MODUL PERKULIAHAN ANTROPOLOGI Ragam Budaya, Menghormati dan Menghargai Budaya Fakultas Program Studi PSIKOLOGI PSIKOLOGI 2012 1 Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 06 MK61005 DR. DADAN ANUGRAH, M.Si. Abstract Kompetensi Sebagai hasil karsa dan cipta manusia sepanjang zaman, budaya demikian kompleks, meliputi seluruh kehidupan manusia. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan: 1. Unsur-unsur kebudayaan 2. Wujud kebudayaan 3. Relasi unsur dan wujud kebudayaan Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id MODUL 6 RAGAM BUDAYA, MENGHORMATI DAN MENGHARGAI BUDAYA A. Pendahuluan Sebagai hasil karsa dan cipta manusia sepanjang zaman, budaya demikian kompleks, meliputi seluruh kehidupan manusia. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa dan budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya yang menentukan perilaku komunikatif manusia. Budaya merupakan perangkat rumit yang terdirin nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam " di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina . Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Jika kita tengok Indonesia, betapa memiliki keragaman budaya yang sangat banyak sebagai manifestasi dari bangsa yang besar. Menurut Bakker1, kebudayaan sebagai hasil ciptaan manusia meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial yang disempurnakan sebagai alat relasi manusia. 1 Lihat Ranjabar, 2013, hal 9 2012 2 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Manusia tidak dapat hidup dengan melepaskan dirinya dari budaya, tetapi manusia hidup, tumbuh dan berkembang dalam budaya yang melingkupinya. Tulisan ini sekurang-kurangnya akan membahas tiga aspek penting dari eksistensi budaya: (1) wujud kebudayaan, (2) unsur kebudayaan, dan (3) unsur kebudayaan dari pandangan para ahli. B. Wujud Kebudayaan Menurut J.J Hoenigman, secara umum wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu: Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pikiran masyarakat. Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh tiap individu sejak dini sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku individu tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya manusia berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari individu dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut 2012 3 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan2. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, budaya memiliki wujud sebagai berikut: 1. Wujud sebagai satu kompleks dari ide-ide, norma-norma 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komleks aktifitas 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Komponen Kebudayaan Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan sebagainya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang yang dipakai sehari-hari oleh anggota masyarakat. 2 Lihat http://blog-penerang.blogspot.com/2013/04/wujud-kebudayaan-menurutkoentjaraningrat.html 2012 4 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain: 1. Teknologi 2. Sistem mata pencaharian 3. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem Kepercayaan / Agama 7. Pernikahan 8. Sistem ilmu dan pengetahuan C. Unsur-Unsur Kebudayaan Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: 2012 alat-alat teknologi sistem ekonomi 5 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keluarga kekuasaan politik 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya Organisasi ekonomi Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) Organisasi kekuatan (politik) 3. Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu: 1. Sistem religi yang meliputi: Sistem kepercayaan Sistem nilai dan pandangan hidup Komunikasi keagamaan Upacara keagamaan 2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: 2012 Kekerabatan Asosiasi dan perkumpulan Sistem kenegaraan Sistem kesatuan hidup 6 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perkumpulan 3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang: Flora dan fauna Waktu, ruang dan bilangan Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia 4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: Lisan Tulisan 5. Kesenian yang meliputi: Seni patung/pahat Relief Lukis dan gambar Rias Vokal Musik Bangunan Kesusastraan Drama 6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: 2012 Berburu dan mengumpulkan makanan Bercocok tanam 7 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peternakan Perikanan Perdagangan 7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi: Produksi, Distribusi, Transportasi Peralatan komunikasi Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah Pakaian dan perhiasan Tempat berlindung dan perumahan Senjata D. Kebudayaan Universal Dalam karya berjudul Universal Categories of Culture dan terbit pada 1953, C. Kluckhohn merupakan ahli antropologi pertama yang merumuskan tujuh unsur budaya. Menurut C. Kluckhohn dinyatakan bahwa setiap kebudayaan memiliki tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu : 1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius. 2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. 3. Sistem pengetahuan merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. 2012 8 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus. 5. Sistem teknologi dan perlengkapan hidup manusia merupakan produk manusia sebagai homo faber. 6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo languens. 7. Kesenian merupakan hasil dari manusia dalam keberadaannya sebagai homo esteticus. Karena sifat universalnya, suatu masyarakat seprimitif apa pun kebudayaannnya, tetap memliki ketujuh unsure budaya yang telah disebutkan. Yang membedakan hanya tingkat kekompleksitasannya. Semakin modern kebudayaan suatu masyarakat, tujuh unsure kebudayaan ini semakin berkembang. Keterkaitan satu sama lain juga makin rumit3. E. Hubungan Unsur Kebudayaan Dengan Wujud Kebudayaan Suku bangsa Bali merupakan suatu kelompok menusia yang sangat menghargai dan terikat dengan kebudayaan mereka. Kebudayaan itu merupakan pengaruh dari kebudayaan Majapahit dan kebudayaan asli mereka sendiri. Dua pengaruh ini menyebabkan munculnya dua golongan di dalam masyarakat Bali, yaitu Bali Aga yang ada di daerah pegunungan dan Bali Majapahit yang ada di daerah dataran rendah. Secara geografis, Bali dibelah oleh pegunungan hutan. Di pegunungan ini terletak pura yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Sistem mata pencaharian 3 Lihat https://zzzfadhlan.wordpress.com/2014/04/22/7-unsur-kebudayaan-universal-menurutc-kluckhohn/ 2012 9 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan. Sebagian besar masyarakat Bali hidup dengan bercocok tanam. Pertanian mereka cukup maju karena faktor lahan yang luas serta curah hujan yang cukup. Sistem pertanian di Bali menggunakan sistem subak, yaitu pembagian tugas dalam mengatur persawahan. Sebagian masyarakat lainnya berternak, piaraan yang banyak dipelihara biasanya babi atau sapi. Ada juga di bidang perikanan, bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, dan industri kerajinan khas Bali seperti patung, perak, tenun, dll. Berdasarkan temuan dalam data prasasti, diketahui bahwa pertanian dengan sistem perladangan dan sistem persawahan yang teratur telah ada di Bali pada tahun 882 M. Dalam prasasti Sukawana tahun 882 M terdapat kata “huma”, berarti sawah dan kata “perlak” yang berarti tegalan. Dengan dipengaruhi ajaran agama Hindu, subak bertujuan ”moksartham Jagadhita ya ca iti dharma” (menuju kesejahteraan lahir dan batin). Adapun satuan dasar pembagian air sampai petakan sawah bagi subak ialah “tektek”, yaitu dalam bahasa bali yang artinya ”cacah”, atau ukuran lebar suatu alat pembagian air yang dibuat dari batang kayu yang mempunyai alur akibat dicacah. Alat pembagian air ini disebut “tembuku” yang dapat dianggap sebagai sekat ukur, tetapi dalam bentuk sederhana. Sesukat sawah atau sebidang sawah memperoleh pembagian satu tektek bila sawah tersebut menggunakan bibit “satu tenah”. Tenah adalah ukuran padi yang beratnya kurang lebih 25 sampai dengan 30 kg. Pola tanam padi dalam sistem subak dibedakan menjadi: Kerta masa: wilayah subak ditanami pai semua karena air mencukupi Gegadon: pergiliran tanaman padi dengan palawija, karena pergiliran pemakaian air dengan subak sekitarnya. Ngulu: sawah dihulu yang mendapatkan air terlebih dahulu 2012 10 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Maongin: sawah yang berada di tengah yang mendapat giliran air Ngasep: sawah yang dihilir mendapat bagian air paling akhir. Jaringan irigasi bila diurut dari sumber air, terdiri dari: Empelan (empangan), Buka/bungas, Aungan (terowongan), Telanbah aya (gede), saluran utama, Temuku aya (gede), bangunan bagi utama, Telabah tempek (munduk/dahan/kanca), Telabah cerik/saluran ranting, Telabah penyahcah (tali kunda). Di beberapa tempat dikenal dengan istilah Penasan untuk 10 bagian, Panca untuk 5 orang, Pemijian untuk sendiri (1 orang). Selain itu, subak juga mempunyai bangunan pelengkap seperti: Penguras (flushing), Pepiuh (overlow), Petaku (bangunan terjun), Talang (abangan), Jengkuwung (gorong-gorong), Keluwung (urung-urung), Titi (jembatan), Telepus (syphon). Sistem kekerabatan dan organisasi sosial Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka terhadap agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Dalam perkawinan umat Hindu di Bali, ada dua tujuan hidup yang harus dapat diselesaikan dengan tuntas, yaitu mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan Dharma. Pernikahan merupakan suatu yang sangat sakral bagi masyarakat Bali, karena baru setelah menikah seseorang bisa dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban. Menurut adat lama, perkawinan Bali dipengaruhi oleh kasta dan klen, sehingga tetap terjaga derajat mereka dalam masyarakat yaitu, brahmana, ksatria, waisya, sudra. Tetapi saat ini telah banyak perkawinan campuran antar kasta. Setelah menikah akan terbentuk keluarga batih dan klen besar/kecil. 2012 11 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Larangan perkawinan bila mereka adalah saudara sekandung atau tirinya, serta perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri dan perkawinan dengan keponakannya. Sebelum seseorang memasuki jenjang perkawinan dibutuhkan suatu bimbingan, nasehat dan wejangan agar dalam pelaksaanaannya nanti tidak mengalami kendala, masalah yang mungkin akan timbul dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Bimbingan ini diberikan dari orang yang ahli di bidang agama Hindu. Ahli agama ini akan menerangkan apa yang menjadi tugas dan kewajiban bagi orang yang telah terikat dalam pernikahan sehingga bisa mandiri di dalam mewujudkan tujuan hidup mendapatkan artha dan kama berdasarkan Dharma. Lalu dilanjutkan dengan proses penyucian diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada leluhur untuk menjelma kembali dalam rangka memperbaiki karmanya. Pernikahan adat Bali menggunakan sistem patriarki, yaitu semua tahapan dan proses pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria. Pelaksaan upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta yang diadakan di halaman rumah sebagai titik sentral kekuatan Kala Bhucari yang dipercaya sebagai penguasa wilayah madyaning mandala perumahan. Upacara adat perkawinan di Bali menggunakan banyak simbol dan peralatan yang disebut mekala-kalaan. Sanggah Surya (bambu melekung) merupakan simbol istana Sang Hyang Widhi Wasa, yang merupakan istananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih. Di sebelah kanan digantungkan biyu lalung, memanifestasikan Sang Hyang Semara Jaya sebagai dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan, yang melambangkan pengantin pria. Di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi yang menyimbolkan Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih sebagai dewi kecantikan serta kebijaksanaan, simbol pengantin wanita. yang diletakkan Kelabang Kala Nareswari sebagai simbol calon pengantin sebagai alas upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin. Tikeh Dadakan (tikar kecil) merupakan tikar yang diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. 2012 12 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikar adalah simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni). Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Dari sisi spritualnya, keris dipandang sebagai lambang kepurusan dari pengantin pria. Bahasa Bahasa adalah perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Masyarakat Bali adalah bilingual, bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata mereka. Bahasa Bali dibagi menjadi dua, yaitu bahasa Aga, yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Majapahit, yang pengucapannya lebih halus. Bahasa Bali dapat ditemukan penggunaannya selain dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Bali, yaitu di buku-buku yang kebanyakan membahas masalah religiusitas. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek dalam bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra). Dalam penggunaan bahasa, masyarakat Bali mengenal istilah Pramada. Konsep Pramada adalah seseorang tidak diperbolehkan menggunakan bahasa yang membuat dirinya memiliki posisi kasta yang lebih tinggi dari posisinya yang seharusnya. Pramada juga berarti tidak diperbolehkan untuk bertanya hal-hal yang mempertanyakan religiusitas masyarakat Bali. Pramada mengajarkan agar seseorang tidak memanggil nama orang lain yang memiliki status yang lebih tinggi. Konsep Pramada telah ada dalam masyarakat Bali sejak lama dan hingga sekarang Pramada dalam masyarakat Bali sangat mudah ditemukan. 2012 13 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Masyarakat Bali telah sejak lama mengenal teknologi dalam membangun bangunan-banguan di lingkungan hidup mereka. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional Bali selalu dipenuhi pernak-pernik yang berfungsi untuk hiasan, seperti ukiran dengan warna-warna yang kontras dan alami. Selain sebagai hiasan mereka juga mengandung arti dan makna tertentu sebagai ungkapan terimakasih kepada sang pencipta, serta simbol-simbol ritual seperti patung. Bali memiliki ciri khas arsitektur yang timbul dari suatu tradisi, kepercayaan dan aktifitas spiritual masyarakat Bali itu sendiri yang diwujudkan dalam berbagai bentuk fisik bangunan yang ada. Seperti rumah, pura (tempat suci umat Hindu), Banjar (balai pertemuan) dan lain-lain. Dalam membangun suatu bangunan, masyarakat Bali menggunakan panduan Asta Kosala dan Asta Bumi. Masyarakat Bali percaya dengan membangun rumah, pura, dan bangunan lainnya menggunakan panduan ini, maka akan mendatangkan kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan Hyang Widhi, mendapatkan vibrasi kesucian, dan menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi. Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan. Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih. Cara menentukan lokasi Pura adalah menetapkan dengan tegas arah hulu, artinya jika memilih timur sebagai hulu, maka jangan melenceng ke arah timur laut atau tenggara. Selain melihat gunung atau bukit sebagai acuan arah, mereka juga perhatikan kompas. Misalnya, jika gunung berada di utara maka hulu agar benarbenar di arah utara sesuai kompas, jangan sampai melenceng ke arah timur laut atau barat laut, demikian seterusnya. Pemilihan arah hulu yang tepat sesuai dengan mata angin akan memudahkan membangun pelinggih-pelinggih dan memudahkan pelaksanaan upacara dan arah pemujaan. 2012 14 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Salah satu hasil kebudayaan Bali yang terkenal hingga ke mancanegara adalah pura Besakih. Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Pura Basukian dipercaya sebagai tempat pertama kali diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Kesenian Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata atau pun telinga. Pulau Dewata Memang menyimpan segudang keunikan seni, budaya dan tradisi yang masih dipegang teguh serta dijalankan hingga saat ini. Tidak hanya untuk mempertahankan akar budaya, namun juga sebagai penghibur dan komoditas pariwisata para pelancong yang berwisata ke pulau Bali. Banyak atraksi seni termasuk tari-tarian yang memiliki maksud dan filosofi positif di balik dinamisme geraknya. Tari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Tarian ini mengisahkan tentang kebaikan dan kejahatan yang akan selalu bertentangan satu sama lain. Kebajikan direpresentasikan pada lakon Barong, yakni seorang penari dengan kostum binatang berkaki empat. Sementara kebatilan dimainkan oleh Rangda, sosok menyeramkan dengan taring di mulutnya. Untuk menarikannya, Barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya 2012 15 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong ini melukiskan tentang pertarungan kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda). Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan. Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potonganpotongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang). Satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Sistem Kepercayaan/Religi Sistem kepercayaan mengacu pada keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sebagian besar masyarakat Bali menganut HinduBali, dan sebagian kecil ajaran yang lainnya. Kepercayaan Hindu meyakini akan satu Tuhan dalam Trimurti Yang Esa, yang merupakan wujud manifestasi dari Brahmana, Wisnu dan Siwa, serta percaya pada banyak dewa, maka dari itu kita sering melihat ada banyak upacara sesaji. Pada agama Hindu ada sistem tanggalan untuk memperhitungkan kapan suatu upacara atau hari besar akan berlangsung. Setiap upacara besar berlangsung akan dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut sulinggih atau biasa dikenal sebagai pedanda dari kasta Brahmana. Bila upacara yang lebih kecil dapat dipimpin oleh pemangku yang telah dilantik. Agama Hindu meyakini satu Tuhan dalam Trimurti Yang Esa, yang merupakan manifestasi atau perwujudan dari Brahmana, Wisnu, dan Siwa. Ajaran Hindu yang penuh dengan syarat cinta kasih tanpa memandang nilai perbedaan, serta menjunjung tinggi unsur kehidupan yang seimbang dengan alam membuat kehidupan di Bali terbentuk menjadi seperti Bali yang sekarang 2012 16 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ini. Bali tidak hanya memiliki nilai eksotis, tapi pulau ini memiliki nilai-nilai keagamaan yang kental yang membentuk masyarakatnya untuk mencintai alam ciptaanNya. Salah satu kearifan lokal Bali pada aspek keagamaan adalah pemujaan arwah leluhur yang dianut masyarakat pada masa megalitik yang melanjut terus setelah datangnya kebudayaan Hindu. Kedua sistem kepercayaan ini berdampingan antara pemujaan arwah leluhur (Hyang) yang disebut bhatara dan pemujaan Tuhan yang disebut Hyang Widhi Wasa atau Hyang Parama Kawi. Pura adalah tempat suci agama Hindu untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa (manifestasi- NYA) dan Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Selain dipergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan atau Parhyangan. Berdasarkan fungsinya, pura digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Pura Jagat yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dan Pura Kawitan yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Sistem ilmu dan pengetahuan Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Ilmu pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam memadukan semua sistem kebudayaan. Kebudayaan Bali sebagai perwujudan dari pengalaman ajaran Hindu mutlak perlu mendudukkan sistem ilmu pengetahuan itu secara tepat dalam strategi kebudayaan Bali. Kebudayaan Bali dan daerah manapun akan melemah bila sistem ilmu tidak diimplementasikan dalam strategi pengembangannya. Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu umat Hindu merayakan hari yang penting. Terutama para pamong dan siswa-siswa 2012 17 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan. Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya tangan- tangan tersebut memegang Genitri (tasbih) dan Kropak (lontar). Yang lain memegang Wina (alat musik / rebab) dan sekuntum bunga teratai. Di dekatnya biasanya terdapat burung merak dan undan (swan), yaitu burung besar serupa angsa (goose), tetapi dapat terbang tinggi . Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaranajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai. Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahanbahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga4. _____________________________ Referensi: Ihromi, T.O., (ed)., 1981. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat, 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat, 1992. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Ranjabar, Jacobus, 2013. Sistem Sisial Budaya Indonesia. Bandung: Alfabeta. 4 Lihat https://adiwenayofana.wordpress.com/2012/10/11/hubungan-unsur-budaya-universaldengan-wujud-budaya/ 2012 18 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id http://blog-penerang.blogspot.com/2013/04/wujud-kebudayaan-menurutkoentjaraningrat.html https://zzzfadhlan.wordpress.com/2014/04/22/7-unsur-kebudayaan-universalmenurut-c-kluckhohn/ https://adiwenayofana.wordpress.com/2012/10/11/hubungan-unsur-budayauniversal-dengan-wujud-budaya/ 2012 19 Antropologi Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id