Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 PERFORMANSI METODE TRAPESIUM DAN METODE GAUSS-LEGENDRE DALAM PENYELESAIAN INTEGRAL TERTENTU BERBANTUAN MATLAB Adi Prasetia Program Studi Pendidikan Matematika , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mercu Buana Yogyakarta email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performansi perhitungan integral tertentu menggunakan metode Trapesium dan metode Gauss-legendre dalam lima kasus integral untuk mengetahui ketelitian nilai hasil integral dari kedua metode tersebut berdasarkan presentase error relatifnya. Penelitian ini merupakan penelitian literatur yang memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatik biasa yaitu tambah, kurang, kali dan bagi untuk memperoleh bilangan yang dengan keakuratan terbaik. Formula metode trapesium b yang digunakan adalah a f ( x ) dx n 1 h f a f b 2 f i sedangkan formula Gauss-legendre 2 i 1 yang digunakan adalah b a 1 ba (b a ) ba 3 f f ( x )dx 2 2 1 b a (b a ) 3 f 2 . Penelitian ini menunjukkan bahwa metode Gauss-Legendre mempunyai performansi lebih baik dengan memberikan presentase error relatif lebih baik daripada metode Trapesium dalam lima kasus yang digunakan. Kata kunci: Metode Numerik, metode Trapesium, metode Gauss-legendre 1 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 PERFORMANCE OF TRAPEZOIDAL METHOD AND GAUSS-LEGENDRE METHOD IN SETTLEMENT OF CERTAIN INTEGRAL ASSISTED MATLAB Adi Prasetia Program Studi Pendidikan Matematika , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mercu Buana Yogyakarta email : [email protected] Abstract This study aimed to compare the performance of a particular integral calculation using the Trapezoid and Gauss-Legendre method in five cases integral to determine the accuracy of the integral value of the results of both methods are based on the percentage of relative error. This study is a literature formulate mathematical problem that can be solved with the usual arithmetic operations or calculations are added, less, times and for numbers to obtain the best accuracy. Formula trapezoidal b method is used f ( x ) dx a b a n 1 h f a f b 2 f i while the Gauss-Legendre formula used is 2 i 1 1 ba (b a ) ba 3 f f ( x )dx 2 2 1 b a (b a ) 3 , f 2 This study shows that the Gauss-Legendre method has better performance by giving the percentage of error is relatively better than Trapezoid method used in five cases. Keywords: Numerical Methods, Trapezoid method, the method of Gauss-Legendre perhitungan. Pendahuluan Era globalisasi saat ini, ilmu Banyak masalah ilmu pengetahuan (sciences) maupun teknologi pengetahuan dan teknologi berkembang yang sangat dengan menggunakan integral. Menurut definisi Matematika kamus, mengintegrasi berarti “memadukan pesat, perkembangan begitu juga matematika. perlu pada dasarnya merupakan alat, sarana atau bersama, pelayanan ilmu lain. Hal ini tidak dapat keseluruhan, dipungkiri dengan munculnya berbagai jumlah total“. aplikasi matematika, baik dalam kehidupan diselesaikan sebagian dengan kedalam suatu menyatukan, menunjukkan Integral tidak lain limit dari sehari-hari maupun dalam berbagai disiplin penjumlahan suatu partisi kecil pada suatu ilmu lain yang membutuhkan banyak interval. Interval I : [a,b] yang dibagi atas n 2 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 partisi kecil dan memiliki panjang sebesar menggunakan metode Trapesium, Xk , k = 1,2,…,n. Untuk mengambil n Menyelesaian yang cukup besar agar didapat partisi p metode sangat kecil, jumlah dari luas persegi (3) Membandingkan performansi metode panjang yang berada di bawah kurva y = yang terbaik berdasarkan ketelitiannya f(x) (f(x) > 0) dan terbatas dalam interval I : antara metode Trapesium dan metode [a,b] dapat dinyatakan. Gauss-Legendre integral (2) menggunakan Gauss-legendre, dalam penyelesaian lim f X k Xk , dengan X k suatu titik integral. Batasan masalah pada penelitian pada suatu partisi p dan didefinisikan dalam penyelesaian integral tunggal adalah n P 0 k 1 b sebagai integral tunggal I f ( x)dx . a ini meliputi: (1) Metode yang dibahas metode Trapesium dan metode GaussLegendre dua titik. (2) Membandingkan performansi metode Trapesium dan metode (Pratiwi, 2005:17) Metode numerik merupakan suatu Gauss-Legendre dengan bantuan cabang atau bidang ilmu matematika yang MATLAB dari segi ketelitian. (3) Kasus digunakan untuk memformulasikan yang digunakan adalah integral dengan persoalan matematik sehingga dapat maksimal dua order. Berdasarkan uraian dipecahkan dengan operasi perhitungan pada alasan pemilihan judul tersebut, maka atau aritmatik biasa yaitu tambah, kurang, penelitian ini adalah menyelesaikan suatu kali dan bagi. (Munir, 2003: 5). Setiap permasalahan perhitungan numerik Trapesium dan metode Gauss-Legendre. mempunyai suatu tujuan, tetapi perlu Program MATLAB sebagai alat untuk diperhatikan bahwa maksud utama dari menyelesaikan perhitungan adalah penghayatan masalah komputasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bilangan yang tepat. untuk mencari performansi terbaik antara Oleh karena itu proses perhitungan atau metode Trapesium dan metode Gauss- algoritma yang tepat sangat dibutuhkan Legendre dalam menyelesaikan permasalahan yang masalah integral menggunakan MATLAB menyangkut metode numerik. Sehingga berdasarkan ketelitian. Manfaat penelitian perhitungan dapat dapat ini adalah untuk mengetahui metode yang dalam metode menghasilkan terbaik ketelitian yang baik. Identifikasi dalam penelitian ini yaitu: (1) Menyelesaian integral integral menyelesaikan menggunakan metode permasalahan dalam dari dengan secara penyelesaian segi ketelitian masalah metode suatu dalam integral trapesium dan 3 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 metode Gauss-Legendre ISSN: 2548-1819 berbantuan MATLAB. Integral Numerik Integral adalah salah satu hal yang mendasar disamping turunan (derivative). Gambar 1. Integral Tertentu Dalam kuliah kalkulus integral, kita telah Diberikan dua buah titik data (0,f(0)) dan diajarkan cara memperoleh solusi analitik (h,f(h)). Polinom interpolasi yang melalui dan eksak dari integral tak tentu maupun kedua buah titik itu adalah sebuah garis integral tentu. Integral tak tentu dinyatakan lurus. Luas daerah yang dihitung sebagai sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di f (x)dx F (x) C bawah garis lurus tersebut seperti pada Solusinya, F(x) adalah fungsi gambar 2. menerus sedemikian sehingga F’(x) = f(x), dan C adalah konstanta. Integral tertentu y = f (h) menangani perhitungan integral di antara batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai b I f ( x)dx Gambar 2. Kaidah Trapesium a Menurut teorema dasar kalkulus integral di Polinom interpolasi-Gregory derajat 1 yang atas dihitung sebagai melalui kedua buah titik i adalah b b p1 ( x) f ( x0 ) x f ( x) dx F ( x) F (b) F ( a ) a a yang diartikan sebagai integrasi fungsi f(x)terhadap variabel x, yang dievaluasikan antara batas x = a hingga x = b. Sebagaimana dianjurkan oleh definisi kamus, makna persamaan diatas adalah f ( x0 ) f f0 x 0 h h Integrasikan p1 ( x) di dalam selang [0,1]: h I f ( x)dx 0 h p1 ( x ) dx 0 h f f0 x 0 2h 0 jumlah total atau asumsi f(x) dx yang meliputi bentangan dari x = a hingga x = b xf 0 x2 f 0 2h dx xh x0 terlihat pada gambar 1. 4 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 h hf 0 f 0 2 x1 b f ( x)dx f ( x)dx f ( x)dx ... a x0 h hf 0 ( f1 f 0 ) , 2 f ( x)dx h f (x0 ) f (x1 ) 2 h f ( x1 ) f (x2 ) ... 2 h f ( xn 1 ) f (xn ) 2 h ( f 0 f1 ) 2 Jadi kaidah trapesium adalah h f ( x0 ) 2 f ( x1) 2 f ( x2 ) ... 2 f ( xn1 ) f ( xn ) 2 n 1 h f 0 2 f i f n 2 i 1 h 2 I f ( x)dx ( f 0 f1 ) Dengan f r f ( xr ), r 0,1,2,..., n Kaidah trapesium untuk integrasi dalam selang [0,h] dapat f 0 f1 f 0 h h f 0 f1 2 2 0 x1 xn xn1 sebab h x2 diperluas untuk menghitung Untuk x0 a dan xn b maka diperoleh metode trapesium b b I f ( x)dx f ( x ) dx a n 1 h f a f b 2 fi 2 i 1 a I sama dengan luas daerah integrasi di Metode Gauss-Legendre dalam Dalam kaidah trapesium jika digunakan selang [a,b] menjadi n buah upaselang (subinterval) dengan lebar tiap upaselang diinterpolasi dengan polinom derajat 1. Jadi, di dalam selang [a,b] terdapat n buah polinom yang terpotong-potong Integrasi masing-masing derajat satu (piecewise). polinom itu menghasilkan n buah kaidah trapesium yang disebut kaidah trapesium gabungan. Luas daerah integrasi di dalam selang [a,b] untuk menghitung 1 I f ( x)dx 1 Daerah integrasi dihampiri dengan dalam selang sebuah [-1,1] trapesium (Gambar 3) yang luasnya adalah 1 h f (1) f (1) f (1) f (1) 2 dengan h = (1-(-1)) = 2 I f ( x)dx 1 adalah jumlah seluruh luas trapesium, yaitu 5 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 1 f ( x)dx dihampiri dengan kuadraturGauss 1 Sebuah garis lurus ditarik menghubungkan dua titik sembarang pada kurva y f (x). Gambar 3. Integral 1 f ( x)dx dihampiri dengan kuadratur 1 I h 1 garis sedemikian lurus tersebut menyeimbangkan galat positif dan galat Luas daerah yang dihitung lurus, yang dinyatakan sebagai 1 I f ( x)dx c1 f ( x1 ) c2 f ( x2 ) sebagai 1 I c1 f (a) c2 f (b) dengan a = -1, b = 1, c1= c2= h/2 = 2/2 = 1 Pendekatan integrasi yang berbeda dengan metode Newton-Cotes dikembangkan oleh Gauss dan dinamakan metode Kuadratur Gauss (Gaussian Quadrature). Metode ini batasan-batasan yang terdapat pada metode Newton-Cotes dihilangkan sehingga tidak perlu lagi menentukan titik-titik diskrit yang berjarak sama, tetapi nilai integrasi numerik sehingga diatur sekarang adalah luas daerah di bawah garis f ( x)dx 2 f (1) f (1) f (1) f (1) dapat ditulis tersebut negatif. trapesium Persamaan 1 Titik-titik cukup diperoleh dengan menghitung nilai fungsi f(x) pada beberapa jarak tertentu. Pemberian gambaran tentang kuadratur Gauss pada gambar 4. dengan c1, c2, x1, dan x2 adalah sembarang nilai. Persamaan diatas dinamakan persamaan kuadratur Gauss. Perhatikan bahwa bila dipilih x1 = -1, x2 = 1 dan c1= c2 = 1, maka persamaan kuadratur Gauss menjadi kaidah trapesium. Jadi kaidah trapesium memenuhi persamaan kuadratur Gauss. Persamaan 1 I f ( x)dx c1 f ( x1 ) c2 f ( x2 ) 1 mengandung empat buah peubah yang tidak diketahui yaitu c1, c2, x1, dan x2. Kita harus memilih c1, c2, x1, dan x2 sedemikian sehingga galat integrasinya minimum. Karena ada empat buah peubah yang tidak diketahui, maka kita harus mempunyai empat buah persamaan simultan yang mengandung c1, c2, x1, dan x2. Telah Gambar 4. Integral dikatakan bahwa kaidah trapesium bersesuaian dengan kuadratur 6 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 Gauss. Dapat dilihat bahwa nilai integrasi tetap dan fungsi lanjar, maka penalaran ini numerik dengan kaidah trapesium akan juga tepat (galat = 0) untuk fungsi tetap dan anggapan bahwa integrasinya sejati untuk fungsi lanjar. Misal f(x) = 1 dan f(x) = x. diperluas diperoleh dua persamaan: Sekarang kita mendapatkan dua persamaan tambahan, yaitu f ( x) 1 maka, 1 1dx x 1 1 1 (1) 2 c1 c2 dan, x 1 1 2 1 xdx 2 x 2 2 3 3 2 / 3 c1 x1 c2 x2 1 dan f ( x) x maka, 1 1 1 f ( x) x 2 xdx 1 x 3 3 x 1 menambahkan f x x2 dan f x x 3 Perhatikan gambar 5, dari dua buah fungsi tersebut, dengan 1 1 f ( x) x x dx 1 x 4 4 3 x 1 1 1 (1)2 (1)2 0 2 2 x 1 1 c1 x1 c2 x2 0 c1 x1 c2 x2 2 1 sehingga didapatkan empat buah persamaan simultan c1 c2 2 c1 x1 c2 x 2 0 2 2 3 3 c1 x1 c 2 x2 2 / 3 c1 x1 c2 x2 0 Yang bila dipecahkan menghasilkan: c1 c2 1 1 x1 0.577350269 3 1 x2 0.577350269 3 1 Jadi, f ( x) 1 1 f 3 1 f 3 Persamaan ini dinamakan kaidah GaussLegendre 2-titik. Gambar 5. Integrasi bernilai sejati dengan kaidah trapesium Memerlukan b transformasi dapat ditentukan. Berdasarkan penalaran bahwa kaidah trapesium sejati untuk fungsi a dua buah persamaan lagi agar c1, c2, x1, dan x2 Selanjutnya 1 f ( x ) dx menjadi f (t ) dt 1 b untuk menghitung integrasi I f ( x)dx a harus dilakukan tranformasi terlebih dahulu 7 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 yaitu: (1) Selang a, b menjadi selang 1,1 Selang a, b dan 1,1 dilukiskan , (2) Peubah x menjadi peubah t, (3) gambar 6.: oleh Diferensial dx menjadi dt Gambar 6. Selang a, b dan 1,1 Dari kedua garis itu kita membuat perbandingan: b 1 f ( x)dx (a b) (b a)t (b a) 2 dt 2 f 1 a 1 (b a) f 2 1 (a b) (b a)t dt. 2 x a t ( 1) b a 1 ( 1) x a t 1 ba 2 2 x 2a (t 1)(b a ) atau dalam bentuk eksplisit berikut b f (x)dx a 2 x (t 1)(b a ) 2 a (t 1)(b a ) 2a bt at b a 2 a x 2 2 a b bt at (a b) (b a )t x . 2 2 Dari persamaan diatas, diperoleh diferensialnya yaitu: dx ba dt 2 f ( x)dx menjadi a f (t ) dt dilakukan dengan menyulihkan ( a b ) ( b a )t dan dx b a dt 2 2 ke b dalam f ( x)dx , a menjadi: di mana t1 1 1 dan t2 . 3 3 sehingga Galat (error) berasosiasi denganh seberapa dekat solusi hampiran terhadap galat maka semakin teliti solusi numerik 1 x (b a)t2 b a f , 2 solusi sejatinya (eksak). Semakin kecil 1 (b a)t1 b a 2 Analisis Galat b Transformasikan f ba 2 persamaan yang didapatkan. Sebagai contoh, seorang anak melaporkan panjang kawat 99 cm, padahal nilai sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 – 99 = 1 cm. Anak lain melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat pengukuran sama-sama bernilai 1 cm, 8 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 ISSN: 2548-1819 namun galat 1 cm pada pengukuran algoritma berlaku untuk semua anggota panjang pensil lebih berarti daripada galat 1 himpunan masukan. cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak ada informasi mengenai panjang Diagram Alir (Flowchart) sesungguhnya, kedua galat tersebut terlihat Diagram alir merupakan alat bantu sama. Untuk mengatasi interpretasi nilai pemrograman yang membantu pembuat galat ini, maka galat harus dinormalkan program dalam mengatur pemikiran dan terhadap nilai sejatinya yaitu menggunakan penalaran galat relatif. Galat relatif disini akan Menurut Yulikispartono (2004:12), sebuah menujukkan performansi suatu metode algoritma dalam metode numerik. suatu prosedur yang dalam pada memecahkan prosedur hakikatnya program. merupakan tepat untuk dapat masalah dengan Algoritma menggunakan bantuan komputer serta suatu Definisi algoritma berkembang menjadi bahasa pemrograman. sebuah himpunan instruksi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: Pemrograman Menggunakan MATLAB (a) Presisi, yaitu langkah-langkah dari suatu Sebelum membahas algoritma harus dinyatakan dengan jelas pemrograman sehingga algoritma tersebut bisa dituliskan MATLAB terlebih dahulu akan dibahas dalam bahasa pemrograman, (b) Unik, tentang pemrograman. (1) Pemrograman yaitu pelaksanaan setiap langkah pada adalah Instruksi-instruksi yang diberikan algoritma Hasil kepada komputer agar komputer dapat semata-mata melaksanakan tugas-tugas tertentu disebut bergantung pada masukan dan hasil dari program. (Abdul Kadir, 2002: 2). Langkah- langkah sebelumnya, (c) Terhingga, yaitu langkah dalam penulisan program adalah: algoritma (a) Menulis program, (b) menjalankan pelaksanaan bersifat tunggal. tersebut berhenti setelah beberapa untuk dengan tentang menggunakan instruksi terhingga dilaksanakan, jadi tidak program menguji kebenaran mungkin algoritma berjalan terus-menerus program, (c) jika ada kesalahan (logika tanpa berhenti yaitu: (a) Masukan yang maupun kaidah), program diperbaiki dan akan diproses. (b) Keluaran dimana sebuah kembali ke langkah b. algoritma menghasilkan keluaran yang MATLAB adalah sebuah bahasa merupakan hasil dari proses yang nilainya dengan kemampuan tinggi untuk komputasi bergantung pada masukan. (c) Umum, yaitu teknis. MATLAB menggabungkan komputasi, visualisasi, dan pemrograman 9 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 dalam satu digunakan kesatuan di mana yang mudah perangkat keras dan perangkat lunak dan dengan spesifikasi sebagai berikut: (1) dalam Perangkat Lunak yaitu MATLAB 7.1, (2) notasi matematik yang sudah dikenal. Perangkat Keras yaitu komputer dengan Pemakaian meliputi: spesifikasi Prossesor INTEL CORE 2 DUO komputasi, e6300 1,89GHz, memori 3GB DDR3, (b) Pengembangan algoritma, (c) Akuisisi Harddisk 160GB Keyboard, Mouse dan data, Monitor. penyelesaiannya (a) diekspresikan MATLAB Matematika (d) prototype, masalah ISSN: 2548-1819 dan Pemodelan, simulasi dan (e) saintifik dan engineering, Grafik (f) Perluasan pemakaian, Diagram Alir (Flowchart) dan Algoritma seperti Graphical User Interface (GUI). Langkah-langkah dalam diagram alir metode Trapesium: (1) Memasukkan batas atas dan batas bawah integral, Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam (2) Selanjutnya memproses masukan penelitian ini adalah penelitian literatur (input) dan kasus integral, (3) Diperoleh dengan menggunakan dua metode dalam hasil integral secara numerik. Langkah- metode numerik yaitu Metode Trapesium langkah dan Metode Gauss-Legendre. Materi yang Legendre: (1) Memasukkan batas atas dan dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai batas bawah integral., (2) Selanjutnya berikut: Objek dari penelitian ini adalah memproses masukan (input) dan kasus Metode Trapesium dan Metode Gauss- integral, (3) Diperoleh hasil integral secara Legendre numerik. yang menyelesaikan digunakan sebuah untuk diagram alir metode Gauss- permasalahan integral dengan performansi terbaik yaitu Galat (Error) Relatif kecepatan program dalam menyelesaikan Misalkan a adalah nilai hampiran permasalahan integral dan nilai galat yang terhadap nilai sejati (eksak) a, maka selisih terkecil. Bahan penelitian ini adalah kasus a a disebut galat. Jika tanda galat integral. Permasalahan integral ini akan diselesaikan menggunakan Metode Trapesium dan Metode Gauss-Legendre. Kasus dalam penelitian ini diperoleh dari (positif dan negatif) tidak dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai a a buku sebagai sumber literatur berupa Galat relatif didefinisikan sebagai permasalahan integral. Dalam pembuatan R program membutuhkan konfigurasi a 10 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 atau dalam presentase ISSN: 2548-1819 Kesimpulan R 100% Hasil penelitian berdasarkan tabel a perbandingan (Munir, 2003: 23) ketelitian antara metode trapesium dan metode Gauss-Legendre, Performansi metode trapesium dan maka dari lima kasus integral diperoleh metode Gauss-Legendre akan dilihat dari metode galat relatif yang dimiliki oleh kedua ketelitian kerja lebih baik, hal ini dapat metode tersebut. diketahui dari presentase Error Relatif Gauss-Legendre mempunyai yang lebih kecil dibandingkan metode Trapesium pada setiap kasusnya. Hasil Penelitian Performansi metode Trapesium dan metode Gauss-Legendre dapat diketahui menggunakan Error Relatif yang terdapat Error Relatif Kasus integral Untuk tindak lanjut atau penelitian selanjutnya hasil penelitian dalam hal pada tabel di bawah ini. No Saran Trapesium R tampilan Gauss- dapat lebih baik jika menggunakan GUI. Legendre 2 1 x dx 2 7,1444 % 0,0043 % Daftar Pustaka 1,9064 % Munir, Rinaldi. 2003. Metode Numerik. Bandung: Informatika Munir, Rinaldi. 2005. Algoritma dan Pemrograman dalam Bahasa Pascal dan C. Bandung: Informatika. 1 4 2 x x 2 9dx 0 200,0027 % 2 3 (x 1)dx 2 5,0010 % 0% dx 80,0000% 5,5250 % x dx 1) 3 83,3483 % 5,0405 % 1 1 4 1 0, 04 x 1 5 (2 x 0 2 Berdasakan tabel metode Gausslegendre menunjukkan presentase error relatif lebih Trapesium. kecil Hal daripada ini metode menunjukkan performansi metode Gauss-Legendre lebih baik daripada metode Trapesium. Purcell, Edwin J, Dale Varberg. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1 Jakarta: Erlangga. Pratiwi, Rr Nanny. 2005. Metode Trapesium – Kuadratur Gauss-Legendre Untuk Menyelesaikan Integral Lipat Dua Dengan Bahasa Pemrograman Pascal. Skripsi, (Universitas Negeri Semarang) Qudratullah, M. Farhan. 2008. Praktikum Metode Numerik (Modul). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga 11 Jurnal Mercumatika Vol. 1 No. 1 Oktober 2016 Rachmadi, Timotius Iman. 2006. Analisis Perbandingan Metode Romberg, Metode Gauss-Legendre, Metode Simulasi Monte Carlo, dalam perhitungan Integral Tertentu. Skripsi (Universitas Bina Nusantara) Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan MATLAB. Yogyakarta: Andi Offset ISSN: 2548-1819 Satiadi, Adhitya. 2006. Perbandingan Metode Integrasi Boole, GaussLegendre, dan Adaptive Simpson Dalam Menghitung Volume Benda. Skripsi, (Universitas Bina Nusantara) Tim Praktikum. 2005. Modul Praktikum Pemrograman Komputer. Yogyakarta: Jurusan Elektro Universitas Islam Indonesia. 12