Pendidikan Biologi Volume 5, Nomor 1 Halaman 96-103 Januari 2013 PENINGKATAN AKTIVITAS SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DISERTAI VIDEO DI KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN INCREASING SOCIAL ACTIVITIES OF STUDENT IN BIOLOGY LEARNING THROUGH IMPLEMENTING STAD LEARNING MODEL WITH VIDEO ASSISTED IN CLASS VII SMP NEGERI 1 JATEN Achrudin1), Sajidan2), Meti Indrowati3) 1) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected] Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected] 3) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected] 2) ABSTRACT – The objective of the research is to improve social activities of students in biology learning through implementing STAD learning model with video assisted. This study was a classroom action research which was carried out in two cycles. Each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. Subjects were students of class VII-F SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar in the academic year 2011/2012. Data was obtained through observation, questionnaires, and interviews. Then, data was analyzed by using descriptive analysis technique and was validated by using triangulation technique. The results showed that the implementation of STAD learning model with video assisted could enhance social activities of students in biology learning. The increase average value of student’s social activities achievements based on observation after the first cycle was 6.61%, then it reached 4.91% for the second cycle. However, the final achievement gained 67.26%. Based on these results, it could be concluded that implementing STAD learning model with video assisted could enhance social activities of students in biology learning class of VII-F in SMP Negeri 1 Jaten Keywords: cooperative learning, STAD, video assisted, student’s social activities 34,37% setelah diadakan remidial. Pada PENDAHULUAN Usaha sudah ulangan harian ke dua, hanya 28,12% menggunakan metode dan strategi secara siswa, dan 0% untuk ulangan tengah variatif dalam pembelajaran biologi di semester. Peneliti akhirnya menyimpulkan kelas Jaten bahwa salah satu permasalahan yang mampu diduga berpengaruh terhadap hal itu VII-F guru SMP Karanganyar ternyata mengantarkan siswa yang Negeri 1 belum mendapat hasil adalah aktivitas sosial siswa dalam belajar yang baik. Pada ulangan harian pembelajaran. Hasil observasi lanjutan pertama, jumlah siswa yang mencapai dengan menggunakan indikator dimensi Kriteria Ketuntasan Minimal (73) hanya keterampilan sebanyak 15,62% dan meningkat menjadi dalam sosial aktivitas yang sosial dijabarkan siswa dalam Achrudin – Peningkatan Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran 97 pembelajaran biologi menunjukkan bahwa tentang hubungan antara keterampilan aktivitas sosial siswa dapat dinilai masih sosial dan kemampuan akademik dari kurang. masa Aktivitas-aktivitas yang ke masa secara konsisten menunjukan hubungan dengan teman menunjukan bahwa kedua faktor saling sebaya (peer relation) dipersentasekan mempengaruhi satu sama lain (Welsh, sebesar 50.26%, manajemen diri (self- 2001). Siswa dengan keterampilan sosial management) yang baik memilki kemampuan akademik kemampuan sebesar 60.94%, akademis (academic competence) sebesar 57.75%, kepatuhan (compliance) perilaku sebesar asertif 57.99%, (assertion) dan sebesar 51.74%. jenis Caldarella dan Merrell (1997) dalam Raimundo, dkk. (2012) dan juga Gresham, Sugai, dan Horner (2000) dalam Bremer dan Smith (2004) mengemukakan Aktivitas sosial siswa sebagai salah satu yang lebih baik pula. aktivitas peserta bahwa keterampilan sosial terdiri dari didik lima dimensi pokok, yaitu hubungan merupakan hal yang sangat penting dan dengan teman sebaya (peer relation), perlu diperhatikan oleh guru agar proses manajemen belajar mendapat hasil yang optimal. kemampuan Aktivitas sosial membentuk keterampilan competence), sosial (social skill) yang penting bagi dan perilaku asertif (assertion). diri (self-management), akademis kepatuhan (academic (compliance), siswa untuk dapat belajar di lingkungan Peneliti bersepakat dengan guru sosial sekolah maupun menyesuaikan diri untuk meningkatkan aktivitas sosial siswa di lingkungan masyarakat sehari-hari. Hal dalam ini selaras dengan tujuan mata pelajaran menerapkan IPA di tingkat SMP bahwa keterampilan kooperatif tipe STAD berbantuan media sosial perlu dimiliki sebagai pengiring video. Model pembelajaran merupakan bagi siswa dalam mengembangkan rasa salah satu pendekatan dalam rangka ingin tahu dan kesadaran terhadap adanya mensiasati perubahan perilaku siswa. hubungan yang saling mempengaruhi pembelajaran model Pembelajaran biologi dengan pembelajaran kooperatif adalah antara IPA, lingkungan, teknologi, dan pembelajaran yang mengutamakan kerja masyarakat. sama dan saling membantu antar anggota Keterampilan sosial juga memiliki dalam satu kelompok untuk memecahkan pengaruh terhadap kemampuan akademik masalah yang dihadapi. Dalam siswa secara timbal balik. Hasil penelitian pembelajaran kooperatif, siswa terlibat 98 Pendidikan Biologi Vol. 5, No. 1, 96-103 aktif pada proses pembelajaran sehingga Penelitian berlangsung dalam 2 memberikan dampak positif terhadap siklus. Setiap siklus terdiri dari langkah- kualitas interaksi dan komunikasi yang langkah berikut: (1) perencanaan, (2) berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk pelaksanaan meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, pengamatan terhadap tindak pembelajaran 2009). dan dampaknya, serta (4) refleksi terhadap Siswa yang mengikuti pembelajaran tindak pembelajaran, (3) tindak pembelajaran yang telah dilakukan. kooperatif didisain bisa belajar lebih Data penelitian diperoleh melalui banyak dari temannya dari pada dalam observasi, kuesioner, dan wawancara. Data kelompok tradisional. Dalam kaitannya kemudian dianalisis menggunakan teknik dengan masalah yang telah dipaparkan, analisis deskriptif dan divalidasi dengan diharapkan menggunakan teknik triangulasi. siswa-siswa yang menunjukkan aktivitas soial yang rendah Pada siklus I, dibantu oleh siswa-siswa yang lain. Siswa pembelajaran juga diarahkan memiliki kesadaran untuk disesuaikan dengan tahapan pembelajaran berpartisipasi dalam kelompok, sehingga STAD yang meliputi penyajian materi, memicu untuk terlibat aktif. Guru akan kerja terbantu dalam meningkatkan aktivitas penghitungan sosial siswa meski waktu yang dimiliki individu, dan penghargaan kelompok. terbatas. Media video digunakan pada yang langkah-langkah dilakukan kelompok, Target skor tes guru individu, perkembangan penelitian ini adalah tahap penyajian materi dan tahap kegiatan ketercapaian aktivitas sosial siswa dalam kelompok untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD. keterampilan sosial menurut Caldarella METODE PENELITIAN dan Merrell (1997) dalam Raimundo, dkk. berdasar dimensi Di dalam penelitian ini, peneliti (2012) dan juga Gresham, Sugai, dan menggunakan model Penelitian Tindakan Horner (2000) dalam Bremer dan Smith Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini (2004) yang dinyatakan dalam persentase. dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jaten, Jalan Lawu-Jaten Km.7, Kecamatan Target penelitian berupa presentase Jaten, ketercapaian disusun oleh peneliti dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa guru dengan memperhatikan kondisi awal Tengah. Subyek penelitian penelitian ini kelas yang dijadikan subjek penelitian dan adalah 32 orang siswa kelas VII-F memperhatikan pembagian waktu dalam semester genap tahun ajaran 2011/2012. silabus pembelajaran yang telah ditetapkan Achrudin – Peningkatan Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran 99 sekolah. Adapun target dalam penelitian 2. disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Keberhasilan Aktivitas 3. Sosial Siswa No Dimensi 1. Hubungan dengan teman sebaya (peer relation) Manajemen diri (selfmanagement) Kemampuan akademis (academic competence) Kepatuhan (compliance) Perilaku asertif (assertion) 2. 3. 4. 5. Hasil Target Observasi Capaian Awal 50.26% 65% 4. 5. relation) Manajemen diri (selfmanagement) Kemampuan akademis (academic competence) Kepatuhan (compliance) Perilaku asertif (assertion) Total Rata-rata 65% 57.75% 65% 57.99% 65% 51.74% 65% 65.74 69.68 51.74 54.51 61.11 278.67 55.73 311.75 62.35 336.28 67.26 telah dilaksanakan maka dapat diketahui kooperatif tipe STAD berbantuan media video dapat meningkatkan aktivitas sosial dalam pembelajaran Data hasil pembelajaran kegiatan Perbandingan Skor Capaian Indikator Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran pada Observasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ditunjukkan observasi Tabel 3. Siklus II 64.97 selama hasil proses Perbandingan Skor Capaian Indikator Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran pada Kuesioner Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Capaian (%) No Dimensi 1. Hubungan dengan teman sebaya (peer relation) Manajemen Capaian (%) Siklus I 60.03 oleh pembelajaran dan kuesioner siswa. dalam Tabel 2. Prasiklus 50.26 biologi. Peningkatan aktivitas sosial siswa dalam observasi secara keseluruhan ditunjukkan Hubungan dengan teman sebaya (peer 57.99 bahwa melalui penerapan pembelajaran observasi. 1. 67.71 Berdasarkan hasil penelitian yang pembelajaran yang hasilnya dituliskan Dimensi 62.62 Tabel 3. terhadap aktivitas sosial siswa dalam No 57.75 pada prasiklus, siklus I dan II terlihat pada Observasi secara khusus dilakukan Tabel 2. 72.81 dalam pembelajaran untuk setiap dimensi HASIL DAN PEMBAHASAN lembar 68.85 Hasil kuesioner aktivitas sosial siswa 60.94% siswa pada 60.94 2. Prasiklus 60.81 Siklus I 72.79 Siklus II 75.78 63.75 68.65 72.08 100 Pendidikan Biologi Vol. 5, No. 1, 96-103 diri (selfmanagement) Kemampuan akademis (academic competence) Kepatuhan (compliance) Perilaku asertif (assertion) Total Rata-rata 3. 4. 5. ini 55.21 65.51 71.06 47.57 57.99 66.67 sosial siswa dalam pembelajaran dengan 285.21 57.04 329.40 65.88 355.50 71.10 capaian skor berdasar hasil observasi dimensi Caldarella dan Sugai, (2012) dan yang Merrell dan Horner juga dalam Bremer dan Smith (2004) yaitu hubungan dengan sebaya (peer relation), manajemen diri (self-management), akademis (academic kemampuan competence), kepatuhan (compliance), dan perilaku Model pembelajaran kooperatif tipe yang dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas sosial siswa akan berjalan optimal jika dalam pelaksanaannya memenuhi lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu adanya saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap pada siklus I telah meningkatkan aktivitas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6,61%. Indikator aktivitas sosial siswa yang belum banyak meningkat pada tindakan pertama adalah kemampuan berbicara dengan intonasi dan volume yang tepat, tinggal dan bekerja dengan kelompok menanggapi sendiri, humor, memulai bekerja atau dalam kelompok tanpa menggangu anggota yang lain, tinggal dan bekerja dengan kelompok sendiri, tidak mempelajari mata pelajaran lain saat mengikuti mata pelajaran IPA, menawarkan diri untuk menjelaskan atau mengklarifikasi, menerima orang lain tanpa membeda-bedakan, tidak mencontek asertif (assertion), masih kurang. STAD pembelajaran 69.91 lima Raimundo Gresham, model 64.47 masih kurang. Aktivitas sosial siswa dalam pelaksanaan tindakan. 57.87 aktivitas sosial siswa dalam pembelajaran dikemukakan dalam kooperatif tipe STAD berbantuan video pemberian tindakan menunjukkan bahwa dari diperhatian Penerapan Hasil kegiatan observasi sebelum ditinjau senantiasa muka, komunikasi antaranggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2010). Unsur-unsur dalam kuis. Setelah dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan tindakan ke II, hasil capaian skor aktivitas sosial siswa dalam siklus II menjadi lebih baik. Kenaikan skor aktivitas sosial siswa sebesar 4,91% sehingga capaian akhir skor aktivitas sosial siswa dalam pembelajaran pada siklus II sebesar 67,26%. Hasil penelitian yang diperoleh dari dua kali tindakan masih belum mencapai target yang ditentukan yaitu 75%. Achrudin – Peningkatan Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran 101 Menurut hemat peneliti, penyajian materi degan disertai media video meningkatkan kerja kelompok. Dari awal penerapan tindakan, kelompok telah meningkatkan perhatian siswa. Penelitian disusun secara heterogen. Tugas kelompok yang dilakukan oleh Gonzalez-Espada pada tindakan siklus I berupa diskusi dan (2009) berhasil mengungkapkan bahwa tugas proyek terkendala pada dominasi penggunaan media pada kelas sains (IPA) personil dan kurangnya komunikasi serta dapat meningkatkan minat siswa pada tanggung sains. Hal ini juga diungkapkan oleh kelompok. Karena itu pada tindakan kedua Arsyad (2007) bahwa dapat melengkapi guru meningkatkan pemantauan terhadap pengalaman-pengalaman perkembangan masing-masing kelompok ketika mereka dasar membaca, siswa berdiskusi, jawab individu anggota dalam melaksanakan tugasnya. praktek, dan lain-lain, serta merupakan Menurut Sugiyanto (2009), pada saat pengganti alam sekitar. Siswa secara pembelajaran kooperatif berlangsung, guru positif dan antusias mengikuti dalam seharusnya terus melakukan pemantauan pembelajaran sains dengan menggunakan melalui media. Siswa dapat melihat konsep-konsep intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sains dari sudut pandang yangbaru yang sama antar anggota kelompok. Hasil akhir lebih menarik. Bentuk penyajian populer yang masih kurang, hal ini dimungkinkan dan pemantauan riil yang pembelajaran dibawa menjadikan oleh siswa media lebih observasi pada dan melakukan siswa-siswa yang berkebutuhan khusus belum dilakukan. memahami konsep. Berbekal ketertarikan Hal dan minatsiswa terhadap penyajian materi (2009), tindak pendampingan kelompok pembelajaran sangat membantu dalam secara merata tidak sesuai untuk siswa keberhasilan belajarnya. Pada tindakan yang siklus I media terbatas pada penyajian Penakanan dan pendampingan kepada materi. Untuk meningkatkan kemanfaatan individu berkebutuhan khusus tetap harus sarana video dan presentasi yang ada, pada ada dalam proses pembelajaran. tindakan siklus II media juga digunakan dalam memberi ilustrasi kegiatan diskusi. ini diungkapkan memerlukan oleh Indrawati perhatian khusus. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sosial siswa dalam Proses belajar kelompok dipengaruhi pembelajaran senantiasa meningkat dari oleh komposisi kelompok dan jenis tugas siklus I hingga siklus II dan mencapai kelompok. target penelitian yang ditetapkan. Capaian Sesuai pendapat Maisaroh (2004) bahwa kelompok yang heterogen penelitian ini menunjukkan bahwa 102 Pendidikan Biologi Vol. 5, No. 1, 96-103 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media video pada penelitian yang dilaksanakan mampu meningkatkan aktivitas sosial siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII-F SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas sosial siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII-F SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan dengan penerapan model Diperoleh 12 Februari 2012, dari http://www1.umn.edu/ohr/prod/grou ps/ohr/@pub/@ohr/documents/asset/ ohr_89185.pdf. Moleong, L.J., (2009). Metodologi Peneilitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslikhah. (2010). Pembelajaran Biologi Menggunakan Model STAD dengan Media Cetak (LKS) dan Video Ditinjau dari Gaya Berpikir dan Interaksi Sosial Siswa. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. pembelajaran STAD berbantuan media video. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Bremer, C.D. & Smith, J. (2004). Teaching Social Skills. National Center on Secondary Education and Transition Information Brief, 3 (5), 1-6. Diperoleh 30 Maret 2012, dari www.ncset.org. Hamalik, O. (2008). Belajar dan Teori Belajar. Jakarta: Bumi Aksara. Raimundo, R., Carapito, E., Pereira, A.I., Pinto, A.M., Lima, M.L., & Ribeiro, M.T. (2012). School Social Behavior Scales: an Adaptation Study of the Portuguese Version of the Social Competence Scale from SSBS-2. The Spanish Journal of Psychology, 15 (3), 1473-1484. Diperoleh 18 April 2012, dari http://dx.doi.org/10.5209/rev_SJOP. 2012.v15.n3.39431. Republik Indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Diperoleh 23 April 2012, dari http://akhmadsudrajat. files.wordpress.com/2009/04/permen diknas-no-22-tahun-2006.pdf Learning. Slameto. (2003). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: PT Grafindo. Sugiyanto. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Macpherson, A. Cooperative Learning Group Activities for College Courses: A Guide for Instructors. Sulistiyah, E., Noer, dan Sumilih, G. (2011). Meningkatkan Keaktifan dan Isjoni. (2009). Cooperative Bandung: Alfabeta. Achrudin – Peningkatan Aktivitas Sosial Siswa dalam Pembelajaran 103 Keterampilan Siswa dalam Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Student Teams Achievement Division (STAD). Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Decentralized Basic Education 3, Vol. Khusus (1), 15-24. Welsh, M., Parke, R.D., Widaman, K., & O’Neil, R. (2001). Linkages Between Children’s Social and Academic Competence: A Longitudinal Analysis. Journal of School Psychology, 39 (6), 463–481. Diperoleh 6 Agustus 2012, dari http://psychology.ucdavis.edu/labs/w idaman/mypdfs/wid105.pdf. Widjanarko, M. (2011). Konsultasi Psikologi Perilaku Asertif. Diperoleh 7 Maret 2012, dari http://psikologi.umk.ac.id/2011/02/k onsultasi-psikologi-perilakuasertif.html.