshop Pendidikan Karakter Pembudayaan Nilai Pancasila
Bagi Guru-guru di Jawa Timur, Diselenggarakan Dinas
Pendidi Prop Jatim
Pemberdayaan UMKM melalui Klinik Koperasi dan UMKM
di Kabupaten Blitar, Kediri, Tulungagung, Bangkalan, dan
kota Blitar, Kediri
26
2012
2012
16. Pengalaman Organisasi/Kerja/Lain:
a. Organisasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Institusi
KOPMA IKIP Malang
KPN IKIP Malang
Yayasan Panti Asuhan
Sekarang
Putera Harapan Asrori
Yayasan Penerbit IKIP Malang
Jabatan
Ketua
Manajer
Pendiri/Pembina
Tahun
1981–1982
1980–1988
1988 -
Sekretaris
1989–sekarang
Penerbit IKIP Malang
Percetakan IKIP Malang
PT. Mercu Firman
Abadi, Surabaya
PT Penerbit-Percetakan
Balai Pustaka, Jakarta
Yayasan Penerbit
Univ. Negeri Malang
Koperasi IKAPI Jatim
Sekarang
IKAPI (Ikatan Penerbit
Indonesia) Cabang Jawa Timur
Ikatan Alumni Jama’ah Haji
Sekarang
Al-Hikam
IKAPI Cabang Jawa Timur
Sekarang
Kadinda Tk I Jatim
PPGI (Perusahaan Percetakan Grafika Indonesia) Jatim
Direktur Keuangan
Direktur
Konsultan
1989–1998
1992–1998
1993–1998
Konsultan Keuangan &
Pemasaran
Direktur Utama
1996–1999
1998–2006
Pengawas
1998 -
Ketua I
1998–2003
Ketua Umum & Pembimbing 1998 -
Dewan Pertimbangan
2003 -
Dewan Pembina
Dewan Penasehat
1999–2005
2002 - 2012
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
16. Koperasi PPGI Jatim
Penasihat/Pembina
Sekarang
17. Ikatan Sarjana Ekonomi Cabang Pengurus
Sekarang
Malang.
18. Forum Komunikasi Ulama dan Ketua
Sekarang
Masyarakat Kota Malang
19. Ikatan Alumni (IKA) UM
Ketua I
Sekarang
20. Forum Kerukunan Umat Bera- Pengurus
Sekarang
Gama (FKUB) Kota Malang.
21. Pengelola Jurnal Pendidikan
Penyunting Ahli
Sekarang
Ekonomi Univ Neg Surabaya
22. Pengelola Jurnal Ekonomi
Penyunting Ahli
Sekarang
Bisnis FE UM
23. Pengelola Jurnal Ilmu Pendid
Penyunting Ahli
Sekarang
Univ Negeri Malang
24. Pengelola Jurnal Pendidikan
Ekonomi Univ. Negeri Surabaya Penyunting Ahli
Sekarang
25. Panitia Sertifikasi Dosen UM
Ketua
Sekarang
26. Pengelola Jurnal UIN Malang
Penyunting Ahli
Sekarang
27. Satuan Pengawas Internal
Anggota
Univ Negeri Malang
28. Dewan Pengawas PK-Badan
Anggota
Sekarang
Layanan Umum UM
2002 2005 -
2007 -
2007 2007 -
2008 -
2008 -
2008 -
2008 2008 2010 2012 - 2012
Mei 2012-
b. Pengalaman Bidang Kewirausahaan
No.
Institusi
Jabatan
Tahun
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
1.
KPN IKIP Malang
Manajer
1980–1988
2.
Penerbit IKIP malang
Direktur
1988-1992
3.
Penerbit IKIP MALANG
Direktur Adm & Keuangan
merangkap Direktur
Percetakan
1992–1995
4.
PT. Mercu Firman Abadi, Surabaya
Konsultan
1993–1998
5.
Penerbit dan Perrcetakan IKIP
Malang
Wakil Direktur Utama
1995–1998
6.
PT. Penerbit-Percetakan Balai
Pustaka, Jakarta
Konsultan
1996–1999
7.
Penerbit-Percetakan Universitas
Negeri Malang (UM Press)
Direktur Utama
1998–2008
c. Kunjungan ke luar negeri
No
Negara yang dituju
1.
Arab Saudi
2.
Arab Saudi
3.
Arab Saudi
4.
Arab Saudi
5.
Singapura
6.
Arab Saudi
Tujuan kunjungan
Membimbing ibadah Haji
tahun 1994
Membimbing ibadah Haji
tahun 1998
Membimbing ibadah Haji
tahun 2004
Membimbing ibadah Haji
tahun 2005
Ceramah atas undangan
Kedutaan RI di Singapura
Membimbing Umroh
Lama
kunjung
an
Pemberi dana
38 Hari
Sendiri
38 Hari
Sendiri
38 Hari
KBIH Al-Hikam
38 Hari
KBIH Al-Hikam
5 Hari
Kedutaan RI
14 Hari
Sendiri
17. Penghargaan
No.
Jenis Penghargaan
Pemberi Penghargaan
Tahun
1
Mahasiswa Teladan
Berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.
070/H/80 Oleh Dr. Dooed Joesoef
1981
2
Dosen Berprestasi I
Fakultas Ekonomi UM
Berdasarkan Keputusan Dekan FE
UM No. 1343/ KEP/
J36.1.12/AK/2005
2005
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
3
Dosen Berprestasi III UM
Berdasarkan Keputusan Rektor UM
No. 0295/KEP/J36/KP/2005
2005
4
Satya Lencana Karya Satya
20 Tahun
Presiden RI
2005
Demikian keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya..
Malang, 30 Oktober 2012
(Prof. Dr. H. BAMBANG BANU SISWOYO, MM)
Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M, Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka
Senat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012
Download