TESIS ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA I KADEK SATRIA NOVA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i TESIS ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA I KADEK SATRIA NOVA NIM: 1191661001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana I KADEK SATRIA NOVA NIM: 1191661001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 iii LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 DESEMBER 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. I Wayan Ramantha,SE.,MM., Ak., CPA. Dr. Made Gede Wirakusuma,SE., M.Si NIP. 19590510 199003 1 001 NIP. 19651122 199203 1 004 Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Dewa Gede Wirama,SE.,MSBA.,Ak NIP. 19641224 199103 1 002 Prof. Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001 iv Tesis ini telah diuji pada Tanggal 3 Desember 2013 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No. 3232/ UN14.4/ HK/2013 Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM., Ak., CPA Anggota : 1. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si 2. Dr. I D.G. Dharma Suputra,SE.,M.Si.,Ak 3. Dr. I Made Sadha Suardika, SE., MSi., Ak 4. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak v SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : I Kadek Satria Nova NIM : 1191661001 Program Studi : Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana Judul Tesis : Analisis Variabel Keuangan Sebagai Prediktor Beta Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku Denpasar, 3 Desember 2013 Yang membuat pernyataan (I Kadek Satria Nova) vi UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang berjudul “Analisis Variabel Keuangan Sebagai Prediktor Beta Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia” ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM., Ak., CPA sebagai pembimbing utama dan sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama mengikuti program magister, khususnya dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof.Dr.dr.Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana S.E.,M.S, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk vii mengikuti pendidikan program Magister. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. A.A.G.P.Widana Putra, SE.,M.Si.,Ak., Ketua Jurusan Akuntansi dan Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,Ak, Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Bapak Dr. I D.G. Dharma Suputra,SE.,M.Si.,Ak, Bapak Dr. I Made Sadha Suardika, SE., MSi., Ak, Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Magister Akuntansi Universitas Udayana serta para staf pegawai program yang telah banyak membantu kelancaran proses administrasi pendidikan dan penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada rekanrekan Fak. Ekonomi Unmas Denpasar, alumni Maksi dan Maksi Angkatan VIII atas semangat, bantuan dan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada pacar tercinta “ Sekarini”, kedua orang tua, kakak dan seluruh keluarga atas dukungan, motivasi dan doa restu selama mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Denpasar, Desember 2013 Penulis viii ABSTRAK ANALISIS VARIABEL KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR BETA SAHAM PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Ada beberapa risiko dan return yang muncul dan perlu dipertimbangkan oleh para investor saat berinvestasi di pasar modal. Dua tipe risiko tersebut dikenal dengan istilah risiko sistematik yang dikenal dengan istilah beta karena pengukur dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio hasilnya tidak konsisten sebagai prediktor dari beta saham. Oleh karena itu, menjadi motivasi dalam penelitian ini untuk meneliti variabel keuangan tersebut sebagai prediktor beta saham pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan tersebut pada beta saham. Berdasarkan purposive sampling diperoleh 9 bank sebagai sampel dalam penelitian ini. Dalam pemecahan masalah peneliti memakai uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa financial leverage tidak mempengaruhi beta saham karena ada jaminan keamanan dana nasabah di bank oleh LPS. Likuiditas berpengaruh negatif signifikan pada beta saham karena tingginya tingkat kehati-hatian bank dalam mengelola kredit milik nasabah. Asset growth tidak mempengaruhi beta saham karena bank berada dalam periode ekspansi. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada beta saham karena semakin tinggi keuntungan dari kredit berarti semakin tinggi risiko kredit macet yang akan mucul. Dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham karena dalam penelitian sedikit bank yang membagikan deviden secara konsisten selama periode 2006-2012. Kata kunci: beta saham, financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio ix ABSTRACT AN ANALYSIS OF FINANCIAL VARIABLES AS STOCK BETA PREDITCTOR IN BANKING INDUSTRIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE There are certain risks and returns that may appear and need to be considered by investors in capital market. The two types of risk are known as systematic risk that also called as beta since it is the measurement of systematic risk and unsystematic risk. Based on previous researches, it was obtained that financial variables including financial leverage, liquidity, asset growth, profitability and dividend payout ratio had inconsistent results as stock beta predictor. Therefore the researcher is motivated to examine these financial variables as the stock beta predictor in banking industries in Indonesian Stock Exchange. The aims of this research are to find out the effect of these financial variables to stock beta. Based on purposive sampling it is required 9 banks that used as samples in this research. In order to resolve the problems researcher used techniques of data analysis such as test of classic assumptions and test of hyphotesis that used multiple regression analysis. Based on analysis results, it was found financial leverage cannot affect stock beta because there is safety guarantee for customer’s money in the banks from LPS. Liquidity has negative significant effect to stock beta because of high carefulness from banks in managing customer’s credit. Asset growth cannot affect stock beta because of banks in the expansion period. Profitability has positive significant effect to stock beta because the higher profit from credits means the higher risk nonperforming loan will appear. Dividend payout ratio cannot affect to stock beta because in this study only few banks that always share dividend consistenly during 2006-2012. Keywords: stock beta, financial leverage, liquidity, asset growth, profitability and dividend payout ratio x DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM…………………………………………………….. i PRASYARAT GELAR…………………………………………….….. ii LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………………. iii iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………... v UCAPAN TERIMA KASIH………………………………..…………. vi ABSTRAK……………………................................................................ viii ABSTRACT…………………………………………………….……… ix DAFTAR ISI............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR………………………………………………....... xiv DAFTAR TABEL……………………………………….…………..…. xv BAB I PENDAHULUAN……………………………………….……. 1 1.1 Latar Belakang…………………………………………….…….. 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….….. 5 1.3 Tujuan Penelitian……………………...……………………........ 5 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA……………..……….……………….… 7 2.1 Teori Sinyaling…………………………………...……………... 7 2.2 Return dan Risiko……………………………………………….. 8 xi 2.3 Beta Saham……………………………………………………… 10 2.3.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Beta Saham....………………. 10 2..4 Beberapa Asumsi yang Dipakai di Model CAPM…………….... 14 2.5 Pembahasan Penelitian Sebelumnya…………………………… 15 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN………...………………………………...…. 20 3.1 Kerangka Berpikir………………………………………………... 20 3.2 Konsep Penelitian………………………………………………… 25 3.3 Hipotesis Penelitian………………………………………………. 26 3.3.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham……….... 26 3.3.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham............................... 26 3.3.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham.......................... 27 3.3.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham........................... 27 3.3.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio pada Beta Saham........... 28 BAB IV METODA PENELITIAN...................................................... 30 4.1 Rancangan Penelitian...................................................................... 30 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 33 4.3 Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 33 4.4 Penentuan Sumber Data.................................................................. 33 4.4.1 Jenis dan Sumber Data........................................................ 33 4.4.2 Populasi dan Sampel........................................................... 34 xii 4.5 Identifikasi Variabel........................................................................ 35 4.6 Definisi Operasional Variabel......................................................... 36 4.7 Metoda Pengumpulan Data............................................................. 38 4.8 Teknik Analisis Data....................................................................... 38 4.8.1 Uji Asumsi Klasik............................................................... 38 4.8.2 Pengujian Hipotesis............................................................ 39 BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………..……. 43 5.1 Karakteristik Variabel………...……………………………….… 43 5.2 Uji Asumsi Klasik………...…………………………………....... 44 5.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda………………………… 45 5.5 Pengujian Hipotesis………………………………………….…… 47 5.5.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham………..…. 47 5.5.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham……………………. 48 5.5.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham….…………….. 48 5.5.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham………………… 49 5.5.5 Pengaruh Devidend Payout Ratio pada Beta Saham……... 49 BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………... 50 6.1 Pengaruh Financial Leverage pada Beta Saham………………… 50 6.2 Pengaruh Likuiditas pada Beta Saham…………………………... 51 6.3 Pengaruh Asset Growth pada Beta Saham……………………….. 52 6.4 Pengaruh Profitabilitas pada Beta Saham……………………….. 53 xiii 6.5 Pengaruh Devidend Payout Ratio pada Beta Saham…………….. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………………………………... 54 55 7.1 Simpulan…………………………………………………………. 55 7.2 Saran……………………………………………………………... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 : Kerangka Berpikir............................................................... 24 Gambar 3.2 : Konsep Penelitian................................................................ 25 Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian.......................................................... 32 xv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 : Proses Pemilihan Sampel..................................................... 35 Tabel 5.1 : Hasil Statistik Deskriptif..................................................... 45 Tabel 5.5 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.............................. 46 xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bagi investor untuk berinvestasi. Dalam arti sempit investasi merupakan pengorbanan konsumsi sekarang untuk konsumsi di masa mendatang tetapi investasi secara luas merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu (Hartono, 2010:5). Investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aktiva tetap (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun financial asset (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umum dilakukan. Tujuan seorang investor berinvestasi beraneka ragam mulai dari untuk memeroleh keuntungan, memenuhi kebutuhan hidup dan memeroleh return dari investasi itu sendiri. Seorang investor pasti memperhitungkan tingkat keuntungan yang diharapkan dan menghadapi risiko atas investasi yang dipilihnya saat berinvestasi di pasar modal. Secara umum risiko investasi di pasar modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk/diversible risk). Risiko sistematik merupakan risiko yang memengaruhi semua perusahaan, misalnya risiko akibat ternyadinya inflasi sedangkan risiko tidak sistematik merupakan risiko yang memengaruhi sebagian kecil perusahaan, misalnya risiko yang terjadi akibat pemogokan buruh. xvii 1 2 Risiko sistematik juga disebut dengan beta, karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematik. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Dengan demikian beta adalah pengukur sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar (Hartono, 2010:375-376). Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis, data akuntansi dan data fundamental. Penelitian ini memakai variabel keuangan yang datanya diperoleh dari luar data laba perusahaan/dari luar laporan laba rugi misalnya laporan arus kas. Perhitungan beta dalam penelitian ini diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis dari sekuritas selama periode tertentu. Cara estimasi beta tersebut memakai Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model ini digunakan karena ada beberapa asumsi yang diterapkan sehingga membuat model tersebut lebih mudah untuk dipahami dan lebih mudah diuji (Hartono, 2010:487-488). Beaver et al. (1970) menemukan variabel asset growth mempunyai pengaruh positif terhadap beta saham sedangkan Ferris et al. (1989) dan Capstaff (1991) menemukan pengaruh yang negatif antara asset growth dengan beta saham. Menurut Gudono dan Ninik (2001), asset growth secara signifikan berpengaruh terhadap beta saham. Hasil ini didukung oleh Utami (2000), Parmono (2001) dan Rachmania (2009). Namun, menurut Bowman (1979) dan Farrely et al. (1985) asset growth tidak memengaruhi ukuran risiko. Hasil ini didukung oleh Suseno (2009) yang menyatakan bahwa asset growth tidak memengaruhi beta saham. xviii 3 Beaver et al. (1970) dan Chun dan Meharani (1989) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap beta saham sedangkan Tandelilin (1997) dan Belkaoui (1978) menemukan pengaruh positif antara likuiditas dengan beta saham. Menurut Suseno (2009) likuiditas memengaruhi beta saham. Namun, menurut Ferris et al. (1990) dan Parmono (2001) likuiditas tidak memengaruhi beta saham. Tandelilin (1997) dengan memakai net profit margin menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap beta saham sedangkan dengan gross profit margin diperoleh hasil negatif. Namun, menurut Belkaoui (1978), Mear dan Firth (1988), Chun dan Meharani (1989) dan Wiedyantari (2007) profitabilitas berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Menurut Kustini dan Selvi (2010) profitabilitas tidak berpengaruh signifikan pada beta saham syariah didukung oleh Indra (2005) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan pada risiko sistematik. Bowman (1979), Ferris et al. (1989) dan Tandelilin (1997) menemukan bahwa financial leverage berpengaruh positif dengan beta saham. Menurut hasil penelitian Fidiana (2009) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham syariah. Hasil ini didukung oleh Beaver et al. (1970) dan Jarvel et al. (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham. Namun, menurut Chun dan Meharani (1989) menemukan pengaruh negatif rasio leverage pada beta saham. Hasil ini didukung oleh Nishat (2000) yang menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada perubahan volatility saham. Menurut Utami (2000) dan Setiawan (2003) leverage berpengaruh xix 4 signifikan pada ukuran risiko didukung oleh Parmono (2001) yang menyatakan financial leverage memengaruhi beta saham. Namun, menurut Farrely et al. (1985) leverage tidak berpengaruh pada beta saham didukung oleh Auliyah dan Ardi (2006) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh pada beta saham syariah. Menurut Beaver et al. (1970), Carter dan Schmidt (2008), Jarvela et al. (2009) dan Bergeron (2012) dividend payout ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap beta saham didukung pula oleh penelitian Kustini dan Selvi (2010) yang menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif signifikan pada beta saham syariah. Hasil penelitian Farrely et al. (1985) menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh signifikan pada beta saham didukung oleh Utami (2000) dan Mutia dan Arfan (2010) sedangkan Bowman (1979) menemukan bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham didukung oleh Ferris et al. (1989), Auliyah dan Ardi (2006) dan Rachmania (2009) Berdasarkan hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa variabel keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio memiliki hasil yang inkonsisten. Oleh karena itu, peneliti termotivasi menganalisis variabel keuangan tersebut sebagai prediktor beta saham. Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012, karena sepanjang tahun 2012 perbankan BUMN membukukan kenaikan laba dan dividen yang cukup signifikan. Tiga bank besar seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Tabungan Negara (BTN) mencatat peningkatan laba lebih dari 20% pada laporan xx 5 keuangan audited 2012. Oleh karena itu, minat investor menanamkan modal di perbankan meningkat (Detik Finance, 2013). Selain itu, perusahaan perbankan juga merupakan suatu jenis perusahaan yang sarat dengan risiko karena melibatkan pengelolaan uang milik masyarakat dan diputar kembali dalam berbagai bentuk seperti kredit ataupun investasi lainnya, sehingga dapat menyebabkan fluktuasi laporan keuangan yang cukup signifikan. Oleh karena perusahaan perbankan sarat akan risiko, maka tingkat kehati-hatian dalam beroperasi juga akan tinggi. Investor cenderung menyukai perusahaan yang beroperasi dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi karena akan bisa mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh investor itu sendiri (Army,2013) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan urain latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Apakah financial leverage berpengaruh pada beta saham? 2) Apakah likuiditas berpengaruh pada beta saham? 3) Apakah asset growth berpengaruh pada beta saham? 4) Apakah profitabilitas berpengaruh pada beta saham? 5) Apakah dividend payout ratio berpengaruh pada beta saham? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh financial leverage pada beta saham. xxi 6 2) Untuk mengetahui pengaruh likuiditas pada beta saham. 3) Untuk mengetahui pengaruh asset growth pada beta saham. 4) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada beta saham. 5) Untuk mengetahui pengaruh dividend payout ratio pada beta saham. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1) Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi, informasi dan bukti empiris bagi para akademis mengenai analisis variabel keuangan sebagai prediktor beta saham pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi investor untuk menambah pengetahuan dalam hal investasi pada suatu perusahaan sehingga dapat meminimalisasi risiko sistematik yang timbul akibat investasi. Bagi pihak bank diharapkan penelitian ini memberikan masukan variabel keuangan apa saja yang bisa dijadikan prediktor beta saham di perbankan sehingga dapat dijadikan tolok ukur risiko sistematik yang terkandung di industri perbankan yang bersangkutan. xxii BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Sinyaling Signalling theory (teori sinyaling) menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi nonakuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan, baik pihak dalam maupun pihak luar. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan 7 xxiii 8 secara terbuka dan transparan. Pengungkapan informasi atas laporan keuangan yang lebih berkualitas tidak hanya mengurangi asimetri informasi tetapi juga untuk membantu investor menilai risiko potensial dari sekuritas dan pembuatan keputusan investasi (Ryan, 1996). Menurut Fama (1970), idealnya pasar menyediakan informasi yang berguna bagi investor untuk pengambilan keputusan terkait investasi dan pemilihan sekuritas. Salah satu contoh sinyal dari perusahaan kepada investor mengenai perkembangan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Jika investor memperoleh sinyal baik (good news) berarti risiko sistematik dalam perusahaan tersebut cenderung sangat kecil atau bisa dikatakan memiliki nilai beta saham yang positif. Jika beta saham bernilai negatif berarti saham tersebut berisiko sehingga akan memberikan sinyal buruk (bad news) bagi investor yang berniat membeli saham tersebut. 2.2 Return dan Risiko Dua hal yang akan dihadapi oleh pemodal saat menanamkam modalnya di suatu perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) dan tingkat risiko (risk). Unsur ketidakpastian (uncertainty) akan selalu melekat dalam dunia investasi. Para pemodal akan lebih sering mengalami atau menerima keuntungan (return) jauh dari yang diharapkan. Hal yang dapat dilakukan hanyalah mengestimasikan seberapa besar tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) akan menyimpang dari investasi-investasi xxiv 9 yang telah dilakukannya. Risiko yang ada ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian (uncertainty). Risiko akan semakin besar apabila terjadi penyimpangan yang semakin besar terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan kata lain, apabila dari suatu kesempatan investasi diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka risiko yang ditanggungnya akan tinggi pula. Pada umumnya pemodal akan lebih memilih investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat risiko yang ditanggung sama atau tingkat keuntungan sama tetapi dengan tingkat risiko yang ditanggung lebih kecil. Return ekspektasian dan risiko mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya, jika semakin kecil return yang diharapkan maka semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasian. Namun, hubungan positif ini tidak dapat terjadi dalam return realisasian (Hartono, 2010:244-245). Sebuah bisnis yang sukses tidak hanya sebagai pusat dari keuntungan tetapi juga mengenai manajemen risiko. Risiko dan return bekerja sama dan maksimalisasi return dikonstrain oleh risiko. Risiko perusahaan terdiri dari risiko sistematik dan unsystematic risk (Chiou et al., 2007). xxv 10 2.3 Beta Saham 2.3.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Beta Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif tehadap risiko pasar (Hartono,2010:376). Menurut Hartono (2010:377), jenis-jenis beta antara lain: 1) Beta pasar diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Cara estimasi beta pasar dengan persamaan regresi, model indeks tunggal/pasar dan CAPM. Dengan model indeks tunggal/pasar, beta dihitung dengan persamaan: Ri i i .RM ei ……………………………………………………………(1) Dengan model CAPM dapat ditulis sebagai berikut: Ri RBR i RM RBR ei ……………………………………………….(2) 2) Beta akuntansi diperoleh dari laba akuntansi. Beta ini dapat dihitung secara sama dengan beta pasar yang memakai data return, yaitu mengganti data return dengan data laba akuntansi. Beta akuntansi rumusnya: laba ,iM 2 laba , M hi …………………………………………………………………(3) Keterangan: hi = beta akuntansi sekuritas ke-i. laba,iM = kovarian antara laba perusahaan ke-i dengan indeks laba pasar. laba, M = varian dari indeks laba pasar. 3) Beta fundamental adalah beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel fundamental. Beaver et al. (1970) memakai 7 variabel fundamental yaitu: xxvi 11 (1) Dividend Payout Ratio Dividend payout diukur sebagai deviden yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner (1956) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong deviden, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung dividend payout-nya lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi deviden jika laba yang diperoleh turun. Bagi perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas saat mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout ratio, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa dividen payout mempunyai hubungan yang negatif dengan beta. Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara beta dengan dividend payout ratio adalah bahwa pembayaran deviden dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio deviden yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan. Model yang disajikan oleh Carter dan Schmidt (2008) menunjukkan bahwa jika hal yang lain dianggap konstan misalnya tingkat suku bunga, maka terdapat hubungan terbalik yang jelas antara xxvii 12 dividend payout ratio dengan risiko sistematik. Model tersebut juga didukung oleh model yang disajikan oleh Bergeron (2012). (2) Asset Growth Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Hubungan ini tidak didukung oleh teori. (3) Leverage Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Bowman (1980) menggunakan pengukuran leverage dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan total aktiva menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai hubungan positif. (4) Liquidity Liquidity diukur dengan current rasio yaitu aktiva lancar dibagi hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan beta, secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya. (5) Asset Size Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan risiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya xxviii 13 perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Alasannya adalah perusahaan yang besar mempunyai akses ke pasar modal sehingga dianggap mempunyai beta yang lebih kecil. Anggapan ini merupakan anggapan yang umum, tidak didasarkan pada teori. Namun demikian, Watts dan Zimmerman (1986;105) mencoba membuktikan risiko dengan asset ini untuk membentuk suatu teori yang disebut teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory). Perusahaan yang besar merupakan subjek dari tekanan politik. Perusahaan yang melaporkan laba yang tinggi menarik perhatian politikus dan akan diinvestigasi karena dicurigai melakukan praktik monopoli. Oleh karena itu, perusahaan besar cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian rendah dengan beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan. Dengan demikian diduga hubungan antara ukuran perusahaan dengan beta adalah negatif. (6) Earnings variability Variabilitas laba diukur dengan nilai deviasi standar dari price earnings ratio (PER). Variabilitas laba dianggap sebagai cerminan risiko perusahaan. Semakin besar variabilitas laba maka semakin besar risiko beta, atau dengan kata lain mempunyai hubungan yang positif. (7) Beta akuntansi Beta akuntansi diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan xxix 14 indek laba pasar. Karena beta akuntansi dan beta pasar sama-sama mengukur risiko maka diprediksikan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang positif. 2.4 Beberapa Asumsi yang Dipakai di Model CAPM Menurut Hartono (2010;488), asumsi-asumsi yang digunakan di model CAPM adalah: 1) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti harapan dalam satu periode waktu yang sama. 2) Semua investor melakukan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan antara nilai return ekspektasian dan deviasi standar return dari portofolionya. 3) Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah return ekspektasian, varian dari return dank kovarian antara return-return sekuritas. Asumsi ini memiliki implikasi bahwa harga-harga sekuritas dan tingkat bunga bebas risiko yang tertentu dan dengan memakai input-input portofolio yang sama, maka setiap investor akan menghasilkan efficient frontier yang sama pula. 4) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dana (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko. xxx 15 5) Penjualan pendek (short sale) diijinkan. Investor individual dapat menjual pendek berapapun yang dikehendaki. 6) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas. Ini berarti bahwa dengan nilai terkecilpun investor dapat melakukan investasi dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian aktiva setiap saat dengan harga yang berlaku. 7) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. Semua aktiva dapat dijual dan dibeli di pasar dengan cepat dengan harga yang berlaku. 8) Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biaya transaksi. 9) Tidak terjadi inflasi. 10) Tidak ada pajak pendapatan pribadi. Karena tidak ada pajak pribadi, maka investor memiliki pilihan yang sama untuk mendapatkan deviden atau capital gain. 11) Investor adalah penerima harga (price taker). Investor individual tidak dapat memengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli dan menjual aktiva tersebut. Investor secara keseluruhan bukan secara individual menentukan harga dari aktiva. 12) Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium. 2.5 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai kajian empiris dalam penelitian ini berasal dari luar negeri maupun nasional. Beaver et al. (1970) xxxi 16 yang menguji pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham, menemukan bahwa dari tujuh variabel fundamental hanya leverage, earnings variability, asset growth dan accounting beta yang memiliki hubungan positif signifikan dengan beta saham sedangkan variabel lainnya meliputi dividend payout ratio, asset size dan likuiditas memiliki hubungan negatif dengan beta saham. Hamada (1972) menemukan bahwa uji teori MM lebih baik untuk industri daripada CAPM. Bowman (1979) meneliti hubungan teoritis antara risiko sistematik beta dengan variabel keuangan (akuntansi) menemukan bahwa hanya leverage dan accounting beta yang memiliki hubungan teoritis dengan risiko sitematik. Farrely et al. (1985) menemukan bahwa hanya variabel current ratio dan variability in earnings yang berpengaruh positif signifikan dengan ukuran risiko sedangkan leverage dan asset growth tidak berpengaruh pada ukuran risiko. Hasil penelitian dari Mear dan Firth (1988) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan pada risiko sitematik didukung oleh penelitian dari Chun dan Meharani (1989) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas,rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio leverage memiliki hubungan negatif dengan risiko sistematik. Ferris et al. (1989) meneliti persepsi risiko di Jepang menemukan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada risiko sistematik sedangkan asset growth berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Yates dan Collin (1997) dengan analisis faktor meneliti faktorfaktor penentu persepsi risiko investor, menemukan bahwa investor lebih fokus pada risiko total daripada risiko sistematik. Penelitian Carter dan Schmidt (2008) dengan analisis regresi sederhana meneliti hubungan antara dividend xxxii 17 payout ratio dengan risiko sistematik, menemukan bahwa dividend payout ratio memiliki hubungan negatif dengan risiko sistematik perusahaan didukung oleh Bergeron (2012) dengan uji model menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada dividend beta jangka panjang. Dhoubi dan Chokri (2009) meneliti risiko perbankan di Tunisia, menemukan bahwa risiko spesifik perbankan di negara tersebut lebih penting daripada risiko sistematik. Jarvela et al. (2009) me-review dan memperbaharui penelitian dari Beaver et al. (1970), menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham dalam temuan BKS, 222 saham, saham middle dan small cap sedangkan dalam saham large diperoleh hasil positif. Leverage berpengaruh positif pada beta saham dalam temuan BKS, 222 saham, saham large, middle dan small cap. Earnings variability berpengaruh positif pada beta saham baik dalam penelitian BKS, 222 saham, saham large, saham middle maupun small cap. Penelitian Utami (2000) menemukan bahwa secara parsial hanya leverage ratio, asset growth dan dividend payout ratio yang berpengaruh signifikan pada risiko beta saham. Parmono (2001) menemukan bahwa secara parsial likuiditas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada beta saham sedangkan financial leverage, earnings variability dan accounting beta secara parsial memengaruhi beta saham. Menurut Indra (2005) secara parsial hanya satu variabel faktor fundamental yanga berpengaruh terhadap risiko sitematik yaitu variabel OPM. Ardiana (2006) yang menguji pengaruh variabel-variabel makroekonomi dan fundamental pada risiko sistematik, menemukan bahwa secara parsial hanya variabel exchange rate dan gross domestic product yang berpengaruh pada xxxiii 18 risiko sistematik. Penelitian Auliyah dan Ardi (2006) menemukan bahwa secara parsial hanya variabel cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan PDB yang memengaruhi beta saham syariah. Wiedyantari (2007) menemukan bahwa ROE dan CAR berpengaruh negatif signifikan pada risiko sistematik sedangkan LDR, NPL dan EPS berpengaruh positif signifikan pada risiko sitematik. Hasil penelitian Fidiana (2009) menemukan bahwa leverage, earnings variability, price book value dan trading volume berpengaruh positif signifkan pada beta saham syariah sedangkan accunting beta, earnings per share, dividend yield dan price earnings ratio tidak berpengaruh pada beta saham syariah. Penelitian Rachmania (2009) menemukan bahwa secara parsial hanya asset growth berpengaruh pada beta saham. Suseno (2009) menemukan bahwa secara parsial current ratio dan beta akuntansi memengaruhi beta saham. Hasil penelitian Kustini dan Selvi (2010) menemukan bahwa secara parsial variabel dividend payout ratio, ROA dan earnings variability tidak berpengaruh signifikan pada beta saham syariah. Mutia dan Muhammad (2010) menemukan bahwa secara parsial dividend payout ratio dan capital structure berpengaruh positif pada beta saham sedangkan menurut Puspitaningtyas (2010) dividend payout ratio dan asset size berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Variabel financial leverage, profitabilitas dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif pada risiko sistematik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu baik dari artikel internasional maupun nasional sebagian besar memakai uji analisis regresi berganda. Hal ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas pada variabel terikat. xxxiv 19 Perbedaan penelitan ini dengan penelitian terdahulu terletak dari variabel bebas dan objek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Ringkasan mengenai penelitian sebelumnya bisa dilihat di Tabel 2.1 pada Lampiran 3. xxxv BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian pustaka, landasan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat disusun kerangka berpikir kemudian dilanjutkan dengan kerangka konseptual penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari landasan teori yang terdiri dari teori utama yaitu teori sinyaling dan teori pendukung yaitu return dan risiko, beta saham, beberapa asumsi yang dipakai di model CAPM serta kajian empiris terdahulu. Tujuan pembentukan kerangka berpikir untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Signalling theory menekankan bahwa informasi yang disajikan perusahaan baik berupa informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan sangat bergunan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Manfaat mengetahui beta saham suatu perusahaan adalah dapat ditentukan risiko sistematik yang terkandung di dalamnya. Jika beta saham bernilai negatif berarti saham tersebut berisiko sehingga akan memberikan sinyal buruk (bad news) bagi investor yang berniat membeli saham tersebut. Sebaliknya, jika beta saham bernilai positif maka memberikan sinyal baik (good news) bagi investor yang berniat membeli saham tersebut. Kajian empiris terdahulu berasal dari penelitian asing dan penelitian dalam negeri. Penelitian asing meliputi Beaver et al. (1970) yang menemukan bahwa leverage, earnings variability, asset growth dan accounting beta memiliki 20 xxxvi 21 hubungan positif dengan beta saham sedangkan dividend payout ratio, asset size dan likuiditas memiliki hubungan negatif dengan beta saham. Bowman (1979) menyatakan bahwa leverage dan accounting beta memiliki hubungan secara teoritis dengan risiko sistematik sedangkan earnings variability, dividend payout ratio, size dan growth tidak. Penelitian Farrely et al. (1985) menemukan bahwa current ratio dan variability in earnings berpengaruh positif signifikan pada ukuran risiko, dividend payout ratio berpengaruh signifikan pada ukuran risiko sedangkan leverage dan asset growth tidak berpengaruh pada ukuran risko. Hasil penelitian Mear dan Firth (1988) menemukan bahwa variabel net assets propriertorship dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan pada risiko sistematik. Chun dan Meharani (1989) menemukan bahwa hubungan negatif antara rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan leverage dengan ukuran sistematik. Ferris et al. (1989) menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada risiko sitematik sedangkan asset growth berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Yates dan Colin (1997) menyatakan bahwa investor lebih fokus pada risiko total daripada risiko sistematik. Carter dan Schmidt (2008) menemukan bahwa dividend payout ratio memiliki hubungan terbalik dengan risiko sistematik perusahaan. Dhoubi dan Chokri (2009) menemukan bahwa risiko spesifik lebih penting daripada risiko sistematik, dengan objek penelitian bank di Tunisia. Penelitian Jarvela et al. (2009) menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham, leverage dan earnings variability berpengaruh positif pada beta saham. Hasil temuan ini mendukung penelitian dari xxxvii 22 Beaver et al. (1970). Bergeron (2012) menemukan bahwa dividend payput ratio berpengaruh negatif pada dividend beta jangka panjang. Penelitian dalam negeri meliputi Utami (2000) yang menemukan bahwa secara parsial hanya leverage ratio, asset growth dan dividend payout ratio yang berpengaruh signifikan pada risiko beta saham. Parmono (2001) menemukan bahwa secara parsial likuiditas dan ukuran perusahaan tidak memengaruhi beta saham sedangkan financial leverage, earnings variability dan accounting beta secara parsial memengaruhi beta saham. Hasil penelitian Indra (2005) menemukan bahwa secara parsial hanya exchange rate dan gross domestic product yang memengaruhi risiko sistematik. Auliyah dan Ardi (2006) menemukan bahwa secara parsial hanya cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan pendapatan domestik bruto yang berpengaruh terhadap beta saham syariah. Wiedyantari (2007) menemukan bahwa ROE dan CAR berpengaruh negatif dan signifikan pada risiko sistematik. Hasil penelitian Fidiana (2009) menemukan bahwa leverage, earnings variability, price book value dan trading volume berpengaruh positif dan signifikan pada beta saham syariah sedangkan accounting beta, earnings per share, dividend yield dan price earnings ratio tidak berpengaruh. Hasil penelitian Rachmania (2009) menemukan bahwa secara parsial asset growth memengaruhi beta saham. Suseno (2009) menemukan bahwa secara parsial current ratio dan beta akuntansi memengaruhi beta saham. Kustini dan Selvi (2010) menemukan bawa secara parsial ROA, dividend payout ratio, dan earnings variability tidak memengaruhi beta saham syariah. Mutia dan Muhammad (2010) menemukan bahwa secara parsial dividend payout ratio dan xxxviii 23 capital structure berpengaruh positif pada beta saham. Hasil penelitian Puspitaningtyas (2010) menemukan bahwa financial leverage, profitabilitas dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif pada risiko sistematik sedangkan likuiditas, dividend payout ratio dan asset size berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai variabel keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio menjadi motivasi penelitian ini, dan berdasarkan teori yang ada dibuatlah rumusan masalah. Dari rumusan masalah tersebut dibuat hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara bersumber dari teori dan kajian empiris terdahulu. Hipotesis tersebut diuji dengan teknik analisis data yang meliputi uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda, sehingga akhirnya dibuatlah simpulan dan saran penelitian. Berikut gambaran kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1: xxxix 24 Kajian Empiris: 1. Beaver, Kettler dan Sholes (1970) 2. Hamada (1972) 3. Bowman (1979) 4. Farrely et al. (1985) 5. Mear dan Firth (1988) 6. Chun dan Meharani (1989) 7. Ferris et al. (1989) 8. Yates dan Colin (1997) 9. Carter dan Schmidt (2008) 10. Dhouibi dan Chokri (2009) 11. Jarvela et al. (2009) 12. Bergeron (2012) 13. Utami (2000) 14. Parmono(2001) 15 Indra (2005) 16. Ardiana (2006) 17. Auliyah dan Ardi (2006) 18. Wiedyantari (2007) 19. Fidiana (2009) 20. Rachmania (2009) 21. Suseno (2009) 22. Mutia dan Muhammad (2010) 23.. Kustini dan Selvi (2010) 24. Puspitaningtyas (2010) Landasan Teori: 1. Teori Sinyaling 2. Return dan Risiko 3. Beta Saham 4. Beberapa Asumsi Yang Dipakai Di Model CAPM Rumusan Masalah Hipotesis Uji dan Analisis Statisitik Teknik Analisis Simpulan dan Saran Gambar 3.1 Kerangka Berpikir xl 25 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian disusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris seperti di Gambar 3.2 yang menunjukkan bahwa peneliti ingin meneliti pengaruh variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio pada beta saham. Berdasarkan teori yang ada dan kajian empiris terdahulu diperolehlah konsep penelitian yang menggambarkan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada beta saham, likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham, asset growth berpengaruh negatif pada beta saham, profitabilitas berpengaruh negatif pada beta saham dan dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham. Financial Levarage (+) Likuiditas (-) Asset Growth (-) Beta Saham Profitabilitas (-) Dividend Payout Ratio (-) Gambar 3.2 Konsep Penelitian xli 26 3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka beta (pengukur risiko sistematik) akan semakin tinggi pula (Hartono, 2010;392). Hasil penelitian dari Bowman (1979), Ferris et al. (1989) dan Tandelilin (1997) menemukan bahwa financial leverage berpengaruh positif dengan beta saham. Hasil ini didukung oleh Fidiana (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham syariah dan Puspitaningtyas (2010) yang menemukan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada risiko sistematik perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitin dari Beaver et al. (1970) dan Jarvel et al. (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada beta saham.Oleh karena itu hipotesis (H1) dinyatakan sebagai berikut. H1: financial leverage berpengaruh positif pada beta saham. 3.3.2 Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham Secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya (Hartono, 2010;392). Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan Beta. Beaver et al. mengumpulkan 307 perusahaan yang tercatat di NYSE (New York Stock Exchange) selama dua periode. Periode pertama adalah 1947-1956 dan periode kedua adalah 1957-1965. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham. Hal ini didukung oleh Chun dan Meharani (1989) yang menemukan bahwa likuiditas yang diprosikan dengan current ratio berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Oleh karena itu hipotesis (H2) dinyatakan sebagai berikut. xlii 27 H2 : likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham. 3.3.3 Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham Jika pertumbuhan aktiva suatu perusahaan meningkat maka kinerja perusahaan akan meningkat juga sehinga risiko untuk dilikuidasi menjadi rendah atau dapat dikatakan semakin tinggi pertumbuhan aktiva suatu perusahaan semakin rendah beta saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian Ferris et al. (1989) yang meneliti saham di Jepang, menemukan pengaruh yang negatif antara asset growth dengan beta saham. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Capstaff (1991). Hipotesis (H3) dinyatakan sebagai berikut. H3 : asset growth berpengaruh negatif pada beta saham. 3.3.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham Semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan risiko sistematiknya semakin kecil. Hasil penelitian Belkaoui (1978) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada risiko sistematik, didukung oleh penelitian Tandelilin (1997) dengan memakai gross profit margin diperoleh hasil negatif. Hal tersebut didukung pula oleh penelitian dari Mear dan Firth (1988) yang melakukan penelitian mengenai persepsi risiko dari analisis keuangan dan kegunaan dari data pasar dan akuntansi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Penelitian Chun dan Meharani (1989) juga menemukan bahwa profitabilitas dengan proksi (net income after taxes before extraordinary item/share holders funds) berpengaruh negatif pada risiko sitematik. Penelitian dari dalam negeri yang mendukung hasil penelitian internasional tersebut adalah Wiedyantari (2007) yang melakukan penelitian di saham perbankan xliii 28 LQ45, menemukan bahwa profitabilitas dengan proski ROE berpengaruh negatif pada risiko sistematik. Oleh karena itu hipotesis (H4) dinyatakan sebagai berikut. H4 : profitabilitas berpengaruh negatif pada beta saham. 3.3.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham Lintner (1956) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong deviden, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung dividend payout lebih kecil, dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi deviden jika laba yang diperoleh turun. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout ratio, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah. Beta merupakan pengukur risiko maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai hubungan yang negatif. Hasil penelitian Beaver et al. (1970), menemukan bahwa dividend pay out ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap beta saham. Menurut Carter dan Schmidt (2008) yang meneliti hubungan antara dividend payout ratio dan risiko sistematik dengan pendekatan matematis, diperoleh hubungan negatif antara dividend payout ratio dengan risiko sistematik. Penelitian Jarvela et al. (2009) yang melakukan review penelitian Beaver et al. (1970) menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap beta saham kecuali pada saham yang tergolong large stocks. Penelitian Puspitaningtyas (2010) menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada risiko sistematik perusahaan. Kustini dan Selvi (2010) menemukan bahwa dividend payout ratio xliv 29 berpengaruh negatif pada beta saham syariah. Hasil penelitian Bergeron (2012) yang meneliti kebijakan dividen dan risiko konsumsi, juga menemukan bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta deviden jangka panjang. Ini berarti perusahaan yang lebih berisiko cenderung menginvestasikan kembali earnings mereka atau membayar deviden lebih sedikit. Hipotesis (H5) dinyatakan sebagai berikut. H5 : dividend payout ratio berpengaruh negatif beta saham. xlv BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah menyiapkan data penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian. Rancangan penelitian ini dimulai dari latar belakang masalah yang intinya adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu. Dari latar belakang masalah dibuatlah rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah diperlukan kajian pustaka dan kajian empiris terdahulu. Dari kajian pustaka dan kajian empiris terdahulu dibuatlah hipotesis yang merupakan dugaan semetara yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Setelah itu dilanjutkan dengan rancangan penelitian yang meliputi data penelitian dan variabel penelitian. Penelitian ini memakai data kuantitatif berupa data sekunder yang sampelnya diperoleh melalui purposive sampling. Berdasarkan hipotesis yang diajukan, variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen berupa variabel keuangan meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, xlvi 30 31 profitabilitas dan dividend payout ratio sedangkan variabel dependen berupa beta saham. Pengujian mengenai analisis variabel keuangan sebagai prediktor beta saham dilakukan dengan memakai analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan analisis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian regresi selanjutnya dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan yang juga disesuaikan dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan. xlvii 32 Berdasarkan penjelasan tersebut rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Data Kuantitatif Kajian Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Data Penelitian Data Sekunder Purposive Sampling Hipotesis Penelitian Rancangan Penelitian Independen: Variabel Keuangan Variabel Penelitian Dependen: Beta Saham Kesimpulan Penelitan Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Saran dan Implikasi Gambar 4.1 Rancangan Penelitian xlviii Uji Asumsi Klasik 33 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website www.idx.go.id dan memakai ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Alasan memakai ICMD karena daftar perusahaan sudah dikelompokkan menjadi beberapa industri dalam hal ini industri perbankan. Untuk menghitung beta komponen data diperoleh melalui www. finance.yahoo.com dan perpustakaan Bank Indonesia Jl. Letda Tantular No.4 Renon, Denpasar. Penelitian ini dilakukan tahun 2013 dengan tahun pengamatan 2006-2012 pada industri perbankan. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berada dalam ruang lingkup akuntansi keuangan dengan menganalisis variabel keuangan sebagai prediktor beta saham, memakai data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website www.idx.go.id, ICMD (Indonesian Capital Market Directory), mengakses www. finance.yahoo.com dan mengunjungi perpustakaan Bank Indonesia Provinsi Bali. 4.4 Penentuan Sumber Data 4.4.1 Jenis dan Sumber Data 1) Berdasarkan sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka dan dapat dinyatakan dalam satuan hitung. Data kuantitatif penelitian ini adalah data xlix 34 laporan keuangan tahunan audit dari industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. 2) Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang diteliti. Data kuantitatif penelitian ini adalah data yang diperoleh dari website www.idx.go.id. 4.4.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012 dengan sampel diperoleh dari populasi tersebut berjumlah 9 bank. Prosedur penentuan sampel dengan purposive sampling, merupakan metode pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Tujuan pemakaian metoda purposive sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Indriantoro dan Supomo, 2002;25). Adapun kriteria-kriteria yang dipakai dalam pengambilan sampel, yaitu: 1) Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 yang tergolong dalam industri perbankan. 2) Mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap, dalam rupiah, dan konsisten selama periode 2006-2012. 3) Mempublikasikan harga saham secara konsisten selama periode 2006-2012. 4) Membagikan deviden secara konsisten selama periode 2006-2012 l 35 Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, disajikan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel No. Kriteria 1 Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 yang tergolong dalam industri perbankan. 2 Tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap, dalam rupiah dan konsisten selama periode 2006-2012. 3 Tidak mempublikasikan harga saham secara konsisten selama periode 20062012 4. Tidak membagikan deviden secara konsisten selama periode 2006-2012. Jumlah perusahaan yang masuk kriteria Total amatan selama periode 2006-2012 Sumber:data diolah 2013 4.5 Jumlah 31 (3) (7) (12) 9 63 Identifikasi Variabel Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan, maka variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Variabel bebas atau independent adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat (Sugiyono, 2007:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel keuangan yang meliputi financial leverage, likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio. 2) Variabel terikat atau dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2007:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah beta saham. li 36 4.6 Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) Asset Growth Menunjukkan tingkat pertumbuhan aktiva perbankan selama periode 20062012, untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Tingkat pertumbuhan berikut perusahaan diukur (Parmono,2001): asset growth dengan rumus sebagai aktivait aktivait 1 ………………………(4) aktivait 1 2) Financial Leverage Merupakan pemakaian sumber dana dari perbankan, yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Parmono (2001) financial leverage diukur dengan rumus: Financial leverage = total utang…………………………............................(5) total aktiva 3) Liquidity Merupakan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini, liquidity diukur dengan Loan Deposit Ratio (LDR) selama periode 2006-2012.. Rasio ini dapat mengukur seberapa besar kemampuan bank memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. lii 37 Rumus menghitung LDR (Nurhayati, 2001): LDR loans x100% ……………………….......................................(6) total deposit 4) Profitabilitas Merupakan kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Rumus menghitung ROE (Wiedyantari, 2007): ROE laba setelah pajak x100% ………………........................................(7) total ekuitas 5) Dividend Payout Ratio Hartono (2010:390) menyatakan bahwa dividend payout ratio diukur sebagai deviden yang dibayarkan dibagi laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Jadi, dividend payout ratio merupakan presentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham umum dari laba yang diperoleh perusahaan. Rumus dividend payout ratio (Ferris et al., 1990): Dividend payout ratio dividend per share ……………………………(8) earnings per share 6) Beta Saham Dihitung dengan model CAPM yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Hartono, 2010;): Ri RBR i RM RBR ei ………………………………………………..(9) Keterangan: Ri = return sekuritas ke-i. RBR = return aktiva bebas risiko. liii 38 RM = return portofolio pasar. = beta sekuritas ke-i. i 4.7 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat dan mempelajari uraian-uraian dari jurnal, buku-buku, dokumen-dokumen dan data-data keuangan yang terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mengakses langsung website www.idx.go.id dan www.finance.yahoo.com. 4.8 Teknik Analisis Data 4.8.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi linear berganda digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut: 1) Uji Multikolonieritas Uji ini bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan atau tidak adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik tidak ditemukan korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regeri dapat dilihat dari (1) nilai tolerance lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang dipilih yang tidak dijelaskan dalam variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya liv 39 multikolonieritas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. (Ghozali, 2011:105). 2) Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi linear tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini memakai uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2011:110) 3) Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik bebas dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah melihat grafik plot (Ghozali, 2011:139). 4) Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini memakai uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) (Ghozali, 2011:160) 4.8.2 Pengujian Hipotesis Analisis ini diolah dengan komputerisasi memakai program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for windows. Peneliti menggunakan SPSS 16. Teknik analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah dan lv 40 besarnya pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat. Model analisis regresi linear berganda menurut Suyana Utama (2008) adalah sebagai berikut. BS=α+β1FL+β2LIK+β3AG+β4PROFIT+β5DPR+e1..................................................................(10) Keterangan: BS = α = FL = LIK = AG = PROFIT = DPR = e1 = β1,β2,β3,β4,β5 = Beta saham Konstanta Financial Leverage Likuiditas Asset Growth Profitabilitas Dividend Payout Ratio Variabel pengganggu koefisien regresi 1) Uji t-test Uji t digunakan untuk menguji H1,H2,H3,H4 dan H5. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows. Langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut: (1) Untuk menguji hipotesis 1: a. Merumuskan Hipotesis H0: financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham. HA: financial leverage berpengaruh positif pada beta saham. b. Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05 c. Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu: signifikan t ≤ α(0,025), maka H0 ditolak dan HA diterima. Signifikan t > α(0,025), maka H0 diterima dan HA ditolak. (2) Untuk menguji hipotesis 2: a. Merumuskan Hipotesis lvi 41 H0: likuiditas tidak berpengaruh pada beta saham. HA: likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham. b. Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05 c. Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu: signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima. Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak. (3) Untuk menguji hipotesis 3: a. Merumuskan Hipotesis H0: asset growth tidak berpengaruh pada beta saham. HA: asset growth berpengaruh negatif pada beta saham. b. Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05 c. Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu: signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima. Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak. (4) Untuk menguji hipotesis 4: a. Merumuskan Hipotesis H0: profitabilitas tidak berpengaruh pada beta saham. HA: profitabilitas berpengaruh negatif pada beta saham. b. Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 0,05 c. Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu: lvii 42 signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima. Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak. (5) Untuk menguji hipotesis 5: a. Merumuskan Hipotesis H0: dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham. HA: dividend payout ratio berpengaruh negatif pada beta saham. b. Taraf signifikan = 95%, α yang digunakan = 5%= 0,05 c. Membandingkan nilai signifikan t dengan taraf nyata (α) serta membuat hasil kesimpulan dari signifikan yang ada, yaitu: signifikan t ≤ α(-0,05), maka H0 ditolak dan HA diterima. Signifikan t > α(-0,05), maka H0 diterima dan HA ditolak. lviii BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Variabel Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian antara lain nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan simpangan baku dengan N adalah banyaknya bank di Bursa Efek Indonesia yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu 63 obesrvasi. Pengukuran rata-rata merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari distribusi data, standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya Tabel 5.1 ditunjukkan statistik deskriptif dari variabel-variabel yang diteliti. Variabel beta saham memiliki nilai minimun -1,22, nilai maksimun 2.21, nilai rata-rata 0,89 dan standar deviasi 0,86 selama periode 2006-2012. Variabel financial leverage selama periode 2006-2012 memiliki nilai minimum 0,80, nilai maksimum 0,95, nilai rata-rata 0,89 dan standar deviasi 0,05. Variabel likuiditas selama periode penelitian memiliki nilai minimum -0,18, nilai maksimum 1,92, nilai rata-rata 0,85 dan standar deviasi 0,48. Variabel asset growth memiliki nilai minimum -0,05, nilai maksimum 0,36, nilai rata-rata 0,16 dan standar deviasi 0,10. Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum -0,04, nilai maksimum 0,32, nilai rata-rata 0,15 dan standar deviasi 0,09 selama periode penelitian. Variabel dividend payout ratio selama periode 2006-2012 memiliki nilai minimum -0,03, nilai maksimum 1,28, nilai rata-rata 0,30 dan standar deviasi 0,27. lix 43 44 Tabel 5.1 Hasil Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Beta saham 63 -1,22 2,21 0,89 0,86 Financial Leverage 63 0,80 0,95 0,89 0,05 Likuiditas 63 -0,18 1,92 0,85 0,48 Asset Growth 63 -0,05 0,36 0,16 0,10 Profitabilitas 63 -0,04 0,32 0,15 0,09 Deviden payout ratio 63 -0,03 1,28 0,30 0,27 Valid N (listwise) 63 Sumber : lampiran 1 5.2 Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolonieritas Berdasarkan Tabel 5.2 di Lampiran 1 diperoleh bahwa nilai VIF masing- masing variabel kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam regresi. 2) Uji Autokorelasi Berdasarkan Tabel 5.3 di Lampiran 1 diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,017. Nilai DW sebesar 2,017 akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan taraf signifikan 5%, jumlah sampel 63 (n) dan jumlah variabel bebas 5 (k=5) sehingga diperoleh dL = 1,438 dan dU = 1,767. Nilai DW = 2,017 lebih besar dari nilai dU = 1,767 dan lebih kecil dari 4- dU (4-1,767=2,233) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. 3) Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan Gambar 5.1 di Lampiran 1 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar lx 45 secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y dan tidak membentuk pola tertentu. 4) Uji Normalitas Berdasarkan Tabel 5.4 di Lampiran 1 diperoleh nilai signifikan sebesar 0,861>0,05 sehinggga dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi normal. 5.3 Hasil Analisis Regresi Berganda Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 5.5 maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini variabel yang berpengaruh pada beta saham adalah likuiditas dan profitabilitas. Variabel likuiditas dengan arah negatif. Hal ini didasarkan pada nilai p-value sebesar 0,025 < 0,05 sedangkan variabel profitabilitas arahnya positif. Hal ini didasarkan pada nila p-value sebesar 0,011 < 0,05. lxi 46 Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Unstandardized Coefficients Model 1(Constant) B Std. Error 1,340 2,021 Financial Leverage -0,443 2,281 Likuiditas -0,493 Asset Growth Profitabilitas Deviden payout ratio Standardized Coefficients Beta t Sig. 0,663 0,510 -0,023 -0,194 0,847 0,214 -0,272 -2,302 0,025 -0,62 1,106 -0,099 -0,779 0,439 3,521 1,339 0,362 2,630 0,011 -0,065 0,399 -0,021 -0,164 0,871 F hitung 3,140 F sig 0,014 Adjusted R 2 0,147 R2 0,216 Dependent variable: beta saham Sumber: lampiran 1 Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diestimasi model regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: BS=1,340-0,443FL-0,493LIK-0,862AG+3,521PROFIT-0,065DPR+e………..(11) Adapun interpretasi dari koefisien regresi tersebut adalah: 1) Konstanta sebesar 1,340 memberi arti bahwa jika semua variabel independen dianggap konstan maka rata-rata beta saham perusahaan sebesar 1,340%. 2) Koefisien regresi financial leverage sebesar -0,443 menyatakan bahwa jika setiap peningkatan financial leverage sebesar 1% akan menurunkan beta lxii 47 saham sebesar 0,443% dengan syarat varibel likuiditas, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio konstan. 3) Koefisien regresi likuiditas sebesar -0,493 menyatakan bahwa jika setiap peningkatan likuiditas sebesar 1% akan menurunkan beta saham sebesar 0,493% dengan syarat variabel financial leverage, asset growth, profitabilitas dan dividend payout ratio konstan. 4) Koefisien regresi asset growth sebesar -0,862 menyatakan bahwa jika setiap peningkatan asset growth sebesar 1% akan menurunkan beta saham sebesar 0,862% dengan syarat variabel financial leverage, likuiditas, profitabilitas dan dividend payout ratio konstan. 5) Koefisien regresi profitabilitas sebesar 3,521 menyatakan bahwa jika setiap peningkatan profitabilitas sebesar 1% akan meningkatkan beta saham sebesar 3,521 % dengan syarat variabel financial leverage, likuiditas, asset growth dan dividend payout ratio konstan. 6) Koefisien regresi dividend payout ratio sebesar -0,065 menyatakan bahwa jika setiap peningkatan dividend payout ratio sebesar 1% akan menurunkan beta saham sebesar 0,065% dengan syarat variabel financial leverage, likuiditas, asset growth dan profitabilitas konstan. 5.4 Pengujian Hipotesis 5.4.1 Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham Hipotesis pertama menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh positif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 lxiii 48 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value financial leverage sebesar 0, 847. Tingkat signifikan tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang berarti financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat/menurun financial leverage tidak memengaruhi beta saham/beta saham tetap konstan. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama tidak didukung. 5.4.2 Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham Hipotesis kedua menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value likuiditas sebesar 0,025 dengan nilai t hitung 0,194. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05), yang berarti likuiditas berpengaruh pada beta saham dengan arah negatif karena nilai t hitung bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat likuiditas maka beta saham saham akan menurun dan sebaliknya jika likuiditas menurun maka nilai beta saham akan meningkat. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua didukung. 5.4.3 Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham Hipotesis ketiga menyatakan bahwa asset growth berpengaruh negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value asset growth sebesar 0,439. Tingkat signifikan tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang berarti asset growth tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat/menurun asset growth tidak memengaruhi beta saham/beta saham tetap lxiv 49 konstan. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga tidak didukung. 5.4.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa profitabilitas bepengaruh negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value profitabilitas sebesar 0,011 dan nilai t hitung sebesar 2,630. Tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05), yang berarti profitabilitas berpengaruh pada beta saham dengan arah yang positif karena nilai t hitung bertanda positif. Hal ini menunjukkan semakin meningkat profitabilitas perusahaan maka beta sahamnya akan meningkat. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis keempat tidak didukung. 5.4.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa dividend payout ratio bepengaruh negatif pada beta saham. Hasil analisis regresi berganda pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan/p-value dividend payout ratio sebesar 0,871. Tingkat signifikan tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), yang berarti dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini menunjukkan semakin meningkat/menurun dividend payout ratio perusahaan maka beta sahamnya akan tetap konstan/tidak mengalami perubahan. Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis kelima tidak didukung. lxv BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Financial Leverage Pada Beta Saham Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikan yang lebih tinggi dari taraf nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya jumlah utang yang dimiliki suatu bank tidak berarti semakin besarnya risiko sistematik/beta saham bank yang bersangkutan. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012 ditetapkan modal minimum bank umum sebesar 8%. Ini berarti bank umum diharapkan memiliki rasio modal minimum 8% sehingga dapat menampung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif bank yang bersangkutan. Dengan adanya CAR di perbankan minimum 8% maka kepercayaan nasabah dalam menginvestasikan dana ke bank juga semakin tinggi. Ini berarti semakin tinggi atau rendah financial leverage di perbankan tidak memengaruhi beta saham yang kesangkutan, karena ada jaminanan rasio modal minimum di bank yang bersangkutan untuk mengatasi risiko sistematik yang terjadi di perbankan. Selain itu, pemerintah melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) memberikan jaminan keamanan terhadap risiko sistematik mencangkup dana yang disimpan oleh para nasabah di perbankan sehingga financial leverage perbankan tidak memengaruhi risiko sistematik perbankan yang bersangkutan. Semakin tinggi utang di perbankan menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam 50 lxvi 51 menyimpan dananya di bank yang bersangkutan semakin tnggi. Dengan meningkatnya leverage tidak berarti risiko sitematik perbankan meningkat karena ada jaminan keamanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari Farrely et al. (1985) dan Auliyah dan Ardi (2006). 6.2 Pengaruh Likuiditas Pada Beta Saham Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan memakai loan to deposit ratio (LDR). Pengukuran ini didasarkan pada alasan bahwa dengan memakai proksi LDR dapat mengukur kemampuan bank memenuhi kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan sehingga dengan meningkatnya LDR berarti bank tersebut semakin likuid dalam memenuhi kredit yang diajukan oleh nasabah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa likuditas berpengaruh negatif pada beta saham. Ini berarti perbankan dalam memberikan kredit kepada para nasabah menganut prinsip kehati-hatian agar terhindar dari kredit macet. Berdasarkan Peraturan BI No. 12/119/PBI/2010 rasio standar LDR bagi perbankan adalah 78%-100%. Dalam penelitian ini, rata-rata LDR perbankan 2006-2012 kurang dari 78%. Ini berarti bahwa rasio penyaluran kredit ke masyarakar yang masih rendah. Dengan kecilnya LDR berarti beta saham/risiko sistematik perbankan meningkat. Rendahnya LDR ini menunjukkan keadaaan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumaerissa, 1999;23). Hal tersebut mendukung hasil penelitian dari Beaver (1970) dan Chun dan Meharani (1989). lxvii 52 6.3 Pengaruh Asset Growth Pada Beta Saham Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa asset growth tidak memegaruhi beta saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan yang lebih tinggi dari taraf nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi/rendah asset growth perbankan tidak memengaruhi beta saham. Asset growth yang makin cepat mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 14/26/PBI/2012 tentang kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti bank atau dikenal dengan istilah multiple license, bank sentral membagi kegiatan usaha bank menjadi empat kategori buku berdasarkan modal intinya. Aturan ini membatasi ekspansi perbankan baik dari sisi produk maupun kantor cabang berdasarkan kekuatan modal masing-masing bank. Ekspansi perbankan bisa berupa penambahan produk perbankan maupun peningkatan jumlah aktiva tetap terkait dengan pembukaan kantor cabang baru. BI membagi perbankan dalam empat kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) yang melakukan ekspansi. BUKU 1 kelompok bank dengan modal usaha kurang dari Rp 1 triliun, BUKU 2 kelompok bank dengan modal inti Rp 1 triliun sampai dengan RP 5 triliun, BUKU 3 kelompok bank dengan modal inti Rp 5 triliun sampai dengan kurang dari Rp 30 triliun dan BUKU 4 kelompok bank umum dengan modal inti di atas Rp 30 triliun. Bank yang akan melakukan ekspansi harus memiliki modal inti yang cukup berdasarkan peraturan yang ada tersebut. Risiko sistematik perbankan akan konstan atau tidak terpengaruh oleh pertumbuhan aktiva bank yang sedang melakukan ekspansi karena memiliki modal inti yang cukup. Hal ini mendukung hasil penelitian dari lxviii 53 Bowman (1979), Farrely et al. (1985), Suseno (2009) dan Putri (2013) yang menyatakan bahwa asset growth tidak memengaruhi ukuran risiko. 6.4 Pengaruh Profitabilitas Pada Beta Saham Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio return on asset (ROE). Pengukuran ini didasarkan pada alasan bahwa ROE merupakan ukuran tingkat pengembalian dari pemegang saham dalam suatu bank. Rasio tersebut menyajikan keuntungan bersih yang diterima penanam modal dari hasil investasi modal mereka di bank yang bersangkutan (Rose, 2003). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada beta saham. Hal tersebut dibuktikan dari nilai signifikan yang lebih rendah dari taraf nyata 5% tetapi tanda t hitungnya bertanda positif sehingga disimpulkan berpengaruh positif signifikan. Dengan meningkatnya profitabilitas berarti pendapatan bunga dari kredit meningkat akibat semakin banyak kredit yang disalurkan kepada masyarkat. Namun, dengan meningkatnya kredit tersebut risiko sistematik akibat kredit macet juga meningkat sehingga bank harus berhati-hati dalam menyalukan kredit kepada nasabah. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi ROE suatu perbankan maka beta sahamnya akan meningkat Hasil tersebut mendukung hasil penelitian Tandelilin (1997) yang menyatakan bahwa dengan proksi net profit margin profitabilitas berpengaruh prositif pada beta saham. Ini berarti bahwa semakin tinggi laba bersih setelah pajak dari perbankan semakin besar pula risiko sistematik yang harus dihadapi. lxix 54 6.5 Pengaruh Dividend Payout Ratio Pada Beta Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham. Hal ini dibuktikan dari nilai signifikan yang lebih tinggi dari taraf nyata 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi atau rendah dividend payout ratio perbankan beta sahamnya tidak mengalami perubahan atau konstan. Hal ini disebabkan karena selama periode penelitian kebutuhan membayar utang perbankan mengalami peningkatan, dengan meningkatnya pembayaran utang berarti deviden yang dibagikan semakin mengecil atau cenderung tidak membagikan deviden sama sekali. Dengan tidak adanya pembagian deviden maka tidak berpengaruh pada risiko sistematik perbankan yang bersangkutan atau cenderung beta saham tetap. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian Ferris et al. (1990), Auliyah dan Ardi (2006) dan Rachmania (2009). lxx BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Financial leverage tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa rasio financial leverage yang tinggi belum tentu risiko sistematik/beta saham bank yang bersangkutan tinggi pula. Hal tersebut karena ada jaminan keamaan dana nasabah dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). 2) Likuiditas berpengaruh negatif pada beta saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi loan to deposit ratio maka beta saham/risiko sistematik bank yang bersangkutan akan semakin rendah. Sebaliknya, jika loan to deposit ratio semakin rendah maka beta saham/risiko sistematik bank yang bersangkutan akan semakin tinggi. 3) Asset growth tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi/rendah asset growth perbankan tidak berpengaruh pada beta saham. 4) Profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada beta saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini berarti bahwa lxxi 55 56 bahwa tinggi profitabilitas perbankan semakin besar pula risiko sistematik/beta saham bank yang bersangkutan. 5) Dividend payout ratio tidak berpengaruh pada beta saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Hal ini diakibatkan oleh sedikitnya sampel dalam penelitian ini yang melaporkan pembagian deviden secara konsisten selama periode 2006-2012. 7.2 Saran Berdasarkan simpulan penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikur: 1) Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel independen selain variabel keuangan sebagai prediktor beta saham mengingat adjusted R2 yang hanya 0,147 misalnya variabel makroekonomi seperti inflasi dan tingkat nilai tukar rupiah. 2) Bank diharapkan menyalurkan kredit kepada nasabah lebih hati-hati agar terhindar dari kredit macet karena berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa likuiditas diproksikan dengan loan to deposit ratio berpengaruh negatif pada beta saham. Ini berarti jika kredit yang disalurkan semakin tinggi maka risiko sistematik/beta saham semakin rendah. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan nasabah pada suatu bank tinggi dalam hal peminjaman kredit karena bunga kredit yang terjangkau. 3) Investor diharapkan dapat mempertimbangkan variabel-variabel keuangan akurat yang bisa dijadikan prediktor beta saham perbankan mengingat lxxii 57 perbankan berbeda dengan industri lainnya. Sebagai contohnya, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti risiko sistematiknya kecil sehingga tingkat kepercayaan masyarakat di bank yang bersangkutan semakin tinggi. lxxiii DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis dan Tesis. Denpasar: Program Magister Akuntansi Universitas Udayana. Ardiana, Agus. 2006. The Effect of Macroeconomic and Fundamental Variabels on Systematic Risk on The Jakarta Stock Exchange. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1(Juli). Army, Juwita, 2013, Pengaruh Leverage,Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Risiko Sistematis pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI, Skripsi, Sumatera Barat:Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang. Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah. 2006. Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang 23-26 Agustus. Beaver, P. Kettler, dan M. Scholes. 1970. The Assocation Between Market Determined and Accounting Determined Risk Measures. Accounting Review 45. Oktober,p.654-682. Belkaoui, A. 1978. Accounting Determinants Of Systematic Risk in Canadian Common Stocks : a Multivariat Approach. Accounting and Business Reseacrh, p. 3-10. Bergeron, Claude. 2012. Dividend Policy and Consumption Risk. International Journal of Economic and Finance, Vol. 4. No. 4. Bowman, Robert, 1979. The Theoritical Relationship Between Systematic Risk and Financial (Accounting) Variable. The Journal of Finance, Vol. XXXIV. No. 3, June,p.617-630. Bowman, R.G., 1980. The Importance of a Market-Value Measurement of Debt on Assessing Leverage. Journal of Accounting Research,p. 339-351. Capstaff, J. 1991. Accounting Information and Investment Risk Perception in the UK. Journal of International Financial Management and Accounting, p.189199. lxxiv Carter, M. Shwan dan Schmidt, Bill H. 2008. The Relationship Between Dividend Payouts and Systematics Risk:A Mathematical Approach. Academy of Accouting and Financial Studies Journal, Vol. 12. No. 2. Chiou, Chei-Chang, Su dan K, Robert. 2007. On The Relation of Systematic Risk and Accounting Variables. Journal Business and Economic-Management, p. 517-533. Chun, L.S. dan Meharani Ramasamy. 1989. Accounting Variables as Determinants Of Systematic Risk in Malaysian Commons Stocks. Asia Pacific Journal Of Management, Vol. 6. No. 2, p. 339-350. Dhouibi, Raoudha dan Chokri Mamaghili. 2009. Accounting and Capital market Measure of Banks’ Risk: Evidence From An Emerging Market. Banks and Bank System, Vol. 4. No. 4. Fama, Eugene F. 1970. Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. The Journal of Finance, Vol. 25. No.2,p. 383-417. Farrelly, G.E., Kenneth R. Ferris dan William R. Reichenstein. 1985. Perceived Risk, Market Risk dan Accounting Determined Risk Measures. The Accounting Review, p.278-288. Ferris, K., K. Hiramatsu dan K. Kimoto. 1989. Accounting Information and Investment Risk Perception in Japan. Journal of Investment Financial Management and Accounting, p. 232-243. Fidiana. 2009. Nilai-Nilai Fundamental dan Pengaruhnya terhadap Beta Saham Syariah pada Jakarta Islamic Index. Ekuitas, Vol. 13. No. 1, p. 38-58. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Gudono dan Ninik Nurhayati. 2001. The Association between Market Determined and Accounting Determined Risk Measure: Evidence from Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi 1, Agustus,p.171-176. Hamada, Robert. 1972. The Effect of the Firm’s Capital Structure on Systematic Risk of Common Stocks. Journal of Finance, May, p.435-451. lxxv Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. BPFE Yogyakarta. Indra, Zubaidi A, 2005, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Risiko Sistematik Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Lampung: Universitas Lampung. Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta:BPFE Jarvela, Michael, James Kozyra dan Carla Potter. 2009. The Relationship Between Market and Accounting Determined Risk Measures: Reviewing and Updating the Beaver, Kettler, Sholes (1970) Study, College Teaching Methods & Styles Journal, Vol. 5 No. 1. Kustini, Sri dan Selvi Pratiwi. 2011. Pengaruh Dividend Payout Ratio, Return On Asset dan Earnings Variability Terhadap Beta Saham Syariah. Jurnal Dinamika Akuntansi. Semarang, Vol. 3. No. 2, p.139-148. Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek_aspek Operasi Bank Umum. Jakarta:Bumi Aksara. Lintner, J., 1956. Security Prices, Risk and Maximal Gains from Diversification. Journal of Finance. Desember, p. 587-616. Mear, R dan Firth, M. 1988. Risk Perception of Financial Analysts and the Use of Market and Accountiing Data. Accounting Business Reasearch, p.335-340. Mutia, Evi dan Muhammad Arfan. 2010. Analisis Pengaruh Devident Payout RatioI dan Capital Structure terhadap Beta Saham: (Studi pada Saham Syariah dan Nonsyariah Perusahaan Nonkeungan di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto Nishat, Mohammed. 2000. The Systematic Risk and Leverage Effect in the Corporate Sector of Pakistan, The Pakistan Development Review, Winter, p.951-962. Nurhayati, Endra, 2001, Analisis Pengaruh Risiko Sitematik Saham Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Perbankan:Studi Empiris pada Perusahaan lxxvi Perbankan yang listing di BEJ, Tesis, Jawa Tengah: Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro. Parmono, Agung, 2001, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Sistematik (Beta) Saham Perusahaan Industri Manufaktur Periode 19942000 Di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Jawa Tengah:Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro. Puspitaningtyas, Zarah, 2010, Pengaruh Variabel Akuntasi Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Tesis, Jawa Timur:Program Pascasarjana, Universitas Airlangga. Putri Patiku, Mentary, 2013, Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Beta Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011), Skripsi, Makasar:Universitas Hasanuddin. Rachmania, Elok, 2009, Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Akuntansi terhadap Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Jawa Timur:Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Rose, Peter S. 2003. Commercial Bank Management. Fifth Edition. McGraw-Hill Ryan, Huldah A. 1996. The Use of Financial Ratios As Measures Of Risk In The Determination of The Bid-Ask Spread. Journal Of Financial And Strategic Decision, Vol. 9 .No. 2, p. 33-39. Setiawan, Doddy. 2003. Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Risiko Sistematis Sebelum dan Selama Krisis Moneter. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya,p.565-573. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisinis. Cetakan ke-10. Bandung:Alfabeta Suseno, Yustiantomo Budi, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham (Studi Kasus Perbandingan Perusahaan Finance dan Manufaktur Yang Listing di BEI Pada Tahun 2005-2007, Tesis, Jawa Tengah:Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro. Suyana Utama, Made. 2008. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. lxxvii Tandelilin, E. 1997. Determinant of Systematic Risk: Experience of some Indonesian Common Stock. Kelola, 16, IV: 101-115. Utami, Wiwiek. 2000. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Risiko Beta Saham: Periode Krisis Th 1997-1999 Studi di Bursa Efek Jakarta. Watt, R.L. dan Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New York: Prentice Hall. Wiedyantari, 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Risiko Sistematik Saham (Studi Kasus pada Saham Perbankan LQ45, Periode Januari 2004-September 2006), Tesis, Jakarta:Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Yates, Annie dan Collin Firer. 1997. The Determinants of the Risk Perceptions of Investors. Investment Analysist Journal,No. 44 Summer. www.idx.co.id www.finance.yahoo.com www.detikfinance.com lxxviii