BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa

advertisement
137
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:
1. a. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kerentanan airtanah di Karst
Rengel adalah faktor concentration of flow (C) dan faktor overlying layers
(O). Faktor C terdiri atas subfakor jarak terhadap ponor, kemiringan
lereng, kerapatan vegetasi, dan karakteristik karst. Sementara itu, faktor O
terdiri atas subfaktor tekstur dan ketebalan solum tanah dan subfaktor
litologi dan ketebalan batuan. Faktor precipitation (P) kurang memberikan
pengaruh terhadap tingkat kerentanan karena distribusi hujan yang
seragam di seluruh daerah penelitian.
b. Tingkat kerentanan airtanah di Karst Rengel didominasi oleh kerentanan
sedang dan tinggi yang tersebar secara merata, sedangkan daerah dengan
tingkat kerentanan rendah hanya sebagian kecil. Sebaran tingkat
kerentanan tersebut dipengaruhi oleh subfaktor tekstur dan ketebalan
solum tanah. Sementara itu, sebaran daerah dengan tingkat kerentanan
sangat tinggi bersifat mengelompok mengikuti pola sebaran ponor.
2. a. Penggunaan lahan yang teridentifikasi sebagai lokasi sumber pencemar di
daerah penelitian adalah kawasan permukiman dan kandang peternakan
ayam. Namun, luasan untuk penggunaan lahan tersebut hanya sekitar
3,67% dari luas daerah penelitian. Kawasan permukiman tersebar secara
mengelompok pada desa-desa yang berada tidak jauh dari ibukota
kecamatan, misalnya Desa Rengel dan Sawahan di Kecamatan Rengel dan
Desa Ngandong dan Grabagan di Kecamatan Grabagan. Penggunaan lahan
di daerah penelitian didominasi oleh ladang dan sawah tadah hujan.
Kondisi ini dapat dipahami karena Karst Rengel berkembang pada wilayah
perbukitan yang terletak sekitar 30 km di sebelah Selatan pusat Kabupaten
Tuban yang umumnya masih berupa daerah pedesaan.
b. Sebagian besar daerah penelitian mempunyai tingkat bahaya pencemaran
airtanah yang rendah yaitu sekitar 85,52% dari luas daerah penelitian.
Sementara itu, daerah dengan bahaya pencemaran tinggi sekitar 4,39%.
Tingkat bahaya pencemaran sangat tinggi tidak ditemukan di daerah
penelitian. Kondisi tersebut sangat terkait dengan penggunaan lahan di
daerah penelitian yang didominasi oleh ladang dan sawah tadah hujan.
3. a. Sebagian dari daerah penelitian yaitu sekitar 48,66% mempunyai tingkat
risiko pencemaran yang rendah.
Daerah yang mempunyai risiko
pencemaran tinggi sekitar 17,72% dari luas daerah penelitian. Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh dominasi sebaran tingkat bahaya pencemaran
airtanah yang relatif rendah. Pada beberapa lokasi, meskipun tingkat
bahaya pencemaran airtanah adalah rendah namun akan memiliki risiko
pencemaran yang tinggi. Kondisi tersebut ditemukan pada daerah
tangkapan ponor yang memiliki jarak relatif dekat terhadap ponor.
Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan bahwa sebaran ponor dan
138
luasan daerah tangkapan ponor sangat berpengaruh terhadap tingkat risiko
pencemaran airtanah.
b. Sampel air yang diambil dari 17 mataair dan 1 sumur perpipaan
menunjukkan bahwa kadar total koliform dan nitrat dalam airtanah di
daerah penelitian telah melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
menurut standar kualitas air bersih Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Tingginya kadar total koliform disebabkan oleh sebaran
kawasan permukiman di daerah karst yang umumnya mengikuti sebaran
mataair. Kondisi tersebut menyebabkan jarak antara lokasi sumber
pencemar dengan mataair menjadi dekat sehingga kemungkinan
pencemaran semakin tinggi. Uji korelasi dengan Spearman’s rank
correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kadar total koliform dalam air dan tingkat risiko pencemaran airtanah
dengan tingkat kepercayaan 99%.
c. Pemanfaatan SIG dalam pemetaan kerentanan intrinsik airtanah, bahaya
dan risiko pencemaran sangat memberikan kemudahan. Berbagai data
seperti informasi tanah, batuan, kemiringan lereng, kerapatan vegetasi,
sebaran ponor, sungai tenggelam, mataair, gua dan penggunaan lahan di
suatu wilayah diperoleh melalui pemanfaatan data penginderaan jauh dan
data spasial lain berupa peta, hasil survei dan data atribut yang kemudian
dapat diolah, dianalisis dan disajikan melalui SIG.
139
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa hal yang disarankan antara lain:
1. Perlu adanya upaya perlindungan airtanah terhadap risiko pencemaran yaitu
melalui pengurangan ancaman limbah yang dapat dilakukan dengan
pengolahan limbah cair sebelum dibuang, perbaikan saluran pembuangan,
dan daur ulang limbah. Sementara itu, untuk mengurangi kemungkinan
masuknya bahan pencemar ke dalam mataair melalui limpasan permukaan,
perlu dibuat batas penghalang (misal: pagar beton) mengelilingi mataair.
2. Diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antara masyarakat dan
pemerintah dalam penyusunan rencana penggunaan lahan untuk mengurangi
ancaman pencemaran pada area-area yang rentan terhadap pencemaran
khususnya pada daerah tangkapan ponor.
3. Penelitian ini terbatas pada penggunaan metode COP untuk menilai
kerentanan airtanah terhadap pencemaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya
penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang berbeda sebagai bahan
perbandingan sehingga dapat diketahui metode yang paling tepat.
4. Untuk penelitian sejenis selanjutnya, diperlukan adanya pengukuran yang
lebih detail untuk menggali informasi yang akurat terkait jenis dan ketebalan
batuan serta ketinggian mukaairtanah, misal dengan metode elektromagnetik
Very Low Frequency (VLF). Selain itu, untuk menguji kebenaran hasil
pemetaan kerentanan dan risiko pencemaran airtanah yang telah dilakukan,
diperlukan validasi dengan uji runut (tracer test) sehingga dapat diketahui
proses perjalanan bahan pencemar dalam jaringan sungai bawah tanah.
140
Download