Agama Islam - Yunita Martha Irine

advertisement
Agama islam
Sesi 10
start
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Anggota Kelompok:
Bakti gunawan - 201231106
hammad Yamin - 201331121
Hapid Kurniadi - 201381134
Hanifah Winda Eka Putri
201251011
Yunita Martha Irine
201358021
2
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
KONSEP TUHAN DAN ALAM DALAM
menurut pandangan Islam
ISLAM
Konsep Tuhan
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada
dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah
(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan
sebagai ilah.
Seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman
dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah
memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban
atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus
terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat,
3
juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Konsep Alam Semesta menurut pandangan Islam
Al Qur’an dapati kesimpulan yang cukup besar peluang kebenarannya bahwa
sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya
mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an.
Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor
pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir
rahasianya oleh manusia. Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai
“cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya
sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut
terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya
guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
4
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian
antara konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu
pengetahuan) modern. Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam
semesta ini masih berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah.
Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari
pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk
milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini.
Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace
dari Perancis dan Immanue Kant dari Jerman. Meskipun demikian, ratusan tahun
sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-Qur'an telah menyebutkan secara
gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat 30, dan Surat Fushillat
ayat 9 - 12
6
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Konsep Tuhan di Dalam Filsafat Islam
Berbicara tentang ketuhanan, berarti membicarakan sebuah konsep yang menjadi
salah satu cabang filsafat yang umurnya seumur peradaban manusia itu sendiri. Dari
sudut pandang Islam, sendirinya wacana ketuhanan adalah salah sebuah cabang
keilmuan tersendiri. Al-Qur’an menyebut kata ‘Allah’ sebanyak 2072 kali. Ini sekiranya
sudah cukup menjadi bukti bahwa eksistensi Tuhan di dalam Islam terbukti. Maka
tersebutlah nama Abu Nasr ibn al Farakh al Farabi dan Abu ‘Ali al Husain
ibn’Abdullah ibn Sina. Kedua Filsuf Neo-Platonism memang sedikit unik, karena
meskipun secara tidak langsung namun mereka berdua mempunyai hubungan ‘murid
dan guru’. Al Farabi (260-339 H/ 873-950 M) adalah salah seorang filsuf Muslim yang
mengasimilasi konsep ketuhanan Aristoteles, dan barulah sekitar satu abad
berikutnya Ibnu Sina (370-428 H/ 980-1037 M) datang dengan konsep yang
mengasimilasi lebih jauh filsafat Aristoteles, sekaligus menyempurnakan karya al
Farabi.
7
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
Konsep Ketuhanan al Farabi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas,
bahwasanya al Farabi adalah salah
seorang filsuf Neo-Platonism. Konon,
dengan hadirnya al Farabi, jadilah dirinya
Filsuf pertama yang membangun NeoPlatonism di dunia Islam. Tuhan, menurut
al Farabi baginya Allah adalah sebab
pertama bagi segala sesuatu di dunia ini (al
Maujud al Awwal). Bagi al Farabi, segala
sesuatu yang bersifat ada di dunia ini
hanya ada dua; Wajib al wujud (Allah) dan
mumkin al wujud (Alam Semesta). Maka
sebelum kita beranjak lebih jauh untuk
memahami
konsep
Wajib
al
wujud dan mumkin al wujud, kiranya kita
untuk memahami teori gerak Aristoteles
yang menjadi dasar argumen ketuhanan al
Farabi.
pembahasan
Konsep Ketuhanan IBNU
SINAsebagai salah seorang yang juga
Ibnu Sina,
dipengaruhi Neo-Platonism lewat tangan al
Farabi secara umum tidak jauh beda.
Eksistensi Tuhan dibuktikan dengan
pendekatan ontologis sebagaimana telah
dipaparkan oleh al Farabi. Ibnu Sina,
perihal
argumen
ketuhanannya
menyampaikan
sebagaimana
berikut, “Sesungguhnya sebab (‘illah) atas
tidak ada (‘adam)-nya sesuatu adalah
sebab ketiadaan atas ada-(wujud)-nya itu.
Sedangkan sebab adanya sesuatu adalah
perihal yang mewajibkan daripadanya
wujud.” Di sini Ibnu Sina mengawali
pendapatnya dengan sebuah kelaziman
betapa setiap
yang ada wajiblah
daripadanya sebab yang menjadikan ada
itu ada.
8
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Tuhan dalam pandangan al Farabi dan Ibnu Sina secara umum kita dapati
merupakan
asimilasi
dari
filsafat
ketuhanan
yang
berusaha
mempertemukan antara teori Aristoteles dan Neo-Platonism. Yang mana
menekankan pada satu Wujud atau Sumber Utama yang darinya alam
semesta tercipta secara sedemikian rupa sehingga tidak merusak kesatuan
mutlak Sang Mahatunggal tersebut. Di sini, sebagai salah satu wacana
intelktual Islam, al Farabi dan Ibnu Sina berupaya mengadaptasi dan
mengasimilasi konsep-konsep yang adadi dunia Filsafat Yunani Kuno,
mengoreksinya, serta mengklasifikasi konsep-konsep filsafat yang cocok
dengan Islam.
9
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Konsep Alam di Dalam Filsafat Islam
Al-Ghazali merupakan tokoh penentang filsafat Islam. Oliver Leaman dalam Pengantar
Filsafat Islam menulis bahwa Al-Ghazali seringkali menyerang para filsuf dengan dasar argumen
yang mereka pergunakan sendiri, sambil menyampaikan pendapatnya secara filosofis dengan
menyatakan bahwa tesis-tesis utama mereka adalah tidak benar dilihat dari sudut-sudut dasar
logika itu sendiri.
Sebagai contoh, dalam bukunya The Incoherence of the philosophers (Tahafut alFalasifah), Al-Ghazali membentangkan dua puluh pernyataan yang ia coba buktikan kesalahannya.
Tujuh belas di antaranya menimbulkan bid’ah karena dianggap menyimpang dari ajaran yang asli,
yakni Alquran. Dan, tiga di antaranya benar-benar membuktikan apa yang ia kategorikan sebagai
orang yang tidak beriman, bahkan dengan tuduhan yang lebih berat lagi.
Salah satu filsuf Muslim yang mendapat kritikan dari Al-Ghazali adalah Ibnu Rusyd.
Menurut Leaman, silang pendapat antara Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd sangat menarik karena
argumen-argumen yang disampaikan oleh keduanya selalu melahirkan masalah-masalah khusus
yang bersifat kontroversial. Contohnya adalah perdebatan Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd tentang
penciptaan alam.
10
ANGGOTA KELOMPOK
Konsep Alam Al Ghazali
Tentang penciptaan alam, Al-Ghazali
mempunyai konsep yang sangat berbeda
dari konsepsi yang dimiliki para filsuf
Muslim. Para filsuf Muslim, termasuk Ibnu
Rusyd, berpendapat bahwa alam itu qadim,
yakni tidak bermula dan tidak pernah ada.
Sementara
itu,
Al-Ghazali
berpikir
sebaliknya.
Bagi Al-Ghazali, bila alam itu
dikatakan
qadim,
mustahil
dapat
dibayangkan bahwa alam itu diciptakan
oleh Tuhan. Jadi paham qadim-nya alam
membawa kepada simpulan bahwa alam itu
ada dengan sendirinya, tidak diciptakan
Tuhan. Dan, ini berarti bertentangan
dengan ajaran Alquran yang jelas
menyatakan
bahwa
Tuhanlah
yang
menciptakan segenap alam (langit, bumi,
dan segala isinya).
Agama
Islam
pembahasan
Konsep Alam Ibnu Rusyd
Dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali
terhadap paham qadim-nya alam, Ibnu Rusyd
menegaskan bahwa paham itu tidak
bertentangan dengan ajaran Alquran. Bahkan
sebaliknya, pendapat para teolog yang
mengatakan bahwa alam diciptakan Tuhan
dari tiada, justru tidak mempunyai dasar dalam
Alquran.
Menurut Ibnu Rusyd, dari ayatayat Alquran (QS 11: 7; QS 41: 11; dan QS 21:
30) dapat diambil simpulan bahwa alam
diciptakan Tuhan bukanlah dari tiada, tapi dari
sesuatu yang telah ada. Ia mengungkapkan
hal ini dalam kitabnya Tahafut Tahafut alFalasifah (Kehancuran bagi Orang yang
Menghancurkan Filsafat). Selain itu, ia
mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam
tidaklah harus membawa kepada pengertian
bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau
11
dijadikan oleh Tuhan
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
Konsep Alam Al Farabi
Salah satu filsafat al-Farabi adalah teori emanasi yang di dapatnya dari teori Plotinus apabila
terdapat satu zat yang kedua sesudah zat yang pertama, maka zat yang kedua ini adalah sinar
yang keluar dari yang pertama. Sedang Ia (Yang Esa) adalah diam, sebagaimana keluarnya
sinar yang berkilauan dari matahari, sedang matahari ini diam. Selama yang pertama ini ada,
maka semua makhluk terjadi dari zat-Nya.
Oleh sebab itu, filsafat al-Farabi ini mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak
bisa timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha-Satu, tidak berobah, jauh dari materi, jauh dari
arti banyak, Maha Sempurna dan tidak berhajat pada apapun. Kalau demikian hakekat Tuhan,
bagaimana terjadinya alam materi yang banyak ini dari Yang Maha Satu? Menurut al-Farabi
alam ini terjadi dengan cara emanasi.
Persoalan di atas, adalah sebuah rasa penasaran dari al-Farabi karena ia menemui
kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya banyak (alam) yang bersifat materi dari
Yang Maha Esa (Allah) jauh dari arti materi dan Mahasempurna.
12
ANGGOTA KELOMPOK
Agama
Islam
pembahasan
LANJUTAN ...
Di dalam doktrin ortodoks Islam (al-mutakallimin), Allah adalah pencipta, yang menciptakan
dari tiada menjadi ada. Al-Farabi dan para filosof Muslim lainnya mencoba untuk
mengIslamkan doktrin ini.
Dengan demikian, Tuhan yang dianggap penggerak Aristoles menjadi Allah Pencipta, yang
menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara pancaran. Dalam arti, Allah
menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal dari energi yang qadim, sedangkan
susunan materi yang menjadi alam adalah baharu. Sebab itu, menurut filosof Muslim, Kun
(jadilah) Allah yang termaktub dalam al-Qur’an ditujukan kepada Syai (sesuatu) bukan kepada
La syai’ (nihil).
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Surat Yasin ayat 82. ”Sesungguhnya segala urusanNya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah
ia.”
13
TERIMAKASIH…
Download