analisis variabel keuangan sebagai prediktor beta

advertisement
TESIS
ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI
PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
I KADEK SATRIA NOVA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
i
TESIS
ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI
PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
I KADEK SATRIA NOVA
NIM: 1191661001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI
PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KADEK SATRIA NOVA
NIM: 1191661001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 3 DESEMBER 2013
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha,SE.,MM., Ak., CPA. Dr. Made Gede Wirakusuma,SE., M.Si
NIP. 19590510 199003 1 001
NIP. 19651122 199203 1 004
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Magister Akuntansi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama,SE.,MSBA.,Ak
NIP. 19641224 199103 1 002
Prof. Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K)
NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Tesis ini telah diuji pada
Tanggal 3 Desember 2013
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No. 3232/ UN14.4/ HK/2013
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM., Ak., CPA
Anggota
:
1. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si
2. Dr. I D.G. Dharma Suputra,SE.,M.Si.,Ak
3. Dr. I Made Sadha Suardika, SE., MSi., Ak
4. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: I Kadek Satria Nova
NIM
: 1191661001
Program Studi
: Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
Judul Tesis
: Analisis Variabel Keuangan Sebagai Prediktor Beta
Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Denpasar, 3 Desember 2013
Yang membuat pernyataan
(I Kadek Satria Nova)
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama
perkenankanlah
penulis
memanjatkan
puji
syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang berjudul “Analisis Variabel Keuangan
Sebagai Prediktor Beta Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia” ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlan penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM., Ak.,
CPA sebagai pembimbing utama dan sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama mengikuti
program magister, khususnya dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Made Gede
Wirakusuma, SE., M.Si sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Bapak
Prof.Dr.dr.Ketut
Suastika,Sp.PD-KEMD
dan
Direktur
Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr. A.A.Raka
Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Program
Pascasarjana di Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana S.E.,M.S, Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk
vii
mengikuti pendidikan program Magister. Penulis juga menyampaikan rasa terima
kasih kepada Bapak Dr. A.A.G.P.Widana Putra, SE.,M.Si.,Ak., Ketua Jurusan
Akuntansi dan Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,Ak, Ketua Program
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Udayana. Ungkapan terima
kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Bapak Dr. I D.G.
Dharma Suputra,SE.,M.Si.,Ak, Bapak Dr. I Made Sadha Suardika, SE., MSi., Ak,
Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak yang telah memberikan masukan, saran,
sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan yang
sama juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program
Magister Akuntansi Universitas Udayana serta para staf pegawai program yang
telah banyak membantu kelancaran proses administrasi pendidikan dan penulisan
tesis ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada rekanrekan Fak. Ekonomi Unmas Denpasar, alumni Maksi dan Maksi Angkatan VIII
atas semangat, bantuan dan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian
ini. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada pacar tercinta “ Sekarini”,
kedua orang tua, kakak dan seluruh keluarga atas dukungan, motivasi dan doa
restu selama mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan anugerah-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Desember 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR BETA
SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Ada beberapa risiko dan return yang muncul dan perlu dipertimbangkan oleh
para investor saat berinvestasi di pasar modal. Dua tipe risiko tersebut dikenal
dengan istilah risiko sistematik yang dikenal dengan istilah beta karena pengukur
dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, ditemukan bahwa variabel keuangan yang meliputi financial
leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio hasilnya
tidak konsisten sebagai prediktor dari beta saham. Oleh karena itu, menjadi
motivasi dalam penelitian ini untuk meneliti variabel keuangan tersebut sebagai
prediktor beta saham pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan tersebut pada
beta saham. Berdasarkan purposive sampling diperoleh 9 bank sebagai sampel
dalam penelitian ini. Dalam pemecahan masalah peneliti memakai uji asumsi
klasik dan uji hipotesis dengan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa financial leverage tidak
mempengaruhi beta saham karena ada jaminan keamanan dana nasabah di bank
oleh LPS. Likuiditas berpengaruh negatif signifikan pada beta saham karena
tingginya tingkat kehati-hatian bank dalam mengelola kredit milik nasabah. Asset
growth tidak mempengaruhi beta saham karena bank berada dalam periode
ekspansi. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada beta saham karena
semakin tinggi keuntungan dari kredit berarti semakin tinggi risiko kredit macet
yang akan mucul. Dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham
karena dalam penelitian sedikit bank yang membagikan deviden secara konsisten
selama periode 2006-2012.
Kata kunci: beta saham, financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas
dan dividend payout ratio
ix
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF FINANCIAL VARIABLES AS STOCK BETA
PREDITCTOR IN BANKING INDUSTRIES IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE
There are certain risks and returns that may appear and need to be
considered by investors in capital market. The two types of risk are known as
systematic risk that also called as beta since it is the measurement of systematic
risk and unsystematic risk. Based on previous researches, it was obtained that
financial variables including financial leverage, liquidity, asset growth,
profitability and dividend payout ratio had inconsistent results as stock beta
predictor. Therefore the researcher is motivated to examine these financial
variables as the stock beta predictor in banking industries in Indonesian Stock
Exchange. The aims of this research are to find out the effect of these financial
variables to stock beta. Based on purposive sampling it is required 9 banks that
used as samples in this research. In order to resolve the problems researcher used
techniques of data analysis such as test of classic assumptions and test of
hyphotesis that used multiple regression analysis.
Based on analysis results, it was found financial leverage cannot affect
stock beta because there is safety guarantee for customer’s money in the banks
from LPS. Liquidity has negative significant effect to stock beta because of high
carefulness from banks in managing customer’s credit. Asset growth cannot affect
stock beta because of banks in the expansion period. Profitability has positive
significant effect to stock beta because the higher profit from credits means the
higher risk nonperforming loan will appear. Dividend payout ratio cannot affect
to stock beta because in this study only few banks that always share dividend
consistenly during 2006-2012.
Keywords: stock beta, financial leverage, liquidity, asset growth, profitability and
dividend payout ratio
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM……………………………………………………..
i
PRASYARAT GELAR…………………………………………….…..
ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….
PENETAPAN PANITIA PENGUJI………………………………….
iii
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………...
v
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………..………….
vi
ABSTRAK……………………................................................................
viii
ABSTRACT…………………………………………………….………
ix
DAFTAR ISI............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….......
xiv
DAFTAR TABEL……………………………………….…………..….
xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….…….
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………….……..
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….…..
5
1.3 Tujuan Penelitian……………………...……………………........
5
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………..
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………..……….……………….…
7
2.1 Teori Sinyaling…………………………………...……………...
7
2.2 Return dan Risiko………………………………………………..
8
xi
2.3 Beta Saham………………………………………………………
10
2.3.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Beta Saham....……………….
10
2..4 Beberapa Asumsi yang Dipakai di Model CAPM……………....
14
2.5 Pembahasan Penelitian Sebelumnya……………………………
15
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN………...………………………………...….
20
3.1 Kerangka Berpikir………………………………………………...
20
3.2 Konsep Penelitian…………………………………………………
25
3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………….
26
3.3.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham………....
26
3.3.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham...............................
26
3.3.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham..........................
27
3.3.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham...........................
27
3.3.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio pada Beta Saham...........
28
BAB IV
METODA PENELITIAN......................................................
30
4.1 Rancangan Penelitian......................................................................
30
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................
33
4.3 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................
33
4.4 Penentuan Sumber Data..................................................................
33
4.4.1 Jenis dan Sumber Data........................................................
33
4.4.2 Populasi dan Sampel...........................................................
34
xii
4.5 Identifikasi Variabel........................................................................
35
4.6 Definisi Operasional Variabel.........................................................
36
4.7 Metoda Pengumpulan Data.............................................................
38
4.8 Teknik Analisis Data.......................................................................
38
4.8.1 Uji Asumsi Klasik...............................................................
38
4.8.2 Pengujian Hipotesis............................................................
39
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………..…….
43
5.1 Karakteristik Variabel………...……………………………….…
43
5.2 Uji Asumsi Klasik………...………………………………….......
44
5.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda…………………………
45
5.5 Pengujian Hipotesis………………………………………….……
47
5.5.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham………..….
47
5.5.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham…………………….
48
5.5.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham….……………..
48
5.5.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham…………………
49
5.5.5 Pengaruh Devidend Payout Ratio pada Beta Saham……...
49
BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………...
50
6.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham…………………
50
6.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham…………………………...
51
6.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham………………………..
52
6.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham………………………..
53
xiii
6.5 Pengaruh Devidend Payout Ratio pada Beta Saham……………..
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………………………………...
54
55
7.1 Simpulan………………………………………………………….
55
7.2 Saran……………………………………………………………...
55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 : Kerangka Berpikir...............................................................
24
Gambar 3.2 : Konsep Penelitian................................................................
25
Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian..........................................................
32
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
: Proses Pemilihan Sampel.....................................................
35
Tabel 5.1
: Hasil Statistik Deskriptif.....................................................
45
Tabel 5.5
: Hasil Analisis Regresi Linier Berganda..............................
46
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan tempat bagi investor untuk berinvestasi. Dalam
arti sempit investasi merupakan pengorbanan konsumsi sekarang untuk
konsumsi di masa mendatang tetapi investasi secara luas merupakan
penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama
periode waktu yang tertentu (Hartono, 2010:5). Investasi bisa berkaitan
dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aktiva
tetap (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun financial asset (deposito, saham
ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umum dilakukan. Tujuan
seorang investor berinvestasi beraneka ragam mulai dari untuk memeroleh
keuntungan, memenuhi kebutuhan hidup dan memeroleh return dari investasi itu
sendiri.
Seorang investor pasti memperhitungkan tingkat keuntungan yang
diharapkan dan menghadapi risiko atas investasi yang dipilihnya saat
berinvestasi di pasar modal. Secara umum risiko investasi di pasar modal dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak
sistematik (unsystematic risk/diversible risk). Risiko sistematik merupakan risiko
yang memengaruhi semua perusahaan, misalnya risiko akibat ternyadinya inflasi
sedangkan risiko tidak sistematik merupakan risiko yang memengaruhi sebagian
kecil perusahaan, misalnya risiko yang terjadi akibat pemogokan buruh.
xvii
1
2
Risiko sistematik juga disebut dengan beta, karena beta merupakan
pengukur dari risiko sistematik. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return
suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i
mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Dengan demikian
beta adalah pengukur sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar
(Hartono, 2010:375-376). Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik
estimasi yang menggunakan data historis, data akuntansi dan data fundamental.
Penelitian ini memakai variabel keuangan yang datanya diperoleh dari luar data
laba perusahaan/dari luar laporan laba rugi misalnya laporan arus kas. Perhitungan
beta dalam penelitian ini diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis dari
sekuritas selama periode tertentu. Cara estimasi beta tersebut memakai Capital
Asset Pricing Model (CAPM). Model ini digunakan karena ada beberapa asumsi
yang diterapkan sehingga membuat model tersebut lebih mudah untuk dipahami
dan lebih mudah diuji (Hartono, 2010:487-488).
Beaver et al. (1970) menemukan variabel asset growth mempunyai
pengaruh positif terhadap beta saham sedangkan Ferris et al. (1989) dan Capstaff
(1991) menemukan pengaruh yang negatif antara asset growth dengan beta saham.
Menurut Gudono dan Ninik (2001), asset growth secara signifikan berpengaruh
terhadap beta saham. Hasil ini didukung oleh Utami (2000), Parmono (2001) dan
Rachmania (2009). Namun, menurut Bowman (1979) dan Farrely et al. (1985)
asset growth tidak memengaruhi ukuran risiko. Hasil ini didukung oleh Suseno
(2009) yang menyatakan bahwa asset growth tidak memengaruhi beta saham.
xviii
3
Beaver et al. (1970) dan Chun dan Meharani (1989) menemukan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif terhadap beta saham sedangkan Tandelilin (1997)
dan Belkaoui (1978) menemukan pengaruh positif antara likuiditas dengan beta
saham. Menurut Suseno (2009) likuiditas memengaruhi beta saham. Namun,
menurut Ferris et al. (1990) dan Parmono (2001) likuiditas tidak memengaruhi
beta saham.
Tandelilin (1997) dengan memakai net profit margin menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap beta saham sedangkan dengan gross
profit margin diperoleh hasil negatif. Namun, menurut Belkaoui (1978), Mear dan
Firth (1988), Chun dan Meharani (1989) dan Wiedyantari (2007) profitabilitas
berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Menurut Kustini dan Selvi (2010)
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan pada beta saham syariah didukung oleh
Indra (2005) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan pada
risiko sistematik.
Bowman (1979), Ferris et al. (1989) dan Tandelilin (1997) menemukan
bahwa financial leverage berpengaruh positif dengan beta saham. Menurut hasil
penelitian Fidiana (2009) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada
beta saham syariah. Hasil ini didukung oleh Beaver et al. (1970) dan Jarvel et al.
(2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham.
Namun, menurut Chun dan Meharani (1989) menemukan pengaruh negatif rasio
leverage pada beta saham. Hasil ini didukung oleh Nishat (2000) yang menemukan
bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada perubahan volatility
saham. Menurut Utami (2000) dan Setiawan (2003) leverage berpengaruh
xix
4
signifikan pada ukuran risiko didukung oleh Parmono (2001) yang menyatakan
financial leverage memengaruhi beta saham. Namun, menurut Farrely et al. (1985)
leverage tidak berpengaruh pada beta saham didukung oleh Auliyah dan Ardi
(2006) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh pada beta saham
syariah.
Menurut Beaver et al. (1970), Carter dan Schmidt (2008), Jarvela et al.
(2009) dan Bergeron (2012) dividend payout ratio memiliki pengaruh yang negatif
terhadap beta saham didukung pula oleh penelitian Kustini dan Selvi (2010) yang
menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif signifikan pada beta
saham syariah. Hasil penelitian Farrely et al. (1985) menemukan bahwa dividend
payout ratio berpengaruh signifikan pada beta saham didukung oleh Utami (2000)
dan Mutia dan Arfan (2010) sedangkan Bowman (1979) menemukan bahwa
dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham didukung oleh Ferris et
al. (1989), Auliyah dan Ardi (2006) dan Rachmania (2009)
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa variabel
keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan
dividend payout ratio memiliki hasil yang inkonsisten. Oleh karena itu, peneliti
termotivasi menganalisis variabel keuangan tersebut sebagai prediktor beta saham.
Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2012, karena sepanjang tahun 2012 perbankan BUMN
membukukan kenaikan laba dan dividen yang cukup signifikan. Tiga bank besar
seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank
Tabungan Negara (BTN) mencatat peningkatan laba lebih dari 20% pada laporan
xx
5
keuangan audited 2012. Oleh karena itu, minat investor menanamkan modal di
perbankan meningkat (Detik Finance, 2013). Selain itu, perusahaan perbankan juga
merupakan suatu jenis perusahaan yang sarat dengan risiko karena melibatkan
pengelolaan uang milik masyarakat dan diputar kembali dalam berbagai bentuk
seperti kredit ataupun investasi lainnya, sehingga dapat menyebabkan fluktuasi
laporan keuangan yang cukup signifikan. Oleh karena perusahaan perbankan sarat
akan risiko, maka tingkat kehati-hatian dalam beroperasi juga akan tinggi. Investor
cenderung menyukai perusahaan yang beroperasi dengan tingkat kehati-hatian yang
tinggi karena akan bisa mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh investor itu
sendiri (Army,2013)
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Apakah financial leverage berpengaruh pada beta saham?
2) Apakah likuiditas berpengaruh pada beta saham?
3) Apakah asset growth berpengaruh pada beta saham?
4) Apakah profitabilitas berpengaruh pada beta saham?
5) Apakah dividend payout ratio berpengaruh pada beta saham?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian
ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh financial leverage pada beta saham.
xxi
6
2) Untuk mengetahui pengaruh likuiditas pada beta saham.
3) Untuk mengetahui pengaruh asset growth pada beta saham.
4) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada beta saham.
5) Untuk mengetahui pengaruh dividend payout ratio pada beta saham.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan manfaat
praktis sebagai berikut:
1) Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi, informasi dan bukti
empiris bagi para akademis mengenai analisis variabel keuangan sebagai
prediktor beta saham pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi investor untuk menambah
pengetahuan dalam hal investasi pada suatu perusahaan sehingga dapat
meminimalisasi risiko sistematik yang timbul akibat investasi. Bagi pihak
bank diharapkan penelitian ini memberikan masukan variabel keuangan apa
saja yang bisa dijadikan prediktor beta saham di perbankan sehingga dapat
dijadikan tolok ukur risiko sistematik yang terkandung di industri perbankan
yang bersangkutan.
xxii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Sinyaling
Signalling theory (teori sinyaling) menekankan kepada pentingnya
informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di
luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan
datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi nonakuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan
laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan
dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh
pengguna laporan, baik pihak dalam maupun pihak luar. Jika suatu perusahaan
ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan
pengungkapan laporan keuangan
7
xxiii
8
secara terbuka dan transparan. Pengungkapan informasi atas laporan keuangan
yang lebih berkualitas tidak hanya mengurangi asimetri informasi tetapi juga
untuk membantu investor menilai risiko potensial dari sekuritas dan pembuatan
keputusan investasi (Ryan, 1996). Menurut Fama (1970), idealnya pasar
menyediakan informasi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan
terkait investasi dan pemilihan sekuritas.
Salah satu contoh sinyal dari perusahaan kepada investor mengenai
perkembangan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Jika investor
memperoleh sinyal baik (good news) berarti risiko sistematik dalam perusahaan
tersebut cenderung sangat kecil atau bisa dikatakan memiliki nilai beta saham
yang positif. Jika beta saham bernilai negatif berarti saham tersebut berisiko
sehingga akan memberikan sinyal buruk (bad news) bagi investor yang berniat
membeli saham tersebut.
2.2
Return dan Risiko
Dua hal yang akan dihadapi oleh pemodal saat menanamkam modalnya di
suatu perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of
return) dan tingkat risiko (risk). Unsur ketidakpastian (uncertainty) akan selalu
melekat dalam dunia investasi. Para pemodal akan lebih sering mengalami atau
menerima keuntungan (return) jauh dari yang diharapkan. Hal yang dapat
dilakukan hanyalah mengestimasikan seberapa besar tingkat keuntungan yang
diharapkan (expected rate of return) akan menyimpang dari investasi-investasi
xxiv
9
yang telah dilakukannya. Risiko yang ada ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian
(uncertainty).
Risiko akan semakin besar apabila terjadi penyimpangan yang semakin
besar terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan kata lain, apabila
dari suatu kesempatan investasi diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka
risiko yang ditanggungnya akan tinggi pula. Pada umumnya pemodal akan lebih
memilih investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan
tingkat risiko yang ditanggung sama atau tingkat keuntungan sama tetapi dengan
tingkat risiko yang ditanggung lebih kecil.
Return ekspektasian dan risiko mempunyai hubungan yang positif.
Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan.
Sebaliknya, jika semakin kecil return yang diharapkan maka semakin kecil risiko
yang harus ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return
ekspektasian. Namun, hubungan positif ini tidak dapat terjadi dalam return
realisasian (Hartono, 2010:244-245). Sebuah bisnis yang sukses tidak hanya
sebagai pusat dari keuntungan tetapi juga mengenai manajemen risiko. Risiko dan
return bekerja sama dan maksimalisasi return dikonstrain oleh risiko. Risiko
perusahaan terdiri dari risiko sistematik dan unsystematic risk (Chiou et al.,
2007).
xxv
10
2.3
Beta Saham
2.3.1
Pengertian dan Jenis-Jenis Beta
Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif tehadap risiko pasar (Hartono,2010:376). Menurut Hartono (2010:377),
jenis-jenis beta antara lain:
1) Beta pasar diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari
sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60
bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Cara estimasi
beta pasar dengan persamaan regresi, model indeks tunggal/pasar dan CAPM.
Dengan model indeks tunggal/pasar, beta dihitung dengan persamaan:
Ri
i
i
.RM ei ……………………………………………………………(1)
Dengan model CAPM dapat ditulis sebagai berikut:
Ri RBR
i
RM
RBR
ei ……………………………………………….(2)
2) Beta akuntansi diperoleh dari laba akuntansi. Beta ini dapat dihitung secara
sama dengan beta pasar yang memakai data return, yaitu mengganti data
return dengan data laba akuntansi. Beta akuntansi rumusnya:
laba ,iM
2
laba , M
hi
…………………………………………………………………(3)
Keterangan:
hi
= beta akuntansi sekuritas ke-i.
laba,iM = kovarian antara laba perusahaan ke-i dengan indeks laba pasar.
laba, M
= varian dari indeks laba pasar.
3) Beta fundamental adalah beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel
fundamental. Beaver et al. (1970) memakai 7 variabel fundamental yaitu:
xxvi
11
(1) Dividend Payout Ratio
Dividend payout diukur sebagai deviden yang dibayarkan dibagi
dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner (1956)
memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk
menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong deviden, maka akan
dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan
membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai risiko
tinggi cenderung dividend payout-nya lebih kecil, dengan maksud bahwa
nanti tidak perlu mengurangi deviden jika laba yang diperoleh turun.
Bagi perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas saat mengalami laba
yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat
disimpulkan adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend
payout ratio, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah. Karena beta
merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa dividen
payout mempunyai hubungan yang negatif dengan beta.
Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara beta dengan
dividend payout ratio adalah bahwa pembayaran deviden dianggap lebih
kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian
perusahaan yang membayar rasio deviden yang tinggi akan mempunyai
risiko yang kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk
laba yang ditahan. Model yang disajikan oleh Carter dan Schmidt (2008)
menunjukkan bahwa jika hal yang lain dianggap konstan misalnya
tingkat suku bunga, maka terdapat hubungan terbalik yang jelas antara
xxvii
12
dividend payout ratio dengan risiko sistematik. Model tersebut juga
didukung oleh model yang disajikan oleh Bergeron (2012).
(2) Asset Growth
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai
perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini
diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Hubungan ini tidak
didukung oleh teori.
(3) Leverage
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang
dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan
positif dengan beta. Bowman (1980) menggunakan pengukuran leverage
dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan total aktiva
menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai
hubungan positif.
(4) Liquidity
Liquidity diukur dengan current rasio yaitu aktiva lancar dibagi hutang
lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan
beta, secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan,
semakin kecil risikonya.
(5) Asset Size
Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari aktiva
total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan
risiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya
xxviii
13
perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Alasannya adalah
perusahaan yang besar mempunyai akses ke pasar modal sehingga
dianggap mempunyai beta yang lebih kecil. Anggapan ini merupakan
anggapan yang umum, tidak didasarkan pada teori. Namun demikian,
Watts dan Zimmerman (1986;105) mencoba membuktikan risiko dengan
asset ini untuk membentuk suatu teori yang disebut teori akuntansi
positif (Positive Accounting Theory). Perusahaan yang besar merupakan
subjek dari tekanan politik. Perusahaan yang melaporkan laba yang
tinggi menarik perhatian politikus dan akan diinvestigasi karena dicurigai
melakukan praktik monopoli. Oleh karena itu, perusahaan besar
cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian
rendah dengan beta yang rendah untuk menghindari laba yang
berlebihan. Dengan demikian diduga hubungan antara ukuran perusahaan
dengan beta adalah negatif.
(6) Earnings variability
Variabilitas laba diukur dengan nilai deviasi standar dari price earnings
ratio (PER). Variabilitas laba dianggap sebagai cerminan risiko
perusahaan. Semakin besar variabilitas laba maka semakin besar risiko
beta, atau dengan kata lain mempunyai hubungan yang positif.
(7) Beta akuntansi
Beta akuntansi diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen
perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan
xxix
14
indek laba pasar. Karena beta akuntansi dan beta pasar sama-sama
mengukur risiko maka diprediksikan bahwa keduanya mempunyai
hubungan yang positif.
2.4 Beberapa Asumsi yang Dipakai di Model CAPM
Menurut Hartono (2010;488), asumsi-asumsi yang digunakan di model
CAPM adalah:
1) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama.
Investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti
harapan dalam satu periode waktu yang sama.
2) Semua
investor
melakukan
pengambilan
keputusan
berdasarkan
pertimbangan antara nilai return ekspektasian dan deviasi standar return dari
portofolionya.
3) Semua
investor
mempunyai
harapan
yang
seragam
(homogeneous
expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan
portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah return ekspektasian,
varian dari return dank kovarian antara return-return sekuritas. Asumsi ini
memiliki implikasi bahwa harga-harga sekuritas dan tingkat bunga bebas
risiko yang tertentu dan dengan memakai input-input portofolio yang sama,
maka setiap investor akan menghasilkan efficient frontier yang sama pula.
4) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dana (lending) atau meminjam
(borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
suku bunga bebas risiko.
xxx
15
5) Penjualan pendek (short sale) diijinkan. Investor individual dapat menjual
pendek berapapun yang dikehendaki.
6) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan
tidak terbatas. Ini berarti bahwa dengan nilai terkecilpun investor dapat
melakukan investasi dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian aktiva
setiap saat dengan harga yang berlaku.
7) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. Semua aktiva dapat
dijual dan dibeli di pasar dengan cepat dengan harga yang berlaku.
8) Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai
biaya transaksi.
9) Tidak terjadi inflasi.
10) Tidak ada pajak pendapatan pribadi. Karena tidak ada pajak pribadi, maka
investor memiliki pilihan yang sama untuk mendapatkan deviden atau capital
gain.
11) Investor adalah penerima harga (price taker). Investor individual tidak dapat
memengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli dan menjual
aktiva tersebut. Investor secara keseluruhan bukan secara individual
menentukan harga dari aktiva.
12) Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.
2.5 Pembahasan Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai kajian empiris dalam
penelitian ini berasal dari luar negeri maupun nasional. Beaver et al. (1970)
xxxi
16
yang menguji pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham, menemukan
bahwa dari tujuh variabel fundamental hanya leverage, earnings variability,
asset growth dan accounting beta yang memiliki hubungan positif signifikan
dengan beta saham sedangkan variabel lainnya meliputi dividend payout ratio,
asset size dan likuiditas memiliki hubungan negatif dengan beta saham.
Hamada (1972) menemukan bahwa uji teori MM lebih baik untuk industri
daripada CAPM. Bowman (1979) meneliti hubungan teoritis antara risiko
sistematik beta dengan variabel keuangan (akuntansi) menemukan bahwa hanya
leverage dan accounting beta yang memiliki hubungan teoritis dengan risiko
sitematik. Farrely et al. (1985) menemukan bahwa hanya variabel current ratio
dan variability in earnings yang berpengaruh positif signifikan dengan ukuran
risiko sedangkan leverage dan asset growth tidak berpengaruh pada ukuran
risiko. Hasil penelitian dari Mear dan Firth (1988) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan pada risiko sitematik didukung
oleh penelitian dari Chun dan Meharani (1989) yang menyatakan bahwa rasio
likuiditas,rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio leverage memiliki
hubungan negatif dengan risiko sistematik. Ferris et al. (1989) meneliti persepsi
risiko di Jepang menemukan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada
risiko sistematik sedangkan asset growth berpengaruh negatif pada risiko
sistematik. Yates dan Collin (1997) dengan analisis faktor meneliti faktorfaktor penentu persepsi risiko investor, menemukan bahwa investor lebih fokus
pada risiko total daripada risiko sistematik. Penelitian Carter dan Schmidt
(2008) dengan analisis regresi sederhana meneliti hubungan antara dividend
xxxii
17
payout ratio dengan risiko sistematik, menemukan bahwa dividend payout ratio
memiliki hubungan negatif dengan risiko sistematik perusahaan didukung oleh
Bergeron (2012) dengan uji model menemukan bahwa dividend payout ratio
berpengaruh negatif pada dividend beta jangka panjang. Dhoubi dan Chokri
(2009) meneliti risiko perbankan di Tunisia, menemukan bahwa risiko spesifik
perbankan di negara tersebut lebih penting daripada risiko sistematik. Jarvela et
al. (2009) me-review dan memperbaharui penelitian dari Beaver et al. (1970),
menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham
dalam temuan BKS, 222 saham, saham middle dan small cap sedangkan dalam
saham large diperoleh hasil positif. Leverage berpengaruh positif pada beta
saham dalam temuan BKS, 222 saham, saham large, middle dan small cap.
Earnings variability berpengaruh positif pada beta saham baik dalam penelitian
BKS, 222 saham, saham large, saham middle maupun small cap.
Penelitian Utami (2000) menemukan bahwa secara parsial hanya leverage
ratio, asset growth dan dividend payout ratio yang berpengaruh signifikan pada
risiko beta saham. Parmono (2001) menemukan bahwa secara parsial likuiditas
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada beta saham sedangkan financial
leverage, earnings variability dan accounting beta secara parsial memengaruhi
beta saham. Menurut Indra (2005) secara parsial hanya satu variabel faktor
fundamental yanga berpengaruh terhadap risiko sitematik yaitu variabel OPM.
Ardiana (2006) yang menguji pengaruh variabel-variabel makroekonomi dan
fundamental pada risiko sistematik, menemukan bahwa secara parsial hanya
variabel exchange rate dan gross domestic product yang berpengaruh pada
xxxiii
18
risiko sistematik. Penelitian Auliyah dan Ardi (2006) menemukan bahwa secara
parsial hanya variabel cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan PDB yang
memengaruhi beta saham syariah. Wiedyantari (2007) menemukan bahwa ROE
dan CAR berpengaruh negatif signifikan pada risiko sistematik sedangkan
LDR, NPL dan EPS berpengaruh positif signifikan pada risiko sitematik. Hasil
penelitian Fidiana (2009) menemukan bahwa leverage, earnings variability,
price book value dan trading volume berpengaruh positif signifkan pada beta
saham syariah sedangkan accunting beta, earnings per share, dividend yield
dan price earnings ratio tidak berpengaruh pada beta saham syariah. Penelitian
Rachmania (2009) menemukan bahwa secara parsial hanya asset growth
berpengaruh pada beta saham. Suseno (2009) menemukan bahwa secara parsial
current ratio dan beta akuntansi memengaruhi beta saham. Hasil penelitian
Kustini dan Selvi (2010) menemukan bahwa secara parsial variabel dividend
payout ratio, ROA dan earnings variability tidak berpengaruh signifikan pada
beta saham syariah. Mutia dan Muhammad (2010) menemukan bahwa secara
parsial dividend payout ratio dan capital structure berpengaruh positif pada
beta saham sedangkan menurut Puspitaningtyas (2010) dividend payout ratio
dan asset size berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Variabel financial
leverage, profitabilitas dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif pada risiko
sistematik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu baik dari
artikel internasional maupun nasional sebagian besar memakai uji analisis
regresi berganda. Hal ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas
pada variabel terikat.
xxxiv
19
Perbedaan penelitan ini dengan penelitian terdahulu terletak dari variabel
bebas dan objek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan variabel keuangan
yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan
dividend payout ratio. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Ringkasan mengenai
penelitian sebelumnya bisa dilihat di Tabel 2.1 pada Lampiran 3.
xxxv
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka, landasan teori dan penelitian-penelitian
sebelumnya, dapat disusun kerangka berpikir kemudian dilanjutkan dengan
kerangka konseptual penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai
dari landasan teori yang terdiri dari teori utama yaitu teori sinyaling dan teori
pendukung yaitu return dan risiko, beta saham, beberapa asumsi yang dipakai di
model CAPM serta kajian empiris terdahulu. Tujuan pembentukan kerangka
berpikir untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian.
Signalling theory menekankan bahwa informasi yang disajikan perusahaan
baik berupa informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan sangat bergunan
bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Manfaat mengetahui beta
saham suatu perusahaan adalah dapat ditentukan risiko sistematik yang
terkandung di dalamnya. Jika beta saham bernilai negatif berarti saham tersebut
berisiko sehingga akan memberikan sinyal buruk (bad news) bagi investor yang
berniat membeli saham tersebut. Sebaliknya, jika beta saham bernilai positif maka
memberikan sinyal baik (good news) bagi investor yang berniat membeli saham
tersebut.
Kajian empiris terdahulu berasal dari penelitian asing dan penelitian dalam
negeri. Penelitian asing meliputi Beaver et al. (1970) yang menemukan bahwa
leverage, earnings variability, asset growth dan accounting beta memiliki
20
xxxvi
21
hubungan positif dengan beta saham sedangkan dividend payout ratio, asset size
dan likuiditas memiliki hubungan negatif dengan beta saham. Bowman (1979)
menyatakan bahwa leverage dan accounting beta memiliki hubungan secara
teoritis dengan risiko sistematik sedangkan earnings variability, dividend payout
ratio, size dan growth tidak. Penelitian Farrely et al. (1985) menemukan bahwa
current ratio dan variability in earnings berpengaruh positif signifikan pada
ukuran risiko, dividend payout ratio berpengaruh signifikan pada ukuran risiko
sedangkan leverage dan asset growth tidak berpengaruh pada ukuran risko. Hasil
penelitian Mear dan Firth (1988) menemukan bahwa variabel net assets
propriertorship dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan pada risiko
sistematik. Chun dan Meharani (1989) menemukan bahwa hubungan negatif
antara rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan leverage dengan ukuran
sistematik. Ferris et al. (1989) menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh
positif pada risiko sitematik sedangkan asset growth berpengaruh negatif pada
risiko sistematik. Yates dan Colin (1997) menyatakan bahwa investor lebih fokus
pada risiko total daripada risiko sistematik. Carter dan Schmidt (2008)
menemukan bahwa dividend payout ratio memiliki hubungan terbalik dengan
risiko sistematik perusahaan. Dhoubi dan Chokri (2009) menemukan bahwa risiko
spesifik lebih penting daripada risiko sistematik, dengan objek penelitian bank di
Tunisia. Penelitian Jarvela et al. (2009) menemukan bahwa dividend payout ratio
berpengaruh negatif pada beta saham, leverage dan earnings variability
berpengaruh positif pada beta saham. Hasil temuan ini mendukung penelitian dari
xxxvii
22
Beaver et al. (1970). Bergeron (2012) menemukan bahwa dividend payput ratio
berpengaruh negatif pada dividend beta jangka panjang.
Penelitian dalam negeri meliputi Utami (2000) yang menemukan bahwa
secara parsial hanya leverage ratio, asset growth dan dividend payout ratio yang
berpengaruh signifikan pada risiko beta saham. Parmono (2001) menemukan
bahwa secara parsial likuiditas dan ukuran perusahaan tidak memengaruhi beta
saham sedangkan financial leverage, earnings variability dan accounting beta
secara parsial memengaruhi beta saham. Hasil penelitian Indra (2005)
menemukan bahwa secara parsial hanya exchange rate dan gross domestic
product
yang memengaruhi risiko sistematik. Auliyah dan Ardi (2006)
menemukan bahwa secara parsial hanya cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar
dan pendapatan domestik bruto yang berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Wiedyantari (2007) menemukan bahwa ROE dan CAR berpengaruh negatif dan
signifikan pada risiko sistematik. Hasil penelitian Fidiana (2009) menemukan
bahwa leverage, earnings variability, price book value dan trading volume
berpengaruh positif dan signifikan pada beta saham syariah sedangkan accounting
beta, earnings per share, dividend yield dan price earnings ratio tidak
berpengaruh. Hasil penelitian Rachmania (2009) menemukan bahwa secara
parsial asset growth memengaruhi beta saham. Suseno (2009) menemukan bahwa
secara parsial current ratio dan beta akuntansi memengaruhi beta saham. Kustini
dan Selvi (2010) menemukan bawa secara parsial ROA, dividend payout ratio,
dan earnings variability tidak memengaruhi beta saham syariah. Mutia dan
Muhammad (2010) menemukan bahwa secara parsial dividend payout ratio dan
xxxviii
23
capital structure berpengaruh positif pada beta saham. Hasil penelitian
Puspitaningtyas (2010) menemukan bahwa financial leverage, profitabilitas dan
pertumbuhan aktiva berpengaruh positif pada risiko sistematik sedangkan
likuiditas, dividend payout ratio dan asset size berpengaruh negatif pada risiko
sistematik.
Hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai variabel
keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan
dividend payout ratio menjadi motivasi penelitian ini, dan berdasarkan teori yang
ada dibuatlah rumusan masalah. Dari rumusan masalah tersebut dibuat hipotesis
yang merupakan kesimpulan sementara bersumber dari teori dan kajian empiris
terdahulu. Hipotesis tersebut diuji dengan teknik analisis data yang meliputi uji
asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda, sehingga akhirnya dibuatlah
simpulan dan saran penelitian.
Berikut gambaran kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan pada
Gambar 3.1:
xxxix
24
Kajian Empiris:
1. Beaver, Kettler dan Sholes (1970)
2. Hamada (1972)
3. Bowman (1979)
4. Farrely et al. (1985)
5. Mear dan Firth (1988)
6. Chun dan Meharani (1989)
7. Ferris et al. (1989)
8. Yates dan Colin (1997)
9. Carter dan Schmidt (2008)
10. Dhouibi dan Chokri (2009)
11. Jarvela et al. (2009)
12. Bergeron (2012)
13. Utami (2000)
14. Parmono(2001)
15 Indra (2005)
16. Ardiana (2006)
17. Auliyah dan Ardi (2006)
18. Wiedyantari (2007)
19. Fidiana (2009)
20. Rachmania (2009)
21. Suseno (2009)
22. Mutia dan Muhammad (2010)
23.. Kustini dan Selvi (2010)
24. Puspitaningtyas (2010)
Landasan Teori:
1. Teori Sinyaling
2. Return dan Risiko
3. Beta Saham
4. Beberapa
Asumsi
Yang Dipakai Di
Model CAPM
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji dan Analisis
Statisitik
Teknik Analisis
Simpulan dan Saran
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
xl
25
3.2
Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian
disusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan
kajian empiris seperti di Gambar 3.2 yang menunjukkan bahwa peneliti ingin
meneliti pengaruh variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas,
asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio pada beta saham.
Berdasarkan teori yang ada dan kajian empiris terdahulu diperolehlah konsep
penelitian yang menggambarkan bahwa financial leverage berpengaruh positif
pada beta saham, likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham, asset growth
berpengaruh negatif pada beta saham, profitabilitas berpengaruh negatif pada beta
saham dan dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham.
Financial
Levarage
(+)
Likuiditas
(-)
Asset
Growth
(-)
Beta
Saham
Profitabilitas
(-)
Dividend
Payout Ratio
(-)
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
xli
26
3.3
Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham
Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka beta (pengukur risiko
sistematik) akan semakin tinggi pula (Hartono, 2010;392). Hasil penelitian dari
Bowman (1979), Ferris et al. (1989) dan Tandelilin (1997) menemukan bahwa
financial leverage berpengaruh positif dengan beta saham. Hasil ini didukung oleh
Fidiana (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta
saham syariah dan Puspitaningtyas (2010) yang menemukan bahwa financial
leverage berpengaruh positif pada risiko sistematik perusahaan. Sejalan dengan
hasil penelitin dari Beaver et al. (1970) dan Jarvel et al. (2009) yang menyatakan
bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham.Oleh karena itu hipotesis (H1)
dinyatakan sebagai berikut.
H1: financial leverage berpengaruh positif pada beta saham.
3.3.2 Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham
Secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil
risikonya (Hartono, 2010;392). Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang
negatif dengan Beta. Beaver et al. mengumpulkan 307 perusahaan yang tercatat di
NYSE (New York Stock Exchange) selama dua periode. Periode pertama adalah
1947-1956 dan periode kedua adalah 1957-1965. Hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham. Hal ini
didukung oleh Chun dan Meharani (1989) yang menemukan bahwa likuiditas yang
diprosikan dengan current ratio berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Oleh
karena itu hipotesis (H2) dinyatakan sebagai berikut.
xlii
27
H2 : likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham.
3.3.3 Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham
Jika pertumbuhan aktiva suatu perusahaan meningkat maka kinerja
perusahaan akan meningkat juga sehinga risiko untuk dilikuidasi menjadi rendah
atau dapat dikatakan semakin tinggi pertumbuhan aktiva suatu perusahaan
semakin rendah beta saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian Ferris et al.
(1989) yang meneliti saham di Jepang, menemukan pengaruh yang negatif antara
asset growth dengan beta saham. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Capstaff
(1991). Hipotesis (H3) dinyatakan sebagai berikut.
H3 : asset growth berpengaruh negatif pada beta saham.
3.3.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham
Semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan risiko
sistematiknya semakin kecil. Hasil penelitian Belkaoui (1978) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif pada risiko sistematik, didukung oleh penelitian
Tandelilin (1997) dengan memakai gross profit margin diperoleh hasil negatif. Hal
tersebut didukung pula oleh penelitian dari Mear dan Firth (1988) yang melakukan
penelitian mengenai persepsi risiko dari analisis keuangan dan kegunaan dari data
pasar dan akuntansi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Penelitian Chun dan Meharani (1989)
juga menemukan bahwa profitabilitas dengan proksi (net income after taxes before
extraordinary item/share holders funds) berpengaruh negatif pada risiko sitematik.
Penelitian dari dalam negeri yang mendukung hasil penelitian internasional
tersebut adalah Wiedyantari (2007) yang melakukan penelitian di saham perbankan
xliii
28
LQ45, menemukan bahwa profitabilitas dengan proski ROE berpengaruh negatif
pada risiko sistematik. Oleh karena itu hipotesis (H4) dinyatakan sebagai berikut.
H4 : profitabilitas berpengaruh negatif pada beta saham.
3.3.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham
Lintner (1956) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan
enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong deviden, maka
akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan
membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi
cenderung dividend payout lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu
mengurangi deviden jika laba yang diperoleh turun. Dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout ratio, yaitu risiko
tinggi, dividend payout rendah. Beta merupakan pengukur risiko maka dapat juga
dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai hubungan yang negatif.
Hasil penelitian Beaver et al. (1970), menemukan bahwa dividend pay out
ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap beta saham. Menurut Carter dan
Schmidt (2008) yang meneliti hubungan antara dividend payout ratio dan risiko
sistematik dengan pendekatan matematis, diperoleh hubungan negatif antara
dividend payout ratio dengan risiko sistematik. Penelitian Jarvela et al. (2009)
yang melakukan review penelitian Beaver et al. (1970) menemukan bahwa
dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap beta saham kecuali pada
saham yang tergolong large stocks. Penelitian Puspitaningtyas (2010) menemukan
bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada risiko sistematik
perusahaan. Kustini dan Selvi (2010) menemukan bahwa dividend payout ratio
xliv
29
berpengaruh negatif pada beta saham syariah. Hasil penelitian Bergeron (2012)
yang meneliti kebijakan dividen dan risiko konsumsi, juga menemukan bahwa
dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta deviden jangka panjang. Ini
berarti perusahaan yang lebih berisiko cenderung menginvestasikan kembali
earnings mereka atau membayar deviden lebih sedikit. Hipotesis (H5) dinyatakan
sebagai berikut.
H5 : dividend payout ratio berpengaruh negatif beta saham.
xlv
BAB IV
METODA PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif,
efisien dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang,
masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Tahapan
selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah menyiapkan data
penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan
hasil penelitian. Rancangan penelitian ini dimulai dari latar belakang masalah yang
intinya adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu. Dari latar belakang
masalah dibuatlah rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Untuk menjawab rumusan masalah diperlukan kajian pustaka dan kajian empiris
terdahulu. Dari kajian pustaka dan kajian empiris terdahulu dibuatlah hipotesis
yang merupakan dugaan semetara yang menjelaskan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Setelah itu dilanjutkan dengan rancangan penelitian
yang meliputi data penelitian dan variabel penelitian.
Penelitian ini memakai data kuantitatif berupa data sekunder yang sampelnya
diperoleh melalui purposive sampling. Berdasarkan hipotesis yang diajukan,
variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen berupa
variabel keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth,
xlvi
30
31
profitabilitas dan dividend payout ratio sedangkan variabel dependen berupa beta
saham.
Pengujian mengenai analisis variabel keuangan sebagai prediktor beta saham
dilakukan dengan memakai analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan analisis
tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian regresi
selanjutnya dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan yang juga disesuaikan
dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan.
xlvii
32
Berdasarkan penjelasan tersebut rancangan penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Latar Belakang
Rumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Manfaat
Penelitian
Data Kuantitatif
Kajian
Pustaka dan
Penelitian
Sebelumnya
Data Penelitian
Data Sekunder
Purposive Sampling
Hipotesis
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Independen: Variabel
Keuangan
Variabel
Penelitian
Dependen: Beta Saham
Kesimpulan
Penelitan
Hasil
Pengujian
Regresi Linier
Berganda
Saran dan
Implikasi
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
xlviii
Uji Asumsi
Klasik
33
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website www.idx.go.id dan
memakai ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Alasan memakai ICMD
karena daftar perusahaan sudah dikelompokkan menjadi beberapa industri dalam
hal ini industri perbankan. Untuk menghitung beta komponen data diperoleh
melalui www. finance.yahoo.com dan perpustakaan Bank Indonesia Jl. Letda
Tantular No.4 Renon, Denpasar. Penelitian ini dilakukan tahun 2013 dengan
tahun pengamatan 2006-2012 pada industri perbankan.
4.3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berada dalam ruang lingkup akuntansi keuangan dengan
menganalisis variabel keuangan sebagai prediktor beta saham, memakai data
sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website
www.idx.go.id, ICMD (Indonesian Capital Market Directory), mengakses www.
finance.yahoo.com dan mengunjungi perpustakaan Bank Indonesia Provinsi Bali.
4.4
Penentuan Sumber Data
4.4.1
Jenis dan Sumber Data
1)
Berdasarkan sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka dan dapat
dinyatakan dalam satuan hitung. Data kuantitatif penelitian ini adalah data
xlix
34
laporan keuangan tahunan audit dari industri perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
2)
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan yang diteliti. Data kuantitatif penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari website www.idx.go.id.
4.4.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012 dengan sampel diperoleh dari populasi
tersebut berjumlah 9 bank. Prosedur penentuan sampel dengan purposive
sampling, merupakan metode pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria
tertentu.
Tujuan
pemakaian
metoda
purposive
sampling
adalah
untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan
(Indriantoro dan Supomo, 2002;25). Adapun kriteria-kriteria yang dipakai dalam
pengambilan sampel, yaitu:
1) Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006
yang tergolong dalam industri perbankan.
2) Mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap, dalam rupiah,
dan konsisten selama periode 2006-2012.
3) Mempublikasikan harga saham secara konsisten selama periode 2006-2012.
4) Membagikan deviden secara konsisten selama periode 2006-2012
l
35
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, disajikan
dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Sampel
No.
Kriteria
1
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006 yang
tergolong dalam industri perbankan.
2
Tidak
mempublikasikan
laporan
keuangan tahunan secara lengkap, dalam
rupiah dan konsisten selama periode
2006-2012.
3
Tidak mempublikasikan harga saham
secara konsisten selama periode 20062012
4.
Tidak membagikan deviden secara
konsisten selama periode 2006-2012.
Jumlah perusahaan yang masuk kriteria
Total amatan selama periode 2006-2012
Sumber:data diolah 2013
4.5
Jumlah
31
(3)
(7)
(12)
9
63
Identifikasi Variabel
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan, maka
variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Variabel bebas atau independent adalah variabel yang memengaruhi variabel
terikat (Sugiyono, 2007:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth,
profitabilitas dan dividend payout ratio.
2) Variabel terikat atau dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Sugiyono, 2007:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah beta
saham.
li
36
4.6
Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1) Asset Growth
Menunjukkan tingkat pertumbuhan aktiva perbankan selama periode 20062012, untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
Tingkat
pertumbuhan
berikut
perusahaan
diukur
(Parmono,2001): asset growth
dengan
rumus
sebagai
aktivait aktivait 1
………………………(4)
aktivait 1
2) Financial Leverage
Merupakan pemakaian sumber dana dari perbankan, yang memiliki beban
tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. Menurut Parmono (2001) financial leverage
diukur dengan rumus:
Financial leverage = total utang…………………………............................(5)
total aktiva
3) Liquidity
Merupakan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban jangka pendek.
Dalam penelitian ini, liquidity diukur dengan Loan Deposit Ratio (LDR)
selama periode 2006-2012.. Rasio ini dapat mengukur seberapa besar
kemampuan bank memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan.
lii
37
Rumus menghitung LDR (Nurhayati, 2001):
LDR
loans
x100% ……………………….......................................(6)
total deposit
4) Profitabilitas
Merupakan kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Dalam
penelitian ini, profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Rumus
menghitung ROE (Wiedyantari, 2007):
ROE
laba setelah pajak
x100% ………………........................................(7)
total ekuitas
5) Dividend Payout Ratio
Hartono (2010:390) menyatakan bahwa dividend payout ratio diukur sebagai
deviden yang dibayarkan dibagi laba yang tersedia untuk pemegang saham
umum. Jadi, dividend payout ratio merupakan presentase laba yang dibagikan
kepada pemegang saham umum dari laba yang diperoleh perusahaan. Rumus
dividend payout ratio (Ferris et al., 1990):
Dividend payout ratio
dividend per share
……………………………(8)
earnings per share
6) Beta Saham
Dihitung dengan model CAPM yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(Hartono, 2010;):
Ri RBR
i
RM
RBR
ei ………………………………………………..(9)
Keterangan:
Ri = return sekuritas ke-i.
RBR = return aktiva bebas risiko.
liii
38
RM = return portofolio pasar.
= beta sekuritas ke-i.
i
4.7
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi
nonpartisipan yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat
dan mempelajari uraian-uraian dari jurnal, buku-buku, dokumen-dokumen
dan data-data keuangan yang terdaftar dalam Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) dan mengakses langsung website www.idx.go.id dan
www.finance.yahoo.com.
4.8
Teknik Analisis Data
4.8.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi linear berganda digunakan untuk melakukan
pengujian hipotesis, maka dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:
1)
Uji Multikolonieritas
Uji
ini bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan atau tidak
adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik tidak
ditemukan korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas dalam model regeri dapat dilihat dari (1) nilai tolerance
lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel bebas yang dipilih yang tidak dijelaskan dalam variabel bebas lainnya.
Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
=1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
liv
39
multikolonieritas adalah nilai tolerance
0,10 atau sama dengan nilai VIF
10.
(Ghozali, 2011:105).
2)
Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi linear tidak ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini memakai uji Durbin-Watson
(DW test) (Ghozali, 2011:110)
3)
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi
yang baik bebas dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah melihat grafik plot (Ghozali, 2011:139).
4)
Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini memakai uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) (Ghozali, 2011:160)
4.8.2 Pengujian Hipotesis
Analisis ini diolah dengan komputerisasi memakai program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) for windows. Peneliti menggunakan SPSS
16. Teknik analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah dan
lv
40
besarnya pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat. Model analisis regresi
linear berganda menurut Suyana Utama (2008) adalah sebagai berikut.
BS=α+β1FL+β2LIK+β3AG+β4PROFIT+β5DPR+e1..................................................................(10)
Keterangan:
BS
=
α
=
FL
=
LIK
=
AG
=
PROFIT
=
DPR
=
e1
=
β1,β2,β3,β4,β5 =
Beta saham
Konstanta
Financial Leverage
Likuiditas
Asset Growth
Profitabilitas
Dividend Payout Ratio
Variabel pengganggu
koefisien regresi
1) Uji t-test
Uji t digunakan untuk menguji H1,H2,H3,H4 dan H5. Pengujian ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows. Langkah-langkah
uji t adalah sebagai berikut:
(1)
Untuk menguji hipotesis 1:
a.
Merumuskan Hipotesis
H0: financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham.
HA: financial leverage berpengaruh positif pada beta saham.
b.
Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05
c.
Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta
membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu:
signifikan t ≤ α(0,025), maka H0 ditolak dan HA diterima.
Signifikan t > α(0,025), maka H0 diterima dan HA ditolak.
(2)
Untuk menguji hipotesis 2:
a.
Merumuskan Hipotesis
lvi
41
H0: likuiditas tidak berpengaruh pada beta saham.
HA: likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham.
b.
Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05
c.
Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta
membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu:
signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima.
Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak.
(3)
Untuk menguji hipotesis 3:
a.
Merumuskan Hipotesis
H0: asset growth tidak berpengaruh pada beta saham.
HA: asset growth berpengaruh negatif pada beta saham.
b.
Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05
c.
Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta
membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu:
signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima.
Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak.
(4)
Untuk menguji hipotesis 4:
a.
Merumuskan Hipotesis
H0: profitabilitas tidak berpengaruh pada beta saham.
HA: profitabilitas berpengaruh negatif pada beta saham.
b.
Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05
c.
Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta
membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu:
lvii
42
signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima.
Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak.
(5)
Untuk menguji hipotesis 5:
a.
Merumuskan Hipotesis
H0: dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham.
HA: dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham.
b.
Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 5%= 0,05
c.
Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta
membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu:
signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima.
Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak.
lviii
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Variabel
Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian antara lain nilai minimum,
maksimum, rata-rata (mean), dan simpangan baku dengan N adalah banyaknya
bank di Bursa Efek Indonesia yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu 63
obesrvasi. Pengukuran rata-rata merupakan cara yang paling umum digunakan
untuk mengukur nilai sentral dari distribusi data, standar deviasi merupakan
perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya
Tabel 5.1 ditunjukkan statistik deskriptif dari variabel-variabel yang
diteliti. Variabel beta saham memiliki nilai minimun -1,22, nilai maksimun 2.21,
nilai rata-rata 0,89 dan standar deviasi 0,86 selama periode 2006-2012. Variabel
financial leverage selama periode 2006-2012 memiliki nilai minimum 0,80, nilai
maksimum 0,95, nilai rata-rata 0,89 dan standar deviasi 0,05. Variabel likuiditas
selama periode penelitian memiliki nilai minimum -0,18, nilai maksimum 1,92,
nilai rata-rata 0,85 dan standar deviasi 0,48. Variabel asset growth memiliki nilai
minimum -0,05, nilai maksimum 0,36, nilai rata-rata 0,16 dan standar deviasi
0,10. Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum -0,04, nilai maksimum 0,32,
nilai rata-rata 0,15 dan standar deviasi 0,09 selama periode penelitian. Variabel
dividend payout ratio selama periode 2006-2012 memiliki nilai minimum -0,03,
nilai maksimum 1,28, nilai rata-rata 0,30 dan standar deviasi 0,27.
lix
43
44
Tabel 5.1
Hasil Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Beta saham
63
-1,22
2,21
0,89
0,86
Financial Leverage
63
0,80
0,95
0,89
0,05
Likuiditas
63
-0,18
1,92
0,85
0,48
Asset Growth
63
-0,05
0,36
0,16
0,10
Profitabilitas
63
-0,04
0,32
0,15
0,09
Deviden payout ratio
63
-0,03
1,28
0,30
0,27
Valid N (listwise)
63
Sumber : lampiran 1
5.2 Uji Asumsi Klasik
1)
Uji Multikolonieritas
Berdasarkan Tabel 5.2 di Lampiran 1 diperoleh bahwa nilai VIF masing-
masing variabel kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas antar variabel independen dalam regresi.
2)
Uji Autokorelasi
Berdasarkan Tabel 5.3 di Lampiran 1 diperoleh nilai Durbin Watson (DW)
sebesar 2,017. Nilai DW sebesar 2,017 akan dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan taraf signifikan 5%, jumlah sampel 63 (n) dan jumlah
variabel bebas 5 (k=5) sehingga diperoleh dL = 1,438 dan dU = 1,767. Nilai DW =
2,017 lebih besar dari nilai dU = 1,767 dan lebih kecil dari 4- dU (4-1,767=2,233)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
3)
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 5.1 di Lampiran 1 dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar
lx
45
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y
dan tidak membentuk pola tertentu.
4)
Uji Normalitas
Berdasarkan Tabel 5.4 di Lampiran 1 diperoleh nilai signifikan sebesar
0,861>0,05 sehinggga dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi
normal.
5.3 Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 5.5 maka
dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini variabel yang berpengaruh pada beta
saham adalah likuiditas dan profitabilitas. Variabel likuiditas dengan arah negatif.
Hal ini didasarkan pada nilai p-value sebesar 0,025 < 0,05 sedangkan variabel
profitabilitas arahnya positif. Hal ini didasarkan pada nila p-value sebesar 0,011 <
0,05.
lxi
46
Tabel 5.5
Hasil Analisis Regresi Berganda
Unstandardized
Coefficients
Model
1(Constant)
B
Std. Error
1,340
2,021
Financial Leverage
-0,443
2,281
Likuiditas
-0,493
Asset Growth
Profitabilitas
Deviden payout
ratio
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
0,663
0,510
-0,023
-0,194
0,847
0,214
-0,272
-2,302
0,025
-0,62
1,106
-0,099
-0,779
0,439
3,521
1,339
0,362
2,630
0,011
-0,065
0,399
-0,021
-0,164
0,871
F hitung
3,140
F sig
0,014
Adjusted R 2
0,147
R2
0,216
Dependent variable: beta saham
Sumber: lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diestimasi model regresi dalam penelitian ini
sebagai berikut:
BS=1,340-0,443FL-0,493LIK-0,862AG+3,521PROFIT-0,065DPR+e………..(11)
Adapun interpretasi dari koefisien regresi tersebut adalah:
1) Konstanta sebesar 1,340 memberi arti bahwa jika semua variabel independen
dianggap konstan maka rata-rata beta saham perusahaan sebesar 1,340%.
2) Koefisien regresi financial leverage sebesar -0,443 menyatakan bahwa jika
setiap peningkatan financial leverage sebesar 1% akan menurunkan beta
lxii
47
saham sebesar 0,443% dengan syarat varibel likuiditas, asset growth,
profitabilitas dan dividend payout ratio konstan.
3) Koefisien regresi likuiditas sebesar -0,493 menyatakan bahwa jika setiap
peningkatan likuiditas sebesar 1% akan menurunkan beta saham sebesar
0,493% dengan syarat variabel financial leverage, asset growth, profitabilitas
dan dividend payout ratio konstan.
4) Koefisien regresi asset growth sebesar -0,862 menyatakan bahwa jika setiap
peningkatan asset growth sebesar 1% akan menurunkan beta saham sebesar
0,862% dengan syarat variabel financial leverage, likuiditas, profitabilitas
dan dividend payout ratio konstan.
5) Koefisien regresi profitabilitas sebesar 3,521 menyatakan bahwa jika setiap
peningkatan profitabilitas sebesar 1% akan meningkatkan beta saham sebesar
3,521 % dengan syarat variabel financial leverage, likuiditas, asset growth
dan dividend payout ratio konstan.
6) Koefisien regresi dividend payout ratio sebesar -0,065 menyatakan bahwa
jika setiap peningkatan dividend payout ratio sebesar 1% akan menurunkan
beta saham sebesar 0,065% dengan syarat variabel financial leverage,
likuiditas, asset growth dan profitabilitas konstan.
5.4
Pengujian Hipotesis
5.4.1 Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham
Hipotesis pertama menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh
positif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5
lxiii
48
menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value financial leverage sebesar
0, 847. Tingkat signifikan tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang berarti
financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin meningkat/menurun financial leverage tidak memengaruhi beta
saham/beta saham tetap konstan. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa hipotesis pertama tidak didukung.
5.4.2 Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham
Hipotesis kedua menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada beta
saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
besarnya nilai signifikan/p-value likuiditas sebesar 0,025 dengan nilai t hitung 0,194. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05), yang berarti
likuiditas berpengaruh pada beta saham dengan arah negatif karena nilai t hitung
bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat likuiditas maka
beta saham saham akan menurun dan sebaliknya jika likuiditas menurun maka
nilai beta saham akan meningkat. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat
dinyatakan bahwa hipotesis kedua didukung.
5.4.3 Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa asset growth berpengaruh negatif pada
beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
besarnya nilai signifikan/p-value asset growth sebesar 0,439. Tingkat signifikan
tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang berarti asset growth tidak
berpengaruh pada beta saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
meningkat/menurun asset growth tidak memengaruhi beta saham/beta saham tetap
lxiv
49
konstan. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga
tidak didukung.
5.4.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham
Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa profitabilitas bepengaruh
negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5
menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value profitabilitas sebesar 0,011
dan nilai t hitung sebesar 2,630. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari nilai α
(0,05), yang berarti profitabilitas berpengaruh pada beta saham dengan arah yang
positif karena nilai t hitung bertanda positif. Hal ini menunjukkan semakin
meningkat profitabilitas perusahaan maka beta sahamnya akan meningkat. Jadi,
berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis keempat tidak
didukung.
5.4.5
Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham
Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa dividend payout ratio
bepengaruh negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel
5.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value dividend payout ratio
sebesar 0,871. Tingkat signifikan tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang
berarti dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini
menunjukkan semakin meningkat/menurun dividend payout ratio perusahaan
maka beta sahamnya akan tetap konstan/tidak mengalami perubahan. Jadi,
berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis kelima tidak
didukung.
lxv
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh pada beta saham. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikan
yang lebih tinggi dari taraf nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya
jumlah utang yang dimiliki suatu bank tidak berarti semakin besarnya risiko
sistematik/beta saham bank yang bersangkutan. Berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No. 14/18/PBI/2012 ditetapkan modal minimum bank umum sebesar
8%. Ini berarti bank umum diharapkan memiliki rasio modal minimum 8%
sehingga dapat menampung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif bank yang
bersangkutan. Dengan adanya CAR di perbankan minimum 8% maka
kepercayaan nasabah dalam menginvestasikan dana ke bank juga semakin tinggi.
Ini berarti semakin tinggi atau rendah financial leverage di perbankan tidak
memengaruhi beta saham yang kesangkutan, karena ada jaminanan rasio modal
minimum di bank yang bersangkutan untuk mengatasi risiko sistematik yang
terjadi di perbankan.
Selain itu, pemerintah melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)
memberikan jaminan keamanan terhadap risiko sistematik mencangkup dana yang
disimpan oleh para nasabah di perbankan sehingga financial leverage perbankan
tidak memengaruhi risiko sistematik perbankan yang bersangkutan.
Semakin
tinggi utang di perbankan menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam
50
lxvi
51
menyimpan dananya di bank yang bersangkutan semakin tnggi. Dengan
meningkatnya leverage tidak berarti risiko sitematik perbankan meningkat karena
ada jaminan keamanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hasil yang
ditemukan dalam penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari Farrely et
al. (1985) dan Auliyah dan Ardi (2006).
6.2
Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan memakai loan to deposit ratio
(LDR). Pengukuran ini didasarkan pada alasan bahwa dengan memakai proksi
LDR dapat mengukur kemampuan bank memenuhi kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan sehingga dengan meningkatnya LDR berarti bank tersebut
semakin likuid dalam memenuhi kredit yang diajukan oleh nasabah. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa likuditas berpengaruh negatif pada beta saham.
Ini berarti perbankan dalam memberikan kredit kepada para nasabah menganut
prinsip kehati-hatian agar terhindar dari kredit macet. Berdasarkan Peraturan BI
No. 12/119/PBI/2010 rasio standar LDR bagi perbankan adalah 78%-100%.
Dalam penelitian ini, rata-rata LDR perbankan 2006-2012 kurang dari 78%. Ini
berarti bahwa rasio penyaluran kredit ke masyarakar yang masih rendah. Dengan
kecilnya LDR berarti beta saham/risiko sistematik perbankan meningkat.
Rendahnya LDR ini menunjukkan keadaaan bank yang likuid dengan kelebihan
kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumaerissa, 1999;23).
Hal
tersebut mendukung hasil penelitian dari Beaver (1970) dan Chun dan Meharani
(1989).
lxvii
52
6.3
Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa asset growth tidak memegaruhi
beta saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan yang lebih tinggi dari taraf
nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi/rendah asset growth
perbankan tidak memengaruhi beta saham. Asset growth yang makin cepat
mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 14/26/PBI/2012 tentang kegiatan
usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti bank atau dikenal dengan istilah
multiple license, bank sentral membagi kegiatan usaha bank menjadi empat
kategori buku berdasarkan modal intinya. Aturan ini membatasi ekspansi
perbankan baik dari sisi produk maupun kantor cabang berdasarkan kekuatan
modal masing-masing bank. Ekspansi perbankan bisa berupa penambahan produk
perbankan maupun peningkatan jumlah aktiva tetap terkait dengan pembukaan
kantor cabang baru. BI membagi perbankan dalam empat kategori bank umum
kelompok usaha (BUKU) yang melakukan ekspansi. BUKU 1 kelompok bank
dengan modal usaha kurang dari Rp 1 triliun, BUKU 2 kelompok bank dengan
modal inti Rp 1 triliun sampai dengan RP 5 triliun, BUKU 3 kelompok bank
dengan modal inti Rp 5 triliun sampai dengan kurang dari Rp 30 triliun dan
BUKU 4 kelompok bank umum dengan modal inti di atas Rp 30 triliun. Bank
yang akan melakukan ekspansi harus memiliki modal inti yang cukup berdasarkan
peraturan yang ada tersebut. Risiko sistematik perbankan akan konstan atau tidak
terpengaruh oleh pertumbuhan aktiva bank yang sedang melakukan ekspansi
karena memiliki modal inti yang cukup. Hal ini mendukung hasil penelitian dari
lxviii
53
Bowman (1979), Farrely et al. (1985), Suseno (2009) dan Putri (2013) yang
menyatakan bahwa asset growth tidak memengaruhi ukuran risiko.
6.4
Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio return
on asset (ROE). Pengukuran ini didasarkan pada alasan bahwa ROE merupakan
ukuran tingkat pengembalian dari pemegang saham dalam suatu bank. Rasio
tersebut menyajikan keuntungan bersih yang diterima penanam modal dari hasil
investasi modal mereka di bank yang bersangkutan (Rose, 2003). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
pada beta saham. Hal tersebut dibuktikan dari nilai signifikan yang lebih rendah
dari taraf nyata 5% tetapi tanda t hitungnya bertanda positif sehingga disimpulkan
berpengaruh positif signifikan. Dengan meningkatnya profitabilitas berarti
pendapatan bunga dari kredit meningkat akibat semakin banyak kredit yang
disalurkan kepada masyarkat. Namun, dengan meningkatnya kredit tersebut risiko
sistematik akibat kredit macet juga meningkat sehingga bank harus berhati-hati
dalam menyalukan kredit kepada nasabah.
Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi ROE suatu perbankan maka
beta sahamnya akan meningkat
Hasil tersebut mendukung hasil penelitian
Tandelilin (1997) yang menyatakan bahwa dengan proksi net profit margin
profitabilitas berpengaruh prositif pada beta saham. Ini berarti bahwa semakin
tinggi laba bersih setelah pajak dari perbankan semakin besar pula risiko
sistematik yang harus dihadapi.
lxix
54
6.5
Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh
pada beta saham. Hal ini dibuktikan dari nilai signifikan yang lebih tinggi dari
taraf nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi atau rendah
dividend payout ratio perbankan beta sahamnya tidak mengalami perubahan atau
konstan. Hal ini disebabkan karena selama periode penelitian kebutuhan
membayar utang perbankan mengalami peningkatan, dengan meningkatnya
pembayaran utang berarti deviden yang dibagikan semakin mengecil atau
cenderung tidak membagikan deviden sama sekali. Dengan tidak adanya
pembagian deviden maka tidak berpengaruh pada risiko sistematik perbankan
yang bersangkutan atau cenderung beta saham tetap. Hasil penelitian tersebut
mendukung hasil penelitian Ferris et al. (1990), Auliyah dan Ardi (2006) dan
Rachmania (2009).
lxx
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1) Financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa
rasio financial leverage yang tinggi belum tentu risiko sistematik/beta saham
bank yang bersangkutan tinggi pula. Hal tersebut
karena ada jaminan
keamaan dana nasabah dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
2) Likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi loan to deposit ratio maka beta saham/risiko sistematik bank yang
bersangkutan akan semakin rendah. Sebaliknya, jika loan to deposit ratio
semakin rendah maka beta saham/risiko sistematik bank yang bersangkutan
akan semakin tinggi.
3) Asset growth tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi/rendah asset growth perbankan tidak berpengaruh pada beta saham.
4) Profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada beta saham perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa
lxxi
55
56
bahwa
tinggi
profitabilitas
perbankan
semakin
besar
pula
risiko
sistematik/beta saham bank yang bersangkutan.
5) Dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini diakibatkan oleh
sedikitnya sampel dalam penelitian ini yang melaporkan pembagian deviden
secara konsisten selama periode 2006-2012.
7.2
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikur:
1) Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel independen selain variabel
keuangan sebagai prediktor beta saham mengingat adjusted R2 yang hanya
0,147 misalnya variabel makroekonomi seperti inflasi dan tingkat nilai tukar
rupiah.
2) Bank diharapkan menyalurkan kredit kepada nasabah lebih hati-hati agar
terhindar dari kredit macet karena berdasarkan hasil penelitian ini yang
menyatakan bahwa likuiditas diproksikan dengan loan to deposit ratio
berpengaruh negatif pada beta saham. Ini berarti jika kredit yang disalurkan
semakin tinggi maka risiko sistematik/beta saham semakin rendah. Hal
tersebut menunjukkan kepercayaan nasabah pada suatu bank tinggi dalam hal
peminjaman kredit karena bunga kredit yang terjangkau.
3) Investor diharapkan dapat mempertimbangkan variabel-variabel keuangan
akurat yang bisa dijadikan prediktor beta saham perbankan mengingat
lxxii
57
perbankan berbeda dengan industri lainnya. Sebagai contohnya, semakin
banyak kredit yang disalurkan berarti risiko sistematiknya kecil sehingga
tingkat kepercayaan masyarakat di bank yang bersangkutan semakin tinggi.
lxxiii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis dan Tesis.
Denpasar: Program Magister Akuntansi Universitas Udayana.
Ardiana, Agus. 2006. The Effect of Macroeconomic and Fundamental Variabels
on Systematic Risk on The Jakarta Stock Exchange. Audi Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1(Juli).
Army, Juwita, 2013, Pengaruh Leverage,Likuiditas dan Profitabilitas terhadap
Risiko Sistematis pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI,
Skripsi, Sumatera Barat:Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Padang.
Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah. 2006. Analisis Karakteristik Perusahaan,
Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah.
Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang 23-26 Agustus.
Beaver, P. Kettler, dan M. Scholes. 1970. The Assocation Between Market
Determined and Accounting Determined Risk Measures. Accounting
Review 45. Oktober,p.654-682.
Belkaoui, A. 1978. Accounting Determinants Of Systematic Risk in Canadian
Common Stocks : a Multivariat Approach. Accounting and Business Reseacrh,
p. 3-10.
Bergeron, Claude. 2012. Dividend Policy and Consumption Risk. International
Journal of Economic and Finance, Vol. 4. No. 4.
Bowman, Robert, 1979. The Theoritical Relationship Between Systematic Risk and
Financial (Accounting) Variable. The Journal of Finance, Vol. XXXIV. No. 3,
June,p.617-630.
Bowman, R.G., 1980. The Importance of a Market-Value Measurement of Debt on
Assessing Leverage. Journal of Accounting Research,p. 339-351.
Capstaff, J. 1991. Accounting Information and Investment Risk Perception in the
UK. Journal of International Financial Management and Accounting, p.189199.
lxxiv
Carter, M. Shwan dan Schmidt, Bill H. 2008. The Relationship Between Dividend
Payouts and Systematics Risk:A Mathematical Approach. Academy of
Accouting and Financial Studies Journal, Vol. 12. No. 2.
Chiou, Chei-Chang, Su dan K, Robert. 2007. On The Relation of Systematic Risk
and Accounting Variables. Journal Business and Economic-Management,
p. 517-533.
Chun, L.S. dan Meharani Ramasamy. 1989. Accounting Variables as
Determinants Of Systematic Risk in Malaysian Commons Stocks. Asia
Pacific Journal Of Management, Vol. 6. No. 2, p. 339-350.
Dhouibi, Raoudha dan Chokri Mamaghili. 2009. Accounting and Capital market
Measure of Banks’ Risk: Evidence From An Emerging Market. Banks and
Bank System, Vol. 4. No. 4.
Fama, Eugene F. 1970. Efficient Capital Markets: A Review of Theory and
Empirical Work. The Journal of Finance, Vol. 25. No.2,p. 383-417.
Farrelly, G.E., Kenneth R. Ferris dan William R. Reichenstein. 1985. Perceived
Risk, Market Risk dan Accounting Determined Risk Measures. The
Accounting Review, p.278-288.
Ferris, K., K. Hiramatsu dan K. Kimoto. 1989. Accounting Information and
Investment Risk Perception in Japan. Journal of Investment Financial
Management and Accounting, p. 232-243.
Fidiana. 2009. Nilai-Nilai Fundamental dan Pengaruhnya terhadap Beta Saham
Syariah pada Jakarta Islamic Index. Ekuitas, Vol. 13. No. 1, p. 38-58.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Gudono dan Ninik Nurhayati. 2001. The Association between Market Determined
and Accounting Determined Risk Measure: Evidence from Indonesia. Jurnal
Riset Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi 1, Agustus,p.171-176.
Hamada, Robert. 1972. The Effect of the Firm’s Capital Structure on Systematic
Risk of Common Stocks. Journal of Finance, May, p.435-451.
lxxv
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam.
BPFE Yogyakarta.
Indra, Zubaidi A, 2005, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap
Risiko Sistematik Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Lampung:
Universitas Lampung.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen. Yogyakarta:BPFE
Jarvela, Michael, James Kozyra dan Carla Potter. 2009. The Relationship
Between Market and Accounting Determined Risk Measures: Reviewing
and Updating the Beaver, Kettler, Sholes (1970) Study, College Teaching
Methods & Styles Journal, Vol. 5 No. 1.
Kustini, Sri dan Selvi Pratiwi. 2011. Pengaruh Dividend Payout Ratio, Return On
Asset dan Earnings Variability Terhadap Beta Saham Syariah. Jurnal
Dinamika Akuntansi. Semarang, Vol. 3. No. 2, p.139-148.
Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek_aspek Operasi Bank Umum.
Jakarta:Bumi Aksara.
Lintner, J., 1956. Security Prices, Risk and Maximal Gains from Diversification.
Journal of Finance. Desember, p. 587-616.
Mear, R dan Firth, M. 1988. Risk Perception of Financial Analysts and the Use of
Market and Accountiing Data. Accounting Business Reasearch, p.335-340.
Mutia, Evi dan Muhammad Arfan. 2010. Analisis Pengaruh Devident Payout
RatioI dan Capital Structure terhadap Beta Saham: (Studi pada Saham
Syariah dan Nonsyariah Perusahaan Nonkeungan di Bursa Efek Indonesia).
Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto
Nishat, Mohammed. 2000. The Systematic Risk and Leverage Effect in the
Corporate Sector of Pakistan, The Pakistan Development Review, Winter,
p.951-962.
Nurhayati, Endra, 2001, Analisis Pengaruh Risiko Sitematik Saham Terhadap
Kebangkrutan Perusahaan Perbankan:Studi Empiris pada Perusahaan
lxxvi
Perbankan yang listing di BEJ, Tesis, Jawa Tengah: Program Pascasarjana,
Universitas Diponogoro.
Parmono, Agung, 2001, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko
Sistematik (Beta) Saham Perusahaan Industri Manufaktur Periode 19942000 Di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Jawa Tengah:Program Pascasarjana,
Universitas Diponogoro.
Puspitaningtyas, Zarah, 2010, Pengaruh Variabel Akuntasi Terhadap Risiko
Sistematik Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta, Tesis, Jawa Timur:Program Pascasarjana, Universitas Airlangga.
Putri Patiku, Mentary, 2013, Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Beta
Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2011), Skripsi, Makasar:Universitas Hasanuddin.
Rachmania, Elok, 2009, Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Akuntansi terhadap
Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia, Skripsi, Jawa Timur:Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”.
Rose, Peter S. 2003. Commercial Bank Management. Fifth Edition. McGraw-Hill
Ryan, Huldah A. 1996. The Use of Financial Ratios As Measures Of Risk In The
Determination of The Bid-Ask Spread. Journal Of Financial And Strategic
Decision, Vol. 9 .No. 2, p. 33-39.
Setiawan, Doddy. 2003. Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi
Risiko Sistematis Sebelum dan Selama Krisis Moneter. Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya,p.565-573.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisinis. Cetakan ke-10. Bandung:Alfabeta
Suseno, Yustiantomo Budi, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Beta Saham (Studi Kasus Perbandingan Perusahaan Finance dan Manufaktur
Yang Listing di BEI Pada Tahun 2005-2007, Tesis, Jawa Tengah:Program
Pascasarjana, Universitas Diponogoro.
Suyana Utama, Made. 2008. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
lxxvii
Tandelilin, E. 1997. Determinant of Systematic Risk: Experience of some
Indonesian Common Stock. Kelola, 16, IV: 101-115.
Utami, Wiwiek. 2000. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Risiko
Beta Saham: Periode Krisis Th 1997-1999 Studi di Bursa Efek Jakarta.
Watt, R.L. dan Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New York:
Prentice Hall.
Wiedyantari, 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Risiko
Sistematik Saham (Studi Kasus pada Saham Perbankan LQ45, Periode
Januari 2004-September 2006), Tesis, Jakarta:Program Pascasarjana,
Universitas Indonesia.
Yates, Annie dan Collin Firer. 1997. The Determinants of the Risk Perceptions of
Investors. Investment Analysist Journal,No. 44 Summer.
www.idx.co.id
www.finance.yahoo.com
www.detikfinance.com
lxxviii
Download