151 PENILAIAN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT TENTANG EFEKTIVITAS SISTEM RUJUKAN MATERNAL DI KOTA SURABAYA ASSESSMENT OF HEALTH CENTERS AND HOSPITALS ABOUT THE EFFECTIVENESS OF MATERNAL REFERRAL SYSTEM IN SURABAYA DISTRICT Stevie Yonara, Ratna Dwi Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected] ABSTRACT More than 80.0% maternal deaths occured in hospital in Surabaya between 2012-2014. Most of them who died in hospital were referral patients from midwife, private clinics, and public health centers. This study assessed the effectiveness of maternal referral system based on perspective of public health centers and hospitals in Surabaya. This was a descriptive cross sectional study. Samples were 43 public health centers in Surabaya and two main referral destination hospitals. Data was collected by interviewing one representative midwife in each public health center and hospital. This study showed that a total of 81.4% health centers assess that maternal referral system in Surabaya District was quite effective. While, one of the hospital assessed quite effective, and the other assessed less effective. The reason was because public health centers difficulty to contacting hospitals about referral, hospitals often rejected referral case, pregnant women often do self-referral to hospital, and incompatibility referral reason by most of public health centers. So it was necessary to repair maternal referral system at Surabaya based on identification of each variables in effectiveness of maternal referral system. Keywords: effectiveness, hospitals, maternal refferal system, public health center PENDAHULUAN target yang ingin dicapai adalah menurunkan Kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka AKI (Angka Kematian Ibu) sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015. meningkatkan pembangunan negara. Oleh karena Pada tahun 2012, kota Surabaya berada itu, pembangunan di bidang kesehatan sangatlah pada peringkat ke-6 se-Jawa Timur dengan AKI penting. Perhatian terhadap kesehatan tidak hanya sebesar 144,64 per 100.000 kelahiran hidup. Angka menjadi perhatian negara Indonesia saja, melainkan tersebut masih jauh dari target MDGs yaitu sebesar juga menjadi perhatian dunia internasional. 102 per 100.000 kelahiran hidup. Selain data AKI, Pada bulan September tahun 2000, 189 juga didapat data proporsi tempat kematian ibu di negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kota Surabaya, di mana diketahui bahwa kematian mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Milenium di New ibu paling banyak terjadi di rumah sakit yaitu sebesar York. Dalam konferensi ini, semua negara yang hadir 88,3% pada tahun 2012, 85,7% pada tahun 2013, mendeklarasikan dan 94,9% Millenium Development Goals pada tahun 2014. Berdasarkan data (MDGs) yang merupakan paradigma pembangunan tersebut, global. Berdasarkan tujuan yang tertera dalam kematian ibu di rumah sakit menurun pada tahun MDGs, kesehatan ibu merupakan salah satu hal 2013, terjadi kenaikan yang tajam di tahun 2014 yang tujuan hingga mencapai 94,9%. Rumah sakit merupakan meningkatkan kesehatan ibu. Dalam tujuan tersebut, fasilitas kesehatan tingkat lanjut, sehingga dapat menjadi perhatian, yaitu pada bisa disimpulkan dilihat bahwa bahwa sebagian Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 meskipun besar ibu jumlah yang 152 meninggal di rumah sakit tersebut merupakan pasien sarana yang dibutuhkan, waktu dan jarak tempuh, rujukan maupun serta tingkat kegawatan penderita. Seperti yang Puskesmas. Oleh karena itu, masalah yang diangkat telah disebutkan di atas, waktu adalah salah satu hal dalam penting dari bidan, dalam klinik penelitian ini swasta, adalah terjadinya peningkatan yang tajam pada jumlah kematian ibu di yang harus diperhatikan dalam melaksanakan rujukan. rumah sakit di Kota Surabaya pada tahun 2014, dari Langkah-langkah dilakukan dalam 2014. dengan Pedoman Rujukan Medik Puskesmas tahun 1990 adalah rujukan harus 85,7% pada tahun 2013 menjadi 94,9% pada tahun Penelitian ini mengidentifikasi efektivitas melaksanakan yang menentukan tempat informasi kepada sesuai kegawatdaruratan sistem rujukan maternal di Puskesmas dan rumah penderita, sakit di Kota Surabaya berdasarkan penilaian bidan memberikan Puskesmas dan rumah sakit. Hasil dari penelitian ini keluarganya, mengirimkan informasi pada tempat diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk rujukan yang dituju, mempersiapkan penderita dan meningkatkan efektivitas sistem rujukan maternal di mengirimkan penderita menuju tempat rujukan. Kota Surabaya. menentukan maternal tujuan rujukan, penderita dan Untuk mengetahui efektivitas dari sistem rujukan maternal, indikator yang dapat digunakan PUSTAKA adalah appropriate dan timely (Rowland, McLeod, & Berdasarkan KMK No.604 tahun 2008 Froese-Burns, 2012). Berdasarkan hasil penelitian tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Yonara (2015), diketahui pula bahwa indikator pada Rumah Sakit Umum Kelas B dan C, disebutkan appropriate dan timely dapat digunakan sebagai bahwa fasilitas kesehatan maternal perinatal dibagi indikator pengukuran efektivitas sistem rujukan dalam tiga tingkat, yaitu primer (Puskesmas, Bidan), maternal. Appropriate (Kesesuaian) adalah tentang sekunder (Rumah Sakit), dan tersier (Rumah Sakit kesesuaian dari rujukan yang dilakukan. Ada 2 hal rujukan dengan fasilitas perawatan intensif dan yang perlu diperhatikan, yaitu by-passing dan non superspesialis). Karena perbedaan kemampuan dan compliance with refferal advice (Murray & Pearson, fasilitas pemberi 2006). By-passing adalah rujukan yang dilakukan pelayanan kesehatan maternal, maka dilakukan tidak sesuai dengan tahapan rujukan yang telah rujukan maternal ke fasilitas kesehatan maternal ditentukan, yaitu melewati fasilitas kesehatan yang yang lebih mampu menangani sesuai dengan hirarki lebih rendah. Dari mana asal rujukan penting untuk rujukan yang telah disebutkan. diperhatikan, apakah sudah sesuai dengan alur yang dimiliki masing-masing Dalam melaksanakan rujukan, ada hal-hal rujukan atau belum. Selain itu, hal ini juga bisa yang disebabkan karena adanya self-refferal (rujukan menyangkut tingkat kemampuan tempat rujukan, yang dilakukan oleh ibu hamil sendiri, di mana ibu yang perlu diperhatikan, yaitu hal-hal Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 153 hamil tersebut langsung datang pada fasilitas ada di kota Surabaya. Berdasarkan pelayanan kesehatan yang berada di tingkat yang lebih tinggi, maternal yang diberikan, Puskesmas dibedakan tanpa ke fasilitas kesehatan tingkat rendah terlebih menjadi Puskesmas PONED dan Non PONED. Ada dahulu). 8 Puskesmas PONED di Kota Surabaya. Kedelapan Non compliance with refferal advice adalah Puskesmas tersebut yang menjadi sampel rujukan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. penelitian. Selain itu, ada 54 Puskesmas Non Untuk dilakukan PONED di kota Surabaya. Dari 54 Puskesmas pemeriksaan pada pendaftaran pasien di fasilitas. tersebut dilakukan sampling dengan menggunakan Dari setiap rujukan yang dilakukan, pasti ada alasan metode simple random sampling, sehingga didapat mengapa ibu hamil tersebut dirujuk. Alasan rujukan 35 Puskesmas Non PONED yang menjadi sampel tersebut penelitian. mengukur harus indikator ini sesuai harus dengan alasan rujukan berjenjang, tidak boleh ada rujukan dengan alasan yang tidak jelas. Rumah sakit yang menjadi sampel penelitian adalah rumah sakit yang paling sering Indikator kedua yang digunakan adalah menjadi tujuan rujukan maternal oleh Puskesmas. timely (Tepat Waktu). Timely (tepat waktu) ini Mayoritas berkaitan dengan beberapa hal, yaitu response time menyebutkan bahwa rumah sakit yang paling sering for of menjadi tujukan rujukan oleh Puskesmas adalah complication. Response time for communication ini RSUD Dr. Mohamad Soewandhie sebesar 58,1%, meliputi seberapa lama waktu yang diperlukan untuk RSUD Bhakti Dharma Husada sebesar 27,9%, RS berkomunikasi dengan fasilitas tempat ibu hamil Haji sebesar 6,9%, RSI sebesar 4,8%, serta RS Pura akan dirujuk. Semakin cepat tentunya menunjukkan Raharja sebesar 2,3%. Oleh karena itu, RSUD Dr. bahwa sistem rujukan efektif. Komunikasi ini juga Mohamad Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma meliputi bagaimana kondisi ibu hamil yang akan Husada dirujuk. Puskesmas dan rumah sakit yang menjadi sampel communication Timely dan timely treatment of treatment complication ini Puskesmas diambil dilihat yang sebagai sebagai diwawancarai sampel organisasi, penelitian. merupakan kecepatan dalam penanganan kasus penelitian sehingga komplikasi di fasilitas kesehatan rujukan. Semakin nantinya akan dilakukan pengumpulan data pada cepat penanganan, maka semakin efektif pula sistem satu bidan koordinator atau bidan lain yang paham rujukan. tentang rujukan maternal sebagai perwakilan dari setiap Puskesmas dan rumah sakit. METODE Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan ini merupakan penelitian Januari sampai akhir bulan Juli tahun 2015. dengan cara deskriptif dengan desain cross-sectional. Populasi Pengumpulan penelitian adalah Puskesmas dan rumah sakit yang wawancara pada satu bidan pada setiap Puskesmas data dilakukan Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 154 dan satu bidan pada setiap rumah sakit yang complication. Response time adalah kecepatan menjadi sampel penelitian. Data yang didapat dari respon komunikasi rumah sakit tempat merujuk saat wawancara kemudian dikelompokkan berdasarkan Puskesmas menghubungi untuk melakukan rujukan variabel yang digunakan. Ada 2 variabel yang berdasarkan persepsi bidan Puskesmas. Sedangkan digunakan untuk mengidentifikasi efektivitas sistem timely treatment of complication adalah kecepatan rujukan maternal, yaitu appropriate dan timely. penanganan kasus rujukan yang dilakukan oleh Appropriate merupakan variabel pada rumah sakit rumah sakit tempat merujuk berdasarkan persepsi sedangkan bidan Puskesmas. timely merupakan variabel pada Puskesmas. Setelah itu dilakukan pengkategorian Indikator pertama yang digunakan adalah efektivitas sistem rujukan maternal berdasarkan response time. Berdasarkan Tabel 1 diketahui jawaban pada variabel. bahwa masih ada bidan Puskesmas yang menjawab sangat lambat, yaitu sebesar 2,3%. Hal ini HASIL & PEMBAHASAN dikarenakan beberapa Penilaian Efektivitas Sistem Rujukan Maternal Puskesmas menelepon pada Puskesmas rujukan, harus menunggu hingga paling lama 20 Identifikasi maternal identifikasi pada efektivitas Puskesmas variabel Timely terjadi rumah mendapat saat sakit konfirmasi bidan penerima sistem rujukan menit dilakukan dengan menerima rujukan. Selain itu, bidan tersebut juga (ketepatan waktu). menyatakan bahwa ada rumah sakit yang susah Indikator yang digunakan pada variabel timely untuk kali kesediaan dihubungi, terutama pada malam hari. adalah response time dan timely treatment of Tabel 1 Distribusi Frekuensi Penilaian Bidan Puskesmas Terhadap Kecepatan Respon Komunikasi (Response Time) Berdasarkan Klasifikasi Puskesmas dan Rumah Sakit Penerima Rujukan Maternal Terbanyak di Kota Surabaya Fasilitas Kesehatan Maternal Puskesmas PONED Non PONED Total Rumah Sakit RSUD Dr. Mohamad Soewandhie RSUD Bhakti Dharma Husada RS Haji RSI RS Pura Raharja Sangat Cepat Cepat Lambat Sangat Lambat n % n % Total n % n % n % 0 2 2 0,0 4,7 4,7 5 26 31 11,7 60,5 72,2 3 6 9 6,9 13,9 20,8 0 1 1 0,0 2,3 2,3 8 35 43 18,6 81,4 100,0 2 8,0 18 72,0 4 16,0 1 4,0 25 100,0 0 0,0 8 66,7 4 33,3 0 0,0 12 100,0 2 0 0 66,7 0,0 0,0 1 2 1 33,3 100,0 100,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 3 2 1 100,0 100,0 100,0 Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 155 Selain itu, masih ada Puskesmas yang puskesmas perujuk. Atau bisa juga dengan membuat mengatakan lambat, yaitu sebesar 16,0% pada line (nomor telepon) komunikasi khusus untuk RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, serta 33,3% pada rujukan maternal, sehingga arus komunikasi yang RSUD Bhakti Dharma Husada. Bahkan masih ada masuk tidak sibuk. Dalam kaitannya dengan komunikasi, follow 2,3% bidan Puskesmas yang mengatakan sangat lambat, yaitu pada RSUD Dr. Mohamad up sangat penting untuk dilakukan dalam Soewandhie. Hal ini dikarenakan beberapa kali pelaksanaan sistem rujukan (Antonelli, McAllister & terjadi saat bidan Puskesmas menelepon rumah Pop, 2009). Sebagian besar bidan Puskesmas sakit penerima rujukan, harus menunggu hingga mengatakan bahwa setelah pasien rujukan diterima paling lama 20 menit untuk mendapat konfirmasi oleh rumah sakit penerima rujukan, maka pasien kesediaan menerima rujukan. tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab Salah satu syarat dari sistem rujukan yang dari rumah sakit yang menerima rujukan. Karena efektif adalah sistem komunikasi yang baik (Murray, bukan tanggung jawabnya lagi, maka bidan pun Davies, Phiri, & Ahmed, 2001). Komunikasi yang merasa tidak perlu melakukan follow up tentang dimaksud keadaan pasien selama penanganan. adalah komunikasi dalam rangka pelayanan kasus rujukan maternal, antara pelayanan Pemikiran tersebut kesehatan maternal primer, sekunder dan tersier. koordinasi antar organisasi atau interorganizational Terutama untuk kasus rujukan maternal, kecepatan coordination respon komunikasi dari rumah sakit penerima komunikasi rujukan merupakan hal yang krusial, dikarenakan terciptanya IOC yang efektif (Antonelli, McAllister & kondisi ibu yang gawat membutuhkan penanganan Pop, 2009). Tanpa IOC yang baik, tentu saja sistem yang cepat. rujukan maternal pun tidak dapat berjalan dengan (IOC). ini tidak sesuai Karena berperan dengan dalam penting teori teori IOC, untuk bisa Salah satu faktor yang mempengaruhi baik. Jika komunikasi saja buruk, pasti IOC pun tingginya angka kematian ibu adalah proses rujukan buruk. Karena efektivitas IOC ini berpengaruh yang terlambat (Irasanty, Hakimi, & Hasanbasri, terhadap efektivitas sistem rujukan maternal, maka Masih adanya Puskesmas perujuk yang tentu saja sistem rujukan maternal juga menjadi menyatakan bahwa respon dari rumah sakit lambat, buruk. Sebaiknya dibuat kesepakatan frekuensi maka perlu ditinjau kembali bagaimana sistem waktu untuk melakukan follow up keadaan ibu yang komunikasi dalam pelaksanaan rujukan. Padahal dirujuk, misalnya sehari sekali selama 3 hari berturut- kecepatan respon dalam keadaan darurat sangatlah turut. 2008). penting dan krusial (Kapucu, 2006). Sebaiknya Selain itu, bidan rumah sakit pun rumah sakit penerima rujukan bisa memperbaiki jalur menyatakan bahwa kedua bidan rumah sakit tidak komunikasinya pernah melakukan feedback pada bidan Puskesmas agar mudah dihubungi oleh Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 156 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penilaian Bidan Puskesmas Terhadap Kecepatan Penanganan Kasus Rujukan Berdasarkan Klasifikasi Puskesmas dan Rumah Sakit Penerima Rujukan Maternal Terbanyak di Kota Surabaya Fasilitas Kesehatan Maternal Puskesmas PONED Non PONED Total Rumah Sakit RSUD Dr. Mohamad Soewandhie RSUD Bhakti Dharma Husada RS Haji RSI RS Pura Raharja Sangat Cepat Cepat Lambat Sangat Lambat Total n % n % n % n % n % 0 6 6 0,0 14,0 14,0 8 29 37 18,6 67,4 86,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 8 35 43 18,6 81,4 100,0 4 16,0 21 84,0 0 0,0 0 0,0 25 100,0 1 8,3 11 91,7 0 0,0 0 0,0 12 100,0 1 0 33,3 0,0 2 2 66,7 100,0 0 0 0,0 0,0 0 0 0,0 0,0 3 2 100,0 100,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0 perujuk. Padahal berdasarkan Permenkes No.001 evaluasi pelayanan kesehatan maternal (Antonelli, tahun 2012 tentang Jaminan Kesehatan, disebutkan McAllister & Pop, 2009). Indikator bahwa penerima rujukan wajib memberikan informasi selanjutnya adalah timely kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan treatment of complication. Berdasarkan Tabel 2, pasien setelah selesai memberikan pelayanan. diketahui bahwa persentase jawaban terbanyak Feedback penting untuk dilakukan oleh rumah sakit pada Puskesmas untuk indikator timely treatment of penerima mempunyai complication adalah cepat yaitu sebesar 86,0%. Hal informasi yang cukup untuk nantinya melanjutkan ini berarti kecepatan penanganan pada rumah sakit perawatan penerima rujukan dari supaya pasien perujuk setelah perawatan di rujukan sudah baik dan perlu pelayanan kesehatan penerima rujukan selesai dipertahankan. Diketahui pula bahwa tidak ada (Antonelli, McAllister & Pop, 2009). Follow up atau rumah sakit penerima rujukan yang dinilai lambat feedback dari rumah sakit penerima rujukan ini maupun sangat lambat dalam menangani kasus penting untuk rujukan. dengan kepuasan dilakukan perujuk karena dalam berhubungan pelaksanaan Dalam kaitannya dengan komunikasi koordinasi rujukan (Forrest, Glade, Baker, Bocian, rujukan, ada pula bidan Puskesmas yang bercerita Schrader, & Starfield, 2000). bahwa pernah terjadi saat bidan Puskesmas merujuk Oleh karena itu, perlu dibuat ketentuan ibu hamil prematur tetapi semua penerima rujukan di yang jelas dan tertulis tentang komunikasi yang Surabaya yang dihubungi menolak untuk menerima seharusnya dilakukan antara perujuk dan penerima dengan alasan tidak mampu menangani. Padahal rujukan di Kota Surabaya. Minimal harus ada menurut bidan Puskesmas seharusnya penerima pedoman yang jelas agar dapat menjadi bahan rujukan mampu menangani kasus tersebut dilihat dari tenaga dan fasilitas yang tersedia di sana. Pada Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 157 akhirnya, bidan Puskesmas menghubungi rumah sakit, rumah sakit di Indonesia berkewajiban penerima rujukan di daerah Sidoarjo, dan beruntung untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat penerima rujukan tersebut mau menerima. Menurut 24 jam sehari (Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati, bidan dibandingkan 2013). Begitu pula dengan dokter spesialis obgyn di berdasarkan tenaga dan fasilitas yang tersedia rumah sakit tersebut yang hanya ada pada jam dinas seharusnya penerima rujukan di Surabaya lebih saja. mampu bahkan sangat mampu menangani kasus internal rumah sakit, terutama ketersediaan fasilitas rujukan dan sumber daya yang memadai untuk menunjang Puskesmas tersebut. tersebut, Tentunya pun jika hal ini membuat penanganan ibu menjadi lama, sehingga bisa terjadi penanganan yang tidak tepat waktu (timely). Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen pelayanan kesehatan. Dalam kaitannya dengan timely treatment of Permasalahan di atas dapat disebabkan complication, diketahui pula bahwa terkadang bidan karena ketidakjelasan dalam prosedur penerimaan Puskesmas dan penolakan rujukan, yaitu kasus rujukan apa saja penanganan kasus rujukan menjadi tidak tepat yang dapat diterima oleh rumah sakit penerima waktu. Berdasarkan pernyataan bidan rumah sakit, rujukan. Prosedur dan acuan yang jelas tentang hal ini dikarenakan data kondisi ibu yang dirujuk oleh identifikasi komplikasi yang dapat diterima oleh Puskesmas dinilai tidak jelas. Ketidakjelasan data rumah sakit penerima rujukan harus ada agar kondisi ibu ini terjadi karena seringkali terjadi pasien tercipta sistem rujukan yang efektif (Murray, Davies, rujukan tidak diantar oleh bidan perujuk, serta sering Phiri, & Ahmed, 2001). pula terjadi bahwa apa yang tertulis pada data Keterlambatan dalam penanganan kasus rujukan sangat berpengaruh itu sendiri yang menyebabkan kondisi ibu tidak sesuai dengan realita kondisi ibu. terhadap kejadian Ada beberapa perujuk yang sengaja membaik- kematian ibu (Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati, baikkan kondisi ibu agar diterima oleh rumah sakit. 2013). dapat Ternyata setelah diterima oleh rumah sakit, ibu yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah lain yang dirujuk tersebut sangat gawat dan rumah sakit tidak lebih rumit. Dalam kaitannya dengan variabel timely, mampu menangani. Pada akhirnya ibu yang dirujuk UGD di rumah sakit tentunya memegang peranan tadi harus diestafet ke penerima rujukan lain yang penting dalam pelaksanaan sistem rujukan. Harus mampu menangani. Hal ini tentu saja membuang- tersedia pelayanan yang cepat dan tepat di UGD buang waktu, padahal untuk kasus darurat, waktu (Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati, 2013). merupakan hal yang krusial. Keterlambatan penanganan ibu Masih berkaitan dengan UGD, berdasarkan Setelah mengidentifikasi indikator dari penuturan bidan Puskesmas ada salah satu rumah variabel timely, maka dilakukan identifikasi variabel sakit penerima rujukan yang ruang operasinya belum timely. Tetapi, karena hanya satu indikator yang beroperasi 24 jam. Padahal sebagai salah satu ijin digunakan pada Puskesmas, maka identifikasi Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 158 Tabel 3 Distribusi Kategori Efektivitas Sistem Rujukan Maternal di Kota Surabaya Puskes-mas PONED Kategori Efektif Cukup Efektif Puskes-mas Non PONED Total n 0 % 0,0 n 7 % 16,3 n 7 % 16,3 8 18,6 27 62,8 35 81,4 Kurang Efektif 0 0,0 1 2,3 1 2,3 Total 8 18,6 35 81,4 43 100,0 Tabel 4 Penilaian Bidan Rumah Sakit Terhadap Kesesuaian Tahapan dan Alasan Rujukan yang Dilakukan (Appropriate) oleh Puskesmas Perujuk di Kota Surabaya Indikator Kesesuaian Tahapan Rujukan Kesesuaian Alasan Rujukan RSUD Dr. Mohamad Soewandhie RSUD Bhakti Dharma Husada Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai variabel timely ini digunakan untuk mengidentifikasi bidan rumah sakit terhadap kesesuaian tahapan dan efektivitas sistem rujukan maternal dengan cara alasan rujukan yang dilakukan (appropriate) oleh menjumlahkan Puskesmas perujuk. skor tiap indikator dan mengkategorikan dalam kategori kurang efektif, cukup efektif, dan efektif. untuk indikator kesesuaian tahapan rujukan kedua Dari Tabel 3 di atas, diketahui bahwa berdasarkan Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa persentase terbanyak, Puskesmas rumah sakit menyatakan tidak sesuai. Ketidaksesuaian tahapan rujukan ini disebabkan PONED maupun Puskesmas Non PONED berada karena pada kategori cukup efektif, dengan persentase melakukan rujukan sendiri tanpa memperhatikan sebesar 81,4%. Perlu dilakukan perbaikan pada tahapan rujukan. Ibu hamil yang melakukan rujukan pelaksanaan sistem rujukan maternal. sendiri ini disebut self-referral. Adanya self-referral ini Efektivitas Sistem Rujukan Maternal pada Rumah menunjukkan bahwa terjadi by-passing, yaitu rujukan Sakit yang melompati tahap rujukan yang lebih rendah Untuk mengukur efektivitas sistem rujukan maternal digunakan appropriate. dalam Appropriate pelaksanaan (tidak masih dengan tahapan pengukuran Ketidaksesuaian merupakan kesesuaian merugikan rumah sakit ibu hamil tahapan rujukan yang rujukan). ini penerima dapat rujukan Untuk dikarenakan rumah sakit penerima rujukan dapat dua terbebani dengan jumlah rujukan yang ada (Murray, indikator, yaitu kesesuaian tahapan rujukan dan Davies, Phiri, & Ahmed, 2001). Padahal sumber kesesuaian alasan rujukan berdasarkan penilaian daya yang ada di rumah sakit penerima rujukan juga bidan rumah sakit terhadap kasus rujukan maternal terbatas. Jika hal ini sering terjadi dan terjadi terus- mengukur variabel appropriate maternal. beberapa sesuai variabel rujukan ada digunakan yang diterima secara umum. Berikut ini penilaian Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 159 menerus, maka sistem rujukan yang ada menjadi identifikasi variabel appropriate ini digunakan untuk tidak efektif. mengidentifikasi efektivitas sistem rujukan maternal Perlu dibuat sebuah prosedur/mekanisme dengan cara menjumlahkan skor tiap indikator dan untuk memastikan ibu hamil tidak melakukan by- mengkategorikan dalam kategori kurang efektif, passing. Prosedur/mekanisme yang dibuat dapat cukup efektif, dan efektif. Berdasarkan penjumlahan berupa pemberian informasi pada ibu hamil, dan skor yang dilakukan, diketahui bahwa RSUD Dr. sistem pengecualian (Murray, Davies, Phiri, & Mohamad Soewandhie berada kategori cukup efektif Ahmed, 2001). Pemberian informasi pada ibu hamil dan RSUD Bhakti Dharma Husada pada kategori berupa informasi tentang tahapan rujukan yang kurang efektif. seharusnya, bahwa rujukan harus dilakukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama. Selain SIMPULAN pemberian informasi, sistem pengecualian juga Sebagian besar Puskesmas menilai bahwa harus dibuat. Sistem pengecualian ini meliputi sistem rujukan maternal di Kota Surabaya adalah kondisi apa saja yang menjadi syarat pengecualian cukup efektif. Hal ini dikarenakan ada Puskesmas dalam pelaksanaan rujukan yang berjenjang. Adanya yang sulit dalam menghubungi rumah sakit penerima syarat yang jelas, dapat mengurangi terjadinya by- rujukan untuk melakukan rujukan. Selain itu, masih passing dalam pelaksanaan rujukan maternal. sering pula terjadi penolakan rujukan dengan alasan Selain itu, diketahui pula bahwa bidan rumah sakit tidak mampu menangani, padahal jika RSUD Bhakti Dharma Husada memberi jawaban dilihat dari fasilitas dan sumber daya yang tersedia, tidak sesuai untuk indikator kesesuaian alasan rumah sakit tersebut mampu menangani kasus rujukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, rujukan tersebut. Begitu juga dengan rumah sakit, ketidaksesuaian ini terjadi karena seringkali perujuk RSUD Dr. Mohamad Soewandhie menilai bahwa salah diagnosa dan analisa, sehingga ibu yang sistem rujukan maternal di Kota Surabaya adalah seharusnya tidak dirujuk tetapi malah dirujuk, dan cukup efektif, serta RSUD Bhakti Dharma Husada sebaliknya. terjadi menilai kurang efektif. Hal ini dikarenakan masih perbedaan antara realita kondisi ibu dengan data sering terjadi self-referral oleh ibu hamil, serta kondisi ibu. Ketelitian bidan Puskesmas perujuk ketidaksesuaian alasan rujukan. Selain itu juga seringkali harus lebih ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi lagi alasan rujukan yang tidak sesuai. Setelah mengidentifikasi Dalam rangka peningkatan efektivitas sistem rujukan maternal di kota Surabaya sebaiknya indikator dari rumah sakit penerima rujukan memperbaiki jalur variabel appropriate, maka dilakukan identifikasi komunikasinya variabel appropriate. Tetapi, karena hanya satu Puskesmas perujuk. Rumah sakit dapat membuat indikator yang digunakan pada rumah sakit, maka line (nomor telepon) komunikasi khusus untuk agar mudah Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015 dihubungi oleh 160 rujukan maternal, sehingga arus komunikasi yang masuk tidak sibuk. Sebaiknya dibuat sebuah kesepakatan di antara Puskesmas perujuk dan rumah sakit penerima rujukan tentang kasus rujukan dengan kondisi yang seperti apa yang dapat diterima oleh sebuah fasilitas kesehatan penerima rujukan. Kesepakatan tersebut harus dituliskan berdasarkan tenaga dan fasilitas yang ada di fasilitas kesehatan penerima rujukan tersebut. Sebaiknya dibuat pula ketentuan yang jelas mengenai penolakan kasus rujukan oleh rumah sakit, dalam arti dengan keadaan seperti apa saja sebuah fasilitas kesehatan penerima rujukan (rumah sakit) dapat menolak kasus rujukan. Selain itu, sebaiknya pelaksanaan dilakukan evaluasi aturan rujukan maternal oleh dan Dinas Kesehatan. Terutama dengan adanya BPJS, perlu dilakukan penataan ulang jejaring rujukan dan sosialisasi pada Puskesmas tentang daftar rumah sakit penerima rujukan yang bekerja sama dengan BPJS yang berada paling dekat dengan Puskesmas. DAFTAR PUSTAKA Antonelli, R. C., McAllister, J. W., & Popp, J. (2009). Making Care Coordination A Critical Component of The Pediatric Health System: A Multidisciplinary Framework. US: The Commonwealth Fund Press. Forrest, C. B., Glade, G. B., Baker, A. E., Bocian, A., Schrader, S. v., & Starfield, B. (2000). Coordination of Specialty Referrals and Physician Satisfaction With Referral Care. JAMA Pediatrics, 499-506. Irasanty, G. D., Hakimi, M., & Hasanbasri, M. (2008). Pencegahan Keterlambatan Rujukan Maternal di Kabupaten Majene. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 122-129. Kapucu, N. (2006). Interagency Communication Networks During Emergencies. American Review of Public Administration, 207-225. Murray, S. F., Davies, S., Phiri, R. K., & Ahmed, Y. (2001). Tools for Monitoring The Effectiveness of District Maternity Refferal Systems. Health Policy and Planning, 353361. Murray, S., & Pearson, S. C. (2006). Maternity Referral Systems in Developing Countries: Current Knowledge and Future Research Needs. Social Science & Medicine, 22052215. Rowland, T., McLeod, D., & Froese-Burns, N. (2012). Comparative Study of Maternity System. Wellington: Malatest Press. Simbolon, D., Chalidyanto, D., & Ernawati. (2013). Determinan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit Pemerintah Indonesia (Analisis Data Rifaskes 2011). Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 202-2014. Yonara, S. (2015). Analisis Hambatan Pada Pelaksanaan Rujukan Maternal Kota Surabaya Berdasarkan Teori Interorganizational Coordination. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015