11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Pelaporan Keuangan
Pelaporan
keuangan
merupakan
laporan
keuangan
(Financial
Statement) yang ditambah dengan informasi-informasi lain yang saling
berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang disediakan
oleh sistem akuntansi keuangan. Misalnya mengenai sumber daya
perusahaan,
earnings,
current
cost,
informasi
mengenai
prospek
perusahaan yang merupakan bagian integral dengan tujuan untuk
memenuhi tingkatan pengungkapan yang cukup.
Menurut SFAC Nomor 2 mengenai Objectives of Financial Reporting
by Business Enterprises, tujuan pelaporan keuangan yaitu:
a. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, kreditor dan pengguna potensial lainnya dalam
membantu proses pengambilan suatu keputusan yang rasional atas
investasim kredit dan keputusan lain yang sejenis. Informasi harus
dipahami oleh mereka yang memiliki pemahaman yang wajar
mengenai kegiatan bisnis dan ekonomi.
b. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, kreditor dan pengguna potensial lainnya yang
membantu dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian
prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan
dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau
pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (Future Cash Flow) pada
perusahaan.
c. Pelaporan keuangan harus memberikan informasi mengenai
sumber daya ekonomi dari suatu perusahaan.
d. Pelaporan keuangan harus menyadiakan informasi mengenai
performa perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor
11
12
sering menggunakan informasi mengenai masa lalu untuk menilai
prospek kedepannya.
e. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai
bagaimana perusahaan mendapatkan dan menggunakan kas,
seperti mengenai pinjaman dan pengembaliannya, kas dividen dan
pendistribusiannya kepada pemilik.
f. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai
bagaimana manajemen perusahaan tersebut bertanggung jawab
kepada pemegang saham dalam penggunaan sumber daya
perusahaan.
g. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna
bagi manajer dan direktur dalam pengambilan keputusan.
Rumusan tujuan pelaporan keuangan tersebut, berkaitan dengan
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Informasi yang berguna untuk keputusan investasi dan kredit.
b. Informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas.
c. Informasi mengenai alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan
perubahannya.
SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) mengemukakan
bahwa pelaporan harus menyajikan mengenai kinerja dan earnings dari
satu kesatuan usaha tersebut, yaitu:
a. Pelaporan harus menyediakan informasi menganai kinerja
keuangan perusahaan (Financial Performance) selama suatu
periode tertentu.
b. Pelaporan kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur
earning power dengan seluruh komponennya, karena para
pengguna sangat berkepentingan atas prospek penerimaan kas
bersih dari perusahaan.
c. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi menganai
bagaimana manajeman perusahaan mempertanggungjawabkan
kepada para stakeholders atas pengelolaan sumber daya ekonomi
yang telah dipercayakan kepada manajemen.
13
2.1.2 Informasi dan Pelaporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 1 Par. 5,
dikatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan ekonomi. Karena pada dasarnya para pengguna
laporan keuangan ingin mengetahui dan mendapatkan informasi menganai
posisi keuangan dan hasil usaha secara keseluruhan.
Menurut Leng (2004) akuntansi berkepentingan tidak hanya dengan
laporan keuangan, melainkan lebih berkepentingan dengan pelaporan
keuangan. Laporan keuangan hanya bagian dari pelaporan keuangan untuk
mencapai tujuan menyediakan informasi yang bermanfaat dan relevan.
Adapun pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor
usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganyam dan
masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini
meliputi:
a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka
berkepentingan
dengan
risiko
yang
melekat
serta
hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah
harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang
saham
juga
tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk
membayar dividen.
b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili
mereka
tertarik
pada
informasi
mengenai
stabilitas
dan
profitabilitas entitas. Mereka juga tertatik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam
memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
14
c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha
lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jurnal yang terutang akan dibayar pada
saat jatuh tempo. Keditor usaha berkepentingan pada entitas dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman
kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada
kelangsungan hidup entitas.
e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama apabila mereka
terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung
pada entitas.
f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di
bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya
dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat
dalam berbagai cara. Misalnya, entitas dapat memberikan
kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah
orang yang dipekerjakan dana perlindungan kepada penanam
modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat
dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan
perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian
aktivitasnya.
2.1.3 Teori Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK, laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
15
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas dan ekuitas. Ketiga
unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasi oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Manfaat
ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari
aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
perusahaan. Potensi tersebut dapat membentuk sesuatu yang
produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional
perusahaan. Perusahaan biasanya menggunakan aset untuk
memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
dan keperluan pelanggan. Manfaat ekonomi masa depan yang
terwujud dalam aset dapat mengalir ke dalam perusahaan dengan
beberapa cara. Misalnya aset dapat:
1. Digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam
produksi barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan;
2. Dipertukarkan dengan aset lain;
3. Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas; atau
4. Dibagikan kepada para pemilik perusahaan.
b. Liabilitas
Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan memiliki
kewajiban masa kini. Kewajiban merupakan suatu tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu
dengan cara tertentu. Kewajiban menurut hukum adalah sebagai
konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban biasanya timbul hanya kalau aset telah diserahkan atau
suatu perusahaan sudah membuat perjanjuan yang tidak dapat
dibatalkan untuk pembelian suatu aset. Penyelesaian kewajiban
masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbakna
16
sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk
memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada
sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misanya:
1. Pembayaran kas
2. Penyerahan aset lain
3. Pemberian jasa
4. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
5. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti
kreditor membebaskan atau membatalkan haknya.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah residual atas aset perusahaan setelah dikurangi
semua libaliatas.
Sedangkan unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran kinerja
atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti imbalan hasil investasi (return
on investment) atau laba per saham (earnings per share) adalah
penghasilan bersih (laba) dan beban. Unsur penghasilan dan beban
didefinisikan sebagai berikut:
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu
periode
akuntansi
dalam
bentuk
pemasukan
atau
penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
b. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya
aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.
Laporan keuangan memiliki komponen yaitu laporan rugi laba, laporan
perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan. Berikut merupakan penjelasan atas komponen-komponen dari
laporan keuangan berdasarkan IFRS.
17
a. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi-laba merupakan sebuah bentuk laporan yang
memberikan informasi mengenai hasil usaha dan biaya-biaya yang
terjadi selama periode tertentu. Periode tersebut dapat dibagi
menjadi perbulan, pertiba bulan, perenam bulan dan persatu tahun
sesuai dengan keperluan masing-masing. Laporan laba rugi secara
garis besar didapat melalui selisih antara pendapatan (hasil usaha)
dengan beban-beban.
b. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan berupahan ekuitas merupakan salah satu bentuk laporan
keuangan
yang
memberikan
informasi mengenai
penyebab
bertambah atau berkurangnya modal selama periode tertentu. Di
dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen
diantaranya:
1. Modal awal, merupakan keseluruhan dana yang diinvestasikan
kedalam
perusahaan
yang
digunakan
untuk
menunjang
pengoperasian perusahaan pada saat awal perubahan tersebut
baru berdiri atau posisi modal awal perusahaan pada awal bulan
pada tahun yang bersangkutan.
2. Laba/rugi, merupakan selisih antara total pendapatan bersih
dengan total beban.
3. Dividen, merupakan penarikan sejumlah dana yang digunakan
untuk dibagikan kepada pemilik perusahaan.
4. Modal akhir, merupakan keseluruhan dana yang merupakan
hasil akhir dari penambahan modal awal dengan lama (jika
mengalami keuntungan) atau pengurangan modal awal dengan
rugi usaha (jika mengalami kerugian) kemudian dikurangi
dengan total dividen.
c. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai kekayaan (Asset), hutang atau kewajiban (Liability) dan
modal (Equity) yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan dan juga sebagai simbol keadaan fisik suatu
perusahaan.
18
d. Laporan Arus Kas
Laporan
arus
kas
merupakan
laporan
keuangan
yang
menggambarkan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan, dengan kata lain adalah
aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan
aliran kas keluar perusahaan serta beberapa saldonya setiap periode.
Menurut Toto Proha dalam bukunya yang berjudul Memahami
Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK, laporan arus kas akan
memberikan gambaran terhadap pembacanya mengenai bagaimana
perusahaan:
1. Memperoleh kas dari kegiatan operasinya (Oprating)
2. Menggunakan kas untuk investasi (Investing)
3. Mengelola pendanaan (Financing)
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran,
neraca dan laporan arus kas.
2.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 25, karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi para pengguna laporan keuangan. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu dpat dipahami, relevan, kendalan, dan
dapat diperbandingkan. Berikut penjabaran dari empat karakteristik
kualitatif tersebut:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
para penggunanya. Dengan kata lain pengguna laporan keuangan
diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivasu
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun informasi yang
kompleks tidak bisa dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan
19
bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh
pengguna laporan keuangan.
b. Relevan
Supaya bermanfaat dan memenuhi kebutuhan bagi penggunanya,
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan haruslah
relevan. Suatu informasi dikatakan relevan apabila informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi,
hasil
evaluasi
pengguna
masa
lalu.
Relevansi
informasi
dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa
kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan
relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat
memengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi entitas
tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai
segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Sedangkan
informasi
dipandang
material
apabila
kelalaian
untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian
dalam mencantumkan (omissioni) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement). Maka dari itu, materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik
kualitatif pokok yang harus dimiliki supaya informasi dipandang
bermanfaat.
c. Keandalan
Supaya bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
apabila bebas dari pengertian yang menysatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. Tetapi
mungkin saja suatu informasi relevan tapi hakikay atau
20
penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Supaya dapat
diandalkan, suatu informasi harus disajikan secara jujur, dengan
kata lain menyajikan yang seharusnya. Selain itu informasi dalam
laporan keuangan juga harus lengkap dalam batasan metarialitas
dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pengguna
harus
dapat
membandingkan
laporan
keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(tren) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Pengguna juga
harus dapat membandingkan laporkan keuangan antar perusahaan
unruk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan
penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut,
antar periode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda.
Implikasi
penting
dari
karakteristik
kualitatif
dapat
diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapatkan
informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta
pengaruh perubahan tersebut.
2.1.5 Relevansi Informasi Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan dikatakan relevan dan handal apabila laporan
keuangan tersebut memiliki kapabilitas dalam menyediakan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan.
Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) nomor
2, informasi laporan keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan
dalam keputusan dengan membantu pengguna laporan keuangan untuk
memprediksi hasil masa depan.
21
2.1.6 Inflasi
Inflasi adalah suatu proses ketidak seimbangan yang dinamis yaitu
tingkat harga yang terus menerus mengalami kenaikan selama periode
tertentu dan pada arah yang tetap naik, yang disebabkan oleh suatu
kelebihan permintaan diatas kapasitas penawaran. Secara umum inflasi
dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa
harga-harga berbagai macam barang naik dengan persentase yang sama.
Pengertian inflasi menurut Belkaoui pada Tenu (2000), when the price
of goods and services increases, the movement is referred to as inflation,
which is also a decrease in the general purchasing power of money. Dan
sedangkan pengertian inflasi menurut Michael Parkin pada Tenu (2000),
inflation is a process in which the price level is rising and money is loosing
value.
Dari pengertian di atas dapat disimpukan bahwa inflasi merupakan
suatu proses meningkatkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling berpengaruh satu sama lain.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Ada tiga hal yang perlu
ditekankan dari inflasi, yaitu:
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkatkan, yang
berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu
tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, akan
tetapi tetap menunjukan tendensi yang meningkat.
22
b. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus
menerus yang berarti tidak hanya berlangsung dalam satu waktu
saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
c. Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalag tingkat harga
umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu
bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi, akan tetapi untuk
harga barang secara umum.
2.1.7 Tingkat Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus pada Nandadipa (2010), kondisi
inflasi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
a. Merayap (creeping inflation)
Laju inflasi yang rendah, nilainya kurang dari 10%, kenaikan
harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan terkadang
berjalan dalam waktu yang relatif singkat serta memiliki sifat
akselerasi.
c. Inflasi tinggi (hyper inflation)
Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang sangat besar dan
nilai mata uang merosot dengan tajam.
2.1.8 Jenis Inflasi
Menurut Michael Parkin pada Tenu, ditinjau dari sebab terjadinya,
inflasi dibagi menjadi dua, yaitu demand pull inflation dan cost push
inflation. Berikut penjelasan mengenai hal tersebut:
a. Demand pull inflation
Inflasi yang terjadi akibat adanya kenaikan daya beli masyarakat
sehingga meningkatkan permintaan yang berakibat terjadinya
kenaikan harga barang dan jasa secara umum.
23
b. Cost push inflation
Inflasi yang terjadi karena adanya peningkatan biaya produksi atau
faktor-faktor produksi.
2.1.9 Akuntansi Inflasi
Menurut Ainun Na’im pada Tenu (2000), akuntansi inflasi merupakan
suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah
memperhitungkan perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi
yang dihasilkan menunjukan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga
yang berlaku. Perbedaannya dengan akuntansi konvensional adalah apabila
akuntansi inflasi mengakui adanya perubahan daya beli, sedangkan
akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan daya beli. Oleh
karena itu, akuntansi inflasi dapat dipakai sebagai suatu metode untuk
menyajikan kembali laporan keuangan konvensional ke dalam laporan
keuangan yang mencerminkan adanya perubahan daya beli. Dua solusi
telah dikembangkan untuk menghadapi distorsi yang disebabkan oleh
Historical Cost Accounting dalam periode pergantian harga (Changing
Price). Berikut penjelasan mengenai solusi tersebut:
a. General Price Level Accounting (GPLA)
Pendeketan ini membuat penyesuaian terhadap Historical Cost
dari aset untuk mempengaruhi perubahan kekuatan daya beli dari
suatu
mata
uang.
Dibawah
GPLA,
aset dan
kewajiban
nonmoneter, stockholder’s equity dan semua akun pada laporan
laba-rugi disajikan kembali dengan GPI (General Price Index)
pada akhir periode. Pada Tawiah, Benjamin & Dorothee (2015),
metode ini menyesuaikan biaya historis menjadi tingkat harga
umum menggunakan indeks harga konsumen. Item dalam neraca
dikategorikan ke dalam pos moneter dan pos non-moneter.
Menurut IAS29 pada Ilter (2012), pos moneter mencakup seperti
uang tunai, piutang dan hutang. Sedangkan pos non moneter
mencakup seperti mesin, akumulasi penyusutan persediaan,
penjualan, harga pokok penjualan dan pendapatan & beban
lainnya.
24
b. Current Cost Accounting (CCA)
Solusi alternatif lainnya yaitu untuk memperhitungkan perubahan
harga yang spesifik dengan memperbaharui nilai aset dari
Historical Cost ke Current Cost. Pada Tawiah, Benjamin &
Dorothee (2015), metode ini menggunakan nilai bisnis sebagai
dasar pengukuran. Cara ini dikenal sebagai Current Repplacement
Cost (CRC) atau lebih mudahnya Current Cost Accounting.
Dibawah metode ini, Historical Cost dari aset nonmoneter dan
biaya diganti berdasarkan Current Cost pada akhir periode. Selain
itu juga metode ini juga diapliaksikan pada saat menentukan
jumlah pendapatan yang akan didistribusikan kepada pemilik
selagi menjaga kapasitas produktif perusahaan atau modal fisik.
2.1.10 Analisa Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kondisi keuangan
suatu perusahaan. Analisis ini memerlukan tolak ukur, biasanya yang
dipakai adalah rasio atau indeks yang mengaitkan dua data keuangan satu
dengan yang lainnya (Sucipto, 2002).
Analisis rasio menyatakan hubungan antara item yang dipilih dari data
laporan keuangan. Rasio menyatakan hubungan matematis antara satu
kuantitas dengan yang lain. Hubungan tersebut dinyatakan baik dalam
persentase, tingkatan atau proporsi sederhana. Rasio keuangan dapat
dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Rasio likuiditas
Likuiditas dari suatu perusahaan diukur berdasarkan kemampuan
perusahaan
tersebut
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
1. Current ratio (CR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan melunasi utang jang pendeknya
menggunakan aktiva lancarnya. Semakin besar rasio ini,
semakin besar pula tingkat kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendeknya.
25
2. Quick ratio (QR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi utang jangka
pendeknya menggunakan aktiva yang memiliki tingkat
likuidasi yang tinggi. Dalam rasio ini, persediaan tidak diikut
sertakan dalam perhitungan dikarenakan persediaan dianggap
memiliki tingkat likuidasi yang rendah.
b. Rasio aktifitas (activity ratio)
Rasio aktivitas mengukur seberapa cepat berbagai akun diubah
menjadi penjualan atau kas masuk atau keluar. Dalam arti, rasio
aktivitas mengukur seberapa efisien suatu perusahaan beroperasi
di sepenjang berbagai dimensi seperti manajemen persediaan,
penegluaran dan koleksi.
1. Inventory turnover (ITO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa likuid
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Receivables turnover (RTO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat
perusahaan mengkonversi asetnya menjadi kas.
26
3. Average collection period (ACP)
Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa bagus kebijakan
kredit dan penagihan suatu perusahaan.
4. Fixed asset turnover (FATO)
Rasio ini digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien
suatu perusahaan dalam menggunakan aset tetapnya dalam
operasinya. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka
semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan aset
tetapnya.
5. Total assets turnover (TATO)
Rasio ini digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien
suatu
perusahaan
dalam
menggunakan
asetnya
dalam
operasinya. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka
semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya.
c. Rasio utang (solvability ratio)
Rasio ini mengindikasikan seberapa besar utang yang dimiliki
perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
1. Total debt to toal assets ratio (TDTA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset yang
dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang.
27
2. Total debt to toal equity ratio (TDTE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
pendanaan suatu perusahaan dibiayai oleh utang.
d. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan
operasi dari suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Rasio
ini digunakan untuk analisis keuntungan perusahaan sehubungan
dengan tingkat penjualan, tingkat aset atau pemilik invstasi.
1. Gross profit margin (GPM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
persentase pendapatan yang tersisa setelah dikurangi oleh
beban pokok penjualan.
2. Operating profit margin (OPM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
persentase pendapatan setelah dikurangin oleh harga pokok
penjualan dan beban operasional.
3. Net profit margin (NPM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
persentase pendapatan bersih.
28
4. Rate return on assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen
dalam menghasilkan keuntungan dengan aset yang tersedia.
5. Rate return on equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur keuntungan yang didapat
dari setiap saham yang beredar.
2.2 Pengembangan Hipotesis
Gunawan pada Meythi dan Teresa (2012) menguji perbedaan rasio-rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur nilai dalam Historical Cost dengan
General Price Level Accounting. Sampel yang digunakan sebanyak satu
perusahaan, yaitu PT HG. Data diambil dari data keuangan di Bursa Efek
Indonesia BEI dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 1996-1999.
Penelitian ini menggunakan Paired Sample T-test untuk menguji perbedaan
metoda Historical Cost dengan General Price Level Accounting dari neraca dan
laporan laba rugi tahun 1996-1999. Penyusunan dengan metode nilai historis
yang disesuaikan berdasarkan tingkat harga umum dapat dilakukan dengan
mengkonversikan nilai historis dengan faktor konversi menjadi tingkat harga
umum, dengan rumusan sebagai berikut:
Kristanto (2007) melakukan penelitian antara rasio keuangan berdasarkan
akuntansi tingkat harga umum dengan rasio keuangan berdasarkan akuntansi
konvensional di Indonesia dengan sampel 12 perusahaan manufaktur yang
29
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan uji yang diterapkan terhadap rasio
keuangan yaitu uji beda rata-rata.
Berdasarkan dua penelitian di atas, penulis mengembangkan beberapa
hipotesis sebagai berikut:
Ho1: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas berdasarkan
nilai historis dengan rasio likuiditas berdasarkan General Price Level
Accounting.
Ha1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas berdasarkan nilai
historis dengan rasio likuiditas berdasarkan General Price Level
Accounting.
Ho2: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas berdasarkan
nilai historis dengan rasio aktivitas berdasarkan General Price Level
Accounting.
Ha2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas berdasarkan nilai
historis dengan rasio aktivitas berdasarkan General Price Level Accounting.
Ho3: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio utang berdasarkan
nilai historis dengan rasio utang berdasarkan General Price Level
Accounting.
Ha3: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio utang berdasarkan nilai
historis dengan rasio utang berdasarkan General Price Level Accounting.
Ho4: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas
berdasarkan nilai historis dengan rasio profitabilitas berdasarkan General
Price Level Accounting.
Ha4: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas berdasarkan
nilai historis dengan rasio profitabilitas berdasarkan General Price Level
Accounting.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dengan telah dilakukannya analisis landasan teori serta penelitian terdahulu
terkait pengujian terhadap perbedaan antara indikator keuangan berdasarkan nilai
historis dengan indikator keuangan berdasarkan General Price Level Accounting,
maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
30
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Olahan
Download