BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya, keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi sumber daya alam hayati jenis flora diantaranya adalah tumbuhan paku. Tumbuhan paku mempunyai beberapa manfaat antara lain, dapat digunakan sebagai sayuran yang dapat dikonsumsi manusia, digunakan sebagai obat, bahkan dijadikan tanaman hias. Tumbuhan paku dapat hidup di tempat yang lembab, umumnya jumlah jenis tumbuhan paku di daerah pegunungan lebih banyak dari pada di dataran rendah. Hal ini disebabkan oleh kelembaban yang tinggi, banyaknya aliran air dan adanya kabut, banyaknya curah hujan pun mempengaruhi jenisnya (Setijati Sastrapradja, 1979:7) Pada lereng selatan Gunung Merapi terutama di daerah Hutan Bebeng, merupakan daerah yang terkena dampak dari letusan gunung berapi. Akibat dari erupsi Merapi ini hutan Bebeng terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah tertutup yang rapat oleh kanopi dan daerah terbuka yang mengalami kerusakan total, seiring berjalannya waktu pada daerah tersebut telah terbentuk vegetasi baru di mana di dalamnya terdapat berbagai jenis tumbuhan dan memiliki variasi tanaman di setiap strata pada berbagai ketinggian yaitu pada ketinggian I (1180-1280 m dpl) dan ketinggian II (1280-1400 m dpl). Hal ini dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang cukup drastis berbeda sehingga mempengaruhi proses pemulihan 1 setelah erupsi Merapi. Pemulihan ini ditunjukkan oleh munculnya beberapa tumbuhan yang dapat hidup pada kondisi kering salah satunya adalah tumbuhan paku. Diketahui penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan paku, maka akan diperoleh sumber informasi yang dapat digunakan bagi peneliti dan pelestarian lingkungan, selain itu kita juga dapat lebih mengetahui potensi yang ada dalam tumbuhan paku-pakuan. Penelitian tumbuhan paku-pakuan dari berbagai aspek telah banyak dilakukan, namun khususnya di Kawasan Hutan Bebeng daerah Cangkringan Sleman Yogyakarata apabila belum dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku-pakuan, sehingga dengan adanya penelitian ini dapat diketahui keanekaragaman tumbuhan paku pada Kawasan Hutan Bebeng, dan apabila sudah pernah dilakukannya penelitian ini maka akan menambah informasi dan kelengkapan data yang bermanfaat bagi peneliti dan yang membacanya. B. Identifikasi Masalah Tumbuhan paku merupakan salah satu obyek yang perlu dikaji. Beberapa permasalahan yang termasuk dalam persoalan ini antara lain : 1. Apa sajakah jenis - jenis tumbuhan paku-pakuan di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ? 2. Bagaimana ketinggian dapat mempengaruhi keanekaragaman dan persebaran jenis tumbuhan paku di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ? 2 3. Bagaimanakah hubungan faktor klimatik dan faktor edafik dengan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Hutan Bebeng pada daerah terbuka dan tertutup ? C. Batasan Masalah Dari berbagai permasalahan yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi hanya tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku tanah yang ada di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada daerah tertutup kanopi dan terbuka dengan berbagai ketinggian yang berbeda yaitu pada ketinggian antara 1180 – 1280 m dpl dan 1280 – 1400 m dpl. D. Rumusan Masalah 1. Jenis tumbuhan paku apa saja yang hidup pada beberapa ketinggian di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ? 2. Bagaimana persebaran jenis-jenis tumbuhan paku tanah pada berbagai ketinggian di daerah terbuka dan tertutup Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ? 3. Berapa indeks keanekaragaman jenis tumbuhan paku tanah di beberapa ketinggian daerah terbuka dan tertutup kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ? 3 E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan paku yang hidup pada beberapa ketinggian di kawasan hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui persebaran jenis tumbuhan paku tanah pada berbagai ketinggian di daerah terbuka dan tertutup Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis tumbuhan paku tanah di beberapa ketinggian daerah terbuka dan tertutup Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun bagi masyarakat. Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan : 1. Memberi informasi tambahan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku di di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 2. Menambah pengetahuan peneliti dan masyarakat tentang keanekaragaman paku-pakuan di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada ketinggian yang bebeda. 3. Menambah wawasan masyarakat tentang manfaat paku-pakuan untuk kehidupan sehari-hari. 4 G. Batasan Operasional 1. Keanekaragaman jenis adalah variasi jenis di dalam suatu daerah (Sudarsono dkk, 2005:6). Keanekaragaman pada penelitian dilihat dari kemunculan vegetasi tumbuhan paku, dominasi, dan indeks diversitas. Variasi jenis yang dimaksud adalah tumbuhan paku tanah di Hutan Bebeng daerah Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 2. Pteridophyta adalah tumbuhan paku-pakuan, merupakan divisi yang warganya telah jelas memiliki kormus, artinya tubuhnya nyata dapat dibedakan dalam 3 bagian pokok, yaitu akar batang dan daun. (Gembong Tjitrosoepomo, 1993:29) 3. Paku tanah (teresstrial) adalah jenis tumbuhan paku yang hidup teresstrial. (Gembong Tjitrosoepomo, 1993:220) 4. Kawasan Hutan Bebeng adalah kawasan daerah sekitar lereng Merapi sebelah selatan yang daerahnya terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah tertutup kanopi/rapat dan daerah terbuka dengan kerusakan total, pada daerah ini banyak dihuni oleh berbagai vegetasi tanaman yang berbeda-beda. 5. Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas dengan persamaan Shanon-Wiener dalam odum yaitu: H’ : ∑ P log P dimana J 6. Perbedaan ketinggian I antara 1180-1280 m dpl dan ketinggian II antara 12801400 sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman dan persebaran tumbuhan paku di Kawasan Hutan Bebeng. 5