4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis 1. Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Clusiales Famili : Clusiaceae Genus : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. Steenis dalam Respitosari (2010) 2. Nama lain Manggis mempunyai nama yang berbeda pada beberapa daerah di Indonesia, antara lain: manggoita, mangi (Gayo), manggu (Sunda), manggus (Lampung), manggista (Batak), kirasa (Makasar), dan mangustang (Halmahera). 3. Deskripsi Tumbuhan manggis berasal dari biji yang umumnya membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tinggi batang mencapai 10-25 m, diameter batang 25-35 cm dan kulit batang biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam, kasar dan cenderung mengelupas. Letak daun berhadapan, merupakan daun sederhana dengan tangkai daun pendek yang berhubungan dengan tunas, panjang tangkai daun 1,5-2 cm dengan helaian daun berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elips dengan panjang 15-2 cm, lebar 7-13 cm, mengkilap, tebal dan kaku, ujung daun meruncing, serta licin. Bunganya bersifat uniseksual. Bunga betina terdapat pada pucuk ranting dan muda dengan diameter 5-6 cm. Tangkai bunga pendek dan tebal berwarna merah kekuningan. 4 AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 5 4. Kandungan Kulit buah manggis mengandung senyawa golongan xanthone yang meliputi mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epikatekin, dan gartanin. 5. Manfaat Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/kerajinan. B. Sarang Semut 1. Klasifikasi Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : lamiidae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Myrmecodia Spesies : Myrmecodia pendens (Roestanajie, 2012) 2. Nama lain Rumah semut (Sumatera); ulek-ulek polo (Jawa); lokon, suhendep, nongon (Papua). 3. Deskripsi Sarang semut adalah tumbuhan epifit menempel pada pohon besar yang batang bagian bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu. Sarang semut banyak ditemukan menempel dibeberapa pohon, umumnya dipohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech. Di habitat liarnya, tumbuhan sarang semut dihuni oleh beragam jenis semut. Namun satu tumbuhan AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 6 sarang semut hanya dihuni satu jenis semut Subroto dan Saputro dalam Roestanajie (2012). 4. kandungan Sarang semut mengandung glikosida, vitamin, mineral, flavonoid, tokoferol, polifenol, dan tanin. Selain itu, sarang semut mengandung senyawa aktif seperti kalium, besi fosfor, magnesium, natrium, protein, dan fenol (Roestanajie, 2012). 5. Manfaat Menurut Manoi dan Ballitro dalam Roestanajie (2012), tanaman sarang semut mempunyai beberapa senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri antaralain polifenol, flavonoid, dan tanin. C. Mikroba Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang memiliki ukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop (Pratiwi, 2008). 1. Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik yang khas, bersel tunggal, dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran membran didalam sitoplasmanya (Pelczar dan Chan, 2008). a. Escherichia coli Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif bentuk batang dengan panjang 1-3 µm dan lebar 0,4 – 0,7 µm (Nurwantoro & Djarijah, 1994). Bakteri ini umumnya menyebabkan diare baik pada manusia maupun hewan. Mekanismenya yang membuat diare adalah dengan produksi enterotoksin yang secara tidak langsung menyebabkan kehilangan cairan atau dengan invasi yang sebenarnya pada lapisan epithelium dinding usus, yang menyebabkan peradangan dan kehilangan cairan (Volk dan Wheeler, 1989). AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 7 b. Staphylococcus aureus S. aureus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteriologik, dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik, tumbuh paling cepat pada suhu kamar 370C, paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (200C) dan pada media dengan pH 7,2-7,4. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus menonjol dan berkilaukilau membentuk pigmen (Jawetz et al., 1986). 2. Khamir (yeast) Khamir (yeast) adalah kelompok fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen, mempunyai bentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar antara 5-30 mm (Pratiwi, 2008). a. Candida albicans Candida albicans adalah salah satu mikroorganisme komensal yang bertindak sebagai flora normal pada tubuh manusia (Ratri, 2011). Candida albicans termasuk dalam kelompok yeast dan merupakan jenis fungi patogen dari golongan deuteromycota. Candida albicans dapat menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan. 3. Jamur (fungi) Jamur (fungi) adalah organisme yang mempunyai inti, spora, tidak berklorofil, dinding sel terdiri atas selulosa, khitin atau kombinasi keduanya, berbentuk filamen atau benang-benang bercabang yang bersekat atau tidak bersekat. a. Aspergilus Aspergillus merupakan mikroorganisme kelompok fungi dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Secaramikroskopis Aspergillus mempunyai ciri sebagai hifa bersepta dan bercabang. Aspergillus dapat tumbuh cepat pada media SGA+antibiotik yang diinkubasi pada suhu 37-40OC, tumbuh sebagai koloni berwarna hijau kelabu dengan suatu dome ditengah dari konidiofor. AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 8 D. Uji Aktivitas Antimikroba Pada uji ini dilakukan dengan mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Tujuan assay antimikroba adalah untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antimikroba di pabrik, untuk menentukan farmakokinetika obat pada hewan atau manusia, dan untuk memonitor dan mengontrol kemoterapi obat. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sitem pengobatan yang efektif dan efisien (Pratiwi, 2008). Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti dijelaskan dibawah ini: 1. Metode difusi a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) Metode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). b. E-test Metode ini digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah sampai tertinggi yang diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkan yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi, 2008). c. Ditch-plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 9 dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi, 2008). d. Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi, 2008). e. Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang diatasnya. Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Bila: X = panjang total pertumbuhan mikrooragnisme yang mungkin Y = panjang pertumbuhan aktual C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/ml atau µg/ml, Maka konsentrasi hambatan adalah: [(X.Y)]: C mg/ml atau µg/ml. Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antimkiroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi, 2008). AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016 10 2. Metode dilusi Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution). a. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution) Pada metode ini dengan mengukur MIC atau KHM dan MBC (Minimum Bactericidal Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008). b. Metode dilusi padat/solid dilution test Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008). 3. Uji aktivitas antifungi Pada uji ini kebutuhan media berbeda dengan uji menggunakan bakteri. Media yang umum digunakan adalah Sabouraud Dextrose Liquid/Solid, Czapex Dox, dan media khusus fungi lainnya. Uji ini serupa dengan uji untuk bakteri, dimana spora fungi atau miselium fungi dilarutkan pada larutan agen antimikroba uji, dan selanjutnya pada interval waktu tertentu disubkultur pada media yang sesuai. Setelah diinkubasi, pertumbuhan fungi diamati (Pratiwi, 2008). AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KULIT … SRI RAHAYU, FAKULTAS FARMASI UMP, 2016