BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan merupakan laporan keuangan (Financial Statement) yang ditambah dengan informasi-informasi lain yang saling berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang disediakan oleh sistem akuntansi keuangan. Misalnya mengenai sumber daya perusahaan, earnings, current cost, informasi mengenai prospek perusahaan yang merupakan bagian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkatan pengungkapan yang cukup. Menurut SFAC Nomor 2 mengenai Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan pelaporan keuangan yaitu: a. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan suatu keputusan yang rasional atas investasim kredit dan keputusan lain yang sejenis. Informasi harus dipahami oleh mereka yang memiliki pemahaman yang wajar mengenai kegiatan bisnis dan ekonomi. b. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (Future Cash Flow) pada perusahaan. c. Pelaporan keuangan harus memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari suatu perusahaan. d. Pelaporan keuangan harus menyadiakan informasi mengenai performa perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor 11 12 sering menggunakan informasi mengenai masa lalu untuk menilai prospek kedepannya. e. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai bagaimana perusahaan mendapatkan dan menggunakan kas, seperti mengenai pinjaman dan pengembaliannya, kas dividen dan pendistribusiannya kepada pemilik. f. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai bagaimana manajemen perusahaan tersebut bertanggung jawab kepada pemegang saham dalam penggunaan sumber daya perusahaan. g. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna bagi manajer dan direktur dalam pengambilan keputusan. Rumusan tujuan pelaporan keuangan tersebut, berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut: a. Informasi yang berguna untuk keputusan investasi dan kredit. b. Informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas. c. Informasi mengenai alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan perubahannya. SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) mengemukakan bahwa pelaporan harus menyajikan mengenai kinerja dan earnings dari satu kesatuan usaha tersebut, yaitu: a. Pelaporan harus menyediakan informasi menganai kinerja keuangan perusahaan (Financial Performance) selama suatu periode tertentu. b. Pelaporan kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur earning power dengan seluruh komponennya, karena para pengguna sangat berkepentingan atas prospek penerimaan kas bersih dari perusahaan. c. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi menganai bagaimana manajeman perusahaan mempertanggungjawabkan kepada para stakeholders atas pengelolaan sumber daya ekonomi yang telah dipercayakan kepada manajemen. 13 2.1.2 Informasi dan Pelaporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Par. 5, dikatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi. Karena pada dasarnya para pengguna laporan keuangan ingin mengetahui dan mendapatkan informasi menganai posisi keuangan dan hasil usaha secara keseluruhan. Menurut Leng (2004) akuntansi berkepentingan tidak hanya dengan laporan keuangan, melainkan lebih berkepentingan dengan pelaporan keuangan. Laporan keuangan hanya bagian dari pelaporan keuangan untuk mencapai tujuan menyediakan informasi yang bermanfaat dan relevan. Adapun pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganyam dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen. b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga tertatik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 14 c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jurnal yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Keditor usaha berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup entitas. e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama apabila mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, entitas dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dana perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.3 Teori Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, 15 laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas dan ekuitas. Ketiga unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut: a. Aset Aset adalah sumber daya yang dikuasi oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat membentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan biasanya menggunakan aset untuk memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan pelanggan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset dapat mengalir ke dalam perusahaan dengan beberapa cara. Misalnya aset dapat: 1. Digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan; 2. Dipertukarkan dengan aset lain; 3. Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas; atau 4. Dibagikan kepada para pemilik perusahaan. b. Liabilitas Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan memiliki kewajiban masa kini. Kewajiban merupakan suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban menurut hukum adalah sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Kewajiban biasanya timbul hanya kalau aset telah diserahkan atau suatu perusahaan sudah membuat perjanjuan yang tidak dapat dibatalkan untuk pembelian suatu aset. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbakna 16 sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misanya: 1. Pembayaran kas 2. Penyerahan aset lain 3. Pemberian jasa 4. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain 5. Konversi kewajiban menjadi ekuitas Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditor membebaskan atau membatalkan haknya. c. Ekuitas Ekuitas adalah residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua libaliatas. Sedangkan unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti imbalan hasil investasi (return on investment) atau laba per saham (earnings per share) adalah penghasilan bersih (laba) dan beban. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut: a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. b. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Laporan keuangan memiliki komponen yaitu laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Berikut merupakan penjelasan atas komponen-komponen dari laporan keuangan berdasarkan IFRS. 17 a. Laporan Rugi Laba Laporan rugi-laba merupakan sebuah bentuk laporan yang memberikan informasi mengenai hasil usaha dan biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu. Periode tersebut dapat dibagi menjadi perbulan, pertiba bulan, perenam bulan dan persatu tahun sesuai dengan keperluan masing-masing. Laporan laba rugi secara garis besar didapat melalui selisih antara pendapatan (hasil usaha) dengan beban-beban. b. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan berupahan ekuitas merupakan salah satu bentuk laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai penyebab bertambah atau berkurangnya modal selama periode tertentu. Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diantaranya: 1. Modal awal, merupakan keseluruhan dana yang diinvestasikan kedalam perusahaan yang digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahaan pada saat awal perubahan tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahaan pada awal bulan pada tahun yang bersangkutan. 2. Laba/rugi, merupakan selisih antara total pendapatan bersih dengan total beban. 3. Dividen, merupakan penarikan sejumlah dana yang digunakan untuk dibagikan kepada pemilik perusahaan. 4. Modal akhir, merupakan keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari penambahan modal awal dengan lama (jika mengalami keuntungan) atau pengurangan modal awal dengan rugi usaha (jika mengalami kerugian) kemudian dikurangi dengan total dividen. c. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kekayaan (Asset), hutang atau kewajiban (Liability) dan modal (Equity) yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan juga sebagai simbol keadaan fisik suatu perusahaan. 18 d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menggambarkan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan, dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta beberapa saldonya setiap periode. Menurut Toto Proha dalam bukunya yang berjudul Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK, laporan arus kas akan memberikan gambaran terhadap pembacanya mengenai bagaimana perusahaan: 1. Memperoleh kas dari kegiatan operasinya (Oprating) 2. Menggunakan kas untuk investasi (Investing) 3. Mengelola pendanaan (Financing) e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. 2.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 25, karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi para pengguna laporan keuangan. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu dpat dipahami, relevan, kendalan, dan dapat diperbandingkan. Berikut penjabaran dari empat karakteristik kualitatif tersebut: a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para penggunanya. Dengan kata lain pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivasu ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun informasi yang kompleks tidak bisa dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan 19 bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna laporan keuangan. b. Relevan Supaya bermanfaat dan memenuhi kebutuhan bagi penggunanya, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan haruslah relevan. Suatu informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi pengguna masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat memengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi entitas tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Sedangkan informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omissioni) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Maka dari itu, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki supaya informasi dipandang bermanfaat. c. Keandalan Supaya bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal apabila bebas dari pengertian yang menysatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. Tetapi mungkin saja suatu informasi relevan tapi hakikay atau 20 penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Supaya dapat diandalkan, suatu informasi harus disajikan secara jujur, dengan kata lain menyajikan yang seharusnya. Selain itu informasi dalam laporan keuangan juga harus lengkap dalam batasan metarialitas dan biaya. d. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporkan keuangan antar perusahaan unruk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar periode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapatkan informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. 2.1.5 Relevansi Informasi Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan dikatakan relevan dan handal apabila laporan keuangan tersebut memiliki kapabilitas dalam menyediakan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan. Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) nomor 2, informasi laporan keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan dalam keputusan dengan membantu pengguna laporan keuangan untuk memprediksi hasil masa depan. 21 2.1.6 Inflasi Inflasi adalah suatu proses ketidak seimbangan yang dinamis yaitu tingkat harga yang terus menerus mengalami kenaikan selama periode tertentu dan pada arah yang tetap naik, yang disebabkan oleh suatu kelebihan permintaan diatas kapasitas penawaran. Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang naik dengan persentase yang sama. Pengertian inflasi menurut Belkaoui pada Tenu (2000), when the price of goods and services increases, the movement is referred to as inflation, which is also a decrease in the general purchasing power of money. Dan sedangkan pengertian inflasi menurut Michael Parkin pada Tenu (2000), inflation is a process in which the price level is rising and money is loosing value. Dari pengertian di atas dapat disimpukan bahwa inflasi merupakan suatu proses meningkatkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling berpengaruh satu sama lain. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Ada tiga hal yang perlu ditekankan dari inflasi, yaitu: a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkatkan, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, akan tetapi tetap menunjukan tendensi yang meningkat. 22 b. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus yang berarti tidak hanya berlangsung dalam satu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c. Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalag tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi, akan tetapi untuk harga barang secara umum. 2.1.7 Tingkat Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus pada Nandadipa (2010), kondisi inflasi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: a. Merayap (creeping inflation) Laju inflasi yang rendah, nilainya kurang dari 10%, kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. b. Inflasi menengah (galloping inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan terkadang berjalan dalam waktu yang relatif singkat serta memiliki sifat akselerasi. c. Inflasi tinggi (hyper inflation) Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang sangat besar dan nilai mata uang merosot dengan tajam. 2.1.8 Jenis Inflasi Menurut Michael Parkin pada Tenu, ditinjau dari sebab terjadinya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu demand pull inflation dan cost push inflation. Berikut penjelasan mengenai hal tersebut: a. Demand pull inflation Inflasi yang terjadi akibat adanya kenaikan daya beli masyarakat sehingga meningkatkan permintaan yang berakibat terjadinya kenaikan harga barang dan jasa secara umum. 23 b. Cost push inflation Inflasi yang terjadi karena adanya peningkatan biaya produksi atau faktor-faktor produksi. 2.1.9 Akuntansi Inflasi Menurut Ainun Na’im pada Tenu (2000), akuntansi inflasi merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Perbedaannya dengan akuntansi konvensional adalah apabila akuntansi inflasi mengakui adanya perubahan daya beli, sedangkan akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan daya beli. Oleh karena itu, akuntansi inflasi dapat dipakai sebagai suatu metode untuk menyajikan kembali laporan keuangan konvensional ke dalam laporan keuangan yang mencerminkan adanya perubahan daya beli. Dua solusi telah dikembangkan untuk menghadapi distorsi yang disebabkan oleh Historical Cost Accounting dalam periode pergantian harga (Changing Price). Berikut penjelasan mengenai solusi tersebut: a. General Price Level Accounting (GPLA) Pendeketan ini membuat penyesuaian terhadap Historical Cost dari aset untuk mempengaruhi perubahan kekuatan daya beli dari suatu mata uang. Dibawah GPLA, aset dan kewajiban nonmoneter, stockholder’s equity dan semua akun pada laporan laba-rugi disajikan kembali dengan GPI (General Price Index) pada akhir periode. Pada Tawiah, Benjamin & Dorothee (2015), metode ini menyesuaikan biaya historis menjadi tingkat harga umum menggunakan indeks harga konsumen. Item dalam neraca dikategorikan ke dalam pos moneter dan pos non-moneter. Menurut IAS29 pada Ilter (2012), pos moneter mencakup seperti uang tunai, piutang dan hutang. Sedangkan pos non moneter mencakup seperti mesin, akumulasi penyusutan persediaan, penjualan, harga pokok penjualan dan pendapatan & beban lainnya. 24 b. Current Cost Accounting (CCA) Solusi alternatif lainnya yaitu untuk memperhitungkan perubahan harga yang spesifik dengan memperbaharui nilai aset dari Historical Cost ke Current Cost. Pada Tawiah, Benjamin & Dorothee (2015), metode ini menggunakan nilai bisnis sebagai dasar pengukuran. Cara ini dikenal sebagai Current Repplacement Cost (CRC) atau lebih mudahnya Current Cost Accounting. Dibawah metode ini, Historical Cost dari aset nonmoneter dan biaya diganti berdasarkan Current Cost pada akhir periode. Selain itu juga metode ini juga diapliaksikan pada saat menentukan jumlah pendapatan yang akan didistribusikan kepada pemilik selagi menjaga kapasitas produktif perusahaan atau modal fisik. 2.1.10 Analisa Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis ini memerlukan tolak ukur, biasanya yang dipakai adalah rasio atau indeks yang mengaitkan dua data keuangan satu dengan yang lainnya (Sucipto, 2002). Analisis rasio menyatakan hubungan antara item yang dipilih dari data laporan keuangan. Rasio menyatakan hubungan matematis antara satu kuantitas dengan yang lain. Hubungan tersebut dinyatakan baik dalam persentase, tingkatan atau proporsi sederhana. Rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu: a. Rasio likuiditas Likuiditas dari suatu perusahaan diukur berdasarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 1. Current ratio (CR) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi utang jang pendeknya menggunakan aktiva lancarnya. Semakin besar rasio ini, semakin besar pula tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya. 25 2. Quick ratio (QR) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya menggunakan aktiva yang memiliki tingkat likuidasi yang tinggi. Dalam rasio ini, persediaan tidak diikut sertakan dalam perhitungan dikarenakan persediaan dianggap memiliki tingkat likuidasi yang rendah. b. Rasio aktifitas (activity ratio) Rasio aktivitas mengukur seberapa cepat berbagai akun diubah menjadi penjualan atau kas masuk atau keluar. Dalam arti, rasio aktivitas mengukur seberapa efisien suatu perusahaan beroperasi di sepenjang berbagai dimensi seperti manajemen persediaan, penegluaran dan koleksi. 1. Inventory turnover (ITO) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa likuid persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Receivables turnover (RTO) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan mengkonversi asetnya menjadi kas. 26 3. Average collection period (ACP) Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa bagus kebijakan kredit dan penagihan suatu perusahaan. 4. Fixed asset turnover (FATO) Rasio ini digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien suatu perusahaan dalam menggunakan aset tetapnya dalam operasinya. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan aset tetapnya. 5. Total assets turnover (TATO) Rasio ini digunakan untuk mengindikasikan seberapa efisien suatu perusahaan dalam menggunakan asetnya dalam operasinya. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya. c. Rasio utang (solvability ratio) Rasio ini mengindikasikan seberapa besar utang yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. 1. Total debt to toal assets ratio (TDTA) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang. 27 2. Total debt to toal equity ratio (TDTE) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pendanaan suatu perusahaan dibiayai oleh utang. d. Rasio profitabilitas (profitability ratio) Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Rasio ini digunakan untuk analisis keuntungan perusahaan sehubungan dengan tingkat penjualan, tingkat aset atau pemilik invstasi. 1. Gross profit margin (GPM) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase pendapatan yang tersisa setelah dikurangi oleh beban pokok penjualan. 2. Operating profit margin (OPM) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase pendapatan setelah dikurangin oleh harga pokok penjualan dan beban operasional. 3. Net profit margin (NPM) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase pendapatan bersih. 28 4. Rate return on assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menghasilkan keuntungan dengan aset yang tersedia. 5. Rate return on equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur keuntungan yang didapat dari setiap saham yang beredar. 2.2 Pengembangan Hipotesis Gunawan pada Meythi dan Teresa (2012) menguji perbedaan rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur nilai dalam Historical Cost dengan General Price Level Accounting. Sampel yang digunakan sebanyak satu perusahaan, yaitu PT HG. Data diambil dari data keuangan di Bursa Efek Indonesia BEI dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 1996-1999. Penelitian ini menggunakan Paired Sample T-test untuk menguji perbedaan metoda Historical Cost dengan General Price Level Accounting dari neraca dan laporan laba rugi tahun 1996-1999. Penyusunan dengan metode nilai historis yang disesuaikan berdasarkan tingkat harga umum dapat dilakukan dengan mengkonversikan nilai historis dengan faktor konversi menjadi tingkat harga umum, dengan rumusan sebagai berikut: Kristanto (2007) melakukan penelitian antara rasio keuangan berdasarkan akuntansi tingkat harga umum dengan rasio keuangan berdasarkan akuntansi konvensional di Indonesia dengan sampel 12 perusahaan manufaktur yang 29 terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan uji yang diterapkan terhadap rasio keuangan yaitu uji beda rata-rata. Berdasarkan dua penelitian di atas, penulis mengembangkan beberapa hipotesis sebagai berikut: Ho1: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas berdasarkan nilai historis dengan rasio likuiditas berdasarkan General Price Level Accounting. Ha1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio likuiditas berdasarkan nilai historis dengan rasio likuiditas berdasarkan General Price Level Accounting. Ho2: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas berdasarkan nilai historis dengan rasio aktivitas berdasarkan General Price Level Accounting. Ha2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio aktivitas berdasarkan nilai historis dengan rasio aktivitas berdasarkan General Price Level Accounting. Ho3: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio utang berdasarkan nilai historis dengan rasio utang berdasarkan General Price Level Accounting. Ha3: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio utang berdasarkan nilai historis dengan rasio utang berdasarkan General Price Level Accounting. Ho4: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas berdasarkan nilai historis dengan rasio profitabilitas berdasarkan General Price Level Accounting. Ha4: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio profitabilitas berdasarkan nilai historis dengan rasio profitabilitas berdasarkan General Price Level Accounting. 2.3 Kerangka Pemikiran Dengan telah dilakukannya analisis landasan teori serta penelitian terdahulu terkait pengujian terhadap perbedaan antara indikator keuangan berdasarkan nilai historis dengan indikator keuangan berdasarkan General Price Level Accounting, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: 30 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Data Olahan