Modul Antropologi [TM6]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ANTROPOLOGI
Ragam Budaya, Menghormati dan
Menghargai Budaya
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
2012
1
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
06
MK61005
DR. DADAN ANUGRAH, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Sebagai hasil karsa dan cipta
manusia sepanjang zaman,
budaya demikian kompleks,
meliputi seluruh kehidupan
manusia. Budaya merupakan
suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
Setelah mempelajari modul ini,
mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan:
1. Unsur-unsur kebudayaan
2. Wujud kebudayaan
3. Relasi unsur dan wujud
kebudayaan
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
MODUL 6
RAGAM BUDAYA, MENGHORMATI DAN
MENGHARGAI BUDAYA
A. Pendahuluan
Sebagai hasil karsa dan cipta manusia
sepanjang zaman, budaya
demikian kompleks, meliputi seluruh kehidupan manusia. Budaya merupakan
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa dan budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
yang menentukan perilaku komunikatif manusia.
Budaya merupakan perangkat rumit yang terdirin nilai-nilai yang
dipolarisasikan
oleh
suatu
citra
yang
mengandung
pandangan
atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam " di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina .
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna
dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Jika kita tengok Indonesia, betapa memiliki keragaman budaya yang
sangat banyak sebagai manifestasi dari bangsa yang besar. Menurut Bakker1,
kebudayaan sebagai hasil ciptaan manusia meliputi segala apa yang ada dalam
alam fisik, personal dan sosial yang disempurnakan sebagai alat relasi manusia.
1
Lihat Ranjabar, 2013, hal 9
2012
2
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manusia tidak dapat hidup dengan melepaskan dirinya dari budaya, tetapi
manusia hidup, tumbuh dan berkembang dalam budaya yang melingkupinya.
Tulisan ini sekurang-kurangnya akan membahas tiga aspek penting dari
eksistensi budaya: (1) wujud kebudayaan, (2) unsur kebudayaan, dan (3) unsur
kebudayaan dari pandangan para ahli.
B. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J Hoenigman, secara umum wujud kebudayaan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam pikiran masyarakat. Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh tiap individu
sejak dini sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku individu
tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil
karya manusia berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku.
Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai
budaya.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
individu dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
2012
3
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkrit, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan2.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, budaya memiliki wujud sebagai
berikut:
1. Wujud sebagai satu kompleks dari ide-ide, norma-norma
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komleks aktifitas
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan,
senjata, dan sebagainya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang
yang dipakai sehari-hari oleh anggota masyarakat.
2
Lihat http://blog-penerang.blogspot.com/2013/04/wujud-kebudayaan-menurutkoentjaraningrat.html
2012
4
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara
lain:
1. Teknologi
2. Sistem mata pencaharian
3. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Kepercayaan / Agama
7. Pernikahan
8. Sistem ilmu dan pengetahuan
C. Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen
atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
2012

alat-alat teknologi

sistem ekonomi
5
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

keluarga

kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya

Organisasi ekonomi

Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

Organisasi kekuatan (politik)
3. Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1. Sistem religi yang meliputi:

Sistem kepercayaan

Sistem nilai dan pandangan hidup

Komunikasi keagamaan

Upacara keagamaan
2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
2012

Kekerabatan

Asosiasi dan perkumpulan

Sistem kenegaraan

Sistem kesatuan hidup
6
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Perkumpulan
3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:

Flora dan fauna

Waktu, ruang dan bilangan

Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:

Lisan

Tulisan
5. Kesenian yang meliputi:

Seni patung/pahat

Relief

Lukis dan gambar

Rias

Vokal

Musik

Bangunan

Kesusastraan

Drama
6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
2012

Berburu dan mengumpulkan makanan

Bercocok tanam
7
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Peternakan

Perikanan

Perdagangan
7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:

Produksi, Distribusi, Transportasi

Peralatan komunikasi

Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah

Pakaian dan perhiasan

Tempat berlindung dan perumahan

Senjata
D. Kebudayaan Universal
Dalam karya berjudul Universal Categories of Culture dan terbit pada
1953, C. Kluckhohn merupakan ahli antropologi pertama yang merumuskan tujuh
unsur budaya.
Menurut C. Kluckhohn dinyatakan bahwa setiap kebudayaan memiliki
tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia
sebagai homo religius.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia
sebagai homo socius.
3. Sistem pengetahuan merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
2012
8
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia
sebagai homo economicus.
5. Sistem teknologi dan perlengkapan hidup manusia merupakan produk
manusia sebagai homo faber.
6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo languens.
7. Kesenian merupakan hasil dari manusia dalam keberadaannya sebagai
homo esteticus.
Karena sifat universalnya, suatu masyarakat seprimitif apa pun
kebudayaannnya, tetap memliki ketujuh unsure budaya yang telah disebutkan.
Yang membedakan hanya tingkat kekompleksitasannya. Semakin modern
kebudayaan
suatu
masyarakat,
tujuh
unsure
kebudayaan
ini
semakin
berkembang. Keterkaitan satu sama lain juga makin rumit3.
E. Hubungan Unsur Kebudayaan Dengan Wujud Kebudayaan
Suku bangsa Bali merupakan suatu kelompok menusia yang sangat
menghargai dan terikat dengan kebudayaan mereka. Kebudayaan itu merupakan
pengaruh dari kebudayaan Majapahit dan kebudayaan asli mereka sendiri. Dua
pengaruh ini menyebabkan munculnya dua golongan di dalam masyarakat Bali,
yaitu Bali Aga yang ada di daerah pegunungan dan Bali Majapahit yang ada di
daerah dataran rendah. Secara geografis, Bali dibelah oleh pegunungan hutan.
Di pegunungan ini terletak pura yang dianggap suci oleh masyarakat Bali.
Sistem mata pencaharian
3
Lihat https://zzzfadhlan.wordpress.com/2014/04/22/7-unsur-kebudayaan-universal-menurutc-kluckhohn/
2012
9
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi: berburu
dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan
perdagangan. Sebagian besar masyarakat Bali hidup dengan bercocok tanam.
Pertanian mereka cukup maju karena faktor lahan yang luas serta curah hujan
yang cukup. Sistem pertanian di Bali menggunakan sistem subak, yaitu
pembagian tugas dalam mengatur persawahan. Sebagian masyarakat lainnya
berternak, piaraan yang banyak dipelihara biasanya babi atau sapi. Ada juga di
bidang perikanan, bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, dan industri
kerajinan khas Bali seperti patung, perak, tenun, dll.
Berdasarkan temuan dalam data prasasti, diketahui bahwa pertanian
dengan sistem perladangan dan sistem persawahan yang teratur telah ada di
Bali pada tahun 882 M. Dalam prasasti Sukawana tahun 882 M terdapat kata
“huma”, berarti sawah dan kata “perlak” yang berarti tegalan. Dengan
dipengaruhi ajaran agama Hindu, subak bertujuan ”moksartham Jagadhita ya ca
iti dharma” (menuju kesejahteraan lahir dan batin).
Adapun satuan dasar pembagian air sampai petakan sawah bagi subak
ialah “tektek”, yaitu dalam bahasa bali yang artinya ”cacah”, atau ukuran lebar
suatu alat pembagian air yang dibuat dari batang kayu yang mempunyai alur
akibat dicacah. Alat pembagian air ini disebut “tembuku” yang dapat dianggap
sebagai sekat ukur, tetapi dalam bentuk sederhana. Sesukat sawah atau
sebidang sawah memperoleh pembagian satu tektek bila sawah tersebut
menggunakan bibit “satu tenah”. Tenah adalah ukuran padi yang beratnya
kurang lebih 25 sampai dengan 30 kg. Pola tanam padi dalam sistem subak
dibedakan menjadi:
Kerta masa: wilayah subak ditanami pai semua karena air mencukupi
Gegadon: pergiliran tanaman padi dengan palawija, karena pergiliran
pemakaian air dengan subak sekitarnya.
Ngulu: sawah dihulu yang mendapatkan air terlebih dahulu
2012
10
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maongin: sawah yang berada di tengah yang mendapat giliran air
Ngasep: sawah yang dihilir mendapat bagian air paling akhir.
Jaringan irigasi bila diurut dari sumber air, terdiri dari: Empelan
(empangan), Buka/bungas, Aungan (terowongan), Telanbah aya (gede), saluran
utama,
Temuku
aya
(gede),
bangunan
bagi
utama,
Telabah
tempek
(munduk/dahan/kanca), Telabah cerik/saluran ranting, Telabah penyahcah (tali
kunda). Di beberapa tempat dikenal dengan istilah Penasan untuk 10 bagian,
Panca untuk 5 orang, Pemijian untuk sendiri (1 orang). Selain itu, subak juga
mempunyai bangunan pelengkap seperti: Penguras (flushing), Pepiuh (overlow),
Petaku (bangunan terjun), Talang (abangan), Jengkuwung (gorong-gorong),
Keluwung (urung-urung), Titi (jembatan), Telepus (syphon).
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Sementara itu,
organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya
dipengaruhi oleh keyakinan mereka terhadap agama Hindu Darma yang mereka
anut sejak beberapa abad yang lalu. Dalam perkawinan umat Hindu di Bali, ada
dua tujuan hidup yang harus dapat diselesaikan dengan tuntas, yaitu
mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan Dharma. Pernikahan merupakan
suatu yang sangat sakral bagi masyarakat Bali, karena baru setelah menikah
seseorang bisa dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki hak dan
kewajiban. Menurut adat lama, perkawinan Bali dipengaruhi oleh kasta dan klen,
sehingga tetap terjaga derajat mereka dalam masyarakat yaitu, brahmana,
ksatria, waisya, sudra. Tetapi saat ini telah banyak perkawinan campuran antar
kasta. Setelah menikah akan terbentuk keluarga batih dan klen besar/kecil.
2012
11
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Larangan perkawinan bila mereka adalah saudara sekandung atau tirinya, serta
perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki
istri dan perkawinan dengan keponakannya.
Sebelum seseorang memasuki jenjang perkawinan dibutuhkan suatu
bimbingan, nasehat dan wejangan agar dalam pelaksaanaannya nanti tidak
mengalami kendala, masalah yang mungkin akan timbul dalam mengarungi
bahtera rumah tangga. Bimbingan ini diberikan dari orang yang ahli di bidang
agama Hindu. Ahli agama ini akan menerangkan apa yang menjadi tugas dan
kewajiban bagi orang yang telah terikat dalam pernikahan sehingga bisa mandiri
di dalam mewujudkan tujuan hidup mendapatkan artha dan kama berdasarkan
Dharma. Lalu dilanjutkan dengan proses penyucian diri yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada leluhur untuk menjelma kembali dalam rangka
memperbaiki karmanya. Pernikahan adat Bali menggunakan sistem patriarki,
yaitu semua tahapan dan proses pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria.
Pelaksaan upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta yang diadakan di halaman
rumah sebagai titik sentral kekuatan Kala Bhucari yang dipercaya sebagai
penguasa wilayah madyaning mandala perumahan.
Upacara adat perkawinan di Bali menggunakan banyak simbol dan
peralatan yang disebut mekala-kalaan. Sanggah Surya (bambu melekung)
merupakan simbol istana Sang Hyang Widhi Wasa, yang merupakan istananya
Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih. Di
sebelah kanan digantungkan biyu lalung, memanifestasikan
Sang Hyang
Semara Jaya sebagai dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan, yang
melambangkan pengantin pria. Di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah
kulkul berisi yang menyimbolkan Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai
Sang Hyang Semara Ratih sebagai dewi kecantikan serta kebijaksanaan, simbol
pengantin wanita.
yang diletakkan
Kelabang Kala Nareswari sebagai simbol calon pengantin
sebagai alas upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh
kedua calon pengantin. Tikeh Dadakan (tikar kecil) merupakan tikar yang
diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita.
2012
12
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikar adalah simbol kekuatan Sang Hyang
Prakerti (kekuatan yoni). Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan
lingga) calon pengantin pria. Dari sisi spritualnya, keris dipandang sebagai
lambang kepurusan dari pengantin pria.
Bahasa
Bahasa adalah perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan
kepada lawan bicaranya atau orang lain. Sebagian besar masyarakat Bali
menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Masyarakat Bali adalah
bilingual, bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa
asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri
pariwisata mereka. Bahasa Bali dibagi menjadi dua, yaitu bahasa Aga, yang
pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Majapahit, yang pengucapannya
lebih halus.
Bahasa Bali dapat ditemukan penggunaannya selain dalam pergaulan
sehari-hari masyarakat Bali, yaitu di buku-buku yang kebanyakan membahas
masalah religiusitas. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek dalam bahasa
Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan
keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra). Dalam penggunaan bahasa,
masyarakat Bali mengenal istilah Pramada. Konsep Pramada adalah seseorang
tidak diperbolehkan menggunakan bahasa yang membuat dirinya memiliki posisi
kasta yang lebih tinggi dari posisinya yang seharusnya. Pramada juga berarti
tidak diperbolehkan untuk bertanya hal-hal yang mempertanyakan religiusitas
masyarakat Bali. Pramada mengajarkan agar seseorang tidak memanggil nama
orang lain yang memiliki status yang lebih tinggi. Konsep Pramada telah ada
dalam masyarakat Bali sejak lama dan hingga sekarang Pramada dalam
masyarakat Bali sangat mudah ditemukan.
2012
13
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Masyarakat Bali telah
sejak lama mengenal teknologi dalam membangun bangunan-banguan di
lingkungan hidup mereka. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional
Bali selalu dipenuhi pernak-pernik yang berfungsi untuk hiasan, seperti ukiran
dengan warna-warna yang kontras dan alami. Selain sebagai hiasan mereka
juga mengandung arti dan makna tertentu sebagai ungkapan terimakasih kepada
sang pencipta, serta simbol-simbol ritual seperti patung.
Bali memiliki ciri khas arsitektur yang timbul dari suatu tradisi,
kepercayaan dan aktifitas spiritual masyarakat Bali itu sendiri yang diwujudkan
dalam berbagai bentuk fisik bangunan yang ada. Seperti rumah, pura (tempat
suci umat Hindu), Banjar (balai pertemuan) dan lain-lain. Dalam membangun
suatu bangunan, masyarakat Bali menggunakan panduan Asta Kosala dan Asta
Bumi. Masyarakat Bali percaya dengan membangun rumah, pura, dan bangunan
lainnya menggunakan panduan ini, maka akan mendatangkan kesejahteraan dan
kedamaian atas lindungan Hyang Widhi, mendapatkan vibrasi kesucian, dan
menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi.
Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk
niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan)
dan hiasan. Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas
halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih. Cara
menentukan lokasi Pura adalah menetapkan dengan tegas arah hulu, artinya jika
memilih timur sebagai hulu, maka jangan melenceng ke arah timur laut atau
tenggara. Selain melihat gunung atau bukit sebagai acuan arah, mereka juga
perhatikan kompas. Misalnya, jika gunung berada di utara maka hulu agar benarbenar di arah utara sesuai kompas, jangan sampai melenceng ke arah timur laut
atau barat laut, demikian seterusnya. Pemilihan arah hulu yang tepat sesuai
dengan mata angin akan memudahkan membangun pelinggih-pelinggih dan
memudahkan pelaksanaan upacara dan arah pemujaan.
2012
14
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Salah satu hasil kebudayaan Bali yang terkenal hingga ke mancanegara
adalah pura Besakih. Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di
Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Komplek
Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18
Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Pura Basukian
dipercaya sebagai tempat pertama kali diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi
Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali. Pura Besakih
merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di Pura Penataran
Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti,
yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang
Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi.
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata atau pun
telinga. Pulau Dewata Memang menyimpan segudang keunikan seni, budaya
dan tradisi yang masih dipegang teguh serta dijalankan hingga saat ini. Tidak
hanya untuk mempertahankan akar budaya, namun juga sebagai penghibur dan
komoditas pariwisata para pelancong yang berwisata ke pulau Bali. Banyak
atraksi seni termasuk tari-tarian yang memiliki maksud dan filosofi positif di balik
dinamisme geraknya.
Tari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra Hindu yang
menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba
yang memiliki kekuatan magis. Tarian ini mengisahkan tentang kebaikan dan
kejahatan
yang
akan
selalu
bertentangan
satu
sama
lain.
Kebajikan
direpresentasikan pada lakon Barong, yakni seorang penari dengan kostum
binatang berkaki empat. Sementara kebatilan dimainkan oleh Rangda, sosok
menyeramkan dengan taring di mulutnya.
Untuk menarikannya, Barong ini diusung oleh dua orang penari yang
disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya
2012
15
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong ini melukiskan tentang pertarungan
kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang
selalu berlawanan (rwa bhineda). Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan
Semar Pagulingan.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa,
harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potonganpotongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan.
Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang). Satu penari
mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong,
sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor
Barong.
Sistem Kepercayaan/Religi
Sistem kepercayaan mengacu pada keyakinan akan adanya penguasa
tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sebagian besar masyarakat Bali menganut HinduBali, dan sebagian kecil ajaran yang lainnya. Kepercayaan Hindu meyakini akan
satu Tuhan dalam Trimurti Yang Esa, yang merupakan wujud manifestasi dari
Brahmana, Wisnu dan Siwa, serta percaya pada banyak dewa, maka dari itu kita
sering melihat ada banyak upacara sesaji. Pada agama Hindu ada sistem
tanggalan untuk memperhitungkan kapan suatu upacara atau hari besar akan
berlangsung. Setiap upacara besar berlangsung akan dipimpin oleh seorang
pendeta yang disebut sulinggih atau biasa dikenal sebagai pedanda dari kasta
Brahmana. Bila upacara yang lebih kecil dapat dipimpin oleh pemangku yang
telah dilantik.
Agama Hindu meyakini satu Tuhan dalam Trimurti Yang Esa, yang
merupakan manifestasi atau perwujudan dari Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
Ajaran Hindu yang penuh dengan syarat cinta kasih tanpa memandang nilai
perbedaan, serta menjunjung tinggi unsur kehidupan yang seimbang dengan
alam membuat kehidupan di Bali terbentuk menjadi seperti Bali yang sekarang
2012
16
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini. Bali
tidak hanya memiliki nilai eksotis, tapi pulau ini memiliki nilai-nilai
keagamaan yang kental yang membentuk masyarakatnya untuk mencintai alam
ciptaanNya.
Salah satu kearifan lokal Bali pada aspek keagamaan adalah pemujaan
arwah leluhur yang dianut masyarakat pada masa megalitik yang melanjut terus
setelah
datangnya
kebudayaan
Hindu.
Kedua
sistem
kepercayaan
ini
berdampingan antara pemujaan arwah leluhur (Hyang) yang disebut bhatara dan
pemujaan Tuhan yang disebut Hyang Widhi Wasa atau Hyang Parama Kawi.
Pura adalah tempat suci agama Hindu untuk memuja Hyang Widhi Wasa
dalam segala Prabawa (manifestasi- NYA) dan Atma Sidha Dewata (Roh Suci
Leluhur). Selain dipergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci atau
tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan atau Parhyangan.
Berdasarkan fungsinya, pura digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Pura
Jagat yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dan
Pura Kawitan yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Atma Sidha
Dewata (Roh Suci Leluhur).
Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Ilmu pengetahuan
memiliki peranan yang sangat penting dalam memadukan semua sistem
kebudayaan. Kebudayaan Bali sebagai perwujudan dari pengalaman ajaran
Hindu mutlak perlu mendudukkan sistem ilmu pengetahuan itu secara tepat
dalam strategi kebudayaan Bali. Kebudayaan Bali dan daerah manapun akan
melemah
bila
sistem
ilmu
tidak
diimplementasikan
dalam
strategi
pengembangannya.
Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati,
jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu umat
Hindu merayakan hari yang penting. Terutama para pamong dan siswa-siswa
2012
17
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. Dalam
legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati
adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra.
Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan
berkebudayaan. Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik
bertangan empat, biasanya tangan- tangan tersebut memegang Genitri (tasbih)
dan Kropak (lontar). Yang lain memegang Wina (alat musik / rebab) dan
sekuntum bunga teratai. Di dekatnya biasanya terdapat burung merak dan undan
(swan), yaitu burung besar serupa angsa (goose), tetapi dapat terbang tinggi .
Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku
dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaranajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur
pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai.
Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahanbahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga4.
_____________________________
Referensi:
Ihromi, T.O., (ed)., 1981. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat, 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat, 1992. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Ranjabar, Jacobus, 2013. Sistem Sisial Budaya Indonesia. Bandung: Alfabeta.
4
Lihat https://adiwenayofana.wordpress.com/2012/10/11/hubungan-unsur-budaya-universaldengan-wujud-budaya/
2012
18
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
http://blog-penerang.blogspot.com/2013/04/wujud-kebudayaan-menurutkoentjaraningrat.html
https://zzzfadhlan.wordpress.com/2014/04/22/7-unsur-kebudayaan-universalmenurut-c-kluckhohn/
https://adiwenayofana.wordpress.com/2012/10/11/hubungan-unsur-budayauniversal-dengan-wujud-budaya/
2012
19
Antropologi
Dr Dadan Anugrah, S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download