perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN MACROMEDIA FLASH
PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X
SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN AJARAN
2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
OKTY IHWANTI
X 3307029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN MACROMEDIA FLASH
PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X
SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN AJARAN
2011/2012
Oleh:
OKTY IHWANTI
X 3307029
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mengetahui,
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
Tanggal
commit to user
iv
: Jum’at
: 16 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Okty Ihwanti
NIM
: X3307029
Jurusan/ Prodi
: P. MIPA/P. Kimia
Fakultas
: FKIP
Judul Penelitian
: Studi Komparasi Media CD Interaktif dengan Macromedia Flash
pada Metode Think-pair-Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X Semester I SMA
Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2011/2012.
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar hasil karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan Kode Etik
Ilmiah.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Okty Ihwanti. X3307029. STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN
MACROMEDIA FLASH PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X
SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret. Desember. 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Prestasi belajar siswa pada
penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode
Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri
1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012”.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian
”Randomized Pretest Posttest Comparison Group Design”. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X-C dan X-E di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga yang
diambil dengan teknik cluster random sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan tes
kognitif dan angket afektif. Teknik analisis data menggunakan Uji t-pihak kanan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada
materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten
Purbalingga tahun ajaran 2011/2012 menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai
CD interaktif lebih tinggi daripada menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai
macromedia flash. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata selisih prestasi kognitif siswa kelas
eksperimen I (CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas eksperimen II
(macromedia flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)) masing-masing sebesar 19,03
dan 13,57. Rata-rata prestasi afektif siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
masing-masing sebesar 79,53 dan 77,03. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan uji t-pihak kanan diperoleh thitung = 1,852 > ttabel = 1,645 untuk prestasi
belajar kognitif dan t hitung = 1,769> ttabel = 1,645 untuk prestasi belajar afektif dengan taraf
signifikansi 5%.
Kata kunci : Studi komparasi, CD interaktif, macromedia flash, metode Think-Pair-Share
(TPS), struktur atom, prestasi belajar
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Okty Ihwanti. X3307029. A COMPARATIVE STUDY BETWEEN INTERACTIVE CD
AND MACROMEDIA FLASH ON THINK-PAIR-SHARE (TPS) METHOD TO THE
STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ON THE MAIN MATERIAL OF ATOMIC
STRUCTURE AT THE X GRADE OF FIRST SEMESTER OF SMA NEGERI 1
BOBOTSARI, PURBALINGGA REGENCY IN ACADEMIC YEAR OF 2011/2012.
Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University.
Desember. 2011.
The aim of this research is to know “the students learning achievement using
interactive CD is higher than the macromedia flash on Think-Pair-Share (TPS) method in
Atomic Structure at the X grade of the first semester of SMA Negeri 1 Bobotsari
Purbalingga regency in academic year of 2011/2012”.
This research used an experimental method with “Randomized Pretest Posttest
Comparison Group Design”. The sample of this research are the students on classX-C and
X-E of SMAN 1 Bobotsari, Purbalingga Regency.The sampling technique used was cluster
random sampling technique. The data is collected by using cognitif test and affective
questionnaire. Technique of analyzing the data used “t-test right side”.
Based on the result of the research, it can be concluded that the students learning
achievement in Atomic Structure main material at the X grade of first semester of SMA
Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga regency in academic year 2011/2012 using interactive CD
on Think-Pair-Share (TPS) method is higher than the students learning achievement that
macromedia flash on Think-Pair-Share (TPS) method. This is shown by the differences
between students mean score of experiment class I (interactive CD on Think-Pair-Share
(TPS) method) and the students mean score of experiment class II (Think-Pair-Share (TPS)
with macromedia flash). That got 19,03 dan 13,57 for each. The affective achievement the
differences of between experiment class I and experiment class II is about 79,53 dan 77,03.
Whereas based on the result of t-test right side, it shows tcount = 1,852 > ttable = 1,645 for the
cognitive learning achievement and tcount= 1,769> ttable = 1,645 for the affective of learning
achievement with significance level is 5%.
Key word: Comparative study, interactive CD, macromedia flash, Think-Pair-Share (TPS)
method, atomic structure, achievement learning
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Ketika Kumohon Kekuatan
Allah Memberiku Kesukaran Agar Aku Menjadi Kuat
Ketika Kumohon Kebijaksanaan
Allah Memberiku Masalah Untuk Dipecahkan
Ketika Kumohon Sebuah Cinta
Allah Memberiku Orang-Orang Bermasalah Untuk Kutolong
Ketika Kumohon Petunjuk
Allah Memberiku Kesempatan
Aku Tak Pernah Memperoleh Apa Yang Aku Inginkan
Tetapi Aku Menerima Apa Yang Aku Butuhkan
Apa Yang Diberikan Oleh Allah, Itulah Yang Terbaik!
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sebuah persembahan terindah untuk:

Bapak, Ibu serta kamasku tercinta yang senantiasa
memberikan dukungan, kasih sayang dan do’a restu
yang tulus (__maaf mungkin selama ini sering
mengecewakan__)

Sahabatku (ya2, Selly, dephy, pi2, eni & erni) yang
selalu memberiku semangat.

Class of 2007 makasih atas persahabatannya selama
ini.

Bapak ibu Suparlan dan mb dian yang selalu
memotivasiku.

Warga Bashiroh (Injani, Inchen, Desi, Pandan,
Dephita, Cindra, Puji, Nita) thanks buat segalanya.

Almamaterku..
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat,
nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, M.Si, P.hD selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui
permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang telah
memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini dan selaku Penguji II yang telah
memberikan masukan dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan
kebijaksanaan, kesabaran, bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Nanik Dwi N, S.Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah pula memberikan
kebijaksanaan, kesabaran, bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Sugiharto, Apt. MS selaku Penguji I yang telah memberikan masukan dan
evaluasi dalam penulisan skripsi ini.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak Drs. Djumadi, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bobotsari yang telah
memberikan izin serta fasilitas selama penulis mengadakan penelitian di SMA Negeri 1
Bobotsari.
8. Bapak Drs. Murdjito selaku guru kimia SMA Negeri 1 Bobotsari yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas X-C dan X-E di SMA Negeri 1 Bobotsari. Terima kasih atas bantuan
dan kerjasamanya.
10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Kimia’07.
11. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari
kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, Desember 2011
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………...……
i
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………………
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
iv
PERNYATAAN………………………………………………………………...
v
ABSTRAK………………………………………………………………...……
vi
ABSTRACT…………………………………………………………………….
vii
MOTTO………………………………………………………………………...
viii
PERSEMBAHAN………………………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...
xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...
xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...
xvii
BAB 1
BAB II
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah………………………………………..
1
B.
Identifikasi Masalah……………………………………………
5
C.
Pembatasan Masalah…………………………………...………
5
D.
Rumusan Masalah……………………………………...………
6
E.
Tujuan Penelitian……………………………………………….
6
F.
Manfaat Penelitian……………………………………...………
6
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Hakikat Pembelajaran Kimia……………………………...
8
2.
Studi Komparasi…………………………………………...
10
3.
Metode Think-Pair-Share (TPS)…………………………..
11
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
4.
BAB III
BAB IV
digilib.uns.ac.id
Media Pembelajaran……………………………………….
13
a.
CD Interaktif………………………………………….
15
b.
Macromedia Flash……………………………………
17
5.
Prestasi Belajar…………………………………………….
19
6.
Pokok Bahasan Struktur Atom…………………………….
21
B.
Kerangka Pemikiran……………………………………………
42
C.
Hipotesis……………………………………………………….
43
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….
44
B.
Metode Penelitian………………………………………………
45
C.
Populasi dan Sampel…………………………………….……..
46
D.
Teknik Pengumpulan Data……………………………….…….
46
E.
Instrumen Penelitian……………………………………………
46
F.
Teknik Analisis Data
1.
Uji Prasyarat…………………………………………….....
54
2.
Uji Hipotesis………………………………………………
56
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Data………………………………………………….
B.
Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
C.
D.
58
1.
Uji Normalitas……………………………………………..
61
2.
Uji Homogenitas………………………………………..…
62
Hasil Pengujian Hipotesis
1.
Hasil Uji t-Pihak Kanan…………………………………...
63
2.
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian……………………...
63
Pembahasan…………………………………………………….
64
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………..
71
B.
Implikasi………………………………………………………
71
C.
Saran……………………………………………………………
71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
73
LAMPIRAN…………………………………………………………………….
76
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Sifat-sifat Partikel Sub Atom………………………………………..... 23
Tabel 2
Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen………………………………
Tabel 3
Massa Beberapa Isotop……………………………………………….. 38
Tabel 4
Kulit dan Jumlah Elektron Maksimum……………………………….. 39
Tabel 5
Daftar Rencana Kerja Penulisan Skripsi……………………………… 44
Tabel 6
Design
Penelitian
Perluasan
“Randomized
Pretest-Posttest
Comparison Group Design”…………………………………………..
36
45
Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Penilaian Kognitif……….... 47
Tabel 8
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif..… 49
Tabel 9
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif............. 50
Tabel 10
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif…….. 51
Tabel 11
Skor Penilaian Afektif………………………………………………… 51
Tabel 12
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif………… 53
Tabel 13
Rangkuman Hasil Uji reliabilitas Instrumen Panilaian Afektif……....
Tabel 14
Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi
54
Belajar Afektif……………………………………………………........ 58
Tabel 15
Perbandingan Distribusi Nilai Pretest dan Posttest Belajar Kognitif
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II………………………… 59
Tabel 16
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar
Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II………. 59
Tabel 17
Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif
Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II……………….... 60
Tabel 18
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif………….. 62
Tabel 19
Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif…………………… 62
Tabel 20
Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif…………...……………..... 63
Tabel 21
Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif…………...……………..... 63
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Siklus Pembelajaran Kimia……………………………………….
Gambar 2
John Dalton……………………………………………………….. 22
Gambar 3
Model Atom Dalton………………………………………………. 22
Gambar 4
J.J. Thomson………………………………………………………
24
Gambar 5
Model Atom J.J. Thomson………………………………………..
24
Gambar 6
Tabung Sinar Katoda……………………………………………...
25
Gambar 7
Robert A. Milikan………………………………………………… 26
Gambar 8
Percobaan Tetes Minyak Milikan………………………………… 26
Gambar 9
Rutherford………………………………………………………… 27
Gambar 10
Model Atom Rutherford…………………………………………..
Gambar 11
Penghamburan Sinar Alfa………………………………………… 29
Gambar 12
Neils Bohr……………………………………………………….... 30
Gambar 13
Model Atom Neils Bohr…………………………………………..
30
Gambar 14
Lintasan Atom…………………………………………………….
31
Gambar 15
Model Atom Mekanika Gelombang………………………………
32
Gambar 16
Tabung Sinar Terusan…………………………………………….. 33
Gambar 17
Susunan Atom…………………………………………………….. 35
Gambar 18
Susunan Ion……………………………………………………….
Gambar 19
Persebaran Elektron Dalam Atom Hidrogen, Atom Helium, Atom
Litium, Atom Phosphor…………………………………………...
Gambar 20
27
37
40
Histrogram Perbandingan Selisih Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II…………………….
Gambar 21
8
60
Histrogram Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I
dan Kelas Eksperimen II………………………………………….. 61
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Silabus…………………………………………………………
76
Lampiran 2
RPP…………………………………………………………....
77
Lampiran 3
Indikator Tes Prestasi Belajar Kognitif……………………….
97
Lampiran 4
Soal Tes Kognitif……………………………………………...
100
Lampiran 5
Jawaban Soal Tes Kognitif ……………………………….......
109
Lampiran 6
Lembar Jawab tes Kognitif …………………………………...
110
Lampiran 7
Indikator Tes Prestasi Belajar Afektif………………………...
111
Lampiran 8
Soal Try Out Afektif…………………………………………..
112
Lampiran 9
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf
Kesukaran Soal Tes Kognitif………………………………….
116
Lampiran 10
Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Afektif……..………...
117
Lampiran 11
Data Induk Penelitian……………………………….………...
118
Lampiran 12
Normalitas Data Penelitian……………………………………
119
Lampiran 13
Uji Homogenitas Data Penelitian……………………... ……..
127
Lampiran 14
Uji Matching………………………………………………….... 131
Lampiran 15
Uji t-pihak kanan……………………………………………...
132
Lampiran 16
Print Out Media pembelajaran CD Interaktif…………………
134
Lampiran 17
Print Out Media Pembelajaran Macromedia Flash…...............
143
Lampiran 18
Validasi Media………………………………………………...
147
Lampiran 19
Daftar Nilai Siswa Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011……..
149
Lampiran 20
Daftar Nilai Siswa Kelas Konvensional………………………
156
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang (Hasbullah, 2005: 4). Pendidikan dapat diperoleh melalui belajar baik di
lembaga formal, informal, ataupun nonformal. Pendidikan di Indonesia masih
menghadapi masalah yang cukup berat, salah satunya adalah masalah yang berkaitan
dengan kualitas pendidikan. Selain itu, dunia pendidikan juga senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk
mengatasi masalah tersebut secara berkesinambungan, termasuk di dalamnya
perubahan kurikulum.
Salah satu usaha pemerintah dalam rangka memperbaiki kurikulum
pendidikan Indonesia adalah dengan penggantian kurikulum KBK menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemerintah mengeluarkan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
sebagai
pengembangan
dari
kurikulum
2004
(Competency-based Curicullum), untuk diterapkan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah (Bambang Soehendro, 2006: 1).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kimia adalah salah
satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Ilmu kimia pada hahekatnya
merupakan ilmu yang berdasarkan eksperimen dan akal sehat para ahli dan
peranannya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:5).
Meskipun kimia sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak sedikit
siswa yang menganggap bahwa kimia merupakan ilmu yang sulit. Hal ini
dikarenakan ilmu kimia erat kaitannya dengan konsep atau materi yang berupa abstak
dan kompleks (Mulyati Arifin, 1995: 220). Sehingga untuk memahami konsepcommit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
konsep tersebut dibutuhkan penalaran yang tinggi. Kesulitan dalam memahami kimia
juga ditemukan pada peserta didik di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten
Purbalingga khususnya pada materi pokok struktur atom. Hal ini dapat diketahui dari
banyaknya nilai yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang
diberlakukan yaitu 65. SMA Negeri 1 Bobotsari telah menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga guru dapat memodifikasi pembelajaran
agar siswa lebih memahami materi yang di ajarkan. Sarana dan prasarana SMA
Negeri 1 Bobotsari bisa dikatakan lengkap, dengan laboratorium komputer serta
penggunaan LCD di setiap kelas. Namun dalam proses pembelajaran kimia,
penggunaan metode dan media pembelajaran yang digunakan sering didominasi oleh
metode ceramah dan media power point, sehingga siswa menjadi pasif dikelas, proses
belajar mengajar menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan. Banyaknya
nilai siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) pada materi
struktur atom, dimungkinkan karena adanya metode dan media yang digunakan
kurang sesuai materi struktur atom sehingga perlu adanya pembaharuan mengenai
metode dan media pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembaharuan model pembelajaran. Beberapa ahli menyatakan
bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang
sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis,
bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi metode yang dapat diterapkan, salah satunya adalah metode ThinkPair-Share (TPS) yang memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
dengan orang lain. Keunggulan metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa yaitu
memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menuju partisipasi mereka dengan orang lain (Isjoni, 2010: 78). Metode Think-PairShare (TPS) umumnya kelas dibagi menjadi pasangan-pasangan yang beranggotakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
2 orang atau disebut juga kelompok kecil. Kelompok kecil ini berhubungan positif
dengan prestasi belajar (Daniel Muijs & David Reynolds, 2008:82).
Selain metode pembelajaran, penggunaan alat bantu atau media juga sangat
membantu dalam proses pembelajaran terutama meningkatkan prestasi belajar
(Sudarwan Danim, 1995: 1). Ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media dan
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat
tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan
media (Syaiful dan Aswan, 2006: 120). Media yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran salah satunya adalah CD interaktif. Menurut Suzan Duygu Eristi (2008:
1-8), CD interaktif memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih
termotivasi. Siswa yang termotivasi lebih memperhatikan pelajaran dengan
kesadarannya sendiri dan rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran
yang diberikan (Syaiful dan Aswan, 2006: 162-163). Media lain yang dapat
digunakan dalam pembelajaran adalah Macromedia Flash. Macromedia flash
mempunyai veriasi teknik penyajian yang menarik yaitu gambar terlihat lebih jelas
karena terlihat nyata dan bergerak serta memungkinkan adanya diskriminasi warna
sehingga pembelajaran tidak membosankan.
Materi pokok struktur atom merupakan salah satu materi kimia yang terdiri
dari perkembangan teori atom, orbital, dan konfigurasi elektron yang bersifat abstrak,
membutuhkan pemahaman (Depdiknas, 2003: 3) dan pada umumnya memerlukan
suatu motivasi lebih untuk mempelajari materi ini. Perlunya pemahaman dan
motivasi dalam mempelajari materi struktur atom menyebabkan perlunya penggunaan
metode dan media yang bervariasi karena dapat memotivasi dan membantu siswa
dalam menyerap bahan pelajaran (Syaiful dan Aswan, 2006:158-159). Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran memberikan dampak positif yaitu memotivasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2010: 13). Penerapan metode
ceramah dalam proses pembelajaran struktur atom yang menyebabkan ketidakaktifan
siswa perlu dirubah dengan menerapkan metode Think-Pair-Share (TPS). Menurut
Henry Suryo Bintoro (2009: 93-94), metode Think-Pair-Share (TPS) membuat siswa
lebih aktif dalam belajar mengajar karena selain menggali kemampuannya sendiri,
siswa juga diarahkan bekerja sama untuk memecahkan permasalahan meskipun
dalam kelompok kecil. Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) dalam materi
struktur atom, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan, kerjasama dan lebih
memotivasi siswa dalam mempelajari materi struktur atom, sehingga prestasi belajar
siswa akan meningkat. Selain itu, penggunaan media CD interaktif dalam
pembelajaran struktur atom dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi
karena dalam CD interaktif terdapat menu-menu khusus yang dapat diklik untuk
memunculkan informasi yang diinginkan oleh siswa. CD interaktif juga membantu
mempertajam materi struktur atom yang disampaikan yaitu dengan kelebihannya
yang menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara
pandangan, suara, dan gerakan. Penggunaan Macromedia Flash dalam pembelajaran
struktur atom juga diharapkan dapat menarik minat siswa karena materi struktur atom
yang bersifat abstrak, dapat disajikan dalam bentuk animasi dengan tampilan yang
lebih jelas. Adanya kemampuan diskriminasi warna dalam Macromedia Flash dan
variasi penyajian teknik yang menarik diharapkan dapat menciptakan pembelajaran
struktur atom yang lebih menyenangkan.
Dengan mempertimbangkan permasalahan, perlu dilakukan penelitian dengan
judul: “Studi Komparasi Media CD Interaktif dengan Macromedia Flash pada
Metode Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Stuktur Atom Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga
Tahun Ajaran 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia khususnya materi pokok Struktur
Atom masih rendah.
2. Perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang sesuai pada materi Struktur
Atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga.
3. Perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang sesuai pada materi Struktur
Atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga.
4. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum
menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS).
5. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum
menggunakan media CD interaktif dan Macromedia Flash.
6. SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum menggunakan media CD
interaktif dan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) dalam
pembelajaran kimia khususnya materi Struktur Atom.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, dan tidak memungkinkan
setiap masalah yang ada untuk diteliti, maka penelitian ini hanya dibatasi :
1. Objek Penelitian
Siswa kelas X semester 1 SMA N 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Metode dan Media Pembelajaran
Metode Think-Pair-Share (TPS) dengan menggunakan media pembelajaran CD
interaktif (kelas eksperimen I) dan metode Think-Pair-Share (TPS) dengan
menggunakan media pembelajaran Macromedia Flash (kelas eksperimen II).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
3. Materi Pokok
Materi pelajaran yang digunakan dibatasi pada materi pokok struktur atom.
4. Penilaian
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan
afektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi
dibanding dengan penggunaan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share
(TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari
Kabupaten Purbalingga?“.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
“Prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi
dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi
pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten
Purbalingga tahun ajaran 2011/2012”.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori
tentang penggunaan media CD interaktif dan Macromedia Flash pada metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Think-Pair-Share (TPS) terhadap pencapaian prestasi belajar pada materi pokok
struktur atom.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan
media
pembelajaran
yang
diharapkan
lebih
memberikan
efektifitas
pembelajaran.
b. Sebagai referensi bagi peneliti yang mengadakan penelitian lanjutan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya
dalam proses belajar mengajar kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Kimia
Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan
bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi struktur
dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat (Depdiknas, 2003: 1).
Konsep-konsep yang dipelajari dalam kimia diperoleh dari hasil-hasil
eksperimen dan penalaran. Dalam penalaran kimia, semua konsep tersebut disusun
dalam suatu urutan berjenjang yang sistematis dan saling berkaitan satu sama lain.
Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling
berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar.
Pembelajaran kimia merupakan suatu siklus yang terdiri atas tiga tahap, yaitu :
a) perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia, b) pelaksanaan proses pembelajaran
kimia, dan c) penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia.
Siklus tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
pembelajaran
kimia
Penilaian hasil
pembelajaran/
belajar kimia
Pelaksanaan
pembelajaran
kimia
Feedback
Feedback
Gambar 1. Siklus pembelajaran kimia
(Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2007 : 4).
Standar kompetensi dalam mata pelajaran kimia dirumuskan atas dasar struktur
ilmu kimia dan keterampilan-keterampilan proses sains. Selanjutnya standar
commit8to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
kompetensi dikembangkan menjadi kompetensi dasar. Materi pembelajaran kimia
adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari peserta didik sebagai
sarana untuk mencapai kompetensi dasar. Materi pembelajaran kimia dapat berupa
fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum kimia (Sutiman, 2004 : 40-41).
Adapun tujuan mata pelajaran kimia SMA yang telah dicantumkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu :
a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan
atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan
dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga
merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya
mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya
dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi.
Fungsi pembelajaran kimia yaitu :
a. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan
atau eksperimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
d. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga
merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya
mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
e. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
f. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia.
(Depdiknas, 2003)
Materi pembelajaran kimia yang dipakai dalam penelitian ini adalah materi
struktur atom. Pembahasan struktur atom mencangkup teori-teori perkembangan
atom, partikel penyusun atom, dan bagaimana partikel penyusun atom bergabung satu
sama lain untuk membentuk materi yang berukuran besar (Depdiknas, 2003: 2&5).
Konsep dalam struktur atom diperoleh para ahli dari hasil eksperimen dan penalaran
yang penting untuk dipahami karena peranannya diperlukan dalam kehidupan seharihari.
2. Studi Komparasi
a. Studi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 708), studi berasal dari bahasa
Inggris to study yang berarti ingin mendapatkan atau mempelajari. Mempelajari
berarti ingin mendapatkan sesuatu yang khusus dengan didorong oleh rasa ingin tahu
terhadap sesuatu yang belum dipelajari dan dikenal.
b. Komparasi
Komparasi berasal dari bahasa Inggris to compare
yang berarti
membandingkan paling tidak ada dua masalah dan ada faktor persamaan dan faktor
perbedaan. Komparasi adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari
pemecahan melalui analisis hubungan sebab akibat yakni memilih faktor-faktor
tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan
membandingkan satu faktor dengan faktor lain (Winarno Surakhmad, 1986: 84).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, dan kritik
terhadap orang (Suharsimi Arikunto, 2006: 267).
Dari berbagai pengertian di atas, maka studi komparasi adalah suatu bentuk
penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan
dengan menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis komparasi untuk menguji ada
tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode Think-PairShare (TPS) disertai CD interaktif dengan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai
macromedia flash pada materi struktur atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari
kabupaten Purbalingga.
3. Metode Think-Pair-Share (TPS)
Think–Pair-Share (TPS) merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang sangat sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metode ini dikembangkan
oleh Frank Lyman dari University of Maryland (Slavin, 2008: 257). Teknik ini
memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi
kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2010: 78). Sedangkan
menurut N. Azlina Nik A. (2010: 6), Think-Pair-Share (TPS) adalah sebuah teknik
belajar kooperatif di mana siswa mendengarkan pertanyaan atau presentasi, punya
waktu untuk berpikir secara individu, berbicara dengan satu sama lain dalam
pasangan, dan akhirnya berbagi tanggapan dengan kelompok yang lebih besar.
Gagasan umum tentang Think-Pair-Share (TPS) adalah siswa berfikir secara mandiri
atau memecahkan masalah dengan tenang, kemudian berpasangan dan berbagi
pikiran mereka dengan seseorang di dekatnya. Teknik Think- Pair-Share (TPS) juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa dan mereka memiliki cukup
waktu untuk mendiskusikan ide-ide mereka satu sama lain.
Dalam menggunakan tipe Think–Pair-Share (TPS), umumnya kelas dibagi
menjadi pasangan-pasangan yang beranggotakan 2 orang. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) dalam Slavin (2008: 257)
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan
dengan timnya masing-masing.
b. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas.
c. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari dari mereka sendiri, lalu
berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap
jawaban.
d. Guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati
dengan seluruh kelas.
Beberapa
penelitian
telah
dilakukan
terkait
penggunaan
strategi
pembelajaran kooperatif dengan metode Think-Pair-Share (TPS), diantaranya :
a. Budi Handoyo (2006), dengan judul “Penerapan Think-Pair-Share Dalam
Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi”
b. Henri Suryo Bintoro (2009), dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Menggunakan Pendekatan Struktural Metode Think-Pair-Share
(TPS) Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau Dari Kreativitas
Belajar Matematika Siswa”
c. N. Azlina Nik A dengan judul “CETLs: Supporting Collaborative Activities
Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Technique”.
Menurut Budi Handoyo (2006: 3), aktivitas dan prestasi belajar siswa selama
penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) didalam pembelajaran kooperatif
mengalami peningkatan. Adanya kerjasama secara berpasangan memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berfikir dan saling bertukar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
pendapat, menjawab pertanyaan untuk memecahkan masalah sehingga seluruh siswa
dapat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub)
atau suatu alat. Media juga diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua
pihak, yaitu sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi (Sri Anitah, 2009:
1). Terdapat beberapa definisi media yang dikutip oleh Sri Anitah (2009: 1-2) antara
lain:
a. Asssociation for Educational Communications and Technology (AECT, 1977)
mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan
informasi.
b. Briggs (1985), mengatakan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah
peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran.
Termasuk didalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder,
modul atau salah satu komponen dari suatu system penyampaian.
c. Gerlach & Ely (1980), media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat
mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau
visual.
Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Didalamnya
terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini
mungkin didapatkan dari buku-buku, internet, film, microfilm, dsb. Semua itu adalah
media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada
pebelajar (Sri Anitah, 2009: 2).
Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran
adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap (Sri Anitah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
2009: 2). Ada dua unsur yang terkandung di dalam media pembelajaran, yaitu: a)
pesan atau bahan/materi pembelajaran yang akan disampaikan, atau perangkat lunak
(software); dan b) alat penampil atau perangkat keras (hardware) (Suwarna dkk,
2006: 118).
Menurut Suwarna (2006: 118) dilihat dari jenisnya media pembelajaran dibagi
menjadi:
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, video-cassete, piringan audio.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media
visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film berangkai),
slides (film berangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi jenis
media auditif dan visual.
Media audiovisual ini dibagi lagi menjadi:
1) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara (sound slides), film bingkai suara, cetak suara, dan
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar bergerak seperti film suara dan video-casette.
Nilai-nilai praktik media pembelajaran adalah:
a. Meletakan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme.
Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana system peredaran darah pada manusia,
digunakan film.
b. Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa
kedalam kelas; misalnya pasar, pabrik, binatang-binatang yang besar dan alat
perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film, atau gambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
c. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang
lambat.
d. Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam
situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan
persepsi pada siswa.
e. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
f. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa.
g. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
(sumber belajar).
h. Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk
digunakan pada saat yang lain.
i.
Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana
matahari total atau binatang yang hidup dikutub.
j.
Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari
tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop.
(Syaiful & Aswan, 2006: 138)
Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar.
d. Membangkitkan motivasi pada subjek belajar.
(Suwarna, 2006: 130)
a. CD Interaktif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “in-ter-ak-tif” mempunyai arti
bersifat
saling
melakukan
aksi;
antar-hubungan;
saling
aktif
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Interaktif berarti hubungan timbal
balik, bukan hanya satu arah. CD interaktif merupakan salah satu media komputer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
interaktif yang di kemas dalam bentuk CD. Media CD interaktif adalah suatu media
yang mempunyai fungsi menyampaikan informasi ke pengguna dan penerima
informasi dari pengguna. Media interaktif menciptakan lingkungan belajar
multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer. Ini
merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video,
disajikan dengan kontrol komputer sehingga pebelajar tidak hanya melihat gambar
dan mendengar suara, tetapi juga memberi respon aktif (Sri Anitah, 2009: 64).
Komponen dasar CD interaktif termasuk interaktivitas tingkat tinggi,
antarmuka, grafis, audio, video, teks, grafik navigasi, komprehensif dan animasi. CD
interaktif juga efektif mendorong siswa untuk belajar mandiri. Komponen dari sebuah
CD pembelajaran interaktif memberikan fleksibilitas yang memungkinkan siswa
untuk belajar secara efektif. Komponen ini membuat belajar interaktif beradaptasi
untuk pengguna yaitu kecepatan individual, konten dan akses mudah. Selain itu, CD
interaktif memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih
termotivasi (Suzan Duygu Eristi, 2008: 1-8).
Ada beberapa penelitian mengenai penggunaan CD interaktif, antara lain:
1) Tse-Kian Neo, Mai Neo and Belinda S.P. Teoh (2007) “Designing A CD
Based Learning Environment For A Multimedia Animation Course”
2) Tri Hartanto (2009) “Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Media
Komputer Dengan CD Interaktif Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau Dari Motivasi Belajar SMA Kabupaten Sragen”
3) Indriyanto (2008) “Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar Fisika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas XII SMA
Kabupaten Sragen”
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tse-Kian Neo et al (2007: 757),
menyimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif meningkatkan skor belajar
sebesar 32,4%. Sedangkan menurut Tri Hartanto (2009: 79), siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan media komputer dengan CD interaktif memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
prestasi belajar yang lebih baik karena memungkinkan terjadinya interaksi langsung
antara pengguna dengan materi serta memberikan umpan balik terhadap respon siswa
dengan segera. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan motivasi yang
tinggi, mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan motivasi yang rendah.
Sebagai media pembelajaran, CD interaktif mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dari CD interaktif antara lain sebagai berikut:
1) Media ganda
Teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup dapat dikombinasikan
dalam satu sistem yang mudah digunakan.
2) Fleksibilitas.
Pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang
mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban secara logis.
3) Partisipasi pebelajar, karena memerlukan partisipasi pebelajar.
Kelemahannya :
1) Biaya
Keterbatasan yang paling signifikan untuk interaksi dengan video adalah
biaya.
2) Produksi yang mahal
Akan sangat mahal untuk produksi komersial seperti CD-ROM dan DVD.
3) Kekakuan
Disket komersial tidak dapat diubah sekali dibuat, karena itu materi menjadi
kadaluarsa.
Sri Anitah (2009: 65)
b. Macromedia Flash
Macromedia flash memberikan desain kemampuan membuat animasi web
dengan mudah dan nonteknis. Animasi berbasis vektor Flash lebih cepat, cantik dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
berukuran jauh lebih kecil daripada film animasi yang lain, serta animasi flash lebih
cepat dibawa kemana-mana, dimasukan ke CD, dilampirkan di email, dikirimkan ke
orang
lain
yang
tidak
memiliki
(http://id.wikipedia.org/wiki/Adobe-Flash).
player/plugin
Ariesto
Hadi
Flash
Sutopo
sekalipun
(2003:
60)
mengemukakan bahwa “Macromedia flash adalah software aplikasi untuk animasi
yang digunakan untuk internet. Dengan macromedia flash, aplikasi web dapat
dilengkapi dengan beberapa macam animasi, audio, interaktif animasi dan lain-lain”.
Sedangkan menurut Rizky Rahman J. dkk (2008: 5), macromedia flash adalah
software yang dipakai luas oleh para profesional web karena kemampuannya yang
mengagumkan dalam menampilkan multimedia, menggabungkan unsur teks, grafis,
animasi, suara dan serta interaktivitas bagi pengguna program animasi internet.
Menurut Siti Mutmainah dkk (2002: 1-2), animasi dan gambar yang dibuat
dengan flash akan tetap terlihat bagus pada ukuran windows dan resolusi layar
berapapun. Hal ini disebabkan karena flash dibuat dengan teknologi vector graphic
yang mendeskripsikan gambar memakai garis dan kurva, sehingga ukurannya dapat
diubah sesuai kebutuhan tanpa mengurangi atau mempengaruhi kualitas dari gambar
tersebut. Waktu loading (kecepatan gambar atau animasi yang muncul) lebih cepat
dibanding dengan pengolahan animasi lainnya, seperti animated gifs dan java applet.
Macromedia flash juga mampu membuat website yang interaktif, karena user dapat
menggunakan keyboard atau mouse untuk berpindah ke bagian lain dari halaman web
atau movie, memindahkan objek, memasukkan informasi di form. Mampu
menganimasi grafis yang rumit dengan sangat cepat, sehingga membuat animasi layar
penuh bisa langsung disambung ke situs web.
Sebagai media pembelajaran, macromedia flash mempunyai beberapa
kelebihan dan keterbatasan. Kelebihannya antara lain:
1) Gambar yang disajikan lebih jelas, karena terlihat nyata dan bergerak,
sehingga siswa dapat melihatnya sambil mencatat.
2) Memungkinkan penyajian diskriminasi warna dan menarik minat siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
3) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas.
4) Mempunyai variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan,
karena disertai dengan bunyi/suara/lagu.
5) Dalam penyampaian di kelas, lebih menghemat tenaga dan waktu karena
dapat dipakai berulang-ulang.
6) Dapat menyajikan tampilan contoh-contoh gambar/foto secara nyata dan
menarik.
7) Sepenuhnya dibawah control guru.
Kelemahannya antara lain:
1) Memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik untuk mengajar
menggunakan macromedia flash.
2) Memerlukan perangkat pendukung antara lain, seperti komputer/laptop dan
LCD.
3) Pembuatan tampilan yang rumit cenderung membuat guru enggan untuk
membuatnya
5. Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Kata prestasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga dan
pendidikan, khususnya pengajaran (Zainal Arifin, 1990: 2-3).
Menurut Bloom dalam A. Suhaenah S, (2001: 6) prestasi belajar dibagi
menjadi tiga kategori yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilakuperilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukan oleh peserta didik dalam cara-cara
tertentu, misalnya, bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka
bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif), dan bagaimana mereka berbuat
(ranah psikomotorik). Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain prestasi belajar
merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar siswa yang dapat
diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang sejarah rentang kehidupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar
semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi
utama antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia
termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak
didik.
(Zainal Arifin, 1990: 3-4)
Sebagai mana yang dikemukakan oleh Cronbach (dalam Zainal Arifin, 1990:
4), kegunaan prestasi belajar adalah sebagai berikut:
a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.
b. Untuk keperluan diagnostik.
c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
d. Untuk keperluan seleksi.
e. Untuk keperluan penempatan atau penjurusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
f. Untuk menentukan isi kurikulum.
g. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
6. Pokok Bahasan Struktur Atom
a. Perkembangan Atom
Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih
memiliki sifat unsur itu. Pada jaman dahulu tidak ada satupun alat yang mampu untuk
melihat bentuk dan susunan atom. Adapun model atom hanya merupakan rekaan para
ahli sebagai kesimpulan atas data eksperimen yang dilakukan dan untuk menjelaskan
keadaan suatu atom yang sebenarnya. Pandangan tentang atom oleh para ahli adalah:
1) Model Atom Yunani Kuno
a) Democritus (460-370 SM)
“Materi terbentuk oleh partikel yang sudah tak terbagi disebut dengan atom”.
b) Plato dan Aristoteles
“Materi terbentuk dari partikel yang dapat dibagi tanpa batas”.
c) Isaac Newton (1642-1727)
“Mengakui adanya keberadaan atom”.
d) Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794)
“Dalam reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan massa)”.
e) Joseph Louis Proust (1754-1826)
“Unsur-unsur bergabung dengan perbandingan tertentu”.
2) Model Atom Dalton
John Dalton merupakan perumus teori atom pertama (1803-1807) yang dikenal
dengan teori atom Dalton. Berikut adalah postulat-postulat dalam teori atom Dalton:
a) Suatu unsur terdiri atas partikel yang sudah tak terbagi yang dinamai atom.
b) Atom-atom dari suatu unsur adalah identik.
c) Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain, tidak dapat
dimusnahkan atau diciptakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
d) Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari dua jenis unsur atau lebih bergabung
dalam perbandingan tertentu.
Gambar 2. John Dalton
Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, beberapa prostulat Dalton
ternyata kurang tepat, misalnya:
a) Ternyata atom bukanlah sesuatu yang tak terbagi, melainkan terdiri dari berbagai
partikel sub atom.
b) Meski mempunyai sifat-sifat yang sama, atom-atom dari unsur yang sama dapat
mempunyai massa yang berbeda. Atom-atom dari unsur yang sama, tetapi
mempunyai massa yang berbeda disebut isotop.
c) Melalui reaksi nuklir, atom dari suatu unsur dapat diubah menjadi atom unsur
lain.
d) Beberpa unsur tidak terdiri atas atom-atom melainkan molekul.
Gambar 3. Model Atom Dalton
Hal yang paling penting dari teori atom Dalton yang hingga kini dapat
diterima yaitu:
a) Atom adalah unit pembangun dari segala macam materi.
b) Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifat
sama dengan unsurnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
c) Dalam reaksi kimia, atom tidak dimusnahkan, tidak diciptakan, dan tidak dapat
diubah menjadi atom unsur lain.
Dalton menyimpulkan teori atomnya berdasarkan data eksperimen yang ada
pada massa itu. Dalton dan orang-orang setelahnya tidak pernah mengamati keadaan
atom. Jadi, teori atom Dalton hanyalah sebuah model untuk menggambarkan atom
yang sebenarnya yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Dewasa ini telah
tersedia alat yang dapat menunjukan keberadaan atom dipermukaan zat padat, yaitu
Scanning Tunneling Elektron Microscope (STEM). Jadi keberadaan atom sudah tidak
perlu diragukan lagi. Namun demikian, kesahihan teori terletak pada kemampuannya
menjelaskan fakta-fakta yang ada. Teori atom Dalton diterima karena dapat
menjelaskan dengan baik beberapa fakta eksperimen pada massa itu, diantaranya
Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap dengan baik. Namun
demikian. Teori tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
a) Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur
yang lain.
b) Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi.
c) Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.
Kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan di atas dapat terpecahkan
setelah percobaan-percobaan lebih lanjut yang dilakukan para ahli menunjukan
bahwa atom bukanlah sesuatu yang tidak dapat terbagi, melainkan terdiri atas
berbagai jenis partikel sub atom. Tiga diantaranya adalah proton, elektron dan
neutron.
Tabel 1. Sifat-sifat Partikel Sub Atom
p
Massa
gram
1,6726231 x 10-24
sma
1
Elektron
n
9,1093897 x 10-28
Neutron
e
1,672492716 x 10-24
Partikel
Lambang
Proton
Muatan
Penemu
+1
Goldstein/Rutherford
1/1840
-1
J.J. Thomson
1
netral
J. chadwick
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
3) Model Atom J.J. Thomson
Pada tahun 1900, J.J. Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti
kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan didalamnya
tersebar elektron bagaikan kismis didalam roti kismis. Secara keseluruhan, atom
bersifat netral. Model atom Thomson dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4. J.J. Thomson
Gambar 5. Model Atom J.J. Thomson
a) Penemuan Elektron
Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1900. Penemuan
elektron berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui
tabung hampa. Pada tahun 1821, Sir Humphry Davy seorang ahli fisika dari Inggris
menemukan bahwa gas menjadi penghantar yang lebih baik pada tekanan rendah.
Sejak saat itu banyak dilakukan percobaan dengan tabung hampa atau tabung
pengawan muatan. Tekanan gas dalam tabung dapat diatur melaui pompa isap
(pompa vakum). Pada tekanan yang cukup rendah dan tekanan yang cukup tinggi gas
dalam tabung akan berpijar dengan cahaya yang warnanya tegantung pada jenis gas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
(neon berwarna merah, sedangkan natrium berwarna kuning). Jika tekanan gas
dikurangi maka daerah didepan katode akan menjadi gelap.
Gambar 6. Tabung Sinar Katoda
Berdasarkan besarnya simpangan sinar katoda dalam medan listrik, Thomson
dapat menentukan nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode
sebesar 1,76 x 108 C g-1.
e/m = 1,76 x 108 C g-1
Thomson menemukan bahwa partikel sinar katode (elektron) tidak bergantung
pada jenis katoda maupun jenis gas dalam tabung, sehingga dapat disimpulkan bahwa
elektron merupakan partikel dasar penyusun atom.
b) Pecobaan Tetes Minyak Milikan
Setelah harga e/m untuk elektron diketahui melalui percobaan yang dilakukan
oleh Thomson, selanjutnya diperlukan percobaan lain untuk menentukan nilai e atau
m. Pada tahun 1909, Robert Andreas Milikan dapat memecahkan dilema tersebut
melalui percobaan yang dikenal dengan percobaan tetes minyak, dengan percobaan
ini Milikan dapat menentukan muatan elektron, dimana muatan tetes minyak selalu
merupakan kelipatan bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1,602 coulomb. Milikan
menyimpulkan bahwa muatan tersebut adalah muatan dari suatu elektron.
e = 1,62 x 10-19 coulomb
Dengan telah diketahuinya muatan elektron, maka massanya dapat dihitung
sebagai berikut:
Thomson
: e/m = 1,76 x 108 C gram-1
Milikan
:
e = 1,602 x 10-19 C
Maka massa elektron, m = 9,11 x 10-28 gram
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Gambar 7. Robert A. Milikan
Percobaan tetes minyak yang dilakukan sebagai berikut:
(1) Dengan menggunakan alat semprot membentuk tetesan kecil-kecil.
(2) Dengan menggunakan teropong, diameter tetes minyak dapat ditentukan
sehingga massa tetes minyak dapat diketahui.
(3) Radiasi sinar X akan mengionkan gas didalam silinder. Ionisasi akan
menghasilkan elektron. Elektron tersebut akan melekat pada tetes minyak
sehingga tetes minyak menjadi muatan negatif. Adapun yang menyerap satu,
dua, atau lebih elektron. Jika pelat logam tidak diberi beda potensial, tetes
minyak tetap jatuh karena pengaruh gravitasi.
(4) Jika pelat logam diberi beda potensial dengan pelat bawah sehingga kutub
negatif, maka tetes minyak yang bermuatan negatif akan mengalami gaya tolak
listrik.
(5) Dengan mengetahui massa tetes minyak dan beda potensial yang digunakan
maka muatan tetes minyak dapat ditentukan.
Gambar 8. Percobaan Tetes Minyak Milikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
4) Model Atom Rutherford
Pada tahun 1911, Ernest Rutherford mengemukakan teorinya yaitu:
a) Atom terdiri atas inti bermuatan positif.
b) Massa atom berpusat pada intinya.
c) Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada jarak tertentu.
d) Atom bersifat netral.
Gambar 9. Rutherford
Gambar 10. Model Atom Rutherford
Penemuan inti atom bermula dari penemuan keradioaktifan. Rutherford
menggunakan sinar radioaktif dalam percobaan yang menghantarkannya pada
penemuan inti atom.
(a) Penemuan Keradiokatifan
Pada tahun 1896, seoarang ilmuwan Perancis, Henri Becquerel (1852-1908),
menemukan keradioaktifan ketika mempelajari suatu batuan uranium yang disebut
pekblende.
Becquerel
menemukan
bahwa
batuan
tersebut
terus
menerus
memancarkan radiasi. Pemancaran radiasi itu terjadi dengan sendirinya, bukan karena
pengaruh faktor luar. Fenomena ini disebut keradioaktifan atau radioaktivitas,
sedangkan zat yang bersifat seperti itu disebut zat radioaktif (radio = radiasi, aktif =
spontan). Sifat-sifat radioaktif antara lain:
(a) Mempunyai daya tembus yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
(b) Dapat mengionkan gas yang dilaluinya.
(c) Dapat memendarkan zat yang dilaluinya.
Menurut penelitian Ernest Rutherford tentang keradioaktifan, ada tiga jenis
sinar radioaktif yaitu sinar alfa, beta, dan sinar gama.
(b) Penemuan Inti Atom
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford bersama dua orang asistennya, yaitu Hans
Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui
lebih banyak tentang susunan atom. Mereka menembaki lempeng emas yang sangat
tipis dengan partikel sinar yang berenergi tinggi.
Mereka menemukan bahwa sebagian besar partikel alfa dapat menembus
lempeng emas tanpa pembelokan yang berarti, seolah-olah lempeng emas itu tidak
ada. Akan tetapi, kemudian mereka menemukan bahwa sebagian kecil dari partikel
alfa mengalami pembelokan yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya
dipantulkan.
Adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempeng emas tipis
dengan sinar alfa mengejutkan Rutherford. Partikel alfa yang terpantul itu pastilah
telah menabrak sesuatu yang sangat padat dalam atom. Fakta ini tidak sesuai dengan
fakta yang dikemukakan J.J. Thomson, dimana atom yang digambarkan bersifat
homogeni dengan seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang
lebih padat). Pada tahun 1911, Rutherford menjelaskan penghamburan sinar alfa
dengan mengajukan gagasan tentang inti atom. Menurut Rutherford, sebagian besar
dari massa dan muatan positif atom terkonsentrasi pada bagian pusat atom yang
selanjutnya disebut inti atom. Hal ini dapat diandaikan dengan sebuah roti kismis
yang dipres menjadi seukuran pasir halus. Tentu saja hasilnya menjadi sesuatu yang
sangat pejal atau massif. Elektron beredar mengitari inti pada jarak yang relatif sangat
jauh. Lintasan itu disebut kulit atom. Jarak dari inti hingga kulit atom disebut jari-jari
atom. Ukuran jari-jari atom adalah sekitar 10-8 cm, sedangkan jari-jari inti atom
adalah sekitar 10-13 cm. Jadi sebagian besar dari atom merupakan ruang hampa. Bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
diameter ini diibaratkan 1 cm maka penampang atom ibarat lapangan bulat dengan
diameter 1 km.
Dengan model seperti itu, penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas tipis
dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Sebagian besar partikel sinar alfa dapat tembus karena melalui ruang
hampa.
(b) Partikel alfa mendekati inti atom dibelokkan karena mengalami gaya tolak
inti.
(c) Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti bermuatan
positif dan sangat masif.
Gambar 11. Penghamburan Sinar Alfa
(c) Kelemahan Model Atom Rutherford
Salah satu kelemahan teori atom Rutherford adalah tidak menjelaskan
mengapa elektron itu tidak jatuh ke intinya. Menurut hukum fisika klasik, gerakan
elektron mengintari inti akan disertai pemancaran energi
berupa radiasi
elektromagnet. Jika demikian, maka energi elektron akan semakin berkurang
sehingga gerakannya akan lambat. Sementara, jika gerakan elektron melambat, maka
lintasannya akan berbentuk spiral dan akhirnya ia akan jatuh ke inti atom.
5) Model Atom Neils Bohr
Pada tahun 1913, seorang ahli fisika Denmark yang bernama Neils Bohr
memperbaiki model atom Rutherford dapat dinyatakan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
a) Elektron tidak jatuh ke inti, elektron beredar mengelilingi inti pada lintasan (n)
atau kulit atom yang berbentuk lingkaran.
b) Energi elektron pada lintasan dinyatakan tingkat energi.
c) Elektron dapat berpindah lintasan dari lintasan yang lebih tinggi kelintasan yang
lebih rendah atau sebaliknya.
Gambar 12. Neils Bohr
Gambar 13. Model Atom Neils Bohr
Pada tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom dari teori kuantum yang
dikemukakan oleh Max Planck, Neils Bohr mengajukan model atom hidrogen, yaitu
atom yang hanya mengandung satu elektron. Model atom hidrogen menurut Bohr
menyerupai sistem tata surya. Elektron dalam atom hanya dapat berada pada tingkat
energi tertentu. Artinya, elektron hanya dapat beredar pada lintasan tertentu saja.
Lintasan yang diperbolehkan ini adalah orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari
tertentu, yang disebut juga kulit atom. Tiap orbit ditandai dengan satu bilangan bulat
yang disebut bilangan kuantum (n), mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya yang
dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Gambar 14. Lintasan Atom
Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat
energi terendah, yaitu kulit K. Keadaan seperti itu disebut tingkat dasar (ground
state). Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran atau
penyerapan sejumlah tertentu energi. Perpindahan elektron ke kulit yang lebih luar
disertai penyerapan energi sebaliknya, perpindahan elektron ke kulit yang lebih
dalam disertai pelepasan energi.
6) Model Atom Mekanika Gelombang
Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger seorang ilmuwan dari Austria
mengemukakan teori atom yang disebut teori atom mekanika kuantum atau mekanika
gelombang. Menurut teori atom mekanika kuantum, meski elektron mempunyai
tingkat energi tertentu, posisinya tidak dapat dipastikan. Yang dapat dikatakan
tentang posisi elektron adalah peluang untuk menemukannya disetiap titik disekitar
inti atom. Daerah dengan peluang terbesar untuk menemukan elektron tersebut
disebut orbital.
Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum mempunyai kesamaam
dengan teori atom Neils Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi dalam atom. Keduanya
menyatakan bahwa elektron dalam atom berada pada tingkat-tingkat tertentu.
Bedanya adalah dalam hal posisi elektron dalam atom tersebut. Menurut Bohr, posisi
elektron dipastikan yaitu berada pada orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari
tertentu. Dalam teori atom mekanika kuantum posisi elektron tidak pasti yang dapat
dikatakan hanya peluang untuk menemukannya, yaitu dalam orbital. Perhatikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
bahwa Bohr menggunakan istilah orbit, sedangkan mekanika kuantum menggunakan
orbital.
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern
atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 15. Model Atom Mekanika gelombang
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron.
Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi
yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit
bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit
dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi
orbitalnya belum tentu sama.
a) Ciri Khas Model Atom Mekanika Gelombang
(1) Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya)
tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat
fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari
kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu
dalam suatu atom).
(2) Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan
kuantumnya (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan
kuantum tersebut).
(3) Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya
sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
b) Kelemahan Model Atom Modern
Persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak
untuk partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal.
b. Partikel Penyusun Atom
1) Proton
Pada tahun 1886, sebelum hakikat sinat katoda ditemukan, Goldstein
melakukan suatu percobaan dengan tabung sinar katoda dan menemukan fakta
berikut. Apabila katoda tidak berlubang ternyata gas dibelakang katoda tetap gelap.
Namun, bila pada katoda diberi lubang maka gas dibelakang katoda menjadi berpijar.
Hal ini menunjukan adanya radiasi yang berasal dari anoda yang menerobos lubang
pada katode memijarkan gas dibelakang katoda itu. Radiasi itu disebut sinar anoda
atau sinar positif atau sinar terusan. Hasil percobaan menunjukan bahwa sinar terusan
merupakan radiasi partikel (dapat memutar kincir) bermuatan positif (dalam medan
listrik dibelokkan ke kutub negatif).
Gambar 16. Tabung Sinar Terusan
Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung.
Partikel terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Jika gas dalam tabung diganti,
ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar
terusan ini kemudian disebut proton.
Massa 1 proton = 1,6726486 x 10-24 garam = 1 sma
Muatan 1 proton = +1 = +1,6 x 10-19 C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Muatan maupun massa partikel sinar terusan dari gas lain selalu merupakan
kelipatan bulat dari massa dan muatan proton sehingga diduga bahwa partikel itu
terdiri atas proton-proton.
Kemudian pada tahun 1919, Rutherford menemukan proton terbentuk ketika
alfa ditembakan pada inti atom nitrogen. Hal serupa juga terjadi pada penembakan
inti atom lain. Hal ini membuktikan bahwa inti atom terdiri atas proton sebagaimana
diduga oleh Goldstein.
2) Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932, tetapi
keberadaanya telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919. Aston menemukan bahwa
atom-atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda. Fenomena
ini disebut isotop. Juga ditemukan bahwa massa suatu atom ternyata tidak sama
dengan jumlah protonnya.
Selanjutnya pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker menembaki inti atom
berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai
daya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa radiasi
tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton.
Oleh karena sifat netral, partikel tersebut dinamai neutron. Percobaan lebih lanjut
membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel dasar penyusun inti atom.
Massa 1 neutron = 1,6749544 x 10-24 gram = 1 sma
Neutron tidak bermuatan (netral).
3) Elektron
Elekton ditemukan oleh Josep John Thomson pada tahun 1900. Penemuan
elekton berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui
tabung hampa. Gas pada tekanan normal bukanlah penghantar listrik. Percobaan lebih
lanjut menunjukan bahwa sinar katode merupakan radiasi partikel-partikel yang
bermuatan listrik negatif. Hakikat sinar katoda menjadi jelas setelah percobaan yang
dilakukan oleh J.J. Thomson mencapai puncaknya pada tahun 1897. Berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
besarnya simpangan sinar katode dalam medan listrik, Thomson dapat menentukan
nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode sebesar
1,76 x 108 C g-1.
c. Susunan Atom
Dengan penemuan struktur atom, perbedaan antar atom unsur dapat
dijelaskan. Pebedaan tersebut terletak pada jumlah partikel dasar penyusun atom serta
susunan partikel dasar tersebut. Pada bagian ini, kita akan melihat jumlah proton,
elektron, dan neutron dalam atom serta cara menyatakannya.
Gambar 17. Susunan Atom
1) Nomor Atom
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom atau nomor proton.
Jumlah proton khas bagi setiap unsur. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama
mempunyai jumlah proton yang sama tetapi berbeda dari atom unsur lain. Nomor
atom unsur-unsur dapat dilihat pada tabel sistem periodik. Oleh karena suatu atom
bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah proton. Jadi, nomor atom
juga menyatakan jumlah elektron dalam suatu atom.
Nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron
2) Nomor Massa
Telah disebutkan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang sama,
yaitu masing-masing sekitar 1 sma (massa proton = 1,0073 sma; masssa neutron =
1,0087 sma), sedangkan massa sebuah elektron sangat kecil, yaitu 5,486 x 10 -4 sma.
Oleh karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh massa proton dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
neutronnya, sedangkan massa elektron dapat diabaikan. Jumlah proton dengan
neutrin dalam suatu atom disebut nomor massa.
Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron
3) Notasi Susunan Atom
Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam suatu atom ditunjukan dengan
lambang sebagai berikut:
A
Z
X
X = lambang atom (=lambang unsur)
Z = nomor atom = nomor proton (p) = jumlah elektron (e)
A = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron = p + n
Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z. jadi, jumlah
neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan nomor atomnya.
Jumlah neutron (n) = A - Z
d. Isotop, Isobar, Isoton
1)
Isotop
Atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom sama), tetapi
berbeda massanya disebut isotop. Perbedaan massa terjadi karena perbedaan jumlah
neutron dalam atom.
Contoh : Unsur hidrogen terdiri dari 3 jenis isotop, yaitu
1
1
H ; 12 H ; dan 13 H .
Susunan ketiga isotop itu adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen
Isotop Jumlah Proton Jumlah Elektrom Jumlah Neutron
1
1
1
0
1H
2
1
3
1
H
1
1
1
H
1
1
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
1
2
Isotop 1 H biasa disebut hidrogen, isotop 1 H disebut deuterium, sedangkan
isotop
3
1
H disebut tritium (hidrogen satu-satunya unsur yang mempunyai nama
khusus untuk isotop-isotopnya).
Oleh karena isotop dari satu unsur mempunyai nomor atom sama, maka isotop
itu dapat dibedakan hanya dengan menyatakan nomor masssanya. Jadi, isotop-isotop
H dapat dinyatakan sebagai H-1, H-2, H-3.
2)
Isobar
Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi
mempunyai nomor massa sama disebut isobar.
Contoh :
3)
14
6
C dengan 147 N ,
24
11
Na dengan
24
12
Mg
Isoton
Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi
mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton.
Contoh : 136C dengan
14
7
N
e. Susunan Ion
Susunan atom dapat kehilangan elektron atau mendapatkan elektron
tambahan. Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif, sedangkan atom
yang mendapat tambahan elektron akan menjadi ion negatif.
Atom Li
Atom Li+
Gambar 18. Susunan Ion
commit to user
Atom Li-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
f. Satuan Massa Atom
Pada bagian dahulu telah disebutkan bahwa penggunaan massa satuan atom
(sma) untuk menyatakan massa partikel. Yang dimaksud dengan 1 sma adalah
1
12
dari masssa atom C-12. Dengan kata lain para ahli sepakat menetapkan massa 1 atom
C-12 adalah 12 sma.
Massa 1 atom C-12 = 12 sma
1 sma =
1
12
dari massa 1 atom C-12
1 sma = 1,66 x 10-24 gram
Tabel 3. Massa Beberapa Isotop (dalam sma)
Isotop
H-1
H-2
H-3
C-12
C-13
Massa
1,00783
2,02410
3,01605
12,00000
13,00335
Isotop
O-16
O-17
O-18
Si-28
Si-29
Massa
15,9949
16,9991
17,9992
27,9769
28,9765
Isotop
Si-30
Cl-35
Cl-37
Ar-38
Ar-40
Massa
29,9738
34,9689
36,9659
37,9627
39,9624
g. Massa Atom Relatif
Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara atom yang satu terhadap
atom yang lainnya. Massa pembanding yang telah disepakati adalah
1
12
dari massa 1
atom C-12. Oleh karena umumnya unsur terdiri dari beberapa isotop, maka pada
penetapan massa atom relatif digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya.
Dengan demikian, massa atom relatif adalah perbandingan antara massa rata-rata dari
1 atom suatu unsur terhadap
1
12
massa 1 atom C-12.
Massa rata-rata 1 atom unsur X
Ar unsur X =
Oleh karena
1
12
1
12
massa 1 atom C-12
massa 1 atom C-12 sama dengan 1 sma, maka definisi diatas dapat
ditulis sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Ar unsur X =
Massa rata-rata 1 atom unsur X
1 sma
Sehingga diperoleh:
Massa rata-rata 1 atom unsur X = Ar unsur X x 1 sma
h. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan susunan (persebaran) elektron dalam
atom. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, elektron berada dalam
orbital. Satu atau lebih orbital dengan tingkat energi yang sama atau bermiripan
menyusun kulit atom. Dengan kata lain, dalam teori atom modern, kulit merupakan
sekumpulan orbital. Sama seperti dalam model atom Bohr, kulit atom ditandai
dengan bilangan kuantum n = 1, 2, 3, 4, dan seterusnya, dan dinyatakan dengan
lambang K, L, M, N dan seterusnya sesuai abjad.
Tabel 4. Kulit dan Jumlah Elektron Maksimum
Nomor Kulit
Nama Kulit
Jumlah Elektron Maksimum
1
K
2 elektron
2
L
8 elektron
3
M
18 elektron
4
N
32 elektron
5
O
50 elektron
6
P
72 elektron
7
Q
98 elektron
Elektron-elektron akan menempati kulit elektron dimulai dari K sampai terisi
maksimum, kemudian kulit L sampai terisi maksimum, dan seterusnya. Penempaatan
elektron sampai penuh akan terjadi pada kulit K, L, M, sedangkan untuk kulit M
sudah terisi 8 elektron.
Pada atom K tidak membentuk konfigurasi 2, 8, 9 sebab mulai kulit ketiga
dan seterusnya jika sisa dari kulit L lebih dari 8 tetapi kurang dari 18 maka disisikan
8 saja dan elektron berikutnya akan menempati kulit N. Jumlah elektron yang
menempati kulit terluar disebut elektron valensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
1) Menuliskan Konfigurasi Elektron
Persebaran elektron dalam atom hidrogen, atom helium, atom litium, atom
phosphor sebagai berikut:
Kulit K
Kulit K
Elektron
elektron
1 proton
2 proton & 2 neutron
Atom Hidrogen
Atom Helium
(1H1)
(2He4)
Kulit M
Kulit K
Kulit L
Kulit K
Atom fosforus
Kulit L
(15P31)
Atom Litium
(3Li7)
Gambar 19. Persebaran Elektron Dalam Atom Hidrogen, Atom Helium,
Atom Litium, Atom Phosphor
2) Menentukan Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron ditentukan melalui percobaan. Berdasarkan data yang
diperoleh, ternyata konfigurasi elektron mengikuti pola (aturan) tertentu sehingga kita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
dengan mudah menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan nomor atom (jumlah
elektronnya).
a) Jumlah maksimum elektron dalam kulit ke-n sama dengan 2n2 (n= nomor kulit
atau bilangan kuantum kulit yang bersangkutan).
Kulit K (n=1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron
Kulit L (n=2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron
Kulit M (n=3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron
Kulit N (n=4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron
Kulit O (n=5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron
b) Pengisisn elektron dimulai dari kulit K, kulit L, kulit M, dan seterusnya.
c) Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8.
d) Untuk unsur golongan utama, konfigurasi elektron dapat ditentukan sebagai
berikut:
(1) Isi penuh sebanyak mugkin kulit.
(2) Tentukan jumlah elektron yang tersisa.
(3) Jika jumlah elektron yang tersisa > 32, kulit berikutnya diisi dengan 32
elektron.
Jika elektron yang tersisa < 32, kulit berikutnya terisi dengan 18 elektron.
Jika elektron yang tersisa < 18, kulit berikutnya terisi dengan 8 elektron.
Jika elektron yang tersisa < 8, tempatkan semua elektron tersisa pada kulit
berikutnya.
3) Elektron Valensi
Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk
ikatan kimia. Untuk unsur-unsur golongan utama, elektron valensinya adalah yang
terdapat pada kulit terluar. Misalnya, konfigurasi elektron aluminium dan bromium
adalah sebagai berikut:
13Al
: 2. 8. 3
35Br
: 2. 8. 18. 7
Maka elektron valensi aluminium = 3 dan bromin = 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, maka diperoleh kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Penggunaan media CD interaktif dapat menghasilkan prestasi belajar yang
lebih tinggi, karena adanya respon aktif siswa dalam penggunaan CD interaktif dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Sealain itu, siswa
juga bisa memilih materi apa yang menarik dan ingin dipelajari dari menu yang
tersedia, serta dapat memberikan jawaban secara logis (fleksibilitas) sehingga dapat
mendorong siswa untuk mempelajari materi struktur atom secara mandiri. Sedangkan
penggunaan media Macromedia Flash membuat proses pembelajaran yang
berlangsung tidak membosankan karena dapat menyajikan tampilan yang menarik.
Akan tetapi, tidak adanya respon aktif siswa dalam media Macromedia Flash
menyebabkan pemahaman siswa lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan media CD interaktif. Dengan didukung adanya penerapan metode
Think-Pair-Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, maka penggunaan CD interaktif diharapkan siswa lebih termotivasi
dalam mempelajari materi, lebih memudahkan siswa dalam memahami dan
memecahkan masalah.
Dari uraian di atas, diprediksi prestasi belajar siswa pada penggunaan media
CD interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan Macromedia Flash pada metode
Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok struktur atom.
SISWA
STRUKTUR ATOM
METODE Think-Pair-Share (TPS)
(Metode kooperatif dengan optimalisasi partisipasi siswa)
MACROMEDIA FLASH
- Tidak terdapat respon aktif
CD INTERAKTIF
- Respon aktif
Prestasi belajar lebih tinggi
commit to user
Prestasi belajar lebih rendah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
B. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka pemikiran,
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
“Prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi
dibandingkan dengan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada
materi pokok Struktur Atom”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga, pada
kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan tahap-tahap seperti berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal,
permohonan ijin survei, dan konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing.
b. Tahap penelitian
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan dilapangan yang
meliputi uji instrument dan penelitian. Waktu pelaksanaan dari bulan Juli sampai
September 2011.
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. Waktu
pelaksanaan dari bulan Oktober sampai Desember 2011.
Tabel 5. Daftar Rencana Kerja Penulisan Skripsi
No
1
2
3
4
5
6
Feb Mar
Kegiatan
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Try Out
PelaksanaanPenelitian
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Apr
Mei
commit44to user
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan bentuk perluasan dari Randomized Pretest-posttest Comparison
Group Design. Adapun rancangan penelitiannya seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Design Penelitian
Perluasan “Randomized Pretest-posttest Comparison
Group Design”.
Kelompok
Eksperimen I
Eksperimen II
Pretest
T1
T1
Perlakuan
X1
X2
Postest
T2
T2
1. Variabel penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas`dalam penelitian ini adalah penggunaan CD interaktif dan
penggunaan Macromedia Flash.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi
pokok bahasan struktur atom yang diperoleh dari selisih nilai pretest-postest.
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai
berikut:
a. Melakukan observasi pada siswa SMA Negeri 1 Bobotsari, yakni meliputi obyek
penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimilki.
b. Melakukan uji coba pretes pada siswa kelas X untuk mengukur rata-rata
kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
c. Memberi perlakuan X1 kepada kelas eksperimen I, dan perlakuan X2 kepada kelas
eksperimen II.
d. Memberikan postest T2 pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II untuk
mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan X1 dan X2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
e. Memberi angket berisi kemampuan afektif kepada kelas eksperimen I dan
eksperimen II.
f. Melakukan uji statistika terhadap hasil dari masing-masing test.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil SMA
Negeri 1 Bobotsari Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 8 kelas.
2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random
sampling yaitu menetapkan dua kelas dari delapan kelas X semester ganjil secara
acak sebagai kelas eksperimen I dan eksperimen II.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa data tentang prestasi belajar siswa pada
pembelajaran kimia materi pokok Struktur Atom. Penilaian aspek kognitif dipeoleh
langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan
sebelum dan sesudah proses pembelajaran materi Stuktur Atom dengan perangkat tes
yang sama. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan yang diisi langsung oleh siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu penilaian
kognitif dan afektif.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditunjukan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
mengetahui tentang taraf kesukaran, taraf pembeda item soal, validitas dan reliabilitas
dari suatu soal.
a. Taraf Kesukaran Suatu Item
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan Indeks
Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban
benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
IK =
B
N x Skor maksimal
Keterangan :
IK
: Indeks kesukaran
B
: Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
: Kelompok siswa
skor maksimal
: Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu
item
N x skor maksimal : Jumlah jawaban yang benar yang harus diperoleh dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 ─ 1,00
: Mudah Sekali (MS)
0,61 ─ 0,80
: Mudah (MD)
0,41 ─ 0,60
: Sedang/Cukup (Sd-C)
0,21 ─ 0,40
: Sukar (SK)
0,00 ─ 0,20
: Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 2010: 189-192)
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Penilaian Kognitif
Kriteria
Variabel
Jumlah Item
MS
MD
Sd-C
Tes Struktur Atom
30
13
11
3
commit to user
SK
3
SS
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
b. Taraf Pembeda Suatu Item
Taraf pembeda soal adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban benar dari
siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai=upper group) berbeda dari siswasiswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh=lower group) untuk suatu item
(Masidjo, 2010:196). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong kelompok atas
dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
Keterangan :
ID
: Indeks diskriminasi
KA
: Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas
KB
: Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB
: Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau
bawah
NKA atau NKB x Skor maksimal : Perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah yang
seharusnya diperoleh.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 ─ 1,00
: Sangat Membedakan (SM)
0,60 ─ 0,79
: Lebih Membedakan (LM)
0,40 ─ 0,59
: Cukup Membedakan (CM)
0,20 ─ 0,39
: Kurang Membedakan (KM)
Negatif ─ 0,19
: Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 2010: 196-201)
Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang di lakukan
terangkum dalam Tabel 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel
Jumlah Item
Tes Struktur Atom
30
SM
10
LM
15
Kriteria
CM
5
KM
-
SKM
-
c. Validitas Instrumen Penelitian
Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya sesuai untuk
mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini
adalah validitas butir soal. Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Untuk menghitung validitas butir soal
digunakan rumus product moment sebagai berikut :
rxy 
N  XY -  X  Y 
N  X
2

  X  N  Y 2   Y 
2
2

Keterangan :
rxy
: Koefisien validitas
X
: Hasil pegukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: Kriteria yang dipakai
(Masidjo, 2010: 246)
Koefisien korelasi biserial (rxy) menunjukkan validitas item dari suatu butir soal
yang selanjutnya disebut sebagai r hitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila harga r hitung ≥ rtabel.
Koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 2010: 243)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang di lakukan terangkum
dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel
Jumlah Item
Tes Struktur Atom
30
Kriteria
Valid
Tidak Valid
26
4
d. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu
menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil.
Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus
KR 20 yaitu sebagai berikut :
 2

 n   S t   pq 
rtt  

2

n - 1
St


Keterangan :
rtt
: Koefisien reliabilitas
n
: Jumlah item
S
: Deviasi standar
p
: Indeks kesukaran
q
: (q=1–p)
∑ pq
: Jumlah hasil perkalian antara p dan q
(Masidjo, 2010: 233)
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR)
commit to user
(Masidjo, 2010: 209)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel
Tes Struktur Atom
Jumlah Item
30
Reliabilitas
0,847
Kriteria
Tinggi
2. Instrument Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus
menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan memilih
salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa
hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
disediakan. Adapun acuan penilaian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang
dinilai
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Nilai untuk item
mengarah jawaban
positif
4
3
2
1
Nilai untuk item
mengarah jawaban
positif
1
2
3
4
(Depdiknas, 2003: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.
a. Uji Validitas
Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep.
Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukan sampai dimana isi suatu tes
atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau
alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
alat pengukur tersebut. Validitas inipun akan mudah ditentukan pada tes hasil belajar
yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang guru, khususnya
apabila ditaati langkah merumuskan tujuan instruksional dan visualisasi kisi-kisi
sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang
merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau
konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki
validitas konstruksi yang tinggi (Masidjo, 2010: 144).
Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut:
rxy 
N  XY -  X  Y 
N  X
2

  X  N  Y 2   Y 
2
2

Keterangan :
rxy
: Koefisien validitas
X
: Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: Kriteria yang dipakai
(Masidjo, 2010: 246)
Taraf signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% instrumen
validitas suatu tes (rxy).
0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 2010: 243)
Kriteria pengujian :
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik (rtabel)
sebesar 0.304.
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 12.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Variabel
Jumlah Item
Tes Struktur Atom
40
Valid
28
Kriteria
Tidak Valid
12
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang
sama. Untuk mengetahui tingkat realibilitas suatu butir soal yang menghendaki
gradualisasi penilaian digunakan penilaian rumus alpha (digunakan untuk mencari
realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :
2
 n   Si 
rtt  
 1  S 2 
 n  1 

t
Keterangan :
rtt
: Realibilitas instrumen
n
: Jumlah item
ΣSi2
: Jumlah kuadrat S masing-masing
St2
: Kuadrat dari S total keseluruhan item
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 2010: 209 dan 238)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Hasil uji Reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Panilaian Afektif
Variabel
Tes Struktur Atom
Jumlah Item
40
Reliabilitas
0,856
Kriteria
Tinggi
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh karena
itu, perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan
adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode
Liliefors adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat Signifikasi : α = 0,05
3) Statistik Uji
L0 = Maks | F(Zi)-S(Zi) | ; 1,2,3
Keterangan :
F(Zi)
: Peluang Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi {P( Zn ≤ Zi )}
S(Zi)
: Proporsi cacah Zn lebih kecil terhadap seluruh Zi
Zi
: Skor standar
Lo
: Koofisien liliefors pengamatan
Zi
:
S
: Standar deviasi
Xi  X
S
, X : Nilai rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
4) Daerah Kritis
DK = {L| L>Lα;n} dengan n adalah ukuran sampel.
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika L  DK atau H0 diterima jika L  DK
(Budiyono, 2009: 170)
b. Uji Homogenitas
Untuk penggunaan statistik uji tertentu (misalnya analisis variansi)
dipersyaratkan agar populasi-populasi yang diperbandingkan mempunyai variansivariansi yang sama. Populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama disebut
populasi-populasi yang homogen. Uji untuk menguji apakah variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak disebut uji homogenitas populasi (Budiyono,
2009: 174). Salah satu uji homogenitas untuk populasi adalah uji Bartlet dengan
rumus sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
H0 = Sampel berasal dari variasi yang sama (Homogen)
H1 = Sampel berasal dari variasi yang tidak sama (sampel tidak homogen)
2) Taraf Signifikasi : α = 0,05
3) Statistik Uji
X2 

2,3026
f log RKG -  n i  1 log S 2
i
c

Dengan :
X 2 ̴ X 2(k-1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, …, k;
f=N–k=
1
f
j
= derajat kebebasab untuk RKG
fj
c=1+
1 
1 1 
f f
3(k  1) 
j

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
RKG = rerata kuadrat galat =
 SS
f
j
j
SSj =
X
2
j

( X j ) 2
nj
4) Daerah Kritik

DK  X 2 X 2  X12- ;k -1
= (nj-1) s 2j

5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika X 2  DK atau H0 diterima jika X 2  DK
(Budiyono, 2009: 176)
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dalam
penelitian akan diolah dengan menguji selisih nilai pretest dan postest dari prestasi
belajar kognitif dan prestasi belajar afektif. Uji yang digunakan adalah Uji t pihak
kanan.
1) Menentukan Hipotesis
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Keterangan :
µ1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen I (media CD interaktif)
µ2 = Nilai rata-rata kelas eksperimen II (macromedia flash)
2) Taraf Signifikasi : α = 0,05
3) Statistik Uji
sp 
2
n 1  1 S 12  n 2  1 S 22
n1  n 2  2
X1  X 2
t
sp
1
1

n1 n 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Keterangan :
S2
= Standar deviasi sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
S1 2
= Standar deviasi kelas eksperimen I
S2 2
= Standar deviasi kelas eksperimen II
n1
= Banyaknya sampel pada kelas eksperimen I
n2
= Banyaknya sampel pada kelas eksperimen II
t
= Nilai uji kesamaan
X1
= Rata-rata nilai tes kelas eksperimen I
X2
= Rata-rata nilai tes kelas eksperimen II
4) Daerah Kritik
DK = n1+n2 – 2
5) Keputusan Uji
H0 diterima jika t hitung < t tabel
H0 ditolak jika t hitung > t tabel
(Budiyono, 2009: 143-151)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian adalah nilai prestasi belajar pada materi
Struktur Atom. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek afektif yang
diambil dari kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share
(TPS)) dan kelas eksperimen II (Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share
(TPS)). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 72 siswa dari kelas XC dan X-E SMA Negeri 1 Bobotsari tahun pelajaran 2011/2012. Data rerata nilai
prestasi belajar kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif
Kelas
Rerata Nilai
Eksperimen I
Eksperimen II
Pretest Prestasi Belajar Kognitif
59,62
62,60
Postest Prestasi Belajar Kognitif
73,18
81,62
Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif
13,56
19,02
Nilai Prestasi Belajar Afektif
77,92
79,25
Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka disajikan
deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar Kognitif Pokok Bahasan Struktur Atom
Perbandingan distribusi mengenai nilai pretest dan posttest belajar kognitif
kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan
kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS))
pada materi struktur atom disajikan dalam Tabel 15. Sedangkan Perbandingan
distribusi selisih nilai pretest dan posttest untuk masing-masing kelas eksperimen
pada materi struktur atom disajikan pada Tabel 16.
commit58to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Tabel 15. Perbandingan Distribusi Nilai Pretest dan Posttest Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
No
Interval
1
2
3
4
5
6
34.62 - 42.91
42.92 - 51.21
51.22 - 59.51
59.52 - 67.81
67.82 - 76.11
76.12 - 84.41
Jumlah
Pretes
Eksp I
Eksp II
3
6
4
9
11
3
36
2
6
9
11
7
1
36
Posttes
Interval
Eksp I
Eksp II
2
6
2
5
10
11
36
4
6
12
8
2
4
36
50.00 - 58.33
58.34 - 66.67
66.68 - 75.01
75.02 - 83.35
83.36 - 91.69
91.70 - 100.03
Jumlah
Tabel 16. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif
Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II
No
Interval
Nilai
Tengah
1
2
3
4
5
6
-7.70 - 1.92
1.93 - 11.55
11.56 - 21.18
21.19 - 30.81
30.82 - 40.44
40.45 - 50.07
Jumlah
-2.89
6.74
16.37
26.00
35.63
45.26
-
Frekuensi
Eksp I Eksp II
4
7
11
8
4
2
36
7
12
8
6
2
1
36
% Frekuensi
Eksp I
Eksp II
11.11
19.44
30.56
22.22
11.11
5.56
100
19.44
33.33
22.22
16.67
5.56
2.78
100
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada
Tabel 16 dapat dilihat pada Gambar 20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Gambar 20. Histrogram Perbandingan Selisih Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
2. Prestasi Afektif Pokok Bahasan Struktur Atom
Perbandingan distribusi mengenai nilai prestasi belajar afektif kelas
eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas
eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)) pada
materi struktur atom disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
% Frekuensi
Frekuensi
Nilai
No
Interval
Tengah Eksp I Eksp II
Eksp I
Eksp II
1 67.00 – 71.30 69.15
2
8
5.56
22.22
2 71.40 – 75.70 73.55
5
7
13.89
19.44
3 75.80 – 80.10 77.95
18
9
50.00
25.00
4 80.20 – 84.50 82.35
4
8
11.11
22.22
5 84.60 – 88.90 86.75
4
1
11.11
2.78
6 89.00 – 94.30 91.65
3
3
8.33
8.33
100
100
36
36
Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data Tabel 17, dapat
digambarkan seperti pada Gambar 21.
Gambar 21. Histrogram Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
Sesuai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: uji normalitas
Lilliefors dan uji homogenitas varian Bartlett.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas terhadap nilai pretest, posttest dan selisih nilai prestasi belajar
kognitif dan afektif pada pokok bahasan struktur atom pada taraf signifikansi 5%
dapat dilihat pada Tabel 18. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif
Kelompok
Siswa
Kelas
Eksperimen I
Kelas
Eksperimen II
Parameter
L0
Ltabel
Kesimpulan
Selisih Nilai Kognitif
0.1156
0,1477
Normal
Nilai Afektif
Selisih Nilai Kognitif
Nilai Afektif
0,1395
0,1120
0,1179
0,1477
0,1477
0,1477
Normal
Normal
Normal
Tampak dalam Tabel 18 bahwa untuk setiap kelompok siswa diperoleh harga
L0 < Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kesamaan varians
antara dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II.
Hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif menggunakan metode Barlett dengan
taraf signifikansi 0,05 dan dapat dilihat pada Tabel 19. Perhitungan uji homogenitas
nilai kognitif dan afektif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 19. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif
No.
Parameter
2hitung
2
1.
Selisih Nilai Kognitif
0,017
3,841
Kesimpulan
Homogen
2.
Nilai Afektif
1,443
3,841
Homogen
tabel
Dari Tabel 19, menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji
yang kurang dari harga kritik (X2hitung < X2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji t-Pihak Kanan
Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada
selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
a. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi struktur atom pada
taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 20. Perhitungan Uji t-pihak
kanan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 20. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif
Kelompok Belajar
Variansi
Kelas Eksperimen I
153,76
Kelas Eksperimen II
160,19
thitung
ttabel
Kriteria
1,852
1,645
H0 ditolak
b. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar afektif siswa materi struktur
atom pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 21. Perhitungan Uji
t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 21. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif
Kelompok Belajar
Variansi
Kelas Eksperimen I
28,71
Kelas Eksperimen II
43,28
thitung
ttabel
Kriteria
1,769
1,645
H0 ditolak
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Dari analisis terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan
diperoleh hasil seperti yang tercantum diatas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Prestasi belajar pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi
dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi
pokok Struktur Atom dengan prestasi belajar siswa yang diukur adalah prestasi
belajar kognitif dan afektif. Untuk analisa hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak
kanan.
Dari hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh harga
thitung = 1,852 > ttabel = 1,645 dengan dk = 70 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan
untuk prestasi belajar afektif, diperoleh harga thitung = 1,769 dengan harga ttabel =
1,645 dan dk = 70 pada taraf signifikansi 5%. Dari hasil perhitungan uji t-pihak
kanan tersebut, baik untuk prestasi belajar kognitif maupun prestasi belajar afektif H0
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif maupun prestasi
belajar afektif antara kedua kelas. Rerata selisih nilai prestasi belajar kognitif dan
afektif pada pokok bahasan struktur atom pada kelas eksperimen I (media CD
interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) lebih tinggi daripada kelas
eksperimen II (Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)).
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada
penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada
metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I
SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X-E sebagai kelas eksperimen I
yang dikenai pembelajaran dengan media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS) dan kelas X-C sebagai kelas eksperimen II yang dikenai pembelajaran
dengan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar
Sebelum dilakukan pembelajaran materi struktur atom dengan menggunakan
media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen I
dan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas
eksperimen II, masing-masing kelas diberikan pretest untuk mengetahui seberapa
jauh materi yang telah dikuasai siswa, sehingga dengan mengetahui materi yang telah
dikuasai dan belum dikuasai oleh siswa, guru dapat melakukan penekanan terhadap
materi terutama materi yang belum dikuasai siswa. Hasil dari pretest dapat digunakan
sebagai salah satu dasar pembentukan kelompok dalam pembelajaran materi struktur
atom menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS), dimana metode Think-PairShare (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang termasuk
dalam pembelajaran kelompok (cooperative learning) yang heterogen. Dengan
kelompok yang heterogen diharapkan akan memberikan kesempatan saling mengajar,
saling mendukung, dapat meningkatkan relasi, interaksi antar ras, etnik, gender serta
memudahkan pengelolaan kelas karena masing-masing kelompok memiliki anak
yang berkemampuan tinggi yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan
permasalahan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) memiliki
tiga tahapan utama dalam pembelajaran, yaitu: think (berfikir), pair (berpasangan)
dan share (berbagi). Tahapan pertama yaitu think (berfikir) dimana guru
memerintahkan siswa mengerjakan soal. Tahap kedua yaitu pair (berpasangan)
dimana siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari jawaban soal yang telah
dikerjakan dengan pasangannya. Pada tahap ini, siswa akan terlatih menerapkan
konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk
mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Tahapan ketiga yaitu share
dimana siswa berbagi jawaban pasangannya dengan seluruh kelas.
Dalam penyajian materi atau konsep digunakan media CD interaktif dan
macromedia flash. CD interaktif digunakan oleh siswa pada kelas eksperimen I. CD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
interaktif merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan
materi video, disajikan dengan kontrol komputer sehingga pebelajar tidak hanya
melihat gambar dan mendengar suara, tetapi juga memberi respon aktif. Setiap
kelompok yang terdiri dari dua orang siswa memegang satu komputer. Siswa diberi
kesempatan untuk mempelajari sendiri materi struktur atom dengan menggunakan
CD interaktif. CD interaktif memberikan fleksibilitas yaitu pebelajar boleh memilih
apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat
memberikan jawaban secara logis sehingga memungkinkan siswa untuk belajar
secara efektif. Pada kelas eksperimen II, pembelajaran menggunakan media
macromedia flash yang dilengkapi dengan animasi-animasi sehingga materi yang
disajikan menjadi menarik.
Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) menghasilkan keadaan yang
sedikit berbeda selama berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen I
(media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)), metode Think-PairShare (TPS) dapat berjalan lebih optimal. Adanya waktu berpikir (think time)
digunakan siswa secara maksimal untuk mengembangkan pemikirannya masingmasing sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Siswa lebih aktif
diskusi dengan pasangannya yaitu bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya
untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan permasalahan. Pada tahap
sharing, siswa secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya dan
bergiliran pasangan untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas. Berbeda pada
kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share
(TPS)), tahap pair (berpasangan) dan share (berbagi) kurang optimal yaitu terdapat
beberapa kelompok yang tidak mendiskusikan jawabanya dengan pasanganya serta
adanya rasa sungkan ketika ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya
ke depan kelas.
Setelah pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui perubahan
prestasi belajar kognitif dan afektif setelah diterapkannya penggunaan media CD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
interaktif
pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen I dan
penggunaan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk
kelas eksperimen II.
2. Penilaian Kognitif
Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar kognitif pada
pembelajaran struktur atom dengan media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS) lebih tinggi dari media Macromedia Flash pada metode Think-PairShare (TPS). Hal ini dikarenakan thitung > ttabel, dimana thitung yaitu 1,852 lebih tinggi
dari ttabel 1,645.
Penggunaan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)
memberikan hasil prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan media
Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). Penerapan metode ThinkPair-Share (TPS) dari masing-masing kelas sangat memberikan manfaat bagi siswa
karena mendorong siswa lebih aktif bertanya, mengungkapkan pendapat dan kreatif
dalam mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan juga
mengembangkan sistem diskusi antar siswa sehingga secara langsung mampu
mengembangkan kerjasama antar siswa dan partisipasi antar siswa dalam kelompok
dapat berjalan dengan optimal. Adanya penggunaan media yang berbeda dalam
proses pembelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar siswa terlihat bahwa kedua
kelas tersebut sama-sama menggunakan media animasi, akan tetapi terdapat
perbedaan cara siswa berkomunikasi dengan media.
Dalam kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS)), siswa dihadapkan pada “penemu” konsep. Ketika siswa memakai
media ini, siswa dipancing untuk berfikir terlebih dahulu sampai mereka menemukan
konsep materi. Penggunaan CD interaktif yang dilakukan oleh siswa memungkinkan
terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi yang diajarkan. CD
interaktif sebagai media dapat langsung menerima respon balikan dari siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
berbentuk jawaban dan langsung dianalisis oleh komputer sehingga menghasilkan
jawaban komputer yang berbeda dari siswa satu dengan yang lain sesuai jawaban
yang diberikan siswa. Materi pelajaran akan menjadi lebih menarik, karena siswa
menemukan keadaan yang berbeda dari pelajaran yang biasanya mereka langsung
mendapat konsep dari materi tanpa tahu penemuan konsep tersebut, sehingga siswa
menjadi lebih memahami konsep yang dapat mendorong prestasi kognitif siswa yang
baik. Berbeda dengan kelas eksperimen II yang menggunakan media Macromedia
Flash, mereka langsung diberi konsep. Oleh karena itu dalam kelas yang
menggunakan CD interaktif, siswa menjadi “penemu” konsep akan lebih mudah
memahami konsep dibandingkan dengan siswa yang diberi konsep.
3. Penilaian Aspek Afektif
Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak, perilaku, sikap,
minat, nilai, konsep diri dan moral siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai
keberhasilan studi secara optimal, apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu dalam hal ini adalah pelajaran kimia sehingga diketahui bahwa
kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai
hasil pembelajaran pada aspek kognitif.
.Dari analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar afektif siswa pada
pembelajaran struktur atom dengan menggunakan media CD interaktif pada metode
Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan media
Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). Terlihat bahwa dari harga
thitung 1,769 lebih tinggi dari t tabel 1,645.
Antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama-sama menggunakan
metode pembelajaran yang sama yaitu Think-Pair-Share (TPS). Dalam Think-PairShare (TPS), adanya tahap Thinking dapat melatih siswa dalam mengembangakan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Dengan demikian siswa dapat
belajar secara mandiri dan terbiasa memandang sesuatu dari sudut pandang disiplin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
ilmu yang berbeda. Sedangkan tahap Sharing yang dimulai dengan bertukar ide
bersama pasangannya dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sebelum
mengungkapkan idenya ke kelompok yang lebih besar (kelas).
Meskipun sama-sama menggunakan metode pembelajaran yang sama, namun
menghasilkan prestasi belajar afektif yang berbeda. Pada kelas eksperimen I (media
CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)), siswa lebih termotivasi dalam
mengikuti pelajaran karena dalam pembelajarannya menggunakan CD interaktif,
siswa dari X-E belum pernah mendapatkan pembelajaran yang menggunakan CD
interaktif. Siswa mendapat keadaan yang berbeda dari pembelajaran yang biasanya.
CD
interaktif
memiliki
komponen
untuk
memberikan
fleksibilitas
yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif. Komponen ini membuat belajar
interaktif beradaptasi untuk pengguna yaitu kecepatan individual, konten dan akses
mudah. Dengan dihadapkan pada sesuatu yang baru akan muncul rasa ingin tahu dari
siswa, sehingga pelajaran menjadi tidak membosankan, dapat menaikan minat siswa
terhadap pembelajaran, dan termotivasi untuk menekuni materi yang disajikan. Hal
ini didukung oleh Suzan Duygu Eristi (2008) yang menyatakan bahwa CD interaktif
memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih termotivasi. Dalam
proses sharing, siswa sangat bersemangat untuk berdiskusi materi dan memecahkan
soal-soal yang disajikan. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa sering
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam yang berhubungan dengan
materi dipelajari. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat dijadikan sebagai
indikator tingkat pemahaman siswa atas materi yang diajarkan. Adanya pertanyaan
yang diajukan oleh siswa juga menandakan bahwa siswa memusatkan pikiran
terhadap suatu masalah, termotivasi untuk berpikir, mengembangkan minat dan
pengetahuan, dan mampu mengemukakan pendapat.
Berbeda dengan kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode
Think-Pair-Share (TPS)), meskipun menggunakan animasi yang bagus, akan tetapi
dalam proses diskusi sebagian siswa tidak semuanya aktif. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
dimungkinkan karena siswa sudah terbiasa bersikap pasif dalam proses pembelajaran
sebelumnya dan belum adanya penyesuaian terhadap metode pembelajaran yang baru
diterapkan, sehingga bagi siswa yang tidak aktif akan ketinggalan dengan siswa yang
aktif sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai kurang berhasil. Dari
pembahasan dapat diketahui bahwa metode Think-Pair-Share (TPS) disertai CD
interaktif dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh
karena itu prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia materi struktur atom dengan
menggunakan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share
(TPS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada perumusan masalah, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih
tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada
materi pokok Struktur Atom. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif
siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II masing-masing sebesar 19,03 dan
13,57. Sedangkan rata-rata prestasi afektif siswa kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II masing-masing sebesar 79,53 dan 77,03. Dari hasil perhitungan
menggunakan uji t-pihak kanan, prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 1,852 >
ttabel = 1,645 dan prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,769 > ttabel = 1,645.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka
sebaiknya penggunaan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)
diterapkan sebagai alternatif dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya pada
pokok bahasan struktur atom sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
C. Saran
Bertolak dari kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya guru menggunakan media CD interaktif pada materi struktur atom,
karena hasil penelitian menunjukan prestasi belajar kognitif dan afektif dengan
menggunakan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS).
commit71to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
2. Dalam pembelajaran dikelas diperlukan penggunaan media atau metode yang
menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi
siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media CD interaktif
pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada pokok bahasan lain yang bersifat
informatif.
commit to user
Download