makalah kolokium

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas 1
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Siska Erma Lia/I34110017
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dyah Utari/I34110060
Ir. Hadiyanto, Msi/ 19621203 198703 1 001
Peranan CD Worker dalam Pendampingan Program Green
Posdaya CSR PT Holcim, Tbk (Kasus Posdaya Nusa Indah,
Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)
26 Juni 2014, 13.00-14.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 mewajibkan
perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan tersebut berbunyi
bahwa perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang atau sumberdaya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan anggarannya diperhitungkan sebagai
biaya perseroan, bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum di
dalam peraturan akan dikenai sanksi dengan ketentuan perundang-undangan1. Meskipun sudah
lama ditetapkannya undang-undang tersebut, belum semua perusahaan melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan baik secara sosial maupun lingkungan. Menurut Hasil Program Penilaian
Peringkat Perusahaan (PROPER) 2012-2013 Kementerian Negara Lingkungan Hidup
menunjukkan bahwa dari total 1812 perusahaan yang dipantau, sejumlah 12 perusahaan (0,67%)
perusahaan yang mendapatkan peringkat emas, sejumlah 113 perusahaan (6,31%) mendapatkan
peringkat hijau, sejumlah 1039 perusahaan (57,98%) mendapatkan peringkat biru, sejumlah 611
perusahaan (34,1%) mendapatkan peringkat merah, serta sejumlah 17 perusahaan (0,95%)
mendapatkan peringkat hitam. Dari data tersebut terlihat hanya 0,67% perusahaan yang
menjalankan tanggung jawab di bidang lingkungan2.
Corporate social responsibility adalah komitmen dari perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungannya, akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan. Tujuan dilaksanakannya program CSR oleh perusahaan adalah
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Perhatian pada aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan lebih dikenal sebagai konsep 3P (people, planet and profit).
Konsep Profit menyatakan perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Konsep People
menyatakan perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Konsep
Planet menyatakan perusahaan peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup dan keragaman
hayati di sekitar perusahaan. Triple bottom line yaitu people, profit dan planet merupakan kunci
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini kemudian yang didefinisikan
sebagai pemberdayaan masyarakat. Dalam kenyataannya, praktek CSR di Indonesia masih
sekedar membangun citra perusahaan dari pada memberdayakan masyarakat. Kondisi ini terjadi
karena perusahaan masih menganggap bahwa melaksanakan praktek CSR akan mengurangri
profit mereka.
Pendamping (CD Worker) dalam program CSR sangat penting keberadaannya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat. Pendampingan harus dilakukan dari awal hingga akhir
program agar setiap perkembangan dari masyarakat dapat dipantau oleh CD Worker. Menurut
Susanto (2010) pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan
sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial
masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat
1
2
http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf
http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-klh-2013/
2
bersangkutan (outsider change agents). Dalam melakukan pendampingan, CD Worker memiliki
beberapa peranan dan keterampilan penting yakni memfasilitasi (facilitative roles), mendidik
(educational roles), representasi (representational roles) dan teknis (technical roles) (Ife 2008).
Peranan dan keterampilan tersebut yang akan mendorong terciptanya partisipasi masyarakat.
Kekurangan program CSR yang sering ditemukan di lapangan adalah kurangnya tenaga
pendamping dan tidak adanya CD Worker yang memiliki peranan dan keterampilan yang cukup
dalam melakukan pendampingan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
CSR.
Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting bagi keberlanjutan program CSR karena
masyarakat yang akan menjalankan dan menerima manfaat dari program tersebut. Nasdian (2014)
menyatakan partisipasi dalam program CSR adalah suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil
oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan menggunakan
sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol
secara efektif. Tahapan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil serta evaluasi (Uphoff et al. 1979). Tingkat partisipasi
masyarakat dalam program CSR diukur berdasarkan delapan tangga partisipasi Arnstein (1969)
antara lain manipulation (manipulasi), therapy (terapi), informing (menginformasikan), consultation
(konsultasi), placation (menenangkan), partnership (kemitraan), delegated power (kekuasaan)
didelegasikan dan citizen control (kontrol warga negara). Selama ini, peran serta masyarakat
hanya dilihat dalam konteks sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk
mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada
implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif
dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya,
partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”3. Partisipasi masyarakat
yang tercipta nantinya akan mendorong terciptanya kemandirian masyarakat disekitar perusahaan.
Kemandirian masyarakat dapat berupa kemandirian material, intelektual dan manajerial.
PT Holcim Indonesia merupakan perusahan multinasional (MNC) yang bergerak di sektor
industri semen yang tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar
perumahan, bangunan umum dan infrastruktur. Pabrik Narogong, Cibinong merupakan salah satu
dari ketiga pabrik yang dimiliki oleh PT Holcim Indonesia. PT Holcim Indonesia Pabrik Narogong
telah melaksanakan CSR sebagaimana yang diwajibkan oleh pemerintah dalam UU No. 40 Tahun
2007. Salah satu dari program CSR yang dilakukan oleh PT Holcim Indonesia adalah Green
Posdaya yang berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pengembangan Green
Posdaya merupakan komitmen dari beberapa institusi antara lain PT Holcim Indonesia Tbk, Institut
Pertanian Bogor, Pemkab Bogor dan Yayasan Damandiri. Komitmen dari keempat pihak ini
memiliki tujuan untuk mengangkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Klapanunggal,
umumnya bagi seluruh masyarakat Bogor4. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk
menganalisis hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian dirumuskan sebagai beriku:
1. Bagaimana hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk ?
2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi ?
3. Bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya
dengan tingkat kemandirian masyarakat ?
3
4
Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
http://www.gemari.or.id/artikel/6260.html
3
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk.
2. Menganalisis tingkat partisipasi mayarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi.
3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya
dengan tingkat kemandirian masyarakat.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi: penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan kajian untuk
penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai peranan CD
Worker dalam pendampingan program CSR.
2. Bagi pemerintah: dapat memberikan masukan dalam penyusunan pedoman
implementasi program CSR yang wajib diksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Bagi perusahaan: dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya peranan CD
Worker dalam mendampingi masyarakat dalam program CSR yang dilakukannya.
4. Bagi masyarakat: dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
masyarakat dalam program CSR agar terwujud kemandirian masyarakat. Penelitian ini
juga diharapkan dapt menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
dalam mengoptimalkan keterlibatannya dalam program CSR.
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Corporate Social Resposibility (CSR)
Definisi mengenai CSR menurut World Business Council for Sustainable Development
(1998) dalam Sukada et al.(2007) komitmen yang berkelanjutan dari bisnis untuk bertindak etis
dan berkontribusi pengembangan eknonomi sehingga meningkatkan kualitas hidup dari pekerja
dan keluarganya seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan.
Seperti halnya diungkapkan oleh Putri (2007) dalam Untung (2008) Corporate social responsibility
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Menurut pengertian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) adalah komitmen dari perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungannya, akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan.
Perhatian pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang dikenal sebagai konsep 3P
(people, planet and profit) yang diungkapkan oleh John Elkington (1997) dalam Solihin (2008) the
three lines of triple bottom line represent society, the economy and the environment. Society
depend on the global ecosystem, whose health represent the ultimate bottom line. The three lines
are not stabl; they are in constant flux, due to social, political, economic, and environmental
pressures, cycle and conflicts. Dalam pernyataannya tersebut bermakna CSR harus
memperhatikan aspek people (masyarakat), profit (ekonomi) and planet (lingkungan), ketiga apek
tersebut saling berkesinambungan yaitu masyarakat tergantung pada ekosistem yang ada
disekitar begitu pula sebaliknya. Ketiga aspek tersebut sifatnya tidak stabil, ketika satu komponen
berubah maka komponen yang lain juga akan berubah.
Menurut Wahyuningrum et al. (Tidak Ada Tahun) triple bottom line yaitu people, profit dan
planet merupakan kunci pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini kemudian
didefinisikan sebagai pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa dalam
4
pelaksanaam program corporate social responsibility yang berprinsip pada triple botttom line
(people, planet dan profit) yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya
keterlibatan aktif masyarakat sekitar perusahaan dalam mengatasi, mengelola program dari
perusahaan ( Irawan 2013). Tidak hanya partisipasi dari masyarakat namun juga harus ada
sinergitas antar stakeholder yang ada yang disebut dengan tatakelola yang baik (good corporate
governance) antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Mulyadi et al. (2012) menyatakan
wujud nyata dari program corporate social responsibility ini berupa program lingkungan,
kesehatan, pendidikan, program infrastruktur dan pemberdayaan. Implementasi program corporate
social responsibility ini membawa manfaat bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar.
Konsep Partisipasi
Menurut Nasdian (2014) partisipasi dalam program CSR adalah suatu proses aktif dan
inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri
dengan menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi dalam tanggung jawab sosial perusahaan
meliputi: warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh
penggagas tanggung jawab sosial perusahaan, partisipasi merupakan proses pembentukan
kekuatan masyarakat untuk keluar dari masalah mereka sendiri yang relevan dengan masalah
pemberdayaan dan lingkungan. Titik tolak partisipasi dalam tanggung jawab sosial perusahaan
adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek
yang sadar. Dengan partisipasi, tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan akan lebih
berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang sesungguhnya dari masyrakat
setempat (local community).
Uphoff et al. (1979) dalam Taryania (2013) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan
aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan
bagaimana cara kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu
organisasi. Keterlibatan masyarakat menikmati hasil dan pembangunan, serta dalam evaluasi
pada pelaksanaan program. Partisipasi tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis tahapan. Tahap
perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang
merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusul rencana
kerjanya. Tahap Pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti
dari pembanguna adalah pelaksaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan
bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. Tahapan menikmati hasil, yang dapat dijadikan
indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar
manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Tahap evaluasi,
dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang
dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Merujuk pada konsep Arnstein (1969) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dan
stakeholders mengenai “A Ladder of Citizen Participation” dengan delapan tangga atau tingkatan
partisipasi:
1. Manipulation (manipulasi): atas nama partisipasi, masyarakat ditempatkan sebagai “stempel
karet” dalam komite penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata
serta mendapatkan dukungan atas suatu program. Pada tingkatan ini terjadi penyelewengan
makna dari partisipasi sebagai alat publikasi oleh penguasa.
2. Therapy (terapi) : pada tahap ini, para pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan
jiwa (psikiater). Mereka memandang bahwa masyarakat yang tidak berdaya sebagai penyakit
jiwa (mental). Pada asumsi ini dengan berpura-pura masyarakat dilibatkan dalam
perencanaan, mereka menganggap bahwa masyarakat sebagai orang yang membutuhkan
pengobatan. Tahap terapi ini, berfokus pada penyembuhan penyakit namun tidak berorientasi
pada penemuan penyebab dari suatu penyakit.
5
3. Informing (menginformasikan): tahap ini pemegang kekuasaan memberikan informasi kepada
masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan dapat menjadi langkah pertama yang
paling penting menuju pelaksanaan partisipasi masyarakat. namun, seringkali pemberian
informasi bersifat satu arah dengan tidak adanya saluran umpan balik dan kekuatan untuk
negosiasi. Dalam kondisi tersebut, terutama ketika informasi diberikan pada tahap akhir
perencanaan, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mempengaruhi program.
Komunikasi satua rah ini biasanya dalam bentuk media berita, pamflet, poster, dan tanggapan
terhadap pertanyaan.
4. Consultation (konsultasi): meminta pendapat masyarakat merupakan salah satu jalan untuk
menuju partisipasi penuh. Pada tahap konsultasi ini merupakan partisipasi semu karena tidak
ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Hal yang sering dilakukan pada
tahapan ini adalah jajak pendapat, temu warga dan dengar pendapat. Jika pemegang
kekuasaan membatasi saran dari masyarakat, maka kegiatan ini hanya partisipasi palsu.
Masyarakat dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari
frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan
kuisoner yang diisi olehnya. Dengan hal tersebut, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti
atas keterlibatan masyarakat.
5. Placation (menenangkan): pada tahap ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh
meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak ada jaminan akan diperhatikan.
Masyarakat diperbolehkan untuk memberikan usulan rencana namun pemegang
kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Strateginya dengan cara memasukkan
masyarakat miskin yang layak dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak
bertanggung jawab dan pemegang kekuasaan memiliki kekuasaan dominan, maka
masyarakat akan akan mudah diakali.
6. Partneship (kemitraan): tahapan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang
kekuasaan dan masyarakat. mereka sepakat bersama-sama untuk memikul tanggung jawab
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take
and give, sehingga diharapkan tidak ada perubahan yang sepihak. Kemitraan dapat berjalan
efektif jika dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab,
masyarakat mampu secara finansial untuk membayar honor bagi pemimpinnya.
7. Delegated power (kekuasaan didelegasikan): negosiasi antara masyarakat dengan pejabat
pemerintah dapat mengakibatkan dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana
atau program tertentu. Masyarakat menduduki kekuasaan dalam menentukan suatu
keputusan. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan
tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar.
8. Citizen control (kontrol warga negara):pada tingkatan ini masyarakat menginginkan adanya
jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada
mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek manajerial dan bisa
mengadakan negosiasi apabila pihak ketiga yang mengadakan perubahan. Dengan demikian,
masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh
bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.
Manipulasi dan terapi termasuk ke dalam level “non-participation”, inisatif pembangunan
tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi lebih bersifat “menyembuhkan”
atau “mendidik” komunitas. Informasi, konsultasi termasuk dalam level “tokenism”, masyarakat
dapat mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat tetapi tidak ada jaminan kalau
pendapat komunitas akan diakomodasi. Placation merupakan level tertinggi dalam tokenism,
komunitas memberikan masukan kepada pemegang kekuasaan namun pengambilan keputusan
tetap ditangan pemegang kekuasaan. Kemitraan, membuat komunitas dapat bernegosiasi dan
terlibat dalam pengambilan keputusan.pendelegasian kewenangan dan kontrol, komunitas
memegang mayoritas pengambilan keputusan dan kekuatan pengelolaan. Tiga level terakhir
termasuk ke dalam level kekuatan warga negara (citizen power).
6
Konsep Pendamping/CD Worker
Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (2013)
pendamping adalah interaksi yang intensif antara pendamping dengan kelompok masyarakat
sehingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh para anggota kelompok untuk
tujuan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan. Hal ini juga diperkuat
dengan pendapat Susanto (2010) yang menyatakan pendamping pengembangan masyarakat
adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang
berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar
sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Terdapat dua jenis golongan
dari pendamping pengembangan masyarakat yaitu penyuluh di berbagai instansi pemerintah,
swasta (CSR) dan mereka yang sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi
pendidikan.
Menurut Nasdian (2014), peranan seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat
dikategorikan kedalam empat peranan sebagai berikut:
A. Facilitative roles (fasilitator)
Dalam proses fasilitatif, peranan yang dapat dilakukan oleh pekeja pengembangan
masyarakat antara lain sebagai: (a) orang yang mampu membantu anggota komunitas
agar mereka berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat, dengan
memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi dan motivasi sehingga
mampu bertindak. Animator yang berhasil memiliki ciri-ciri: bersemangat, memiliki
komitmen, memiliki integritas, mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan, mampu
menganalisis dan mengambil langkah yang tepat dan mudah bergaul dan terbuka
(animator), (b) orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi anggota komunitas,
bersikap netral, mampu mencari jalan keluar, dan mampu bernegosiasi (negosiator), (c)
orang yang mampu memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam
struktur dan kegiatan komunitas (suporter), (d) orang yang mampu membantu anggota
komunitas untuk mencari konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak, (e) orang yang
mampu memberikan fasilitas kepada anggota komunitas (fasilitator), (f) orang yang mampu
memanfaatkan sumber daya dan keahlian yang ada dalam suatu komunitas.
B. Educational Roles (Pendidik)
Pengembangan masyarakat adalah suatu proses belajar yang terus-menerus, yang
berusaha menumbuhkan kesadaran, menyampaikan informasi kepada anggota komunitas,
menciptakan konfrontasi antar kelompok-kelompok dalam suatu komunitas untuk
menciptakan dinamika internal dari suatu komunitas, dan memberikan pelatihan
berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota pengembangan masyarakat.
C. Representational Roles (Utusan atau wakil)
Peranan ini berkaitan dengan interaksi pekerja pengembangan masyarakat dengan
lembaga-lembaga ekternal yang memberi keuntungan pada komunitas melalui: obtaining
resources, advocacy, penggunaan media, hubungan masyarakat, jaringan antara pekerja
pengembangan masyarakat dan pekerja yang relevan, dan sharing pengalaman dan
pengetahuan secara formal maupun informal antara pekerja pengembangan masyarakat
dan anggota pengembangan masyarakat.
D. Technical Roles (Teknikal)
Dalam proses pengembangan masyarakat perlu melibatkan keahlian dan teknik-teknik
yang khas, terutama untuk melakukan need assesment seperti: penguasaan beragam
metode penelitian, penguasaan komputer, kemampuan menyampaikan informasi dan data,
kemampuan mengelola program, dan pengawasan keuangan program pengembangan
masyarakat.
Konsep Kemandirian
Menurut Priyono dalam Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
(2013) pemberdayaan masyarakat sebagai konsep pembangunan yang memiliki makna
7
pengembangan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat
lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan disegala bidang dan sektor kehidupan. Dapat
dikatakan indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian dan
keberlanjutan. Sedangkan ciri-ciri masyarakat yang mandiri antara lain: mampu mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi, merumuskan serta menetapkan prioritasnya, mampu merumuskan
alternatif untuk menyelesaikan permasalahan, mampu mengorganisir diri, sebagai salah satu cara
penanggulangan secara bersama, mampu mengembangkan aturan main, nilai, norma yang
disusun, disepakati serta dipatuhi bersama, dan memperluas kerjasama serta kemitraan yang
setara (termasuk dalam kewirausahaan).
Verhagen (1996) dalam Hikmat (2004) mengemukakan bahwa swadaya adalah suatu
sarana untuk mencapai kemandairian dan kemandirian adalah suatu suasana atau kondisi tertentu
membuat seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi
tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingankepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok yang mandiri berarti kelompok tersebut telah
mengembangkan kemampuan organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga
mampu merancang dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara
efektif.
Menurut Sumodiningrat (1999) dalam Nuryanti (2013) kemandirian dapat diartikan sebagai
proses pambangunan diciptakan dari, oleh dan untuk setiap anggota masyarakat. kemandirian
dalam hal ini menyangkut tiga segi, yaitu kemandirian material (tidak selalu berarti sanggup
mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan dasar serta
cadangan dan mekanisme bertahan pada saat krisis), kemandirian intelektual (pembentukan dasar
yang memungkinkan masyarakat menghindari dominasi pihak luar) dan kemandirian manajemen
(kemampuan otonom untuk membina diri sendiri, menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar
ada perubahan dalam/situasi kehidupan).
2.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Masyarakat merupakan kunci penting bagi keberlanjutan operasional perusahaan. Program
Green Posdaya tidak dapat berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat sekitar perusahaan.
Partisipasi masyarakat dipengaruhi tingkat peranan dan keterampilan CD Worker. Peranan dan
Keterampilan CD Worker dapat diukur melalui peranannya dalam program Green Posdaya antara
lain sebagai facilitative roles (fasilitator), educational roles (pendidik), representasional roles
(utusan atau wakil) (Ife 2008). Partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya yang akan
diukur dalam penelitian ini merupakan partisipasi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi (Uphoff et al. 1979). Tingkat partisipasi masyarakat diukur melalui
delapan tangga partisipasi Arnstein (1969) yaitu pada level non-partisipasi (manipulasi dan terapi),
level tokenisme (informasi, konsultasi dan placation) serta level kekuasaan citizen power
(kemitraan, delegasi kewenangan dan kontrol warga negara).
Salah satu tujuan dari pelaksanaan program CSR adalah untuk mewujudkan kemandirian
masyarakat sekitar perusahaan. Sedangkan, program CSR tidak akan berjalan tanpa adanya
partisipasi dari masyarakat sekitar. Sehingga, dapat diduga bahwa partisipasi masyarakat
berpengaruh terhadap kemandirian masyarakat. kemandirian masyarakat terdiri dari kemandirian
material (tidak selalu berarti sanggup mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi kemampuan roduktif
guna memenuhi kebutuhan dasar serta cadangan dan mekanisme bertahan pada saat krisis),
kemandirian intelektual (pembentukan dasar yang memungkinkan masyarakat menghindari
dominasi pihak luar) dan kemandirian manajemen (kemampuan otonom untuk membina diri
sendiri, menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam/situasi kehidupan).
8
Tingkat
Peranan
CD
Worker
dalam
Pendampingan Program
Green Posdaya (X1)
1. Tingkat Peranan
memfasilitasi
2. Tingkat Peranan
mendidik
3. Tingkat Peranan
representasi
Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam
Program Green Posdaya
(Y1)
1. Tingkat Perencanaan
2. Tingkat Pelaksanaan
3. Tingkat Menikmati
Hasil
4. Tingkat Evaluasi
Tingkat Kemandirian
Masyarakat (Z1)
1. Tingkat kemandirian
material
2. Tingkat kemandirian
intelektual
3. Tingkat kemandirian
manajemen
Keterangan:
: berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.2.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Diduga ada hubungan tingkat peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya.
2. Diduga ada hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya
dengan tingka kemandirian masyarakat.
2.3.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Tingkat Peranan CD Worker adalah peranan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang
CD Worker dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam program Green
Posdaya diukur melalui tingkat keterampilan dalam memfasilitasi, mendidik, dan
representasi.
2. Tingkat keterampilan dalam memfasilitasi (facilitative roles) adalah keterampilan CD
Worker dalam memberikan semangat sosial,
negosiasi, memberikan dukungan,
membangun konsensus, memfasilitasi kelompok, memanfaatkan sumber daya dan
keahlian yang ada dalam suatu komunitas, mengorganisasi kelompok dan komunikasi
personal.
3. Semangat sosial adalah sikap yang ditampilkan oleh CD Worker kepada masyarakat
antara lain antusiasme, komitmen, integritas, komunikasi dan kepribadian dalam setiap
kegiatan yang didampingi dari awal sampai akhir program Green Posdaya. Jenis data yang
digunakan adalah data ordinal.
4. Negosiasi adalah keterampilan CD Worker dalam mendengar dan memahami aspirasi
masyarakat sebagai subyek program, bersikap netral, mencari jalan keluar dan mampu
bernegosiasi. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
5. Memberi dukungan adalah keterampilan CD Worker dalam memberikan dukungan kepada
masyarakat baik materil maupun moril. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
6. Membangun konsensus adalah keterampilan CD Worker untuk membantu anggota
masyarakat dalam mencari konsensus (kesepakatan) yang dapat diterima oleh seuma
pihak. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
9
7. Memfasilitasi kelompok adalah keterampilan CD Worker dalam memfasilitasi kelompokkelompok agar berjalan baik dan efektif yang mampu menentukan keputusan dan
memberikan kesempatan bagi semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam setiap
kegiatannya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
8. Komunikasi personal adalah kemampuan yang dimiliki oleh CD Worker dalam
berkomunikasi dengan masyarakat baik dengan kalangan menengah, atas dan bawah.
Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
9. Memanfaatkan sumber daya dan keterampilan komunitas adalah keterampilan CD Worker
dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumberdaya yang
ada bersama masyarakat atau kelompok. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
10. Mengorganisasi adalah keterampilan CD Worker dalam mengatur kelompok agar berjalan
sesuai dengan peranan dan keterampilan masing-masing anggota kelompok. Jenis data
yang diguanakan adalah data ordinal.
11. Tingkat keterampilan dalam mendidik (educational roles) adalah keterampilan CD Worker
dalam melakukan proses pembelajaran yang terus menerus dengan meningkatkan
kesadaran, memberikan informasi dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
12. Peningkatan kesadaran adalah keterampilan CD Worker dalam meningkatkan kesadaran
bagi orang-orang yang lemah akan kekurangan dan kelebihannya. Jenis data yang
digunakan adalah data ordinal.
13. Memberikan informasi adalah kemampuan CD Worker dalam memberikan informasi terkait
dengan kelompok dan kegiatannya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
14. Pelatihan adalah keterampilan CD Worker dalam memberikan pelatihan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
15. Tingkat keterampilan representasi (representatif roles) adalah keterampilan CD Worker
dalam berinteraksi dengan pihak luar demi kepentingan masyarakat atau kelompok dengan
berbagi pengetahuan dan pengalaman.
16. Berbagi pengetahuan dan pengalaman adalah kemampuan CD Worker dalam berbagi
pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialami untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal.
17. Tingkat Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Green
Posdaya yang memiliki kesempatan yang sama dalam setiap tahapan perencanaan,
pelaksanaan, penikmatan hasil dan evaluasi, yang dicapai masyarakat dalam tangga
partisipasi Arnstein (1969). Untul lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Indikator Pengukuran Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) melalui Tahapan
Partisipasi Uphoff et al. (1979)
Tahapan
Definisi Operasional
Pengukuran
Perencanaan Keiukutsertaan
responden
dalam
mengikuti
kegiatan
penyusunan rencana
suatu
kegiatan.
Tahapan perencaan
diukur
melalui
keiukutsertaan dalam
proses
identifikasi
masalah, identifikasi
kebutuhan,
pengambilan
keputusan,
penentuan kegiatan,
penyusunan jadwal
kegiatan,
Hadir
sebagai
formalitas
belaka
(Manipulation)
Hadir
karena
permintaan
dari
perusahaan (Theraphy)
Hadir, namun tidak diberi kesempatan
untuk
menyampaikan
usul/pendapat(Informing)
Hadir, dapat menyampaikan pendapat
namun dibatasi dan belum tentu
pendapat mereka akan diperhatikan
(Consultation)
Hadir, dapat memberikan masukan atau
mengusulkan rencana namun keputusan
tetap pada pihak pelaksana kegiatan
(Placation)
Hadir, memiliki kedudukan yang setara
10
perencanaan alokasi dalam
pengambilan
keputusan
dana posdaya
(Partnership)
Hadir serta memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari pihak pelaksanaa
kegiatan dalam membuat keputusan
(Delegated Power)
Masyarakat diberikan kewenangan untuk
merencanakan kegiatan (Citizen Control)
Pelaksanaan
Keikutsertaan
masyarakat
dalam
pelaksanan kegiatan
program
Green
Posdaya.
Tahapan
pelaksanaan diukur
melalui pengambilan
peranan, sumbangan
materi, sumbangan
tenaga
Terlibat sebagai formalitas belaka
(Manipulation)
Terlibat karena disuruh oleh pihak
penyelenggara (Theraphy)
Terlibat
namun
tidak
mendapat
kesempatan
untuk
melaksankan
kegiatan (Information)
Terlibat dan berkesempatan dalam
melaksanakan kegiatan namun masih
dibatasi (Consultation)
Terlibat dan berkesempatan untuk
melaksanakan
kegiatan
namun
keputusan ada dipihak penyelenggaran
(Placation)
Terlibat dan memiliki kedudukan yang
setara dalam melaksanakan kegiatan
(Partnership)
Terlibat dan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari pihak penyelenggara
dalam
melaksanakan
kegiatan
(Delegation Power)
Hadir dan memiliki kewenangan dalam
semua pelaksanaan kegiatan (Citizen
Power)
Menikmati
Hasil
keikutsertaan
masyarakat
dalam
memanfaatkan dan
menikmati hasil dari
kegiatan
program
Green
Posdaya.
Diukur
melalui
pemanfaatan sarana
dan prasaran, hasil,
pengalaman
baru
dalam
kegiatan
posdaya.
Tidak terlibat (Manipulation)
Terlibat karena disuruh oleh pihak
penyelenggara (Theraphy)
Terlibat,
namun
tidak
dapat
memanfaatkan hasil dari kegiatan
(Information)
Dapat
memanfaatkan
hasil
yang
diperoleh dari kegiatan namun masih
dibatasi oleh pihak penyelenggara
(Colsultation)
Dapat
memanfaatkan
hasil
yang
diperolah
dari
kegiatan
namun
kuasa/kontrol masih ada ditangan
penyelenggara (Placation)
Memiliki kedudukan dan kesempatan
yang sama dengan pihak penyelenggara
dalam memanfaatkan hasil (Partnership)
Memiliki kedudukan dan kesempatan
yang
lebih
tinggi
dari
pihak
penyelenggara (Delegated Power)
Memiliki kewenangan sendiri dalam
11
memanfaatkan hasil (Citizen Power)
Evaluasi
Keikutsertaan
masyarakat
dalam
memantau
setiap
kegiatan
green
posdaya.
Diukur
melalui
keiukutsertaan dalam
penyampaian
kendala, kritik, saran,
pembuatan laporan
tentang
kegiatan
Green Posdaya.
Terlibat sebagai formalitas belaka
(manipulation)
Terlibat karena disuruh oleh pihak
penyelenggara (therapy)
Terlibat,
namun
tidak
diberikan
kesempatan
untuk
menyampaikan
memberikan
gagasan
evaluasi
(information)
Terlibat, diberikan kesempatan untuk
menyampaikan evaluasi namun dibatasi
oleh penyelenggara (consultation)
Terlibat, diberikan kesempatan untuk
menyampaikan
evaluasi
namun
kuasa/kontrol
tetap
di
pihak
penyelenggara (placation)
Terlibat, dan memiliki hak yang sama
dengan
pihak
penyelenggara
(partnership)
Terlibat, memiliki hak yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan
pihak
penyelenggara (delegation power)
Terlibat, dan memiliki kewenangan untuk
mengevaluasi program secara mandiri
(citizen power)
18. Kemandirian masyarakat adalah suatun kondisi dimana masyarakat dapat merencanakan,
memutuskan dan melaksanakan suatu kegiatan tanpa bantuan dari orang lain. Dalam hal
ini kemandirian masyarakat diukur dari kemandirian material, intelektual, dan manajemen.
19. Kemandirian material adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk menyediakan bahan,
modal, peralatan yang akan digunakan pada kegiatan serta kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan Green Posdaya. Jenis data yang akan
digunakan adalah data ordinal.
20. Kemandirian intelektual adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan dengan cara-cara mereka sendiri, memberikan masukan mengenai
pengembangan kegiatan kedepannya, berpikir kreatif untuk membentuk usaha mereka
sendiri, sertamencoba kegiatan-kegiatan baru diluar kegiatan Green Posdaya, berpikir
mandiri mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan tanpa instruksi dari CD worker. Jenis
data yang akan digunakan adalah data ordinal.
21. Kemandirian manajemen adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk mengatur dirinya
sendiri dan kegiatan kolektif di dalam program Green Posdaya. Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Jenis data yang akan digunakan adalah
data ordinal.
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan kepada peserta program Green Posdaya “Nusa Indah” di RW 01
Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara purposive (sengaja) pertimbangan: (1) PT Holcim Indonesia, Tbk adalah perusahaan yang
menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam sehingga sangat relevan untuk
mengkaji pelaksanaan program tanggung jawab sosial, (2)
mempertimbangkan adanya
pendamping/CD Worker dalam program Green Posdaya sebagai topik yang akan diteliti oleh
12
peneliti, (3) Green Posdaya “Nusa Indah” merupakan salah satu dari 20 posdaya yang memiliki
progres yang baik jika dibandingkan dengan yang lain sehingga memungkinkan adanya
kemandirian masyarakat sudah terbentuk. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti
melakukan observasi melalui studi penjajagan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang
terkait dengan lokasi penelitian. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi,
kolokuim, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi,
sidang skripsi dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian sekitar 6 bulan dan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
2014
Juni
Septemb Oktober
Novemb Desemb
Januari
er
er
er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menyusun
proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan
proposal
Pengambilan
data
Lapang
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan draft
Skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan
laporan
Penelitian
3.2.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi di lokasi
penelitian adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer didapatkan
dengan metode wawancara mendalam, observasi lapangan dan survei. Penelitian survei dalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisoner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Efendi 2008). Wawancara mendalam dilakukan
dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada responden dan informan yang telah
ditentukan oleh peneliti. Metode observasi lapang di lokasi penelitian guna melihat fenomena
aktual yang terjadi. Selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu data yang
tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data
sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan,
gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder ini diperoleh melalui kajian pustaka
dan analisis berbagai literatur yang terkait dengan kondisi desa, peta lokasi penelitian, jumlah
peserta program Green Posdaya dan dokumen tertulis lainnya. Selanjutnya, data primer dan data
sekunder digunakan untuk mendukung satu sama lain dan menyempurnakan hasil penelitian.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh peserta program Green Posdaya “Nusa
Indah” di RW 01 Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Unit analisi dalam
penelitian ini adalah individu. Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka
percontohan (sampling frame) ialah peserta program Green Posdaya “Nusa Indah” di RW 01 Desa
Bantarjati Kecamatan Klapunggal Kabupaten Bogor. Responden dipilih secara acak sederhana
(simple random sampling) dengan menggunakan tabel angka acak. Responden berjumlah 35
13
orang peserta Green Posdaya “Nusa Indah”. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner
yang telah disusun (Lampiran 2).
Tabel 3 Metode Pengambilan Data
Teknik
Data yang dikumpulkan
Pengumpulan
Data
kuesioner
Wawancara
Mendalam








Observasi
Lapang
Analisis
Dokumen






Peranan CD Worker dalam pendampingan
Tingkat partisipasi masyarakat
Tingkat kemandirian masyarkat
Bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh CD Worker dalam
Program Green Posdaya
Apa saja kegiatan yang ada di Green Posdaya
Bagaimana peranan CD Worker dalam pendampingan terhadap
partisipasi masyarakat
Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green
Posdaya
Bagaimana tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah
adanya program Green Posdaya
Apa sajakah yang didapatkan dari mengikuti program Green Posdaya
Aktivitas pendampingan program Green Posdaya
Seluruh Aktivitas kegiatan (ekonomi, pendidikan,kesehatan, lingkungan,
agama) dan yang ada di Green Posdaya
Gambaran umum desa melalui data monografi
Data Peserta Program Green Posdaya
Publikasi mengenai Program Green Posdaya dari P2SDM IPB
3.3.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Unit analisis penelitian ini adalah individu peserta program Green Posdaya. Data primer
yang diperoleh secara kuantitatif di lapangan akan melalui proses pengololahan data. Proses
pengolahan data ini meliputi pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian dientri ke dalam
SPSS Statistic 16.0 dan Microsoft Excel 200. Data kuantitatif yang diperolah akan dianalisis
menggunakan tabel frekuensi, uji korelasi. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur
eratnya hubungan antara dua variabel yaitu hubungan tingkat peranan CD Worker dalam
pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat, hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat
kemandirian masyarakat. Data kualitatif akan diolah dengan cara reduksi data. Menurut Sitorus
(1998) dalam Agusta (2009) reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan
sebelum data benar-benar terkumpul sebagimana terlihat dari kerangka penelitian, permasalahan
studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data merupakan bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Data
yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif diolah dan kemudian dianalisis disajikan secara
deskriptif. Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif untuk
mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif
diolah dan dianalisis untuk disajikan dalam bentuk teks naratif, matriks, bagan serta gambar.
Tahap akhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
telah disusun. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 3).
DAFTAR PUSTAKA
Agusta I. 2009. Teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif.
http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-pengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf
14
Ardianto E, Machfudz DM. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta (ID): Elex Media
Komputindo.
Arnstein. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP. 35(4):216-224.
Damandiri. Tidak ada tahun. http://www.damandiri.or.id/file/dasminsiduipbbab2.pdf.
Hikmat H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung (ID): Humaniora Utama Press.
Ife J, Tesoriero F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Irawan EP. 2013. Program corporate social responsibility berbasis pemberdayaan masyararakat
[Tesis]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.
Kemeterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2013. Pedoman Pendampingan
TKS: Program Pendayagunaan Tenaga Kerja Sarjana. Jakarta (ID): Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI.
Marliati, Sumardjo, Asngari PS. Tjitropranoto P, Saefuddin A. 2008. Faktor-faktor penentu
peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani. JP. 4(2):-.
Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor (ID): Bagian
Sosiologi dan Pengembangan Masyarakat.317 hal.
Nuryanti T. 2013. Hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta
program posdaya Sauyunan Desa Ciherang [Skripsi]. Bogor (ID): SKPM IPB.
Ristianasari, Mulyono P, Gani DS. 2013. Program pemberdayaan model desa konservasi terhadap
kemandirian masyarakat : Kasus Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Jurnal
Sosek Kehutanan. 10(3):173-185.
Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Aep Gunarsa, Editor.
Bandung (ID): Refika Aditama.274 hal.
Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahman T. 2007. Membumikan Bisnis
Berkelanjutan. Jakarta: Indonesia Business Links.
Susanto D. 2010. Strategi peningkatan kapasitas modal sosial dan kualitas sumberdaya manusia
pendamping pengembangan masyarakat. J. Komunikasi Pembangunan [Internet]. [diunduh
2014
April
23];
8(1):77-89.
Dapat
diunduh
pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5696/4324.
Taryania R. 2013. Analisis modal sosial dan partisipasi masyarakat dalam program
pengembangan masyarakat [skripsi]. Bogor (ID): SKPM IPB.
Untung HB. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta (ID): Sinar Grafika.
Uphoff, Cohen, Goldsmith. 1979. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A
State-of-the-Art Paper. New York (AS): Cornell University. 338 hal.
15
Lampiran 1. Peta Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.
16
Lampiran 2. Kuesioner
KUISONER
PENGARUH PARTISPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CSR TERHADAP
KEMANDIRIAN KOMUNITAS
Peneliti bernama Siska Erma Lia, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang
menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Suadara/i
menjawab kusoner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan
semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas bantuan
dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuisoner ini.
No. responden (diisi oleh peneliti)
: …………………..............……….......................
Nama responden
: ..........................................................................
Alamat
: ..........................................................................
Lokasi wawancara
Pentunjuk Pengisian:
Hari/tanggal wawancara
Waktu mulai-selesai
: ..........................................................................
: ..........................................................................
: ..........................................................................
Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik dan memberikan tanda silang (X) pada
salah satu jawaban yang Anda pilih.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Alamat
: RW...../RT.....
4. Pekerjaan
:
5. Keikutsertaan dalam Posdaya
: 1. Kader
2. Anggota
II. TINGKAT PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN
POSDAYA
6. Apakah Bapak/Ibu pernah mengenal ada tenaga pendamping ?
a. Tidak kenal
b. Kurang kenal
c. Mengenal
7. Sudah berapa lama pendamping melakukan pendampingan? (sebutkan berapa bulan/tahun)
?...................................
8. Apakah Anda pernah berkonsulasi dengan pendamping ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Pernah
17
9. Jika pernah, Berapa sering Anda berkonsultasi dengan pendamping tersebut ?
sebutkan....................
10. Menurut Bapak/Ibu Apakah Pendamping selalu antusias dalam mendampingi masyarakat ?
a. Tidak semangat
b. Kurang semangat
c. Sangat semangat
11. Menurut Bapak/Ibu, Pernahkan Pendamping menyampaikan komitmen/janji dalam
mendampingi masyarakat dari awal hingga akhir program ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
12. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam berbicara kepada kelompok selalu bersemangat
?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
13. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam mendampingi masyarakat terlihat tulus ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
14. Menurut Bapak/Ibu, Apakah perkataan dari pendamping selalu Anda percaya ?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Selalu
15. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu konsisten dalam berbicara ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
16. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu konsisten dalam bertindak?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
17. Menurut Bapak/Ibu , Apakah Pendamping selalu menepati janjinya terhadap masyarakat ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
18. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersikap ramah kepada masyarakat ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
19. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersedia mendengarkan aspirasi dari masyarakat?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
20. Manurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersedia memahami aspirasi dari masyarakat ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
21. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mampu bersikap netral jika ada konflik antar anggota
?
a. Tidak Pernah
18
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mampu mencari jalan keluar atas masalah yang ada ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan uang tunai ataupun berupa barang
dalam kegiatan pendampingan ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan semangat dalam setiap kegiatan ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mendorong masyarakat untuk selalu mengambil
keputusan secara mandiri ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan
masyarakat kalangan atas ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan
masyarakat kalangan menengah ?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapk/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan
masyarakat kalangan bawah ?
a. Tidak Penah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu memanfaatkan sumberdaya lokal di masyarakat
?
a. Tidak Pernah
b. Jarang
c. Selalu
Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu memanfaatkan keterampilan masyarakat untuk
mencapai tujuan ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
19
32. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan masyarakat bekerja sesuai
dengan perannya masing-masing ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
33. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan masyarakat bekerja sesuai
dengan keterampilannya masing-masing ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
34. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering mengingatkan masyarakat yang lemah akan
kekurangannya ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
35. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering mengingatkan masyarakat yang lemah akan
kelebihannya ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
36. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering memberikan informasi mengenai kegiatan
posdaya lain ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
37. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan informasi terkait dengan pihak
penyelenggara Green Posdaya ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
38. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan informasi terkini mengenai apa
yang terjadi di masyarakat ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
39. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan pelatihan kepada masyarakat ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
40. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
dari masyarakat ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
41. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memperkenalkan kelompok masyarakat kepada
pihak luar ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
42. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah berbagi pengalaman yang pernah di alami
dalam mendampingi masyarakat ?
20
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
43. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah berbagai pengetahuan baru kepada masyarakat
?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Selalu
III. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA
Jawablah dengan tanda (v) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai !
TAHAP PERENCANAAN
No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi
Jawaban
44.
Saya hadir dalam
proses identifikasi
masalah yang ada
di masyarakat
45.
Saya hadir dalam
proses identifikasi
kebutuhan dari
masyarakat
1. Tidak hadir (manipulation)
2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan permasalahan
(informing)
4. Hadir, berkesempatan menyampaikan
permasalahan namun dibatasi
(consultation)
5. Hadir, berkesempatan menyampaikan
permasalahan namun keputusan ada di
penyelenggara (placation)
6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam identifikasi
permasalahan (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
mengidentifikasi masalah secara mandiri
(citizen control)
1. Tidak hadir (manipulation)
2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan kebutuhan
(informing)
4. Hadir, berkesempatan menyampaikan
kebutuhan namun dibatasi (consultation)
5. Hadir, berkesempatan menyampaikan
kebutuhan namun keputusan ada di
penyelenggara (placation)
6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam identifikasi
kebutuhan masyarakat (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
21
46.
Saya hadir dalam
rapat
pengambilan
keputusan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
47.
Saya hadir dalam
rapat penentuan
kegiatan posdaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
48.
Saya hadir dalam
penyusunan
jadwal kegiatan
posdaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
secara mandiri (citizen control)
Tidak hadir (manipulation)
Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan usul (informing)
Hadir, berkesempatan berpendapat namun
dibatasi (consultation)
Hadir, berkesempatan berpendapat namun
keputusan ada di penyelenggara
(placation)
Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam pengambilan
keputusan (partnership)
Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
Hadir, diberikan kewenangan dalam
pengambilan keputusan secara mandiri
(citizen control)
Tidak hadir (manipulation)
Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam memberikan masukan (informing)
Hadir, berkesempatan memberikan
masukan namun dibatasi (consultation)
Hadir, berkesempatan memberikan
masukan namun keputusan ada di
penyelenggara (placation)
Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam menentukan
kegiatan posdaya (partnership)
Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
Hadir, diberikan kewenangan dalam
menentukan kegiatan posdaya secara
mandiri (citizen control)
Tidak hadir (manipulation)
Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan usul (informing)
Hadir, berkesempatan berpendapat namun
dibatasi (consultation)
Hadir, berkesempatan berpendapat namun
keputusan ada di penyelenggara
(placation)
Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam penyusunan jadwal
22
49.
Saya hadir dalam
perencanaan
alokasi dana
posdaya
kegiatan (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
penyusunan jadwal kegiatan posdaya
secara mandiri (citizen control)
1. Tidak hadir (manipulation)
2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan pendapat
(informing)
4. Hadir, berkesempatan berpendapat namun
dibatasi (consultation)
5. Hadir, berkesempatan berpendapat namun
keputusan ada di penyelenggara
(placation)
6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam merencanakan
alokasi dana kegiatan (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
merencanakan alokasi dana kegiatan
posdaya(citizen control)
TAHAP PELAKSANAAN
No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi
50.
Saya memiliki
peranan dalam
kegiatan posdaya
51.
Saya ikut
1. Tidak memiliki peran (manipulation)
2. Memiliki peran karena diminta oleh
penyelenggara (therapy)
3. Memiliki peran, namun tidak diberi
kesempatan dalam melaksanakan peran
tersebut (informing)
4. Memiliki peran , berkesempatan
melaksanakan peranan namun dibatasi
(consultation)
5. Memiliki peran, berkesempatan
melaksanankan peranan namun peran
utama ada di penyelenggara (placation)
6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam melaksanakan peran
(partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
melaksanakan peran secara mandiri
(citizen control)
1. Tidak ikut (manipulation)
Jawaban
23
memberikan
sumbangan materi
dalam kegiatan
posdaya
52.
Saya ikut
memberikan
sumbangan
tenaga dalam
kegiatan posdaya
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyumbang materi (informing)
4. Ikut, memberikan sumbangan materi
namun dibatasi (consultation)
5. Ikut, memberikan sumbangan materi
namun mayoritas sumbangan materi ada di
penyelenggara (placation)
6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam menyumbangkan
materi (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
memberikan sumbangan secara mandiri
(citizen control)
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyumbang tenaga (informing)
4. Ikut, memberikan sumbangan tenaga
namun dibatasi (consultation)
5. Ikut, memberikan sumbangan tenaga
namun mayoritas sumbangan tenaga ada di
penyelenggara (placation)
6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam menyumbangkan
tenaga (partnership)
7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Ikut, diberikan kewenangan dalam
memberikan tenaga secara mandiri (citizen
control)
TAHAP MENIKMATI HASIL
No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi
53.
Saya ikut
memanfaatkan
sarana dan
prasana program
posdaya
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam memanfaatkan sarana dan prasana
program (informing)
4. Ikut, berkesempatan memanfaatkan saran
dan prasana program namun dibatasi
(consultation)
5. Ikut, berkesempatan memanfaatkan
peranan namun kuasa masih ada di
penyelenggara (placation)
Jawaban
24
54.
Saya ikut
memanfaatkan
hasil yang
diperoleh dari
kegiatan posdaya
55.
Saya
mendapatkan
pengalaman baru
setelah
melaksanakan
kegiatan posdaya
6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam memanfaatkan
sarana dan prasarana (partnership)
7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi
dari penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
memanfaatkan sarana dan prasana
program secara mandiri (citizen control)
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam memanfaatkan hasil kegiatan
(informing)
4. Ikut, memanfaatkan hasil namun dibatasi
(consultation)
5. Ikut, memanfaatkan hasil namun kuasa
atas hasil ada di penyelenggara (placation)
6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam memanfaatkan hasil
kegiatan (partnership)
7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Ikut, diberikan kewenangan dalam
memanfaatkan hasil kegiatan secara
mandiri (citizen control)
1. Tidak ikut pelatihan (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak mendapatkan
pengalaman baru (informing)
4. Mendapatkan pengalaman baru namun
masih dibatasi (consultation)
5. Mendapatkan pengalaman baru namun
masih dikontrol oleh penyelenggara
(placation)
6. Memiliki kesempatan yang sama dengan
penyelenggara dalam mendapat
pengalaman baru (partnership)
7. Memiliki kesempatan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Diberikan kebebasan dalam mendapatkan
pengalaman baru setelah kegiatan posdaya
(citizen control)
TAHAP EVALUASI
No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi
56.
Saya ikut
menyampaikan
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
Jawaban
25
kendala yang
dihadapi dalam
kegiatan posdaya
57.
Saya ikut
memberikan
kritik terhadap
kegiatan posdaya
58.
Saya ikut serta
dalam
memberikan saran
untuk perbaikan
kegiatan posdaya
selanjutnya
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam menyampaikan kedala (informing)
4. Ikut, berkesempatan menyampaikan
kendala namun dibatasi (consultation)
5. Ikut, berkesempatan menyampaikan
kendala namun kuasa masih ada di
penyelenggara (placation)
6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam menyampaikan
kendala (partnership)
7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Hadir, diberikan kewenangan dalam
menyampaikan kendala yang dihadapi
secara mandiri (citizen control)
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam memberikan kritik (informing)
4. Ikut, memberikan kritik namun dibatasi
(consultation)
5. Ikut, memberikan kritik namun belum
tentu diterima (placation)
6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan
penyelenggara dalam memberikan kritik
kegiatan (partnership)
7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Ikut, diberikan kewenangan dalam
memberikan kritik kegiatan secara mandiri
(citizen control)
1. Tidak ikut (manipulation)
2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam memberikan saran (informing)
4. Memberikan saran namun masih dibatasi
(consultation)
5. Memberikan saran namun belum tentu
diterima oleh penyelenggara (placation)
6. Memiliki kesempatan yang sama dengan
penyelenggara dalam memberikan saran
(partnership)
7. Memiliki kesempatan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
8. Diberikan kebebasan dalam
menyampaikan saran untuk perbaikan
kegiatan posdaya selanjutnya (citizen
26
59.
Saya ikut serta
dalam pembuatan
laporan tertulis
tentang kegiatan
posdaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
control)
Tidak ikut (manipulation)
Ikut karena diminta oleh penyelenggara
(therapy)
Ikut, namun tidak diberi kesempatan
dalam menuliskan laporan (informing)
Menuliskan laporan namun masih dibatasi
(consultation)
Menuliskan laporan namun belum tentu
diterima oleh penyelenggara (placation)
Memiliki kesempatan yang sama dengan
penyelenggara dalam memberikan saran
membuat laporan kegiatan (partnership)
Memiliki kesempatan lebih tinggi dari
penyelenggara (delegated power)
Diberikan kewenangan dalam membuat
laporan kegiatan secara mandiri (citizen
control)
IV. TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT
Jawablah dengan tanda (v) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai !
KEMANDIRIAN MATERIAL
Pernyataan
60.
Saya menyediakan bahan-bahan yang
dibutuhkan untukkegiatan posdaya
61.
Saya menyediakan modal untuk
melaksanakan kegiatan posdaya
62.
Saya menyediakan alat-alat yang
dibutuhkan untuk kegiatan posdaya
63.
Saya memenuhi kebutuhan hidup
keluarga dari hasil kegiatan posdaya
KEMANDIRIAN INTELEKTUAL
64.
Saya mengembangkan kegiatan dengan
cara saya sendiri
65.
Saya memberikan masukan untuk
pengembangan kegiatan kedepannya
66.
Saya menciptkan usaha baru di luar
kegiatan posdaya
67.
Saya berpikir mandiri mengenai kegiatan
posdaya tanpa instruksi dari pendamping
KEMANDIRIAN MANAJEMEN
68.
67.
Saya mengatur jadwal kegiatan saya di
posdaya
Saya melaksankan kegiatan posdaya
bersama dengan anggota yang lain
Tidak Pernah
Jarang
Selalu
27
68.
69.
70.
Saya mampu bekerjasama dengan peserta
posdaya lain
Saya melaksanakan kegiatan posdaya
sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan
Saya mengarahkan peserta posdaya yang
lain dalam melaksanakan kegiatan
Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility
1.1.2 Konsep Partisipasi
1.1.3 Konsep Pendamping/CD Worker
1.1.4 Konsep Kemandirian
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3. Penentuan Responden dan Informan Penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
4.2. Kondisi Ekonomi
4.3. Kondisi Sosial
5. PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN POSDAYA
5.1. Peranan dan Keterampilan Memfasilitasi (Facilitative Roles)
5.2. Peranan dan Keterampilan Mendidik (Educational Roles)
5.3. Peranan dan Keterampilan Utusan atau Wakil (Representational Roles)
6. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA
6.1 Tahap Perencanaan
6.2 Tahap Pelaksanaan
6.3 Tahap Menikmati Hasil
6.4 Tahap Evaluasi
7. TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT
7.1 Kemandirian Material
7.2 Kemandiran Intelektual
7.3 Kemandirian Manajemen
8. HUBUNGAN PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN
POSDAYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
9. HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA DENGAN
TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT
10. PENUTUP
10.1. Kesimpulan
10.2. Saran
28
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan
Pedoman Wawancara dengan Divisi Community Relation PT Holcim, Tbk, Kepala Desa
Bantarjati PT Holcim, P2SDM IPB.
Hari/Tanggal Wawancara
:
Lokasi Wawancara
:
Nama Informan
:
Pekerjaan/Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sejak kapan Program Green Posdaya ini dilaksanakan ?
Siapakah yang menginisiasikan pembentukan Green Posdaya ?
Ada berapa posdaya yang ada di lingkar PT Holcim ?
Apa saja kegiatan yang ada di Green Posdaya ?
Apakah motivasi pihak penyelenggara dalam mendirikan posdya?
Sejak kapan dilakukan pendampingan dalam Green Posdaya?
Bagaimana partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah pendampingan ?
Bagaimanakah kondisi masyarakat sebelum dan sesudah adanya Program Green
Posdaya?
9. Bagaimanakah bentuk kerjasama yang terjadi antara stakeholder Green Posdaya ?
10. Bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh CD Worker dalam Program Green
Posdaya ?
11. Bagaimana peranan CD Worker dalam pendampingan terhadap partisipasi masyarakat
?
12. Bagaimana tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah adanya program
Green Posdaya ?
13. Apa manfaat yang didapatkan dari mengikuti program Green Posdaya ?
14. Saran bagi kelangsungan program Green Posdaya untuk kedepannya ?
Download