PEMBANGUNAN SUMUR RESAPAN DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA AIR Oleh; Dr.rer.nat. W.Lestari' MSc Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno 63. Purwokerto 53125 PENDAHULUAN peradaban manusia yang semakin maju, berdampak pada kehidupannya saat ini semakin mudah dan nyaman jika dibandingkan nenek moyangnya. Rumah-rumah semakin baik dan nyaman, jalan-jalan semakin lancar dan halus dan membuat setiap perjalanan manusia semakin cepat dan nyaman. Akan tetapi dibalik itu semua muncul beberapa masalah yang sebenamya sedang diperbuat tanpa disengaja. Semua bangunan dan jalan yang dibangun, selalu berada dipermukaan tanah, dan dengan demikian menutupi permukaan tanah. Jika suatu saat hujan turun, maka air hujan tidak dapat meresap kedalam tanah, karena terfutup bangunan dan jalan yang kita bangun. Akibatnya, air akan mengalir memasuki selokan, masuk ke sungai dan terbuang ke laut. Dengan semakin majunya pembangunan, selokan dan saluran air semakin rapih, jalan air tidak lagi terbuat dari tanah, tetapi terbuat dari semen yang tidak dapat meresapkan air, akibatnya air semakin cepat mengalir dan terbuang ke laut. Pada sisi lain, lahan saw*r juga ternyata berperan hampir sama. Semakin lama umur sebuah hamparan sawah, semakin sedikit kompos yang masuk, dan semakin intensif (setahun 3 kali tanam misalnya); dan semakin banyak pupuk kimia digunakan, maka akan terbentuk lapisan kedap air dibawah permukaan sawah. Sekali lagi, jika hujan turun, sebagian besar airnya akan tErbuang ke laut. Dengan hitungan sederhana, sebenamya dapat dilihat akibat kecil yang terjadi. Berikut adalah data dan hitungan sederhananya. Di Kecamatan Karang Anyar, Kabupaten Purbalingga, terdapat sekitar 9.974 Kepala Keluarga. Curah hujan diasumsikan sekitar 2.50A mm per tahun atau 2.500 lt I m2 / tahun. Terdapat sawah seluas 2.196 lHa. Setiap kepala keluarga dianggap memiliki 1 rumah dengan luas rata-rata 50 m2. Dengan data dan asumsi tersebut, setiap tahun dapat dianggap terdapat I,25 juta meter kubik air yang mau tidak mau harus terbuang ke sungai hanya karena permukaan tanah tertutup bangunan. Angka ini sama dengan sekitar 250 ribu truck tanki ukuran 5.000 titer atau sama juga dengan mengisi lapangan bola dengan air sampai setinggi lebih dari seratus meter. Cukup untuk memberi minum 25A jfia rakyat Indonesia selama 3 hari... Jika sawah ikut dihitung, maka ada sekitar 31 juta meter kubik air yang dipaksa terbuang ke laut. Pada tingkat Kabupaten Purbalingga yang memiliki panjang jalan total 567 Km atau sama dengan sekitar 129 lapangan bola yang tertutup aspal, ada sekurangnya 3 juta meter kubik air yang terbuang ke laut karena tidak teresapkan ke tanah. Akhimya dari perhitungannya tersebut dapat diketahui bahwa seluruh jumlah air yang tidak teresapkan dalam setahun, hanya dari rumah dan sawah saja di Kecamatan bio.unsoed.ac.id Karang Anyar yang hanya cukup untuk mengaliri seluruh sungai di Purbalingga selama 4 bulan. Berdasarakan kenyataan tersebut,maka munoulah beberapa pertanyaan yaitu Apakah hal tersebut berbahaya? Apakah akan ada pengaruhnya bagi kehidupan kita? Bukankah selama ini di Kecamatan Karang Anyar tidak pernah timbul masalah? Jawabannya tergantung bagaimana kita melihat kenyataan yang ada dan harapan kita akan kehidupan anak cucu kita kelak. DAMPAK HILANGNYA DAERAII RESAPAN Tanah adalah satu kesatuan penting dalam sistem dan siklus tata afu alamiah bumi. Siklus air secara umum terdiri dari proses penguapan air, pembentukan awan dan hujan, proses pengaliran di permukaan dan proses pengaturan penyimpanan/pelepasan air. Pengaruh terbesar manusia dalam siklus air adalah pada proses pengaliran air dipermukaan dan pada proses penyimpanan / pengaturan pelapasan air ke permukaan oleh tanah. Pada proses pegaliran air, pengaruh manusia adalah pada berbagai perubahan pada bentuk dan kapasitas badan aliran air. Pembuatan selokan dari semen, normalisasi / pelurusan aliran sungai serta berbagai rekayasa fisik telah menyebabkan aliran air berjalan semakin cepat dan kehilangan kesempatan teresapkan pada bidan alir yang dilewatinya. Pada proses pengaturan pelepasan air, peran tanah dan tumbuhan yang hidup diatasnya memegang peranan yang sangat penting. Bahkan, dari keseluruhan sistem siklus air, proses pengaturan pelepasan air ini menjadi bagian yang paling penting dalam menjaga keseimbangan air pada suatu ekosistem. Tanah berfungsi sebagai semacam busa / dalam mengatur pelepasan dan penangkapan spon yang memegang perunan penting air hujan. Kemunculan mata air, ketersediaan air tanah baik untuk sumur dangkal maupun sumur dalam adalah sedikit dari manfaat tanah sebagai penyimpan air. Pada sisi lain, kemampuan peresapan air hujan yang baik, akan mengurangi masuknya air secara langsung dan bersamaan saat hujan. Hal ini tentunya akan mengurangi risiko banjir bandang. Tanah dapat berkurang kemampuannnya dalam meresapkan air. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia yag memadatkan tanah atau penutupan permukaan tanah oleh bangunan / jalan. Jika tanah tidak mampu melakukan perannya dalam meggatur penangkapan air hujan (dan penyimpanan), maka seluruh air hujan akan mengalir langsung menuju kelaut pada saat yang bersamaan. Jika hujan terjadi begitu besar dalam waktu yang cukup panjang, dan kemampuan tampung aliran sungai tidak mamadai, air dapat menumpuk dan menyebabkan banjir. Sebalikanya, jika tanah gagal dalam menjalankan perannnya sebagai penyimpan air, padamusim kemarau, tidak ada air yang dapat dilepaskan ke permukaan. Kekeringan akan terjadi karena tidak ada cadangan air di tanah yang dapat menjadi sumber air. Hal ini akan dapat terjadi semakin paiah dengan meningkatnya penggunaan sumur pompa yang semakin marak. bio.unsoed.ac.id Pada jangka panjang, kerusakan kemampuan tanah untuk meresapkan dan menyimpan air hujan akan menimbulkan dampak yang semakin besar dan meluas. Pada musim penghujan, air tidak tersimpan dengan baik dalam tanah, tetapi air hujan akan langsung dialirkan dipermukaan tanah dan banjir bandang akan terjadi dengan sangat mudahnya. Air hujan yang tidak terserap tanah akan dengan mudah menggerus permukaan tanah dan tepian sungai, akibatnya selain banjir, erosi dan longsor akan semakin sering terjadi. Pada musim kemarau, ketiadaan simpanan air di dalam tanah ditambah dengan intensitas penggunaan sumur akan menyebabkan permukaan air tanah menurun dengan drastis. Mata air yang mati, sumur yang kering dan aliran sungai yang mengering adalah dampak yang sangat pasti. Di daerah yang dekat dengan laut atau dekat dengan aliran muara, air laut akan semakin masuk kedalam tanah. Akibatnya, sumber dan cadangan air tanah akan tercemar air laut dan tidak/sulit digunakan lagi sebagai air baku. Pada sisi lain, air garam yang masuk ke darat dapat menyebabkan korosi / karat pada fondasi bangunan. KONSERVASI AIR Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu konservasi air sebagai upaya untuk penambahan air tanah melalui pembangunan sumur-sumur resapan. Prinsip dasar konservasi air ini adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir percuma ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah ( groundwater recharge). Dengan muka air tanah yang tetap terjaga atau bahkan menjadi lebih dangkal, air tanah tersebut dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air di musim kemarau dengan jalan memompanya kembali ditempat yang lain ke permukaan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan ialah melalui pembuatan bidang resapan air atau sumur resapan. Dengan sumur atau bidang resapan ini air hujan akan ditampung dan diresapkan ke dalam tanah sehingga dapat memperbaiki permukaan air tanah serta mengurangi aliran permukaan. SUMUR RESAPAN Penerapan sumur resapan ini dalam kehidupan sehari-hari penting artiwya. Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebagai pengendali banjiS melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah serta menekan laju erosi. 1. Pengendali Banjir Salah satu fungsi sumur resapan adalah sebagai upaya menekan banjir. Seperti dijelaskan terlebih dahulu bahwa sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan secara berlebihan yang menyebabkan banjir. Banyaknya aliran permukaan yang dapat dikurangi melalui sumur resapan tergantung pada volume dan jumlah sumur resapan. Misalnya, sebuah kawasan yang jumlah rumahnya 1000 buah, kalau masing-masing membuat sumur resapan dengan volume 2 kubik berarti dapat mengurangi aliran permukaan sebesar 2000 kubik air. bio.unsoed.ac.id t 2. Konservasi Air Tanah Fungsi lain dari sumur resapan ini adalah memperbaiki kondisi air tanah atau mendangkalkan permukaan air tanah. Adanya sumur resapan diharapkan air hujan lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah. Air yang tersimpan dalam tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan melalui sumursumur atau mata air. Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat. Dengan adanya perubahan tata guna lahan tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk meresapkan air. Hal ini mengingat semakin banyaknya tanah yang tertutup tembok, beton, aspal dan bangunan lainnya yang tidak meresapkan air. Penurunan daya resap tanah terhadap air dapat juga terjadi karena hilangnya vegetasi penutupan permukaan air tanah. 3. Menekan Laju Erosi Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan menurun. Bila aliran permukaan menurun tanah-tanah yang tergerus dan terhanyutpun akan berkurang. Dampakny4 aliran permukaan air hujan kecil dan erosipun akan kecil. Dengan demikian adanya sumur resapan yang mampu menekan besamya aliran permukaan berarti dapat menekan laju erosi. Prinsip Kerja Sumur Resapan Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap kedalam tanah. Tujuan utama dari sumur resapan adalah memperbesar masuknya air ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Dengan demikian, air akan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran permukaan (run ofi). Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat dieksplorasi setiap saat. Faktor-faktsr yang Perlu Dipertimbangkan a. Iklim Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sumur resapan. Faklor yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah hujan. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah berarti semakin besar sumur resapan yang diperlukan. b. Kondisi air tanah bio.unsoed.ac.id Pada kondisi muka air tanah yang dalam, sumur resapan dibuat secara besar-besaran kerena tanah benar-benar memerlukan suplai air melalui sumur resapannya, misalnya dataran tinggi dan permukiman. Sebalikny4 pada lahan yang muka aimya dangkal, strmur resapan tidak efektif dan tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada daerah rawa atau pasang surut. Kondisi Tanah feadaan tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah terhadap air h.ujana lengan demikian konstruksi dari sumur resapan harus mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpengaruh terhadap besirnya infiltrasi (resapan air) adalah tekstur dan pori-pori tanah. Tanah berpasir dan porus teUifr mampu merembeskan air hujan dengan cepat. Akibatnya, waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam sumur resapan relatif singkat dibandingkai dengan tanah yang kandungan liatnya pekat. d. Tata guna tanah Tata guna tanah berpengaruh terhadap persentase air yang meresap ke dalam tanah. Pada tanah yang banyak tertutup beton bangunan, air hujan yung ."ngalir di permukaan tanah akan lebih besar dibandingkan dengan air yang *erisap ke dalam tanah. Dengan demikian, di lahan yang penduduknya padat larus dibuat sumur resapan yang lebih banyak dan lebih besar volumenya. e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Perencanaan sumur resapan harus memperhatikan kondisi sosial perekonomian masyarakat. Misalnya pada kondisi perekonomian yang baik, biaya untuk sumur resapan dapat dibebankan kepada masyarakat dan konstruksinya dapat dibuat dari bahan yang benar-benar kuat. Sebaliknya pada kondisi sosial Lkonomi masyarakat rendah, sumur resapan harus terbuat dari bahan-bahan yang murah dan mudah iidapat serta konstruksinya sederhana. Ketersediaan bahan Perencanaan sumur resapan harus mempertimbangkan ketersediaan bahan-bahan yang ada di lokasi. Misalnya, untuk daerah perkotaan, sumur resapan dapat dibuat dari beton, tangki fiberglas atau cerakan belon ftong). untuk dairah pld.r*n sumur resapan yang cocok dikembangkan dari bambu atau kayu tahan lapuk atau bahan lain yang murah dan mudah didapat. 0 Ketersediaan lahan. K:lu.?Sl. yang memiliki lahan luas tentunya akan berbeda dengan keluarga yang mimiliki lahan sempit. Pada lahan luas, penggunaan smur resapan, parit resafan-atau kolam resapan akan memberikan manfaat yang besar. Sebalikny a, padalahan sempit, penggunaan biopori, parit dengan biopori atau parit non permanen juga sangat baik. h. Ketersediaan dana Pada akhirnya, pilihan kita akan kembali pada kapasitas dana yang dimiliki. Pembuatan bidang resapan atau sumur resapan harus seapat mungkirrmeiggunakan desain yang terjangkau. bio.unsoed.ac.id KESIMPULAN Ada beragai jenis bidang resapan yang dapat membantu penyerapan air kedalam tanah. Selain dalam bentuk sumur resapan, bidang resapan jug u iupit beibentuk bio pori, parit resapan, kolam resapan dan sebagainya. Bentuk apap_un yang dipilih adalah suatu bentuk tanggung jawab kita atas kelestarian sumber daya air. Bukan sekedar untuk kepentingan titu Ju":t ini, tetapi juga untuk memberikan jaminan bagi lingkungan yang baik dimasa depan. Upala ini akan berfungsi bila semua warga sadar dan mau menerapkannya. peran sumur resapan akan tidak berarti bila hanya beberapa penduduk saja yang menerapkan. Bayangkan bila setiap penduduk suatu kawasan yang memiliki sejuta bangunan menerapkan sumur resapan yang masing-masing dapat meresapakan air 1 kubik, Laka sejuta kubik air akan masuk ke dalam tanah dan kawasan tersebut akan terhindar dari banjir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan. 20A1. Statistik Kehutanan 199611997. Departemen Kehutanan, Jakarta. Departemen Kehutanan.2002. Rencana Aksi Pengembangan Hutan Tanaman/HTl dalam rangka Reboisasi. http :/1wram,. deoh ut. go. idl i n fo rmas ilphl Departemen Kehutanan. 2003. Kebij akan Penyusunan Mosterplan Rehabilitasi Hutan dan Lahan' Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan dan JICA. Jakarta. Menteri Kehutanan. 2000. Arahan Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Rapat Kerja Nasional 2000. Departemen Kehutanan dan perkebunan. Jakarta. Pratiwi. 2000. Pemanfaatan Bahan Organik Sisa Tumbuhan untuk Mengurangi Aliran Permukaan, Erosi dan Kehilangan Unsur Hara di Lahan Marginal Muara Dua Lqnpung. Buletin Penelition Hutan 624:39-5A. Pratiwi. 2AU. Efektivitas Penempatan Mulsa Vertikal untuk Pengurangan Laju Aliran Permukaan dan Sedimentasi serta Kehilangan Unsur Hara di Hutan Tanaman Mahoni Afrika (Khaya anthoteca) Pasir Awi-Leuwiliang, Jawa Barat. Buletin P ene I it i an Hut an 628:49 -6A. Pratiwi. 2005. Aspek Konservasi Tanah dan Air Rehabilitasi Hutan bio.unsoed.ac.id Prosiding Ekspose Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Penerapan dalam dan Lahan. Palembang 15 Desember 2004. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Siregar, C. A. dan Pratiwi. 1999. Pemanfaatan Bahan Organik dengan Teknik Mulsa Vertikal untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah pada Hutan Tanaman Industri. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian Penerapan Konservasi Tanah dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengusahaan Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor, 11 Februari 1999. Sitanala, A. 1986. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sitanala, A dan E. Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan. Yayasan Obor, Jakarta. United Nations Convention to Combat Desertification (IINCCD). 2000. Combating Land Degradation in Indonesia. National Report on the Implementation of the Fourth Session of Conference of the Parties. Bonn, Germany. bio.unsoed.ac.id