Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005 Boks : Pencapaian Sasaran Inflasi 2005 Melambungnya harga minyak dunia telah mempengaruhi perkembangan inflasi di dalam negeri. Tingginya harga minyak dunia tersebut memaksa Pemerintah untuk menaikkan harga BBM domestik guna menjaga kesinambungan fiskal. Respon pemerintah tersebut memberikan tekanan kuat terhadap inflasi 2005. Selain itu, gangguan pasokan dan distribusi, ekspektasi, dan depresiasi nilai tukar rupiah turut mendorong tekanan harga yang semakin meningkat. Secara keseluruhan, inflasi IHK 2005 melonjak hingga mencapai 17,11% (yoy) atau jauh di atas target inflasi sebesar 6%+1% atau inflasi IHK 2004 sebesar 6,4%. Selama tahun 2005, harga minyak dunia mengalami lonjakan yang cukup tajam yakni menjadi USD 51,4/barrel dari yang semula diperkirakan sekitar USD 25/barrel. Harga minyak dunia yang melambung tersebut mengakibatkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) membengkak. Untuk mengatasi beban subsidi yang sangat berat tersebut, maka pemerintah melakukan langkah penyesuaian fiskal terutama melalui pengurangan dan relokasi subsidi BBM. Kebijakan pengurangan subsidi BBM berakibat pada meningkatnya harga BBM di dalam negeri sebanyak dua kali, yaitu pada tgl 1 Maret dan 1 Oktober 2005. Kenaikan harga BBM pada tgl 1 Maret 2005 sekitar rata-rata 30% sudah diperkirakan sebelumnya terkait dengan rencana Pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Namun, harga minyak dunia yang terus meningkat memaksa Pemerintah untuk kembali menaikkan harga BBM pada tgl 1 Oktober 2005 sekitar rata-rata 100%. Sementara pada saat penetapan sasaran, harga minyak dunia diperkirakan sekitar USD25 per barel dan kenaikan harga BBM hanya sekitar 10%. Kenaikan harga BBM tersebut disadari memberikan dampak yang cukup luas terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengurangi dampak kenaikan harga BBM tersebut, Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan seperti program kompensasi pengurangan subsidi berupa bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin dan paket insentif 1 Oktober 2005 di bidang fiskal, perdagangan, dan perhubungan. Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia berupaya untuk tetap mengendalikan permintaan agregat, stabilisasi nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat sehingga menjadi bauran kebijakan yang sinergis dengan kebijakan fiskal yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian disamping untuk mengendalikan permintaan dengan tetap menjaga sustainabilitas fiskal. Lebih lanjut, keseriusan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi dituangkan dengan membentuk Tim Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi sebagai upaya untuk 38 Boks : Pencapaian Sasaran Inflasi 2005 meningkatkan koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia. Namun demikian, tekanan eksternal yang cukup kuat telah mendorong laju inflasi pada tingkat yang tinggi. Secara keseluruhan, dampak kenaikan BBM selama tahun 2005 terhadap inflasi sebesar 6,87%. Disamping kenaikan harga BBM, Pemerintah juga menaikan harga elpiji 1 , cukai rokok 2 , tarif PAM 3 dan tarif tol 4 sehingga pada tahun 2005, inflasi yang bersumber dari kelompok administered prices tercatat sebesar 42,01% (yoy) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi 2005 sebesar 8,45%. Dalam pada itu, kenaikan harga BBM juga mempengaruhi distribusi barang dan jasa sehingga meningkatkan biaya transportasi yang pada akhirnya meningkatkan harga jualnya. Sementara itu, pasokan barang secara umum cukup baik, namun beberapa komoditas bahan makanan terutama beras dan bumbu-bumbuan sempat mengalami gangguan berkaitan dengan produksi yang tidak sebaik tahun sebelumnya. Dengan demikian, selama tahun 2005 kelompok barang yang harganya bergejolak (volatile foods) mengalami kenaikan sebesar 15,18% (yoy), dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 3,06%. Sementara pada saat penetapan (%) m-t-m (%) y-o-y 8,70 17,89 18,38 Inflasi MtM Inflasi YoY 7 20 sasaran inflasi, pasokan barang terutama bahan makanan 18 diperkirakan relatif terjaga sehingga diperkirakan tidak 16 ada dampak yang signifikan terhadap inflasi. Dalam 17,11 14 5 12 8,81 3 7,32 8,12 7,40 7,15 1,91 7,42 10 9,06 8,33 7,84 8 1,43 1 0,34 -0,17 1 6 1,31 2 3 -1 4 0,21 5 0,50 6 0,78 0,55 7 2005 8 0,69 9 -0,04 10 11 12 keadaan normal, inflasi volatile foods diperkirakan sekitar 6-8%. Kedua faktor diatas merupakan faktor yang bersifat 4 temporer (non-fundamental). Dari sisi fundamental, laju 2 inflasi dipengaruhi oleh faktor-faktor nilai tukar, ekspektasi 0 inflasi, dan keseimbangan antara permintaan dan Grafik 1 penawaran agregat. Faktor-faktor fundamental tersebut Perkembangan Inflasi IHK 2005 akan mempengaruhi persistensi inflasi dan mencerminkan kondisi fundamental perekonomian serta digunakan (%) y-o-y (%) y-o-y 25 1 23 IHK 21 2 Inti (exclusion) 19 3 Volatile Food 17 4 15 Administered (kanan) 13 11 1 9 7 2 5 4 3 3 1 -1 -3 -5 -7 -9 -11 -13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 Grafik 2 Perkembangan Inflasi: IHK dan Inti 45 40 35 sebagai indikator inflasi inti (core inflation). Dari faktor fundamental, rata-rata nilai tukar Rupiah 30 selama tahun 2005 mengalami depresiasi sebesar 8,6% 25 (dengan rata-rata sebesar Rp9.713 per dolar AS) sehingga 20 15 10 1 5 0 2 3 4 Kenaikan harga gas LPG di bulan Desember 2004 mengakibatkan peningkatan harga komoditas tersebut di bulan Januari sebesar 20,6% dan memberikan sumbangan terhadap inflasi Januari 2005 sebesar 0,13%. 15% di bulan Juli 2005 Tarif PAM Jakarta mengalami kenaikan sebesar 9,5% di bulan Juli 2005, dan tercatat di IHK dengan kenaikan sebesar 5,71% (mtm). Kenaikan tarif tol rata-rata 15-16% per Agustus tidak memberikan dampak signifikan pada inflasi Agustus 2005. Kenaikan tarif tol tersebut tercatat di IHK bulan Oktober sebesar 8,2% (mtm). 39 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2005 memberikan sumbangan Tabel 1 Perbandingan Antara Asumsi dan Realisasi: 2005 Variabel Asumsi: SBI / BI Rate Nilai Tukar Harga Minyak/barel Proyeksi PDB Proyeksi Inflasi Inti Proyeksi IHK Target IHK Tekanan •Nilai Tukar •Administered •Ekspektasi •Volatile Food •Output Gap 2005 Penetapan Sasaran 9,38 9713 USD 51,4 5,3 √ 5,6 9,4 17,1 6,0% ± 1% (+) Netral (+) Rendah (BBM naik 10%) (+) Netral (+) Sedang (+) Rendah 0,99%. Sementara itu, kenaikan harga adminis- Realisasi 7 8800 √ 9300 USD 25 5,1 6,9 √ 7,2 6,6 √ 6,8 terhadap inflasi sebesar (+) Tinggi (+) Sangat Tinggi (BBM naik >100%) (+) Tinggi (+) Sangat Tinggi (+) Rendah tered prices depresiasi dan rupiah m e n d o r o n g meningkatnya ekspektasi inflasi yang memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 4,95%. Dengan tekanan dari sisi kesenjangan permintaan dan penawaran (output gap ) relatif rendah (sumbangan sebesar 0,33%), inflasi inti 2005 tercatat sebesar 9,41% (yoy) dengan sumbangan terhadap inflasi IHK sebesar 5,60%. Pada waktu penetapan sasaran, inflasi inti diperkirakan sekitar 6,9%-7,2% dengan asumsi bahwa tekanan inflasi dari sisi nilai tukar (stabil pada kisaran Rp8.800-9.300 per dolar AS) dan ekspektasi inflasi relatif netral, sementara tekanan dari sisi kesenjangan permintaan dan penawaran (output gap) relatif rendah. 40