Bisnis Indonesia – 04/04/2017, Hal. 22 Asuransi dan Dapen Belum Kecipratan Harian Kontan – 04/04/2016, Hal. 24 Mandiri Inhealth Raih Premi Rp 475 Miliar di Kuartal 1 Bisnis Indonesia – 04/04/2017, Hal. 21 Mandiri Inhealth Sasar BUMN INDEKS 03/04/2017 Mandiri Inhealth : Segmen Managed Care Mendominasi Hingga 80% http://finansial.bisnis.com/read/20170403/215/642341/mandiri-inhealth-segmen-managed-caremendominasi-hingga-80 Bisnis.com, JAKARTA- Segmen managed care PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia atau Mandiri Inhealth sudah mendominasi hingga 80% dari perolehan premi pada kuartal I di 2017. Produk tersebut merupakan kombinasi antara produk asuransi komersial dengan program jaminan kesehatan nasional BPJS Kesehatan yan dikenal dengan koordinasi manfaat atau Coordination of Benefit (COB). Direktur Utama Mandiri Inhealth Iwan Pasila mengatakan pencaiapan tersebut sudah melebih target yang sudah ditentukan. Sebelumnya, pihaknya menargetkan kontribusi premi dari segmen managed care hanya 70% dari total pendapatan premi tahun ini. " Peserta yang ingin memanfaatkannya, tinggal mengaktifkan kartu BPJS kesehatannya saja dan nanti tinggal di-merge dengan database yang kami miliki. Kami melihat, produk dengan skema ini bisa berkembang, karena keuntungannya pun berbeda," kata Iwan, Senin (3/4/2017). Dia memaparkan faktor penyebab biaya kesehatan tidak bisa dikendalikan lantaran kencenderunagan penyedia jasa kesehatan dalam memberikan layanan lebih besar dari yang diminta dan juga keinginan pasien akan layanan kesehatan. peserta asuransi harus membayar lebih atau penyedia jasa kesehatan terpaksa menyediakan jasa lebih banyak dibanding indikasi medis peserta asuransi. Oleh karena itu, peserta asuransi harus membayar lebih. "Kalau sesuai BPJS kan pakai sistem rujukan berjenjang, di mana indikasi medis pasien bisa terlihat dengan pasti. Pasien bisa mendapatkan layanan yang sesuai dan penyedia jasa bisa memberikan layanan yang tak berlebih," jelasnya. Oleh :Asteria Desi Kartika Sari 03/04/2017 Tingkatkan Pasar, Mandiri Inhealth Gandeng Pelindo III http://finansial.bisnis.com/read/20170403/215/642293/tingkatkan-pasar-mandiri-inhealth-gandengpelindo-iii Bisnis.com, JAKARTA- PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth) mendukung sinergi BUMN melalui penyediaan layanan kesehatan Managed Care bagi Karyawan Aktif dan Pensiunan PT Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III) beserta keluarga. Direktur Utama Mandiri Inhealth Iwan Pasila mengatakan sinergi dengan Pelindo III ini terhitung efektif mulai 1 April 2017. Ada sekitar 8.700 peserta dari pengelola pelabuhan tersebut yang akan dilayani. "Kami siap menyediakan layanan kesehatan maksimal kepada seluruh karyawan Pelindo III, baik aktif maupun pensiunan. Produk Managed Care yang dipilih merupakan produk unggulan kami. Tidak ada batas plafon. Selama sesuai dengan benefit dan indikasi medis akan kami cover,” tutur Iwan, Senin (3/4/2017). Menurut Iwan, kerja sama ini juga merupakan upaya dari perusahaannya untuk meningkatkan penetrasi di segmen pasar BUMN dan anak usahanya. Sekitar 40 perusahaan dari kalangan ini diklaim Iwan sudah bekerjasama dengan anak usaha Bank Mandiri tersebut. "Kontribusinya mencapai 30% dari total premi," katanya. Terkait kerja sama tersebut, Direktur Utama Pelindo III Orias Petrus Moedak menyambut baik dan berharap kerjasama tersebut dapat berlangsung berkelanjutan. "Asuransi itu seperti payung. Kita bisa berjaga agar tidak kehujanan sehingga bisa jalan terus untuk mencapai tujuan kita. Saya harap sinergi BUMN ini berjalan dengan baik. Sehingga membawa kebaikan tidak hanya bagi kami pihak Pelindo III dan Mandiri Inhealth, namun bagi negara," tutur Orias. Melalui kerja sama ini, Mandiri Inhealth juga mengenalkan Aplikasi Mobile miliknya yang bernama MiMo (Mandiri Inhealth Mobile apps). Melalui MiMo, peserta dapat melihat benefit dan plafon yang dimiliki, dapat mengakses data provider terdekat beserta lokasi kantor Mandiri Inhealth yang tersebar di seluruh Indonesia, dan lain sebagainya. Mandiri Inhealth senantiasa berkomitmen untuk mendukung upaya Pemerintah menuju tercapainya Universal Health Coverage pada tahun 2019. Produk Managed Care Mandiri Inhealth dengan skema Coordination of Benefit (COB) yang menjadi solusi di era JKN, membuat Mandiri Inhealth semakin mempererat sinergi dengan provider dan badan usaha. Sampai dengan akhir Februari 2017 terdapat lebih dari 350 Badan Usaha, baik BUMN maupun badan usaha swasta, yang sudah memperoleh perlindungan produk asuransi kesehatan Managed Care dengan fitur COB. Oleh :Asteria Desi Kartika Sari Indopos – 04/04/2017, Hal. 4 Inhealth Mandiri Gaet Pelindo 3 03/04/2017 Genjot pasar BUMN, Inhealth gaet Pelindo lll http://keuangan.kontan.co.id/news/genjot-pasar-bumn-inhealth-gaet-pelindo-lll JAKARTA. PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth) menggaet PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) menjadi nasabah program asuransikesehatan. Dengan kerja sama ini, Mandiri Inhealth akan menjamin biaya pengobatan bagi karyawan dan pensiunan Pelindo III. Direktur Utama Mandiri Inhealth, Iwan Pasila bilang, sinergi Mandiri Inhealthdengan Pelindo III ini terhitung efektif mulai 1 April 2017. Ada sekitar 8.700 peserta dari pengelola pelabuhan tersebut yang akan dilayani oleh Mandiri Inhealth. Menurut Iwan, kerja sama ini juga merupakan upaya dari perusahaannya untuk meningkatkan penetrasi di segmen pasar BUMN dan anak usahanya. Sekitar 40 perusahaan dari kalangan ini diklaim Iwan sudah berhasil digaet anak usaha Bank Mandiri tersebut. "Kontribusinya mencapai 30% dari total premi," ungkap dia, Senin (3/4). Selain menambah klien, Mandiri Inhealth juga mengenalkan aplikasi mobilemiliknya yang bernama MiMo alias Mandiri Inhealth Mobile apps. Lewat aplikasi MiMo, peserta dapat melihat benefit dan plafon yang dimiliki, mengakses dataprovider terdekat dan lain sebagainya. Sampai dengan akhir Februari 2017, secara total terdapat lebih dari 350 Badan Usaha yang sudah menjadi nasabah Mandiri Inhealth. Hal ini didukung sekitar tujuh ribu jaringan provider, dua belas Kantor Pemasaran, sepuluh Kantor Operasional, dan lima puluh 50 Kantor Layanan. Reporter Tendi Mahadi 04/04/2017 Empat Asuransi Jiwa Berencana Bentuk DPLK http://finansial.bisnis.com/read/20170404/215/642403/empat-asuransi-jiwa-berencana-bentuk-dplk Bisnis.com, JAKARTA – Empat perusahaan asuransi jiwa tengah menjajaki pembentukan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Wakil Ketua Perkumpulan - DPLK Nur Hasan Kurniawan menjelaskan empat perusahaan asuransi jiwa tersebut tengah mempersiapkan diri. Kendati begitu, dia belum bisa mengungkapkan nama perusahaan tersebut. Dua di antara asuransi itu, ujarnya, merupakan perusahaan patungan asing atau joint venture. “Sudah ada empat asuransi yang ingin bentuk [DPLK],” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (3/4/2017). Nur Hasan menilai meningkatnya minat perusahaan asuransi jiwa untuk membentuk DPLK tidak terlepas dari besarnya potensi di salah satu sektor jasa keuangan non bank itu. Sebaliknya, dia meyakini hal itu sama sekali tidak terkait dengan adanya aliran dana repatriasi dari program pengampunan pajak atau tax amnesty. “Pertumbuhan jumlah DPLK karena memang industri ini dilihat potensial,” ungkapnya. Oleh :Oktaviano DB Hana 04/04/2017 Siapa Saja yang Tidak Butuh Asuransi Jiwa? https://finance.detik.com/perencanaan-keuangan/d-3464210/siapa-saja-yang-tidak-butuh-asuransi-jiwa Jakarta - Coba tebak, bila ada seorang single alias belum berkeluarga, masih muda, tidak punya anak, tidak punya tanggungan, sementara duitnya banyak alias ratusan juta bahkan sampai miliaran, kira-kira berapa besar asuransi jiwa yang sebaiknya orang ini butuhkan? Kita fokus dan spesifik ke Asuransi Jiwa dulu ya. Berapa jawabannya? Yes jawaban yang benar adalah, orang ini tidak butuh asuransi jiwa sama sekali. Anda mungkin berpikir, lho kok bisa begitu? Yuk kita balik lagi ke konsep awal asuransi jiwa, sebenarnya siapa sih yang dilindungi ketika anda membeli sebuah polis asuransi jiwa? Apakah diri anda? Atau orang yang bergantung hidup dari anda? Pasti anda berpikir…. Hhmmmm tunggu dulu ya sudah pasti bukan anda dong, wong anda kan yang meninggal dunia. Nah, kalau begitu uang dari asuransi jiwa itu untuk siapa? Yes, itu untuk orang yang bergantung hidup dari anda (Bahasa lainnya adalah ahli waris). Nah, dalam contoh di atas apakah orang tersebut punya orang yang bergantung hidup dari diri dan penghasilannya? Jawabannya tidak, dia seorang diri saja, belum menikah, tidak punya anak, tidak punya tanggungan bahkan uangnya banyak sekali. Maka kondisi tadi membuktikan bahwa orang tersebut saat ini tidak butuh untuk membeli asuransi jiwa. Kedengarannya mirip-mirip alias familiar kan? Pasti ada dong di antara anda yang ditawarkan asuransi jiwa seperti itu. Ketika dikonfrontir, agen kemudian menjawab, lho tapi kan masih muda jadi preminya masih murah. Atau malah menjawab, ya tapi kan tetap butuh asuransi kesehatannya atau malah asuransi critical illness-nya. Well di sini kita bicara asuransi jiwa, jadi kalau kemudian dibelokin ke asuransi kesehatan atau asuransi jenis lain, sepertinya salah sambung alias Jakasembung bawa golok (silakan diartikan sendiri ya). Jadi apa saja yang salah dan perlu diperhatikan ketika kita ingin membeli asuransi jiwa? Pertama, seperti contoh kasus di atas, apakah anda butuh untuk memiliki asuransi jiwa (jiwa saja) tanpa embel-embel lainnya. Ingat asuransi kesehatan bisa anda beli secara terpisah sendiri (dalam asuransi kerugian dengan premi yang lebih murah) dibandingkan membeli bersama asuransi jiwa (bundling atau sebagai rider). Belilah asuransi jiwa sesuai dengan peruntukannya, jangan dicampur-campur atau digabung-gabung dengan fitur lain yang belum tentu memberikan benefit tambahan bagi anda, bahkan yang sering terjadi anda keluar uang lebih banyak. Kedua, masih berhubungan dengan membeli asuransi yang dicampur-campur, sudah sering disarankan oleh perencana keuangan di Indonesia maupun di Amerika untuk tidak membeli asuransi sebagai wahana alias tempat investasi mengingat banyak kekurangan dari asuransi jenis ini. Artikel tentang ini sudah pernah saya tulis di sini, kalaupun sudah lama bisa dibahas ulang lagi dalam artikel-artikel berikutnya di masa yang akan datang. Yang pasti, ketika anda membeli asuransi jiwa (saja) digabung dengan investasi, maka anda tidak mendapatkan benefit maksimal dari kedua produk tersebut. Yang sering terjadi ketika anda anda membeli asuransi jenis ini (di Indonesia dikenal dengan nama unitlink) adalah, nilai proteksi jiwa yang anda dapatkan sangat kecil, karena anda membeli asuransi yang mahal sehingga premi yang anda bayarkan terlalu tinggi (untuk jumlah proteksi yang anda dapatkan). Di saat yang bersamaan hasil investasi anda juga tidak maksimal seperti anda berinvestasi di tempat lain yang mirip, seperti di reksa dana. Jangan lupa, banyak dari produk asuransi jenis ini memberikan komisi yang sangat besar bagi agen penjualnya. Dan besaran komisi ini tidak akan pernah diberitahukan oleh agen ke anda sebagai konsumer. Pertanyaanya darimana uang untuk membayarkan komisi agen yang besar tersebut? Sudah pasti dari uang anda yang dipotong biaya-biaya tersebut. Nah, berhati-hatilah terhadap konflik kepentingan dari agenagen yang berjualan hanya karena ingin mendapatkan komisi yang besar saja, tanpa mencoba memberikan produk yang memang memenuhi kebutuhan anda. Pastikan anda membeli produk yang memang sesuai dengan kebutuhan anda dan kemampuan anda membayar produk tersebut. Jadilah smart consumer dan smart investor. Belajar dengan asuransi, waris, mengatur keuangan dan investasi yang baik dan benar. Beberapa yang kami rekomendasikan dan bagi yang ingin tahu tentang asuransi detil bisa ikut tanggal 22 April, info di sini, untuk ilmu waris bisa ikut workshop tanggal 23 April info di sini, sementara kelas regular merencanakan keuangan akan diadakan akhir April tanggal 29, info di sini, dan cara kaya dengan reksa dana tanggal 30 April infonya bisa dibuka di sini. Anda yang merasa sudah terlanjur salah beli? Segeralah perbaiki, tidak ada kata terlambat. Lebih baik diperbaiki saat ini daripada dibiarkan berlarut-larut salah beli, anda akan rugi terus menerus. Ingat, anda bekerja keras untuk mendapatkan uang anda tersebut, jangan sia-siakan dengan membeli produk yang salah. Aidil Akbar Pikiran Rakyat – 03/04/2017, Hal. 16 Penetrasi Asuransi Masih Sangat Rendah Investor Daily – 04/04/2016, Hal. 23 RBC Empat Asuransi di Bawah 120% Kompas – 04/04/2017, Hal. 2 (SEREMONIA) Commonwealth Life dan Commonwealth Bank Ajak Nasabah Hidup Sehat Harian Kontan – 04/04/2017, Hal. 24 (Berita Photo) Asuransi Karyawan Media Indonesia – 04/04/2017, Hal. 19 (Berita Photo) Kinerja Meningkat 03/04/2017 Aset Industri Asuransi Tumbuh Rata-rata 16,47 persen per Tahun http://mediaasuransinews.co.id/2017/04/03/aset-industri-asuransi-tumbuh-rata-rata-1647-persen-pertahun/ Industri asuransi di Indonesia berkembang cukup pesat dalam empat tahun terakhir, terlihat dari pertumbuhan aset rata-rata 16,47 persen per tahun. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pada tahun 2012 total aset industri asuransi mencapai Rp584,02 triliun. Jumlahnya meningkat signifikan jika dilihat pada akhir 2016 yang nilai asetnya mencapai Rp968,92 triliun. Nilai aset 2016 ini tumbuh 13,53 persen dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp853,43 triliun. Hal ini disampaikan Deputi Direktur Pengawasan Asuransi 2, Direktorat Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan, OJK Kristianto Andi Handoko dalam Pers Gathering OJK di Bogor, 1 April 2017. Selain aset, penetrasi dan densitas asuransi juga makin tinggi. Penetrasi asuransi menggambarkan perkembangan asuransi jika dibandingkan dengan perkembangan produk domestik bruto (PDB). Sedangkan densitas menggambarkan pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia untuk asuransi dalam setahun. “Per Januari 2017 penetrasi industri asuransi mencapai 2,87 persen dari PDB. Sementara densitasnya, rata-rata pengeluaran penduduk Indonesia untuk asuransi sebesar Rp1,29 juta per tahun,” kata Andi. Angka penetrasi dan densitas itu mengalami sedikit peningkatan dibandingkan posisi per Desember 2016, yang masing-masing sebesar 2,64 persen dan Rp1,27 juta per tahun. Dalam kesempatan itu, Andi menuturkan bahwa OJK mencatat hingga akhir 2016 total investasi industri asuransi nasional sebesar Rp809,3 triliun. Dari jumlah itu, yang ditempatkan pada instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 27,6 persen, merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan penempatan pada instrumen investasi yang lain. Penempatan pada saham sebesar 23,4 persen, reksadana sebesar 16,8 persen, deposito sebesar 16,0 persen, sukuk/obligasi sebesar 2,5 persen, dan instrumen investasi lainnya sebesar 3,8 persen. Penempatan investasi di instrumen saham dan reksadana yang cukup besar, berandil pada stabilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Makanya sekarang ini IHSG lebih stabil, karena investor domestik terus kami jaga. Instrumen-instrumen ini yang telah mendukung parameter ekonomi kita,” katanya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tingginya penempatan investasi di SBN itu sejalan dengan kewajiban industri yang tertuang di Peraturan OJK (POJK) No 1 Tahun 2016 tentang Investasi SBN bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank. POJK tersebut mewajibkan industri asuransi jiwa untuk melakukan investasi di SBN sebanyak 30 persen dari total aset investasi masing-masing perusahaan. Sedangkan, asuransi umum wajib melakukan investasi di SBN sebesar 20 persen dari total aset investasi perusahaan. Andi menambahkan bahwa OJK tengah menyediakan upaya agar perusahaan asuransi dapat memenuhi kewajibannya tersebut. “Selain SBN juga dimungkinkan untuk investasi pada obligasi BUMN yang bergerakdi sektor infrastruktur, artinya itu bisa dianggap untuk pemenuhan aturan SBN,” ujarnya. Edi