INFORMASI SINGKAT BENIH No. 144, Desember 2012 Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe. Taksonomi dan tatanama Famili: Anacardiaceae Sinonim: Dracontomelon mangiferum Blume, Dracontomelon sylvestre Blume, Dracontomelon puberulum Miq., Dracontomelon edule (Blanco) Skeels. Nama lokal : Dau, Dahu, Rau (Jawa), Basuong, Singkuwang (Sumatera),Sengkuang (Kalimantan), Rao, Rau (Sulawesi), Dau, Rau (Bali, NTB, NTT), Rau, Sakuan (Maluku) dan Basuong (Papua). Penyebaran dan habitat D. Dao merupakan tanaman asli hutan sungai dan kapur yang banyak tersebar di Kamboja, Cina, India, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Thailand. Di Indonesia, D. Dao banyak ditemukan di seluruh wilayah Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada umumnya, D. Dao tumbuh tersebar pada tanah datar kering atau di pinggir sungai yang kadangkadang digenangi air, pada tanah liat atau tanah berbatu. Jenis tanaman ini menghendaki iklim basah dengan tipe curah hujan A pada ketinggian s/d 1.000 meter diatas permukaan laut. banir tipis menjulang tinggi hingga 6-8 m. Kulit batang berwarna coklat kehijauan atau abu-abu kecoklatan, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kulit bagian dalam halus berwarna kuning semu coklat atau semu merah jambu dan terdapat sedikit getah yang berwarna merah muda pucat. Daun majemuk gasal tersusun spiral, padat di ujung ranting, tersusun bersilangan sampai berhadapan dengan jumlah anak daun 9-19 pasang dan panjang tangkai daun 6-25 cm. Bentuk daun bulat telur sampai lonjong, berukuran 4,5-20 cm x 2-7 cm, permukaan halus atau kadang-kadang berbulu halus. Bunga biseksual, bentuk tandan dan bersimetri banyak, sedikit harum, berwarna putih sampai putih kehijauan. Bunga terdiri dari 5 bagian, berukuran 710 cm, panjang malai sampai 50 cm. Kelopak bunga membulat, mahkota bunga tidak saling menutupi, namun saling menutup di bagian atas. Bunga berbulu halus di permukaan luar atau pada kedua permukaan, tetapi ada beberapa yang tidak berbulu. Pemanfaatan Kayunya termasuk kelompok jenis Kayu Indah II, dengan kelas awet IV dan kelas kuat III-IV. Ratarata berat jenis kayu adalah 0,58, mudah dikerjakan dan dibentuk dengan baik. Umumnya kayu digunakan dibawah atap, sebagai papan, tiang dan balok, peti, venir dan kayu lapis, tangkai korek api, kabinet, mebel, barang bubutan dan panil dinding, kadang–kadang juga dipakai untuk membuat perahu. Selain kayu, beberapa bagian dari pohon ini bisa dimanfaatkan. Buahnya dapat dimakan dan bila matang rasanya manis. Di Papua Nugini, daun dan buah dimasak sebagai sayur, sedangkan di Maluku digunakan sebagai bahan penyedap masakan. Kulit kayunya dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk disentri, sedangkan kulit batangnya dapat diseduh untuk membantu persalinan pada wanita. Diskripsi botani Tinggi pohon mencapai 55 m dengan tinggi bebas cabang mencapai 25 m dan diameter batang mencapai 150 cm. Bentuk batang lurus dan akar 1.tegakan pohon; 2.tangkai daun; 3.posisi bunga pada ranting; 4.bunga (sumber : PROSEA) Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Diskripsi buah dan benih Buah drupe berbentuk bulat, diameter sekitar 2 cm, berwarna kuning. Buah terdiri dari 5 bagian, tiap bagian masing-masing dengan 2 operculum. Kulit buah bagian dalam keras. Biji terpisah dari kulit, dalam 1 buah rata-rata terdapat 2-3 benih. Bentuk benih bulat pipih memanjang, berwarna putih. Dalam 1 kg terdapat 70 buah segar atau 520 – 620 benih. lebih baik dibandingkan dengan pemangkasan setinggi 20-30 cm. Dengan pembiakan vegetatif, penanaman di lapangan dapat dilakukan dengan stump ukuran diameter batang 0.5 cm dengan panjang akar dan batang masing-masing 10 cm. Pembungaan dan pembuahan Dao berbunga dan berbuah hampir sepanjang musim. Buah masak pada bulan November-Februari. Penanganan dan pemrosesan buah dan benih Buah masak dikumpulkan dari atas pohon dengan jalan memanjat dibantu dengan galah berkait. Buah dipetik kemudian dibersihkan dari kulit dan daging buahnya. Ekstraksi benih dilakukan dengan cara buah diperam dalam karung selama 1 malam, kemudian digosok dengan tangan sampai daging buah lepas. Setelah itu dicuci bersih, kemudian diangin-anginkan. Penyimpanan dan viabilitas Biji berwatak rekalsitran. Penyimpanan benih dengan persen kecambah awal 33%, menjadi 11% setelah disimpan 1 bulan, 7% setelah 2 bulan dan 0.5% setelah disimpan 4 bulan. Benih yang disimpan dalam tabung plastik tertutup pada ruang ber AC masih dapat berkecambah dengan baik (86%) setelah 3 minggu penyimpanan. Dormansi dan perlakuan pendahuluan Tipe dormansi fisik, yaitu struktur kulit biji keras dan kedap mengakibatkan terhambat penyerapan terhadap air atau gas pada proses perkecambahan. Belum ada informasi mengenai perlakuan pendahuluan untuk mematahkan dormansi fisik tersebut. Penaburan dan perkecambahan Tipe perkecambahan epigeal. Untuk mempercepat proses perkecambahan, benih ditabur menggunakan media pasir yang telah disterilkan. Biasanya benih mulai berkecambah pada hari ke 20 dengan rata-rata persen kecambah 33%. Bibit disapih setelah umur 12 bulan dimasukan kedalam polybag ukuran 10 x 15 cm dengan media berupa campuran pupuk kandangtanah-pasir (1:2:2). Bibit siap ditanam setelah tinggi 20-30 cm. Pembiakan vegetative Berdasarkan hasil penelitian Rina Kurniaty (peneliti pada BPTPTH Bogor), bahwa : 1. Bahan stek yang terbaik adalah bagian ujung dari tunas tanaman yang berumur 2 tahun. 2. Penggunaan ZPT IBA 50 ppm diduga dapat meningkatkan kualitas perakaran stek pucuk. 3. Pemangkasan tanaman induk setinggi 40 cm menghasilkan prosentase hidup stek pucuk yang Pohon Dao (foto : Siswanto, SE) Daftar bacaan : 1. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. 2. 3. 4. 5. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta. Lemmens RHMJ, Soerianegara I dan Wong WC, 1995. Plant Resources of South-East Asia 5 (2) Timer trees:Minor commercial timbers. Bogor. Buharman, Djam’an DF, Widyani N, Sudrajat S. 2011. Atlas Benih Tanaman Hutan Indoensia Jilid II Vol. 5 No.1. BPTP Tanaman Hutan. Bogor. Kurniawati, Supriyato, Rahayu Arum. 2008. Peran Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh IBA terhadap Pertumbuhan Stek Dahu. BPTP Bogor dan Fahutan IPB. Irwanto. 2009. Buah Rao-Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rofle (http : // www. irwantoshut. Net/dracontomelon_dao.html) Agustin, E.K., 2011. Pengaruh Waktu Penyimpanan Biji Dracontomelon Dao (Blanco) Merr. & Rofle terhadap Viabilitasnya. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor LIPI. Disiapkan oleh BPTH Bali & Nusa Tenggara Tahun 2012 Penulis : Fittri Yani Sumirat, S.Si (Fungsional PEH BPTH Bali Nusra) BPTH Bali dan Nusa Tenggara Jl. By Pass Ngurah Rai Km.23, 5 Tuban – Denpasar Bali 80361 Telp. 0361-751815 Faksimili 0361-750195 Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan