hubungan penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian diabetes

advertisement
HUBUNGAN PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA WANITA USIA > 35 TAHUN DI DESA
LEYANGAN KABUPATEN SEMARANG
Kukuh Saputro Wibowo*) (010110a057)
Rosalina, S.Kp.,M.Kes**), Ns. Mona Saparwati, S.Kp.,M.Kep**)
*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Wanita Usia > 35 Tahun di Desa Leyangan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Pil kontrasepsi oral yang hanya mengandung estrogen saja tidak memliki efek
merugikan pada metabolisme glukosa, tetapi yang mengandung progesteron menunjukan
antagonisme dengan insulin, formulasi progesteron dosis tinggi menunjukan tes toleransi
glukosa yang abnormal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan
penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada wanita usia > 35
tahun di Desa Leyangan Kabupaten Semarang.
Desain penelitian menggunakan penelitian analitik dengan jenis penelitian case
control. Dengan populasi seluruh wanita usia > 35 tahun berjumlah 1021 orang, dengan
jumlah sampel sebanyak 30 responden. Analisis univariat mendistribusikan frekuensi dan
variabel antara lain independen dan dependen, analisis bivariat menggunakan uji x² (chi
square) dengan fiser exach.
Hasil penelitian menunjukan bahwa diperoleh nilai p-value 0,014. Oleh karena pvalue = 0,014 < α (0,05) disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada wanita usia > 35
tahun di desa Leyangan Kabupaten Semarang.
Kesimpulan ada hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian
diabetes mellitus tipe 2. Jadi disarankan bagi akseptor Pil Kontrasepsi KB untuk selalu peka
dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi setelah pemakaian Pil Kontrasepsi.
Kata Kunci
Daftar Pustaka
: Penggunakan pil kontrasepsi, diabetes mellitus tipe 2, wanita usia > 35
tahun
: 33 literatur (2001 – 2013)
(polifagi) dan Gejala kronis meliputi
PENDAHULUAN
Diabetes
penyakit
Mellitus
degeneratif
yang
adalah
angka
kejadiannya cukup tinggi di berbagai
negara dan merupakan salah satu
penyakit
yang
menjadi
masalah
kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan
jumlah penderita Diabetes Mellitus
mencapai lebih dari 180 juta jiwa di
seluruh dunia. Kejadian ini akan
meningkat lebih dari dua kali lipat
pada tahun 2030. Menurut survei yang
dilakukan WHO memperkirakan tahun
2030, Indonesia menempati urutan ke4 dengan jumlah penderita Diabetes
Mellitus terbesar di dunia setelah India,
Cina, dan Amerika Serikat. Menurut
data Depkes, jumlah pasien Diabetes
Mellitus rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit menempati urutan pertama
dari seluruh penyakit endokrin (Andra,
gangguan
penglihatan,
pandangan
yang
Secara umum gejala dan tanda
penyakit
Diabetes
Mellitus
dibagi
dalam dua kelompok, yaitu gejala akut
dan kronis.
Gejala akut
meliputi
penurunan berat badan, rasa lemas,
cepat lelah dan dapat juga ditemukan
gejala yang muncul seperti kencing
berlebihan (poliuri) pada malam hari
dengan jumlah air seni banyak, minum
berlebihan (polidipsi), banyak makan
kabur
dan
menyebabkan sering ganti kacamata,
gangguan
saraf
tepi
berupa
rasa
kesemutan, terutama pada malam hari
sering terasa sakit dan rasa kesemutan
di kaki, gatal-gatal dan bisul sering
dirasakan pada daerah lipatan kulit
diketiak, payudara dan alat kelamin,
bisul dan luka lecet terkena sepatu atau
jarum yang lama sembuh, rasa tebal
pada
kulit,
yang
menyebabkan
penderita lupa memakai sandal dan
sepatunya kemudian gangguan fungsi
seksual, dapat berupa gangguan ereksi,
impoten yang disebabkan gangguan
pada saraf bukan karena kekurangan
hormon seks (testosteron). (Suiraoka
2012)
Menurut
(Perkumpulan
Indonesia)
2005).
berupa
PERKENI
Endokrinologi
komplikasi
diabetes
mellitus dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu
komplikasi akut dan
komplikasi kronis, dimana komplikasi
akut terdiri dari hipoglikemi dan
hiperglikemi. Hipoglikemi yaitu kadar
glukosa darah seseorang di bawah nilai
normal (< 50 mg/dl). Gejala umum
hipoglikemia adalah lapar, gemetar,
mengeluarkan
keringat,
berdebar-
debar, pusing, pandangan menjadi
gelap, gelisah serta bisa koma dan
Hiperglikemia yaitu apabila kadar
Kontrasepsi
hormonal
oral
glukosa darah (>125 mg/dl). Gejala
adalah kontrasepsi berupa pil atau obat
hiperglikemia
poliuria,
yang berbentuk tablet berisi hormon
polidipsia, polifagia, kelelahan yang
estrogen dan progesteron. Dari kedua
parah,
hormon ini estrogen dan progesteron
adalah
dan
Komplikasi
pandangan
kronis
kabur.
2
dapat mencegah kehamilan dengan
komplikasi
menekan pituitari untuk melepaskan
makrovaskuler dan mikrovaskuler, dari
FSH (follicle stimulating hormone) dan
komplikasi makrovaskuler yang umum
LH
berkembang pada penderita diabetes
diperlukan untuk mematangkan folikel
mellitus
gravida
kategori
terdiri
yaitu
adalah
(pembekuan
dari
trombosit
darah
pada
otak
sebagian
(luteinizing
dalam
hormone),
ovarium,
yang
sehingga
ovulasi terhambat. Jenis – Jenis pil
otak), mengalami penyakit jantung
kontrasepsi
koroner (PJK), gagal jantung kongetif,
hormonnya Pil kombinasi terdiri dari
dan stroke, sedangkan Komplikasi
Estrogen dan progesteron , minipil
mikrovaskuler terutama terjadi pada
terdiri dari Progestin dosis rendah (< 1
penderita Diabetes Mellitus tipe 1.
mg exulton) sedangkan morning after
Hiperglikemia
dan
pil terdiri dari estrogen dosis tinggi.
pembentukan protein yang terglikasi
(Wiknjosastro, H 2007, Norwitz, E. R :
(termasuk
Schorge, J. O 2008)
dinding
yang
persisten
HbA1c)
pembuluh
menyebabkan
darah
semakin
menurut
Kontrasepsi oral yang hanya
lemah dan menyebabkan penyumbatan
mengandung
pada pembuluh darah kecil, seperti
memiliki
nefropati,
metabolisme
diabetik
retinopati
(kebutaan), neuropati dan amputasi.
Faktor
–
faktor
kandungan
estrogen
efek
saja,
tidak
merugikan
pada
glukosa,
tetapi
yang
mengandung progesteron menunjukkan
yang
antagonisme dengan insulin. Formulasi
menyebabkan diabetes mellitus tipe 2
kontrasepsi oral dengan progesteron
yaitu pola makan, faktor genetik,
dosis tinggi menunjukkan tes toleransi
bahan – bahan kimia dan obat – obatan
glukosa
seperti (kortison, tiazid, diuretik) dapat
pemakainya, dengan tingkat insulin
menyebabkan peningkatan kadar gula
yang meningkat pada rata-rata pasien.
darah, penyakit atau infeksi pada
Efeknya
pankreas, dan obesitas (Wijayakusuma,
karbohidrat,
2008).
toleransi glukosa. Progesteron juga
yang
abnormal
pada
akan
pada
metabolisme
menurunkan
dapat menurunkan kecepatan absorpsi
Kadar
glukosa
darah
yang
karbohidrat dari sistem pencernaan
meningkat,
makanan. Hal-hal tersebut di atas
utama
terkait dengan potensi androgenik dari
terhadap sel beta dalam memproduksi
progesteron,
insulin. Disamping glukosa, beberapa
serta tingi-rendahnya
dosis progesteron.
Pemakaian
merupakan
komponen
memberi
rangsangan
yang
jenis asam amino obat-obatan dan
kontrasepsi
oral
pemakaian pil kombinasi dapat pula
dapat menimbulkan beberapa efek
memiliki
samping yang merugikan pemakainya,
rangsangan terhadap sel beta sehingga
yang salah satunya adalah peningkatan
setelah
kadar glukosa dalam darah, sebagai
molekul
akibat toleransi glukosa darah yang
adalah
menurun. Hal ini akan terlihat apabila
membrane sel. Untuk dapat melewati
dilakukan perbandingan tes toleransi
membran sel beta dibutuhkan bantuan
glukosa pada pemakai kontrasepsi oral
senyawa lain. Glucose transporter
dan yang tidak memakai kontrasepsi
(GLUT) adalah senyawa asam amino
oral. Kadar glukosa darah pemakai
yang terdapat di dalam berbagai sel
kontrasepsi oral akan lebih tinggi bila
yang
dibandingkan
metabolisme
memakai
dengan
(Chrousos,
yang
G.
tidak
P
;
sebagai
efek
yang
adanya
dalam
rangsangan
glukosa.
proses
sama
Tahap
pertama
glukosa
berperan
melewati
dalam
glukosa.
“kendaraan”
oleh
proses
Fungsinya
pengangkut
Stubblefield, P. G. Carr-Ellis, S. Kapp,
glukosa masuk dari luar kedalam sel
N: 2007).
jaringan tubuh. Glucose transporter 2
Dosis obat yang terlalu tinggi
(GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta
dan penggunaan pil kontrasepsi dalam
misalnya, diperlukan dalam proses
jangka panjang dapat meningkatkan
masuknya glukosa dari dalam darah,
hipoglikemia. Hal ini terjadi karena
melewati membran, ke dalam sel.
sel-sel
Proses
alfa
pulau
langerhans di
ini
penting
bagi
tahapan
pankreas tidak membentuk glukagon
selanjutnya yakni molekul glukosa
secara normal dan kelanjar adrenalnya
akan mengalami proses glikolisis dan
tidak menghasilkan epinefrin secara
fosforilasi didalam sel dan kemudian
normal. Padahal kedua hal tersebut
membebaskan molekul ATP. Molekul
merupakan mekanisme utama tubuh
ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk
untuk mengatasi kadar gula darah yang
tahap
rendah. (Robert S. 2013)
mengaktifkan penutupan K channel
selanjutnya
yakni
proses
pada membran sel. Penutupan ini
nasional
berakibat terhambatnya pengeluaran
(Rimbawan S, 2004). Angka tersebut
ion
yang
diprediksi akan terus meningkat hingga 51
tahap
juta pada tahun 2030, dengan tingkat
depolarisasi membran sel, yang diikuti
prevalensi yang lebih besar pada penduduk
kemudian oleh tahap pembukaan Ca
yang tinggal di kawasan kota daripada di
channel.
desa.
K
dari
dalam
menyebabkan
sel
terjadinya
Keadaan
memungkinkan
inilah
masuknya
yang
ion
Ca
untuk
Kasus
penyakit
diabetes
ditemukan di
degeneratif
mellitus
Provinsi
yang
Jawa Tengah
sehingga menyebabkan peningkatan
khususnya sebanyak 151.075, Rata-rata
kadar ion Ca intrasel sehingga dapat
kejadian kasus diabetes mellitus pertahun
mengakibatkan hiperglikemia.
di Jawa Tengah adalah 4.316,42 kasus.
Seperti disinggung di atas,
terjadinya
aktivasi
K
pada tahun 2011 sebanyak 59.877 (19,7%)
channel tidak hanya disebabkan oleh
kasus. tergantung insulin sebanyak 14.326
rangsangan
proses
kasus. dan untuk diabetes mellitus yang
fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga
tidak tergantung insulin sebanyak 45.551
dapat oleh pengaruh beberapa faktor
kasus (DKK Semarang, 2011).
lain
Berdasarkan
ATP
termasuk
penutupan
Terjadi peningkatan yang cukup drastis
hasil
obat-obatan
yang
studi
di
pendahuluan
Puskesmas
yang
didalamnya termasuk pil kontrasepsi
dilakukan
(Ceriello A. 2002).
Kabupaten Semarang pada tanggal 16
Di Amerika Serikat sebagai cerminan
oktober 2013 dari hasil
negara maju, menurut data National
dapatkan
Diabetes
diabetes
Information
Clearinghouse
5
orang
mellitus
Leyangan
wawancara di
wanita
tipe
riwayat
2
menderita
dan
yang
(NDIC) pada tahun 2005 angka kejadian
mempunyai
penggunaan
pil
diabetes mellitus mencapai 20.8 juta jiwa
kombinasi disertai diabetes mellitus yaitu
atau sekitar 7% dari seluruh populasi, dan
3 orang wanita.
yang terdiagnosa sebanyak 14.6 juta jiwa.
METODE PENELITIAN
Di Indonesia sebagai negara yang sedang
Desain yang digunakan dalam penelitian
berkembang,
ini adalah penelitian analitik dengan jenis
Biro
Pusat
Statistik
memperkirakan pada tahun 2003 sudah
penelitian
terdapat 14 juta orang Indonesia yang
penelitian dengan cara membandingkan
mengidap diabetes mellitus. Oleh karena
antara diabetes mellitus dan tidak diabetes
itu diabetes mellitus tercantum dalam
mellitus berdasarkan status paparannya
urutan
ke
empat
prioritas
penelitian
case
control
yaitu
suatu
(retrospektif)
arah
pengusutannya,
Pil
Bukan Pil
Jumlah
rancangan tersebut bergerak dari akibat
(penyakit) ke sebab (paparan). Subyek
9
21
30
30,0
70,0
100,0
dipilih out come tertentu, lalu dilihat
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian
kebelakang (back ward) tentang status
Diabetes Mellitus pada Wanita Usia > 35
paparan penelitian yang dialami subyek,
Tahun di Desa Leyangan Kab. Semarang,
dimana desain ini bergerak dari akibat
2014
penyakit ke sebab atau melihat kebelakang
Diabetes
Mellitus
DM
Tidak
DM
Jumlah
tentang riwayat status paparan penelitian
yang dialami subyek. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri
atas
mempunyai
obyek
kualitas
/
dan
subyek
yang
Frekuensi
15
15
Persentase
(%)
50,0
50,0
30
100,0
karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Hubungan
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Kontrasepsi
kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi
Mellitus Tipe 2 pada Wanita Usia > 35
dalam penelitian ini adalah seluruh wanita
Tahun di Desa Leyangan Kabupaten
usia subur > 35 tahun di Desa Leyangan
Semarang, 2014
Antara
Penggunaan
Pil
dengan Kejadian Diabetes
Kabupaten Semarang berjumlah 1021
orang.
Teknik
pengambilan
sampel
Penggunaan Pil
Kontrasepsi KB
menggunakan teknik purposive sampling,
teknik
ini
didasarkan
pada
Pil
Bukan Pil
suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi
yang
sudah
diketahui
Jumlah
15
50,0
15
sebelumnya.
PEMBAHASAN
(Notoatmodjo, 2010).
Gambaran penggunaan pil kontrasepsi
HASIL PENELITIAN
Distribusi
Kejadian Diabetes Mellitus
To
DM
Tidak DM
f
%
F
%
f
8
88,9
1
11,1
9
7
33,3
14
66,7 21
Frekuensi
Berdasarkan
KB
di
Desa
Leyangan
Kabupaten
Penggunaan Pil Kontrasepsi KB pada
Semarang.
Wanita Usia > 35 Tahun di Desa Leyangan
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
Kab. Semarang, 2014
30 responden wanita usia > 35 tahun di
Penggunaa
n Pil
Kontraseps
i
Frekuens
i
Persentas
e (%)
Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab.
Semarang
sebagian
besar
tidak
menggunakan pil kontrasepsi KB, yaitu
50,0
78
sejumlah 21 orang (70,0%), dan 9 orang
sangat efektif sebagai kontrasepsi, resiko
(30,0%) menggunakan pil kontrasepsi KB.
terhadap kesehatan sangat baik, tidak
Beberapa
mengganggu hubungan seksual, mudah
faktor
masyarkat
menggunakan
yang
menyebabkan
Desa
Leyangan
tidak
pil
kontrasepsi
seperti
digunakan, mudah dihentikan setiap saat,
mengurangi
perdarahan
saat
haid,
banyaknya masyarakat yang menggunakan
mengurangi insidens gangguan menstruasi,
alat kontrasepsi selain pil kemudian harga
mengurangi insidens anemia defisiensi
yang mahal membuat masyarakat desa
besi, mengurangi insidens kista ovarium,
enggan menggunakan pil kontrasepsi dan
mengurangi
insidens
munculnya beberapa faktor yang membuat
mammae,
mengurangi
masyarakat
endometrium, mengurangi infeksi radang
tidak
menggunakan
pil
tumor
karsinoma
kontrasepsi yang berefek samping seperti
panggul,
mual, rasa tidak enak di payudara, sakit
mengurangi
kepala, mengurangi produksi ASI, berat
mengurangi kehamilan ektopik.
badan meningkat, munculnya jerawat,
jinak
mengurangi
osteoporosis,
rheumatoid
Gambaran
artritis,
kejadian
Diabetes
perubahan mood, pusing, serta retensi
Mellitus di Desa Leyangan Kabupaten
cairan, dan tekanan darah tinggi. Selain itu
Semarang
ada
efek
samping
lainnya
seperti
Berdasarkan
tabel
5.2,
dapat
kandungan hormon progesteron di dalam
diketahui bahwa wanita usia > 35 tahun di
pil
menunjukan
Desa Leyangan Kabupaten Semarang yang
antagonsime dengan insulin. Formulasi
mengalami Diabetes Mellitus sejumlah 15
kontrasepsi oral dengan progesteron dosis
orang (50,0%),
kontrasepsi
yang
tinggi menunjukan tes toleransi glukosa
Hasil penelitian di desa leyangan
yang abnormal pada pemakainya sehingga
yang
merugikan
disebabkan oleh beberapa faktor
pemakainya,
yang
salah
mengalami
dalam darah yang menjadi salah satu
disebabkan oleh faktor
faktor resiko penyakit diabetes mellitus
meliputi : Umur merupakan faktor pada
tipe 2.
orang
penelitian
yang
dewasa,
diabetes
yaitu
secara
hasil
besar
Mellitus
satunya adalah peningkatan kadar glukosa
Dari
garis
Diabetes
mellitus
resiko yang
dengan
semakin
bertambahnya umur kemampuan jaringan
menggunakan pil kontrasepsi sejumlah 9
mengambil
glukosa
orang, (30,0%). Karena beberapa faktor
menurun.
yang membuat masyarakat Desa Leyangan
terdapat pada orang berumur diatas 35
yang menggunakan pil kontrasepsi seperti
tahun dari pada orang yang lebih muda.
Penyakit
darah
ini
lebih
semakin
banyak
Keturunan,
penyakit
diabetes
menular
bukan
karena p-value = 0,014 < α (0,05), maka
diturunkan.
Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada
melitus
tetapi
Namun bukan berarti anak dari kedua
hubungan
orang tua yang diabetes pasti akan
penggunaan
mengidap diabetes juga, sepanjang bisa
kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada
menjaga dan menghindari faktor resiko
wanita usia > 35 tahun di desa Leyangan
yang lain. Sebagai faktor resiko yang
Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang. Dari
secara genetik yang perlu diperhatikan
hasil juga diperoleh nilai Odds Ratio
apabila kedua atau salah seorang dari
sebesar 16,00 ini menunjukkan bahwa ibu
orang tua, saudara kandung, atau anggota
yang
keluarga dekat mengidap diabetes.
beresiko 16 kali lebih besar mengalami
Hasil penelitian di Desa Leyangan
sejumlah
kontrasepsi.
(50,0%).
Karena
beberapa faktor yang dapat mencegah
yang
tidak
yang
penduduk
desa
baik
dan
pil
kontrasepsi
menggunakan
pil
Berdasarkan hasil penelitian
tentang
hubungan
penggunaan
pil
kontrasepsi dengan kejadian diabetes
dikonsumsi sehari-harinya tidak jauh dari
mellitus tipe 2 pada wanita usia > 35
sayur-sayuran
begitu
tahun di Desa Leyaagan Kabupaten
berpengaruh terhadap peningkatan gula
Semarang dan pembahasannya maka
darah, pola hidup yang baik seperti
dapat
aktifitas fisik yang selalu terjaga dengan
berikut :
melakukan olahraga, tidak menggunakan
1.
kortikosteroid
yang
makanan
dengan
yang
obat-obatan
jadi
kebanyakan
kontrasepsi
A. Kesimpulan
terjadinya diabetes mellitus seperti pola
makan
antara
kejadian diabetes mellitus dibandingkan
ibu
orang
pil
signifikan
menggunakan
yang tidak mengalami diabetes mellitus
15
yang
tidak
dengan
dalam
golongan
jangka
kesimpulan
sebagai
Penggunaan pil kontrasepsi KB
pada wanita usia > 35 tahun di
waktu
Desa
panjang.
Hubungan
ditarik
Leyangan
Kabupaten
Semarang, yaitu sejumlah 9 orang
Penggunaan
dengan persentase 30,0%.
Pil
Kontrasepsi dengan kejadian Diabetes
2.
Kejadian diabetes mellitus pada
Mellitus Tipe 2 pada Wanita Usia > 35
wanita usia > 35 tahun di Desa
Tahun di Desa Leyangan Kabupaten
Leyangan Kabupaten Semarang
Semarang.
yaitu sejumlah 15 orang dengan
Berdasarkan uji Chi Square (Fisher
Exact) diperoleh nilai p-value 0,014. Oleh
persentase 50,0%.
3.
Ada hubungan antara penggunaan
Diharapkan
masyarakat
pil kontrasepsi dengan kejadian
lebih
mengetahui
diabetes mellitus tipe 2 di Desa
menggunakan kontrasepsi dan efek
Leyangan Kabupaten Semarang
samping
yaitu dengan p-value 0,014 < α
kontrasepsi sehingga masyarakat
(0,05).
bisa memilih dengan bijak dalam
dari
menggunakan
B. Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang telah dilakukan dan mengingat
keterbatasan peneliti dalam penelitian
alat
manfaat
penggunaan
kontrasepsi
yang digunakan.
4.
Peneliti selanjutnya
Diharapkan
untuk
dapat
ini, maka ada beberapa saran yang
digunakan sebagai dasar untuk
perlu disampaikan peneliti sebagai
melakukan penelitian lebih lanjut
berikut :
yang berkaitan dengan hubungan
1.
penggunaan pil kontrasepsi dengan
2.
Bagi institusi pendidikan
Agar lebih memperbanyak
kejadian diabetes mellitus tipe 2
sumber-sumber literatur sehingga
dengan penelitian yang berbeda
mempermudah
mencari
dan dapat mampu melihat berapa
teori yang berhubungan dengan
lama penggunaan pil kontrasepsi,
penelitian yang dilakukan.
jenis pil yang digunakan beserta
Bagi akseptor KB
dosisnya.
dalam
Menambah informasi atau
DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan tentang kontrasepsi
dan efek sampingnya sehingga
dapat menentukan sendiri jenis
kontrasepsi
yang cocok untuk
digunakan pada
akseptor atau
dirinya sendiri dan jika terjadi hal
tidak wajar segera laporkan kepada
tim
medis
pelayanan
yang
menangani
kontrasepsi
dan
janganlah bersikap panik selama
masih dalam batas yang wajar.
3.
Bagi masyarakat
Alimul Hidayat, A. Aziz (2010). Metode
Penelitian Kebidanan dan
Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika
Alimul, A. (2007). Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba
Medika
Alimul, A. (2009). Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba
Medika
Andi. Kolesterol dan Diabetes (GejalaGejala,Pencegahan,dan
Pengendalian): yogyakarta
Anonim. (2006). Indonesia Urutan ke-4
Penderita Kencing Manis
(diabetes melitus/DM), diakses
tanggal 3 April 2013.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik,
Edisi ke-5. Jakarta: Rineka
Cipta.
Berliani, paulina. 2009. Kontrasepsi Oral
(pil)
–
Depo
provera.
www.pdffinder.com/pdf/hubungan
Tingkat Pengetahuan tentang
KB. Diakses rabu, 12 Oktober
2011.
BKKBN. (2003). Informasi Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta
Budiyanto& Agus Krisno,M.(2002).Gizi
dan kesehatan.Malang: Bayu
Media.
Ceriello A, 2002. The possible role of
postprandial hyperglycemia in
the pathogenesis of diabetic
complications.
Diabetologia
42:117-22
Chrousos, G. P.; 2007; The Gonadal
Hormone & Inhibitors; on
Katzung Basic and Clinical
Pharmacology; 10th ed.; The
McGraw-Hill Co. Inc.; p. 664
– 71
Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Hasdianah,H.R.(2012).Mengenal Diabetes
Mellitus: Pada Orang Dewasa
dan Anak-Anak Dengan Solusi
Herbal.Yogyakarta:
Nuha
Medika
Loose-Mitchel, D. S.; Stancel, G. M.;
2001;
Hormonal
Contraseptives; on Goodman
&
Gilman’s
The
Pharmacological Basis of
Theurapeutics, 10th
ed.;
McGraw-Hill Prof., 1623 – 9.
Norwitz, E. R.; Schorge, J. O.; 2008; At a
Glance
Obsteri
dan
Ginekologi; edisi kedua; alih
bahasa
Diba
Artsiyanti;
Penerbit Erlangga; hal. 31.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Novitasari.
(2012).
Diabetes
Mellitus.Yogyakarta:
Nuha
Medika
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu
keperawatan, Edisi II. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam.(2003).Konsep dan Penerapan
metodologi Penelitian Ilmu
keperawatan.Jakarta : Salemba
Medika.
Patricia A. Potter, Anne G. Perry. 2009.
Fundamental
of
Nursing
Fundamental
keperawatan
Buku I Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika.
Perkeni. (2006). Konsensus pengelolaan
dan pencegahan diabetes
mellitus tipe 2 di indonesia.
Jakarta : Perkeni.
Pernoll, M. L.; 2001; Benson & Pernooll
Handbook of Obstetrics and
Gynecology;
10th
ed.;
McGraw-Hill
Medical
Publishing Division,
New
York, p. 727 – 41
Prawirohardjo, S. (2005). Buku Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka.
Prawiroharjo, S. (2008). Buku ilmu
kandungan, (bina pustaka)
Robert,S.2013Dinsmoor.Epinephrine.ww
w.diabetesselfmanagement.co
m/Articles/DiabetesDefinitions/epinephrine/
Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis
Pelayanan
Kontrasepsi.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare.
(2008).
Buku
Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarh. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stubblefield, P. G.; Carr-Ellis, S.; Kapp,
N.; 2007 ; Family Planning, on
Berek & Novak’s Gynecology;
14th ed.; Lippincott Williams &
Wilkins; p. 247 - 312.
Sugiyono.
Sugiyono.
(2005). Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabeta
(2007).
Statistik
Untuk
Penelitian. Bandung : CV
Alfabeta
Sugiyono.
(2013). Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabeta
Suiroka.
(2012).
Penyakit
Degeneratif:Mengenal,Menceg
ah dan Mengurangi Faktor
Resiko 9 Penyakit Degeneratif.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan
Keluarga Berencana. Jakarta :
Salemba Medika.
Sutanto, P.H. (2007). Basic data analysis
for health research training.
Analisis data kesehatan. Depok
: UI.
Sutanto,L.B.(2008).Menopause.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Sutanto.(2010).Cekal
(Cegah
dan
Tangkal) Penyakit Modern:
Hipertensi, Stroke, Jantung,
Suyanto,
S. 2008. Riset Kebidanan
metodologi
&
Aplikasi.
Yogyakarta: Mitra Cendikia
Offset
Thandra&Hans. (2010). Langsung Jadi
Langsing. Surabaya: Jaring
Pena.
Thandra, H. (2008). Diabetes . Jakarta : Pt
Gramedia Pustaka Utama.
Tyastuti, dkk., (2008). Komunikasi &
Konseling Dalam Praktik
Kebidanan, Yogyakarta:
Fitramaya.
Wijayakusuma, H. (2008). Bebas diabetes
mellitus ala hembing. Jakarta :
Puspa.
Wiknjosastro, H. (editor); 2007; Ilmu
Kandungan; cetakan kelima;
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo,
Jakarta, hal. 534 – 575.
Yetti
Anggraini dan Martini. 2012.
Pelayanan
Kelurga
Berencana.
Yogyakarta
:
Rohima Press.
Download