Analisis Pengaruh Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial (Corporate Social Reponsibility) terhadap Firm Value pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia Sri Suranta Dosen Fakultas Ekonomi UNS Abstract The aim of this research is to get empirical evidence of effect corporate social responsibility disclosure to firm value. For the purpose, it used manufacturing companies that listing at BEI in 2007 are as samples using purposive sampling. The hypothesis is tested by multiple regression analysis. There are 146 samples, only 134 samples are complete. Before hypothesis testing, data is examined by classical assumption. Using multiple regression analysis, the hypothesis is supported by empirical data. It means that firm value is affected by corporate social responsibility disclosure. This research use control variables, i.e. company size, financial leverage and institutional ownership. Company size and financial leverage are supported by data. Meanwhile, institutional ownership isn’t. Keywords: CSR disclosure, firm value, size company, financial leverage, institutional ownership. 1 2 PENDAHULUAN Sebelum tahun 90-an, kultur perusahaan didominasi oleh cara berfikir dan perilaku ekonomi yang bersifat mencari keuntungan semata (profit-oriented). Entitas bisnis hanya mementingkan kepentingan shareholder dan bondholder tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat (stakeholder) lainnya. Akibatnya, terjadi hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan masyarakat tempatan dengan diwarnai berbagai konflik dan ketegangan, misalnya tuntutan atas ganti rugi kerusakan lingkungan (Achda, 2006). Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial dan aspek lingkungan (triple bottom line). Sinergi dari ketiga elemen tersebut merupakan kunci dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (Siregar, 2007). Secara singkat, corporate Social Responsibility (CSR) mengandung makna sama seperti individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung tinggi integritas, dan tidak korup. CSR menekankan menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis, dan sustainable secara ekonomi, sosial dan lingkungan (Yakup, 2004). Di Indonesia, meski relatif baru, sosialisasi program CSR perlu ditingkatkan. Selama ini tercatat berbagai kasus melanda dunia korporasi di Indonesia, baik yang dilakukan korporasi global maupun lokal, misalnya tingkat pengrusakan hutan yang semakin memprihatinkan akibat penebangan hutan yang tidak terkendali menimbulkan sejumlah masalah sosial dan lingkungan yang serius. Contoh lainnya adalah kasus pencemaran di Teluk Buyat (Yakup, 2006). Oleh karena itu promosi program CSR mesti dilakukan sesegera mungkin. Beberapa entitas bisnis telah menerapkan program CSR, diantaranya adalah Bank Indonesia, Goodyear Indonesia, dan PT Toyota Astra Motor. Program CSR Bank Indonesia direfleksikan dengan slogan “BI COMMUNICATE”, yaitu eCOsystem, sMall MediUm eNterprIse, and edu 3 CATion for people. Program CSR BI berusaha untuk mengedepankan kegiatan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat khususnya, masyarakat ekonomi menengah dan kecil, (2) membantu program Pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta mampu berkompetisi dengan SDM asing dan (3) meningkatkan dan memelihara ekosistem melalui kerjasama dengan segenap masyarakat (http://www.bi.go.id/). Goodyear Indonesia bekerja bersama dengan beberapa organisasi lain mempromosikan pembangunan masyarakat yang madani, ekonomi, pendidikan, kesehatan jasmani dan juga kesehatan sosial. Kegiatan tersebut terwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya hibah dana, sponsor, kegiatan, donasi, dan kegiatan peran aktif. Implementasi kegiatan tersebut antara lain: Goodyear Indonesia Waspada Flu Burung dan Goodyear Indonesia Peduli Korban Gempa Yogyakarta (http://www.goodyear-indonesia.com/). PT Toyota Astra Motor melaksanakan program CSR, khususnya lingkungan hidup di beberapa daerah dan kota di Indonesia, seperti Verifikasi Proyek Perbaikan Lingkungan Toyota Eco Youth (TEY) di Surabaya, Jakarta, Pontianak dan Pekanbaru pada tanggal 14 Februari 2008, sedang di Bandar Lampung dan Semarang akan dilakukan pada tanggal 28 Februari 2008 (http://www.toyota.co.id/). Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti ini yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomibisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. Keuntungan ekonomi-bisnis perusahaan ditandai dengan meningkatnya nilai perusahaan (firm value) dan laba perusahaan (earnings). Menurut Achda (2006), ada korelasi positif antara pelaksanaan CSR dengan meningkatnya apresiasi dunia internasional maupun domestik terhadap perusahaan tersebut. Oleh karena itu, penerapan CSR tidak seharusnya dianggap sebagai cost semata-mata, melainkan sebagai sebuah investasi jangka panjang yang menguntungkan. Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang- 4 peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory). Hal tersebut mendasari dugaan peneliti bahwa ada hubungan antara pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) dengan nilai perusahaan (firm value). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh corporate social responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan (firm vaue). Bila hipotesis penelitian ini terbukti berarti konsep program CSR memang dibenarkan secara empiris. Hal ini berarti perusahaan manufaktur yang telah mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial memiliki citra positif di masyarakat umumnya, dan khususnya kalangan bisnis karena perusahaan selain memperhatikan kepentingan shareholder, juga kepentingan stakeholder serta lingkungan. Akibatnya, perusahaan akan mendapatkan respon dari masyarakat akan eksisitensi dan keberlanjutan perusahaan yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Temuan penelitian ini dapat memberikan masukan pada pengembangan ilmu dan sebagai sarana sosialisasi konsep informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan/corporate social responsibility (CSR) sebagai bentuk interaksi yang saling menguntungkan antara perusahaan, pemerintah, masyarakat dan lingkungan (simbiosis-mutualisma) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan hanya dinikmati oleh shareholder tetapi juga oleh multi-stakeholder sehingga tercipta masyarakat madani dan ramah lingkungan. Berdasar penjelasan tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (firm value)? TINJAUAN PUSTAKA Corporate social responsibility (CSR) Corporate social responsibility (CSR) adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. 5 CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam pandangan CSR adalah pengedepanan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik dengan memperhatikan kepentingan kelompok masyarakat yang lain. CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas (UU No. 40 tahun 2007), yang berisi 4 (empat) ayat, yaitu: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut Fajri (2006), penerapan CSR secara konsisten merupakan bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan. CSR merupakan komitmen perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Ada dua alasan perusahaan menerapkan CSR. Pertama, faktor eksternal yang berupa keharusankeharusan sosial. Hal ini berhubungan dengan keseimbangan eksternal sebagai aspek pokok GCG (Good Corporate Governance) sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat terhadap perusahaan yang sifatnya ekonomis yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kepentingan bisnis perusahaan. Kedua, faktor internal, berkaitan dengan bagaimana perilaku pribadi pengelola perusahaan. Internal drivers melakukan CSR berkaitan dengan peluang bisnis. Faktor eksternal dan 6 internal harus jalan bersama. Tanpa keharusan dari luar dan kemauan perusahaan menerapkan CSR, program CSR tersebut akan mengalami hambatan pelaksanaan. Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya (cost center). CSR tidak memberikan hasil secara keuangan jangka pendek. Namun, CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang. Oleh karena itu program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan. Menurut Siregar (2007), dalam proses perjalanan CSR banyak menghadapi masalah, diantaranya: 1. Program CSR belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat. 2. Masih banyak terjadi perbedaan pandangan antara Departemen Hukum dan HAM dengan Departemen Perindustrian mengenai CSR di kalangan perusahaan dan industri. 3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR di kalangan perusahaan. Belum tersosialisasinya program CSR dengan baik menyebabkan program CSR belum bergulir sebagaimana mestinya, mengingat masyarakat umum belum mengerti apa itu program CSR, apa yang dapat dilakukan, dan bagaimana program tersebut dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan. Oleh karena itu masyarakat perlu dijelaskan keberhasilan program CSR melalui media cetak maupun media elektronik. Selain itu menurut penulis, perlu dilakukan penelitian berkaitan keberhasilan perusahaan yang telah menerapkan program CSR, kemudian disosialisasikan dalam bentuk publikasi baik dalam bentuk jurnal ilmiah, majalah, maupun dalam bentuk presentasi dalam suatu seminar. Perbedaan pandangan program CSR telah terjadi di kalangan Departemen Hukum dan HAM dengan Departemen Perindustrian. Departemen Hukum dan HAM berusaha mewajibkan CSR bagi perusahaan, sedangkan Departemen Perindustrian tidak mewajibkan perusahaan untuk melakukan program CSR. Hal ini menyebabkan polemik dan merupakan full anomali (terbolak-balik). 7 Departemen Hukum dan HAM seharusnya mendukung pengusaha karena azas kebebasan, malah mewajibkan CSR sedang Departemen Perindustrian yang mestinya mewajibkan program CSR justru malah membebaskan dari kewajiban program CSR. Menurut penulis, hal ini bisa diatasi oleh pembuat kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah (regulator). Mengingat pentingnya program CSR, sebaiknya dibuat aturan yang jelas dan tegas mengenai pelaksanaan program CSR sehingga dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan. Hal tersebut juga untuk mengatasi masalah yang ketiga seperti yang diungkapkan oleh Siregar (2007). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang menerapkan program CSR akan dapat meningkatkan nilai perusahaan (firm value) dan laba (earnings) perusahaan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diajukan oleh Achda (2006) bahwa melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan, sehingga nantinya akan memberikan keuntungan ekonomi-bisnis bagi perusahaan itu sendiri. Demikian juga pendapat Siregar (2007) bahwa CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa yang akan datang. CSR Disclosure dan Firm Value (Nilai Perusahaan) Harga saham yang telah terdaftar di BEJ sangat penting untuk diperhatikan karena tidak selamanya harga saham tetap, kadang naik, kadang turun. Jika harga saham di pasar modal naik, maka perusahaan akan mencapai nilai maksimal sehingga tujuan perusahaan tercapai. Akan tetapi jika harga saham di pasar modal rendah maka nilai perusahaan menjadi minimal sehingga tujuan perusahaan tidak dapat tercapai. Harga saham suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan CSR. Hal ini berarti juga bahwa pengungkapan CSR dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Investor cenderung lebih tertarik dengan perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih tinggi sebagai tempat menanamkan modalnya karena semakin tinggi kualitas CSR maka kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin. Clay dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) 8 mendefinisikan nilai perusahaan sebagai berikut: “Value of common equity on the Value Line forecast date scaled by the number of common shares outstanding.” Sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi perusahaan, maka dewasa ini perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidupnya juga tergantung pada hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi (Sayekti dan Wondabio, 2007). Becchetti et al. (2007) mengungkapkan bahwa arti penting CSR sebagai suatu komponen inti dari strategi perusahaan semakin terasa, terutama setelah banyak kerugian yang dirasakan masyarakat dari perkembangan bisnis sekarang ini. Mereka melakukan penelitian tentang dampak dan keterkaitan antara CSR yang diungkapkan perusahaan terhadap pasar modal. Mereka menemukan bahwa pengungkapan lebih terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan reaksi pasar dan ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan tersebut sehingga harga saham yang beredar meningkat. Hal ini mengindikasikan tanggung jawab sosial yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunannya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Plumlee et al. (2007) melakukan penelitian tentang bagaimana kualitas voluntary environment disclosure (merupakan komponen CSR) mempengaruhi firm value. Penelitian ini menunjukkan hubungan negatif antara pengungkapan CSR dengan firm value yang ditunjukkan dengan kualitas voluntary environmental disclosure perusahaan yang memiliki hubungan negatif dengan ekspektasi pasar oleh future incremental cash flow perusahaan. Dalam penelitiannya, Barnea dan Rubin (2006) menemukan bahwa investor dalam menanamkan investasinya lebih tertarik terhadap perusahaan yang melaporkan informasi sosial dalam laporan keuangannya daripada perusahaan yang tidak mencantumkan informasi sosial. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan informasi mengenai etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. 9 Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan dimana investor menanamkan modal di perusahaan merupakan komponen penting dari nilai pasar perusahaan. Harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis menduga ada pengaruh antara CSR disclosure terhadap nilai perusahaan. Berdasar penjelasan tersebut, hipotesis yang diajukan adalah berikut ini. H1 : CSR disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan (firm value). Gambar 1 Model Penelitian Tahap I CSR Disclosure Kepemilikan Institusional Firm Value Size Company Financial Leverage 10 METODE PENELITIAN Tipologi Penelitian Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research), karena penelitian ini berada pada lingkungan yang sebenarnya. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama peneliti akan menguji hipotesis bahwa CSR Disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan (firm value). Pengujian ini untuk memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang menerapkan program CSR, dalam hal ini informasi tersebut terkandung dalam laporan keuangan, akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berarti masyarakat sudah menerima keberadaan dari perusahaan tersebut. Tahap kedua peneliti akan menguji hipotesis bahwa CSR Disclosure berpengaruh terhadap earnings perusahaan. Hal ini berarti dengan penerapan program CSR akan mempengaruhi laba perusahaan itu sendiri. Tahap kedua ini dilakukan untuk memantapkan temuan bahwa penerapan program CSR merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai strategi bisnis untuk eksistensi dan keberlanjutan bagi perusahaan itu sendiri. Data, Populasi, dan Sampel Data penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari referensi yang sudah ada. Data yang digunakan terdiri atas: a. Data tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR). b. Data akuntansi perusahaan berupa leverage, ukuran perusahan, kepemilikan institusional perusahaan, price book value. Data tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional perusahaan dan price book value diperoleh dari laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan tahun 2007 melalui internet dengan alamat www.idx.co.id. Data mengenai harga saham diperoleh dari JSX Statistics 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007 dengan sampel semua perusahaan manufaktur. 11 Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perioda 2007 yang memiliki data keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah firm value (FV) yang diproksikan dengan price book value (PBV) (model penelitian tahap I). Instrumen pengukuran PBV dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang dihitung dengan rumus: PBV Harga pasar per lembar saham Nilai buku per lembar saham Notasi: PBV : Price Book Value Variabel independen dalam penelitian ini adalah CSR disclosure Indeks (CSRI). Instrumen ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sayekti dan Wondabio (2007), yang mengelompokkan informasi CSR kedalam tujuh kategori: lingkungan, energi, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Total item CSR sebanyak 78. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi score 1 jika diungkapkan, dan score 0 jika tidak diungkapkan. Rumus yang dipergunakan dalam perhitungan CSRI: CSRI j X ij nj Notasi: CSRIj : Corporate Social Responsibility disclosure Indeks perusahaan j nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj 78 12 Xij : Nilai 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan Meskipun terdapat beberapa variabel yang diprediksi dapat mempengaruhi firm value, tetapi penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel kontrol, yaitu: institutional (kepemilikan institusional), size company (ukuran perusahaan), dan leverage. Variabel kontrol yang pertama adalah institusional ownership (kepemilikan institusional). Mengacu pada Clay dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007), institutional ownership diproksikan dengan persentase jumlah institusional yang menjadi investor pada tiap perusahaan. Rumus yang dipergunakan adalah: Institutional Ownership Total saham dim iliki institusi Total saham beredar Variabel kontrol kedua dalam penelitian ini adalah size company (ukuran perusahaan). Mengacu pada Plumlee et al. (2007), size company diproksikan dengan log of total assets yaitu logaritma natural jumlah seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Variabel kontrol yang terakhir adalah leverage. Mengacu pada Anggraini (2006), pengukuran tingkat financial leverage (LEV) yang dihitung dengan rumus: LEV Hu tan g Ekuitas Notasi: LEV : financial leverage Alat Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan regresi berganda (multiple regression analysis) karena penulis ingin memperoleh bukti empiris mengenai: (1) pengaruh CSR disclosure, institutional ownership, size company, dan financial leverage terhadap firm value. Oleh karena penelitian ini memakai regresi berganda maka sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Model regresi berganda yang baik harus memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi 13 klasik meliputi: uji normalitas data, uji mulitikolinieritas, uji heteroskedaktisitas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data terditribusi secara normal. Untuk menguji normalitas data peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov sehingga dapat diketahui nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi tertentu. Apabila nilai Sighitung > 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai Sighitung 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel independen, model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Sudarmanto (2005: 137) menyatakan bahwa jika terjadi hubungan yang linier (multikolinieritas) maka akan mengakibatkan beberapa hal, antara lain: 1. Tingkat ketelitian koefisien regresi sebagai penduga sangat rendah sehingga menjadi kurang akurat. 2. Koefisien regresi serta ragamnya akan bersifat tidak stabil sehingga adanya sedikit perubahan pada data akan mengakibatkan ragamnya berubah sangat berarti. 3. Tidak dapat memisahkan pengaruh tiap-tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, aturan yang digunakan untuk menguji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila nilai VIF diatas 10 atau nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka dalam model regresi berganda terjadi multikolinieritas. Uji heteroskedaktisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang homoskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah apabila terdapat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedaktisitas (Ghozali, 2001). Untuk melihat ada tidaknya heteroskedaktisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan grafik plot, dengan dasar analisis sebagai berikut: 14 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedaktisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedaktisitas. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada perioda t dengan kesalahan penggangu perioda t-1. Model regresi yang baik tidak mengandung masalah autokorelasi. Ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan adanya autokorelasi yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2 maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut tidak memiliki autokorelasi (Rietveld dan Sunaryanto dalam Sudarmanto, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan yang dipublikasikan di internet melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1 Kriteria Pengambilan Sampel Keterangan Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007 Jumlah perusahaan dengan data tidak valid atau tidak lengkap Jumlah perusahaan yang menjadi sampel Sumber : www.idx.co.id dan ICMD Jumlah 146 12 134 Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dari laporan tahunan perusahaan. Laporan tahunan perusahaan yang dibutuhkan adalah laporan tahunan perusahaan periode 2007. Data yang dibutuhkan antara lain data tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR), dan data akuntansi perusahaan berupa leverage, ukuran perusahan, dan kepemilikan institusional 15 perusahaan. Analisis data dilakukan dengan regresi berganda (multiple regression analysis) dengan bantuan SPSS 15.0 for windows. Statistik Deskriptif Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk melihat distribusi data dari 134 perusahaan yang dijadikan sampel. Tabel 2 Descriptive Statistics Variable N Mean Std. Deviation Minimum Maximum PBV INSOWN ASSET LEV CSRI 134 132 134 134 134 9,3557 71,0142 2075467449904 7,2093 ,2254 89,15999 20,28696 5742616184706 72,39658 ,08701 -22,28 1,00 28269502710 -68,98 ,10 1032,85 99,25 57929290000000 832,63 ,45 Sumber: Data Diolah UJI ASUMSI KLASIK Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh. Untuk pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov. Apabila nilai Sighitung > 0,05 maka data terdistribusi normal sedangkan jika nilai Sighitung 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Variabel PBV CSRI INSWON ASSET LEV Sumber : Data Diolah Sighitung 0,000 0,026 0,072 0,000 0,000 Interpretasi Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Distribusi normal Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Dari tabel dapat dilihat bahwa hanya institutional ownership yang terdistribusi normal. Cara untuk mengatasi tidak normalnya data adalah dengan 16 mentransformasikan variabel-variabel tersebut ke dalam bentuk logaritma natural (LN). Variabel-variabel firm value (PBV), pengungkapan CSR (CSRI), ukuran perusahaan (TA), dan leverage (LEV) selanjutnya ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (LN). Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Variabel LNPBV LNCSRI LNASSET LNLEV Sumber : Data Diolah Sighitung 0,093 0,508 0,452 0,280 Interpretasi Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa semua data terdistribusi secara normal. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) di atas 10 atau nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka dalam model regresi berganda terjadi multikolinieritas. Tabel 5 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance LNCSRI 0,763 INSWON 0,933 LNASSET 0,770 LNLEV 0,949 Sumber : Hasil pengolahan data VIF 1,311 1,072 1,300 1,054 Interpretasi Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Uji Heteroskedaktisitas Uji heteroskedaktisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedaktisitas atau tidak heteroskedaktisitas. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedaktisitas dalam penelitian ini dasar analisisnya yaitu: apabila ada pola tertentu seperti titik-titik 17 yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedaktisitas, namun apabila tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedaktisitas. Gambar grafik atau scatter plot dapat dilihat pada gambar V.6. Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: LNPBV Regression Studentized Residual 8 6 4 2 0 -2 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Data Diolah Berdasar grafik plot atau scatter plot di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedaktisitas karena tidak ada pola yang jelas serta titik-titik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji Autokorelasi Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya utokorelasi yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2 maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut tidak memiliki autokorelasi. 18 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate ,788(a) ,621 ,608 ,73223 a Predictors: (Constant), LnLEV, LnCSRI, INSOWN, LnAsset b Dependent Variable: LnPBV Model 1 Durbin-Watson 2,006 Sumber : Data Diolah Nilai statistik Durbin-Watson pada tabel di atas sebesar 2,006. Hal ini, berarti tidak terdapat autokorelasi karena nilai tersebut mendekati 2. UJI HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan regresi berganda (multiple regression analysis) karena penulis ingin memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh CSR disclosure, institutional ownership, size company, dan financial leverage terhadap firm value. CSR disclosure dalam penelitian ini sebagai variabel independen, sedang institutional ownership, size company, dan financial leverage sebagai variabel kontrol. Uji Kesesuaian Model Untuk mengetahui apakah model yang dihipotesiskan didukung dengan data empiris, maka bisa dilihat dari nilai atau signifikansi F. Bila signifikansi F kurang dari 0,05, maka model didukung dengan data empiris. Tabel 7 Uji Kesesuaian Model Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 99,336 60,586 159,922 Df 4 113 117 Mean Square 24,834 ,536 F 46,318 Sig. ,000(a) a Predictors: (Constant), LnLEV, LnCSRI, INSOWN, LnAsset b Dependent Variable: LnPBV Sumber: Data Diolah Berdasar tabel di atas, model yang dihipotesiskan didukung oleh data empiris oleh karena signifikansi F kurang dari 0,05, yaitu sebesar 0,000. 19 Nilai R2 Nilai R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (CSR disclosure) dan variabel kontrol (institutional ownership, size company, dan financial leverage) terhadap variabel dependen (firm value). Tabel 8 Nilai Ajusted R2 Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate 1 ,788(a) ,621 ,608 ,73223 a Predictors: (Constant), LnLEV, LnCSRI, INSOWN, LnAsset b Dependent Variable: LnPBV DurbinWatson 2,006 Berdasar tabel di atas bahwa variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini memberikan kontribusi pengaruh terhadap variabel dependen sebesar 61%, sedang sekitar 39% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang dimasukkan kedalam model penelitian ini. Nilai Signifikansi t pada Uji Regresi Untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini didukung oleh bukti empiris, maka bisa dilihat dari nilai atau signifikansi t. Tabel 9 Hasil Uji Hipotesis Model 1 (Constant) LnCSRI INSOWN LnAsset LnLEV Unstandardized Coefficients 9,535 1,732 2,644 ,217 ,000 ,004 -,196 ,055 ,299 ,056 Standardized Coefficients ,808 ,005 -,236 ,319 t 5,504 12,179 ,083 -3,574 5,367 Sig. ,000 ,000 ,934 ,001 ,000 a Dependent Variable: LnPBV Berdasar tabel di atas bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti secara empiris. Hal ini bisa dilihat dari signifikansi t untuk variabel CSR disclosure (LnCSRI), yaitu sebesar 0,000. Nilai ini kurang dari 0,05, oleh karrena itu bisa dikatakan bahwa CSR disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan (firm value). Selain itu, variabel kontrol yang dimasukkan kedalam model juga terbukti secara empiris, yaitu variabel size company (LnASSET), dan financial 20 leverage (LnLEV). Adapaun variabel institutional ownership tidak terbukti secara empiris karena nilai signifikansi t variabel ini sebesar 0.934. Nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian-penelitian sebelumnya, diantaranya Barnea dan Rubin (2006), Plumlee et al. (2007), Becchetti et al. (2007) dan Rachmawati dan Triatmoko (2007). Berdasar hasil tersebut bisa dikatakan bahwa perusahaan manufaktur yang telah mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial memiliki citra positif di masyarakat umumnya, dan khususnya kalangan bisnis karena perusahaan selain memperhatikan kepentingan shareholder, juga kepentingan stakeholder serta lingkungan, implikasinya perusahaan akan mendapatkan respon dari masyarakat akan eksisitensi dan keberlanjutan perusahaan yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk memantapkan hasil penelitian ini, maka peneliti akan melakukan penelitian tahap kedua yang menguji hipotesis bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) akan berpengaruh terhadap earnings perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasar hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan berikut ini. 1. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (firm value), hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi (α) yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. 2. Model dalam penelitian ini didukung dengan data empiris, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi F yang lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti model penelitian ini fit. 3. Variabel-variabel yang dimasukkan kedalam model memberi kontribusi pengaruh pada variabel dependen sebesar 61%. 21 Saran Saran yang dapat diberikan peneliti berkaitan dengan hasil analisis maupun dengan penelitian yang akan datang adalah berikut ini. 1. Oleh karena CSR disclosure terbukti mempengaruhi nilai perusahaan (firm value), maka perlu dukungan yang kuat dari pemerintah (baik Departemen Hukum dan HAM, maupun Departemen Perindustrian) untuk mendukung program bahwa CSR disclosure hendaknya menjadi program setiap perusahaan sebagai langkah strategis perusahaan untuk bisa eksis dalam jangka panjang. 2. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2007, untuk penelitian mendatang sampel perusahaan dapat diperluas untuk seluruh jenis perusahaan. 3. Variabel-variabel yang dimasukkan kedalam model hanya memberikan kontribusi pengaruh pada variabel dependen sebesar 61%, sehingga untuk penelitian yang akan datang variabel independen dapat ditambah dengan variabel lain, diantaranya variabel-variabel pembentuk good corporate governance, misalnya dewan direksi, dewan komisaris dan tim audit. DAFTAR PUSTAKA Achda, B. Tamam. 2006. Seminar Nasional: A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR. Jakarta: Hotel Hilton, 23 Agustus 2006. Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Ikatan Akuntan Imdonesia: Simposium Nasional Akuntansi 9. Barnea, Amir, and Amir Rubin. 2006. Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders. Available at: http://www.ssrn.com. Becchetti, Leonardo, Rocco Ciciretti, and Iftekhar Hasan. 2007. Corporate Social Responsibility and Shareholder’s Value: An Event Study Analysis. Working Paper Series Federal Reserve Bank of Atlanta. 22 Becchetti, Leonardo, Stefania Di Giacomo, and Damiano Pinnachio. 2005. Corporate Social Responsibility and Corporate Performance: Evidence from a Panel of US Listed Companies. Research Paper Series CEIS Tor Vergata. Fajri, Mohamad. 2006. Corporate Social Responsibility. Available http://www.google.com. at: Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Plumlee, Marlene, Darrel Brown, and R. Scott Marshall. 2007. The impact of Valuntary Environmental Disclosure Quality on Firm Value. Available at: http://www.ssrn.com. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Ikatan Akuntan Imdonesia: Simposium Nasional Akuntansi 10. Republik Indonesia. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sayekti, Yosefa, dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Ikatan Akuntan Indonesia: Simposium Nasional Akuntansi 10. Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory, 2 nd edition, Prentice-Hall Canada Inc., Scarborough, Ontario. Sekaran,Uma. 2003. Resecarch Methods For Bussiness 4th Ed. Willey and Son. Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi, Edisi 12 Tahun 6, Desember. Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wahyudi, Untung, dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai Variable Intervening. Ikatan Akuntan Indonesia: Simposium Nasional Akuntansi 9. Yakup, Riawandi. 2004. Corporate Social Responsibility: Perilaku Korporasi dan Peran Civil Society. Http://online.ipdf.org. 23 Zaelani, Muhammad Asep. 2007. Ímplementasi CSR untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Available at: http://www.google.com. http://www.bi.go.id/ http://www.goodyear-indonesia.com/ http://www.toyota.co.id/ www.jsx.co.id / www.idx.co.id (JSX Statistics 2007).