1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Republik Indonesia, 2003). Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal lima juga menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu, yang berarti bahwa setiap warga negara di seluruh daerah Indonesia dari sabang hingga merauke memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan (Republik Indonesia,2003). Ironisnya, pendidikan yang bermutu belum dirasakan oleh semua warga negara Indonesia. Misalnya, di daerah Papua, kualitas/mutu pendidikan di Papua masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain. Seperti yang diungkapkan dalam kutipan berita berikut ini : “Meski sudah 52 tahun Irian Barat (Papua) menjadi bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kualitas pendidikan di daerah tersebut masih tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.” (Elisabeth, 2015) Padahal pendidikan yang bermutu merupakan hak setiap warga negara dan juga merupakan kunci untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Oktaria, 2007). Universitas Sumatera Utara Sejak tahun 2012 Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) melaksanakan sebuah program baru yang bernama Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK). ADIK merupakan program yang memberikan kesempatan bagi putra/putri daerah Papua untuk mendapatkan beasiswa dan menjalani pendidikan tinggi di universitas dan diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia Papua yang berkualitas dan mampu mengelola sumber daya alam Papua. Program ini dilaksanakan oleh UP4B bersama-sama dengan DIKTI dan bekerja sama dengan 39 Universitas di Indonesia yang akan menerima dan memberikan pelayanan pendidikan bagi putra/putri asal Papua. (Papua Review, 2015) Proses yang harus dilalui oleh para calon mahasiswa yang berasal dari Papua untuk mengikuti program ini terdiri dari 2 tahap, yang pertama adalah tahap pendaftaran dan seleksi berkas serta administrasi di tingkat kabupaten/kota dan kemudian tes potensi akademik di tingkat provinsi (Litbang Kemendikbud, 2015). Lalu, setelah menjalani tes dan dinyatakan lulus, mahasiswa baru akan diberangkatkan ke kota tempat universitas pilihannya. Salah satu dari 39 Universitas yang menerima mahasiswa yang program afirmasi adalah Universitas Sumatera Utara (USU). Berdasarkan data yang dihimpun dari Biro Akademik USU, sejak tahun 2012, Universitas Sumatera Utara sudah menerima 71 mahasiswa afirmasi asal Papua dan sampai saat ini masih mendidik 56 orang mahasiswa yang tersebar di berbagai fakultas (Komunikasi personal, Februari 2016). Menariknya, dari ke 71 orang mahasiswa program afirmasi tersebut sebanyak 18,3% berhenti kuliah dan kembali ke Papua. Berdasarkan informasi 2 Universitas Sumatera Utara yang diperoleh dari EP, beberapa temannya kembali ke Papua karena disuruh oleh orang tua untuk kembali ke Papua, selain itu ada juga yang memang tidak semangat dalam mengikuti perkuliahan dan lebih memilih untuk berhenti kuliah. Misalnya DE, salah seorang mahasiswa program afirmasi di fakultas kedokteran USU. Setelah menjalani kuliah selama 3 semester DE memutuskan untuk berhenti kuliah dan kembali ke Papua (Komunikasi personal, April 2015). Sementara itu, sebanyak 78,9% mahasiswa program afirmasi yang bertahan menunjukkan indeks prestasi yang terbilang kurang memuaskan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Rektor bagian Akademik USU (Maret, 2015), pada tahun pertama perkuliahan perolehan indeks prestasi kumulatif mahasiswa program afirmasi rata-rata 2,00. Indeks prestasi demikian tergolong dalam golongan prestasi cukup, walau begitu sudah berada di ambang batas golongan prestasi kurang, atau dengan kata lain, IPK 2,00 hanya beda tipis dengan indeks prestasi 1,99 yang berada di golongan prestasi kurang (USU, 2012). Berdasarkan banyaknya jumlah mahasiswa program afirmasi yang berhenti kuliah dan indeks prestasi yang kurang memuaskan, dapat dikatakan bahwa performa mahasiswa program afirmasi terbilang kurang memuaskan. Salah satu hal yang mempengaruhi performa individu dalam pendidikan adalah motivasi. Motivasi merupakan elemen yang sangat krusial keberadaannya dalam proses belajar (Parsons, Hinsons & Brown, 2001). Apabila memiliki motivasi belajar maka peserta didik akan memiliki ketahanan dan ketekunan dalam belajar, memiliki kejelasan tujuan belajar dan memiliki penguat dalam melaksanakan kegitan belajar (Uno, 2014). 3 Universitas Sumatera Utara Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan. Motivasi yang dimaksudkan adalah motivasi dalam konteks pembelajaran (selanjutnya akan dipergunakan istilah motivasi). Motivasi ini dapat mempengaruhi pembelajaran dan performa pada hal yang dipelajari sebelumnya, strategi dan perilaku individu. Motivasi juga mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana individu belajar. Individu yang termotivasi akan cenderung terikat dengan aktivitas yang dapat membantunya dalam belajar, sementara itu individu yang tidak termotivasi tidak akan terikat pada usaha yang sistematis dalam belajar (Pintrich & Schunk, 2002). Sebagai proses motivasi tidak dapat dilihat secara langsung, untuk itu motivasi dapat dilihat dan disimpulkan melalui perilaku. Perilaku yang dijadikan sebagai operasionalisasi dari motivasi terdiri dari pilihan tugas (choice of task), usaha (effort), ketekunan (persistence) dan prestasi (achievement), yang disebut dengan indeks motivasi (indexes of motivation) (Pintrich & Schunk, 2002). Individu yang termotivasi untuk belajar adalah individu yang melaksanakan aktivitas belajar ketika individu tersebut berada dalam kondisi bebas untuk memilih aktivitas yang akan dilakukannya. Pada mahasiswa afirmasi, ditemukan bahwa pada waktu senggang banyak dari mahasiswa afirmasi yang lebih senang berkumpul bersama dengan teman-teman di asrama, bahkan ada diantaranya yang lebih memilih untuk berkumpul dengan teman-temannya di asrama dibandingkan mengikuti perkuliahan di kampus (Komunikasi personal, 4 Universitas Sumatera Utara April 2015). Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi mahasiswa program afirmasi untuk belajar tidak muncul/tampak. Selain itu, individu yang termotivasi untuk belajar juga terlihat dari usaha dikeluarkan oleh individu dalam proses belajar. Individu yang termotivasi dalam belajar akan memberikan usaha yang maksimal dalam proses belajar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada J yang berteman akrab dengan mahasiswa afirmasi, diketahui bahwa mahasiswa afirmasi jarang bertanya mengenai materi perkuliahan, sering kali hasil pekerjaan mahasiswa program afirmasi kurang baik karena tidak menyimak instruksi pengerjaan tugas perkuliahan yang diberikan (Komunikasi personal, Mei 2015). Hal ini mengindikasikan bahwa usaha yang dikeluarkan oleh mahasiswa program afirmasi kurang maksimal. Individu yang termotivasi seharusnya akan mengeluarkan usaha keras dalam proses belajar, terutama jika menghadapi tugas yang sulit (Pintrich & Schunk, 2002). Individu yang termotivasi dalam belajar juga mempergunakan banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan belajar atau dengan kata lain tekun belajar. Salah seorang mahasiswi program afirmasi berinisial E, menyatakan bahwa E dan teman-teman mahasiswa program afirmasi pernah malas kuliah dan merasa lebih enak di asrama, berkumpul dengan teman-teman yang sama-sama berasal dari Papua (Komunikasi personal, April 2015). Hal tersebut terjadi karena pada masa awal perkuliahan karena E dan teman-temannya merasa kurang nyaman, sebab banyak mahasiswa non-afirmasi yang melihatnya dengan tatapan yang aneh. Hal ini membuat E dan mahasiswa program afirmasi lainnya merasa berbeda dan tidak percaya diri (Komunikasi personal, April 2016). Padahal, individu yang 5 Universitas Sumatera Utara termotivasi harusnya mempergunakan lebih banyak waktu untuk belajar, terutama apabila menghadapi tantangan (Pintrich & Schunk, 2002). Apabila individu memilih tugas belajar pada saat senggang, berusaha maksimal dalam belajar dan tekun belajar, maka individu akan memperoleh pretasi belajar yang baik (Pintrich & Schunk, 2002). Namun, mahasiswa afirmasi tidak menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan, terbukti dari indeks prestasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa program afirmasi yang tidak begitu memuaskan. Berdasarkan pilihan tugas, usaha, ketekunan dan prestasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa program afirmasi, maka diindikasikan bahwa mahasiswa program afirmasi tidak termotivasi dalam belajar. Motivasi dalam belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, Uno (2014) menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor pribadi yang berasal dari diri individu dan faktor yang berasal dari lingkungan individu. Sejalan dengan itu, Rivai (2015) yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa afirmasi di pulau Bali menyatakan bahwa prestasi belajar mahasiswa program afirmasi masih belum optimal. Hal tersebut disebabkan oleh dua hal, salah satunya adalah faktor individu, terkait dengan input mahasiswa dan ekspektasi individu saat mengikuti program afirmasi. Faktor individu juga mencakup proses adaptasi terhadap lingkungan baru yang harus dijalani oleh mahasiswa afirmasi, karena kenyamanan mahasiswa afirmasi juga perlu menjadi pertimbangan terhadap motivasi mereka dalam menjalani studi. Proses adaptasi yang dijalani mahasiswa afirmasi tidaklah mudah. Hampir seluruh mahasiswa afirmasi masih baru pertama sekali menginjakkan kaki di kota 6 Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya Universitas Sumatera Utara. Sebagai pendatang baru, mahasiswa program afirmasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya kota Medan dan juga beradaptasi dengan perkuliahan. Seperti yang diungkapkan oleh EP, pada masa awal perkuliahan (semester 1 dan semester 2), mahasiswa program afirmasi masih menjalani proses adaptasi dengan lingkungan kota Medan dan Universitas Sumatera Utara, seperti adaptasi terhadap makanan dan bahasa yang dipergunakan di kota Medan. (Komunikasi personal, April 2015). Selain itu, dengan jumlah yang hanya 56 orang dan memiliki ciri fisik yang unik, mahasiswa program afirmasi bisa dikatakan sebagai mahasiswa minoritas. Kondisi ini membuat proses adaptasi yang dihadapi mahasiswa afirmasi semakin sulit. Mahasiswa program afirmasi juga harus menghadapi stigma lingkungannya terhadap orang Papua. Misalnya, seperti pengakuan R, salah seorang mahasiswi afirmasi yang mengatakan bahwa ia pernah merasa sedih karena salah seorang dosen mengatakan bahwa orang-orang Papua tidak pakai baju. Padahal tidak semua orang Papua tidak pakai baju, seperti yang sering ditunjukkan di media (Komunikasi personal, April 2015). Dampaknya, pada masa awal perkuliahan, banyak mahasiswa afirmasi yang jarang hadir dan mengikuti proses perkuliahan. Selain kedua faktor tersebut, ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi motivasi. Tran (2013) dalam penelitiannya pada siswa SMP etnis minoritas di Vietnam, menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti seperti lingkungan yang tidak mendukung, rendahnya keterlibatan orang 7 Universitas Sumatera Utara tua, dukungan teman sebaya, dan suasana sekolah yang tidak mendukung. Santrock (2009) menyatakan bahwa hubungan anak dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor dan orang lain dapat mempengaruhi motivasi anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ullah,dkk (2013) pada mahasiswa di Pakistan menyatakan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, salah satunya adalah teman sebaya dalam pembelajaran. Apabila teman sebaya memberikan motivasi dalam mengikuti pembelajaran maka individu akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya, apabila teman sebaya tidak mendukung dalam pembelajaran maka individu juga tidak akan terdorong untuk melakukan proses belajar dan terlibat dalam pembelajaran (Ullah,dkk, 2013). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan informasi yang diperoleh dari E, salah satu mahasiwi program afirmasi di Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua, semangat dan dukungan dari teman yang berasal dari daerah yang sama dan dari teman-teman terdekat di kampus, merupakan faktor yang memberikan dorongan dan dukungan untuk terus berkuliah, hasil survei juga menunjukkan bahwa sebanyak 41,6% mahasiswa Afirmasi Papua tetap semangat menjalani perkuliahan karena ada dukungan dari teman-temannya. Baik teman sekamar, teman seasrama dan teman-teman dikampus (Komunikasi personal, April 2015). Menurut Iskandar (2009), seseorang akan termotivasi untuk belajar apabila mendapatkan dorongan dalam belajar. Dorongan bisa diperoleh dari siapa saja, baik dari orang tua, keluarga dan teman sebaya. Dorongan juga bisa bersumber dari dalam diri individu atau dari luar diri individu. Salah satu bentuk dorongan 8 Universitas Sumatera Utara yang bisa diberikan pada individu adalah dukungan sosial. Sarafino (2011) mendefinisikan dukungan sosial adalah sebagai perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan dan dibantu yang diperoleh dari orang lain atau kelompok. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosi atau penghargaan (emotional or esteem support) yaitu empati, perhatian dan bentuk ekspresi yang memberikan rasa nyaman. Bisa juga dukungan instrumen (instrumental support), yaitu dukungan berupa materi seperti uang atau benda tertentu, dukungan informasi (informational support) seperti nasehat atau dukungan persahabatan (companionship support) seperti kesediaan waktu untuk menemani individu. Menurut salah satu mahasiswa afirmasi Papua, bentuk-bentuk dukungan sosial banyak diterimanya dari teman-teman sebayanya. Ia dan teman-temannya menjalin hubungan yang saling mendukung, apalagi dikarenakan dukungan dari keluarga yang sangat jarang ia dapatkan, baik secara materi maupun sosial. Selain dukungan sosial, ia dan temannya juga saling menguatkan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Disaat tidak memiliki uang/materi, temannya dapat membantu untuk memenuhi kebutuhannya (Komunikasi personal, April 2015). Sejalan dengan itu, E menyatakan bahwa ia dan teman-temannya di kampus saling mendukung dan mendorong, ia juga menambahkan bahwa sebagai anak rantau saling mendukung dan membantu dengan teman-teman merupakan hal yang penting dan sangat berpengaruh baginya dalam perkuliahan (Komunikasi personal, 10 April 2015). Dukungan sosial bisa berasal dari siapa saja ,seperti orang tua, teman dekat atau rekan (Sarafino, 2011). Mahasiswa yang berasal dari Papua, yang 9 Universitas Sumatera Utara berarti berada jauh dari keluarga menghabiskan sangat banyak waktu bersama dengan teman sebaya, utamanya teman di lingkungan kampus dan lingkungan tempat tinggal, kondisi ini menyebabkan teman merupakan salah satu sumber yang memungkinkan bagi mahasiswa afirmasi papua untuk memperoleh dukungan sosial. Berdasarkan pengakuan D, salah seorang mahasiswa baru afirmasi Papua diketahui bahwa ia merasa sangat dekat dengan teman-teman dan kakak-kakak sesama mahasiswa afirmasi. Mereka bisa bercanda dan saling berbagi cerita masing-masing (Komunikasi personal, Maret 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa dalam hubungan dengan teman sebaya yang dijalin oleh mahasiswa afirmasi Papua juga terdapat adanya unsur dukungan sosial. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara. 10 Universitas Sumatera Utara D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi, terutama bidang Psikologi Pendidikan. Dari hasil penelitian ini, diharapkan akan memperkaya pengetahuan mengenai pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi belajar mahasiswa. 2. Manfaat Praktis a. Para dosen, terutama yang memiliki tanggung jawab sebagai Dosen Pembimbing Akademik, dapat mengetahui pengaruh dukungan sosial dari teman sebaya terhadap motivasi belajar mahasiswa dan diharapkan bisa menjadi masukan bagi dosen, terkait dengan cara yang dipergunakan dalam memberikan motivasi dan dukungan sosial kepada mahasiswanya. b.Bagi pihak Universitas Sumatera Utara, selaku penyelenggara pendidikan, dapat mengetahui faktor yang turut serta dalam mempengaruhi motivasi belajar mahasiswanya. c. Bagi mahasiswa, dapat mengetahui dan memahami pengaruh dukungan sosial dari teman sebaya terhadap motivasi belajar, sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk saling memberi dukungan dalam proses perkuliahan. 11 Universitas Sumatera Utara E. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini menyajikan latar belakang penelitian, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian. Selain itu, pada bab ini juga akan dipaparkan beberapa literatur dan berbagai hasil penelitian sebelumnya terkait dengan fenomena yang diteliti. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini menyajikan landasan teori yang mendasari permasalahan yang menjadi variabel penelitian, meliputi teori motivasi belajar, dukungan sosial teman sebaya, pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi belajar dan hipotesa. Dalam bab ini akan dijabarkan Definisi, aspek, faktorfaktor yang mempengaruhi dan juga dinamika antar variabel, yaitu dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar. BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini menyajikan identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas, uji daya beda aitem, reliabilitas, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data. Bab IV :Analisa dan Pembahasan Data Bab ini menyajikan gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil penelitian, hasil analisa tambahan, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V :Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. 12 Universitas Sumatera Utara