perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: OKTY IHWANTI X 3307029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: OKTY IHWANTI X 3307029 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mengetahui, commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari Tanggal commit to user iv : Jum’at : 16 Desember 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Okty Ihwanti NIM : X3307029 Jurusan/ Prodi : P. MIPA/P. Kimia Fakultas : FKIP Judul Penelitian : Studi Komparasi Media CD Interaktif dengan Macromedia Flash pada Metode Think-pair-Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2011/2012. Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan Kode Etik Ilmiah. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Okty Ihwanti. X3307029. STUDI KOMPARASI MEDIA CD INTERAKTIF DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Desember. 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian ”Randomized Pretest Posttest Comparison Group Design”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-C dan X-E di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan tes kognitif dan angket afektif. Teknik analisis data menggunakan Uji t-pihak kanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012 menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai CD interaktif lebih tinggi daripada menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai macromedia flash. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata selisih prestasi kognitif siswa kelas eksperimen I (CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas eksperimen II (macromedia flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)) masing-masing sebesar 19,03 dan 13,57. Rata-rata prestasi afektif siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II masing-masing sebesar 79,53 dan 77,03. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan diperoleh thitung = 1,852 > ttabel = 1,645 untuk prestasi belajar kognitif dan t hitung = 1,769> ttabel = 1,645 untuk prestasi belajar afektif dengan taraf signifikansi 5%. Kata kunci : Studi komparasi, CD interaktif, macromedia flash, metode Think-Pair-Share (TPS), struktur atom, prestasi belajar commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Okty Ihwanti. X3307029. A COMPARATIVE STUDY BETWEEN INTERACTIVE CD AND MACROMEDIA FLASH ON THINK-PAIR-SHARE (TPS) METHOD TO THE STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ON THE MAIN MATERIAL OF ATOMIC STRUCTURE AT THE X GRADE OF FIRST SEMESTER OF SMA NEGERI 1 BOBOTSARI, PURBALINGGA REGENCY IN ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. Desember. 2011. The aim of this research is to know “the students learning achievement using interactive CD is higher than the macromedia flash on Think-Pair-Share (TPS) method in Atomic Structure at the X grade of the first semester of SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga regency in academic year of 2011/2012”. This research used an experimental method with “Randomized Pretest Posttest Comparison Group Design”. The sample of this research are the students on classX-C and X-E of SMAN 1 Bobotsari, Purbalingga Regency.The sampling technique used was cluster random sampling technique. The data is collected by using cognitif test and affective questionnaire. Technique of analyzing the data used “t-test right side”. Based on the result of the research, it can be concluded that the students learning achievement in Atomic Structure main material at the X grade of first semester of SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga regency in academic year 2011/2012 using interactive CD on Think-Pair-Share (TPS) method is higher than the students learning achievement that macromedia flash on Think-Pair-Share (TPS) method. This is shown by the differences between students mean score of experiment class I (interactive CD on Think-Pair-Share (TPS) method) and the students mean score of experiment class II (Think-Pair-Share (TPS) with macromedia flash). That got 19,03 dan 13,57 for each. The affective achievement the differences of between experiment class I and experiment class II is about 79,53 dan 77,03. Whereas based on the result of t-test right side, it shows tcount = 1,852 > ttable = 1,645 for the cognitive learning achievement and tcount= 1,769> ttable = 1,645 for the affective of learning achievement with significance level is 5%. Key word: Comparative study, interactive CD, macromedia flash, Think-Pair-Share (TPS) method, atomic structure, achievement learning commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Ketika Kumohon Kekuatan Allah Memberiku Kesukaran Agar Aku Menjadi Kuat Ketika Kumohon Kebijaksanaan Allah Memberiku Masalah Untuk Dipecahkan Ketika Kumohon Sebuah Cinta Allah Memberiku Orang-Orang Bermasalah Untuk Kutolong Ketika Kumohon Petunjuk Allah Memberiku Kesempatan Aku Tak Pernah Memperoleh Apa Yang Aku Inginkan Tetapi Aku Menerima Apa Yang Aku Butuhkan Apa Yang Diberikan Oleh Allah, Itulah Yang Terbaik! commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Sebuah persembahan terindah untuk: Bapak, Ibu serta kamasku tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang dan do’a restu yang tulus (__maaf mungkin selama ini sering mengecewakan__) Sahabatku (ya2, Selly, dephy, pi2, eni & erni) yang selalu memberiku semangat. Class of 2007 makasih atas persahabatannya selama ini. Bapak ibu Suparlan dan mb dian yang selalu memotivasiku. Warga Bashiroh (Injani, Inchen, Desi, Pandan, Dephita, Cindra, Puji, Nita) thanks buat segalanya. Almamaterku.. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 2. Bapak Sukarmin, M.Si, P.hD selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui permohonan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini dan selaku Penguji II yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan kebijaksanaan, kesabaran, bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Ibu Nanik Dwi N, S.Si, M.Si selaku pembimbing II yang telah pula memberikan kebijaksanaan, kesabaran, bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Sugiharto, Apt. MS selaku Penguji I yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini. commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Bapak Drs. Djumadi, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bobotsari yang telah memberikan izin serta fasilitas selama penulis mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Bobotsari. 8. Bapak Drs. Murdjito selaku guru kimia SMA Negeri 1 Bobotsari yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian. 9. Siswa-siswi kelas X-C dan X-E di SMA Negeri 1 Bobotsari. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Kimia’07. 11. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, Desember 2011 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………...…… i HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………………… ii HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iv PERNYATAAN………………………………………………………………... v ABSTRAK………………………………………………………………...…… vi ABSTRACT……………………………………………………………………. vii MOTTO………………………………………………………………………... viii PERSEMBAHAN……………………………………………………………… ix KATA PENGANTAR…………………………………………………………. x DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xvi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xvii BAB 1 BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1 B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 5 C. Pembatasan Masalah…………………………………...……… 5 D. Rumusan Masalah……………………………………...……… 6 E. Tujuan Penelitian………………………………………………. 6 F. Manfaat Penelitian……………………………………...……… 6 LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Kimia……………………………... 8 2. Studi Komparasi…………………………………………... 10 3. Metode Think-Pair-Share (TPS)………………………….. 11 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id 4. BAB III BAB IV digilib.uns.ac.id Media Pembelajaran………………………………………. 13 a. CD Interaktif…………………………………………. 15 b. Macromedia Flash…………………………………… 17 5. Prestasi Belajar……………………………………………. 19 6. Pokok Bahasan Struktur Atom……………………………. 21 B. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 42 C. Hipotesis………………………………………………………. 43 METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………. 44 B. Metode Penelitian……………………………………………… 45 C. Populasi dan Sampel…………………………………….…….. 46 D. Teknik Pengumpulan Data……………………………….……. 46 E. Instrumen Penelitian…………………………………………… 46 F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat……………………………………………..... 54 2. Uji Hipotesis……………………………………………… 56 HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data…………………………………………………. B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis C. D. 58 1. Uji Normalitas…………………………………………….. 61 2. Uji Homogenitas………………………………………..… 62 Hasil Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji t-Pihak Kanan…………………………………... 63 2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian……………………... 63 Pembahasan……………………………………………………. 64 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id BAB V digilib.uns.ac.id PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. 71 B. Implikasi……………………………………………………… 71 C. Saran…………………………………………………………… 71 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 73 LAMPIRAN……………………………………………………………………. 76 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1 Sifat-sifat Partikel Sub Atom………………………………………..... 23 Tabel 2 Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen……………………………… Tabel 3 Massa Beberapa Isotop……………………………………………….. 38 Tabel 4 Kulit dan Jumlah Elektron Maksimum……………………………….. 39 Tabel 5 Daftar Rencana Kerja Penulisan Skripsi……………………………… 44 Tabel 6 Design Penelitian Perluasan “Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design”………………………………………….. 36 45 Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Penilaian Kognitif……….... 47 Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif..… 49 Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif............. 50 Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif…….. 51 Tabel 11 Skor Penilaian Afektif………………………………………………… 51 Tabel 12 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif………… 53 Tabel 13 Rangkuman Hasil Uji reliabilitas Instrumen Panilaian Afektif…….... Tabel 14 Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi 54 Belajar Afektif……………………………………………………........ 58 Tabel 15 Perbandingan Distribusi Nilai Pretest dan Posttest Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II………………………… 59 Tabel 16 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II………. 59 Tabel 17 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II……………….... 60 Tabel 18 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif………….. 62 Tabel 19 Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif…………………… 62 Tabel 20 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif…………...……………..... 63 Tabel 21 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif…………...……………..... 63 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Siklus Pembelajaran Kimia………………………………………. Gambar 2 John Dalton……………………………………………………….. 22 Gambar 3 Model Atom Dalton………………………………………………. 22 Gambar 4 J.J. Thomson……………………………………………………… 24 Gambar 5 Model Atom J.J. Thomson……………………………………….. 24 Gambar 6 Tabung Sinar Katoda……………………………………………... 25 Gambar 7 Robert A. Milikan………………………………………………… 26 Gambar 8 Percobaan Tetes Minyak Milikan………………………………… 26 Gambar 9 Rutherford………………………………………………………… 27 Gambar 10 Model Atom Rutherford………………………………………….. Gambar 11 Penghamburan Sinar Alfa………………………………………… 29 Gambar 12 Neils Bohr……………………………………………………….... 30 Gambar 13 Model Atom Neils Bohr………………………………………….. 30 Gambar 14 Lintasan Atom……………………………………………………. 31 Gambar 15 Model Atom Mekanika Gelombang……………………………… 32 Gambar 16 Tabung Sinar Terusan…………………………………………….. 33 Gambar 17 Susunan Atom…………………………………………………….. 35 Gambar 18 Susunan Ion………………………………………………………. Gambar 19 Persebaran Elektron Dalam Atom Hidrogen, Atom Helium, Atom Litium, Atom Phosphor…………………………………………... Gambar 20 27 37 40 Histrogram Perbandingan Selisih Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II……………………. Gambar 21 8 60 Histrogram Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II………………………………………….. 61 commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus………………………………………………………… 76 Lampiran 2 RPP………………………………………………………….... 77 Lampiran 3 Indikator Tes Prestasi Belajar Kognitif………………………. 97 Lampiran 4 Soal Tes Kognitif……………………………………………... 100 Lampiran 5 Jawaban Soal Tes Kognitif ………………………………....... 109 Lampiran 6 Lembar Jawab tes Kognitif …………………………………... 110 Lampiran 7 Indikator Tes Prestasi Belajar Afektif………………………... 111 Lampiran 8 Soal Try Out Afektif………………………………………….. 112 Lampiran 9 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Soal Tes Kognitif…………………………………. 116 Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Afektif……..………... 117 Lampiran 11 Data Induk Penelitian……………………………….………... 118 Lampiran 12 Normalitas Data Penelitian…………………………………… 119 Lampiran 13 Uji Homogenitas Data Penelitian……………………... …….. 127 Lampiran 14 Uji Matching………………………………………………….... 131 Lampiran 15 Uji t-pihak kanan……………………………………………... 132 Lampiran 16 Print Out Media pembelajaran CD Interaktif………………… 134 Lampiran 17 Print Out Media Pembelajaran Macromedia Flash…............... 143 Lampiran 18 Validasi Media………………………………………………... 147 Lampiran 19 Daftar Nilai Siswa Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011…….. 149 Lampiran 20 Daftar Nilai Siswa Kelas Konvensional……………………… 156 commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Hasbullah, 2005: 4). Pendidikan dapat diperoleh melalui belajar baik di lembaga formal, informal, ataupun nonformal. Pendidikan di Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup berat, salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan kualitas pendidikan. Selain itu, dunia pendidikan juga senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk mengatasi masalah tersebut secara berkesinambungan, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum. Salah satu usaha pemerintah dalam rangka memperbaiki kurikulum pendidikan Indonesia adalah dengan penggantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemerintah mengeluarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004 (Competency-based Curicullum), untuk diterapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Bambang Soehendro, 2006: 1). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Ilmu kimia pada hahekatnya merupakan ilmu yang berdasarkan eksperimen dan akal sehat para ahli dan peranannya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:5). Meskipun kimia sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa kimia merupakan ilmu yang sulit. Hal ini dikarenakan ilmu kimia erat kaitannya dengan konsep atau materi yang berupa abstak dan kompleks (Mulyati Arifin, 1995: 220). Sehingga untuk memahami konsepcommit1to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 konsep tersebut dibutuhkan penalaran yang tinggi. Kesulitan dalam memahami kimia juga ditemukan pada peserta didik di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga khususnya pada materi pokok struktur atom. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya nilai yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang diberlakukan yaitu 65. SMA Negeri 1 Bobotsari telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga guru dapat memodifikasi pembelajaran agar siswa lebih memahami materi yang di ajarkan. Sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Bobotsari bisa dikatakan lengkap, dengan laboratorium komputer serta penggunaan LCD di setiap kelas. Namun dalam proses pembelajaran kimia, penggunaan metode dan media pembelajaran yang digunakan sering didominasi oleh metode ceramah dan media power point, sehingga siswa menjadi pasif dikelas, proses belajar mengajar menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan. Banyaknya nilai siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) pada materi struktur atom, dimungkinkan karena adanya metode dan media yang digunakan kurang sesuai materi struktur atom sehingga perlu adanya pembaharuan mengenai metode dan media pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembaharuan model pembelajaran. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang dapat diterapkan, salah satunya adalah metode ThinkPair-Share (TPS) yang memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menuju partisipasi mereka dengan orang lain (Isjoni, 2010: 78). Metode Think-PairShare (TPS) umumnya kelas dibagi menjadi pasangan-pasangan yang beranggotakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 2 orang atau disebut juga kelompok kecil. Kelompok kecil ini berhubungan positif dengan prestasi belajar (Daniel Muijs & David Reynolds, 2008:82). Selain metode pembelajaran, penggunaan alat bantu atau media juga sangat membantu dalam proses pembelajaran terutama meningkatkan prestasi belajar (Sudarwan Danim, 1995: 1). Ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media dan dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media (Syaiful dan Aswan, 2006: 120). Media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah CD interaktif. Menurut Suzan Duygu Eristi (2008: 1-8), CD interaktif memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih termotivasi. Siswa yang termotivasi lebih memperhatikan pelajaran dengan kesadarannya sendiri dan rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan (Syaiful dan Aswan, 2006: 162-163). Media lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Macromedia Flash. Macromedia flash mempunyai veriasi teknik penyajian yang menarik yaitu gambar terlihat lebih jelas karena terlihat nyata dan bergerak serta memungkinkan adanya diskriminasi warna sehingga pembelajaran tidak membosankan. Materi pokok struktur atom merupakan salah satu materi kimia yang terdiri dari perkembangan teori atom, orbital, dan konfigurasi elektron yang bersifat abstrak, membutuhkan pemahaman (Depdiknas, 2003: 3) dan pada umumnya memerlukan suatu motivasi lebih untuk mempelajari materi ini. Perlunya pemahaman dan motivasi dalam mempelajari materi struktur atom menyebabkan perlunya penggunaan metode dan media yang bervariasi karena dapat memotivasi dan membantu siswa dalam menyerap bahan pelajaran (Syaiful dan Aswan, 2006:158-159). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran memberikan dampak positif yaitu memotivasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Isjoni, 2010: 13). Penerapan metode ceramah dalam proses pembelajaran struktur atom yang menyebabkan ketidakaktifan siswa perlu dirubah dengan menerapkan metode Think-Pair-Share (TPS). Menurut Henry Suryo Bintoro (2009: 93-94), metode Think-Pair-Share (TPS) membuat siswa lebih aktif dalam belajar mengajar karena selain menggali kemampuannya sendiri, siswa juga diarahkan bekerja sama untuk memecahkan permasalahan meskipun dalam kelompok kecil. Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) dalam materi struktur atom, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan, kerjasama dan lebih memotivasi siswa dalam mempelajari materi struktur atom, sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Selain itu, penggunaan media CD interaktif dalam pembelajaran struktur atom dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi karena dalam CD interaktif terdapat menu-menu khusus yang dapat diklik untuk memunculkan informasi yang diinginkan oleh siswa. CD interaktif juga membantu mempertajam materi struktur atom yang disampaikan yaitu dengan kelebihannya yang menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara, dan gerakan. Penggunaan Macromedia Flash dalam pembelajaran struktur atom juga diharapkan dapat menarik minat siswa karena materi struktur atom yang bersifat abstrak, dapat disajikan dalam bentuk animasi dengan tampilan yang lebih jelas. Adanya kemampuan diskriminasi warna dalam Macromedia Flash dan variasi penyajian teknik yang menarik diharapkan dapat menciptakan pembelajaran struktur atom yang lebih menyenangkan. Dengan mempertimbangkan permasalahan, perlu dilakukan penelitian dengan judul: “Studi Komparasi Media CD Interaktif dengan Macromedia Flash pada Metode Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Stuktur Atom Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2011/2012”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia khususnya materi pokok Struktur Atom masih rendah. 2. Perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang sesuai pada materi Struktur Atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga. 3. Perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang sesuai pada materi Struktur Atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga. 4. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS). 5. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum menggunakan media CD interaktif dan Macromedia Flash. 6. SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga belum menggunakan media CD interaktif dan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran kimia khususnya materi Struktur Atom. C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, dan tidak memungkinkan setiap masalah yang ada untuk diteliti, maka penelitian ini hanya dibatasi : 1. Objek Penelitian Siswa kelas X semester 1 SMA N 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Metode dan Media Pembelajaran Metode Think-Pair-Share (TPS) dengan menggunakan media pembelajaran CD interaktif (kelas eksperimen I) dan metode Think-Pair-Share (TPS) dengan menggunakan media pembelajaran Macromedia Flash (kelas eksperimen II). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 3. Materi Pokok Materi pelajaran yang digunakan dibatasi pada materi pokok struktur atom. 4. Penilaian Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan afektif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibanding dengan penggunaan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga?“. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : “Prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012”. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang penggunaan media CD interaktif dan Macromedia Flash pada metode commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Think-Pair-Share (TPS) terhadap pencapaian prestasi belajar pada materi pokok struktur atom. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan media pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektifitas pembelajaran. b. Sebagai referensi bagi peneliti yang mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Kimia Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat (Depdiknas, 2003: 1). Konsep-konsep yang dipelajari dalam kimia diperoleh dari hasil-hasil eksperimen dan penalaran. Dalam penalaran kimia, semua konsep tersebut disusun dalam suatu urutan berjenjang yang sistematis dan saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar. Pembelajaran kimia merupakan suatu siklus yang terdiri atas tiga tahap, yaitu : a) perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia, b) pelaksanaan proses pembelajaran kimia, dan c) penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran kimia Penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia Pelaksanaan pembelajaran kimia Feedback Feedback Gambar 1. Siklus pembelajaran kimia (Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2007 : 4). Standar kompetensi dalam mata pelajaran kimia dirumuskan atas dasar struktur ilmu kimia dan keterampilan-keterampilan proses sains. Selanjutnya standar commit8to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 kompetensi dikembangkan menjadi kompetensi dasar. Materi pembelajaran kimia adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar. Materi pembelajaran kimia dapat berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum kimia (Sutiman, 2004 : 40-41). Adapun tujuan mata pelajaran kimia SMA yang telah dicantumkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu : a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Fungsi pembelajaran kimia yaitu : a. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 d. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. e. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. f. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia. (Depdiknas, 2003) Materi pembelajaran kimia yang dipakai dalam penelitian ini adalah materi struktur atom. Pembahasan struktur atom mencangkup teori-teori perkembangan atom, partikel penyusun atom, dan bagaimana partikel penyusun atom bergabung satu sama lain untuk membentuk materi yang berukuran besar (Depdiknas, 2003: 2&5). Konsep dalam struktur atom diperoleh para ahli dari hasil eksperimen dan penalaran yang penting untuk dipahami karena peranannya diperlukan dalam kehidupan seharihari. 2. Studi Komparasi a. Studi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 708), studi berasal dari bahasa Inggris to study yang berarti ingin mendapatkan atau mempelajari. Mempelajari berarti ingin mendapatkan sesuatu yang khusus dengan didorong oleh rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang belum dipelajari dan dikenal. b. Komparasi Komparasi berasal dari bahasa Inggris to compare yang berarti membandingkan paling tidak ada dua masalah dan ada faktor persamaan dan faktor perbedaan. Komparasi adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisis hubungan sebab akibat yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain (Winarno Surakhmad, 1986: 84). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, dan kritik terhadap orang (Suharsimi Arikunto, 2006: 267). Dari berbagai pengertian di atas, maka studi komparasi adalah suatu bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis komparasi untuk menguji ada tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode Think-PairShare (TPS) disertai CD interaktif dengan metode Think-Pair-Share (TPS) disertai macromedia flash pada materi struktur atom kelas X SMA Negeri 1 Bobotsari kabupaten Purbalingga. 3. Metode Think-Pair-Share (TPS) Think–Pair-Share (TPS) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland (Slavin, 2008: 257). Teknik ini memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2010: 78). Sedangkan menurut N. Azlina Nik A. (2010: 6), Think-Pair-Share (TPS) adalah sebuah teknik belajar kooperatif di mana siswa mendengarkan pertanyaan atau presentasi, punya waktu untuk berpikir secara individu, berbicara dengan satu sama lain dalam pasangan, dan akhirnya berbagi tanggapan dengan kelompok yang lebih besar. Gagasan umum tentang Think-Pair-Share (TPS) adalah siswa berfikir secara mandiri atau memecahkan masalah dengan tenang, kemudian berpasangan dan berbagi pikiran mereka dengan seseorang di dekatnya. Teknik Think- Pair-Share (TPS) juga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa dan mereka memiliki cukup waktu untuk mendiskusikan ide-ide mereka satu sama lain. Dalam menggunakan tipe Think–Pair-Share (TPS), umumnya kelas dibagi menjadi pasangan-pasangan yang beranggotakan 2 orang. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) dalam Slavin (2008: 257) adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. b. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. c. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. d. Guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dengan metode Think-Pair-Share (TPS), diantaranya : a. Budi Handoyo (2006), dengan judul “Penerapan Think-Pair-Share Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi” b. Henri Suryo Bintoro (2009), dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Struktural Metode Think-Pair-Share (TPS) Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa” c. N. Azlina Nik A dengan judul “CETLs: Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Technique”. Menurut Budi Handoyo (2006: 3), aktivitas dan prestasi belajar siswa selama penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) didalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Adanya kerjasama secara berpasangan memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berfikir dan saling bertukar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 pendapat, menjawab pertanyaan untuk memecahkan masalah sehingga seluruh siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. 4. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi (Sri Anitah, 2009: 1). Terdapat beberapa definisi media yang dikutip oleh Sri Anitah (2009: 1-2) antara lain: a. Asssociation for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. b. Briggs (1985), mengatakan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk didalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu system penyampaian. c. Gerlach & Ely (1980), media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Didalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, internet, film, microfilm, dsb. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar (Sri Anitah, 2009: 2). Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap (Sri Anitah, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 2009: 2). Ada dua unsur yang terkandung di dalam media pembelajaran, yaitu: a) pesan atau bahan/materi pembelajaran yang akan disampaikan, atau perangkat lunak (software); dan b) alat penampil atau perangkat keras (hardware) (Suwarna dkk, 2006: 118). Menurut Suwarna (2006: 118) dilihat dari jenisnya media pembelajaran dibagi menjadi: a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, video-cassete, piringan audio. b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film berangkai), slides (film berangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi jenis media auditif dan visual. Media audiovisual ini dibagi lagi menjadi: 1) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film bingkai suara, cetak suara, dan 2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar bergerak seperti film suara dan video-casette. Nilai-nilai praktik media pembelajaran adalah: a. Meletakan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana system peredaran darah pada manusia, digunakan film. b. Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas; misalnya pasar, pabrik, binatang-binatang yang besar dan alat perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film, atau gambar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 c. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang lambat. d. Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa. e. Membangkitkan motivasi belajar siswa. f. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa. g. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya (sumber belajar). h. Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk digunakan pada saat yang lain. i. Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup dikutub. j. Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari tentang bakteri dengan menggunakan mikroskop. (Syaiful & Aswan, 2006: 138) Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk: a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar. d. Membangkitkan motivasi pada subjek belajar. (Suwarna, 2006: 130) a. CD Interaktif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “in-ter-ak-tif” mempunyai arti bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Interaktif berarti hubungan timbal balik, bukan hanya satu arah. CD interaktif merupakan salah satu media komputer commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 interaktif yang di kemas dalam bentuk CD. Media CD interaktif adalah suatu media yang mempunyai fungsi menyampaikan informasi ke pengguna dan penerima informasi dari pengguna. Media interaktif menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer. Ini merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, disajikan dengan kontrol komputer sehingga pebelajar tidak hanya melihat gambar dan mendengar suara, tetapi juga memberi respon aktif (Sri Anitah, 2009: 64). Komponen dasar CD interaktif termasuk interaktivitas tingkat tinggi, antarmuka, grafis, audio, video, teks, grafik navigasi, komprehensif dan animasi. CD interaktif juga efektif mendorong siswa untuk belajar mandiri. Komponen dari sebuah CD pembelajaran interaktif memberikan fleksibilitas yang memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif. Komponen ini membuat belajar interaktif beradaptasi untuk pengguna yaitu kecepatan individual, konten dan akses mudah. Selain itu, CD interaktif memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih termotivasi (Suzan Duygu Eristi, 2008: 1-8). Ada beberapa penelitian mengenai penggunaan CD interaktif, antara lain: 1) Tse-Kian Neo, Mai Neo and Belinda S.P. Teoh (2007) “Designing A CD Based Learning Environment For A Multimedia Animation Course” 2) Tri Hartanto (2009) “Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Media Komputer Dengan CD Interaktif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar SMA Kabupaten Sragen” 3) Indriyanto (2008) “Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas XII SMA Kabupaten Sragen” Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tse-Kian Neo et al (2007: 757), menyimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif meningkatkan skor belajar sebesar 32,4%. Sedangkan menurut Tri Hartanto (2009: 79), siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media komputer dengan CD interaktif memiliki commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 prestasi belajar yang lebih baik karena memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pengguna dengan materi serta memberikan umpan balik terhadap respon siswa dengan segera. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan motivasi yang tinggi, mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan motivasi yang rendah. Sebagai media pembelajaran, CD interaktif mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari CD interaktif antara lain sebagai berikut: 1) Media ganda Teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup dapat dikombinasikan dalam satu sistem yang mudah digunakan. 2) Fleksibilitas. Pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban secara logis. 3) Partisipasi pebelajar, karena memerlukan partisipasi pebelajar. Kelemahannya : 1) Biaya Keterbatasan yang paling signifikan untuk interaksi dengan video adalah biaya. 2) Produksi yang mahal Akan sangat mahal untuk produksi komersial seperti CD-ROM dan DVD. 3) Kekakuan Disket komersial tidak dapat diubah sekali dibuat, karena itu materi menjadi kadaluarsa. Sri Anitah (2009: 65) b. Macromedia Flash Macromedia flash memberikan desain kemampuan membuat animasi web dengan mudah dan nonteknis. Animasi berbasis vektor Flash lebih cepat, cantik dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 berukuran jauh lebih kecil daripada film animasi yang lain, serta animasi flash lebih cepat dibawa kemana-mana, dimasukan ke CD, dilampirkan di email, dikirimkan ke orang lain yang tidak memiliki (http://id.wikipedia.org/wiki/Adobe-Flash). player/plugin Ariesto Hadi Flash Sutopo sekalipun (2003: 60) mengemukakan bahwa “Macromedia flash adalah software aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk internet. Dengan macromedia flash, aplikasi web dapat dilengkapi dengan beberapa macam animasi, audio, interaktif animasi dan lain-lain”. Sedangkan menurut Rizky Rahman J. dkk (2008: 5), macromedia flash adalah software yang dipakai luas oleh para profesional web karena kemampuannya yang mengagumkan dalam menampilkan multimedia, menggabungkan unsur teks, grafis, animasi, suara dan serta interaktivitas bagi pengguna program animasi internet. Menurut Siti Mutmainah dkk (2002: 1-2), animasi dan gambar yang dibuat dengan flash akan tetap terlihat bagus pada ukuran windows dan resolusi layar berapapun. Hal ini disebabkan karena flash dibuat dengan teknologi vector graphic yang mendeskripsikan gambar memakai garis dan kurva, sehingga ukurannya dapat diubah sesuai kebutuhan tanpa mengurangi atau mempengaruhi kualitas dari gambar tersebut. Waktu loading (kecepatan gambar atau animasi yang muncul) lebih cepat dibanding dengan pengolahan animasi lainnya, seperti animated gifs dan java applet. Macromedia flash juga mampu membuat website yang interaktif, karena user dapat menggunakan keyboard atau mouse untuk berpindah ke bagian lain dari halaman web atau movie, memindahkan objek, memasukkan informasi di form. Mampu menganimasi grafis yang rumit dengan sangat cepat, sehingga membuat animasi layar penuh bisa langsung disambung ke situs web. Sebagai media pembelajaran, macromedia flash mempunyai beberapa kelebihan dan keterbatasan. Kelebihannya antara lain: 1) Gambar yang disajikan lebih jelas, karena terlihat nyata dan bergerak, sehingga siswa dapat melihatnya sambil mencatat. 2) Memungkinkan penyajian diskriminasi warna dan menarik minat siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 3) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas. 4) Mempunyai variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan, karena disertai dengan bunyi/suara/lagu. 5) Dalam penyampaian di kelas, lebih menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang. 6) Dapat menyajikan tampilan contoh-contoh gambar/foto secara nyata dan menarik. 7) Sepenuhnya dibawah control guru. Kelemahannya antara lain: 1) Memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik untuk mengajar menggunakan macromedia flash. 2) Memerlukan perangkat pendukung antara lain, seperti komputer/laptop dan LCD. 3) Pembuatan tampilan yang rumit cenderung membuat guru enggan untuk membuatnya 5. Prestasi Belajar Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga dan pendidikan, khususnya pengajaran (Zainal Arifin, 1990: 2-3). Menurut Bloom dalam A. Suhaenah S, (2001: 6) prestasi belajar dibagi menjadi tiga kategori yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilakuperilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukan oleh peserta didik dalam cara-cara tertentu, misalnya, bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif), dan bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik). Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar siswa yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang sejarah rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990: 3-4) Sebagai mana yang dikemukakan oleh Cronbach (dalam Zainal Arifin, 1990: 4), kegunaan prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. b. Untuk keperluan diagnostik. c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. d. Untuk keperluan seleksi. e. Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 f. Untuk menentukan isi kurikulum. g. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. 6. Pokok Bahasan Struktur Atom a. Perkembangan Atom Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur itu. Pada jaman dahulu tidak ada satupun alat yang mampu untuk melihat bentuk dan susunan atom. Adapun model atom hanya merupakan rekaan para ahli sebagai kesimpulan atas data eksperimen yang dilakukan dan untuk menjelaskan keadaan suatu atom yang sebenarnya. Pandangan tentang atom oleh para ahli adalah: 1) Model Atom Yunani Kuno a) Democritus (460-370 SM) “Materi terbentuk oleh partikel yang sudah tak terbagi disebut dengan atom”. b) Plato dan Aristoteles “Materi terbentuk dari partikel yang dapat dibagi tanpa batas”. c) Isaac Newton (1642-1727) “Mengakui adanya keberadaan atom”. d) Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) “Dalam reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan massa)”. e) Joseph Louis Proust (1754-1826) “Unsur-unsur bergabung dengan perbandingan tertentu”. 2) Model Atom Dalton John Dalton merupakan perumus teori atom pertama (1803-1807) yang dikenal dengan teori atom Dalton. Berikut adalah postulat-postulat dalam teori atom Dalton: a) Suatu unsur terdiri atas partikel yang sudah tak terbagi yang dinamai atom. b) Atom-atom dari suatu unsur adalah identik. c) Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain, tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 d) Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari dua jenis unsur atau lebih bergabung dalam perbandingan tertentu. Gambar 2. John Dalton Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, beberapa prostulat Dalton ternyata kurang tepat, misalnya: a) Ternyata atom bukanlah sesuatu yang tak terbagi, melainkan terdiri dari berbagai partikel sub atom. b) Meski mempunyai sifat-sifat yang sama, atom-atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda. Atom-atom dari unsur yang sama, tetapi mempunyai massa yang berbeda disebut isotop. c) Melalui reaksi nuklir, atom dari suatu unsur dapat diubah menjadi atom unsur lain. d) Beberpa unsur tidak terdiri atas atom-atom melainkan molekul. Gambar 3. Model Atom Dalton Hal yang paling penting dari teori atom Dalton yang hingga kini dapat diterima yaitu: a) Atom adalah unit pembangun dari segala macam materi. b) Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifat sama dengan unsurnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 c) Dalam reaksi kimia, atom tidak dimusnahkan, tidak diciptakan, dan tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain. Dalton menyimpulkan teori atomnya berdasarkan data eksperimen yang ada pada massa itu. Dalton dan orang-orang setelahnya tidak pernah mengamati keadaan atom. Jadi, teori atom Dalton hanyalah sebuah model untuk menggambarkan atom yang sebenarnya yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Dewasa ini telah tersedia alat yang dapat menunjukan keberadaan atom dipermukaan zat padat, yaitu Scanning Tunneling Elektron Microscope (STEM). Jadi keberadaan atom sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun demikian, kesahihan teori terletak pada kemampuannya menjelaskan fakta-fakta yang ada. Teori atom Dalton diterima karena dapat menjelaskan dengan baik beberapa fakta eksperimen pada massa itu, diantaranya Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap dengan baik. Namun demikian. Teori tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya: a) Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain. b) Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi. c) Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan. Kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan di atas dapat terpecahkan setelah percobaan-percobaan lebih lanjut yang dilakukan para ahli menunjukan bahwa atom bukanlah sesuatu yang tidak dapat terbagi, melainkan terdiri atas berbagai jenis partikel sub atom. Tiga diantaranya adalah proton, elektron dan neutron. Tabel 1. Sifat-sifat Partikel Sub Atom p Massa gram 1,6726231 x 10-24 sma 1 Elektron n 9,1093897 x 10-28 Neutron e 1,672492716 x 10-24 Partikel Lambang Proton Muatan Penemu +1 Goldstein/Rutherford 1/1840 -1 J.J. Thomson 1 netral J. chadwick commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 3) Model Atom J.J. Thomson Pada tahun 1900, J.J. Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan didalamnya tersebar elektron bagaikan kismis didalam roti kismis. Secara keseluruhan, atom bersifat netral. Model atom Thomson dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. J.J. Thomson Gambar 5. Model Atom J.J. Thomson a) Penemuan Elektron Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1900. Penemuan elektron berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa. Pada tahun 1821, Sir Humphry Davy seorang ahli fisika dari Inggris menemukan bahwa gas menjadi penghantar yang lebih baik pada tekanan rendah. Sejak saat itu banyak dilakukan percobaan dengan tabung hampa atau tabung pengawan muatan. Tekanan gas dalam tabung dapat diatur melaui pompa isap (pompa vakum). Pada tekanan yang cukup rendah dan tekanan yang cukup tinggi gas dalam tabung akan berpijar dengan cahaya yang warnanya tegantung pada jenis gas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 (neon berwarna merah, sedangkan natrium berwarna kuning). Jika tekanan gas dikurangi maka daerah didepan katode akan menjadi gelap. Gambar 6. Tabung Sinar Katoda Berdasarkan besarnya simpangan sinar katoda dalam medan listrik, Thomson dapat menentukan nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode sebesar 1,76 x 108 C g-1. e/m = 1,76 x 108 C g-1 Thomson menemukan bahwa partikel sinar katode (elektron) tidak bergantung pada jenis katoda maupun jenis gas dalam tabung, sehingga dapat disimpulkan bahwa elektron merupakan partikel dasar penyusun atom. b) Pecobaan Tetes Minyak Milikan Setelah harga e/m untuk elektron diketahui melalui percobaan yang dilakukan oleh Thomson, selanjutnya diperlukan percobaan lain untuk menentukan nilai e atau m. Pada tahun 1909, Robert Andreas Milikan dapat memecahkan dilema tersebut melalui percobaan yang dikenal dengan percobaan tetes minyak, dengan percobaan ini Milikan dapat menentukan muatan elektron, dimana muatan tetes minyak selalu merupakan kelipatan bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1,602 coulomb. Milikan menyimpulkan bahwa muatan tersebut adalah muatan dari suatu elektron. e = 1,62 x 10-19 coulomb Dengan telah diketahuinya muatan elektron, maka massanya dapat dihitung sebagai berikut: Thomson : e/m = 1,76 x 108 C gram-1 Milikan : e = 1,602 x 10-19 C Maka massa elektron, m = 9,11 x 10-28 gram commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Gambar 7. Robert A. Milikan Percobaan tetes minyak yang dilakukan sebagai berikut: (1) Dengan menggunakan alat semprot membentuk tetesan kecil-kecil. (2) Dengan menggunakan teropong, diameter tetes minyak dapat ditentukan sehingga massa tetes minyak dapat diketahui. (3) Radiasi sinar X akan mengionkan gas didalam silinder. Ionisasi akan menghasilkan elektron. Elektron tersebut akan melekat pada tetes minyak sehingga tetes minyak menjadi muatan negatif. Adapun yang menyerap satu, dua, atau lebih elektron. Jika pelat logam tidak diberi beda potensial, tetes minyak tetap jatuh karena pengaruh gravitasi. (4) Jika pelat logam diberi beda potensial dengan pelat bawah sehingga kutub negatif, maka tetes minyak yang bermuatan negatif akan mengalami gaya tolak listrik. (5) Dengan mengetahui massa tetes minyak dan beda potensial yang digunakan maka muatan tetes minyak dapat ditentukan. Gambar 8. Percobaan Tetes Minyak Milikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 4) Model Atom Rutherford Pada tahun 1911, Ernest Rutherford mengemukakan teorinya yaitu: a) Atom terdiri atas inti bermuatan positif. b) Massa atom berpusat pada intinya. c) Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada jarak tertentu. d) Atom bersifat netral. Gambar 9. Rutherford Gambar 10. Model Atom Rutherford Penemuan inti atom bermula dari penemuan keradioaktifan. Rutherford menggunakan sinar radioaktif dalam percobaan yang menghantarkannya pada penemuan inti atom. (a) Penemuan Keradiokatifan Pada tahun 1896, seoarang ilmuwan Perancis, Henri Becquerel (1852-1908), menemukan keradioaktifan ketika mempelajari suatu batuan uranium yang disebut pekblende. Becquerel menemukan bahwa batuan tersebut terus menerus memancarkan radiasi. Pemancaran radiasi itu terjadi dengan sendirinya, bukan karena pengaruh faktor luar. Fenomena ini disebut keradioaktifan atau radioaktivitas, sedangkan zat yang bersifat seperti itu disebut zat radioaktif (radio = radiasi, aktif = spontan). Sifat-sifat radioaktif antara lain: (a) Mempunyai daya tembus yang tinggi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 (b) Dapat mengionkan gas yang dilaluinya. (c) Dapat memendarkan zat yang dilaluinya. Menurut penelitian Ernest Rutherford tentang keradioaktifan, ada tiga jenis sinar radioaktif yaitu sinar alfa, beta, dan sinar gama. (b) Penemuan Inti Atom Pada tahun 1910, Ernest Rutherford bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom. Mereka menembaki lempeng emas yang sangat tipis dengan partikel sinar yang berenergi tinggi. Mereka menemukan bahwa sebagian besar partikel alfa dapat menembus lempeng emas tanpa pembelokan yang berarti, seolah-olah lempeng emas itu tidak ada. Akan tetapi, kemudian mereka menemukan bahwa sebagian kecil dari partikel alfa mengalami pembelokan yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya dipantulkan. Adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempeng emas tipis dengan sinar alfa mengejutkan Rutherford. Partikel alfa yang terpantul itu pastilah telah menabrak sesuatu yang sangat padat dalam atom. Fakta ini tidak sesuai dengan fakta yang dikemukakan J.J. Thomson, dimana atom yang digambarkan bersifat homogeni dengan seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat). Pada tahun 1911, Rutherford menjelaskan penghamburan sinar alfa dengan mengajukan gagasan tentang inti atom. Menurut Rutherford, sebagian besar dari massa dan muatan positif atom terkonsentrasi pada bagian pusat atom yang selanjutnya disebut inti atom. Hal ini dapat diandaikan dengan sebuah roti kismis yang dipres menjadi seukuran pasir halus. Tentu saja hasilnya menjadi sesuatu yang sangat pejal atau massif. Elektron beredar mengitari inti pada jarak yang relatif sangat jauh. Lintasan itu disebut kulit atom. Jarak dari inti hingga kulit atom disebut jari-jari atom. Ukuran jari-jari atom adalah sekitar 10-8 cm, sedangkan jari-jari inti atom adalah sekitar 10-13 cm. Jadi sebagian besar dari atom merupakan ruang hampa. Bila commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 diameter ini diibaratkan 1 cm maka penampang atom ibarat lapangan bulat dengan diameter 1 km. Dengan model seperti itu, penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas tipis dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Sebagian besar partikel sinar alfa dapat tembus karena melalui ruang hampa. (b) Partikel alfa mendekati inti atom dibelokkan karena mengalami gaya tolak inti. (c) Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti bermuatan positif dan sangat masif. Gambar 11. Penghamburan Sinar Alfa (c) Kelemahan Model Atom Rutherford Salah satu kelemahan teori atom Rutherford adalah tidak menjelaskan mengapa elektron itu tidak jatuh ke intinya. Menurut hukum fisika klasik, gerakan elektron mengintari inti akan disertai pemancaran energi berupa radiasi elektromagnet. Jika demikian, maka energi elektron akan semakin berkurang sehingga gerakannya akan lambat. Sementara, jika gerakan elektron melambat, maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akhirnya ia akan jatuh ke inti atom. 5) Model Atom Neils Bohr Pada tahun 1913, seorang ahli fisika Denmark yang bernama Neils Bohr memperbaiki model atom Rutherford dapat dinyatakan sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 a) Elektron tidak jatuh ke inti, elektron beredar mengelilingi inti pada lintasan (n) atau kulit atom yang berbentuk lingkaran. b) Energi elektron pada lintasan dinyatakan tingkat energi. c) Elektron dapat berpindah lintasan dari lintasan yang lebih tinggi kelintasan yang lebih rendah atau sebaliknya. Gambar 12. Neils Bohr Gambar 13. Model Atom Neils Bohr Pada tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom dari teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, Neils Bohr mengajukan model atom hidrogen, yaitu atom yang hanya mengandung satu elektron. Model atom hidrogen menurut Bohr menyerupai sistem tata surya. Elektron dalam atom hanya dapat berada pada tingkat energi tertentu. Artinya, elektron hanya dapat beredar pada lintasan tertentu saja. Lintasan yang diperbolehkan ini adalah orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu, yang disebut juga kulit atom. Tiap orbit ditandai dengan satu bilangan bulat yang disebut bilangan kuantum (n), mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya yang dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, dan seterusnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Gambar 14. Lintasan Atom Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah, yaitu kulit K. Keadaan seperti itu disebut tingkat dasar (ground state). Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran atau penyerapan sejumlah tertentu energi. Perpindahan elektron ke kulit yang lebih luar disertai penyerapan energi sebaliknya, perpindahan elektron ke kulit yang lebih dalam disertai pelepasan energi. 6) Model Atom Mekanika Gelombang Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger seorang ilmuwan dari Austria mengemukakan teori atom yang disebut teori atom mekanika kuantum atau mekanika gelombang. Menurut teori atom mekanika kuantum, meski elektron mempunyai tingkat energi tertentu, posisinya tidak dapat dipastikan. Yang dapat dikatakan tentang posisi elektron adalah peluang untuk menemukannya disetiap titik disekitar inti atom. Daerah dengan peluang terbesar untuk menemukan elektron tersebut disebut orbital. Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum mempunyai kesamaam dengan teori atom Neils Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi dalam atom. Keduanya menyatakan bahwa elektron dalam atom berada pada tingkat-tingkat tertentu. Bedanya adalah dalam hal posisi elektron dalam atom tersebut. Menurut Bohr, posisi elektron dipastikan yaitu berada pada orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu. Dalam teori atom mekanika kuantum posisi elektron tidak pasti yang dapat dikatakan hanya peluang untuk menemukannya, yaitu dalam orbital. Perhatikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 bahwa Bohr menggunakan istilah orbit, sedangkan mekanika kuantum menggunakan orbital. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 15. Model Atom Mekanika gelombang Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi orbitalnya belum tentu sama. a) Ciri Khas Model Atom Mekanika Gelombang (1) Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom). (2) Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut). (3) Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 b) Kelemahan Model Atom Modern Persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal. b. Partikel Penyusun Atom 1) Proton Pada tahun 1886, sebelum hakikat sinat katoda ditemukan, Goldstein melakukan suatu percobaan dengan tabung sinar katoda dan menemukan fakta berikut. Apabila katoda tidak berlubang ternyata gas dibelakang katoda tetap gelap. Namun, bila pada katoda diberi lubang maka gas dibelakang katoda menjadi berpijar. Hal ini menunjukan adanya radiasi yang berasal dari anoda yang menerobos lubang pada katode memijarkan gas dibelakang katoda itu. Radiasi itu disebut sinar anoda atau sinar positif atau sinar terusan. Hasil percobaan menunjukan bahwa sinar terusan merupakan radiasi partikel (dapat memutar kincir) bermuatan positif (dalam medan listrik dibelokkan ke kutub negatif). Gambar 16. Tabung Sinar Terusan Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Partikel terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Jika gas dalam tabung diganti, ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar terusan ini kemudian disebut proton. Massa 1 proton = 1,6726486 x 10-24 garam = 1 sma Muatan 1 proton = +1 = +1,6 x 10-19 C commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Muatan maupun massa partikel sinar terusan dari gas lain selalu merupakan kelipatan bulat dari massa dan muatan proton sehingga diduga bahwa partikel itu terdiri atas proton-proton. Kemudian pada tahun 1919, Rutherford menemukan proton terbentuk ketika alfa ditembakan pada inti atom nitrogen. Hal serupa juga terjadi pada penembakan inti atom lain. Hal ini membuktikan bahwa inti atom terdiri atas proton sebagaimana diduga oleh Goldstein. 2) Neutron Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932, tetapi keberadaanya telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919. Aston menemukan bahwa atom-atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda. Fenomena ini disebut isotop. Juga ditemukan bahwa massa suatu atom ternyata tidak sama dengan jumlah protonnya. Selanjutnya pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker menembaki inti atom berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai daya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa radiasi tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton. Oleh karena sifat netral, partikel tersebut dinamai neutron. Percobaan lebih lanjut membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel dasar penyusun inti atom. Massa 1 neutron = 1,6749544 x 10-24 gram = 1 sma Neutron tidak bermuatan (netral). 3) Elektron Elekton ditemukan oleh Josep John Thomson pada tahun 1900. Penemuan elekton berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa. Gas pada tekanan normal bukanlah penghantar listrik. Percobaan lebih lanjut menunjukan bahwa sinar katode merupakan radiasi partikel-partikel yang bermuatan listrik negatif. Hakikat sinar katoda menjadi jelas setelah percobaan yang dilakukan oleh J.J. Thomson mencapai puncaknya pada tahun 1897. Berdasarkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 besarnya simpangan sinar katode dalam medan listrik, Thomson dapat menentukan nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode sebesar 1,76 x 108 C g-1. c. Susunan Atom Dengan penemuan struktur atom, perbedaan antar atom unsur dapat dijelaskan. Pebedaan tersebut terletak pada jumlah partikel dasar penyusun atom serta susunan partikel dasar tersebut. Pada bagian ini, kita akan melihat jumlah proton, elektron, dan neutron dalam atom serta cara menyatakannya. Gambar 17. Susunan Atom 1) Nomor Atom Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom atau nomor proton. Jumlah proton khas bagi setiap unsur. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama mempunyai jumlah proton yang sama tetapi berbeda dari atom unsur lain. Nomor atom unsur-unsur dapat dilihat pada tabel sistem periodik. Oleh karena suatu atom bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah proton. Jadi, nomor atom juga menyatakan jumlah elektron dalam suatu atom. Nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron 2) Nomor Massa Telah disebutkan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang sama, yaitu masing-masing sekitar 1 sma (massa proton = 1,0073 sma; masssa neutron = 1,0087 sma), sedangkan massa sebuah elektron sangat kecil, yaitu 5,486 x 10 -4 sma. Oleh karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh massa proton dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 neutronnya, sedangkan massa elektron dapat diabaikan. Jumlah proton dengan neutrin dalam suatu atom disebut nomor massa. Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron 3) Notasi Susunan Atom Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam suatu atom ditunjukan dengan lambang sebagai berikut: A Z X X = lambang atom (=lambang unsur) Z = nomor atom = nomor proton (p) = jumlah elektron (e) A = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron = p + n Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z. jadi, jumlah neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan nomor atomnya. Jumlah neutron (n) = A - Z d. Isotop, Isobar, Isoton 1) Isotop Atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom sama), tetapi berbeda massanya disebut isotop. Perbedaan massa terjadi karena perbedaan jumlah neutron dalam atom. Contoh : Unsur hidrogen terdiri dari 3 jenis isotop, yaitu 1 1 H ; 12 H ; dan 13 H . Susunan ketiga isotop itu adalah sebagai berikut: Tabel 2. Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen Isotop Jumlah Proton Jumlah Elektrom Jumlah Neutron 1 1 1 0 1H 2 1 3 1 H 1 1 1 H 1 1 2 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 1 2 Isotop 1 H biasa disebut hidrogen, isotop 1 H disebut deuterium, sedangkan isotop 3 1 H disebut tritium (hidrogen satu-satunya unsur yang mempunyai nama khusus untuk isotop-isotopnya). Oleh karena isotop dari satu unsur mempunyai nomor atom sama, maka isotop itu dapat dibedakan hanya dengan menyatakan nomor masssanya. Jadi, isotop-isotop H dapat dinyatakan sebagai H-1, H-2, H-3. 2) Isobar Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai nomor massa sama disebut isobar. Contoh : 3) 14 6 C dengan 147 N , 24 11 Na dengan 24 12 Mg Isoton Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton. Contoh : 136C dengan 14 7 N e. Susunan Ion Susunan atom dapat kehilangan elektron atau mendapatkan elektron tambahan. Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif, sedangkan atom yang mendapat tambahan elektron akan menjadi ion negatif. Atom Li Atom Li+ Gambar 18. Susunan Ion commit to user Atom Li- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 f. Satuan Massa Atom Pada bagian dahulu telah disebutkan bahwa penggunaan massa satuan atom (sma) untuk menyatakan massa partikel. Yang dimaksud dengan 1 sma adalah 1 12 dari masssa atom C-12. Dengan kata lain para ahli sepakat menetapkan massa 1 atom C-12 adalah 12 sma. Massa 1 atom C-12 = 12 sma 1 sma = 1 12 dari massa 1 atom C-12 1 sma = 1,66 x 10-24 gram Tabel 3. Massa Beberapa Isotop (dalam sma) Isotop H-1 H-2 H-3 C-12 C-13 Massa 1,00783 2,02410 3,01605 12,00000 13,00335 Isotop O-16 O-17 O-18 Si-28 Si-29 Massa 15,9949 16,9991 17,9992 27,9769 28,9765 Isotop Si-30 Cl-35 Cl-37 Ar-38 Ar-40 Massa 29,9738 34,9689 36,9659 37,9627 39,9624 g. Massa Atom Relatif Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara atom yang satu terhadap atom yang lainnya. Massa pembanding yang telah disepakati adalah 1 12 dari massa 1 atom C-12. Oleh karena umumnya unsur terdiri dari beberapa isotop, maka pada penetapan massa atom relatif digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya. Dengan demikian, massa atom relatif adalah perbandingan antara massa rata-rata dari 1 atom suatu unsur terhadap 1 12 massa 1 atom C-12. Massa rata-rata 1 atom unsur X Ar unsur X = Oleh karena 1 12 1 12 massa 1 atom C-12 massa 1 atom C-12 sama dengan 1 sma, maka definisi diatas dapat ditulis sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 Ar unsur X = Massa rata-rata 1 atom unsur X 1 sma Sehingga diperoleh: Massa rata-rata 1 atom unsur X = Ar unsur X x 1 sma h. Konfigurasi Elektron Konfigurasi elektron menggambarkan susunan (persebaran) elektron dalam atom. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, elektron berada dalam orbital. Satu atau lebih orbital dengan tingkat energi yang sama atau bermiripan menyusun kulit atom. Dengan kata lain, dalam teori atom modern, kulit merupakan sekumpulan orbital. Sama seperti dalam model atom Bohr, kulit atom ditandai dengan bilangan kuantum n = 1, 2, 3, 4, dan seterusnya, dan dinyatakan dengan lambang K, L, M, N dan seterusnya sesuai abjad. Tabel 4. Kulit dan Jumlah Elektron Maksimum Nomor Kulit Nama Kulit Jumlah Elektron Maksimum 1 K 2 elektron 2 L 8 elektron 3 M 18 elektron 4 N 32 elektron 5 O 50 elektron 6 P 72 elektron 7 Q 98 elektron Elektron-elektron akan menempati kulit elektron dimulai dari K sampai terisi maksimum, kemudian kulit L sampai terisi maksimum, dan seterusnya. Penempaatan elektron sampai penuh akan terjadi pada kulit K, L, M, sedangkan untuk kulit M sudah terisi 8 elektron. Pada atom K tidak membentuk konfigurasi 2, 8, 9 sebab mulai kulit ketiga dan seterusnya jika sisa dari kulit L lebih dari 8 tetapi kurang dari 18 maka disisikan 8 saja dan elektron berikutnya akan menempati kulit N. Jumlah elektron yang menempati kulit terluar disebut elektron valensi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 1) Menuliskan Konfigurasi Elektron Persebaran elektron dalam atom hidrogen, atom helium, atom litium, atom phosphor sebagai berikut: Kulit K Kulit K Elektron elektron 1 proton 2 proton & 2 neutron Atom Hidrogen Atom Helium (1H1) (2He4) Kulit M Kulit K Kulit L Kulit K Atom fosforus Kulit L (15P31) Atom Litium (3Li7) Gambar 19. Persebaran Elektron Dalam Atom Hidrogen, Atom Helium, Atom Litium, Atom Phosphor 2) Menentukan Konfigurasi Elektron Konfigurasi elektron ditentukan melalui percobaan. Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata konfigurasi elektron mengikuti pola (aturan) tertentu sehingga kita commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 dengan mudah menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan nomor atom (jumlah elektronnya). a) Jumlah maksimum elektron dalam kulit ke-n sama dengan 2n2 (n= nomor kulit atau bilangan kuantum kulit yang bersangkutan). Kulit K (n=1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron Kulit L (n=2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron Kulit M (n=3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron Kulit N (n=4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron Kulit O (n=5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron b) Pengisisn elektron dimulai dari kulit K, kulit L, kulit M, dan seterusnya. c) Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8. d) Untuk unsur golongan utama, konfigurasi elektron dapat ditentukan sebagai berikut: (1) Isi penuh sebanyak mugkin kulit. (2) Tentukan jumlah elektron yang tersisa. (3) Jika jumlah elektron yang tersisa > 32, kulit berikutnya diisi dengan 32 elektron. Jika elektron yang tersisa < 32, kulit berikutnya terisi dengan 18 elektron. Jika elektron yang tersisa < 18, kulit berikutnya terisi dengan 8 elektron. Jika elektron yang tersisa < 8, tempatkan semua elektron tersisa pada kulit berikutnya. 3) Elektron Valensi Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kimia. Untuk unsur-unsur golongan utama, elektron valensinya adalah yang terdapat pada kulit terluar. Misalnya, konfigurasi elektron aluminium dan bromium adalah sebagai berikut: 13Al : 2. 8. 3 35Br : 2. 8. 18. 7 Maka elektron valensi aluminium = 3 dan bromin = 7 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, maka diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut: Penggunaan media CD interaktif dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, karena adanya respon aktif siswa dalam penggunaan CD interaktif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Sealain itu, siswa juga bisa memilih materi apa yang menarik dan ingin dipelajari dari menu yang tersedia, serta dapat memberikan jawaban secara logis (fleksibilitas) sehingga dapat mendorong siswa untuk mempelajari materi struktur atom secara mandiri. Sedangkan penggunaan media Macromedia Flash membuat proses pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan karena dapat menyajikan tampilan yang menarik. Akan tetapi, tidak adanya respon aktif siswa dalam media Macromedia Flash menyebabkan pemahaman siswa lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa yang menggunakan media CD interaktif. Dengan didukung adanya penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, maka penggunaan CD interaktif diharapkan siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi, lebih memudahkan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Dari uraian di atas, diprediksi prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok struktur atom. SISWA STRUKTUR ATOM METODE Think-Pair-Share (TPS) (Metode kooperatif dengan optimalisasi partisipasi siswa) MACROMEDIA FLASH - Tidak terdapat respon aktif CD INTERAKTIF - Respon aktif Prestasi belajar lebih tinggi commit to user Prestasi belajar lebih rendah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 B. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: “Prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga, pada kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan tahap-tahap seperti berikut: a. Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, permohonan ijin survei, dan konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing. b. Tahap penelitian Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan dilapangan yang meliputi uji instrument dan penelitian. Waktu pelaksanaan dari bulan Juli sampai September 2011. c. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Tabel 5. Daftar Rencana Kerja Penulisan Skripsi No 1 2 3 4 5 6 Feb Mar Kegiatan Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Try Out PelaksanaanPenelitian Analisis Data Penyusunan Laporan Apr Mei commit44to user Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan bentuk perluasan dari Randomized Pretest-posttest Comparison Group Design. Adapun rancangan penelitiannya seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Design Penelitian Perluasan “Randomized Pretest-posttest Comparison Group Design”. Kelompok Eksperimen I Eksperimen II Pretest T1 T1 Perlakuan X1 X2 Postest T2 T2 1. Variabel penelitian Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas Variabel bebas`dalam penelitian ini adalah penggunaan CD interaktif dan penggunaan Macromedia Flash. b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok bahasan struktur atom yang diperoleh dari selisih nilai pretest-postest. 2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai berikut: a. Melakukan observasi pada siswa SMA Negeri 1 Bobotsari, yakni meliputi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimilki. b. Melakukan uji coba pretes pada siswa kelas X untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan. c. Memberi perlakuan X1 kepada kelas eksperimen I, dan perlakuan X2 kepada kelas eksperimen II. d. Memberikan postest T2 pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan X1 dan X2. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 e. Memberi angket berisi kemampuan afektif kepada kelas eksperimen I dan eksperimen II. f. Melakukan uji statistika terhadap hasil dari masing-masing test. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 8 kelas. 2. Sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu menetapkan dua kelas dari delapan kelas X semester ganjil secara acak sebagai kelas eksperimen I dan eksperimen II. D. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan berupa data tentang prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi pokok Struktur Atom. Penilaian aspek kognitif dipeoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses pembelajaran materi Stuktur Atom dengan perangkat tes yang sama. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket terhadap pembelajaran yang telah dilakukan yang diisi langsung oleh siswa. E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu penilaian kognitif dan afektif. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditunjukan untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 mengetahui tentang taraf kesukaran, taraf pembeda item soal, validitas dan reliabilitas dari suatu soal. a. Taraf Kesukaran Suatu Item Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item. IK = B N x Skor maksimal Keterangan : IK : Indeks kesukaran B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item N : Kelompok siswa skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item N x skor maksimal : Jumlah jawaban yang benar yang harus diperoleh dari suatu item Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,81 ─ 1,00 : Mudah Sekali (MS) 0,61 ─ 0,80 : Mudah (MD) 0,41 ─ 0,60 : Sedang/Cukup (Sd-C) 0,21 ─ 0,40 : Sukar (SK) 0,00 ─ 0,20 : Sukar Sekali (SS) (Masidjo, 2010: 189-192) Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Penilaian Kognitif Kriteria Variabel Jumlah Item MS MD Sd-C Tes Struktur Atom 30 13 11 3 commit to user SK 3 SS - perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 b. Taraf Pembeda Suatu Item Taraf pembeda soal adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai=upper group) berbeda dari siswasiswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh=lower group) untuk suatu item (Masidjo, 2010:196). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID). Keterangan : ID : Indeks diskriminasi KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas KB : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok bawah NKA atau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah NKA atau NKB x Skor maksimal : Perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh. Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,80 ─ 1,00 : Sangat Membedakan (SM) 0,60 ─ 0,79 : Lebih Membedakan (LM) 0,40 ─ 0,59 : Cukup Membedakan (CM) 0,20 ─ 0,39 : Kurang Membedakan (KM) Negatif ─ 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM) (Masidjo, 2010: 196-201) Hasil uji taraf pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang di lakukan terangkum dalam Tabel 8. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Jumlah Item Tes Struktur Atom 30 SM 10 LM 15 Kriteria CM 5 KM - SKM - c. Validitas Instrumen Penelitian Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya sesuai untuk mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal. Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus product moment sebagai berikut : rxy N XY - X Y N X 2 X N Y 2 Y 2 2 Keterangan : rxy : Koefisien validitas X : Hasil pegukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya Y : Kriteria yang dipakai (Masidjo, 2010: 246) Koefisien korelasi biserial (rxy) menunjukkan validitas item dari suatu butir soal yang selanjutnya disebut sebagai r hitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila harga r hitung ≥ rtabel. Koefisien korelasi adalah sebagai berikut: 0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST) 0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T) 0,41 ─ 0,70 : Cukup (C) 0,21 ─ 0,40 : Rendah (R) Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2010: 243) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang di lakukan terangkum dalam Tabel 9. Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Jumlah Item Tes Struktur Atom 30 Kriteria Valid Tidak Valid 26 4 d. Reliabilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR 20 yaitu sebagai berikut : 2 n S t pq rtt 2 n - 1 St Keterangan : rtt : Koefisien reliabilitas n : Jumlah item S : Deviasi standar p : Indeks kesukaran q : (q=1–p) ∑ pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q (Masidjo, 2010: 233) Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST) 0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T) 0,41 ─ 0,70 : Cukup (C) 0,21 ─ 0,40 : Rendah (R) Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) commit to user (Masidjo, 2010: 209) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 10. Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Tes Struktur Atom Jumlah Item 30 Reliabilitas 0,847 Kriteria Tinggi 2. Instrument Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun acuan penilaian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang dinilai Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Nilai untuk item mengarah jawaban positif 4 3 2 1 Nilai untuk item mengarah jawaban positif 1 2 3 4 (Depdiknas, 2003: 91) Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Uji Validitas Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 alat pengukur tersebut. Validitas inipun akan mudah ditentukan pada tes hasil belajar yang sungguh-sungguh direncanakan dengan baik oleh seorang guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki validitas konstruksi yang tinggi (Masidjo, 2010: 144). Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: rxy N XY - X Y N X 2 X N Y 2 Y 2 2 Keterangan : rxy : Koefisien validitas X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya Y : Kriteria yang dipakai (Masidjo, 2010: 246) Taraf signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% instrumen validitas suatu tes (rxy). 0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST) 0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T) 0,41 ─ 0,70 : Cukup (C) 0,21 ─ 0,40 : Rendah (R) Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2010: 243) Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik (rtabel) sebesar 0.304. Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 12. Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel Jumlah Item Tes Struktur Atom 40 Valid 28 Kriteria Tidak Valid 12 b. Uji Reliabilitas Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Untuk mengetahui tingkat realibilitas suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian rumus alpha (digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut : 2 n Si rtt 1 S 2 n 1 t Keterangan : rtt : Realibilitas instrumen n : Jumlah item ΣSi2 : Jumlah kuadrat S masing-masing St2 : Kuadrat dari S total keseluruhan item Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST) 0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T) 0,41 ─ 0,70 : Cukup (C) 0,21 ─ 0,40 : Rendah (R) Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2010: 209 dan 238) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 Hasil uji Reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 13. Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Panilaian Afektif Variabel Tes Struktur Atom Jumlah Item 40 Reliabilitas 0,856 Kriteria Tinggi F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh karena itu, perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Tingkat Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji L0 = Maks | F(Zi)-S(Zi) | ; 1,2,3 Keterangan : F(Zi) : Peluang Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi {P( Zn ≤ Zi )} S(Zi) : Proporsi cacah Zn lebih kecil terhadap seluruh Zi Zi : Skor standar Lo : Koofisien liliefors pengamatan Zi : S : Standar deviasi Xi X S , X : Nilai rata-rata commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 4) Daerah Kritis DK = {L| L>Lα;n} dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika L DK (Budiyono, 2009: 170) b. Uji Homogenitas Untuk penggunaan statistik uji tertentu (misalnya analisis variansi) dipersyaratkan agar populasi-populasi yang diperbandingkan mempunyai variansivariansi yang sama. Populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama disebut populasi-populasi yang homogen. Uji untuk menguji apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak disebut uji homogenitas populasi (Budiyono, 2009: 174). Salah satu uji homogenitas untuk populasi adalah uji Bartlet dengan rumus sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 = Sampel berasal dari variasi yang sama (Homogen) H1 = Sampel berasal dari variasi yang tidak sama (sampel tidak homogen) 2) Taraf Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji X2 2,3026 f log RKG - n i 1 log S 2 i c Dengan : X 2 ̴ X 2(k-1) k = banyaknya populasi = banyaknya sampel N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, …, k; f=N–k= 1 f j = derajat kebebasab untuk RKG fj c=1+ 1 1 1 f f 3(k 1) j commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 RKG = rerata kuadrat galat = SS f j j SSj = X 2 j ( X j ) 2 nj 4) Daerah Kritik DK X 2 X 2 X12- ;k -1 = (nj-1) s 2j 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika X 2 DK atau H0 diterima jika X 2 DK (Budiyono, 2009: 176) 2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji selisih nilai pretest dan postest dari prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif. Uji yang digunakan adalah Uji t pihak kanan. 1) Menentukan Hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 H1 : µ1 > µ2 Keterangan : µ1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen I (media CD interaktif) µ2 = Nilai rata-rata kelas eksperimen II (macromedia flash) 2) Taraf Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji sp 2 n 1 1 S 12 n 2 1 S 22 n1 n 2 2 X1 X 2 t sp 1 1 n1 n 2 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 Keterangan : S2 = Standar deviasi sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. S1 2 = Standar deviasi kelas eksperimen I S2 2 = Standar deviasi kelas eksperimen II n1 = Banyaknya sampel pada kelas eksperimen I n2 = Banyaknya sampel pada kelas eksperimen II t = Nilai uji kesamaan X1 = Rata-rata nilai tes kelas eksperimen I X2 = Rata-rata nilai tes kelas eksperimen II 4) Daerah Kritik DK = n1+n2 – 2 5) Keputusan Uji H0 diterima jika t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel (Budiyono, 2009: 143-151) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian adalah nilai prestasi belajar pada materi Struktur Atom. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek afektif yang diambil dari kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas eksperimen II (Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 72 siswa dari kelas XC dan X-E SMA Negeri 1 Bobotsari tahun pelajaran 2011/2012. Data rerata nilai prestasi belajar kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif Kelas Rerata Nilai Eksperimen I Eksperimen II Pretest Prestasi Belajar Kognitif 59,62 62,60 Postest Prestasi Belajar Kognitif 73,18 81,62 Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif 13,56 19,02 Nilai Prestasi Belajar Afektif 77,92 79,25 Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka disajikan deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut: 1. Prestasi Belajar Kognitif Pokok Bahasan Struktur Atom Perbandingan distribusi mengenai nilai pretest dan posttest belajar kognitif kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)) pada materi struktur atom disajikan dalam Tabel 15. Sedangkan Perbandingan distribusi selisih nilai pretest dan posttest untuk masing-masing kelas eksperimen pada materi struktur atom disajikan pada Tabel 16. commit58to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 Tabel 15. Perbandingan Distribusi Nilai Pretest dan Posttest Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II No Interval 1 2 3 4 5 6 34.62 - 42.91 42.92 - 51.21 51.22 - 59.51 59.52 - 67.81 67.82 - 76.11 76.12 - 84.41 Jumlah Pretes Eksp I Eksp II 3 6 4 9 11 3 36 2 6 9 11 7 1 36 Posttes Interval Eksp I Eksp II 2 6 2 5 10 11 36 4 6 12 8 2 4 36 50.00 - 58.33 58.34 - 66.67 66.68 - 75.01 75.02 - 83.35 83.36 - 91.69 91.70 - 100.03 Jumlah Tabel 16. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I Dan Kelas Eksperimen II No Interval Nilai Tengah 1 2 3 4 5 6 -7.70 - 1.92 1.93 - 11.55 11.56 - 21.18 21.19 - 30.81 30.82 - 40.44 40.45 - 50.07 Jumlah -2.89 6.74 16.37 26.00 35.63 45.26 - Frekuensi Eksp I Eksp II 4 7 11 8 4 2 36 7 12 8 6 2 1 36 % Frekuensi Eksp I Eksp II 11.11 19.44 30.56 22.22 11.11 5.56 100 19.44 33.33 22.22 16.67 5.56 2.78 100 Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 16 dapat dilihat pada Gambar 20. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 Gambar 20. Histrogram Perbandingan Selisih Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 2. Prestasi Afektif Pokok Bahasan Struktur Atom Perbandingan distribusi mengenai nilai prestasi belajar afektif kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) dan kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)) pada materi struktur atom disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II % Frekuensi Frekuensi Nilai No Interval Tengah Eksp I Eksp II Eksp I Eksp II 1 67.00 – 71.30 69.15 2 8 5.56 22.22 2 71.40 – 75.70 73.55 5 7 13.89 19.44 3 75.80 – 80.10 77.95 18 9 50.00 25.00 4 80.20 – 84.50 82.35 4 8 11.11 22.22 5 84.60 – 88.90 86.75 4 1 11.11 2.78 6 89.00 – 94.30 91.65 3 3 8.33 8.33 100 100 36 36 Jumlah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data Tabel 17, dapat digambarkan seperti pada Gambar 21. Gambar 21. Histrogram Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Sesuai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: uji normalitas Lilliefors dan uji homogenitas varian Bartlett. 1. Uji Normalitas Uji normalitas terhadap nilai pretest, posttest dan selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif pada pokok bahasan struktur atom pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada Tabel 18. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif Kelompok Siswa Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Parameter L0 Ltabel Kesimpulan Selisih Nilai Kognitif 0.1156 0,1477 Normal Nilai Afektif Selisih Nilai Kognitif Nilai Afektif 0,1395 0,1120 0,1179 0,1477 0,1477 0,1477 Normal Normal Normal Tampak dalam Tabel 18 bahwa untuk setiap kelompok siswa diperoleh harga L0 < Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan varians antara dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif menggunakan metode Barlett dengan taraf signifikansi 0,05 dan dapat dilihat pada Tabel 19. Perhitungan uji homogenitas nilai kognitif dan afektif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Tabel 19. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif No. Parameter 2hitung 2 1. Selisih Nilai Kognitif 0,017 3,841 Kesimpulan Homogen 2. Nilai Afektif 1,443 3,841 Homogen tabel Dari Tabel 19, menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang kurang dari harga kritik (X2hitung < X2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 C. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji t-Pihak Kanan Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. a. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif. Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi struktur atom pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 20. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 20. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif Kelompok Belajar Variansi Kelas Eksperimen I 153,76 Kelas Eksperimen II 160,19 thitung ttabel Kriteria 1,852 1,645 H0 ditolak b. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar afektif siswa materi struktur atom pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 21. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 21. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif Kelompok Belajar Variansi Kelas Eksperimen I 28,71 Kelas Eksperimen II 43,28 thitung ttabel Kriteria 1,769 1,645 H0 ditolak 2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Dari analisis terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom dan diperoleh hasil seperti yang tercantum diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 Prestasi belajar pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom dengan prestasi belajar siswa yang diukur adalah prestasi belajar kognitif dan afektif. Untuk analisa hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan. Dari hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh harga thitung = 1,852 > ttabel = 1,645 dengan dk = 70 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif, diperoleh harga thitung = 1,769 dengan harga ttabel = 1,645 dan dk = 70 pada taraf signifikansi 5%. Dari hasil perhitungan uji t-pihak kanan tersebut, baik untuk prestasi belajar kognitif maupun prestasi belajar afektif H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif maupun prestasi belajar afektif antara kedua kelas. Rerata selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif pada pokok bahasan struktur atom pada kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)) lebih tinggi daripada kelas eksperimen II (Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)). D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom kelas X semester I SMA Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2011/2012. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X-E sebagai kelas eksperimen I yang dikenai pembelajaran dengan media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS) dan kelas X-C sebagai kelas eksperimen II yang dikenai pembelajaran dengan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar Sebelum dilakukan pembelajaran materi struktur atom dengan menggunakan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen I dan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen II, masing-masing kelas diberikan pretest untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa, sehingga dengan mengetahui materi yang telah dikuasai dan belum dikuasai oleh siswa, guru dapat melakukan penekanan terhadap materi terutama materi yang belum dikuasai siswa. Hasil dari pretest dapat digunakan sebagai salah satu dasar pembentukan kelompok dalam pembelajaran materi struktur atom menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS), dimana metode Think-PairShare (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang termasuk dalam pembelajaran kelompok (cooperative learning) yang heterogen. Dengan kelompok yang heterogen diharapkan akan memberikan kesempatan saling mengajar, saling mendukung, dapat meningkatkan relasi, interaksi antar ras, etnik, gender serta memudahkan pengelolaan kelas karena masing-masing kelompok memiliki anak yang berkemampuan tinggi yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan permasalahan. Pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) memiliki tiga tahapan utama dalam pembelajaran, yaitu: think (berfikir), pair (berpasangan) dan share (berbagi). Tahapan pertama yaitu think (berfikir) dimana guru memerintahkan siswa mengerjakan soal. Tahap kedua yaitu pair (berpasangan) dimana siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari jawaban soal yang telah dikerjakan dengan pasangannya. Pada tahap ini, siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Tahapan ketiga yaitu share dimana siswa berbagi jawaban pasangannya dengan seluruh kelas. Dalam penyajian materi atau konsep digunakan media CD interaktif dan macromedia flash. CD interaktif digunakan oleh siswa pada kelas eksperimen I. CD commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66 interaktif merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, disajikan dengan kontrol komputer sehingga pebelajar tidak hanya melihat gambar dan mendengar suara, tetapi juga memberi respon aktif. Setiap kelompok yang terdiri dari dua orang siswa memegang satu komputer. Siswa diberi kesempatan untuk mempelajari sendiri materi struktur atom dengan menggunakan CD interaktif. CD interaktif memberikan fleksibilitas yaitu pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban secara logis sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif. Pada kelas eksperimen II, pembelajaran menggunakan media macromedia flash yang dilengkapi dengan animasi-animasi sehingga materi yang disajikan menjadi menarik. Penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) menghasilkan keadaan yang sedikit berbeda selama berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)), metode Think-PairShare (TPS) dapat berjalan lebih optimal. Adanya waktu berpikir (think time) digunakan siswa secara maksimal untuk mengembangkan pemikirannya masingmasing sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Siswa lebih aktif diskusi dengan pasangannya yaitu bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan permasalahan. Pada tahap sharing, siswa secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya dan bergiliran pasangan untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas. Berbeda pada kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)), tahap pair (berpasangan) dan share (berbagi) kurang optimal yaitu terdapat beberapa kelompok yang tidak mendiskusikan jawabanya dengan pasanganya serta adanya rasa sungkan ketika ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui perubahan prestasi belajar kognitif dan afektif setelah diterapkannya penggunaan media CD commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67 interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen I dan penggunaan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) untuk kelas eksperimen II. 2. Penilaian Kognitif Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar kognitif pada pembelajaran struktur atom dengan media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS) lebih tinggi dari media Macromedia Flash pada metode Think-PairShare (TPS). Hal ini dikarenakan thitung > ttabel, dimana thitung yaitu 1,852 lebih tinggi dari ttabel 1,645. Penggunaan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) memberikan hasil prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). Penerapan metode ThinkPair-Share (TPS) dari masing-masing kelas sangat memberikan manfaat bagi siswa karena mendorong siswa lebih aktif bertanya, mengungkapkan pendapat dan kreatif dalam mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan juga mengembangkan sistem diskusi antar siswa sehingga secara langsung mampu mengembangkan kerjasama antar siswa dan partisipasi antar siswa dalam kelompok dapat berjalan dengan optimal. Adanya penggunaan media yang berbeda dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar siswa terlihat bahwa kedua kelas tersebut sama-sama menggunakan media animasi, akan tetapi terdapat perbedaan cara siswa berkomunikasi dengan media. Dalam kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-PairShare (TPS)), siswa dihadapkan pada “penemu” konsep. Ketika siswa memakai media ini, siswa dipancing untuk berfikir terlebih dahulu sampai mereka menemukan konsep materi. Penggunaan CD interaktif yang dilakukan oleh siswa memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi yang diajarkan. CD interaktif sebagai media dapat langsung menerima respon balikan dari siswa yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 berbentuk jawaban dan langsung dianalisis oleh komputer sehingga menghasilkan jawaban komputer yang berbeda dari siswa satu dengan yang lain sesuai jawaban yang diberikan siswa. Materi pelajaran akan menjadi lebih menarik, karena siswa menemukan keadaan yang berbeda dari pelajaran yang biasanya mereka langsung mendapat konsep dari materi tanpa tahu penemuan konsep tersebut, sehingga siswa menjadi lebih memahami konsep yang dapat mendorong prestasi kognitif siswa yang baik. Berbeda dengan kelas eksperimen II yang menggunakan media Macromedia Flash, mereka langsung diberi konsep. Oleh karena itu dalam kelas yang menggunakan CD interaktif, siswa menjadi “penemu” konsep akan lebih mudah memahami konsep dibandingkan dengan siswa yang diberi konsep. 3. Penilaian Aspek Afektif Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak, perilaku, sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi secara optimal, apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu dalam hal ini adalah pelajaran kimia sehingga diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai hasil pembelajaran pada aspek kognitif. .Dari analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar afektif siswa pada pembelajaran struktur atom dengan menggunakan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). Terlihat bahwa dari harga thitung 1,769 lebih tinggi dari t tabel 1,645. Antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama-sama menggunakan metode pembelajaran yang sama yaitu Think-Pair-Share (TPS). Dalam Think-PairShare (TPS), adanya tahap Thinking dapat melatih siswa dalam mengembangakan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Dengan demikian siswa dapat belajar secara mandiri dan terbiasa memandang sesuatu dari sudut pandang disiplin commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 69 ilmu yang berbeda. Sedangkan tahap Sharing yang dimulai dengan bertukar ide bersama pasangannya dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sebelum mengungkapkan idenya ke kelompok yang lebih besar (kelas). Meskipun sama-sama menggunakan metode pembelajaran yang sama, namun menghasilkan prestasi belajar afektif yang berbeda. Pada kelas eksperimen I (media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS)), siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran karena dalam pembelajarannya menggunakan CD interaktif, siswa dari X-E belum pernah mendapatkan pembelajaran yang menggunakan CD interaktif. Siswa mendapat keadaan yang berbeda dari pembelajaran yang biasanya. CD interaktif memiliki komponen untuk memberikan fleksibilitas yang memungkinkan siswa untuk belajar secara efektif. Komponen ini membuat belajar interaktif beradaptasi untuk pengguna yaitu kecepatan individual, konten dan akses mudah. Dengan dihadapkan pada sesuatu yang baru akan muncul rasa ingin tahu dari siswa, sehingga pelajaran menjadi tidak membosankan, dapat menaikan minat siswa terhadap pembelajaran, dan termotivasi untuk menekuni materi yang disajikan. Hal ini didukung oleh Suzan Duygu Eristi (2008) yang menyatakan bahwa CD interaktif memiliki efek yang positif terhadap pembelajaran dan siswa lebih termotivasi. Dalam proses sharing, siswa sangat bersemangat untuk berdiskusi materi dan memecahkan soal-soal yang disajikan. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam yang berhubungan dengan materi dipelajari. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pemahaman siswa atas materi yang diajarkan. Adanya pertanyaan yang diajukan oleh siswa juga menandakan bahwa siswa memusatkan pikiran terhadap suatu masalah, termotivasi untuk berpikir, mengembangkan minat dan pengetahuan, dan mampu mengemukakan pendapat. Berbeda dengan kelas eksperimen II (media Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS)), meskipun menggunakan animasi yang bagus, akan tetapi dalam proses diskusi sebagian siswa tidak semuanya aktif. Hal tersebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70 dimungkinkan karena siswa sudah terbiasa bersikap pasif dalam proses pembelajaran sebelumnya dan belum adanya penyesuaian terhadap metode pembelajaran yang baru diterapkan, sehingga bagi siswa yang tidak aktif akan ketinggalan dengan siswa yang aktif sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai kurang berhasil. Dari pembahasan dapat diketahui bahwa metode Think-Pair-Share (TPS) disertai CD interaktif dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Oleh karena itu prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia materi struktur atom dengan menggunakan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada perumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada penggunaan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada materi pokok Struktur Atom. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II masing-masing sebesar 19,03 dan 13,57. Sedangkan rata-rata prestasi afektif siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II masing-masing sebesar 79,53 dan 77,03. Dari hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan, prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 1,852 > ttabel = 1,645 dan prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,769 > ttabel = 1,645. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka sebaiknya penggunaan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) diterapkan sebagai alternatif dalam pembelajaran kimia di SMA khususnya pada pokok bahasan struktur atom sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. C. Saran Bertolak dari kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya guru menggunakan media CD interaktif pada materi struktur atom, karena hasil penelitian menunjukan prestasi belajar kognitif dan afektif dengan menggunakan media CD interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan Macromedia Flash pada metode Think-Pair-Share (TPS). commit71to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 72 2. Dalam pembelajaran dikelas diperlukan penggunaan media atau metode yang menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk memahami materi yang diajarkan. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media CD interaktif pada metode Think-Pair-Share (TPS) pada pokok bahasan lain yang bersifat informatif. commit to user