EKSISTENSI MUSIK TRADISIONAL TIONGKOK OLEH GRUP MUSIK KEMUNING SURABAYA Eka Christian Mahasiswa Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Pembimbing: Harpang Yudha Karyawanto, S.Pd. M.Pd. Dosen Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Abstrak Grup musik Kemuning adalah sebuah Grup musik tradisional Tiongkok yang didirikan pada tanggal 20 Juni 2005. Tujuan utama didirikannya Grup musik ini adalah untuk melestarikan musik tradisional Tiongkok di Indonesia, khususnya musik tradisional Tiongkok di Surabaya. Aktivitas dari Grup musik Kemuning ini diantaranya dengan mengadakan latihan rutin setiap Senin malam, bermain di berbagai acara, seperti pernikahan, ulang tahun, imlek, lebaran, natal, dll. Dalam acara tertentu, grup musik Kemuning juga mengkolaborasikan antara musik dan lagu-lagu Tiongkok, Indonesia dan barat, sebagai wujud akulturasi antara budaya Tiongkok, Indonesia dan barat. Grup musik Kemuning juga pernah mengikuti festival keroncong se- Jawa Timur di Jember pada tahun 2006, dan berhasil menjadi juara 2 dalam festival tersebut. Selain itu, Grup Musik Kemuning Surabaya juga memberikan kursus musik, khususnya musik tradisional Tiongkok, sebagai upaya regenerasi anggota sekaligus upaya pelestarian musik tradisional Tiongkok. Dari beberapa contoh aktivitas dan kegiatan Grup Musik Kemuning Surabaya di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “Eksistensi Musik Tradisional Tiongkok oleh Grup Musik Kemuning Surabaya” ini, karena Penulis berasumsi bahwa eksistensi/keberadaan dari Grup musik Kemuning ini juga dapat berkontribusi bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang tertarik dan berminat untuk mempelajari alat musik tradisional Tiongkok sekaligus menjadi media pelestarian musik tradisional Tiongkok di Surabaya. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana bentuk penyajian musik oleh grup musik Kemuning dan Bagaimana usaha atau upaya grup musik Kemuning untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Pendekatan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan objek penelitian “musik tradisional Tiongkok oleh grup musik Kemuning Surabaya” dan subjek penelitian yang meliputi: “pendiri sekaligus sesepuh grup musik Kemuning, pemain guzheng dan dizhi grup musik Kemuning, tetangga sekitar jalan Kemuning, tokoh masyarakat tionghoa Surabaya, dan penikmat dari grup musik Kemuning”. Simpulan dari penelitian, yaitu Format bentuk penyajian Grup musik Kemuning biasanya menggunakan panggung dalam suatu ballroom atau ruangan dengan menggunakan sound system, mike, kursi bagi pemain musik dan penyanyi, alat-alat musik seperti guzheng, yangqing, dizi, erhu, biola, keyboard, angklung, kolintang, dan alat-alat pendukung lainnya. Kostum atau seragam yang digunakan oleh Grup musik kemuning ketika tampil diberbagai acara adalah kostum perpaduan batik dan dang zhuang, celana jeans atau celana kain, rok atau dress, sepatu pantofel dan high heels. Lagu-lagu yang dimainkan oleh Grup musik Kemuning tidak hanya lagu-lagu mandarin saja, melainkan juga memainkan lagu-lagu Indonesia, barat, dan lagu-lagu lain sesuai konteks acaranya. Usaha Atau Upaya yang dilakukan Grup musik Kemuning untuk mempertahankan eksistensinya yaitu dengan berusaha disiplin untuk berlatih, memberikan kursus musik, regenerasi anggota, pembaruan lagu, adanya dukungan dana dari pihak internal maupun eksternal, dan promosi. Kata kunci : Eksistensi, Grup musik Kemuning, musik tradisional Tiongkok, bentuk penyajian ABSTRACT Kemuning music group is a group of traditional Chinese music that was established on 20 June 2005. The main purpose of establishment of this musical group is to preserve traditional Chinese music in Indonesia, especially traditional Chinese music in Surabaya. The activities of Kemuning music group are holding regular practice every Monday night, playing at various events, such as weddings, birthdays, Chinese New Year, Eid, Christmas, etc. In certain events, Kemuning music group also collaborate the musics and songs of China, Indonesia and occidental country, as a form of acculturation among the cultures of China, Indonesia and occidental. Kemuning music group also attended a kroncong festival in Jember in East Java in 2006, and won the second in the festival. In addition, Kemuning Music Group also provides music courses, especially traditional Chinese music, as well as members of the regeneration efforts of the effort to preserve traditional Chinese music. From some examples of activities and events of Surabaya Kemuning Music Group above, the authors were interested in researching on "The Existence of Traditional Chinese Music by Surabaya Kemuning Music Group ", and author assumes that the existence or presence of Kemuning Music Group also can contribute to society, especially for they who are interested and would like to learn traditional Chinese musical instruments as well as a media preservation of traditional Chinese music in Surabaya. The problem of this study was how about the music’s performance form by Kemuning music group, and how about Kemuning music group’s effort to maintain its existence in society. The research approach in this study using a qualitative approach with object of research "traditional Chinese music by Surabaya Kemuning music group ", and subjects of research consist of: "founder and so elder of Kemuning music group, Guzheng and Dizhi’s players of Kemuning music group, neighbor around the Kemuning street, Surabaya chinese figure, and Kemuning music group’s lover". Conclusions of this research is the performance form format of Kemuning music group typically uses the stage in a ballroom or a room by using a sound system, mikes, chairs for the music players and singers, musical instruments such as Guzheng, yangqing, dizi, erhu, violin, keyboard, angklung, kolintang, and supporting tools more. Costumes or uniforms used by Kemuning music group when perform in various events are costumes blend batik and dang zhuang, jeans or linen pants, a skirt or dress, loafers and high heels. The songs are played by Kemuning music groups not only mandarin songs, but also play Indonesian, western and other songs appropriate context of the events. the efforts are doing by Kemuning music Group to maintain its existence is by trying the discipline to practice, give music courses, members regeneration, songs renewal, financial support from internal and external parties, and promotions. Suggestions of this study are: four performance form formats of Kemuning music group above should be adapted with nowadays, so the appearance of Kemuning music group can be enjoyed by everyone. And six efforts to maintain the Kemuning music group’s existence above should be done continuously, so that the existence of the Kemuning music group can be maintained properly. Keywords: Existence, Kemuning Music group, traditional Chinese music, performance form,. PENDAHULUAN Grup musik Kemuning adalah sebuah Grup musik tradisional Tiongkok yang didirikan pada tanggal 20 Juni 2005. Dinamakan Grup Musik Kemuning karena Grup ini mempunyai tempat latihan di Jalan Kemuning No. 3 Surabaya. Tujuan utama didirikannya Grup musik ini adalah untuk melestarikan musik tradisional Tiongkok di Indonesia, khususnya musik tradisional Tiongkok di Surabaya. Aktivitas dari Grup musik Kemuning ini diantaranya dengan mengadakan latihan rutin setiap Senin malam, bermain di berbagai acara, seperti pernikahan, ulang tahun, imlek, lebaran, natal, dll. Dalam acara tertentu, grup music Kemuning juga mengkolaborasikan antara musik tradisional Tiongkok, Indonesia, dan barat, sebagai upaya perwujudan akulturasi budaya antara budaya Tiongkok, Indonesia, dan barat. Grup musik Kemuning juga pernah mengikuti festival keroncong se- Jawa Timur di Jember pada tahun 2006, dan berhasil menjadi juara 2 dalam festival tersebut. Selain itu, Grup Musik Kemuning Surabaya juga memberikan kursus bagi mereka yang berminat belajar musik, khususnya musik tradisional Tiongkok. Dari beberapa contoh aktivitas dan kegiatan Grup Musik Kemuning Surabaya di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “Eksistensi Musik Tradisional Tiongkok oleh Grup Musik Kemuning Surabaya” ini, karena Penulis berasumsi bahwa eksistensi/keberadaan dari Grup musik Kemuning ini juga dapat berkontribusi bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang tertarik dan berminat untuk mempelajari alat musik tradisional Tiongkok sekaligus menjadi media pelestarian musik tradisional Tiongkok di Surabaya. Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: mendeskripsikan tentang bentuk penyajian musik oleh grup musik Kemuning Surabaya, dan usaha atau upaya grup musik Kemuning untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Hasil Penelitian dan Pembahasan Asal Usul Grup Musik Kemuning Asal usul dari Grup musik Kemuning dilatarbelakangi oleh keikutsertaan Bambang Sujanto dalam suatu yayasan pecinta musik tradisional Tiongkok yaitu yayasan Harapan Tama, pada tahun 2002. Setelah 3 tahun bergabung di yayasan tersebut, beliau juga berkeinginan untuk membentuk Grup serupa, yaitu Grup pecinta musik tradisional Tiongkok, karena beliau memang hobby (gemar) dibidang musik, dan juga diberi pesan oleh orang tuanya untuk tetap melestarikan musik tradisional Tiongkok, maka beliau memanfaatkan rumah kosong yang dimilikinya, di jalan Kemuning No. 3 Surabaya sebagai tempat berkumpul sekaligus berlatih bagi para anggota Grup musik Kemuning, (wawancara peneliti dengan Muliono Tanu Harjo, 6 Juni 2016). Pada awalnya, anggota Grup musik Kemuning ini didominasi oleh para generasi tua, yang memang mereka sudah lama mempelajari musik tradisional Tiongkok ini, seperti alat musik erhu, guzheng, yangqin, dizi, dll, karena sebagian besar generasi muda beranggapan bahwa musik tradisional Tiongkok ini adalah alat musik kuno atau ketinggalan zaman, mereka lebih memilih musik barat, yang dianggap lebih moderen. Namun seiring berjalannya waktu, dan juga dari relasi Bambang Sujanto dengan teman-temannya, akhirnya mulai ada beberapa generasi muda yang bergabung bersama Grup musik Kemuning, dan di tahun 2005 itu, Grup musik Kemuning mulai diundang tampil oleh teman beliau, Susanto, untuk tampil di acara Cap Gomeh (hari ke-15 sekaligus hari terakhir pada peringatan tahun baru imlek) di rumahnya di perumahan Puncak Permai Surabaya. Waktu itu, anggota Grup musik Kemuning yang ikut tampil adalah: Azalia, sebagai pemain guzheng atau kecapi Tiongkok, Erwin sebagai pemain dizi atau seruling Tiongkok, Dian sebagai pemain erhu atau rebab Tiongkok, Gatot sebagai pemain keyboard. (wawancara peneliti dengan Bambang Sujanto, 25 April 2016). Pada tahun 2007, anggota Grup musik Kemuning semakin bertambah, dan Mereka pun bermacam-macam, ada yang sudah bisa bermain musik, namun ada pula yang belum bisa bermain musik. Bagi mereka yang belum bisa bermain musik dan memang berminat mempelajari musik, khususnya musik tradisional Tiongkok, maka Grup musik Kemuning juga bersedia mengkursuskan mereka. Dari kursus itulah, para anggota Grup musik Kemuning bisa bermain musik, khususnya musik tradisional Tiongkok sampai saat ini. Aktivitas Atau Kegiatan Dari Grup Musik Kemuning Grup musik Kemuning memiliki kegiatan rutin, yaitu kegiatan latihan setiap Senin jam 7 malam di Jalan Kemuning No. 3 Surabaya. Tujuan utama dari latihan rutin ini adalah untuk membangun kebersamaan atau kekeluargaan diantara para personel Grup musik Kemuning, meningkatkan kemampuan atau skill para personel dari Grup musik Kemuning. Namun, latihan rutin ini juga bertujuan untuk mempersiapkan penampilan atau perform dari Grup musik Kemuning di berbagai acara, seperti acara pernikahan, ulang tahun, seminar, kebersamaan, amal, lebaran, natal, imlek, dll. Untuk lagu-lagu yang dimainkan atau dinyanyikan oleh Grup musik Kemuning sebagian besar adalah lagu-lagu mandarin, namun, tidak menutup kemungkinan bagi Grup musik Kemuning untuk memainkan atau menyanyikan lagu-lagu non mandarin, seperti lagu-lagu Indonesia, Barat, dan lagu-lagu lain, sesuai permintaan dari penyelenggara acara. Alat musik yang dimainkan pun tidak hanya alat musik tradisional Tiongkok, melainkan juga mengkolaborasikannya dengan alat musik lain, seperti biola, keyboard, kolintang, angklung. Grup musik Kemuning berusaha mengkolaborasikan antara musik Tiongkok, barat, dan Indonesia, supaya dapat terjadi akulturasi atau perpaduan budaya, dan eksistensi grup musik Kemuning dapat diterima oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya. (Wawancara peneliti dengan Bambang Sujanto, 25 April 2016). Pada tahun 2008, Grup musik Kemuning berkesempatan mengikuti lomba keroncong se-Jawa Timur di Jember. Pada waktu itu, Grup musik Kemuning mengkolaborasikan musik Tiongkok dan musik keroncong. Sungguh membanggakan, karena Grup musik Kemuning berhasil menjadi juara 2 dalam lomba tersebut. (wawancara peneliti dengan Bambang Sujanto, 25 April 2016). Pada tanggal 20 Juni 2015 yang lalu, Grup musik Kemuning merayakan ulang tahunnya yang ke-10 di Empire Palace Surabaya. Acara ini dapat dianggap sebagai acara spesial dibandingkan acara-acara yang lain, karena acara ini merupakan momen peringatan ulang tahun kemuning yang ke-10, dan menurut Bambang Sujanto selaku pendiri dan sesepuh dari Grup musik Kemuning, beliau mengatakan bahwa peringatan 10 tahun Grup musik Kemuning ini adalah peringatan ulang tahun yang diselenggarakan untuk yang pertama dan terakhir, oleh karena itu, semua harus tampil maksimal, semua harus mempersembahkan yang terbaik untuk acara spesial ini. Semua personel dari Grup musik Kemuning ikut terlibat dalam acara ini, serta ditambah kolaborasi penampilan dari beberapa bintang tamu, seperti penampilan pemain erhu dari Mojokerto, pemain guzheng dari Surabaya, pemain angklung dan kolintang dari Surabaya, dan kolaborasi Grup musik Kemuning dengan musik keroncong yang melibatkan beberapa mahasiswa sendratasik unesa. Grup musik Kemuning mencoba mengkolaborasikan antara musik tradisional Tiongkok, Indonesia dan musik barat, supaya dapat terbentuk suatu komposisi musik baru yang unik dan menarik, dan dapat terjadi suatu akulturasi budaya, antara budaya Tiongkok, Indonesia, dan barat, dan eksistensi Grup musik Kemuning dapat diterima oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya. Para personel Grup musik Kemuning termasuk bintang tamu tersebut saling bekerja sama untuk mempersembahkan penampilan terbaik di acara ulang tahun Grup musik Kemuning ini. Untuk mempersembahkan penampilan terbaik di acara spesial ini, bukanlah hal yang mudah, karena semua anggota Grup Kemuning harus meluangkan waktu untuk fokus berlatih lagu-lagu yang akan dimainkan. Latihan yang sebelumnya dilakukan seminggu sekali, bisa menjadi seminggu tiga kali, bahkan terkadang lebih. Beberapa anggota Grup musik Kemuning yang sedang menempuh studi sering kali harus meninggalkan studi sementara waktu demi berlatih untuk acara ulang tahun Grup musik Kemuning. Demikian juga dengan anggota lain yang bekerja juga seringkali harus meninggalkan pekerjaannya sementara waktu demi berlatih untuk acara ulang tahun Grup musik Kemuning. Semua ini dilakukan demi kesuksesan acara spesial 10 tahun Grup musik Kemuning. Proses demi proses tersebut dilakukan dengan penuh kesabaran sekaligus harapan agar semuanya dapat tampil maksimal di acara spesial ini. Dan berkat dukungan, usaha dan upaya dari para personel Grup musik Kemuning, bintang tamu, even organiser, dan semua pihak lain yang terlibat, akhirnya acara ulang tahun Grup musik Kemuning pada tanggal 20 Juni 2015 ini dapat berlangsung dengan sukses. Sehubungan dengan uraian diatas, dalam hal ini peneliti ingin menghubungkan antara grup musik Kemuning dengan 7 dari 10 fungsi musik menurut Alan P. Merriam, yang relevan dengan grup musik Kemuning, yaitu: Sebagai sarana hiburan (Entertainment), artinya musik berfungsi sebagai sarana hiburan bagi pendengarnya. Demikian juga dengan Grup Musik Kemuning, juga menggunakan musik untuk menghibur para penikmat musik di berbagai acara, seperti acara ulang tahun, pernikahan, amal, kebersamaan, dll. Sebagai sarana komunikasi, komunikasi ini tidak hanya sekedar komunikasi antar pemain dan penonton, namun dapat berupa komunikasi yang bersifat religi dan kepercayaan, seperti komunikasi antara masyarakat dengan ruh-ruh nenek moyang serta leluhur. Pada Grup Musik Kemuning, fungsi komunikasi ini hanya digunakan sebagai sarana komunikasi atau interaksi antara pemain dan penonton saja, khususnya ketika grup musik Kemuning tampil di berbagai acara. Sebagai persembahan simbolis, artinya musik berfungsi sebagai simbol dari keadaan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan demikian kita dapat mengukur dan melihat sejauh mana tingkat kebudayaan suatu masyarakat. Demikian juga dengan Grup Musik Kemuning, menggunakan fungsi musik ini sebagai sarana persembahan simbolis kebudayaan Tiongkok di Surabaya, sekaligus mengkolaborasikan budaya Tiongkok dengan budaya Indonesia. Sebagai respon fisik, artinya musik berfungsi sebagai pengiring aktifitas ritmik. Aktifitas ritmik yang dimaksud antara lain tari-tarian, senam, dansa, dan lain-lain. Demikian juga dengan Grup musik Kemuning, juga pernah menggunakan fungsi musik ini untuk mengiringi tari Bali di acara ulang tahun Kemuning yang ke-10 pada tanggal 20 Juni 2015 yang lalu. Sebagai institusisosial dan ritual keagamaan, artinya musik memberikan kontribusi dalam kegiatan sosial maupun keagamaan, misalnya sebagai pengiring dalam peribadatan. Demikian juga dengan Grup Kemuning juga pernah mengiringi peribadatan di masjid, gereja, wihara, sebagai wujud penghormatan terhadap kebinekaan masyarakat Indonesia dalam beragama. Sebagai sarana kelangsungan dan statistik kebudayaan, artinya musik juga berperan dalam pelestarian guna kelanjutan dan stabilitas suatu kebudayaan, demikian juga dengan Grup musik Kemuning, juga berperan untuk menjaga atau melestarikan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Fungsi Pengungkapan Emosional, artinya musik berfungsi sebagai suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya. Dengan kata lain, si pemain dapat mengungkapkan perasaan atau emosinya melalui musik. Demikian juga dengan para musisi dan penyanyi Grup musik Kemuning juga berusaha mengungkapkan emosinya melalui setiap komposisi yang disajikan, sehingga setiap penonton dapat menikmati penampilan dari grup musik Kemuning. Bentuk Penyajian Musik Oleh Grup Musik Kemuning Berdasarkan hasil reduksi data mengenai bentuk penyajian musik oleh Grup musik Kemuning, ditemukan ada 4 format bentuk penyajian musik oleh Grup musik Kemuning, yaitu: setting pertunjukan Grup musik Kemuning, jenis-jenis alat musik yang digunakan oleh Grup musik Kemuning, properti atau kostum yang digunakan oleh Grup musik Kemuning, dan lagu-lagu yang dimainkan oleh Grup musik Kemuning. Bentuk penyajian pada Grup musik Kemuning adalah “Ansambel Campuran” yang memainkan berbagai macam instrumen, dan mengkolaborasikannya dengan vokal, yang biasanya dinyanyikan antara satu sampai tiga orang, secara bergantian atau bersahutan (responsori). Berikut ini akan dijelaskan tentang setting pertunjukan Grup musik Kemuning, macam-macam instrumen ansambel campuran yang digunakan, properti atau kostum yang digunakan oleh Grup musik Kemuning, serta lagu-lagu yang dimainkan oleh Grup musik Kemuning. Adapun bentuk penyajian Grup musik Kemuning adalah sebagai berikut. Setting Pertunjukan Grup Musik Kemuning Penyusunan dalam setting pertunjukan dimaksudkan agar penyajian pertunjukan dapat terlihat nyaman dan jelas oleh penonton. Penampilan Grup musik Kemuning biasanya dilakukan di dalam sebuah hall atau ballroom yang sedang mengadakan sebuah pesta atau acara tertentu dengan menggunakan panggung, sound system, mike, kursi bagi pemain musik dan penyanyi, alat musik, dan peralatan pendukung lainnya yang diatur sedemikian rupa sehingga para pemain musik dan penyanyi dapat menempati posisi masing-masing dengan nyaman, dan para penonton dapat menikmati penampilan Grup musik Kemuning dengan nyaman pula. Grup musik Kemuning memiliki beberapa pemain diantaranya, pemain guzheng, yangqin, dizhi, erhu, biola, keyboard. Namun untuk acara khusus, seperti acara ulang tahun Grup musik Kemuning yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2015 yang lalu, terdapat tambahan beberapa alat musik, yaitu: angklung, kolintang, dan alat-alat musik keroncong seperti cak, cuk, gitar, selo, flute. Susunan pemain perlu diperhatikan agar penyajian Grup musik Kemuning terlihat maksimal. Berikut merupakan gambar setting pertunjukan Grup musik Kemuning: Keterangan gambar: : alat musik Guzheng atau Kecapi Tiongkok : alat musik Yangqin atau Piano Tiongkok : alat musik Dizi atau Seruling Tiongkok : alat musik Erhu atau Rebab Tiongkok : alat musik Violin : alat musik Kolintang : alat musik Angklung : Format Keroncong Instrumen Atau Alat Musik yang Dimainkan oleh Grup Musik Kemuning Guzheng atau Kecapi Tiongkok Kecapi Tiongkok, atau Guzheng, merupakan salah satu instrumen Tiongkok tertua. Menurut catatan sejarah, Guzheng pertama kali ditemukan pada masa Dinasti Qin (221206 SM). Itulah mengapa Guzheng juga memiliki nama lain dalam bahasa Tionghoa, Qin Zheng. Guzheng adalah instrumen petik chordhophone yang terbuat dari kayu. Saat ini, jenis yang paling umum dari Guzheng memiliki 21 senar, (seperti yang digunakan oleh Grup musik Kemuning), tetapi ada juga yang memiliki 26 dan 16 senar. Sepanjang sejarah, ada banyak variasi, dan beberapa dari mereka dibawa ke negara-negara tetangga Tiongkok, seperti Jepang. Berikut merupakan gambar alat musik guzheng: Guzheng dibunyikan dengan cara dipetik menggunakan kuku palsu terbuat dari plastik yang di plaster di jari jempol, telunjuk, tengah dan manis tangan kiri dan kanan. Tujuan digunakannya kuku palsu ini supaya suara guzheng bisa terdengar lebih kuat dan nyaring. Yangqin atau Piano Tiongkok Yangqin (扬琴) adalah alat musik pukul chordhophone tradisional Tiongkok yang memiliki 144 senar, cara memainkannya dengan dipukul dengan stik bambu sebagai pemukulnya. Yangqin masuk ke Tiongkok pada masa Dinasti Ming lewat daerah pesisir seperti provinsi Guangdong. Yangqin disebut juga Hudie Qin (蝴蝶琴,secara harafiah berarti Siter Kupu-kupu)dan masih dimainkan sekarang di Shanghai dan Grup musik Kanton. Yangqin dapat dimainkan secara solo atau ansambel. Pada perkembangannya sekarang, sering digunakan adalah tipe 401 dengan 4 lajur kepala senar dan terdiri dari 144 senar. Berikut merupakan gambar alat musik Yangqin: Pada pementasannya, Yangqin diletakkan di atas sebuah susunan seperti meja dengan 3 sisi yang menyangganya. Kemudian pemain akan memukul senar menggunakan pemukul dengan gerakan yang lebih lembut namun mirip seperti pemukul drum yang terbuat dari bambu. Permainan yangqin pada Grup musik Kemuning cukup penting, karena berfungsi untuk memainkan melodi utama dan melodi pengiring. Oleh karena itu, pemain yangqin harus memahami unsur-unsur musik seperti ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika (seperti yang dijelaskan pada kajian teori), agar permainan yangqin dapat terdengar teratur, indah dan harmonis, dan juga dapat mengeluarkan karakter suaranya yang khas piano Tiongkok, yang membedakannya dengan piano barat. Dizhi atau seruling Tiongkok Dizi adalah nama alat musik tiup (airophone) berupa seruling yang berasal dari Tiongkok. Dizi berawal dari Asia Tengah dan masuk ke Tiongkok pada 2 SM dan mengubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi terbuat dari tulang binatang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah diadakan perbedaan yaitu nama Di untuk seruling horizontal dan Xiao untuk seruling vertikal. Pada abad ke 7 M, sebuah selaput ditambahkan dan namanya berubah menjadi Dizi. Berikut ini merupakan gambar alat musik dizhi: Dizi moderen memiliki 12 lubang yang terdiri dari satu lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan nada-nada, empat lubang untuk mengubah tinggi rendah nada. Berbeda dengan Xiao, Dizi memiliki nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk mengekspresikan irama gembira dan dapat meniru suara burung-burung yang berbeda. Fungsi dizi pada grup musik Kemuning cukup penting, karena dizi berfungsi sebagai melodi utama atau melodi pengiring dalam lagu, dan dizi juga dapat memunculkan karakter khas seruling Tiongkok yang berbeda dengan karakter seruling yang lain. Oleh karena itu, pemain dizi juga harus mengerti tentang unsur-unsur musik seperti ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika (seperti yang dijelaskan pada Kajian Teori), agar permainannya dapat terdengar teratur, indah dan harmonis. Erhu atau Rebab Tiongkok Erhu adalah alat musik gesek chordhophone tradisional Tiongkok yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Alat ini diperkenalkan ke Tiongkok oleh suku non-Han di sepanjang perbatasan utara Tiongkok. Arti harafiahnya adalah "instrumen dua senar orang barbar", dikarenakan erhu ditemukan oleh orang barbar. Petani menggunakan alat ini untuk memainkan lagu-lagu rakyat yang menggambarkan kehidupan sehari-hari seperti memancing dan menggembalakan hewan ternak. Berikut ini merupakan gambar alat musik erhu: Meskipun erhu terkadang disebut sebagai biola bersenar dua, tetapi alat ini dimainkan secara vertikal dan bukan horizontal seperti biola barat. Erhu dimainkan dengan cara digesek dan diletakkan di atas pangkuan pemainnya sambil duduk. Alat ini terbuat dari kayu yang tebal, seperti rosewood atau eboni, dan terdiri dari sebuah kotak kecil yang dibungkus kulit ular (biasanya kulit ular phyton) dan sebuah leher ramping dan panjang yang melengkung di ujungnya. Dua senar kawat menggantikan senar sutera tradisional. Sebuah bambu dan rambut kuda putih secara permanen ditempatkan di antara dua senar ini. Kotak kecil berbahan kulit ular phyton yang berfungsi sebagai resoonantor erhu tersebut memiliki banyak kualitas yang unik yang membuatnya menjadi suatu alat musik yang sulit dipelajari. Tidak ada pemetaan jari untuk menemukan nadanada pada erhu. Penadaan atau tuning yang pas, dan senar ditekan tetapi tidak boleh menyentuh lehernya. Suara dihasilkan ketika alat gesek, yang digunakan untuk meningkatkan pergesekan, lewat di antara senar yang menyebabkan kulit ular bergetar; dua sisi dari alat gesek digunakan untuk menghasilkan suara. Kedua senar adalah begitu berdekatan yang dimainkan seolah-olah satu senar. Seiring berjalannya waktu, Erhu mulai digunakan dalam suatu ensemble atau dalam orkestra dalam opera Beijing, tetapi ia tidak terlalu difungsikan sebagai alat musik solo, karena erhu termasuk instrumen melodis yang memerlukan instrumen ritmis atau harmonis untuk mengiringinya. Erhu telah menjadi salah satu alat musik yang paling populer dan dikenali, dan banyak orang-orang barat terkesima terhadap pesonanya. Seperti pada tour global pertama New Tang Dynasty Television (NTDTV) Spektakular Tahun Baru Tiongkok 2004. Dalam pertunjukan yang mewah, acara Spectacular menampilkan kebudayaan Tiongkok tradisional yang otentik melalui musik dan tarian. Pertunjukan ini dimainkan di 32 kota besar di seluruh dunia, dan di tahun 2008 akan dimainkan di 50 kota, diharapkan dapat menjangkau total hadirin sebanyak setengah juta orang. Demikian juga dengan Grup musik Kemuning yang sering menampilkan erhu dengan suara yang khas rebab Tiongkok di berbagai acara, juga membuat penonton merasa terpesona dengan suara erhu yang merdu dan ekspresif. Oleh karena itu, pemain erhu harus mengerti tentang unsur-unsur musik seperti ritme, melodi, harmoni, agar permainan erhu dapat terdengar teratur, indah dan harmonis. Biola Biola adalah sebuah alat musik dawai atau chordhophone yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Menurut catatan kuno, pada 5.000 tahun yang lampau, cikal bakal Biola berasal dari bangsa Aria di India. Raja Ravana dari negara Sri Langka telah menciptakan alat musik yang menggunakan senar-busur, yakni Ravanastron. Kemudian, pada awal abad ke 1, Ravanastron menyebar ke Afghanistan dan Persia. Dalam sejarah tercatat bahwa alat musik gesek Biola pertama kali diperkenalkan di Itali, kota Turin pada tahun 1523. Bentuk biola tersebut dipajang dalam bentuk patung atau skulptur “malaikat kecil bermain biola” di sebuah gereja di Vercelli. Biola pertama itu terdiri dari 3 senar. Sejak tahun 1540 biola mempunyai 4 senar dengan bentuk yang tidak terlalu berbeda dengan biola sekarang. Jenis biola tersebut berasal dari daerah Itali bagian utara. Oleh karena itu pembuat biola yang terkenal adalah dari Itali, seperti Andrea Amati, Nicola Amati, Gasparo da Salò, Guarnerius del Gesu, Antonio Stradivari. Berikut ini merupakan gambar alat musik biola: Alat musik gesek yang mula-mula masuk ke Eropa terdiri dari 2 macam yakni: Pegangan vertikal dan Pegangan di atas lengan. Biola dengan pegangan vertikal adalah cara penyajian awal dari alat musik gesek. Semenjak awal Rebab-Arab sampai ke Rebec, hingga setelah ratusan tahun perubahan dari Rebec menjadi Viol, semuanya dimainkan dengan vertikal, sampai dengan abad ke 18 digantikan dengan kepopuleran Biola. Namun cara pegangan vertikal sampai sekarang dapat dipertahankan pada alat musik berbagai daerah, misalnya: Hu Qin (baca: Hu Jin) dari Tiongkok, Gadulka dari Eropa Timur, Sarangi dan Sardi dari India, Morinhur dari Mongolia, Rebab di Indonesia, dll. Biola dengan pegangan di atas lengan dimainkan dengan meletakkan Rebec di atas punggung tangan atau dijepit di bawah rahang, kemungkinan terpengaruh oleh Lyra dari Mesir. Hal ini disebabkan pengaruh pementasan keliling penyair. Ravanastron - yang disebut-sebut pada awal tulisan ini - ada yang masuk ke India menjadi “Ke Jia Kum”, akhirnya pada abad ke 13 baru masuk ke Tiongkok, itu adalah Hu Qin-ekor kuda dari zaman dinasti Song (tahun 960-1279). Sesudah lewat 400 tahun, biola moderen baru seiring dengan masuknya misionaris dan pedagang pada zaman dinasti Qing (baca: Ching), masuk ke Tiongkok (1644-1911). Penyebaran awal biola hanya terbatas pada kegiatan misionaris di dalam istana. Setelah perang Candu, melalui sejumlah besar misionaris berikut orang bule, biola berhasil merembes ke masyarakat Tiongkok. Gereja dan sekolah seminari berbondong-bondong mendirikan kelompok musik Philharmonic Orchestra dan telah mendidik dan membina banyak personil musik ala barat. Sampai tahun 1927 tuan Cai Yuanpei dan Xiao Yumei di Shanghai mendirikan musik centre negeri, ini adalah sekolah musik tingkat tinggi yang dibangun paling awal di Tiongkok. Sejarah dan perkembangan biola tersebut juga membawa pengaruh bagi Grup musik Kemuning, karena Grup musik Kemuning juga menggunakan biola dalam setiap penampilannya dan berusaha mengkolaborasikan antara musik tradisional Tiongkok dan biola barat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui unsur-unsur musik seperti ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika dalam memainkan biola dan alat-alat musik yang lain, sehingga dapat tercipta suatu komposisi musik yang teratur, indah dan menarik. Angklung Angklung merupakan alat musik idiophone yang berasal dari Jawa Barat. Perkembangan alat musik Angklung yang pada mulanya berasal dari Jawa Barat, terus mengalami beberapa tahap perkembangan sampai saat ini. Perkembangan ini menghasilkan jenis-jenis Angklung yang berbeda pada tiap masanya dan digunakan sesuai dengan kepentingan yang berbeda pula. Seperti misalnya jika pada zaman dahulu Angklung berfungsi sebagai pengiring syair dalam ritual setiap bercocok tanam, maka pada zaman kerajaan Sunda Angklung digunakan untuk menyemangati para prajurit yang akan pergi berperang. Berikut ini merupakan gambar alat musik angklung: Beberapa jenis angklung yang dikenal hingga saat ini di antaranya: angklung Kanekes, angklung Gubrag, angklung Bungko, angklung Dogdog lojor, angklung Badeng, angklung Buncis, angklung Moderen. Dari 7 jenis angklung tersebut, grup musik Kemuning menggunakan jenis angklung moderen dalam penampilannya. Angklung Moderen Masa Angklung Moderen dimulai ketika seorang seniman Angklung asal Jawa Barat bernama Daeng Soetigna menciptakan angklung bertangga nada diatonis. Bila sebelumnya Angklung dimainkan secara individu dan mengunakan skala tangga nada pentatonis, maka dengan moderenisasi yang dilakukan Daeng Soetigna Angklung pun bisa dimainkan dengan ritme dan melodi yang lebih kompleks dan luas. Dengan ketertarikan akan Angklung yang telah melekat sejak kecil, Pak Daeng dengan gigih terus mengembangkan Angklung agar bisa dengan mudah dipelajari dan lebih mudah untuk dimainkan oleh banyak orang. Hingga pada tahun 1946, kesenian Angklung Pak Daeng dipebolehkan untuk mengisi hiburan dalam perundingan Linggarjati. Dan puncaknya pada 1955 dimana kreasi Angklung Pak Daeng mendapat kehormatan untuk tampil dalam Konferensi berskala dunia yaitu Konferensi Asia Afrika di Bandung. Angklung Moderen saat ini juga dikenal dengan nama Angklung Daeng atau Angklung Padaeng untuk menghormati jasa-jasa beliau yang telah mengembangkan Angklung hingga berkembang seperti sekarang ini. Angklung yang digunakan oleh Grup musik Kemuning adalah angklung padaeng atau angklung moderen. Pada acara tertentu, seperti acara ulang tahun Kemuning yang ke-10 pada tanggal 20 Juni yang lalu, Grup musik Kemuning juga menggunakan angklung dalam penampilannya, sekaligus mengkolaborasikannya dengan kolintang, biola, keyboard, dan alat musik tradisional Tiongkok, agar terjadi suatu kolaborasi musik yang indah dan menarik. Kolintang Kolintang adalah alat musik idiophone tradisional Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Sejarah alat musik Kolintang ini memiliki beberapa versi. Ada yang menyebutkan jika Kolintang berasal dari nama seorang gadis yang bernama Lintang, tetapi tidak diketahui lebih lanjut mengenai kisah dan sejarah gadis tersebut. Versi lain yang lebih kuat menyebutkan, jika asal muasal nama Kolintang berasal dari bunyi yang diciptakan dari alat musik itu sendiri yang berbunyi “tong-ting-tang”. Ini diperkuat dengan pendapat Petrus Kaseke yang menyebutkan jika asal kata Kolintang berasal dari suara kayu yang dipukul2 sehingga menghasilkan suara yang berbunyi “tong ting tang” yang berarti nada rendah, nada tinggi, dan nada sedang. Menurut sejarah pada zaman dahulu Kolintang dimainkan untuk mengiringi upacara atau ritual untuk pemujaan kepada arwah para leluhur. Bahan material Kolintang terbuat dari bilahan kayu yang dideretkan sesuai bunyi yang dihasilkannya. Kolintang sendiri jika dilihat dari bahan maupun bunyi yang dihasilkan bisa dikatakan Kolintang hampir mirip dengan alat musik tradisional Angklung yang terdapat di Jawa Barat, namun terdapat beberapa perbedaan seperti bentuk yang lebih tersusun dan cara membunyikan Kolintang yang dipukul dengan memakai stik. Berikut ini merupakan gambar alat musik Kolintang: Ketika ajaran Kristen mulai masuk ke tanah Minahasa pada tahun 1800 an, keberadaan Kolintang mulai terdesak mengingat fungsinya yang sering digunakan dalam ritual pemujaan kepada roh para leluhur. Bahkan keberadaan Kolintang disebutkan hampir menghilang sekitar satu abad lamanya. Tapi belakangan dengan perkembangan yang menjadikan Kolintang bukan hanya sebagai alat yang digunakan dalam ritual untuk pemujaan kepada para leluhur tapi juga untuk kesenian serta budaya daerah, Kolintang pun mulai kembali dikenal oleh masyarakat banyak. Hingga pada akhir perang dunia kedua seorang tokoh masyarakat luar biasa yang berasal dari Minahasa bernama Nelwan Katuuk menciptakan Kolintang dengan susunan nada diatonis berjarak 2 oktaf. Nelwan Katuuk, yang sejak kecil terlahir dengan kondisi tuna netra, berhasil mengkreasikan alat musik Kolintang dengan lebih baik. Pada saat itu Kolintang terdiri dari satu melodi dengan diiringi oleh alat musik lain sebagai pelengkap suaranya seperti gitar, ukulele dan bass. Setelah mengalami beberapa perubahan, hingga saat ini Kolintang bisa mencapai jarak nada 6 oktaf dengan kromatik penuh. Kolintang yang dimiliki oleh Grup musik Kemuning hanya kolintang jenis melodi saja, sehingga kolintang tidak bisa bermain sendiri, perlu ada musik pengiring seperti keyboard, kecapi, dll untuk mengiringi melodi kolintang tersebut, seperti yang dilakukan pada acara ulang tahun kemuning yang ke-10, juga mengkolaborasikan kolintang, angklung, dan beberapa alat musik lain. Keyboard Keyboard adalah salah satu alat musik electrophone Eropa yang cukup diminati oleh banyak orang khususnya para musisi masa kini, karena selain multifungsi, keyboard juga mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga dapat lebih memudahkan mobilitas para musisi, khususnya para keyboardist. Alat musik Keyboard mendapatkan suaranya dari manipulasi kunci-kunci. Ada yang ditekan (menggunakan jari tangan), dan ada juga yang dipijak (menggunakan kaki). Susunan Keyboard arahnya mengikuti logika, dari kiri nada-nada rendah, ke kanan nada-nada tinggi. Susunan kirikanan bass ke treble juga berlaku demikian. Berikut ini merupakan gambar alat musik Keyboard: Sekarang ini dunia pertunjukan musik selalu menyertakan instrumen ringkas keyboard elektronik seperti ini. Dan di Era Digital ini, dibanyak tempat pertunjukan sekarang ini, sangat tidak aneh melihat seorang pemain Keyboard solo yang memainkan musik lengkap seperti sebuah band sedang bermain. Ada suara melodi gitar, pengiring piano, suara gitar bas dan derap drum. Inilah Keyboard yang dinamakan multifungsi. Alat musik Keyboard yang didukung kelengkapan teknologi suara digital memang semakin dicari orang. Apalagi, instrumen dengan sederetan tuts itu kini bisa ditugaskan berlipat ganda. Keyboard dapat mewakili berbagai suara alat musik yang lain. Bakat bermusik bisa lebih ditunjang oleh perangkat yang multifungsi, yakni keyboard. Demikian juga dengan Grup musik Kemuning, juga menggunakan keyboard sebagai pengiring atau ritem bagi penyanyi dan alat-alat musik yang dimiliki Grup musik Kemuning, karena hampir semua alat-alat musik yang dimiliki oleh grup musik Kemuning adalah alat musik melodis, sehingga memerlukan alat musik pengiring seperti keyboard untuk mengiringinya. Properti Atau Kostum Yang Digunakan Oleh Grup Musik Kemuning Properti atau kostum yang digunakan oleh Grup musik Kemuning ketika tampil di berbagai acara, hanya memiliki satu tujuan, berdasarkan pada lima tujuan yang terdapat pada kajian teori, yaitu, Menciptakan keindahan penampilan, karena kostum hanya digunakan sebagai pakaian seragam ketika grup musik Kemuning tampil diberbagai acara. Kostum yang digunakan oleh grup musik Kemuning ketika tampil diberbagai acara adalah kostum perpaduan antara dang zhuang berwarna merah dan batik berwarna putih dan cokelat dengan motif batik moderen, sebagai simbul akulturasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia, karena dang zhuang merupakan kostum tradisional Tiongkok, sedangkan batik merupakan kostum tradisional Indonesia. (wawancara peneliti dengan Bambang Sujanto, 11 Juni 2016). Jenis kostum yang digunakan oleh grup musik Kemuning adalah kostum tradisional dan moderen. Kostum tradisional yang digunakan adalah kostum perpaduan dang zhuang dan batik, karena kostum ini merupakan perpaduan dari kostum tradisional Tiongkok dan Indonesia. Sedangkan kostum moderen yang digunakan adalah celana kain atau jeans bagi kaum pria, dan dress atau rok bagi kaum wanita. Warna dan motif kostum khususnya baju yang digunakan oleh grup musik Kemuning ketika tampil di berbagai acara adalah warna merah, putih, cokelat, dengan motif batik moderen, (melambangkan kekuatan, kecerahan, sekaligus simbul akulturasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia), yang berarti grup musik Kemuning ingin menjadi grup yang cerah dalam berpenampilan, kuat dalam melestarikan musik tradisional Tiongkok, sekaligus grup yang mengakulturasikan antara budaya Tiongkok dan Indonesia. Untuk celana atau rok yang digunakan, biasanya berwarna gelap, seperti hitam (yang melambangkan kekuatan dan keanggunan, yang berarti grup musik Kemuning berusaha berpenampilan anggun dalam setiap penampilannya, dan tetap kuat untuk melestarikan musik tradisional Tiongkok. Sedangkan untuk sepatu yang digunakan biasanya adalah sepatu pantofel hitam, bagi kaum pria, dan high heels berwarna bebas, bagi kaum wanita. Berikut ini merupakan gambar kostum pria dan wanita grup musik Kemuning: Pada perayaan 10 tahun Grup musik Kemuning, tanggal 20 Juni 2015 yang lalu, seluruh personel Grup musik Kemuning mengenakan pakaian perpaduan antara dang zhuang dan batik ini sebagai simbul adanya akulturasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia. Selaras dengan pernyataan Bambang Sujanto, bahwa Grup musik Kemuning ingin mengkolaborasikan budaya Tiongkok dan budaya Indonesia agar eksistensi Grup musik Kemuning dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Surabaya. Lagu-Lagu yang Dimainkan oleh Grup Musik Kemuning Lagu-lagu yang dimainkan oleh Grup musik Kemuning sebagian besar adalah lagulagu mandarin, karena Grup musik Kemuning adalah Grup musik tradisional Tiongkok. Pada mulanya, lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu mandarin lama, bagi generasi yang berumur 50 tahun ke atas, seperti lagu Tien mimi, Ye liang tai piau wo te xin, xiao zhen te ku shi, dll, karena anggota Grup musik Kemuning pada waktu itu didominasi oleh generasi tua. Namun, seiring berjalannya waktu, Grup musik Kemuning mulai mengalami regenerasi anggota, mulai banyak generasi muda yang bergabung di Grup musik Kemuning. Proses regenerasi ini, sedikit demi sedikit menyebabkan terjadinya peralihan lagu. Grup musik Kemuning mulai mencoba memainkan lagu-lagu mandarin yang lebih moderen, seperti lagu Dong hua, nian lun, cing ta lai, xiang he liu yi yang, dll. Grup musik Kemuning juga memainkan lagu-lagu non mandarin seperti lagu-lagu Indonesia, barat, dan lagu-lagu lain, sesuai permintaan dari penyelenggara acara. (wawancara peneliti dengan Bambang Sujanto, 25 April 2016, 11 Juni 2016, dan Natalia Sucipto Lauw, 25 April 2016, 14 Juni 2016). Pada acara ulang tahun Grup musik Kemuning yang ke-10, pada tahun 2015 yang lalu, Grup musik Kemuning memainkan lagu-lagu mandarin dan juga lagu-lagu Indonesia, seperti lagu keroncong Bahana Pancasila, Pulau Bali, Rek ayo rek, Tanah Airku, dll. Lagu-lagu barat, seperti Radetsky march, Czardas, dll. Grup musik Kemuning juga memainkan lagu mandarin Moli hua, yang diaransemen dalam bentuk keroncong dan dipadukan dengan musik tradisional Tiongkok. Dalam acara lain, seperti acara lebaran, Grup musik Kemuning juga memainkan lagu-lagu bernuansa islami, seperti lagu Selamat hari lebaran, Alhamdulilah, Keagungan Tuhan, dll sesuai permintaan penyelenggara acara. Pada intinya, Grup musik Kemuning berusaha mengkolaborasikan antara lagu-lagu mandarin, Indonesia, Barat, dan lagu-lagu lain, sesuai dengan konteks acaranya. Usaha-Usaha Mempertahankan Eksistensi Grup Musik Kemuning di Masyarakat Grup musik Kemuning adalah grup musik tradisional Tiongkok yang sudah ada sejak tahun 2005 yang lalu. Grup musik Kemuning memiliki cara atau keunikan tersendiri untuk dapat bereksistensi di masyarakat, sehingga dengan berbagai dinamika kehidupan yang terjadi di masyarakat, grup musik Kemuning dapat tetap eksis di masyarakat. Keberadaan grup musik Kemuning di Surabaya, sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Hampir di setiap acara, khususnya acara yang menampilkan musik tradisional Tiongkok, grup musik Kemuninglah yang tampil di acara tersebut (wawancara peneliti dengan Muliono Tanu Harjo, 6 Juni 2016). Oleh karena itu, perlu dilakukan Usaha Atau Upaya agar grup musik Kemuning dapat tetap eksis di masyarakat, dan perlu adanya dukungan dari pihak internal dan eksternal, agar grup musik Kemuning dapat tetap eksis di masyarakat. Berikut ini merupakan upaya-upaya yang dilakukan agar grup musik Kemuning dapat tetap eksis di masyarakat: Pihak internal grup musik Kemuning Membangun kerja sama atau partisipasi aktif dari seluruh anggota Grup musik Kemuning untuk senantiasa disiplin berlatih untuk meningkatkan skill atau kemampuan, khususnya dibidang musik. Para senior harus mendidik para juniornya, sebagai langkah regenerasi anggota Grup musik Kemuning. Memberikan kursus musik, khususnya musik tradisional Tiongkok bagi mereka yang memang berminat untuk mempelajarinya, sebagai salah satu langkah regenerasi anggota Grup musik Kemuning. Adanya pembaruan lagu Hal ini perlu dilakukan karena masyarakat saat ini adalah masyarakat yang modern, selalu mengikuti perkembangan zaman, dan Grup musik Kemuning juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman ini, yang bisa dilakukan dengan memperbarui materi lagu atau memainkan lagu-lagu masa kini, namun tetap dimainkan pada alat musik tradisional Tiongkok, sehingga dapat mengubah anggapan masyarakat, bahwa musik tradisional Tiongkok yang dianggap kuno atau ketinggalan zaman, juga bisa memainkan lagu-lagu masa kini, dengan nuansa dan karakteristik musik tradisi. (wawancara peneliti dengan Jessica Nondolesmono, 25 April 2016). Grup musik Kemuning juga mulai melakukan ini dengan memainkan lagu-lagu moderen, seperti yang pernah dilakukan oleh Grup musik Kemuning ketika tampil dalam acara konfrensi tedx (suatu organisasi sosial kemasyarakatan yang berpusat di USA) pada tanggal 21 Mei 2016 di Universitas Ciputra Surabaya, pada waktu itu, Grup musik Kemuning memainkan lagu-lagu masa kini seperti lagu kesempurnaan cinta dan pirates of carribian. Ketika memainkan lagu kesempurnaan cinta, Grup musik Kemuning memainkannya dengan urutan lagu yang sama seperti versi Rizki Febian, namun Grup musik Kemuning membaginya dalam beberapa instrumen. Bagian intro dimainkan oleh keyboard, bagian bait dimainkan oleh keyboard sebagai pengiring dan dizi sebagai melodi utama, bagian reff dimainkan oleh keyboard sebagai pengiring, guzheng sebagai melodi utama, erhu sebagai pelengkap atau filler. Pada pengulangan berikutnya, bagian bait dimainkan oleh erhu sebagai melodi utama, keyboard sebagai pengiring, bagian reff sampai bagian transisi atau bridge dimainkan oleh guzheng sebagai melodi utama, erhu dan keyboard sebagai filler atau pelengkap, bagian pengulangan reff modulasi (reff dengan perpindahan nada dasar) sampai ending lagu (akhir lagu) dimainkan oleh dizi dan erhu sebagai melodi utama, guzheng dan keyboard sebagai pelengkap atau filler. Adanya promosi Promosi perlu dilakukan agar eksistensi Grup musik Kemuning dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang sama sekali belum mengetahui eksistensi Grup musik Kemuning. Jessica Nondolesmono selaku salah satu pemain dizi dan guzheng dari Grup musik Kemuning menyatakan bahwa ada 2 tipe masyarakat yang berkaitan dengan eksistensi Grup musik Kemuning ini , yaitu: Masyarakat yang sama sekali belum mengetahui eksistensi Grup musik Kemuning dan Masyarakat yang sudah mengetahui eksistensi Grup musik Kemuning, namun masih menganggapnya sebagai Grup musik bagi generasi tua saja. Menurut Jessica, Grup musik Kemuning perlu melakukan promosi terhadap 2 tipe masyarakat tersebut, supaya eksistensi Grup musik Kemuning dan eksistensi musik tradisional Tiongkok itu sendiri dapat diketahui dan diterima oleh masyarakat. Grup musik Kemuning juga telah mencoba melakukan hal itu, misalnya melalui koneksi Bambang Sujanto dengan teman-temannya, koneksi beliau dengan rekan-rekan media cetak maupun elektronik, sehingga Grup musik Kemuning dapat tampil di berbagai acara, dan eksistensi Grup musik Kemuning dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas. Pihak eksternal grup musik Kemuning Memberikan dukungan dana, demi eksistensi dan keberlangsungan grup musik Kemuning. Dukungan dana ini pernah diberikan, misalnya ketika grup musik Kemuning memerlukan dana untuk memperingati 10 tahun grup musik Kemuning, tahun 2015 yang lalu. Dukungan dana ini diperoleh dari teman dan sahabat Bambang Sujanto, sebagai bentuk dukungan terhadap eksistensi grup musik Kemuning. Mempromosikan Grup musik Kemuning untuk bermain di berbagai acara, agar grup musik Kemuning dapat semakin dikenal oleh masyarakat. Berpartisipasi untuk mengikuti les atau kursus musik tradisional Tiongkok, sebagai upaya mempertahankan eksistensi Grup musik Kemuning, sekaligus upaya pelestarian musik tradisional Tiongkok. (wawancara peneliti dengan Gatot Seger Santoso, 14 Mei 2016). Memberikan pembelajaran musik tradisional Tiongkok di sekolah-sekolah atau lingkungan pendidikan yang lain, sebagai upaya pelestarian musik tradisional Tiongkok (Wawancara peneliti dengan Bagus Berlian, 21 Mei 2016). Hal ini pernah dilakukan oleh Fita School (salah satu sekolah suasta di Surabaya) dengan memberikan kesempatan bagi grup musik Kemuning untuk mempresentasikan tentang musik tradisional Tiongkok dihadapan para siswa dan orang tuanya, pada peringatan tahun baru imlek, Februari 2016 yang lalu. Pada intinya, perlu adanya komitmen bersama, baik dari pihak internal maupun eksternal untuk mempertahankan eksistensi Grup musik Kemuning dan eksistensi musik tradisional Tiongkok itu sendiri, sehingga eksistensi keduanya dapat tetap terjaga dengan baik di masyarakat. Simpulan Dari hasil pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa asal - usul Grup musik Kemuning berawal dari keikutsertaan Bambang Sujanto dalam suatu yayasan pecinta musik tradisional Tiongkok yaitu yayasan Harapan Tama, hingga beliau juga ingin membentuk Grup serupa dan beliau juga memiliki rumah kosong di jalan Kemuning No. 3 Surabaya, maka rumah kosong itu dimanfaatkan sebagai tempat berlatih bagi Grup musik Kemuning. Aktivitas dari Grup musik Kemuning adalah mengadakan latihan rutin setiap Senin malam, memberikan kursus musik tradisional Tiongkok, dan tampil diberbagai acara, seperti acara ulang tahun, pernikahan, lebaran, amal, dll. Format bentuk penyajian Grup musik Kemuning biasanya menggunakan panggung dalam suatu ballroom atau ruangan dengan menggunakan sound system, mike, kursi bagi para pemain musik dan penyanyi, alat-alat musik seperti guzheng, yangqing, dizi, erhu, biola, keyboard, angklung, kolintang, dan alat-alat pendukung lainnya. Kostum atau properti yang digunakan oleh grup musik Kemuning ketika tampil di berbagai acara adalah kostum perpaduan batik dan dang zhuang, celana kain atau jeans, rok atau dress, sepatu pantofel dan high heels. Lagu-lagu yang dimainkan oleh Grup musik Kemuning tidak hanya lagu-lagu mandarin saja, melainkan juga memainkan lagu-lagu Indonesia, barat, dan lagu-lagu lain sesuai konteks acaranya. Usaha atau upaya grup musik Kemuning untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat yaitu dengan berusaha disiplin untuk berlatih, memberikan kursus musik, regenerasi anggota, pembaruan lagu, adanya dukungan dana dari pihak internal maupun eksternal, dan promosi. Daftar Pustaka AK. Muda Ahmad, 2006, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Jakarta. A. M Djelantik . (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Indonesia. Brannen, Julia. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hamidy, U.U, 1982, Kedudukan Kebudayaan Melayu Riau, Pekanbaru, Bumi Pustaka. Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu- ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi dan focuse Groups: sebagai instrumen penggali data kualitatif. Jakarta: Rajawali pers. Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan Kuntowijoyo. 1999. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta. Kodijat, Latifah. (1983). Istilah – Istilah Musik . Jakarta : Djamban. Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia. Li, X.X. (2003). Origins of Chinese Music and Art. Jakarta: PT Alex Media Komputindo kelompok Gramedia. Liliweri, A. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara Merriam Alan P. (1964) . The Antropology Of Music. Chicago : North Western Remanaja Rosdakarya. Mijarto, P. (2009). Belajar Musik Klasik Tionghoa. Retrieved October 31,2012,fromhttp:atauatauwww1.kompas.comataureadkotatuaataux mlatau2009atau07atau06atau11382994ataubelajar.musik.klasik.tionghoa. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Prier, Edmud Karl. (1996) . Ilmu Bentuk Musik . Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi. Poerwadarminto.(1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Rosyadi, I. (2001). Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan Melalui Capabilities-based Competition: Memikirkan Kembali tentang Persaingan Berbasis Kemampuan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi contoh proposal dan laporan penelitian. Bandung: Alfabeta. Syafiq Muhammad. (2003). Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa , Cisya Kencana Orchestra. Welsh, S. L. 1998. Flora Societensis: A summary revision of the flowering plants of the Society Islands E.P.S. Inc., Orem, Utah. Sumber Internet: Budianto Meliana, Nondolesmono Jessica. 2016. “MINAT BELAJAR GENERASI MUDA KEMUNING TERHADAP ALAT MUSIK TRADISIONAL TIONGKOK ERHU” studentjournal.petra.ac.id/index.php/sastra-tionghoa/article/view/.../72 diunduh pada tanggal 7 Maret 2016. Melisawati, Winny. 2013. “Pandangan Anggota Kemuning Group Musik Traditional Terhadap Guzheng”. studentjournal.petra.ac.id/index.php/sastra-tionghoa/article/.../3760 Diunduh pada tanggal 7 maret 2016. Indonesia, kelas. 2014 “Pengertian, Jenis-Jenis, dan Metode Wawancara” http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-jenis-jenis-dan-metodewawancara.html Diunduh pada tanggal 7 Maret 2016. Wang, Angela. 2012. “SEJARAH GU ZHENG - KECAPI TIONGKOK” http://iptektionghoanews.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-gu-zheng-kecapitiongkok.html diunduh pada tanggal 8 Maret 2016. Huang, Merry, 2012. “ERHU: ALAT MUSIK PEMIKAT HATI PENDENGAR” http://traditionghoanews.blogspot.co.id/2012/01/erhu-alat-musik-pemikat-hatipendengar.html diunduh pada tanggal 9 Maret 2016. Kezia, 2012. “ASAL USUL BIOLA”, http://www.majalahpraise.com/asal-usul-biola594.html, diunduh pada tanggal 10 Maret 2016. Ngulik, 2013. “Asal Usul dan Sejarah Alat Musik Angklung” http://ngulik.co/asal-usul-dan-sejarah-alat-musik-angklung/, Diunduh pada tanggal 11 Maret 2016. Ngulik, 2013. “Asal Usul dan Sejarah Alat Musik Kolintang” http://ngulik.co/sejarah-alat-musik-tradisional-kolintang/, diunduh pada tanggal 11 Maret 2016.