BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan

advertisement
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uji akar unit Phillips-Perron (PP) menunjukkan bahwa derajat
integrasi antar variabel berbeda, sehingga metode estimasi menerawang ke
belakang yang tepat adalah model koreksi kesalahan jeda terdistribusi otoregresif
(autoregressive distributed lag error correction model atau disingkat ARDLECM). Model ARDL-ECM ditambahkan guncangan/kejutan (shock) dengan
tujuan melihat pengaruh guncangan berupa berita (news) terhadap nilai tukar
nominal rupiah per dolar AS. Hasilnya, dalam jangka pendek, guncangan
berpengaruh positif terhadap nilai tukar, yang artinya guncangan menyebabkan
depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS. Adapun variabel lain seperti
suplai uang diferensial, IHK diferensial, dan PDB riil diferensial mempengaruhi
nilai tukar sesuai dengan hipotesis/teori, yaitu suplai uang diferensial dan IHK
diferensial berpengaruh positif terhadap nilai tukar, yang berarti bahwa jika ada
peningkatan suplai uang atau indeks harga (inflasi) akan menyebabkan mata uang
terdepresiasi, sedangkan PDB riil diferensial menunjukkan hubungan negatif,
yang mengartikan bahwa jika perekonomian tumbuh akan menyebabkan mata
uang terapresiasi. Namun untuk variabel suku bunga dan indeks harga saham,
tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dan tidak sesuai dengan teori.
Adapun hasil uji otokorelasi yang mengindikasikan adanya otokorelasi
pada model ARDL-ECM, namun hasil uji heteroskedastisitas tidak menunjukkan
adanya indikasi heteroskedastisitas. Hal ini mengartikan bahwa ARDL-ECM
48
tersebut harus diperbaiki supaya menghilangkan pengaruh otokorelasi. Perbaikan
menggunakan metode eror standar Newey-West, yaitu dengan memperbaiki nilai
eror standar agar menghasilkan estimasi yang robust.
Spesifikasi menerawang ke depan menunjukkan hubungan positif terhadap
nilai tukar, yang mengartikan bahwa nilai tukar di masa depan akan meningkat
(terdepresiasi) dari nilai tukar saat ini berdasarkan perhitungan perpetuitas.
Berbeda dengan spesifikasi menerawang ke belakang yang menggunakan metode
ordinary least square (OLS), spesifikasi menerawang ke depan ini menggunakan
metode Generalized Method of Moments (GMM) dengan eror standar NeweyWest, sehingga harus menambahkan variabel instrumen yang dalam penelitian ini
menggunakan variabel nilai tukar, suplai uang diferensial, IHK diferensial, PDB
riil diferensial, suku bunga diferensial, dan indeks harga saham diferensial satu
periode sebelumnya.
Pada bagian akhir, dibandingkan antara spesifikasi menerawang ke
belakang dengan spesifikasi menerawang ke depan yang menggunakan prediksi
performa dan uji yang tidak disarangkan. Hasil dari prediksi performa
menunjukkan bahwa spesifikasi menerawang ke belakang memiliki nilai
kesalahan lebih kecil daripada spesifikasi menerawang ke depan, namun
spesifikasi menerawang ke depan mampu mengestimasi nilai tukar dengan
ketepatan lebih baik daripada spesifikasi menerawang ke belakang. Setelah
dibandingkan, maka tahapan berikutnya adalah melakukan uji yang tidak
disarangkan yang hasilnya menunjukkan bahwa spesifikasi menerawang ke
belakang sama baik/bagus dengan spesifikasi menerawang ke depan untuk
49
mengestimasi nilai tukar. Hal tersebut mengartikan bahwa adanya perubahan
kebijakan yang kredibel dapat mengubah perilaku agen/masyarakat. Perubahan
perilaku agen/masyarakat akibat ekspektasi rasional tersebut akan jauh lebih cepat
dampaknya terhadap nilai tukar daripada estimasi berdasarkan kejadian di masa
lalu.
4.2. Saran
Pemerintah, yang dalam hal ini diwakilkan oleh otoritas moneter, harus
bisa mengontrol variabel-variabel yang menjadi determinasi nilai tukar jika ingin
mencapai stabilitas nilai tukar. Variabel-variabel yang signifikan mendeterminasi
nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS, sesuai hasil pada bab III adalah
suplai uang diferensial, IHK diferensial, PDB riil diferensial, dan guncangan.
Artinya otoritas moneter harus bisa mengontrol suplai uang, inflasi, dan
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Hal ini akan berkaitan dengan
stabilitas nilai tukar yang merupakan salah satu indikator makroekonomi di suatu
negara dan juga merupakan tujuan dari kebijakan moneter.
Adapun perbandingan antara spesifikasi menerawang ke belakang dengan
menerawang ke depan yang menunjukkan bahwa keduanya sama baiknya dalam
mengestimasi nilai tukar. Hal ini membuat otoritas moneter harus berhati-hati
dalam membuat kebijakan. Otoritas moneter harus mempertimbangkan secara
baik/tepat kebijakan yang akan dibuat, karena perubahan kebijakan akan
mengubah perilaku agen/masyarakat yang dampaknya kepada nilai tukar jauh
lebih cepat daripada jika agen/masyarakat menggunakan estimasi berdasarkan
perilaku nilai tukar yang terjadi di masa lalu.
50
Download