1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat – alat kandungan. sebagai akibat dari kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya garisgaris putih dan hitam ( striae gravidarum ) yang dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat mengganggu (Bagus, 2010). Umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (Bagus, 2010). Tingginya angka kematian ibu (AKI) menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Asean. Departemen Kesehatan menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia mencapai 334/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu yaitu 28% karena perdarahan, eklamsia 24%, komplikasi puerperium 8%, abortus 5%, partus eklamsia 24%, trauma obstetrik 3%, lain-lain 11% (Riskesdas, 2010). Dewasa ini derajat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini antara lain ditandai oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) 1 2 yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun. 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama post partum. Sementara itu target yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2006). Kematian ibu dapat dicegah hingga 22% yaitu melalui Ante Natal Care (ANC) yang teratur, mendeteksi dini adanya komplikasi dalam kehamilan, hidup secara sehat dengan pemenuhan gizi yang seimbang, pelaksanaan inisiasi menyusui dini dalam persalinan, serta pelaksanaan senam hamil secara teratur (Bowo, 2008). Senam hamil adalah senam yang dilakukan pada masa kehamilan dengan tujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental ibu hamil, dengan harapan proses kelahiran akan berjalan lancar dan aman. Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat latihan maupun di rumah dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah persalinan yang fisiologis selama tidak ada keadaan patologis yang menyertai kehamilan. Ibu hamil yang melakukan senam hamil secara teratur selama masa kehamilannya dilaporkan dapat memberikan keuntungan pada saat persalinan yaitu pada masa kala aktif (kala II) menjadi lebih pendek, mencegah terjadinya letak sungsang dan mengurangi terjadinya insinden sectio caesaria (Brayshaw, 2007). Selain senam hamil, senam pasca persalinan juga sangat penting dilakukan, senam pasca persalinan adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan untuk memulihkan, merawat dan mengembalikan keindahan tubuh setelah melahirkan. Tindakan tirah baring dan senam pasca persalinaan membantu proses fisiologi ini secara perlahan (Brayshaw, 2007). 3 Telah terjadi kebiasaan wanita indonesia memakai gurita dan korset yang ketat segera setelah persalinan sebagai perawatan dini dinding perut. Di samping itu menghilangkan garis-garis pada perut dipakai ramuan-ramuan tradisional berupa bedak cair yang dioleskan pada dinding perut, muka dan badan (Bagus, 2010). Berdasarkan laporan tahun 2013, jumlah ibu nifas yang ada di Provinsi Aceh sebanyak 106.431 ibu nifas. Ibu nifas yang ada di Kabupaten Nagan Raya berjumlah 3.300 ibu nifas, sedangkan di Kecamatan Darul Makmur berjumlah 1.094 ibu nifas. Berdasarkan data Puskesmas Suka Mulia pada tahun 2012 terdapat 580 ibu nifas, sedangkan pada tahun 2013 ibu nifas sebanyak 560 orang. Pada bulan Januari 2014 di Wilayah Kerja Pukesmas Suka Mulia terdapat 56 orang ibu nifas (Laporan Puskesmas Suka Mulia, 2012 dan 2013). Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap 18 orang ibu nifas di Wilayah Puskesmas Suka Mulia hanya 6 orang ibu yang mengetahui tentang senam pasca persalinan, sedangkan sisanya tidak pernah mengetahui tentang senam pasca melahirkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu nifas tidak melakukan senam pasca persalinan diantaranya pendidikan ibu, pengetahuan ibu, informasi, ekonomi dan sosial budaya yang ada dimasyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”. 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Faktor-faktor (pengetahuan, informasi dan budaya) Mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. b. Untuk mengetahui pengaruh informasi yang didapat ibu tentang melakukan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. c. Untuk mengetahui pengaruh budaya yang ada di masyarakat dalam melakukan Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya fikir dalam menganalisa suatu masalah. 2. Bagi Institusi Pelayanan Sebagai bahan masukan tentang pentingnya senam pasca persalinan sehingga bisa diterapkan dalam pelayanan sehari-hari. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan kepustakaan dan penelitian lebih lanjut. 4. Bagi Ibu Nifas Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang dalam memulihkan, merawat dan mengembalikan keindahan tubuh setelah melahirkan. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Senam Pasca Persalinan 1. Pengertian Senam Pasca Persalinan Senam nifas atau senam pasca persalinan adalah perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh pasca persalinaan, untuk memulihkan otototot yang kendor dan mengencangkan otot abdomen atau senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan. Senam pasca persalinan bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut (Brayshaw, 2007). Perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh dapat pula dilakukan dengan senam pasca persalinan. Umumnya yang menjadi perhatian wanita setelah persalinan adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding perut seindah mungkin. Pada beberapa ditemui adanya pelebaran pembuluh darah balik (varices) pada tungkai dan liang dubur (anus) (Brayshaw, 2007). 2. Macam –Macam Senam Pasca Persalinan a. Senam pasca persalinan normal Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu mondok diklinik atau dirumah sakit, supaya involusi tubuh berjalan dengan baik, dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas, dan fungsinya kembali (Brayshaw, 2007). 6 7 Menurut Brayshaw (2007), gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan tonus dan kekuatan otot-otot yang terlihat dalam proses persalinan, yaitu : 1) Senam sirkulasi Jenis senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah persalinan. Senam bertujuan mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa pascapartus segera ketika ia mungkin beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain. Senam dapat dilakukan ditempat tidur beberapa kali sertiap bangun tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu mampu mobilisasi total dan tidak ada edema pergelangan kaki. Senam ini khususnya tepat setelah pemberian anestesi epidural, karena pada saat ini ada resiko edema kaki dan pergelangan kaki serta sirkulasi lebih melambat. Ambulasi dini dapat mencegah trombosis vena profunda. a) Senam kaki Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus. Tekuk atau regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali, ingat untuk lebih memilih gerakan dorsifleksi bukan plantarfleksi untuk mencegah kram. Petahankan posisi lutut dan paha, putar kedua pergelangan sebesar mungkin putarannya, sedikitnya 12 kali untuk satu arah. b) Mengencangkan kaki Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik kedua kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian belakang lutut ditempat 8 tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan lima, bernapaslah secara normal, lalu relaks. Ulangi gerakan sebanyak 10 kali. c) Nafas dalam Pernafasan diagframa membantu mengembalikan aliran vena melalui kerja pemompaan diagframa pada vena kava inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai ibu dapat mobilisasi. Dalam posisi apapun, tarik napas dalam sebanyak 3 atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan ventilasi penuh paru-paru. Petunjuk yang diberikan pada antenatal, misalnya menghindari berdiri dan duduk lama atau berbaring dengan kaki disilangkan, berlaku pula pada waktu pascanatal. Anjurkan ibu berbaring kapanpun bisa. Senam sirkulasi bermanfaat kapan pun, tetapi bila ibu dapat melakukannya ada senam yang lebih penting dilakukan bila waktunya terbatas. 2) Dasar panggul Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul pascapartus, tujuannya mengembalikan fungsi penuhnya sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah atau prolaps urine jangka panjang. Namun, kontraksi dan relaksasi otot-otot ini juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum, rasa ini juga mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema. Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin setelah persalinan untuk mencegah 9 hilangnya kendali kortikal pada otot-otot karena nyeri perineum dan cemas tentang kerusakan jahitan. Latihan dasar panggul: Kencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan utera dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian lepaskan ketiganya. Tahan yang kuat selama mungkin sampai 10 detik, bernapas secara normal. Relaks dan istirahat selama 3 detik. Ulangi dengan perlahan sebannyak mungkin sampai maksimum 10 kali. Ulangi senam dengan mengencangkan dan mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan kontraksi. Jumlah pengulangan akan bertambah secara bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali melakukan senam ini pada awalnya, namun ibu perlu diberi tahu bahwa hal ini normal. 3) Senam abdomen Selama kehamilan, korset abdomen mengalami peregangan mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada akhir minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting karena perannya dalam menjaga kestabilan panggul ialah otot transversus. Tindakan membebani terlalu kuat pada otot rektus seperti curls-up dalam posisi duduk tegak atau oblik tidak dianjurkan, sampai otot transversus obdominis bekerja efisien untuk membuat panggul menjadi stabil. Latihan transversus dapat dimulai kapan pun 10 ibu merasa mampu dan harus dilakukan sering sambil ibu melakukan aktivitasnya bersama bayi. a) Senam trasversus Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar menampak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di abdomen bawah pada di depan paha. Tarik napas dan pada saat akhir embuskan napas, kencangkan bagian bawah abdomen dibawah ubilikus dan tahan dalam hitungan 10, lanjutkan dengan bernapas normal. Ulangi sampai 10 kali. Untuk memicu serat otot tipe I slow-twitch harus dengan kontraksi lembut yang membantu stabilitas panggul. Akan mudah dilakukan bila latihan ini dipadu dengan aktivitas lain dan latihan ini dapat sering dilakukan dalam banyak posisi misalnya, posisi miring, duduk, atau berdiri. Posisi berlutut-telungkup pada permulaan kehamilan tidak boleh dilakukan, sementara terdapat perdarahan sebagai respons terhadap adanya embolus udara yang memasuki sisi plasenta yang imatur. Karena penyebab inilah, disarankan untuk tidak melakukan latihan dalam posisi tersebut selama empat sampai enam minggu pascapartum. Pada kehamilan, otot dasar panggul dan transversus akan bekerjasama dengan baik dan memperbaiki stabilitas panggul. harus dipertahankan untuk 11 b) Senam dasar panggul dan transversus Kerja otot dasar panggul dan tranaversusakan bertambah dengan mengombinasikan kedua latihan tersebut. Aktivasi bersama ini terutama bermanfaat pada masa pascanatal, khususnya bila tranversus terlebih dahulu lalu otot dasar panggul atau sebaliknya. Penting untuk menggunakan kontraksi kombinasi ini secara fungsional selama melakukan aktivitas untuk melindungi sendi panggul dan tulang belakang. Seorang ibu baru melakukan banyak tugas yang melibatkan gerakan mengangkat, misalnya, ketika sedang mengganti popok bayi, meletakkan bayi ketempat tidur bayi, menyusui. Ibu juga perlu diingatkan untuk menggunakan otot dasar panggul dan trasversus sebelum mulai melakukan tugas apapun. c) Mengangkat Panggul Senam mengangkat panggul dapat dilakuakn diawal pascapartum, dan khususnya bermanfaat bila ibu memiliki riwayat nyeri punggung postural. Berbaring terlentang dan kedua lutut ditekuk dan kaki ditapakkan kelantai, kencangkan otot-otot abdomen, kencangkan juga otot panggul dan tekan sedikit area belakang kelantai. Tahan posisi ini sampai hitungan kelima, lalu bernpas dengan irama normal, kemudian relaks seperti biasa. Ulangi gerakan ini 5 kali, tingkatkan hingga pengulangan mencapai hitungan 10 Kali atau lebih pada minggu-minggu selanjutnya. 12 Ulangi latihan dengan lebih berirama (pelvic rocking), untuk membantu meredakan kekakuan yang timbul akibat pengruh postural atau nyeri punggung yang mungkin timbul setelah persalinan. Latihan ini dapat dilakukan dengan berbagai posisi, misalnya, posisi duduk dan berdiri lebih nyaman dibandingkan berbaring bila ibu tinggal dirumah dan sibuk. 4) Senam stabilitas batang tubuh Untuk memicu transversus demi menstabilkan panggul sambil menggerakkan tungkai bawah, senam berikut mulai dapat dilakukan kira-kira 5-10 hari setelah persalinan normal bila tidak ada masalah musculoskeletal panggul. a) Dengan posisi duduk dan kaki datar diatas lantai serta tangan diatas otot abdomen bawah, tarik otot dasar panggul dan transversus serta naikkan satu lutut hingga kaki beberapa inci diatas lantai. Tahan selama lima detik dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap pada posisinya. Ulangi sebanyak lima kali gerakan untuk setiap kaki. Secara bertahap tingkatan pengulangan, sehingga ibu mampu menahan gerakan tersebut diatas, sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali. b) Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut kearah atasdepan, tarik otot transversus dan otot dasar panggul seta angkat lutut atas dengan cara memutar paha keluar sementara tumit tetap saling berdekatan. Tahan selama lma detik pastikan bahwa posisi 13 panggul atau tulang belakang tidak turut berotasi. Ulangi 5 kali untuk masing-masing kaki. Secara bertahap tingkatan penahanan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali. c) Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah ditekuk kearah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki yang atas kearah atap sejajar dengan tubuh. Tahan gerakan ini selama 5 detik, namun tetap pastikan agar posisi punggung dan panggul tidak berotasi. Ulangi selama 5 kali pada masing-masing kaki. Secara perlahan tingkatan kemampuan menahan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan untuk mengendalikan panggul dan tulang belakang sambil mengangkat kaki kearah atap dengan paha dirotasikan keluar. d) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar di atas lantai. Letakan tangan diatas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan biarkan lutut kanan sedikit kearah luar dengan sedikit mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada posisinya dan panggul tetap datar. Secara perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yakni posis tegak lurus. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali pada lutut yang lain. Secara bertahap tingkatkan gerakan pengulangan tersebut sampai 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul dengan posisi litut lebih rendah lagi. 14 e) Dengan posisi telentang, tekuk kedua lutut diatas dan kaki datar diatas lantai. Letakkan tangan diatas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap mempertahankan punggung datar setinggi panggul. Hentikan bila panggul mulai bergerak. Secara perlahan kembalikan posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali tiap kali secara bergantian. Secara bertahap tingkatkan pengulangan hingga 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul untuk tujuan menguatkan kaki juga. Seluruh latihan ini akan lebih efektif bila dilakukan dengan perlahan dan jumlah pengulangan ditingkatkan secara bertahap bergantung pada kemampuan masing-masing individu. Akan lebih baik untuk berlatih ringan dengan frekuensi sering daripada memaksakan diri melakukan latihan sekaligus dalam sehari. Namun bila ibu merasa lelah atau sedang sakit, sebaiknya ia menuruti apa yang direfleksikan oleh tubuhnya sendiri dan menunda berlatih hingga ia merasa lebih sehat. Senam lainnya harus ditinggalkan sampai stabilitas panggul kembali seperti semula (Brayshaw, 2007). b. Senam Pasca Persalinan dengan Bantuan Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forsep atau ekstraksi vakum akan mengalami penjahitan dan mungkin memar serta edema. Ibu ini akan ragi-ragu malakukan senam, namun harus dianjurkan untuk melakukan senam sirkulasi (khususnya bila mereka pernah mengalami 15 anestesi epidural) dan senam dasar panggul ringan yang akan membantu penyembuhan perineum. Senam transversus harus diperkenalkan kapanpun ibu siap (Brayshaw, 2007). Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan bantal diletakan diantara kedua kaki dan posisi berbaring telungkup (banyak ibu yang lupa bahwa ia sudah bisa telungkup lagi), dengan satu buah bantal diletakkan dibawah pinggang dan lainnya dibawah kepala dan bahu. Menyusui akan lebih nyaman dengan posisi miring daripada duduk (Brayshaw, 2007). c. Senam Setelah Persalinan Dengan Seksio Sesaria Ibu harus diajarkan bagaimana naik dan turun tempat tidur dengan menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik otot abdomennya dan berguling kedepan, dengan dorongan tangan dan kaki, ia akan mampu berpindah kearah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung duduk dari posisi berbaring namun tetap berguling kesamping. Gerakan ini juga cara termudah untuk bangun dari tempat tidur, kencangkan bagian tranversus dan dorong keposisi duduk disamping tempat tidur (Brayshaw, 2007). Napas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan membantu mengeluarkan sekresi di paru-paru yang mungkin dapat terjadi setelah pemberian anastesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau bantal, sementara ibu bersandar atau duduk ditepi tempat tidur. Posisi ini 16 mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi rasa nyeri (Brayshaw, 2007). d. Senam Setelah Persalinan Bayi Lahir Mati atau Kematian Neonatus Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati, mungkin dirawat diruang khusus dan cenderung tidak mengikuti senam pasca natal. Agar ibu mau melakukan senam serta aktivitisnya sehari hari maka sediakan leaflet tidak menyinggung tentang bayi. Ibu ini biasanya kembali kerja lebih awal dari perencanaan semula dan memerlukan reedukasi senam otot dasar panggul dan abdoment, khususnya ketika harus melakukan aktivitas fumgsional. Mereka menginginkan pertemuan tindak lanjut dengan ahli fisioterapi setelah beberapa minggu kemudian, karena sangat tidak tepat mengikuti kelas pasca natal (Brayshaw, 2007). e. Senam yang harus dihindari Dua kata yang lazim ”senam abdomen”, yaitu menaikan kedua kaki bersamaan dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini merupakan latihan yang beresiko tinggi untuk siapapun dan mungkin dapat mengakibatkan cedera kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot dan ligamen. Terdapat resiko tambahan bagi ibu pasca natal karena terdapat peregangan otot dan kelenturan ligamen (Brayshaw, 2007). 3. Manfaat Senam Pasca Persalinan a. Meningkatkan kebugaran kardiovaskular b. Retensi berat badan yang sedikit signifikan c. Peningkatan kesejahteraan psikologi (Brayshaw, 2007). 17 4. Tujuan Senam Pasca Persalinan a. Mengurangi rasa sakit pada otot-otot b. Memperbaiki peredaran darah c. Mengencangkan otot-otot perut dan perineum d. Melancarkan pengeluaran lochia e. Mempercepat involusi f. Menghindari emboli dan trombosis (Brayshaw, 2007). 5. Fasilitas dan perlengkapan Ruang senam perlu dilengkapi dengan rungan yang besar, berventilasi baik dengan lantai yang tidak licin, misalnya beralaskan karpet atau lantai terbuat dari kayu (Brayshaw, 2007). Sediakan sebuah bangku, dengan sedikitnya dua buah bantal dan sebuah matras kecil diperlukan untuk setiap peserta senam. bila tidak terdapat sistem alat musik yang lengkap, cukup sediakan sebuah radio kaset yang mudah dibawa. Sandal yang tepat penting untuk memberi perlindungan yang adekuat pada kaki dan membantu menghindari regangan. kaos katun yang longgar mungkin lebih nyaman (Brayshaw, 2007). B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Senam Pasca Persalinan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra 18 manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga. Jadi, pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya; media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu a. Usia Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi (Nursalam, 2008). b. Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan (Nursalam, 2008). c. Pengalaman Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis (Notoatmodjo, 2005). 19 d. Intelegensi Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah (Bagus, 2010). e. Sosial-Ekonomi Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan (Nursalam, 2008). f. Sosial Budaya Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya (Nursalam, 2008). g. Lingkungan Lingkungan berpikiran luas tingkat pengetahuan lebih baik dari pada orang yang tinggal di lingkungan berfikir sempit (Bagus, 2010). h. Pekerjaan Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman (Bagus, 2010). 20 2. Informasi Menurut Notoatmodjo (2007), sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan, serta menambah pengetahuan. Sumber informasi dapat di peroleh dari media cetak (surat kabar, majalah, buku), media elektronik (TV, radio, internet) dan melalui tenaga kesehatan seperti pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh (dokter, bidan, dan perawat). Salah satu langkah dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ialah dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara intensif, terutama yang ditujukan kepada masyarakat yang datang keklinik dan masyarakat di lingkungan klinik (Saifuddin, 2010). 3. Budaya Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang bila dilakukan oleh orang, penalaran, apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. kebiasaan ini tidak hanyak terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan in dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain budaya tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). 21 Menjalankan ritual yang menyatakan tentang hubungan, kekuatan, dan keyakinan. Derajat keyakinan budaya khusus dan perilaku yang ada dalam kehidupan keluarga dikaitkan dengan lama waktu keluarga tersebut ada di dalam suatu komunitas, komposisi komunitas, dan jarak geografik, serta bersifat sementara dari keluarga besar dan komunitas asal. Lingkungan sangat mempengaruhi, khususnya di pedesaan yang mana masih melekatnya budaya pantang dari nenek moyang. Dan sangat berpengaruh besar terhadap prilaku ibu pada masa nifas. Adapun keadaan keluarga yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu orang tua yang masih percaya dengan budaya pantang yang memang sudah turun temurun dari nenek moyang (Suparyanto, 2010). C. Kerangka Teori Penelitian Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu nifas melakukan senam pasca persalinan, faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada skema di bawah ini: Nursalam, 2008 Usia Pendidikan Sosial Ekonomi Sosial Budaya Saifuddin, 2010 Informasi Senam Pasca Melahirkan Bagus, 2010 Intelegensi Lingkungan Pekerjaan Gambar. 2.1 Kerangka Teori Penelitian Notoatmodjo, 2007 Pengetahuan Pengalaman Informasi Budaya Suparyanto, 2010 Budaya 22 D. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan atau konsep terhadap satu dengan yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menganalisa suatu pengertian oleh sebab itu konsep dapat diukur, mata konsep tersebut dapat dijabarkan dalam variabelvariabel dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur. Variabel yang dipakai adalah variabel indenpenden (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) (Notoatmodjo, 2005). Variabel yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan, informasi, budaya dan senam pasca persalinan pada ibu nifas yang secara konsepsional dapat dilihat pada bagan berikut ini: Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Informasi Senam Pasca Persalinan Budaya Gambar. 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 23 E. Hipotesa Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ha. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu nifas dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Ha. Ada pengaruh antara informasi dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Ha. Ada pengaruh antara budaya dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik yang menjelaskan tentang pengaruh pengetahuan, informasi dan budaya ibu nifas melakukan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas pada bulan Januari 2014 yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yang berjumlah 56 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas pada bulan Januari 2014 yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya berjumlah 56 orang. Pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. 24 25 C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12 s/d 19 Februari 2014. D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap sampel yaitu ibu nifas, yang meliputi: Identitas sampel yang terdiri dari nama, umur, pekerjaan, pendidikan, data pengetahuan ibu, informasi, budaya dan data senam pasca persalinan. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari petugas kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, yang meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah ibu nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Makmur Kabupaten Nagan Raya. Darul 26 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan, informasi dan budaya ibu nifas dalam melakukan senam pasca persalinan yang berbentuk multiple choice. E. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data a. Data Senam Pasca Persalinan Data senam pasca persalinan dikumpulkan dengan kuesioner dan dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu melakukan dan tidak melakukan. Apabila melakukan skornya 1 dan tidak melakukan skornya 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikatagorikan sebagai berikut: Melakukan : ≥ 4 dari total skor Tidak Melakukan : < 4 dari total skor b. Data Pengetahuan Data pengetahuan yang telah dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai. Skor tertinggi adalah 1 sedangkan terendah adalah 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya 27 dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikatagorikan sebagai berikut: Baik : ≥ 3,23 dari total skor Kurang : < 3,23 dari total skor c. Data Informasi Data informasi yang telah dikumpulkan dengan kuesioner, jawaban atas kuesioner tersebut diberikan skor nilai. Apabila jawabannya pernah skornya 1 dan apabila jawabannya tidak pernah skornya 0, kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikategorikan sebagai berikut: Pernah : ≥ 4 dari total skor Tidak Pernah : < 4 dari total skor d. Data Budaya Data budaya yang dikumpulkan dengan kuesioner yang berisi 10 pernyataan, jawaban a diberi skor 1 dan jawaban b diberi skor 0. Kemudian skor yang diperoleh oleh responden dijumlahkan kemudian nilai semuanya dibandingkan dengan jumlah sampel, hasilnya dikatagorikan sebagai berikut: Baik : ≥ 7 dari total skor Kurang : < 7 dari total skor 28 2. Definisi Operasional No Variabel Tabel. 3.1 Definisi Operasional Definisi Alat Cara Ukur Operasional Ukur Dependen 1 Senam Pasca Gerakan yang Persalinan dilakukan oleh ibu nifas setelah proses persalinan selesai Independen 2 Pengetahuan Segala hal yang diketahui ibu nifas tentang senam pasca persalinan. 3 Informasi 4 Budaya Kuesioner Kuesioner Skala Wawancara Nominal - Dilakukan - ≥ 4 dari total skor - Tidak - < 4 dari total skor Dilakukan Wawancara - ≥ 3,23 dari total skor - < 3,23 dari total skor Berita atau pesan yang Kuesioner Wawancara diterima oleh ibu nifas - ≥ 4 dari total skor tentang senam pasca - < 4 dari total skor persalinan Segala hal yang Kuesioner Wawancara dilarang dalam - ≥ 7 dari total skor kehidupan - < 7 dari total skor bermasyarakat yang berkaitan dengan senam pasca persalinan. Ordinal - Baik - Kurang Ordinal - Pernah - Tidak Pernah Ordinal - Baik - Kurang 3. Analisis Data Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pengetahuan, informasi dan budaya terhadap senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, maka perlu dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square dengan rumus: ( O - E )² X² = ∑ ————— E Hasil Ukur 29 Keterangan : X² = Chi-Square test O = Hasil observasi/nilai yang diamati E = Nilai Expected/nilai yang diharapkan Dengan ketentuan : 1. Ho diterima, Ha ditolak jika p > α (α =0,05), berarti tidak ada pengaruh antara variabel yang diteliti dengan senam pasca persalinan. 2. Ho ditolak, Ha diterima jika p < α (α =0,05), berarti ada pengaruh antara variabel yang diteliti dengan senam pasca persalinan. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel Contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2. Bila pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction Test. 3. Bila pada tabel Contingency yang lebih dari 2x2, misal 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square Test. 4. Bila pada table Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2x2. 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia berada di Kecamatan Darul Makmur dengan luas wilayah 505.13 km2 yang memiliki 22 desa dan penduduk berjumlah 17.098 jiwa, dengan batasan wilayah: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja PKM Alue Bilie 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Abdya 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja PKM Alue Rambot 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 12 s/d 19 Februari 2014. Dari data yang dikumpulkan terdapat 56 responden yang dijadikan sampel yang diambil dari keseluruhan populasi ibu nifas pada bulan Januari 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur dengan cara total sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner, data dari hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut: 30 31 1. Analisa Univariat a. Senam Pasca Persalinan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No Senam Pasca Persalinan Frekuensi 1 Dilakukan 19 2 Tidak Dilakukan 37 Jumlah 56 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 (%) 33,9 66,1 100 Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu nifas tidak melakukan senam pasca nifas yaitu sebanyak 37 responden (66,1%). b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan Frekuensi 1 Baik 13 2 Kurang 43 Jumlah 56 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 (%) 23,2 76,8 100 Dari tabel 4.2 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 43 responden (76,8%). 32 c. Informasi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Informasi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No Informasi Frekuensi 1 Pernah 28 2 Tidak Pernah 28 Jumlah 56 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 (%) 50,0 50,0 100 Dari tabel 4.3 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang diteliti ditemukan masing-masing ibu nifas ada yang pernah dan ada juga yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang senam pasca nifas yaitu sebanyak 28 responden (50,0%). d. Budaya Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No 1 Baik 2 Kurang Budaya Jumlah Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Frekuensi 20 36 56 (%) 35,7 64,3 100 Dari tabel 4.4 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu memiliki budaya kurang yaitu sebanyak 36 responden (64,3%). 33 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan Ibu Nifas terhadap Senam Pasca Persalinan Tabel 4.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan 1. 2. Baik Kurang Jumlah Singnifikasi: p < 0,05 Senam Pasca Persalinan Tidak Dilakukan Dilakukan f % f % 9 69,2 4 30,8 10 23,3 33 76,7 19 33,9 37 66,1 Jumlah f 13 43 56 % 100 100 100 Uji Statistik p-value 0,006 Berdasarkan tabel 4.5 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 13 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 9 responden (69,2%) yang melakukan senam pasca persalinan. Dan dari 43 responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 33 responden (76,7%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,006 yang berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 34 b. Pengaruh Informasi terhadap Senam Pasca Persalinan Tabel 4.6 Pengaruh Informasi terhadap Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No 1. 2. Informasi Pernah Tidak Pernah Jumlah Singnifikasi: p < 0,05 Senam Pasca Persalinan Tidak Dilakukan Dilakukan f % f % 15 53,6 13 46,4 4 14,3 24 85,7 19 33,9 37 66,1 Jumlah f 28 28 56 % 100 100 100 Uji Statistik p-value 0,005 Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 28 responden yang pernah mendapatkan informasi tentang senam pasca persalinan terdapat 15 responden (53,6%) yang melakukan senam pasca persalinan. Sedangkan dari 28 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang senam pasca persalinan terdapat 24 responden (85,7%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005 yang berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara informasi dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 35 c. Pengaruh Budaya terhadap Senam Pasca Persalinan Tabel 4.7 Pengaruh Budaya terhadap Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya No 1. 2. Budaya Baik Kurang Jumlah Singnifikasi: p < 0,05 Senam Pasca Persalinan Tidak Dilakukan Dilakukan f % f % 12 60,0 8 40,0 7 19,4 29 80,6 19 33,9 37 66,1 Jumlah f 20 36 56 % 100 100 100 Uji Statistik p-value 0,005 Berdasarkan tabel 4.7 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang memiliki budaya yang baik terdapat 12 responden (60,0%) yang melakukan senam pasca persalinan. Sedangkan dari 36 responden yang memiliki budaya yang kurang terdapat 29 responden (80,6%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005 yang berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara budaya dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 36 C. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Ibu Nifas terhadap Senam Pasca Persalinan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan senam pasca persalinan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 di atas dari 13 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 9 responden (69,2%) yang melakukan senam pasca persalinan dan 4 responden (30,8%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Dan dari 43 responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 33 responden (76,7%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan dan 10 responden (23,3%) yang melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,006 yang berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur tehnik dan teori. Pengetahuan seseorang dapat diperolah melalui pendidikan, paparan media masa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial (lingkungan sosial budaya) dan pengalaman (Notoatmodjo, 2007). 37 Para ibu pasca melahirkan cenderung takut untuk melakukan banyak gerakan. Ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa orang tidak melakukan senam nifas setelah persalinan, pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua karena terlalu bahagia dan yang dipikirkan hanya si kecil. Ketiga, jangankan berpikir untuk senam, untuk bangun saja terasa sakit (Alisjahbana, 2008). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, secara teratur setiap hari. Setelah 6 jam persalinan normal atau 8 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas. Saat melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah melahirkan. Ambulasi secepat mungkin dari frekuensi sangat diperlukan dalam proses involusi (Alisjahbana, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2010), didapatkan Ibu nifas dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak (15%), dan dengan tingkat pengetahuan cukup (20%), serta dengan tingkat pengetahuan kurang (35%), sedangkan dengan tingkat pengetahuan tidak baik (30%). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi masih kurang. Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu nifas 38 dalam melakukan senam pasca persalinan. Hal ini seperti terlihat pada hasil penelitian bahwa jumlah ibu nifas yang memiliki pengetahuan kurang lebih banyak yang tidak melakukan senam pasca persalinan daripada yang melakukan senam pasca persalinan. Ini disebabkan karena pengetahuan sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang karena semakin baik pengetahuan seseorang tentang senam pasca persalinan maka semakin banyak ibu nifas yang melakukan senam pasca persalinan namun apabila ibu nifas tidak mengetahui tentang manfaat dari pada senam pasca persalinan maka ibu nifas tidak akan berminat untuk melakukan senam pasca persalinan. 2. Pengaruh Informasi terhadap Senam Pasca Persalinan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan senam pasca persalinan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa dari 28 responden yang pernah mendapatkan informasi tentang senam pasca persalinan terdapat 15 responden (53,6%) yang melakukan senam pasca persalinan dan 13 responden (46,4%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Sedangkan dari 28 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang senam pasca persalinan terdapat 24 responden (85,7%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan dan 4 responden (14,3%) yang melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005 yang berarti 39 lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh antara informasi dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Media massa merupakan salah satu sarana komunikasi yang berpengaruh besar membentuk opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang. Media massa berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama (Fitriani, 2011). Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lain televisi, radio, majalah dan koran, buku dan sebagainya. Media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan nyata seseorang (Fitriani, 2011). Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa informasi mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan senam pasca persalinan. Pada penelitian ini ditemukan masalah yaitu ibu nifas yang pernah memperoleh informasi tentang senam pasca persalinan namun masih banyak yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Hal ini terjadi karena responden belum terlalu mengetahui manfaat dari melakukan senam pasca persalinan. Dan 40 juga hal ini terjadi karena masih banyak pendapat bahwa banyak bergerak pada saat baru melahirkan akan memberi dampak yang negatif terhadap ibu nifas, seperti terjadi robekan kembali pada vagina, dan kembali terjadinya pendarahan apabila tidak hati-hati. 3. Pengaruh Budaya terhadap Senam Pasca Persalinan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu nifas melakukan senam pasca persalinan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7 di atas dari 20 responden yang memiliki budaya yang baik terdapat 12 responden (60,0%) yang melakukan senam pasca persalinan dan 8 responden (40,0%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan. Sedangkan dari 36 responden yang memiliki budaya yang kurang terdapat 29 responden (80,6%) yang tidak melakukan senam pasca persalinan dan 7 responden (19,4%) yang melakukan senam pasca persalinan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,005 yang berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh antara budaya dengan senam pasca persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai 41 kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Suparyanto, 2010). Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan senam pasca persalinan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan ibu nifas yang memiliki budaya baik masih ada yang tidak melakukan senam pasca persalinan yaitu sebanyak 8 responden dari 20 responden. Hal ini dikarenakan ibu nifas masih beranggapan bahwa larangan-larangan yang seharusnya tidak perlu dilakukan saat masa nifas masih dilakukan karena pengaruh budaya yang masih sangat kental dan menganggap hal itu perlu dipatuhi. Laranganlarangan tersebut seperti dilarang jalan cepat-cepat, tidak boleh terlalu banyak melakukan gerakan-gerakan, tidak boleh duduk sembarangan, kalau duduk kaki harus dirapatkan dan tidak boleh mengangkat tangan ke atas. 42 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang ada pada BAB IV, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan senam pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan nilai p-value (0,006) < α-value (0,05). 2. Ada pengaruh antara informasi dengan senam pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan nilai p-value (0,005) < α-value (0,05). 3. Ada pengaruh antara budaya dengan senam pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditandai dengan nilai p-value (0,005) < α-value (0,05). B. Saran 1. Bagi Peneliti Hendaknya dapat menambah pengetahuan tentang senam pasca persalinan, dan menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah serta lebih dikembangkan dan menambah pengalaman dalam penerapan riset terutama tentang senam pasca persalinan. 42 43 2. Bagi Institusi Pelayanan Lebih meningkatkan dalam memberikan penyuluhan/memberikan CD kepada ibu nifas tentang nifas dan senam nifas, serta menyediakan sarana prasarana. 3. Bagi Institusi Pendidikan Agar dapat memberikan materi penelitian yang lebih mendalam dan memantapkan dalam penyusunan Skripsi. 4. Bagi Ibu Nifas Diharapkan ibu-ibu nifas dapat dan mau mengikuti senam nifas karena dapat membantu proses involusi dan pencegan komplikasi pada masa nifas. Serta melakukan pendekatan dengan tenaga kesehatan, mencari informasi tentang pentingnya senam pasca persalinan. 44 DAFTAR PUSTAKA Alisjahbana, Mutia. (2008). Senam Nifas, Senam setelah melahirkan. http://www.berbagisehat.com. Bagus, R. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas tentang senam pasca persalinan di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.. http://www.bejocommunity.blogspot.com Brayshaw, E. (2007). Senam Hamil dan Nifas. Jakarta: EGC Fauzi Bowo, H. (2008). Menurunkan Angka Kematian Ibu. http://www.selatan,jakarta.go.id/pkk/index.php Fitriani, S., 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Laporan Puskesmas Suka Mulia, 2012 dan 2013 Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta _____________. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Riskesdas. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Saifuddin. (2006), Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. _________. (2010). Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Suparyanto. (2010). Pantang Makan di Masa Nifas. http://www/dr-suparyanto.blogspot.com 45 Lampiran 1 LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Alamat : Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bersedia menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya. Nagan Raya, Februari 2014 (…………………………) 46 Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Kode Responden : ……………………..(diisi oleh peneliti ) 2. Umur : ……………. Tahun 3. Pendidikan : ……………. 4. Pekerjaan : ……………. 5. Tanggal Pengisian : …………………. II. Kuesioner Penelitian A. Senam Pasca Persalinan 1. Apakah setelah proses persalinan selesai ibu melakukan senam Pasca Persalinan atau senam nifas? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 2. Apakah setelah melahirkan ibu melakukan gerakan berbaring atau duduk dengan posisi lutut diluruskan lalu ditekuk secara perlahan? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 3. Apakah pada masa nifas ibu melakukan gerakan memutar kedua pergelangan kaki dengan mempertahankan posisi lutut dan paha? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 4. Apakah pada masa nifas ibu melakukan gerakan berbaring dengan kedua lutut ditekuk? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 5. Apakah pada masa nifas ibu melakukan pernafasan perut? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 6. Pada masa nifas apakah ibu melakukan gerakan sambil berbaring mengangkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 47 7. Pada masa nifas apakah ibu melakukan gerakan mengangkat pantat perlahan kemudian diturunkan kembali? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 8. Apakah pada masa nifas ibu melakukan gerakan menekuk lutut kearah perut 90 derajat secara bergantian? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 9. Pada masa nifas apakah ibu melakukan gerakan menungging? a. Melakukan b. Tidak Melakukan 10. Apakah pada masa nifas ibu melakukan gerakan sit up? a. Melakukan b. Tidak Melakukan B. Pengetahuan 1. Perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh pasca persalinan dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini, yaitu: a. Senam pasca persalinan b. Senam sebelum persalinan c. Senam aerobik 2. Senam pasca persalinan bertujuan untuk: a. Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut b. Memperlambat penyembuhan c. Mengakibatkan timbulnya komplikasi 3. Salah satu manfaat dari pada senam pasca persalinan, yaitu: a. Member kesehatan pada tubuh b. Meningkatkan kebugaran jantung c. Meningkatkan berat badan 4. Yang bukan merupakan tujuan senam pasca persalinan yaitu: a. Mengencangkan otot-otot perut b. Memberikan rasa sakit pada otot-otot c. Memperbaiki bentuk payudara 5. Apakah menaikan kedua kaki bersamaan dan sit-up dengan kaki lurus boleh dilakukan oleh ibu pasca bersalin? a. Boleh dilakukan b. Tidak boleh dilakukan c. Boleh dilakukan boleh juga tidak dilakukan 48 6. Resiko yang terjadi apabila menaikan kedua kaki bersamaan dan sit-up yaitu: a. Dapat merusak otot b. Dapat merusak kaki c. Dapat merusak perut 7. Senam pasca persalinan biasanya dapat dilakukan di: a. Lantai b. Tempat tidur c. Di mana saja bisa 8. Ada berapa macamkah senam pasca persalinan? a. Senam pasca persalinan normal, senam pasca persalinan dengan bantuan b. Senam pasca persalinan normal, senam pasca persalinan dengan bantuan, senam setelah persalinan dengan seksio sesaria dan senam setelah persalinan bayi lahir mati. c. Senam yang harus dihindari 9. Senam pasca persalinan lebih baik dilakukan dengan: a. Berlatih ringan dengan frekuensi sering b. Berlatih berat dengan frekuensi sering c. Berlatih sekaligus dalam sehari 10. Senam pasca persalinan baiknya dilakukan pada saat: a. 5-10 hari b. Setelah 44 hari c. 2-30 hari C. Informasi 1. Apakah ibu pernah mendengar tentang senam pasca persalinan dari bidan atau petugas kesehatan? a. Pernah b. Tidak Pernah 2. Apakah ibu pernah mendengar dari tetangga tentang senam pasca persalinan? a. Pernah b. Tidak Pernah 49 3. Apakah ibu pernah mendengar bahwa ibu nifas tidak boleh terlalu banyak bergerak setelah melahirkan? a. Pernah b. Tidak Pernah 4. Apakah ibu pernah mendengar bahwa pada saat masa nifas tidak diperbolehkan mengangkat tangan karena ditakutkan ASI akan kering? a. Pernah b. Tidak Pernah 5. Apakah ibu pernah mendengar tentang senam pasca persalinan di tempat ibu bekerja? a. Pernah b. Tidak Pernah 6. Apakah ibu pernah mendengar dari keluarga ibu tentang senam pasca persalinan? a. Pernah b. Tidak Pernah 7. Apakah ibu pernah mendengar dari radio tentang senam pasca persalinan? a. Pernah b. Tidak Pernah 8. Apakah ibu pernah mendengar bahwa dengan melakukan senam pasca persalinan dapat memulihkan bentuk tubuh? a. Pernah b. Tidak Pernah 9. Apakah ibu pernah membaca tentang senam pasca persalinan di tabloid, koran, buku atau majalah? a. Pernah b. Tidak Pernah 10. Apakah ibu pernah melihat informasi tentang senam pasca persalinan di TV? a. Pernah b. Tidak Pernah 50 D. Budaya 1. Ibu dilarang mengangkat kedua tangan ke atas pada saat baru melahirkan. a. Ya b. Tidak 2. Ibu dilarang terlalu banyak bergerak pada saat masa nifas. a. Ya b. Tidak 3. Ibu dilarang jalan terlalu cepat pada saat baru melahirkan. a. Ya b. Tidak 4. Ibu dilarang menungging pada saat masa nifas. a. Ya b. Tidak 5. Ibu hanya diperbolehkan berbaring di tempat tidur selama masa nifas. a. Ya b. Tidak 6. Selama masa nifas ibu tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor. a. Ya b. Tidak 7. Selama masa nifas ibu diharuskan memakai gurita. a. Ya b. Tidak 8. Ibu diharuskan memakai korset yang ketat selama masa nifas. a. Ya b. Tidak 9. Ibu diharuskan memakai ramuan tradisional pada perut selama masa nifas. a. Ya b. Tidak 10. Ibu diharuskan meminum jamu pada masa nifas dengan tujuan agar luka cepat kering dan dapat memperbaiki bentuk tubuh. a. Ya b. Tidak 51 Lampiran 3 TABEL SKORING PENGETAHUAN Jawaban No Pertanyaan Rentang a b c 1. 1 1 0 0 Baik : ≥ 3,23 dari 2. 2 1 0 0 total skor 3. 3 0 1 0 4. 4 0 1 0 5. 5 0 1 0 6. 6 1 0 0 7. 7 0 1 0 8. 8 0 1 0 9. 9 1 0 0 1 0 0 Kurang : < 3,23 10. 10 dari total skor 52 Lampiran 4 KUNCI JAWABAN PENGETAHUAN 2. A 3. A 4. B 5. B 6. B 7. A 8. B 9. B 10. A 11. A 53 Lampiran 5 HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS Frequency Table Senam Pasca Persalinan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Dilakukan 19 33.9 33.9 33.9 Tidak Dilakukan 37 66.1 66.1 100.0 Total 56 100.0 100.0 Pengetahuan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Baik 13 23.2 23.2 23.2 Kurang 43 76.8 76.8 100.0 Total 56 100.0 100.0 Informasi Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Pernah 28 50.0 50.0 50.0 Tidak Pernah 28 50.0 50.0 100.0 Total 56 100.0 100.0 Budaya Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Baik 20 35.7 35.7 35.7 Kurang 36 64.3 64.3 100.0 Total 56 100.0 100.0 54 Crosstabs Pengetahuan * Senam Pasca Persalinan Pengetahuan * Senam Pasca Persalinan Crosstabulation Senam Pasca Persalinan Dilakukan Pengetahuan Baik Count Kurang 4 13 4.4 8.6 13.0 69.2% 30.8% 100.0% 10 33 43 14.6 28.4 43.0 23.3% 76.7% 100.0% 19 37 56 19.0 37.0 56.0 33.9% 66.1% 100.0% Count Expected Count % within Pengetahuan Total Count Expected Count % within Pengetahuan Total 9 Expected Count % within Pengetahuan Tidak Dilakukan Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .002 Continuity Correction 7.473 1 .006 Likelihood Ratio 9.052 1 .003 Pearson Chi-Square 9.412 b Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases .006 9.244 1 .002 56 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.41. b. Computed only for a 2x2 table .004 55 Informasi * Senam Pasca Persalinan Crosstab Senam Pasca Persalinan Dilakukan Informasi Pernah 15 13 28 Expected Count 9.5 18.5 28.0 53.6% 46.4% 100.0% 4 24 28 9.5 18.5 28.0 14.3% 85.7% 100.0% 19 37 56 19.0 37.0 56.0 33.9% 66.1% 100.0% Count Expected Count % within Informasi Total Total Count % within Informasi Tidak Pernah Tidak Dilakukan Count Expected Count % within Informasi Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square df Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided) a 1 .002 7.966 1 .005 10.103 1 .001 9.639 b Asymp. Sig. Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases .004 9.467 1 .002 56 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table .002 56 Budaya * Senam Pasca Persalinan Crosstab Senam Pasca Persalinan Dilakukan Budaya Baik 12 8 20 Expected Count 6.8 13.2 20.0 60.0% 40.0% 100.0% 7 29 36 12.2 23.8 36.0 19.4% 80.6% 100.0% 19 37 56 19.0 37.0 56.0 33.9% 66.1% 100.0% Count Expected Count % within Budaya Total Total Count % within Budaya Kurang Tidak Dilakukan Count Expected Count % within Budaya Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1- (2-sided) (2-sided) sided) a 1 .002 Continuity Correction 7.711 1 .005 Likelihood Ratio 9.355 1 .002 Pearson Chi-Square 9.433 b Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases .003 9.265 1 .002 56 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.79. b. Computed only for a 2x2 table .003 57 YAYASAN PENDIDIKAN U’BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) BANDA ACEH Jalan Alue Naga Desa Tibang Banda Aceh Telepon (0651) 7555566 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI T.A 2012/2013 Nama Mahasiswa : Yetti Fariana NIM : 121010210183 Prodi : D-IV Kebidanan Judul Skripsi :Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas Melakukan Senam Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Pembimbing : Muhammad Idrus, SKM., M.Kes. Kegiatan Bimbingan SKRIPSI No 1 Tgl 07-01-2014 2 10-01-2014 3 16-01-2014 4 25-01-2014 5 30-01-2014 6 7 01-02-2014 07-02-2014 8 13-03-2014 9 19-03-2014 10 22-03-2014 Bimbingan Konsul Judul Masukan/Saran ACC judul, Lanjut BAB I Konsul BAB I Perbaikan BAB I dan Lanjut BAB II Konsul Perbaikan BAB I Perbaikan BAB II dan dan Konsul BAB II Lanjut BAB III Konsul Perbaikan BAB Perbaikan BAB III II dan Konsul BAB III Konsul Perbaikan BAB Lanjut Kuesioner III Konsul kuesioner Perbaikan kuesioner Konsul perbaikan ACC Seminar kuesioner Konsul BAB IV Perbaiki BAB IV dan Lanjut BAB V Konsul Perbaikan BAB Perbaiki BAB V IV dan Konsul BAB V Konsul Perbaikan BAB ACC Sidang V Paraf