BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu organisasi akan dikatakan menjadi organisasi yang produktif jika visi dan misi
organisasi tersebut dapat tercapai. Hal terpenting dalam pencapaian usaha tersebut apabila
dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang
maksimal. Untuk mewujudkan visi dan misi organisasi akan tercapai apabila di dalamnya
terisi pegawai yang produktif, yaitu pegawai yang bersedia melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan itu. Produktivitas pegawai dapat dicapai melalui efektivitas maupun efisiensi
pegawai (Robbins, 2006). Oleh sebab itu, untuk menjadi organisasi yang produktif,
pengaturan dan pemberdayaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien menjadi
sangat penting untuk dilakukan.
Pencapaian tujuan organisasi merupakan fokus utama dibentuknya organisasi, baik
organisasi bisnis maupun organisasi publik. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan
dan program-programnya apabila orang-orang yang bekerja pada bidang tersebut dapat
melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya masingmasing. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi.
Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi
tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan organisasi tidak akan
terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang baik dan
professional merupakan suatu hal yang menjadi bagian dari siklus hidup organisasi dalam
mencapai tujuannya dan sumber daya manusia merupakan kunci pokok keberhasilan yang
harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya.
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuan organisasi dalam
mengelola secara efektif sumber daya manusia yang di miliki. Hal ini didukung pendapat
Hasibuan (2000) yang menyatakan bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam
setiap organisasi. Sebaik-baiknya program yang dibuat oleh organisasi akan sulit untuk dapat
dijalankan tanpa peran aktif pegawai yang dimiliki organisasi tersebut. Dari pernyataan
tersebut dapat diketahui arti penting pegawai dalam suatu organisasi.
Tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sangatlah tergantung dari
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia atau pegawai yang
disebut berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi, sehingga mampu
meningkatkan komitmen organisasinya. Hal ini didukung oleh pendapat Newstrom dan Davis
(1995) menambahkan bahwa komitmen organisasi merefleksikan keyakinan pegawai
terhadap misi dan tujuan organisasi, keinginan untuk bekerja keras, dan terus bekerja di
organisasi tersebut.
Komitmen organisasi merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil
tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, karena pegawai yang memiliki
komitmen kepada organisasi akan mampu menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian
terhadap tugasnya, sangat memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas serta
sangat loyal terhadap organisasi. Arthur (dalam Walani, 2010) menjelaskan bahwa pekerja
yang berkomitmen tinggi akan meningkatkan keefektifan organisasional melalui keterlibatan
yang tinggi dalam organisasi dan bekerja keras mencapai tujuan organisasi. Hal ini didukung
oleh Robbins dan Judge (2007) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi sebagai suatu
keadaan seorang pegawai memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya
untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Menurut Armstrong (dalam Yuwono, Suhariadi, Handoyo, Fajrianthi, Muhamad, dan
Septarini, 2005) salah satu perilaku yang menunjukkan kayawan memiliki komitmen
organisasi yang tinggi adalah keinginan untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi. Salah
satu pencapaian hasil yang maksimal dari seorang pegawai dalam suatu bidang pekerjaan
sangat sering ditentukan oleh komitmen, baik komitmen professional maupun komitmen
organisasi. Luthans (1995) mengartikan komitmen organisasional sebagai sikap yang
menunjukkan loyalitas pegawai dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang
anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan
organisasinya. Dalam hal ini, berarti adanya suatu kesediaan seorang atau sekelompok orang
untuk melakukan suatu kegiataan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Pegawai yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memberikan usaha
yang maksimal secara sukarela untuk kemajuan organisasi. Mereka akan berusaha mencapai
tujuan organisasi dan menjaga nilai-nilai organisasi. Selain itu, mereka akan berpartisipasi
dan terlibat aktif untuk memajukan organisasi. Pegawai yang dimiliki komitmen yang tinggi
akan bertanggung jawab dengan bersedia memberikan seluruh kemampuannya karena merasa
memiliki organisasi. Rasa memiliki yang kuat akan membuat pegawai merasa berguna dan
nyaman berada dalam organisasi (Yuwono, dkk, 2005). Komitmen yang tinggi menjadikan
individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha
melaksanakan tugas dengan baik untuk mendukung tercapainya visi dan misi.
Komitmen yang dilakukan oleh pegawai terhadap organisasi adalah sebuah refleksi
perasaan seseorang terhadap organisasinya, pengakuan tentang harga yang harus dibayar bila
meninggalkan organisasi dan tanggung jawab moral untuk tetap berada dalam organisasi
(Allen dan Meyer, 1991). Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang memiliki visi
dan misi yang jelas, terukur dan dapat teraktualisasi dalam kinerja organisasi. Kinerja dapat
diukur dengan membandingkan hasil aktual dengan visi dan misi sebagai komitmen dari
suatu organisasi. Komitmen tersebut memberikan alasan untuk melakukan suatu hal yang
bermanfaat dalam organisasi. Komitmen organisasi menentukan suatu daya dari seseorang
dalam mengidentifikasi keterlibatannya dalam suatu bidang organisasi, maka komitmen
organisasi
akan
menimbulkan
rasa
ikut
memiliki
bagi
pekerjaan
terhadap
organisasi.Meningkatkan komitmen organisasi pada sumber daya manusia mutlak diperlukan
organisasi dalam mengantisipasi kemajuan dan perubahan lingkungan secara global yang
dihadapi dewasa ini dan di masa yang akan datang. Khususnya bagi pegawai negeri sipil
sebagai aparatur negara. Hal ini diperlukan sebagai salah satu syarat pembangunan bangsa
yang mengarah pada terselenggaranya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
governance).
Pada penelitian ini penelitian akan dilakukan di lanud Adi Soemarmo secara umum
Lanud Adi Soemarmo adalah organisasi militer. Organisasi
militer
adalah
organisasi
angkatan perang dari suatu negara yang diatur berdasarkan peraturan perundangundangan. Bentuk organisasi di militer merupakan bentuk organisasi mekanistik, formal, dan
segala tugas telah ditetapkan secara jelas dari struktur dan rentang kendali yang ada. Salah
satu organisasi militer yang dimiliki Indonesia yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI),
tentara adalah warga negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk tugas-tugas
pertahanan negara guna menghadapi ancaman militer maupun ancaman bersenjata.
Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu alat pertahanan negara untuk menjaga
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Ancaman, Tantangan,
Hambatan, dan Gangguan (ATHG) yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri
(dalam UU No 34 pasal 6, 2004). Tentara Nasional Indonesia dibagi menjadi tiga
angkatan yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Karakteristik seorang prajurit TNI-AD yaitu loyalitas kepada pimpinannya, hirarki
terhadap kepangkatan, disiplin tinggi, bertanggung jawab atas tugasnya, profesional di
bidangnya, tegas dalam bertindak, sikap dan perilaku yang menjadi panutan serta setia
kepada Bangsa dan Negara (dalam Herawan, 2012). Dengan adanya hirarki terhadap
kepangkatan yaitu mulai dari jenjang karir tamtama (anggota bawahan) sampai dengan
perwira (pimpinan), anggota bawahan dituntut untuk patuh dan taat terhadap perintah
pimpinannya.
Secara umum, Pegawai Negeri Sipil Tentara Nasional Indonesia mempunyai
kedudukan atau peran sebagai komplemen TNI. Dalam arti bahwa merupakan mitra kerja
yang telah disejajarkan dengan TNI, seperti tertuang dalam Peraturan Panglima TNI
Nomor Perpang/28/X/2007 tanggal 3 Oktober 2007 tentang Petunjuk Induk Pembinaan
Pegawai Negeri Sipil Tentara Nasional Indonesia. Mengacu pada konsep tersebut maka
Pegawai Negeri Sipil TNI AU dan prajurit TNI AU merupakan satu kesatuan yang
terpadu dan bertanggung awab dalam pelaksanaan tugas pokok TNI AU. Dengan kata
lain bahwa PNS di lingkungan TNI AU merupakan bagian dari sumberdaya manusia
TNI AU yang turut berperan dan mempunyai kontribusi terhadap pelaksanaan tugas dan
pencapaian tujuan organisasi TNI AU. Diakui atau tidak bahwa keberhasilan tugas
organisasi TNI AU dalam mencapai tujuan hubungan antara kepuasan tidak hanya
ditentukan atau tergantung pada sekelompok orang atau unit tertentu dalam hal ini
prajurit TNI AU saja melainkan oleh seluruh unsur kekuatan pendukung yang dimiliki,
yang saling terkait satu dengan yang lain.
Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo merupakan salah satu pangkalan TNI
Angkatan Udara yang memiliki peranan penting dalam upaya mendukung kekuatan
pertahanan di udara. Lanud Adi Soemarmo adalah pelaksana langsung di bawah Komando
Pendidikan TNI Komando Udara (Kodikau) yang memiliki tugas pokok sebagai
penyelanggara Pendidikan Angkatan Udara, Operasi Udara, dan Pembinaan Potensi
Kedirgantaraan. Lanud Adi Soemarmo sebagai salah satu instansi pemerintah yang bertugas
melayani keperluan pemerintah dan masyarakat baik secara operasi maupun pendidikan
prajurit tidak terlepas dari nilai-nilai komitmen organisasi yang ditanamkan.
Melihat fungsi dari Lanud Adi Sumarmo yang begitu besar sebagai pendidik angkatan
udara yang bertanggung jawab sebagai penjaga garis depan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, komitmen dari pegawai Lanud Adi Sumarmo menjadi sangat penting untuk
mencapai visi, misi, serta fungsi dari Lanud Adi Sumarmo. Tingkat kedisiplinan dan
ketepatan dalam bekerja menjadi sangat penting dalam pelaksanaan kerjanya. Bekerja dengan
tingkat kedisiplinan dan ketepatan yang tinggi bukanlah perkara yang mudah. Pegawai harus
memiliki sikap dan perilaku dengan mempersepsikan nilai-nilai tersebut, guna menghadapi
tantangan dan perubahan masa depan. Perubahan ini sejalan dengan tujuan organisasi untuk
bisa maju dan bertahan menghadapi setiap tantangan yang menghambat perkembangan
organisasi. Kemampuan mengevaluasi diri untuk menghadapi tantangan dari langkah yang
telah diambilnya ini kemudian disebut efikasi diri oleh Baron & Byrne (1991).
Dalam rangka mewujudkan visi bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan Good
Governance, misi yang ditetapkan untuk aparatur negara adalah mewujudkan aparatur
negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna,
transparan,
salah
satu
produktif,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Pegawai Negeri Sipil sebagai
unsur
aparatur
negara mempunyai
peran
yang
dominan
di
dalam
menggerakkan seluruh sumber daya secara optimal, guna tercapainya pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan tugas pembangunan yang dicita-citakan bersama. Untuk itu
keselarasan antara upaya pencapaian tujuan organisasi dengan upaya memelihara
motivasi agar aspirasi pengabdian Pegawai Negeri Sipil dapat dipenuhi seoptimal
mungkin adalah arah yang ideal bagi pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Adapun lingkup
pembinaan kepegawaian adalah berskala nasional, dalam arti bahwa bagi semua PNS
baik di pusat maupun di daerah berlaku norma, standar dan prosedur administrasi serta
pembinaan kepegawaian yang sama
Pemaparan di atas menguatkan pengertian terhadap kemampuan diri yang kuat dalam
suatu organisasi ini sangatlah erat hubungannya dengan efikasi diri. Efikasi diri yang
dimaksud merupakan komponen kunci dari self system, yang dimaksudkan dengan efikasi diri
ini bukan faktor psikis yang mengontrol tingkah laku melainkan rujukan terhadap struktur
kognisi yang nantinya merancang fungsi persepsi, evaluasi, dan regulasi tingkah laku. Judge
& Bono (2001) menyampaikan tentang persepsi efikasi diri dimana mampu memprediksi
tingkah laku secara baik namun hal itu juga dipengaruhi oleh perasaan umum dari efikasi diri
itu sendiri. Persepsi yang terjadi di dalam efikasi diri dapat mempengaruhi tantangan mana
yang harus dihadapi dan bagaimana menampilkan perilaku yang lebih baik.
Efikasi diri merupakan salah satu faktor yang merujuk pada keyakinan individu
bahwa ia mampu mengerjakan tugasnya Efikasi diri masalah kemampuan yang dirasakan
individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk
melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu.
Semakin tinggi efikasi diri seseorang, semakin tinggi rasa percaya diri yang dimilikinya
sehingga kemampuan untuk berhasil dalam tugas pun tercapai.
Bandura (1997) lebih lanjut menjelaskan bahwa efikai diri yang kuat dapat
meningkatkan prestasi dan kepribadian yang baik dalam berbagai hal. Individu yang memiliki
efikasi diri tinggi, yang berarti ia yakin terhadap kemampuan diri untuk melaksanakan
berbagai tugas dalam berbagai situasi, akan menganggap tugas-tugas yang sukar sebagai
tantangan untuk diatasi dari pada sebagai ancaman yang harus dihindari. Pandangan seperti
itu akan membantu perkembangan minat intrinsik dan memikat pada kegiatan-kegiatan yang
lebih mendalam. Mereka menetapkan tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara
komitmen yang kuat terhadap tujuan tersebut, serta memotivasi diri untuk mencapainya
dengan meningkatkan dan mempertahankan usaha-usaha mereka menghadapi perubahan dan
kegagalan.
Bonnie dan Mark (1998) dalam penelitaiannya menunjukkan bahwa individu yang
memiliki efikasi diri tinggi akan merasakan tingkat kepuasan kerja dan komitmen organisasi
yang lebih tinggi. Penelitian Yeongkoo (2001) juga menunjukkan keterkaitan efikasi diri
yang tinggi maka kepuasan kerja, loyalitas dan komitmen organisasi yang juga tinggi. Oleh
karena itu, dengan adanya hal-hal diatas pimpinan atau bagian yang menangani sumber daya
manusia dalam suatu organisasi bisa senantiasa dapat mengetahui seberapa besar tingkat
efikasi diri yang di miliki oleh para pegawainya sehingga dapat meningkatkan komitmen
organisasi para pegawai pada organisasi.
Efikasi diri yang kuat yang dimiliki individu, akan menumbuhkan sikap yang lebih
positif terhadap pekerjaan. Keyakinan individu bahwa ia mampu menyelesaiakn pekerjaan
dengan baik dan mengatasi berbagai kesulitan yang muncul, akan mengarahkannya pada
perasaan kontrol internal yang lebih besar pada pekerjaan yang dilakukannya. Kontrol
internal yang kuat atas pekerjaan yang dilakukan dapat menstimulasi perasaan diri yang lebih
bermakna, individu merasa lebih bertanggung jawab, lebih terlibat dan lebih menikmati
pekerjaannya dalam melakukan aktivitas pekerjaannnya. Keadaan ini merupakan cerminan
komitmen organisasi yang dimiliki pegawai terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui lebih lanjut keterkaitan efikasi diri
dengan komitmen organisasi yaitu PNS pada instansi Lanud Adi Soemarmo, penulis tertarik
mengadakan sebuah penelitian secara langsung terhadap hal tersebut dengan judul
―Hubungan antara Efikasi Diri dengan Komitmen Organisasi Afektif Pegawai Negeri Sipil
Lanud Adi Soemarmo‖
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan di atas, diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri dengan komitmen
organisasi afektif pada Pegawai Negeri Sipil Lanud Adi Soemarmo?
C. Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan
komitmen afektif Pegawai Negeri Sipil Lanud Adi Soemarmo dan mengetahui pengaruh
efikasi diri terhadap komitmen organisasi pada PNS Lanud Adi Soemarmo
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini meliputi:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan referensi,
serta menambah pengetahuan mengenai keterkaitan dari efikasi diri dengan
komitmen organisasi afektif.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu psikologi industri dan
organisai.
2. Manfaat Praktis
a. Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang efikasi diri dalam hubungannya dengan komitmen
sebagai pertimbangan dalam mempersiapkan pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi
b. Pemerintah
Sebagai masukan atau informasi tambahan bagi instansi pemerintah serta pihak-pihak
yang berkepentingan dalam instansi pemerintah dan akan menjadi bahan
pertimbangan untuk menetapkan kebijakan baru pada instansi pemerintah tersebut
tentang efikasi diri yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi afektif dalam
mencapai efektifitas, tujuan dan kelangsungan instansi pemerintah terutama TNI AU.
c. Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk dapat digunakan
sebagai bahan masukan sekaligus bahan perbandingan dalam mengembangkan
penelitian di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi Afektif
1.
Definisi Komitmen Organisasi Afektif
Download