Makna Pembaharuan (Tajdid) Asal kata “Jadid” (baru). “Tajdid” (pembaharuan). Secara bahasa “Tajdid” yaitu proses memperbaharui sesuatu yang dipandang usang atau rusak. Pembaharuan Islam adalah menghidupkan ajaran Quran dan Sunnah yang banyak ditinggalkan umatnya, dan memurnikan pemahaman dan praktek keagamaan dari hal-hal yang tidak berasal dari Islam. (Syams al-Haq alAzhim, Imam al Syatibi). Selain memperbaharui yang dipandang usang atau rusak, tajdid juga bisa berarti memperbaiki yang dipandang salah atau menyimpang. Bisa juga memurnikan ajaran/aqidah yang dipandang tercampur dengan ajaran agama atau kepercayaan lain. Tajdid erat kaitannya dengan ijtihad. Ijtihad adalah melakukan usaha sungguh-sungguh dengan mengeluarkan seluruh kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah yang belum ada ketentuannya di dalam Al Quran dan al Hadits. Atau sudah ada ketentuan sebelumnya, namun berasal dari pendapat/penafsiran para ulama/imam mazhab/tabi’in /sahabat Nabi yang dipandang tidak sesuai dengan keadaan sekarang. Dengan demikian, ijtihad berarti menghadirkan “sesuatu yang baru” atau “sesuatu yang berbeda” dengan yang ada sebelumnya. Oleh sebab itu, kegiatan ijtihad dapat pula disebut pembaharuan. Pembaharu disebut Mujaddid, sedangkan pelaku ijtihad disebut Mujtahid. Muhammad bin Abdul Wahab Lahir di Uyaina, Najed, Saudi Arabia tahun 1703 M. Meninggal tahun 1787 M. Pemikiran Pembaharuannya: -Pemurnian Aqidah dan Syari’at Islam -Hanya Al Quran dan Hadits yang menjadi sumber ajaran Islam. Sedangkan pendapat para ulama dan para wali tidak bisa dijadikan dasar hukum. Latar belakangnya: Ia melihat banyak umat Islam yang menyimpang dari aqidah dan syari’at Islam, seperti datang ke kuburan para wali dan mengkultuskannya, berdo’a dengan melalui perantara nama-nama wali, percaya pada takhayul, bid’ah dan khurafat. Beberapa tempat suci yang berpotensi merusak aqidah ia hancurkan, seperti: -Makam sayyidina Husein bin Ali di Karbala (Makam ini dijadikan kiblat oleh orang-orang syi’ah) -Kubah-kubah di atas kuburan di Madinah, termasuk kubah kuburan Nabi dan para sahabatnya. -Merusak kiswah sutra yang menutupi Ka’bah di Makkah, karena dianggapnya menjadi alat pemusyrikan. Tidak semua pemikirannya ini diterima oleh umat Islam, terutama tentang pendapat Ulama dalam menentukan hukum Islam. Sebab, banyak sekali permasalahan baru umat Islam yang belum ada ketentuan hukumnya. Tentu diperlukan ijtihad para Ulama. Jamaluddin al Afghani Lahir di Asad Abad, Afghanistan tahun 1839M. Meninggal di Istanbul, Turki tahun 1897M. Pendiri Partai “al Hizbul Wathan” (Partai Nasional). Ia mengumandangkan slogan politiknya “Mesir untuk Mesir”. Mesir saat ini dalam imperialis Inggris. Atas tekanan Inggris, al Afghani lari ke Prancis, lalu mendirikan partai lagi bernama “al ‘Urwatul Wusqa“ yang anggotanya orang-orang Islam dari India, Mesir, Suria, Afrika Utara, dll. Ia juga menerbitkan majalah dengan nama yang sama dengan partainya untuk menyebarkan ide-ide perjuangannya. Artikel-artikelnya sangat mempengaruhi dan membangkitkan semangat juang kaum muslimin di wilayah itu, Aliran politiknya dikenal dengan “Pan Islamisme” (Persatuan Umat Islam), yaitu persatuan umat Islam di seluruh dunia dalam naungan satu panji yaitu Al Quran dan al Hadits. Pemikiran Pembaharuannya: -Kemunduran umat Islam karena akibat tidak bersatu. Menurutnya, para ulama, kaum bangsawan dan pemimpin Islam tidak lagi bersatu. Ulama Mesir tidak lagi mengenal ulama Turki. Ulama Turki tidak lagi mengenal Ulama India, Hejaz, Persia, dan sebagainya. Raja-raja Islam sudah tidak lagi bersilaturahmi, dan sebagainya. -Untuk mempersatukan seluruh unsur penting kaum muslimin, ia mencetuskan pemikirannya yang dikenal dengan “Pan Islamisme” (Persatuan Umat Islam). Tanpa persatuan, menurutnya, gagasan besar untuk memajukan umat Islam tidak akan pernah terwujud. Jamaluddin al Afghani sempat menjadi Perdana Menteri pada era pemerintahan Azham Khan di Afganistan.Pada masa pergolakan di Afganistan tahun 1869, ia pergi ke India, dan tahun 1871 ia pergi ke Mesir dengan maksud mendalami ilmu. Ia menjadi seorang cendekiawan yang berpengaruh, di antara muridnya adalah Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaghlul yang kemudian menjadi Bapak/pemimpin kemerdekaan Mesir. Pada akhirnya, Jamaluddin al Afghani terjun ke politik, mendirikan partai bernama al Hizbul Wathani tahun 1879. Muhammad Abduh Lahir di Mesir tahun 1849 meninggal tahun 1905. pernah menjadi hakim pengadilan negeri dan menjadi Mufti Mesir tahun 1899. Dia seorang akademisi sekaligus aktif di partai al Urwatul Wusqa yang dibentuk gurunya, al Afghani. Pembaharuannya: Umat Islam harus cerdas dulu baru bisa maju. Maka pendidikan adalah jalan utama menuju kebangkitan Islam kembali. Umat Islam harus keluar dari kejumudan dan taqlid, karena membuat Umat Islam terbelenggu kebodohan. Pintu ijtihad harus dibuka kembali. Paham bahwa pintu ijtihad sudah tertutup adalah paham yang sengaja dibesar-besarkan oleh kaum penjajah. Kata kunci pembaharuannya: - Reformasi Pendidikan - Reformasi pemikiran: Melarang/memberantast Taqlid dan Jumud, dan menganjurkan ijtihad agar Umat Islam maju. Muhammad Rasyid Ridha Lahir di Libanon 1865, meninggal tahun 1935 Ia mengembangkan pemikiran Muhammad Abduh. Menerbitkan majalah al Manar Melalui majalah ini Rasyid Ridha menyebarkan ide-ide pembaharuan gurunya M. Abduh. Ide-ide pembaharuannya diperluas dan dipertajam oleh Rasyid Ridha, antara lain: memberantas takhayul, bid’ah, meningkatkan mutu pendidikan, membela umat Islam dari kesewenag-wenangan Barat, dll. Rasyid Ridha meminta gurunya agar membuat buku tafsir modern yang sesuai dengan semangat-semangat pembaharuan. Kuliah-kuliah tafsir M. Abduh dimuatnya di majalah al Manar. Ketika M. Abduh meninggal, kuliah-kuliah tafsir itu dibukukan oleh Rasyid Ridha dan dinamai Tafsir al Manar M. Abduh sempat menafsirkan sampai ayat 125 surat an Nisa. Selanjutnya diteruskan oleh Rasyid Ridha sendiri. Muhammad Iqbal Lahir di India tahun 1876, meninggal 1938 Pembaharuannya: Islam pada hakekatnya mengajarkan dinamisme bukan fatalisme. Ia senantiasa menganjurkan pentingnya penggunaan akal. Prinsip yang digunakan dalam gerak dan perubahan adalah ijtihad. Dia pernah berkata: “Kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang statis dan suka tidur”. Ia menolak kapitalisme dan imperialisme Barat, karena didasari oleh semangat materialisme. Ia mengajak umat Islam meniru ilmu pengetahuannya saja. Ia mengajak umat Islam menjadi individu yang suka belajar dan kerja, sehingga menjadi orang yang produktif. Hakekat hidup adalah gerak. Hakekat gerak adalah belajar dan kerja. Bila seseorang hidup tidak belajar dan tidak kerja, maka sesungguhnya orang itu mati. Menurut Iqbal, membangun sekolah jauh lebih mulia dari pada membangun masjid sepanjang yang mengisi masjid itu orang-orang bodoh. Ia mendirikan sekolah bernama Madrasah ad Da’wah wal Irsyad tahun 1912 untuk menandingi sekolahsekolah yang dibangun para misionaris. (INDONESIA) K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah Muhammadiyah berdiri tanggal 18 November 1912 Tujuan: Memurnikan ajaran Islam yang dianggap sudah banyak dipengaruhi oleh perbuatan syirik, khurafat dan bid’ah. Muhammadiyah mengajak kembali ke ajaran Al Quran dan Hadits. Muhammad Darwis adalah nama asli KH. Ahmad Dahlan, beliau lahir di desa Kauman, Yogyakarta. Muhammadiyah banyak mendirikan sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mendirikan rumah sakit, panti yatim piatu, dan lain-lain. K.H. Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Berasal dari Jombang, Jawa Timur NU berdiri tanggal 31 Januari 1926 NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis/tekstualis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an dan sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik (budaya, adat, pemikiran setempat). Mazhab teologi: Teologi Asy’ariyah Mazhab fiqih: Mazhab Syafi’i, tetapi juga mengakui mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali. NU banyak mendirikan pesantren, yaitu sekolah khas Islam yang waktu itu bertujuan mendidik umat Islam, sekaligus sebagai tandingan bagi sekolah-sekolah Belanda (sekolah misionaris Kristen/Katholik). Mohammad Natsir Pendiri partai Masyumi Pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII). DDII mencetak para juru da’wah yang dikirim ke seluruh pelosok Indonesia. Lahir di Solok, Sumatera Barat tanggal 17, Juli 1908. Meninggal di Jakarta 6 Februari 1993. Pernah menjadi Perdana Menteri Pencetus Mosi Integral yang menyatukan kembali NKRI yang sebelumnya berbentuk serikat. Mosi integral dicetuskannya tanggal 5 April 1950 dalam sidang parlemen. Haji Zamzam dan Muhammad Yunus Dua tokoh ini pendiri organisasi Islam Persis (Persatuan Islam) Persis berdiri di Bandung tanggal 12 September 1923 Tokoh Persis yang sangat terkenal adalah A. Hassan, atau dikenal dengan “Hassan Bandung” atau “Hassan Bangil”. Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Syeikh Ahmad Sorkaty Pendiri organisasi Islam Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah atau dikenal dengan Al Irsyad. Bergerak di bidang pendidikan dan da’wah. Banyak sekolah Al Irsyad didirikan. Beliau seorang pendidik yang hebat dan keilmuannya sangat mendalam, banyak murid-murid beliau menjadi tokoh-tokoh besar, seperti Hamka, Haji Zamzam, KH. Ahmad Dahlan, dll. TERIMA KASIH