faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015
Ratna Catur Prasetyaningrum, Zakaria
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua
[email protected]
Abstrak
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya. Return on Asset (ROA) yang dapat menggambarkan kemampuan asetaset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan laba. Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Inflasi adalah
kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan.
Tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Inflasi secara parsial terhadap return saham. Selain itu,
untuk menganalisa pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
dan Inflasi secara simultan terhadap return saham. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2011-2015. Data penelitian berasal dari Bank Indonesia dan Bursa
Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dan
diperoleh jumlah sampel sebanyak 85 sampel. Teknik analaisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah regresi linier berganda.Hasil penelitian membuktikan
Return on Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Sementara Debt to Equity Ratio (DER) dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return
saham. Secara simultan Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan
Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Kata kunci : Return saham, ROA, DER, Inflasi
PENDAHULUAN
Menurut Tandelilin (2010),
investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. Tujuan
investor dalam berinvestasi adalah
memaksimalkan
return,
tanpa
melupakan faktor risiko investasi yang
harus dihadapinya. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi
investor
berinvestasi
dan
juga
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas
investasi yang dilakukannya.
Pasar modal adalah pertemuan
antara pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan
dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas. Sementara tempat terjadinya
jual-beli sekuritas disebut bursa efek.
Oleh karena itu, bursa efek merupakan
arti dari pasar modal secara fisik. Pasar
modal Indonesia memiliki peran besar
bagi perekonomian negara. Dengan
- 78-
adanya pasar (capital market), investor
sebagai pihak yang memiliki dana
dapat menginvestasikan dananya pada
berbagai sekuritas dengan harapan
memperoleh
imbalan
(return).
Perusahaan sebagai pihak yang
memerlukan dana dapat memanfaatkan
dana tersebut untuk mengembangkan
proyek-proyeknya. (Tandelilin, 2010).
Perusahaan property dan real
estate pada zaman ini sedang
berkembang pesat. Perkembangan
industri property saat ini juga
menunjukkan
pertumbuhan
yang
sangat meyakinkan. Hal ini ditandai
dengan berkembangnya pembangunan
perumahan, apartemen, perkantoran
dan
perhotelan.
Selain
itu,
perkembangan sektor property juga
dapat dilihat dari banyaknya real estate
di kota-kota besar. Bisnis property dan
real estate sering mengalami kenaikan
harga. Kenaikan harga properti
disebabkan
harga
tanah
yang
cenderung naik, supply tanah bersifat
tetap sementara permintaannya akan
selalu bertambah besar seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk serta
bertambahnya kebutuhan manusia akan
tempat tinggal, perkantoran, pusat
perbelanjaan, taman hiburan dan lainlain (Sinambela, 2013)
Menurut Tandelilin (2010), dari
sudut pandang investor salah satu
indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa datang
adalah dengan melihat pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini
sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui investasi yang akan
dilakukan investor di suatu perusahaan
mampu memberikan return yang
sesuai
dengan
tingkat
yang
diisyaratkan investor. Untuk itu bisa
menggunakan rasio profitabilitas, yaitu
Return on Asset (ROA) yang dapat
menggambarkan kemampuan aset-aset
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
yang dimiliki perusahaan dapat
menghasilkan laba. Jika Return On
Asset (ROA) semakin meningkat,
maka kinerja perusahaan juga semakin
membaik, karena tingkat kembalian
semakin meningkat (Hardiningsih dan
Suryanto, 2002). Penelitian mengenai
pengaruh Return On Asset (ROA)
terhadap return saham yang memiliki
hasil yang tidak konsisten, antara lain :
Arista dan Astohar (2012) yang
menemukan bahwa Return on asset
(ROA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Anisa (2015)
menemukan bahwa Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Ada
pula, Sudarsono dan Sudiyanto (2016),
yang menemukan bahwa pengaruh
Return on Asset (ROA) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
return saham adalah.
Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang. Bagi bank (kreditor), semakin
besar rasio ini akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin
besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Dalam praktiknya, apabila
dari hasil perhitungan, perusahaan
ternyata memiliki rasio solvabilitas
yang tinggi, hal ini akan berdampak
timbulnya risiko kerugian lebih besar,
tetapi juga ada kesempatan mendapat
laba yang besar. Sebaliknya, apabila
perusahaan memiliki rasio solvabilitas
lebih rendah tentu mempunyai
kerugian lebih kecil pula, terutama
pada saat perekonomian menurun.
- 79-
Dampak ini juga mengakibatkan
rendahnya tingkat hasil pengembalian
(return) pada saat perekonomian
tinggi. Oleh karena itu, manajer
keuangan dituntut untuk mngelola
rasio solvabilitas dengan sebaiknya
sehingga mampu menyeimbangkan
pengembalian yang tinggi dangan
tingkat
risiko
yang
dihadapi
(Kasmir,2016). Arista dan Astohar
(2012) menemukan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh
negatif dan signifikan tehadap return
saham. Sementara, Nidianti (2013),
menemukan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh signifikan
dan positif terhadap return saham.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan Legiman, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.
Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi return saham adalah
inflasi. Menurut Tandelilin (2010),
inflasi
adalah
kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produkproduk secara keseluruhan. Tingkat
inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu
panas (overheated). Artinya, kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan, penurunan daya beli
uang (purchasing power of money).
Inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil
yang
diperoleh
investor
dari
investasinya. Sebaliknya, jika tingkat
inflasi suatu negara mengalami
penurunan, maka hal ini akan
merupakan sinyal yang positif sebagai
investor seiring dengan turunnya risiko
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
daya beli uang dan risiko pendapatan
riil. Nidianti (2013) melakukan
penelitian mengenai pengaruh inflasi
terhadap
return
saham.
Hasil
penelitiannya menemukan bahwa
inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian berbeda dengan
Sudarsono dan Sudiyanto (2016), yang
menemukan bahwa inflasi berpengaruh
negatif signifikan terhadap return
saham.
Dengan
keberagaman
hasil
penelitian terdahulu, peneliti ingin
menguji kembali tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi return
saham
dengan penelitian yang
berjudul,
”Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Return Saham pada
Perusahaan Real Estate dan Property
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011 - 2015 ”.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang
mempengaruhi
return
saham
menggunakan proksi Return on Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
dan inflasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
dapat
dirumuskan masalah pokok dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah Return on Asset (ROA)
berpengaruh
terhadap Return
Saham pada Perusahaan Real
Estate
dan
Property
yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015 ?
2. Apakah Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh
terhadap
Return Saham pada Perusahaan
Real Estate dan Property yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015?
3. Apakah
inflasi
berpengaruh
terhadap Return Saham pada
- 80-
4.
Perusahaan Real Estate dan
Property yang Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode
2011-2015 ?
Apakah Return on Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), dan
inflasi
berpengaruh
secara
simultan terhadap Return Saham
pada Perusahaan Real Estate dan
Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 20112015?
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisa pengaruh
Return on Asset (ROA) terhadap
Return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015.
2. Untuk menganalisa pengaruh Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap
Return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015.
3. Untuk menganalisa pengaruh
Inflasi terhadap Return saham
pada perusahaan Real Estate dan
Property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 20112015.
4. Untuk menganalisa pengaruh
Return on Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Inflasi
secara simultan terhadap Return
saham pada perusahaan Real
Estate dan Property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan dan ilmu
pengetahuan di bidang keuangan
terutama tentang pasar modal.
2. Dapat memberikan informasi
kepada pihak – pihak yang
berkepentingan (investor atau
calon investor)
yang akan
menanamkan modalnya pada
perusahaan real estate dan
property.
3. Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan
referensi
dalam
penelitian selanjutnya, terutama
penelitian yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi
return saham.
Penelitian Terdahulu
Arista dan Astohar (2012),
meneliti tentang Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Return Saham
(Kasus pada Perusahaan Manufaktur
yang Go Public di BEI periode tahun
2005-2009). Hasil penelitian diperoleh
bahwa Return on Asset (ROA) dan
Earning per Share (EPS) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham, Debt to Equity
Ratio (DER) terbukti mempunyai
pengaruh yang negatif dan signifikan
tehadap return saham, dan price to
book value (PBV) terbukti mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham.
Nidianti (2013), meneliti tentang
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan Terhadap Return Saham
Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia.
Hasil
penelitian
membuktikan bahwa secara parsial
variabel bebas faktor internal yang
diproksikan dengan Return on Asset
(ROA) tidak memiliki pengaruh
signifikan dan negatif terhadap return
saham, variabel bebas faktor internal
- 81-
yang diproksikan dengan Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap return
saham. Sedangkan variabel bebas
faktor eksternal yang diproksikan
dengan inflation rate menunjukan
bahwa inflation rate berpengaruh
signifikan dan positif terhadap return
saham, variabel bebas faktor eksternal
yang diproksikan dengan interest rate
menunjukan bahwa interest rate
berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap return saham. Hasil Uji F
membuktikan bahwa variabel Return
on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Inflation rate, dan Interest Rate
secara serempak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham.
Farkhan dan Ika (2013), meneliti
tentang Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Food
And
Beverage). Hasil pengujian tingkat
signifikan (Uji T) atau parsial
menunjukan hanya variabel Return on
Asset (ROA) dan Price Earning Ratio
(PER) yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham.
Adapun variabel Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), dan Total
Assets
Turnover
(TAT)
tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan
tehadap return saham. Sedangkan hasil
pengujian tingkat signifikansi (Uji F)
atau simultan menunjukan bahwa
variabel Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Assets
Turnover (TAT), Return on Asset
(ROA), dan Price Earning Ratio
(PER) berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Legiman, dkk.,(2015), meneliti
tentang
Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi Return Saham pada
Perusahaan
Agroindustry
yang
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-20012. Dari hasil uji
hipotesis secara simultan (Uji F)
diperoleh hasil bahwa Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE) dan
Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Sedangkan dari uji hipotesis
secara parsial (Uji T) diperoleh hasil
bahwa Return on Asset (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap return
saham, Return on Equity (ROE) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
saham, dan Debt to Equity Ratio
(DER) terbukti mempunyai pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap
return saham.
Anisa (2015), meneliti tentang
Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Return Saham (Studi
Kasus pada Perusahaan Sub Sektor
Automative and Components yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014). Hasil Uji F
membuktikan bahwa Return on Asset
(ROA), Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Earning
Ratio (PER), dan Price Book Value
(PBV) berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap return saham.
Sedangkan hasil uji T membuktikan
bahwa secara parsial : Return on Asset
(ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham,
Current Ratio (CR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham,
Price Earning Ratio (PER) tidak
berpengaruh signifikan dan bernilai
negatif terhadap return saham, Price
Book Value (PBV) tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Sudarsono dan Sudiyanto (2016),
meneliti tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Return Saham pada
Perusahaan Property dan Real Estate
yang Terdaftar pada Bursa Efek
- 82-
Indonesia Tahun 2009 s/d 2014. Hasil
penelitian diperoleh bahwa Inflasi
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap return saham, tingkat suku
bunga dan nilai tukar Rupiah terhadap
US Dollar berpengaruh positif
signifikan terhadap return saham.
Sedangkan Return on Asset (ROA)
berpengaruh negatif tidak tidak
signifikan terhadap return saham, Debt
to Equity Ratio (DER) berpengaruh
negatif signifikan terhadap return
saham, dan Ukuran Perusahaan (size)
berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap return saham.
Candradewi
(2016),
meneliti
tentang Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap
Return
Saham
pada
Perusahaan LQ45 di BEI : Analisis
Regresi Satu Panel periode 2011-2015.
Berdasarkan hasil uji statistik F dapat
disimpulkan bahwa secara bersamasama variabel Curent Ratio (CR),
Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Total Asset
Turnover (TAT) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel return
saham. Sedangkan dari hasil uji T
menunjukan Curent Ratio (CR)
memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return saham,
Return on Equity (ROE) memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham, Debt to Equity
Ratio (DER) memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
return saham, Total Aset Turnover
(TAT) memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap return saham.
Landasan Teori
Teori Signal
Teori signal menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak di luar perusahaan.
Informasi merupakan unsur penting
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini
maupun keadaan masa yang akan
datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar
modal sebagai alat analisis untuk
mengambil
keputusan
investasi.
Informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan
signal
bagi
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar
akan
bereaksi
pada
waktu
pengumuman tersebut di terima pasar.
Dengan demikian, hubungan antara
publikasi informasi baik laporan
keuangan, kondisi keuangan ataupun
social politik terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat
dilihat dalam efisiensi pasar. Semua
investor memerlukan informasi untuk
mengevaluasi risiko relative setiap
perusahaan sehingga dapat melakukan
diversivikasi portofolio dan kombinasi
investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan.(Ikhsan dan Noch, 2016).
Return on Asset (ROA)
Dari sudut pandang investor, salah
satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa datang
adalah
melihat
pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini
sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui investasi yang akan
dilakukan investor di suatu perusahaan
mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang disyaratkan
investor. Untuk itu bisa digunakan
rasio Return on Asset (ROA) yang
dapat menggambarkan kemampuan
- 83-
aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa
menghasilkan laba. (Tandelilin, 2010)
Untuk mengukur Return on Asset
(ROA) bisa menggunakan rumus
sebagai
berikut :
ROA =
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΄π‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯ (𝐸𝐴𝑇)
Total Assets
Sumber : Fahmi (2015)
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Kasmir (2016), Debt to
Equity Ratio (DER) merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan
cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan utang. Rumus
untuk menghitung Debt to Equity Ratio
(DER) dapat digunakan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas
sebagai berikut :
DER =
Total Utang (𝐷𝑒𝑏𝑑)
Ekuitas (πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦)
Sumber : Kasmir (2016)
Inflasi
Menurut Tandelilin (2010),
inflasi
adalah
kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produkproduk secara keseluruhan. Tingkat
inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu
panas (overheated). Artinya, kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan, penurunan daya beli
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
uang (purchasing power of money).
Inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil
yang
diperoleh
investor
dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi suatu Negara mengalami
penurunan, maka hal ini akan
merupakan sinyal yang positif sebagai
investor seiring dengan turunnya risiko
daya beli uang dan risiko pendapatan
riil.
Selanjutnya inflasi atau deflasi
setiap
bulan
dihitung
dengan
mengurangkan IHK suatu bulan
dengan IHK bulan sebelumnya,
kemudian dibagi dengan IHK bulan
sebelumnya dan dikalikan 100.
Penghitungan inflasi atau deflasi ini
dijabarkan dengan rumus sebagai
berikut :
Inf/Def =
𝐼𝐻𝐾𝑛−𝐼𝐻𝐾𝑛−1
IHKn−1
x 100%
Sumber : Kuncoro (2015)
Return Saham
Menurut Fahmi (2015), return
adalah keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan, individu, dan institusi dari
hasil
kebijakan
investasi
yang
dilakukannya.
Risk
dan
return
merupakan kondisi yang dialami oleh
perusahaan, intitusi dan individu dalam
suatu periode akuntansi. Dalam dunia
investasi dikenal adanya hubungan
kuat anatara risk dan return, yaitu jika
risiko tinggi maka return (keuntungan)
juga akan tinggi begitu pula sebaliknya
jika return rendah maka risiko juga
akan rendah.
Menurut
Tandelilin
(2010),
sumber-sumber investasi terdiri dari
dua
komponen
return
yang
mencerminkan
aliran
kas
atau
pendapatan yang diperoleh secara
periodik dari suatu investasi.
Pengukuran
return
dapat
diformulasikan sebagai berikut :
- 84-
Capital gain / Capital Loss =
Pt − Pit−1
Pit−1
Sumber : Jogiyanto (2010)
Keterangan:
Pit
=
Harga Investasi Sekarang
Pit-1 = Harga Investasi periode
lalu
Kerangka Konseptual
Dari penjelasan teoritis dan hasil
dari penelitian-penelitian terdahulu,
maka yang menjadi variabel-variabel
didalam penelitian ini adalah Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Inflasi sebagai variabel
independen (bebas) dan Return Saham
sebagai variabel dependen (terikat).
Kerangka konseptual yang terbentuk
adalah sebagai berikut :
Hipotesis Penelitian
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Return on Asset (ROA)
terhadap Return Saham
Untuk
melakukan
analisis
perusahaan, di samping dilakukan
dengan melihat laporan keuangan
perusahaan, juga bisa dilakukan
dengan menggunakan analisis rasio
keuangan. Dari sudut pandang
investor, salah satu indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di
masa datang adalah dengan melihat
pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Indikator
ini
sangat
penting
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
diperhatikan
untuk
mengetahui
investasi yang akan dilakukan investor
di
suatu
perusahaan
mampu
memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang disyaratkan investor.
Untuk itu bisa digunakan rasio Return
on Asset (ROA) yang dapat
menggambarkan kemampuan aset-aset
yang
dimiliki
perusahaan
bisa
menghasilkan laba.
(Tandelilin,
2010).
Hasil
penelitian
yang
mendukung pengaruh Return on Asset
(ROA) terhadap return saham sudah
dilakukan oleh Anisa (2015) yang
menyatakan bahwa Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan konsep teori yang
didukung oleh peneliti terdahulu di
atas maka hipotesis pertama yang
diujikan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Return
on
Asset
(ROA)
berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan Real
Estate dan Property yang
Terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia Periode 2011-2015
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio (DER) akan
mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi harga saham.
Debt to Equity Ratio (DER) yang
terlalu tinggi mempunyai dampak
buruk terhadap kinerja perusahaan,
karena tingkat hutang yang semakin
tinggi menandakan beban bunga
perusahaan akan semakin besar dan
mengurangi keuntungan. Sehingga
semakin tinggi hutang Debt to Equity
Ratio (DER) cenderung menurunkan
return saham. Hasil penelitian yang
mendukung pengaruh Debt to Equity
Ratio (DER) terhadap return saham
sudah dilakukan oleh Nidianti (2015)
yang menyatakan bahwa Debt to
- 85-
Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif signifikan terhadap return
saham. Berdasarkan konsep teori yang
didukung oleh peneliti terdahulu di
atas maka hipotesis kedua yang
diujikan dalam penelitian ini adalah :
H2 : Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan Real
Estate dan Property yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2015
Pengaruh Inflasi terhadap Return
Saham
Menurut Tandelilin (2010), inflasi
adalah
kecenderungan
terjadinya
peningkatan harga produk-produk
secara keseluruhan. Tingkat inflasi
yang tinggi biasanya dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated).
Artinya,
kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung menalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan, penurunan daya beli
uang (purchasing power of money). Di
samping itu, inflasi yang tinggi juga
bisa mengurangi tingkat pendapatan
riil yang diperoleh investor dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat
inflasi suatu Negara mengalami
penurunan, maka hal ini akan
merupakan sinyal yang positif sebagai
investor seiring dengan turunnya risiko
daya beli uang dan risiko pendapatan
riil. Peneliti yang mendukung teori
tersebut adalah Nidianti (2013), yang
menyatakan inflasi berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Return
Saham, sehingga dengan adanya teori
dan penelitian terdahulu maka
hipotesis ketiga yang diujikan dalam
penelitian ini adalah :
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
H3 :
Inflasi berpengaruh terhadap
return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2015
Return on Asset (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Inflasi berpengaruh
secara simultan terhadap Return
Saham.
Menurut Samsul (2006) terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi
return saham baik yang bersifat makro
maupun mikro ekonomi. Faktor makro
ada yang bersifat ekonomi maupun
nonekonomi. Faktor ekonomi makro
terinci dalam beberapa variabel
ekonomi misalnya inflasi, suku bunga,
kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan
ekonomi, harga bahan bakar minyak di
pasar internasional, dan indeks saham
regional. Faktor makro nonekonomi
mencakup peristiwa politik domestik,
peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan
peristiwa
politik
internasional.
Sementara itu, faktor mikro ekonomi
terinci dalam beberapa variabel,
misalnya laba per lembar saham,
dividen per saham, nilai buku per
saham, debt equity ratio, dan rasio
keuangan lainnya.
Nidianti
(2013)
melakukan
penelitian yang berjudul, Pengaruh
Faktor
Internal
dan
Eksternal
Perusahaan Terhadap Return Saham
Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia yang memperoleh hasil
penelitian bahwa Return on Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
Inflation Rate, dan Interest Rate secara
serempak berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Berdasarkan
kajian teori dan penelitian terdahulu,
maka hipotesis keempat yang diujikan
dalam penelitian ini adalah :
H4 : Return on Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER), dan
Inflasi berpengaruh secara
- 86-
simultan terhadap return saham
pada perusahaan Real Estate
dan Property yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015.
Metode Penelitian
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian korelasional yaitu
suatu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau
lebih tanpa adanya upaya untuk
mempengaruhi
variabel
tersebut
sehingga tidak terdapat manipulasi
variabel (Fraenkel dan Wellen, 2008).
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif adalah penelitian
yang
menggunakan data yang berbentuk
angka pada analisis statistik.
Penelitian ini dirancang untuk
dapat mengetahui pengaruh secara
parsial antara Return on Asset (ROA)
terhadap return saham, pengaruh
secara parsial Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap return saham, dan
pengaruh Inflasi terhadap return
saham. Selain itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
secara simultan antara Return on Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
dan Inflasi terhadap return saham.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian
ini
dilaksanakan di Jayapura pada
perusahaan Real Estate dan Property
dengan mengakses data melalui
website
www.idx.co.id
dan
www.bi.go.id. Objek penelitian ini
adalah perusahaan Real Estate dan
Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Periode
2011-2015,
sedangkan waktu penelitian dimulai
dari bulan Agustus 2016.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi merupakan wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
sekelompok objek/subjek, kejadian
atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono, 2012). Populasi dari
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2015 berjumlah 47
perusahaan.
Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari
suatu populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki dan dianggap dapat
mewakili dari keseluruhan populasi.
Selanjutnya, sampel penelitian ini
didasarkan pada metode purposive
sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan
sampel
yang
representatif
(mewakili
populasi)
sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Metode
purposive
sampling
merupakan
teknik
pengambilan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu atau disebut
juga dengan penarikan sampel (Noch
dan Husen, 2015).
Adapun kriteria untuk penentuan
sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara
konsisten
perusahaan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian, yaitu
tahun 2011 – 2015.
b. Perusahaan
mempublikasikan
laporan keuangan tahunan selama
periode penelitian yaitu tahun
2011-2015 secara berturut-turut di
Bursa Efek Indonesia.
c. Perusahaan memiliki informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian
ini sesuai dengan variabel yang
- 87-
diteliti, yaitu Return on Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio
(DER) dan harga saham untuk
menghitung return saham.
Berdasarkan metode purposive
sampling, maka perusahaan yang
memenuhi
kriteria
adalah
17
perusahaan.
Untuk mengukur Return on Asset
(ROA) bisa menggunakan rumus
sebagai berikut :
ROA =
Sumber : Fahmi (2015)
b.
Variabel Penelitian
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian terbagi
menjadi dua, yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat
(dependent).
Variabel
bebas
merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi suatu variabel terikat
sedangkan variabel terikat dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah :
a. Variabel Independent/ Bebas (X)
Dalam penelitian ini terdapat 3
(tiga) variabel bebas, yaitu Return
on Asset (ROA) (X1), Debt to
Equity Ratio (DER) (X2), dan
Inflasi (X3).
b. Variabel Dependent/ Terikat (Y)
Dalam penelitian ini menggunakan
variabel terikat yaitu Return Saham
(Y).
Definisi
Operasional
Variabel
Penelitian
a. Return on Asset (ROA)
Prastowo (2011) menyatakan
Return on Asset (ROA) mengukur
kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk
memperoleh laba. Ratio ini
mengukur
tingkat
kembalian
investasi yang telah dilakukan
oleh
perusahaan
dengan
menggunakan seluruh dana (asset)
yang dimilikinya.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΄π‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯ (𝐸𝐴𝑇)
Total Asset
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Kasmir (2016), Debt
to Equity Ratio (DER) merupakan
rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan peminjam
(kreditor)
dengan
pemilik
perusahaan. Dengan kata lain,
rasio
ini
berfungsi
untuk
mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Rumus untuk menghitung Debt
to Equity Ratio (DER) dapat
digunakan perbandingan antara
total utang dengan total ekuitas
sebagai berikut :
DER =
Total Utang (𝐷𝑒𝑏𝑑)
Ekuitas (πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦)
Sumber : Kasmir (2016)
c.
Inflasi
Menurut Tandelilin (2010),
inflasi adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan harga
produk-produk
secara
keseluruhan. Tingkat inflasi yang
tinggi biasanya dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang terlalu
panas
(overheated).
Artinya,
kondisi
ekonomi
mengalami
permintaan atas produk yang
melebihi kapasitas penawaran
- 88-
produknya, sehingga harga-harga
cenderung menalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga
akan menyebabkan, penurunan
daya beli uang (purchasing power
of money). Di samping itu, inflasi
yang tinggi juga bisa mengurangi
tingkat pendapatan riil yang
diperoleh
investor
dari
investasinya. Sebaliknya jika
tingkat inflasi suatu Negara
mengalami penurunan, maka hal
ini akan merupakan sinyal yang
positif sebagai investor seiring
dengan turunnya risiko daya beli
uang dan risiko pendapatan riil.
Pada
penelitian
ini
menggunakan data inflasi periode
Desember sesuai tahun penelitian
yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. Data inflasi dapat
diperoleh dengan mengakses
website www.bi.go.id.
d.
Return Saham
Menurut Fahmi (2015), return
adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu, dan
intitusi dari hasil kebijakan
investasi yang dilakukannya. Risk
dan return merupakan kondisi
yang dialami oleh perusahaan,
intitusi dan individu dalam suatu
periode akuntansi. Dalam dunia
investasi dikenal adanya hubungan
kuat anatara risk dan return, yaitu
jika risiko tinggi maka return
(keuntungan) juga akan tinggi
begitu pula sebaliknya jika return
rendah maka risiko juga akan
rendah.
Pengukuran return dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Capital gain / Capital Loss =
Pt − Pit−1
Keterangan:
Pit = Harga Investasi Sekarang
Pit-1= Harga Investasi periode lalu
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah
jenis data kuantitatif dengan sumber
data sekunder, yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung (Noch dan
Husen, 2015). Data sekunder yang
digunakan berupa laporan keuangan
perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011 – 2015 yang dapat
diperoleh dengan mengakses website
www.idx.co.id. Sementara data inflasi
diperoleh dengan mengakses website
www.bi.go.id yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia.
Metode Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan secara non participant
observation,
yaitu
peneliti
mengumpulkan data observasi tanpa
menjadi bagian integral dari suatu
sistem (Sekaran, 2015). Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
1. Dokumentasi penelitian yang
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan literatur yang ada
hubungannya dengan pembuatan
proposal seminar dengan tujuan
untuk mendapatkan landasan teori
dan
teknik
analisa
dalam
memecahkan masalah.
2. Studi pustaka, yaitu dari literaturliteratur yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penulisan
penelitian.
Pit−1
Sumber : Jogiyanto (2010)
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
- 89-
Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitan ini adalah analisis
regresi berganda. Analisis regresi
berganda merupakan analisis untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas
(independen) yang jumlahnya lebih
dari satu terhadap satu variabel terikat
(dependen). Model analisis regresi
linier berganda digunakan untuk
menjelaskan hubungan dan seberapa
besar pengaruh variabel-variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat
(dependen).
Sebelum
melakukan
analisis
regresi
linier
berganda,
maka
diperlukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu untuk memastikan apakah
model tersebut tidak terdapat masalah
normalitas,
multikolinieritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Jika semua uji tersebut terpenuhi,
maka model analisis layak untuk
digunakan.
Langkah-langkah uji asumsi klasik
pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Pengujian
normalitas
menggunakan analisis grafik
dilakukan dengan menggunakan
histogram
dengan
menggambarkan
variabel
dependen sebagai sumbu vertikal
sedangkan
nilai
residual
terstandarisasi
digambarkan
sumbu horizontal. Jika histogram
standardized regression residual
membentuk
kurva
seperti
lonceng, maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal. Cara
lain untuk menguji normalitas
dengan menggunakan Normal
Probability Plot, yaitu dengan
membandingkan
distribusi
kumulatif
dari
data
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal digambarkan
dengan sebuah garis diagonal
lurus dari kiri bawah atas ke
kanan atas. Distribusi kumulatif
dari data sesungguhnya akan
mengikuti atau merapat ke garis
diagonalmya (Suliyanto, 2011).
Uji normalitas juga dapat
menggunakan uji statistik nonparametrik
KolmogorovSmirnov,
dengan
membandingkan Asymph. Sig (2tailed) dengan α = 0,05. Dasar
penarikan kesimpulan adalah
data dikatakan berdistribusi
normal apabila nilai Asymph. Sig
(2-tailed)
variabel
residual
berada diatas 0,05 atau 5%.
Sebaliknya, jika nilai Asymph.
Sig (2-tailed) variabel residual
berada di bawah 0,05 atau 5%,
maka data tersebut tidak
berdistribusi normal atau tidak
memenuhi
uji
normalitas
(Suliyanto, 2011).
b) Uji Multikolinieritas
Uji
multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2011).
Model regresi
yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independen. Jika
terdapat atau terjadi korelasi
maka
dinamakan
terdapat
masalah multikolinieritas. Jika
variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak
orghonal, yaitu variabel bebas
yang nilai korelasi antar sesama
variabel bebas sama dengan nol.
Uji ini dimaksudkan untuk
mendeteksi gejala korelasi antar
variabel bebas yang lain.
- 90-
Asumsi
multikolinieritas
menyatakan bahwa variabel
independen haris terbebas dari
gejala multikolinieritas. Gejala
multikolinieritas adalah gejala
korelasi
antarvariabel
independen.
Gejala
ini
ditunjukkan dengan korelasi
yang signifikan antarvariabel
independen. Apabila terjadi
gejala multikolinieritas, salah
latu langkah untuk memperbaiki
model
adalah
dengan
menghilangkan variabel dari
model regresi , shingga dapa
dipilih model yang paling baik
(Santoso dan Ashari, 2005).
Uji multikolinieritas dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Melihat
VIF
(Variance
Inflatin
Factors),
dapat
dikatakan bahwa nilai VIF
tidak boleh lebih dari 10.
2. Nilai Tolerance harus lebih
dari 0,10 maka tidak terjadi
multikolinieritas dalam model
regresi (Ghozali, 2001).
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
dilakukan dengan mengamati
scatterplot di mana sumbu
horizontal menggambarkan nilai
Predicted
Standardized
sedangkan
sumbu
vertikal
menggambarkan nilai residual
studentized. Jika scatterplot
membentuk pola tertentu, hal itu
menunjukkan adalanya masalah
heteroskedastisitas pada model
regresi
yang
dibentuk.
Sedangkan
jika
scatterplot
menyebar secara acak maka hal
itu menunjukkan tidak terjadinya
masalah heteroskedastisitas, kita
dapat mengamati scatterplot di
mana variabel bebas sebagi
sumbu horizontal dan nilai
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
residual kuadratnya sebagai
sumbu
vertikal
(Suliyanto,
2011).
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dengan
menggunakan metode DurbinWatson (Durbin-Watson Test).
Uji ini dilakukan untuk menguji
ada
tidaknya
masalah
autokorelasi dari model empiris
yang
diestimasi.(Suliyanto,
2011).
Menarik kesimpulan uji
autokorelasi dengan kriteria
sebagai berikut :
Pengambilan keputusan pada
asumsi ini memerlukan dua nilai
bantu yang diperoleh dari tabel
Durbin-Watson, yaitu nilai dL dan
dU, dengan K = jumlah variabel
bebas dan n = ukuran sampel. Jika
nilai Durbin-Watson berada di
antara nilai dU hingga (4 - dU)
berarti asumsi tidak terjadi
autokorelasi terpenuhi.
e) Uji Linieritas
Pengujian linieritas perlu
dilakukan untuk mengetahui
model
yang
dibuktikan
merupakan model linier atau
tidak. Pada uji linieritas ini
akan
dilakukan
dengan
mengamati scatterplot di mana
sumbu
horizontal
menggambarkan nilai prediksi
terstandarisasi,
sedangkan
sumbu
vertikal
menggambarkan nilai residual
terstandarisasi.
Asumsi
linieritas terpenuhi jika pola
plot antar nilai residual
- 91-
terstandarisasi dengan nilai
prediksi terstandarisasi tidak
membentuk pola tertentu (acak)
(Suliyanto, 2011).
2. Uji Regresi Linier Berganda
Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda dengan variabel
dependen adalah Return Saham dan
variabel independen adalah Return
on Asset (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Inflasi. Model
regresi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Rit = α + β1ROA +
β2DER +
β3Inf + 𝑒 :
Keterangan
Rit
:
Return Saham
α
:
Konstanta
β
:
Koefisien Regresi
ROA : Return on Asset (ROA)
DER : Debt to Equity Ratio
(DER)
Inf
:
Inflasi
𝑒
:
Error Term
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi parameter
individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t adalah uji yang
menunjukkan seberapa jauh
pengaruh
satu
variabel
penjelas/independen
secara
individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen.
Hipotesis no (Ho) yang hendak
diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sam dengan nol,
atau : Ho : bi = 0. Artinya
apakah
suatu
variabel
independen bukan merupakan
penjelas
yang
signifikan
terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha)
parameter suatu variabel tidak
sama dengan nol, atau Ha : bi ≠
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
0. Artinya variabel tersebut
merupakan
penjelas
yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
Cara melakukan uji t adalah :
1) Quick look : bila jumlah
degree of freedom adalah
20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%,
maka H0 yang menyatakan
bi = 0 dapat ditolak bila
nilai t lebih besar dari 2
(dalam
nilai
absolut).
Dengan kata lain kita
menerima
hipotesis
alternatif yang menyatakan
bahwa
suatu
variabel
independen
secara
individual mempengaruhi
variabel dependen.
2) Membandingkan
nilai
statistik t dengan titik
kristis
menurut
tabel.
Apabila nilai statistik t
hasil perhitungan lebih
tinggi
dibandingkan
dengan nilai t tabel, kita
menerima
hipotesis
alternatif yang menyatakan
bahwa
suatu
variabel
independen
secara
individual mempengaruhi
variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji
Statistik F)
Uji statistik F adalah uji
yang menunjukkan apakah
semua variabel bebas yang
dimasukkan
dalam
model
mempunyai pengaruh secara
bersama-sama
terhadap
variabel
terikat/dependen.
Hipotesis nol (H0) yang hendak
diuji adalah apakah semua
parameter dalam model sama
dengan nol, atau
Ho : b1 = b2 = …..= bk = 0
- 92-
Artinya apakah suatu variabel
independen bukan merupakan
penjelas
yang
signifikan
terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha)
tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol, atau
Ha : b1 1 b2 2 …..1 bk 1 0
Artinya
semua
variabel
independen secara simultan
merupakan
penjelas
yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
Untuk
menguji
kedua
hipotesis ini digunakan statistik
F dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut :
1) Quick look : bila nilai F
lebih besar dari 4, maka Ho
yang menyatakan b1 = b2
=…= bk = 0 dapat ditolak
pada derajat kepercayaan
5%. Dengan kata lain kita
menerima
hipotesis
alternatif,
yang
menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara
serentak dan signifikan
mempengaruhi
variabel
dependen.
2) Membandingkan
nilai
statistik F hasil hitung
dengan nilai F tabel. Bila
nilai F hitung lebih besar
daripada nilai F tabel,
maka Ho ditolak dan
menerima Ha.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted
R 2)
Koefisien determinasi (R2)
pada
intinya
mengukur
seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan
variasi variabel independen.
Koefisien
determinasi
digunakan
karena
dapat
menjelaskan kebaikan dari
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
model
regresi
dalam
memprediksi
variabel
dependen. Semakin tinggi nilai
koefisien determinasi maka
akan semakin baik pula
kemampuan
variabel
independen dalam menjelaskan
variabel dependen.
Koefisien
determinasi
mencerminkan seberapa besar
kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan varians
variabel terikatnya. Mempunyai
nilai antara 0-1 dimana nilai
yang mendekati 1 berarti
semakin tinggi kemampuan
variabel
bebas
dalam
menjelaskan varians variabel
terikatnya.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek Penelitian
Industri real estate dan
property pada umumnya merupakan
dua hal yang berbeda. Real estate
merupakan
tanah
dan
semua
peningkatan permanen di atasnya
termasuk bangunan-bangunan, seperti
gedung, pembangunan jalan, tanah
terbuka,
dan
segala
bentuk
pengembangan lainnya yang melekat
secara permanen. Menurut peraturan
perundang-undangan di Indonesia,
pengertian mengenai industri real
estate tercantum dalam PDMN No.5
Tahun 1974 yang mengatur tentang
industri real estate. Dalam peraturan
ini pengertian industri real estate
adalah perusahaan properti yang
bergerak dalam bidang penyediaan,
pengadaan, serta pematangan tanah
bagi keperluan usaha-usaha industri,
termasuk
industri
pariwisata.
Sementara definisi property menurut
SK Menteri Perumahan Rakyat
no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4
property adalah tanah hak dan atau
- 93-
bangunan permanen yang menjadi
objek pemilik dan pembangunan.
Dengan kata lain, property adalah
industri real estate ditambah dengan
hukum-hukum seperti sewa dan
kepemilikan.
Perusahaan real estate dan
property merupakan salah satu sektor
industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
(BEI).
Perkembangan
industri real estate dan property begitu
pesat saat ini dan akan semakin besar
di masa yang akan datang. Hal ini
disebabkan
oleh
semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk,
sementara supply tanah bersifat tetap.
Adapun jumlah perusahaan real estate
dan property yang terdaftar di BEI
pada tahun 2011 berjumlah 43
perusahaan. Mengingat perusahaan
yang bergerak pada sektor real estate
dan
property
tersebut
adalah
perusahaan yang sangat peka terhadap
pasang surut perekonomian, maka
seiring perkembangannya sektor real
estate dan property dianggap menjadi
salah satu sektor yang mampu bertahan
dari kondisi ekonomi secara makro di
Indonesia. Terbukti dengan semakin
banyaknya sektor real estate dan
property yang memperluas landbank
(aset berupa tanah), melakukan
ekspansi bisnis, dan hingga tahun 2015
sektor real estate dan property yang
terdaftar di BEI bertambah menjadi 47
perusahaan.
(Sumber
:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532
/jbptunikompp-gdl-meliaprili-26561-8unikom_m-v.pdf).
Analisis dan Hasil Penelitian
Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji
Normalitas
Pengujian
normalitas menggunakan analisis
grafik
dilakukan
dengan
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
menggunakan
histogram
atau
Normal Probability Plot dan uji
statistic
non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini
adalah hasil output SPSS uji
normalitas dengan menggunakan
analisis grafik histogram dan
Normal Probability Plot :
Berdasarkan hasil output SPSS,
tampilan histogram menunjukkan
bahwa kurva dependent dan
regression standardized residual
membentuk gambar seperti lonceng.
Oleh karena itu, berdasarkan uji
normalitas, analisis regresi layak
digunakan.
Berdasarkan hasil output SPSS,
menunjukkan bahwa Normal P-P
Plot
Regression
Standardized
terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal. Oleh karena
itu,
berdasarkan
uji
normalitas,analisis regresi layak
digunakan .
Uji normalitas juga dapat
dilakukan
dengan
menguji
normalitas residual dengan uji
statistik
non-parametrik
- 94-
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,941 > 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa nilai
residual terstandarisasi dinyatakan
menyebar secara normal.
b.
Uji Multikolinieritas
Hasil
uji
multikolinieritas
disajikan pada tabel di bawah
ini :
Hasil uji menunjukkan bahwa
pada Coefficient terlihat nilai TOL
(Tolerance) variabel Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Inflasi sebesar 0,99 >
0,10 . Sementara, nilai VIF
(Variance
Infloating Factor)
variabel Return on Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), dan
Inflasi sebesar 1,00. Melihat VIF
(Variance
Infloating Factor)
variabel Return on Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), dan
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Inflasi sebesar 1,00 < 10, maka
pada model regresi yang terbentuk
tidak terjadi gejala multikolinier.
c.
Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan metode DurbinWatson yang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini :
Menunjukkan bahwa nilai
Durbin-Watson (d) sebesar 2,079.
Pengambilan
keputusan
pada
asumsi ini memerlukan dua nilai
bantu yang diperoleh dari tabel
Durbin-Watson, yaitu nilai dL dan
dU, dengan K = jumlah variabel
bebas dan n = ukuran sampel. Jika
nilai Durbin-Watson berada di
antara nilai dU hingga (4-dU),
berarti asumsi tidak terjadi
autokorelasi. Jadi, n=85, K=3,
maka diperoleh nilai dL = 1,575
dan dU = 1,721, sehingga nilai 4dU sebesar 4 - 1,721 = 2,279,
sementara 4 – dL sebesar 4 – 1,575
= 2,425. Karena nilai DurbinWatson
sebesar 2,079 terletak
antara dU dan 4-dU atau
1,721<2,079<2,279, maka dapat
disimpulkan
bahwa
model
persamaan regresi tersebut tidak
mengandung masalah autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat grafik plot atau
scatterplot.
- 95-
Hasil Analisis Regresi Linear
Berganda
Hasil regresi adalah berupa
koefosien untuk masing – masing
variabel independen . Koefisien ini
diperoleh dengan cara memprediksi
nilai variabel dependen dengan satu
persamaan. Hasil uji analisis regresi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan tampilan pada
scatterplot terlihat bahwa plot
menyebar secara acak di atas
maupun di bawah angka nol pada
sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu, maka
berdasarkan uji heterokedastisitas
menggunakan
metode
analisis
grafik, pada model regresi yang
terbentuk dinyatakan tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
e.
Uji Linieritas
Hasil Uji Linieritas yang
dilakukan dengan metode analisis
Grafik dapat dilihat dari tampilan
scatterplot berikut :
Berdasarkan
tampilan
pada
scatterplot terlihat bahwa plot
menyebar secara acak di atas
maupun di bawah angka nol pada
sumbu regression standardized
residual.
Oleh
karena
itu,
berdasarkan
uji
linieritas
menggunakan
metode
analisis
grafik, model regresi dinyatakan
liniear.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Dari data di atas menunjukkan
bahwa persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
Rit
α
β
ROA
DER
Inf
𝑒
: Return Saham
: Konstanta
: Koefisien Regresi
:Return on Asset (ROA)
: Debt to Equity Ratio (DER)
: Inflasi
: Error Term
Interprestasi dari persamaan
regresi tersebut adalah :
a) B0 = 1,582
Nilai constant sebesar 1,582
menunjukkan jika
variabel
Return on Asset (ROA) (X1),
Debt to Equity Ratio (DER)
(X2),
dan
Inflasi
(X3)
meningkat 1 kali, maka return
saham akan meningkat sebesar
1,582 kali, dengan asumsi
variabel bebas yang lain tetap
- 96-
(X1, X2, dan X3 = 0) atau citeris
paribus
b) B1 = 2,032
Nilai
parameter
atau
koefisien
regresi
B1
menunjukan
jika
variabel
Return on Asset (ROA) (X1)
meningkat 1 kali, maka return
saham akan meningkat sebesar
2,032 kali, dengan asumsi
variabel bebas yang lain tetap
(X2 dan X3 = 0) atau citeris
paribus.
c) B2 = -0,135
Nilai
parameter
atau
koefisien
regresi
B2
menunjukan jika variabel Debt
to Equity Ratio (DER) (X2)
meningkat 1 kali, maka return
saham akan menurun sebesar
0,135 kali, dengan asumsi
variabel bebas yang lain tetap
(X1 dan X3 = 0) atau citeris
paribus.
d) B3 = 0,709
Nilai
parameter
atau
koefisien
regresi
B3
menunjukan
jika
variabel
inflasi meningkat 1 kali, maka
akan return saham akan
meningkat sebesar 0,709 kali,
dengan asumsi variabel bebas
yang lain tetap (X1 dan X2 = 0)
atau citeris paribus.
Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Berdasarkan
hasil
uji
signifikansi parsial (Uji T) pada
tabel 4.8, maka pengaruh antara
variabel
independen
terhadap
variabel dependen secara parsial
adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh Return on Asset (ROA)
terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji t
diketahui bahwa t hitung sebesar
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
3,168. Sementara nilai t tabel
sebesar 1,989 sehingga t hitung >
t tabel (3,168>1,989) dengan
probabilitas signifikansi sebesar
0,002<0,05.
Hasil
tersebut
membuktikan bahwa Return on
Asset
(ROA)
berpengaruh
terhadap return saham. Hal ini
berarti bahwa Ho ditolak dan ,
Ha
atau hipotesis-1 (H1)
diterima. Hasil menunjukan
bahwa Return on Asset (ROA)
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
return
saham.
b) Pengaruh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji t
diketahui t hitung sebesar 0,1743. Sementara nilai t tabel
sebesar 1,989 sehingga t hitung <
t tabel (-0,1743<1,989) dengan
probabilitas signifikansi sebesar
0,085>0,05.
Hasil
tersebut
membuktikan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini berarti bahwa Ho
diterima dan , Ha atau hipotesis2 (H2) ditolak.
c) Pengaruh Inflasi terhadap Return
Saham
Berdasarkan hasil uji t
diketahui t hitung sebesar 0,452.
Sementara nilai t tabel sebesar
1,989 sehingga t hitung< t tabel
(0,452<1,989)
dengan
probabilitas signifikansi sebesar
0,653>0,05.
Hasil
tersebut
membuktikan bahwa inflasi tidak
berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini berarti bahwa Ho
diterima dan , Ha atau hipotesis3 (H3) ditolak.
- 97-
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji
statistik F)
Pengujian ini dapat dilihat dari
tabel Anova atau F Test.
Berdasarkan hasil uji signifikan
simultan (uji F) diketahui bahwa
F hitung sebesar 4,284. Sementara
nilai F tabel sebesar 3,11 sehingga
F hitung > F tabel (4,284>3,11)
dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0,007<0,05. Hal tersebut
membuktikan bahwa Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER) dan inflasi secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Hal ini
berarti bahwa Ho ditolak dan Ha
atau hipotesis-4 (H4) diterima.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2)
menunjukkan bahwa Ajusted R
Square (R2) adalah 0,105. Hal ini
berarti 10,5% variasi dependen
return saham dapat dijelaskan oleh
variasi
dari
ketiga
variabel
independen, yaitu Return on Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER)
dan inflasi. Sementara sisanya
(100%-10,5% = 89,5%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diuji
dalam konseptual penelitian ini.
Pembahasan
1. Pengaruh Return on Asset (ROA)
terhadap Return Saham
Return on Asset (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivanya
untuk memperoleh laba. Rasio ini
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
mengukur
tingkat
kembalian
investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan
seluruh
dana
(asset)
yang
dimilikinya. Dari sudut pandang
investor, salah satu indikator
penting untuk menilai prospek
perusahaan di masa datang adalah
melihat pertumbuhan profitabilitas
perusahaan. Indikator ini sangat
penting
diperhatikan
untuk
mengetahui investasi yang akan
dilakukan
investor
di
suatu
perusahaan mampu memberikan
return yang sesuai dengan tingkat
yang disyaratkan investor.
Hasil
penelitian
ini
membuktikan bahwa Return on
Asset (ROA) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap return
saham. Artinya, semakin tinggi nilai
Return on Asset (ROA) perusahaan,
maka semakin tinggi pula laba yang
diperoleh perusahaan
sehingga
berdampak pada peningkatan return
saham dan nilai perusahaan sektor
Real Estate dan Property. Hal ini
dapat
dilihat
dari
beberapa
perusahaan
Real Estate dan
Property, seperti RDTX, PWON,
BSDE, JRPT, DUTI, ASRI, RBMS,
dan CTRA yang memiliki nilai ratarata Return on Asset (ROA)
tertinggi,
perusahaan
tersebut
mampu menghasilkan rata-rata
return saham yang tinggi pula.
Seperti perusahaan RDTX mampu
menghasilkan
rata-rata
return
saham sebesar 23,920 dengan nilai
nilai rata-rata Return on Asset
(ROA) sebesar 12,355. Perusahaan
CTRA dengan nilai rata-rata Return
on Asset (ROA) sebesar 6,249
mampu menghasilkan rata-rata
return saham sebesar 35,920.
Sementara perusahaan dengan nilai
rata-rata Return on Asset (ROA)
- 98-
terendah sebesar -3,678 seperti
BKDP,
perusahaan
tersebut
memiliki return saham -3,840.
ELTY juga merupakan perusahaan
dengan nilai rata-rata Return on
Asset (ROA) yang rendah sebesar 2,685 dan memiliki return saham 17,240. Ini berarti nilai Return on
Asset (ROA) perusahaan yang
tinggi dapat mempengaruhi harga
saham menjadi lebih meningkat
sehingga return saham juga dapat
meningkat pula.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Anisa (2015)
yang menyatakan bahwa Return on
Asset (ROA) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap return
saham . Namun, hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian
Arista dan Astohar (2012) yang
menemukan bahwa Return on Asset
(ROA) tidak berpengaruh terhadap
return saham.
2. Pengaruh Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini dihitung dengan cara
membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Perusahaan
dengan Debt to Equity Ratio (DER)
akan menanggung risiko kerugian
yang
besar
pula
ketika
perekonomian sedang merosot,
tetapi
dalam
keadaan
baik
perusahaan
akan
memiliki
kesempatan memperoleh laba besar
yang besar. Investor cenderung
akan
menghindari
perusahaan
dengan nilai Debt to Equity Ratio
(DER) yang tinggi, karena untuk
menghindari risiko kerugian jika
perusahaan tersebut tidak mampu
menutupi utang-utangnya.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Hasil
penelitian
ini
membuktikan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hal ini
menunjukkan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) tidak dapat menjadi
tolak ukur untuk memperoleh return
saham pada perusahaan Real Estate
dan Property. Misalnya pada
perusahaan APLN memiliki nilai
rata-rata Debt to Equity Ratio
(DER) tertinggi sebesar 155,86
mampu menghasilkan return saham
sebesar 2,160. Perusahaan ASRI
yang memiliki nilai rata-rata Debt
to Equity Ratio (DER) sebesar
153,303 mampu menghasilkan
return saham sebesar 9,880.
Sementara RBMS yang memiliki
rata-rata Debt to Equity Ratio
(DER) terendah sebesar 13,108
hanya dapat menghasilkan return
saham sebesar 0,88%. Perusahaan
SMDM juga memilki rata-rata Debt
to Equity Ratio (DER) rendah,
tetapi return saham yang mampu
dihasilkan adalah sebesar 1,597. Itu
membuktikan bahwa investor tidak
menganggap terlalu penting nilai
Debt to Equity Ratio (DER) dalam
berinvestasi.
Hasil
tersebut
diperkuat dengan teori struktur
modal, yaitu Pecking Order Theory
bahwa penggunaan utang akan
selalu lebih menguntungkan apabila
dibandingkan dengan penggunaan
modal sendiri, terutama dengan
meminjam ke perbankan. Karena
pihak perbankan dalam menetapkan
tingkat
suku
bunga
adalah
berdasrkan acuan dalam melihat
perubahan dan berbagai persoalan
dalam perekonomian suatu negara.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Legiman, dkk
(2015) yang menemukan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) tidak
- 99-
berpengaruh terhadap return saham.
Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Arista dan
Astohar (2012) dan Nidianti (2013)
yang menemukan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
return saham.
3. Pengaruh Inflasi terhadap Return
Saham
Inflasi adalah kecenderungan
meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus-menerus.
Inflasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan, penurunan daya beli
uang sehingga dapat mengurangi
tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya.
Sebaliknya, jika tingkat inflasi
mengalami penurunan, maka hal ini
merupakan sinyal yang positif bagi
investor karena dapat meningkatkan
pendapatan riil yang diperoleh
investor.
Hasil
penelitian
ini
membuktikan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini berarti bahwa dalam
melakukan
investasi
pada
perusahaan Real Estate dan
Property, investor cenderung tidak
memperhatikan
angka
inflasi.
Angka inflasi tertinggi sebesar
8,380 terjadi pada tahun 2014.
Tetapi pada tahun 2014 perusahaan
real estate dan property mampu
menghasilkan
rata-rata
return
saham sebesar 22,959. Sementara
pada tahun 2015 dengan angka
inflasi terendah sebesar 3,350
perusahaan real estate dan property
memiliki rata-rata return saham
sebesar -8,635 . Pada tahun 2014
perusahaan
yang
mampu
menghasilkan return saham terbesar
adalah PWON sebesar 90,000,
CTRA sebesar 66,700, APLN
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
sebesar 55,800, KIJA sebesar
52,800
dan
BSDE
sebesar
39,900.Sementara pada tahun 2015
ketika angka inflasi turun sebesar
3,350 perusahaan tersebut return
sahamnya turun. Perusahaan PWON
memiliki return saham sebesar 3,700, CTRA sebesar 16,800,
APLN sebesar 0,300, KIJA sebesar
-16,300, dan BSDE sebesar -0,300.
Hal ini berarti angka inflasi yang
rendah tidak berpengaruh terhadap
naiknya harga saham.
Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Nidianti
(2013), yang menemukan bahwa
inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham.
Sementara,
Sudarsono
dan
Sudiyanto (2016)
menemukan
bahwa inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap return
saham.
4. Pengaruh Return on Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER) dan
inflasi terhadap Return Saham
Hasil
penelitian
ini
membuktikan bahwa Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER) dan inflasi secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Hal ini
berarti model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi
return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property. Hasil
penelitian ini sejalan dengan
penelitian Nidianti (2013) yang
menemukan bahwa Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), inflation rate, dan interest
rate secara simultan mempunyai
pengaruh terhadap return saham.
- 100-
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian maka kesimpulan yang
dapat
disampaikan
melalui
penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Return on Asset (ROA)
terbukti berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
Return saham .
2. Debt to Equity Ratio (DER)
terbukti tidak berpengaruh
terhadap Return saham.
3. Inflasi
terbukti
tidak
berpengaruh terhadap Return
Saham.
4. Return on Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER)
5. dan inflasi secara simultan
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap Return
saham.
Saran
Saran yang dapat diberikan
melalui hasil kajian ini adalah
sebagai
berikut :
1. Manajemen perusahaan Real
Estate dan Property sebaiknya
menurunkan jumlah utang
sehingga dapat memperbaiki
kinerja
keuangan
perusahaannya
dan
memperhitungkan
setiap
risiko yang akan dihadapi
sehingga dapat meningkatkan
return saham.
2. Penelitian yang akan datang
diharapkan
dapat
memperpanjang
periode
pengamatan
dan
menggunakan jenis industri
yang
berbeda
sehingga
diperoleh hasil penelitian
yang lebih akurat.
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Nesa .2015. Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi
Return Saham (Studi Kasus
pada Perusahaan Sub Sektor
Automative And Components
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Periode
20102014).Perbanas
Review
Volume 1, Nomor 1, November
2015.
Ansori. 2015. Pengaruh Economic
Value Added dan Market Value
Added Terhadap Return Saham
pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta.
Arista, Desy dan Astohar. 2012.
Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Return Saham
(Kasus
pada
Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di
BEI periode tahun 2005-2009).
Jurnal Ilmu Manajemen dan
Akuntansi Terapan, Vol. 3
Nomor 1, Mei 2012.
Brigham, E F dan Houston, J F. 2006.
Dasar-dasar
Manajemen
Keuangan Cetakan Sepuluh.
Jakarta: Salemba Empat.
Candradewi, Made Reina. 2016.
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Return Saham pada
Perusahaan LQ45 di BEI :
Analisis Regresi Satu Panel
Periode 2011-2015. E-Jurnal
Ekonomi
dan
Bisnis
Universitas
Udayana
5.7
(2016): 2091-2122. ISSN :
2337-3067
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen
Keuangan Teori dan Soal
Tanya Jawab.
Alfabeta :
Bandung
- 101-
Farkhan dan Ika .2013. Pengaruh
Rasio Keuangan Terhadap
Return Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (Studi kasus pada
Perusahaan Manufaktur Sektor
Food and Beverages).Value
Added, Vol. 9, No. 1,
September 2012 – Pebruari
2013 http://jurnal.unimus.ac.id.
Fraenkel, J.R. dan Welllen, N.E. 2008.
How to Design and Evaluate
research in Education. New
York :McGraw-Hill.
Ghozali, Imam .(2005). Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan
SPSS. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ghozali, Imam.(2009). Ekonometrika
Teori, Konsep, dan Aplikasi
dengan SPSS 17. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali,
Imam.(2011).
Aplikasi
Analisis Multivariat denga
Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hardiningsih, Pancawati dan Chariri
A. Suryanto. 2002. Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko
Ekonomi terhadap Return
Saham pada Perusahaan di
Bursa Efek Jakarta: Studi
Kasus Basic Industry &
Chemical.
Jurnal
Strategi
Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI.
Hery.
2016.
Analisa
Laporan
Keuangan Integrated And
Comprehensive Edition.Jakarta
: PT. Gramedia Widisarana
Indonesia
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Yamin
Noch. 2016 .Teori Akuntansi.
Madenatera
Iskandar, Alwi Z. 2003. Pasar Modal
Teori dan Aplikasi. Edisi
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Pertama. Jakarta : Penerbit
Yayasan Pancur Siwah.
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE
Kasmir. 2016.
Analisis Laporan
Keuangan. Edisi 1. Cetak 9.
Jakarta : PT Raja Grafindo
Permata.
Kuncoro, Mudrajad. 2015.Mudah
Memahami dan Menganalisis
Indikator Ekonomi. Yogyakarta
: UPP STIM YKPN
Legiman, F.M., Parengkuan Tommy,
dan Victoria Untu. 2015.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Return Saham
pada Perusahaan Agroindustry
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Periode
20092012.Jurnal EMBA Vol. 3 No.
3 Sept. 2015, Hal, 382-392.
Nidianti, Putu Imba. 2013. Pengaruh
Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan Terhadap Return
Saham Food and Beverages di
Bursa Efek Indonesia.ISSN :
2302-8556 E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 5.1 (2013)
: 130 – 146.
Noch, Muhamad Yamin dan Syamsier
Husen.
2015.
Metodologi
Penelitian Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Cetakan Pertama
Nopember 2015. Medan :
Perdana Publishing.
Prastowo, Dwi. 2011. Analisis
Laporan Keuangan Konsep
dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
Jakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan.
Prihantini, Ratna . 2009. Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER, dan CR Terhadap
Return Saham (Studi Kasus
Saham Industri Real Estate dan
Priperty yang Terdaftar di
- 102-
Bursa Efek Indonesia Periode
2003-2006. Tesis Universitas
Diponegoro
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal
dan Manajemen Portofolio.
Surabaya : Erlangga.
Samuelson, Paul dan W.D. Nordhaus.
2005. Ilmu Makroekonomi.
Jakarta :
PT. Media
Global Edukasi.
Santosa , Purbayu Budi dan Ashari.
2005. Analisis Statistik dengan
Microsoft Excel dan SPSS.
Yogyakarta : Andi
Sekaran, Uma. 2015. Metodologi
Penelitian untuk Bisnis. Jakarta
: Salemba Empat.
Sinambela, Elizar. 2013. Pengaruh
Earning Per Share (EPS)
Terhadap Return Saham pada
Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia.Jurnal
Ekonomikawan Vol. 13 No. 1
Sudarsono, Bambang dan Bambang
Sudiyanto. 2016. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Return
FuturE : Jurnal Manajemen
dan Akuntansi
Saham
pada
Perusahaan
Property dan Real Estate yang
Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009 s/d
2014. 30 Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), Maret 2016,
Hal. 30-51 ISSN : 1412-3126.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sulianto. 2011. Ekonometrika Terapan
: Teori dan Aplikasi dengan
SPSS. Yogyakarta : Andi Offset
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio
dan Investasi Teori dan
Aplikasi.
Edisi
Pertama.
KANISIUS. Yogyakarta.
Verawati, Rika. 2014. Faktor-faktor
Penentu Yang Mempengaruhi
Return Saham Perusahaan
Manufaktir yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2008-2013. Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika
Pengantar dan Aplikasinya .
Edisi
Ketiga.
Ekonisia.
Yogyakarta.
- 103-
Download