File : Eko Andy P, M.Pd - UNIMUS Digital Library Universitas

advertisement
1
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Metode
MURDER Bernuansa Problem Based Learning (PBL) Materi Bangun
Datar Kelas VII
ARTIKEL
oleh
Eko Andy Purnomo
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2011
http://digilib.unimus.ac.id
2
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Metode MURDER Bernuansa
Problem Based Learning (PBL) Materi Bangun Datar Kelas VII
Eko Andy Purnomo
Prodi Pendidikan Matematika FKIP, Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Mathematics as the basis of science which to develop the reasoning power to think
critically, logically and systematically. Problem solving is an important component of the
mathematics curriculum. Reality in the field most of the students perform activities in the
form without accompanied the development of problem-solving skills. In this study applied a
method of learning that can help students to practice problem-solving is the method of
MURDER based on PBL. Research goals: (1) To obtain the perimeter learning plane VII
valid and relevant to the application of learning MURDER methods based on PBL, (2) To
find the effectiveness of the implementation of such devices by the method of MURDER based
on PBL learning materials perimeter and plane area. The device being developed include
syllabus, lesson plans, student books, worksheets, and tests learning outcomes (THB)
according to the basic theory of Thiagarajan, Semmel, and Semmel 4-D modified 3-D
(define, design, develop). Try out was applied to a 7 th grade junior high school 1 Brangsong
Kendal, it’s consist of 8 classes. With cluster sampling technique was chosen as the
experiment class VIIA and VIIC as a control class. Activities and proficiency proceed as
independent variables and ability to problem solving as the dependent variable. The data is
obtained through observation and test results of learning as well as processed by comparing
t test and testing regression.
The results: (1) The development of devices learning with methods of MURDER
based on PBL is valid. The validator score of learning device includes syllabus (4.4), RPP
(4.4), student book (4.2), LKS (4.4), and THB which valid. (2) Implementation method of
Murder based on PBL learning with learning devices that have been developed on the
material perimeter and plane area 7th grade is effective: (a) Increasing the problem-solving
ability 76.9> 72, with 87.1% passing percentage. (b) There were the influence of
independent variables was on the dependent variables that significantly influence the
acquisition process of problem-solving abilities of 87.1%, the effect of activity on problem
solving ability 73.4%, jointly proceed finesse and liveliness effect on problem-solving
abilities amounting to 88,6%. (C) the dependent variable experiment class is better than the
control class with the ability to problem-solving in the experimental class for 76.9 > 73.2.
Based on this research, teachers can use the method of MURDER based on PBL to increase
activity, skill and problem-solving ability.
Keywords: Method of Murder, Problem Based Learning (PBL)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diberlakukannya KTSP mengisyaratkan perlunya reformasi paradigma dalam
pembelajaran matematika, yaitu dari peran guru sebagai pemberi informasi (transfer of
knowledge) ke peran guru sebagai pendorong belajar (stimulation of learning). Pada peran
guru sebagai pendorong belajar (stimulation of learning), guru dituntut untuk memberi
http://digilib.unimus.ac.id
3
kesempatan pada siswa agar mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari
melalui aktifitas-aktifitas, antara lain melalui kegiatan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan komponen penting dari kurikulum matematika dan di
dalamnya terdapat inti dari aktifitas matematika, sehingga kemampuan pemecahan masalah
di kalangan siswa perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran. Hal ini juga dijelaskan oleh
Branca (dalam Pujiadi, 2008) bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan utama
dalam pembelajaran matematika, oleh karena itu kemampuan memecahkan masalah
hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin.
Demikian pula Russefendi (1991) menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah
sangat penting, bukan saja bagi mereka yang akan memperdalam matematika, melainkan juga
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Dalam
memecahkan
masalah
diharapkan
dapat
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran adalah model
pembelajaran bernuansa Problem Based Learning (PBL). PBL adalah pendekatan
pembelajaran matematika yang mengedepankan pemecahan masalah (problem solving) dalam
proses pembelajarannya. Melalui PBL, siswa dapat belajar secara mandiri mengidentifikasi
masalah dimana pengetahuan tersebut diperlukan lagi untuk menghadapi keadaan masalah
baru Boyle (1999). Selain itu, penyelesaian masalah dapat mengembangkan kognitif siswa
secara umum (Jonassen, 2000), mendorong kreatifitas (Bransford & Stein, 1993), dan
mengembangkan kemampuan menulis dan verbal yang merupakan bagian dari proses aplikasi
matematika (Pugalee, 2004).
Haggarty dan Keynes (dalam Unal 2006: 510) menjelaskan dalam rangka
memperbaiki pengajaran dan pembelajaran matematika diperlukan usaha untuk memperbaiki
pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran dan interaksi antara
mereka. Mengarahkan pembelajaran yang seperti di atas sangat tepat menggunakan
pembelajaran dengan metode MURDER. MURDER singkatan dari kata: Mood (Suasana
Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan), Expand
(Pengembangan), Review (Pelajari Kembali) (Simamora, 2008).
Pada
akhirnya
dengan
mengkombinasikan
kebermanfaatan
matematika
dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka perlu diterapkan sebuah model
pembelajaran
matematika
dengan
memanfaatkan
media.
Sehingga
dalam
rangka
pengembangan ilmu dan teknologi serta meningkatkan kemampuan dasar siswa khususnya
bangun datar serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, perlu diadakan
http://digilib.unimus.ac.id
1.
2.
4
penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika melalui metode belajar
MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan di bawah ini.
1.
Bagaimanakah pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
matematika melalui metode MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII
valid?
2.
Bagaimanakah keefektifan implementasi metode MURDER bernuansa PBL dengan
perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan pada materi bangun datar kelas VII?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan perangkat pembelajaran matematika materi bangun datar kelas VII yang
valid dengan penerapan metode MURDER bernuansa PBL;
2. Menemukan keefektifan implementasi perangkat pembelajaran tersebut dengan metode
MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII;
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ini maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut:
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu matematika, khususnya tentang
pembelajaran metode belajar MURDER bernuansa PBL serta dapat digunakan sebagai
rujukan untuk penulisan karya ilmiah.
Manfaat Praktis :
Siswa
1) Siswa lebih berani berpendapat dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran
matematika.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru
1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan,
kemahiran berproses dan kemampuan pemecahan masalah matematika.
2) Guru dapat menggunakan media CD pembelajaran agar lebih mengaplikasikan
teknologi dalam pembelajaran.
http://digilib.unimus.ac.id
5
Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan sangat berarti pada sekolah itu
sendiri, untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika.
Peneliti
Peneliti
memperoleh
pengalaman
langsung
sehingga
memiliki
pengalaman
pembelajaran matematika yang bervariasi.
II.
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Belajar
Belajar matematika pada dasarnya, merupakan proses yang diarahkan pada satu
tujuan. Tujuan belajar matematika ditinjau dari segi kognitif adalah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah. Para ahli dalam merumuskan teori belajar bervariasi sesuai dengan
sudut pandang masing-masing.
Teori Ausubel terkenal dengan teori belajar bermakna. Ausubel membedakan antara
belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah proses belajar dimana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep dan pemahaman
konsep yang telah ada yang akan mengakibatkan perubahan struktur konsep yang telah
dipunyai.
Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yakni, organisasi dan adaptasi. Prinsip
Piaget dalam pembelajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan
pembelajaran melaui penemuan, pemecahan masalah dan pengalaman-pengalaman nyata,
serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan kemungkinan
peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal
peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan
kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa
yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu
enaktif, ikonik dan simbolik.
Vygotsky mengemukakan adanya empat prinsip kunci dalam pembelajaran.
Keempat prinsip itu adalah: (a) penekanan pada hakekat sosiokultural pada pembelajaran (the
sociocultural of learning); (b) zona (wilayah) perkembangan terdekat (zona of proximal
http://digilib.unimus.ac.id
6
development); (c) pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship);
dan (d) perancah
(scaffolding).
2.2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika hendaknya diarahkan untuk membantu siswa untuk
berpikir, karena matematika memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan
benar dan benarnya penyelesaian karena penalarannya memang sangat jelas. Hendaknya
siswa tidak belajar matematika hanya dengan menerima dan menghafalkan saja. Siswa harus
belajar matematika secara bermakna, yakni suatu cara belajar yang mengutamakan pengertian
dari pada hafalan. Menurut Steen (2001:307), belajar matematika pada hakikatnya adalah
belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan logis.
2.3. Pembelajaran Metode MURDER
Pembelajaran MURDER merupakan singkatan dari beberapa kata yang meliputi:
Mood (Suasana Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan),
Expand (Pengembangan), Review (Pelajari Kembali). (Simamora, 2008).
Langkah- langkah penerapan metode pembelajaran MURDER adalah sebagai
berikut:
1. Pertama berhubungan dengan suasana hati adalah ciptakan suasana hati yang positif untuk
belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap
belajar yang sesuai dengan kepribadian siswa.
2. Kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak
dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan
bersama beberapa kelompok latihan.
3. Ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari satu bahan dalam
suatu mata pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu
dengan kata-kata siswa.
4. Keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali pada bahan
pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata pelajaran itu dari
artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru
atau teman kelompok.
5. Kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai
tiga masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu:
a.
Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang
diajukan?
http://digilib.unimus.ac.id
7
b.
Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada kehidupan sehari-hari?
c.
Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami
oleh siswa lainnya?
6. Keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang
sudah dipelajari.
2.4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika. PBL mengkombinasikan
siswa dengan permasalahan dari latihan-latihan sehingga memunculkan motivasi untuk
belajar. Permasalahan dan latihan-latihan dapat berasal dari guru atau siswa. Besana, Fries,
dan Kilibarda (2001) menyatakan model pembelajaran PBL hampir dapat disamakan dengan
“doing mathematics”. Pembelajaran PBL dapat juga dimanfaatkan untuk mendewasakan
siswa. Penerapan pembelajaran ini sejak level awal pendidikan dapat membuat siswa sadar
matematika. Kesadaran matematika ini dapat meningkatkan motivasi mereka secara alami
dan harapannya siswa dapat berkembang logika berpikirnya.
Konsep dasar pembelajaran PBL adalah pemberian permasalahan dan aplikasinya
untuk mengenalkan sebuah konsep baru dalam matematika. Permasalahan dan aplikasi
tersebut membantu siswa dalam menyusun kerangka berpikirnya, memahami konsep dan
memberikan fasilitas dalam prosedur berpikir serta mengulang kembali konsep-konsep yang
telah dipelajari, dalam rangka memberikan penguatan dalam pemahaman konsep baru
tersebut. Proses belajar tersebut mengharuskan siswa untuk menganalisis situasi berdasarkan
pengetahuannya, membangun sebuah teknik matematika, dan akhirnya memanfaatkan teknik
tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.
2.5. Pemecahanan Masalah
Krulik (dalam Soedjoko, 2004) mendefinisikan masalah adalah suatu situasi,
besaran-besaran atau yang lainnya yang dihadapkan kepada individu atau kelompok untuk
mencari pemecahan, yang untuk itu para individu tidak segera tahu suatu solusi. Adapun
menurut Ruseffendi (dalam Dwijanto, 2007) bahwa sesuatu itu merupakan masalah bagi
seseorang bila sesuatu itu baru, dan sesuai dengan kondisi yang memecahkan masalah (tahap
perkembangan mentalnya) dan memiliki pengetahuan prasyarat.
Pemecahan masalah menurut Solso (1995: 440) didefinisikan sebagai berpikir yang
mengarahkan pada jawaban terhadap suatu masalah yang melibatkan pembentukan dan
memilih tanggapan-tanggapan. Dalam memecahkan masalah terdapat beberapa pendekatan
antara lain exhaustic search yang mencoba semua kemungkinan jawaban. Pendekatan
http://digilib.unimus.ac.id
8
pemecahan masalah yang lain adalah heuristik, yaitu suatu aturan yang melibatkan
penyelidikan pada masalah yang lebih selektif. Menurut Polya (1973) heuristik adalah kata
sifat yang berarti “serving to discover”. Penalaran heuristik adalah penalaran yang tidak final
dan tegas tetapi hanya masuk akal dan bersifat sementara yang tujuannya untuk menemukan
jawaban suatu masalah yang diberikan.
NCTM (2000: 52) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan satu kesatuan
dalam pembelajaran matematika dan tidak bisa dipisahkan dengan program matematika.
Menurut Charles dan Lester (dalam Baroody, 1993: 2-8) kemungkinan pemecahan masalah
yang sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) kognisi, (2) afeksi, dan (3)
metakognisi. Faktor kognisi meliputi pengetahuan konseptual (pemahaman) dan strategi
dalam menerapkan pengetahuan pada situasi yang sesungguhnya. Faktor afektif
mempengaruhi kepribadian siswa untuk memecahkan masalah. Metakognisi meliputi regulasi
diri yaitu kemampuan untuk berpikir melalui masalah pada diri sendiri.
Selanjutnya Baroody (1993: 2-8) menjelaskan, secara umum pengetahuan matematis
yang lebih luas dan lebih baik pada diri seseorang, didasarkan pada banyaknya masalah yang
dapat ia pecahkan. Seperti halnya pengetahuan matematika mereka yang semakin
berkembang dan menjadi terhubung satu sama lain, maka siswa meningkatkan kemampuan
mereka untuk memahami dan menemukan solusi untuk masalah yang jauh lebih rumit.
Menurut Riley, Greeno, dan Heller (dalam Baroody, 1993: 2-8) pemecahan masalah yang
sebenarnya bermula dengan pemahaman masalah, yang diikuti dengan pembentukan
perwujudan mental yang sesuai pada masalah itu.
2.6. Pengembangan Perangkat Model Thiagarajan, Semmel dan Semmel.
Perangkat
pembelajaran
adalah
perangkat
yang
digunakan
dalam
proses
pembelajaran (Trianto, 2007:68). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola
proses belajar mengajar antara lain Silabus, RPP, LKS, THB, serta media pembelajaran.
Perangkat ini sebagai sarana untuk memudahkan guru dalam melakukan tugas mengajarnya,
membantu dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Perangkat pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Andrews & Goodson
(1980:3) menyatakan bahwa model pengembangan pembelajaran ada 4 fungsi yaitu 1)
meningkatkan belajar dan pembelajaran dan umpan balik, 2) meningkatkan managemen
pengembangan pembelajaran, 3) meningkatkan proses evaluasi, termasuk umpan balik dan
revisi, 4) menguji atau membangun pembelajaran dengan cara merancangnya berdasarkan
teori.
http://digilib.unimus.ac.id
9
Model pengembangan sistem instruksional Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974:
6) dikenal dengan model 4-D, model ini terdiri dari 4 tahap yaitu: define (pendefinisian),
design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Penelitian ini
adalah modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Model 4-D dipilih karena
sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, namun dalam
penelitian ini peneliti melakukan modifikasi terhadap model 4-D.
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhankebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Kegiatan dalam
tahap pendefinisian ini meliputi analisis kurikulum, analisis siswa, analisis materi, analisis
tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan bertujuan untuk memodifikasi prototype sehingga didapatkan
bentuk rancangan perangkat pembelajaran. Rancangan ini selanjutnya disebut draf 1.
Tahap ini dimulai ketika tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini meliputi penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan
perancangan awal.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan pengembangan perangkat pembelajaran adalah untuk menghasilkan draf
perangkat pembelajaran. Kegiatan pada tahap pengembangan ini meliputi
validasi ahli,
simulasi dan uji keterbacaan, uji coba
2.7. Kerangka Berpikir
Pengembangan perangkat pembelajaran didasarkan pada teori pengembangan
perangkat pembelajaran yang salah satunya adalah modifikasi dari model Thiagarajan,
Semmel, dan Semmel. Pengembangan perangkat pembelajaran ini dikenal dengan Model 4D. Melalui pembuatan perangkat pembelajaran dengan teori-teori yang ada serta validasi ahli
meliputi validasi perangkat pembelajaran yang meliputi format, bahasa, dan ilustrasi sehingga
akan dihasilkan perangkat pembelajaran yang valid. Perangkat pembelajaran tersebut akan
diujicobakan untuk mengetahui efektifitas pembelajarannya.
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan penerapan pembelajaran metode
belajar MURDER bernuansa PBL melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran. Langkah
awal siswa diberikan CD pembelajaran yang berisi materi dan tugas yang dikerjakan secara
berkelompok. Melalui CD pembelajaran maka siswa akan mempunyai kemampuan awal
http://digilib.unimus.ac.id
10
tentang materi keliling dan luas bangun datar dan dengan pemberian tugas secara
berkelompok maka keaktifan siswa akan meningkat. Selain itu siswa juga dapat
mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Melalui tugas bernuansa PBL
maka kemampuan pemecahan siswa akan meningkat.
Saat pembelajaran di sekolah guru menerapkan pembelajaran MURDER. Pertama
guru menciptakan suasana belajar yang positif, hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi
dalam kegiatan pembelajaran dan ujungnya meningkatkan keaktifan siswa. Kedua
berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak dimengerti
dan tugas yang perlu didiskusikan kembali. Pusatkan perhatian pada materi pelajaran
tersebut. Setelah mempelajari satu bahan dalam suatu mata pelajaran, segeralah berhenti.
Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-kata siswa. Selanjutnya
berhubungan dengan penelaahan adalah guru memberikan tugas berbasis masalah dan siswa
diminta mengerjakan tugas-tugas tersebut sesuai dengan langkah-langkah pemecahan
masalah. Melalui tugas tersebut maka kemampuan pemecahan masalah siswa akan lebih
meningkat. Carilah jawaban tugas-tugas tersebut dari artikel, buku teks atau sumber lainnya.
Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru.
Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah siswa diberi tugas,
untuk: (1) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi keliling dan luas bangun
datar, (2) Mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai dan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, dan (3) Membuat materi keliling dan luas bangun datar ini menjadi
menarik dan mudah dipahami oleh siswa lainnya. Melalui pengembangan ini siswa akan
semakin mendalami menguasai materi keliling dan luas bangun datar serta dapat
mengaplikasikan kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Langkah
terakhir guru mengulang kembali semua materi dan mendiskusikan semua pertanyan serta
memberikan umpan balik kepada siswa.
Mengkombinasikan antara perangkat pembelajaran yang valid dengan metode
belajar MURDER bernuansa PBL, serta pemanfaatan multimedia pembelajaran keaktifan
siswa dan kemahiran berproses akan dapat ditingkatkan. Meningkatnya keaktifan siswa dan
kemahiran berproses maka akan berpengaruh meningkatnya kemampuan pemecahan
masalah, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut :
http://digilib.unimus.ac.id
11
1.
Hasil proses pengembangan dan perangkat pembelajaran melalui metode belajar
MURDER bernuansa PBL materi keliling dan luas bangun datar kelas VII valid.
2.
Implementasi pembelajaran dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL dengan
perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan pada materi keliling dan luas bangun
datar kelas VII efektif.
III. METODE PENELITIAN
3. 1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan jenis penelitian pengembangan, ini sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan meliputi: silabus, RPP, buku siswa, LKS dan THB.
3. 2.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran penelitian ini adalah suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan perangkat pembelajaran. Model pengembangan Thiagarajan, Semmel
dan Semmel dikenal dengan model 4-D yang telah dimodifikasi,. Model pengembangan
yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah
modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel. Model 4-D dipilih karena
sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.
3. 3. Subjek Uji Coba Penelitian
Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 1 Brangsong Kendal
yang terdiri dari 8 kelas paralel pada tahun pelajaran 2010/2011. Satu kelas dari 8 kelas yang
ada akan dijadikan subjek penelitian pada saat uji coba perangkat pembelajaran.
3. 4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel indpenden.
Variabel independen penelitian ini adalah aktifitas siswa, kemahiran berproses dalam
pembelajaran matematika dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah.
3. 5. Analisis Data
1.5.1. Uji ketuntasan kemampuan pemecahan masalah
Kemampuan pemecahan masalah dikatakan tuntas jika memenuhi syarat yaitu
kemampuan pemecahan masalah siswa lebih dari 72. Hipotesis yang akan diuji adalah
H0
: ≤
( kemampuan pemecahan masalah tidak mencapai KKM)
H1
: >
( kemampuan pemecahan masalah mencapai KKM)
t=
http://digilib.unimus.ac.id
X− µ0
s
n
12
Pada perhitungan ini menggunakan uji t. Rumus yang digunakan
Pada penelitian ini uji rata-rata kemampuan pemecahan masalah dilakukan dengan α =
0,05 atau 5%, kriteria : H1 diterima bila thitung > ttabel. yang lainnya tolak H1.
Prestasi belajar tiap siswa dikatakan tuntas jika, memenuhi syarat ketuntasan belajar
secara individual 85 % siswa mencapai KKM.
Hipotesis yang akan diuji adalah
H0
: π0 = 85 % (ketuntasan belajar kelas eksperimen tercapai)
H1
: π0
85 % (ketuntasan belajar kelas eksperimen tidak tercapai)
Rumus yang digunakan
x
−π0
n
z=
π 0 (1 − π 0 )
n
Terima H0 jika – Z0,5(1-α) < z < Z0,5(1-α) ( Sudjana, 2005:233). Penelitian ini α yang
digunakan adalah 5%.
1.5.2. Uji pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemecahan masalah
Untuk menguji hubungan pengaruh, digunakan persamaan regresi dengan model
regresi linier Y = α+ βX + ε, dengan persamaan estimasi:
^
^
^
Y = a + bX + ε, a = α dan b = β , data yang dimiliki adalah (x1, y1),
(x2,y2), …, (xn, yn).
Harga a dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut:
( ∑ Y )( ∑ X ) − ( ∑ X )( ∑
a=
n X − ( X)
)( ∑ Y )
n∑ XY∑− ( ∑ X ∑
b=
n∑ X − (∑ X )
2
2
2
XY )
2
2
( Sudjana, 2005).
Rumusan hipotesis uji kelinearan regresi:
H0 : β = 0 persamaan tidak linier (tidak ada pengaruh x ke y)
H0 : β ≠ 0 persamaan linier (ada pengaruh x ke y)
Kriteria pengujian: tolak H0 jika Fhitung > Ftabel, Fhitung =
2
sTC
, dan Ftabel dicari
sG2
menggunakan tabel distribusi F dengan taraf nyata α, dk pembilang (k - 2) dan dk
penyebut (n – k) ( Sudjana, 2005).
http://digilib.unimus.ac.id
13
Setelah model regresi diuji dan dapat diketahui bahwa ternyata model adalah
linier, maka selanjutnya ditentukan besamya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Rumus besamya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y adalah:
Jumlah Kuadrat Regeresi JK (b | a)
=
,
JK (T )
Jumlah Kuadrat Total
R2 =
(Sukestiyarno, 2010).
Hal yang sama dilakukan untuk menguji pengaruh kemahiran berproses
terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Regresi linier ganda digunakan untuk mengetahui rumus persamaan regresi
pengaruh keaktifan siswa dan kemahiran berproses terhadap kemampuan pemecahan
masalah. Rumus umum Regresi linier ganda:
Y’ = a + b1X1 + b2X2
(Sudjana, 2005)
Untuk menghitung harga-harga a, b1, b2 dapat menggunakan persamaan
berikut:
∑Y
=a
+ b1∑X1 + b2∑X2
∑X1Y
= a∑X1 + b1∑X1 + b2∑X1X2
∑X2Y
= a∑X1 + b1∑X1 + b2∑X2 (Sudjana, 2005)
1.5.3. Uji banding kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kontrol
Uji banding ini digunakan untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah
siswa di kelas eksperimen dengan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas kontrol.
Sebelum memilih rumus t yang digunakan, terlebih dulu diuji kesamaan dua variansnya
(homogen). Uji kesamaan varian dilakukan untuk menguji hipotesis.
H0 :
H1 :
dengan menggunakan rumus: F =
Varian besar
Varian kecil
Kemudian nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan melihat dk pembilang n1– 1
(untuk variabel 1) dan dk penyebut n2 – 1 (untuk variabel 2) dengan kriteria jika Fhitung > Ftabel
maka H0 ditolak (Sukestiyarno, 2005).
http://digilib.unimus.ac.id
14
Rumus uji statistik untuk kasus varians sama: t =
2
x1 − x 2
s2
(
1
n1
+
1
n2
)
2
(n − 1) s1 + (n2 − 1) s2
Dimana s = 1
.
n1 + n2 − 2
2
Rumus uji statistik untuk kasus varians tidak sama:
Hipotesis :
t' =
x1 − x2
 s12 s2 2 


 n + n 
2 
 1
H0 : μ1 ≤ μ2 (rataan kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen)
H1 : μ1 > μ2 (rataan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol)
Penelitian ini menggunakan α = 0,05 atau 5%,
Kriteria : H1 diterima bila t (hitung) > t (tabel).
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu perangkat pembelajaran divalidasi
oleh para ahli, secara lengkap hasil validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel
4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli
No.
1
2
4
5
6
Validator
1
2
4
5
6
Jumlah
Rata-rata
Kriteria
Silabus
4,2
4,4
4,3
4,6
4,4
17,5
4,4
RK
Rata- rata hasil validasi
Buku
RPP
LKS
Siswa
3,6
4,3
4,0
4,3
4,4
4,6
4,3
4,2
4,2
4,6
4,5
4,6
4,3
4,7
4,2
16,8
17,4
17,4
4,2
4,4
4,4
RK
RK
RK
THB
V
V
V
V
V
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka akan dianalisis untuk
membuktikan hipotesis.
http://digilib.unimus.ac.id
15
4.1.2.
Uji ketuntasan kemampuan pemecahan masalah
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan untuk anaslisis One Sample T-Test
Nilai rata-rata
76,9
μ0
72,0
t-test hitung
4,072
t tabel
1,697
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 76,9
dan diperoleh thitung = 4,072 > ttabel = 1,697 Karena thitung > ttabel , (4,072 > 1,697), maka
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Dengan demikian, disimpulkan bahwa
pembelajaran metode MURDER bernuansa PBL kemampuan pemecahan masalah dapat
mencapai KKM.
Uji proporsi dilakukan untuk mengetahui apakah nilai siswa minimal lebih besar dari
KKM yaitu persentase lebih besar dari 85%. Untuk mengetahui dilakukan dengan uji z.
Berdasarkan perhitungan nilai z = 0,327 berada diantara z tabel yaitu 1,64 dan -1,64 dengan
tingkat kesalahan 5% maka H0 diterima. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ketuntasan belajar
tercapai.
4.1.3.
Uji pengaruh kemahiran berproses terhadap kemampuan pemecahan masalah
Pengaruh kemahiran proses terhadap kemampuan pemecahan masalah menunjukkan
angka yang signifikan yaitu sebesar 87,1% dengan persamaan regresinya Ŷ = - 19,131 +
1,234 x. Sedangkan pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemacahan masalah
menunjukkan angka yang signifikan pula yaitu sebesar 73,4% dengan persamaan regresinya
Ŷ = - 39,530 + 1,472 x. Secara bersama-sama kemahiran berproses dan keaktifan
berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah menunjukkan angka yang signifikan pula
yaitu sebesar 88,6% dengan persamaan regresi Ŷ = - 30,359 + 0,397x1 + 0,957x2.
4.1.4.
Uji banding kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan penghitungan diperoleh thitung = 2,317 > ttabel = 2,00. Karena thitung > ttabel
(2,317 < 2,00), maka hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa kelas
dengan metode MURDER bernuansa PBL lebih baik daripada kelas dengan pembelajaran
konvensional.
4.2.
Pembahasan Hasil Penelitian
http://digilib.unimus.ac.id
16
Berdasarkan hasil analisis akan dibahas untuk membuktikan hipotesis yang telah
ditentukan. Pembahasan penelitian sebagai berikut.
4.2.1.
Pengembangan perangkat pembelajaran valid
Penelitian ini diawali dengan permasalahan bagaimana mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika yang berdasarkan metode MURDER bernuansa PBL. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan meliputi Buku siswa, silabus, RPP, LKS, dan THB. Dalam
pengembangan instrumen tersebut digunakan model pengembangan Thigaragan, Semmel dan
Semmel yang terdiri dari empat tahap yang dikenal dengan sebutan model 4-D yaitu tahap
pendefinisian atau (define),perencanaan
( design ),pengembangan ( develop ), dan
pendesiminasian ( disseminate ).
Tahap pendefinisian dihasilkan analisis topik/ materi, analisis siswa, analisis tugas
dan indikator pembelajaran. Tahap kedua perencanaan, dihasilkan draft I dilakukan dengan
bimbingan intensif dari pembimbing tesis. Tahap ketiga adalah pengembangan, draft I
perangkat pembelajaran divalidasi oleh validator. Draft I perangkat pembelajaran kemudian
divalidasi oleh ahli yang merupakan validasi isi (Arikunto, 1999) yang berkompetan
dibidangnya untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran. Melalui validasi perangkat
pembelajaran dari validator diperoleh hasil silabus 4,4, RPP 4,2, buku siswa 4,4, LKS 4,4 dan
tes evaluasi belajar yang valid. Melalui perangkat pembelajaran yang mempunyai kualitas
sangat baik membuat kegiatan belajar berjalan baik yang berpengaruh pada hasil belajar yang
baik pula. Selain itu untuk mengetahui validitas THB digunakan validitas empiris (Arikunto,
1999).
Draft II perangkat pembelajaran ini kemudian disimulasikan kepada teman sejawat
dengan tujuan untuk memperoleh masukan. Hasil simulasi digunakan sebagai dasar untuk
merevisi sehingga diperoleh draft III perangkat pembelajaran yang siap digunakan untuk uji
coba pada siswa sesungguhnya.
Selanjutnya dilakukan uji coba pada kelas VII A. Pelaksanaan uji coba ini dilakukan
dengan langkah-langkah seperti pada langkah-langkah yang telah direncanakan dalam RPP.
Selama kegiatan pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kemahiran
berproses. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat diterapkan di dalam kelas dengan
baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya skor aktifitas dan kemahiran berproses siswa dan
dikategorikan baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan
dalam kelas penyebaran. Aktivitas siswa tergolong baik dan dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, dengan rata-rata keaktifan siswa 4, dengan demikian pembelajaran lebih
http://digilib.unimus.ac.id
17
berpusat pada siswa dan peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator. Kemahiran
berproses siswa tergolong baik dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dengan ratarata kemahiran berproses siswa 4, dengan demikian siswa mempunyai kemampuan
psikomotorik matematika yang baik.
4.2.2.
Implementasi metode belajar yang efektif
Indikasi pembelajaran yang efektif jika (1) tuntas variabel pemecahan masalah, (2)
ada pengaruh variabel kemahiran berproses dan keaktifan terhadap variabel kemampuan
pemecahan masalah dalam pembelajaran dan (3) variabel pemecahan masalah kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa siswa telah menguasai materi
pembelajaran karena telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan.
Disamping itu, ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas VIIA melebihi kriteria
ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan oleh SMP Negeri I Brangsong yaitu sebesar
69 dan ketuntasan yang ditentukan peneliti yaitu 72. Hal ini disebabkan oleh adanya
perangkat pembelajaran yang valid dan pembelajaran dengan metode belajar MURDER
bernuansa PBL yang efektif.
Adanya LKS yang harus diselesaikan siswa sebelum pembelajaran, dan adanya CD
pembelajaran yang membantu siswa belajar mandiri sehingga bisa membuat siswa
mempunyai pengetahuan awal sebelum kegiatan pembelajaran. Kondisi pembelajaran
tersebut membuat hasil belajar siswa sangat baik sesuai dengan pendapat Ruseffendi,
(1991:36) yang menjelaskan siswa yang mengikuti pelajaran matematika dengan sungguhsungguh, mengerjakan tugas dengan baik, bisa dijadikan petunjuk bahwa siswa tersebut
bersikap positif terhadap matematika
Pemberian pop quiz disetiap akhir pertemuan menyebabkan siswa mengetahui sejak
dini kemampuan yang dimilikinya, sehingga akan mendorong siswa untuk mempelajari dan
menguasai materi lebih baik. Pemberian pop quiz merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengingat dan memperdalam penguasaan materi yang ada. Hal ini
sesuai dengan pendapat Lambas (Anwar, 2006: 107) yang mengatakan bahwa untuk
meningkatkan retensi siswa dapat dilakukan dengan memberikan latihan dan mengulang
secara periodik dan sistematik.
Berdasarkan proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
valid dan metode belajar MURDER bernuansa PBL dihasilkan pembelajaran yang efektif.
http://digilib.unimus.ac.id
18
Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.
Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 76,9 melebihi ketuntasan belajar yang telah
ditetapkan SMP Negeri 1 Brangsong sebesar 69 dan ketuntasan yang ditetapkan peneliti yaitu
72.
Ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemahiran berproses dapat
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah sebesar 87,1%, keaktifan siswa mempunyai
pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 73,4%. Sedangkan secara
bersama-sama kemahiran berproses dan keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah sebesar 88,6%. Secara teoretis hal ini tentu saja terjadi dan telah
dibuktikan secara empiris. Hal ini selaras bahwa aktifitas siswa merupakan hal yang sangat
penting dan perlu diperhatikan oleh guru, sehingga pembelajaran yang ditempuh benar-benar
akan memperoleh hasil yang optimal (Ruyan, 1992: 128). Selain itu aktifitas merupakan
prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar dan hasil belajar
(Sardiman, 2006). Pada pembelajaran ini siswa tidak merasa takut, cemas, sehingga
memuncul kepercayaan diri sesuai dengan teori Piaget yang menyatakan pembelajaran harus
mengutamakan peran siswa berinisiatif sendiri dan terlibat aktif terhadap masalah serta
kegiatan yang diberikan guru. Pendekatan kemahiran proses ini merupakan pendekatan yang
paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah (Semiawan,1992).
Variabel dependen kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol
Berdasarkan hasil analisis uji banding hasil tes kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan perbedaan metode dan media pembelajaran, diperoleh hasil bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL lebih baik. Ada
tiga hal yang mempengaruhi capaian ini, yaitu perangkat pembelajaran yang valid,
pelaksanaan metode belajar dan penggunaan media pembelajaran. Boyle (1999:116)
menyatakan bahwa problem based learning
(PBL) adalah suatu pendekatan yang
mengedepankan prinsip student centered learning. Selaras dengan hasil penelitian Hidayah
dan Sugiman (1998) bahwa penggunaan media pembelajaran menunjukkan siswa menjadi
lebih aktif dan pembelajaran yang berlangsung menjadi bermakna. Selain itu kemampuan
pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran Problem Solving (Pujiadi,
2008). Nilai rata-rata hasil belajar siswa/ kemampuan pemecahan masalah di kelas
eksperimen sebesar 76,9 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar
73,2.
http://digilib.unimus.ac.id
19
V. PENUTUP
5. 1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada BAB IV, diperoleh
simpulan sebagai berikut.
1. Dihasilkan perangkat pembelajaran dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL
yang valid. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi silabus, buku siswa,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan tes hasil
belajar (THB).
2. Implementasi metode belajar MURDER bernuansa PBL dengan perangkat pembelajaran
yang sudah dikembangkan pada materi keliling dan luas bangun datar kelas VII efektif.
1.1. Variabel kemampuan pemecahan masalah tuntas
Pembelajaran menggunakan metode belajar MURDER bernuansa PBL mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan rata-rata 76,9 > 73,2 dengan
persentase kelulusan 87,1%.
1.2. Ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
Pengaruh kemahiran proses terhadap kemampuan pemecahan masalah menunjukkan
angka yang signifikan yaitu sebesar 87,1% dengan persamaan regresinya Ŷ = - 19,131 +
1,234 x. Sedangkan pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemacahan masalah
menunjukkan angka yang signifikan pula yaitu sebesar 73,4% dengan persamaan
regresinya Ŷ = - 39,530 + 1,472 x. Secara bersama-sama kemahiran berproses dan
keaktifan berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah menunjukkan angka yang
signifikan pula yaitu sebesar 88,6% dengan persamaan regresi Ŷ = - 30,359 + 0,397x1 +
0,957x2.
1.3. Variabel kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol
Nilai rata-rata hasil belajar siswa / kemampuan pemecahan masalah di kelas eksperimen
sebesar 76,9 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar 73,2.
5.2 Saran
1.
Guru hendaknya dapat menggunakan metode MURDER bernuansa PBL untuk
meningkatkan keaktifan, kemahiran berproses, dan kemampuan pemecahan masalah
khususnya pada materi bangun datar.
http://digilib.unimus.ac.id
20
2.
Guru hendaknya meningkatkan aktivitas siswa dan kemahiran berproses dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan
pencapaian hasil belajar siswa dapat lebih optimal.
3.
Guru hendaknya dalam pembelajaran memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa
untuk menyelesaikan persoalan berbentuk pemecahan masalah.
4.
Perlunya penelitian lebih lanjut untuk materi dan kelas yang berbeda, dan jika
memungkinkan untuk mata pelajaran lain yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, D.H., and L.A. Goodson. 1980. A Comparative Analysis of Models of Instructional
Design. Journal of Instructional Development, 3 (4): 2-16. New York: Springer.
Anwar, K. 2006. Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Turnamen Belajar
Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Matematika pada Siswa SMA. Tesis.
Semarang : PPs Unnes.
Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara.
Barody, A. J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8: Helping
Children Thing Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company.
Besana, G.M., Fries, M., dan Kilibarda, V. 2001. Problem-based Learning in Geometry
Courses: the Impact on Pre-service Teachers dalam PBL Insight, 3(3):1 hlm 3-11.
Boyle, C.R. 1999. A Problem-Based Learning Approach to Teaching Biostatistics.
Mississippi State University dalam Journal of Statistics Education v.7, n.1. Page:
115-127.
Bransford , J., and B.S. Stein. 1993. The IDEAL Problem Solver: A Guide for Improving
Thinking, Learning, and Creativity (2nd ed). New York: W.H. Freeman.
http://digilib.unimus.ac.id
21
Dwijanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komputer terhadap
Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik
Mahasiswa. Disertasi. Bandung: Pascasajana UPI.
Hidayah, I. dan Sugiman. 1998. Pengembangan Model Pengajaran Matematika SD
Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga. Laporan Penelitian Dosen Muda Tahap I.
Semarang: IKIP Semarang (Tidak diterbitkan).
Jonassen, D. H. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving. Educational Technology
Research and Development 48 (4): 63-85. New York: Springer.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Stan-dards for School
Mathematics. Reston, Virginia: NCTM
Polya, G. 1973. How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.
Pugalee, D. K. 2004. Comparison of Verbal and Written Descriptions of Students' Problem
Solving Processes. Educational Studies in Mathematics 55 (1): 27-47. New York:
Springer.
Pujiadi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (Cps)
Berbantuan Cd Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa
Sma Kelas X. Tesis. Semarang: UNNES (Tidak diterbitkan).
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya
dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito.
Ruyan, T. 1992. Pendekatan dalam Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Simamora, 2008 . Buku Ajar Dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta. EGP
Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa
dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Soedjoko, E. 2004. Mengevaluasi Kegiatan Penalaran dan Pemecahan Masalah dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam Konferensi Nasional
Matematika XII, Bali 23 – 27 Juli 2004.
Solso, R. L. 1995. Cognitive Psychology. Needham Heights, M. A. Allyn & Bacon.
Steen, Lynn Arthur. 2001. Revolution by Stealth: Redefining University Mathematics dalam
The Teaching and Learning at University Level. Boston: Kluwer Academic
publisher. Vol VII. Page 303-312
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukestiyarno, YL. 2005. Modul Kuliah SPSS. Semarang : Program Pascasarjana Unnes.
http://digilib.unimus.ac.id
22
, 2010. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Thiagarajan, S. & Semmel, D.S. & Semmel, I.M. 1974. Instructional Development for
Trainning Teachers of Exceptional Children. Bloomington: Indiana University.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
http://digilib.unimus.ac.id
Download