Keperawatan Sistem Respirasi 2 Pertemuan 9

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN CA PARU
LUKY DWIANTORO
A. PENGERTIAN

.Tumor paru merupakan keganasan pada
jaringan paru

Ca paru merupakan abnormalitas dari sel – sel
yang mengalami proliferasi dalam paru
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya
bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker
paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan
antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).

Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.

Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam
waktu sekitar 10 tahun.

Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada
kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada
penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari
50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon.
Bahan ini diduga merupakan agen
karsinogenik
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang
terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan
arsenic (pembasmi rumput).
Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite)
dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos
dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka
kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka
yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa
gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya
gen suppresor tumor dalam genom (onkogen).
Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau
penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiahprogrammed cell death).
Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel
paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom.
Dengan demikian kanker merupakan penyakit
genetic yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada
jaringan sekitarnya.
Predisposisi Gen supresor tumor
Inisitor
Delesi/ insersi
Promotor
Tumor/ autonomi
Progresor
Ekspansi/ metastasis
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan
Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor.
Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa
centimeter dan cenderung menyebar langsung
ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada
dan mediastinum
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar
percabangan utama bronki.
Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky,
komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar
limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran
hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel
alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus.
Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan
fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah
dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai
terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam – macam.
Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat – tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa
membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
F. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi
sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan
bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90
– 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau
kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru
dikerjakan bila bermacam – macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan
parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan
mediastinum.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.
Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b.
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
c.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada
pasien maupun keluarga.
d.
Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti
nyeri dan anti infeksi.
PEMBEDAHAN
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti
penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan
yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit
paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk
melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi
tidak semua lesi bisa diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses
paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen
paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik,
atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari
pleura viscelaris)
RADIASI
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh
darah/ bronkus.
KEMOTERAPI.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola
pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah
atau terapi radiasi.
PENGKAJIAN.
a. Preoperasi
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang
diulang – ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel
kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan
buruk, penurunan masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot
(tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi
vena kava), edema wajah/ periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada
tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar
atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan
aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan
trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau
karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik
b. Pascaoperasi
- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan
warna kulit pasien.
- Frekuensi dan irama jantung.
- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA.
Elektolit serum, Hb dan Ht).
- Pemantauan tekanan vena sentral.
- Status nutrisi.
- Status mobilisasi ekstremitas khususnya
ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1). Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur
berkurang.
2). Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah
tinggi.
3). Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak,
karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
4). Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5). Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah
tingkat anastesi.
6). Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri
Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya
insisi
Atau efek – efek anastesi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA
KEPERAWATAN
.a. Preoperasi
1). Kerusakan pertukaran gas
Intervensi :
a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi
atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
b) Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi.
.
c) Kaji adanmya sianosis
d) Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
e) Awasi atau gambarkan seri GDA.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Intervensi :
a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
.
b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak
efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.
d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat
jalan nafas sesuai kebutuhan.
.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin,
albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
3). Ketakutan/Anxietas.
Intervensi :
a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit
rangsangan.
c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi,
bimbingan imajinasi.
d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada
oleh situasi.
e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan
perasaan.
4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan,
prognosis.
Intervensi :
a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan;
kebutuhan makanan kalori tinggi.
d) Berikan pedoman untuk aktivitas.
b. Pascaoperasi
1). Kerusakan pertukaran gas.
Intervensi :
a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan.
Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/
membran mukosa.
b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak
normal.
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk
juga telentang sampai posisi miring.
e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir
dengan tepat.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi :
a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan
adanya sekret.
b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam
efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan
daerah insisi.
c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500
ml/hari) dalam toleransi jantung.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/
atau analgetik sesuai indikasi.
3). Nyeri (akut).
Intervensi :
a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik
nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan
psikologi.
d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan
penggunaan teknik relaksasi
4). Anxietas.
Intervensi :
a) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang
diagnosa.
b) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan
c) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai
pemahaman yang sama.
e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan.
Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
f) Berikan kenyamanan fiik pasien.
5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan,
prognosis.
Intervensi :
a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan
hasil yang diharapkan.
b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur
pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat.
Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan
jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.
c) Diskusikan perlunya perencanaan untuk
mengevaluasi perawatan saat pulang.
Download