1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas 1 Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Siska Erma Lia/I34110017 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dyah Utari/I34110060 Ir. Hadiyanto, Msi/ 19621203 198703 1 001 Peranan CD Worker dalam Pendampingan Program Green Posdaya CSR PT Holcim, Tbk (Kasus Posdaya Nusa Indah, Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor) 26 Juni 2014, 13.00-14.00 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan tersebut berbunyi bahwa perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang atau sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan anggarannya diperhitungkan sebagai biaya perseroan, bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum di dalam peraturan akan dikenai sanksi dengan ketentuan perundang-undangan1. Meskipun sudah lama ditetapkannya undang-undang tersebut, belum semua perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan baik secara sosial maupun lingkungan. Menurut Hasil Program Penilaian Peringkat Perusahaan (PROPER) 2012-2013 Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa dari total 1812 perusahaan yang dipantau, sejumlah 12 perusahaan (0,67%) perusahaan yang mendapatkan peringkat emas, sejumlah 113 perusahaan (6,31%) mendapatkan peringkat hijau, sejumlah 1039 perusahaan (57,98%) mendapatkan peringkat biru, sejumlah 611 perusahaan (34,1%) mendapatkan peringkat merah, serta sejumlah 17 perusahaan (0,95%) mendapatkan peringkat hitam. Dari data tersebut terlihat hanya 0,67% perusahaan yang menjalankan tanggung jawab di bidang lingkungan2. Corporate social responsibility adalah komitmen dari perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya, akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Tujuan dilaksanakannya program CSR oleh perusahaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Perhatian pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan lebih dikenal sebagai konsep 3P (people, planet and profit). Konsep Profit menyatakan perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Konsep People menyatakan perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Konsep Planet menyatakan perusahaan peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup dan keragaman hayati di sekitar perusahaan. Triple bottom line yaitu people, profit dan planet merupakan kunci pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini kemudian yang didefinisikan sebagai pemberdayaan masyarakat. Dalam kenyataannya, praktek CSR di Indonesia masih sekedar membangun citra perusahaan dari pada memberdayakan masyarakat. Kondisi ini terjadi karena perusahaan masih menganggap bahwa melaksanakan praktek CSR akan mengurangri profit mereka. Pendamping (CD Worker) dalam program CSR sangat penting keberadaannya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Pendampingan harus dilakukan dari awal hingga akhir program agar setiap perkembangan dari masyarakat dapat dipantau oleh CD Worker. Menurut Susanto (2010) pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat 1 2 http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-klh-2013/ 2 bersangkutan (outsider change agents). Dalam melakukan pendampingan, CD Worker memiliki beberapa peranan dan keterampilan penting yakni memfasilitasi (facilitative roles), mendidik (educational roles), representasi (representational roles) dan teknis (technical roles) (Ife 2008). Peranan dan keterampilan tersebut yang akan mendorong terciptanya partisipasi masyarakat. Kekurangan program CSR yang sering ditemukan di lapangan adalah kurangnya tenaga pendamping dan tidak adanya CD Worker yang memiliki peranan dan keterampilan yang cukup dalam melakukan pendampingan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program CSR. Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting bagi keberlanjutan program CSR karena masyarakat yang akan menjalankan dan menerima manfaat dari program tersebut. Nasdian (2014) menyatakan partisipasi dalam program CSR adalah suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tahapan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil serta evaluasi (Uphoff et al. 1979). Tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR diukur berdasarkan delapan tangga partisipasi Arnstein (1969) antara lain manipulation (manipulasi), therapy (terapi), informing (menginformasikan), consultation (konsultasi), placation (menenangkan), partnership (kemitraan), delegated power (kekuasaan) didelegasikan dan citizen control (kontrol warga negara). Selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”3. Partisipasi masyarakat yang tercipta nantinya akan mendorong terciptanya kemandirian masyarakat disekitar perusahaan. Kemandirian masyarakat dapat berupa kemandirian material, intelektual dan manajerial. PT Holcim Indonesia merupakan perusahan multinasional (MNC) yang bergerak di sektor industri semen yang tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar perumahan, bangunan umum dan infrastruktur. Pabrik Narogong, Cibinong merupakan salah satu dari ketiga pabrik yang dimiliki oleh PT Holcim Indonesia. PT Holcim Indonesia Pabrik Narogong telah melaksanakan CSR sebagaimana yang diwajibkan oleh pemerintah dalam UU No. 40 Tahun 2007. Salah satu dari program CSR yang dilakukan oleh PT Holcim Indonesia adalah Green Posdaya yang berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pengembangan Green Posdaya merupakan komitmen dari beberapa institusi antara lain PT Holcim Indonesia Tbk, Institut Pertanian Bogor, Pemkab Bogor dan Yayasan Damandiri. Komitmen dari keempat pihak ini memiliki tujuan untuk mengangkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Klapanunggal, umumnya bagi seluruh masyarakat Bogor4. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk menganalisis hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk. 1.2. MASALAH PENELITIAN Masalah penelitian dirumuskan sebagai beriku: 1. Bagaimana hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk ? 2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi ? 3. Bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya dengan tingkat kemandirian masyarakat ? 3 4 Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. http://www.gemari.or.id/artikel/6260.html 3 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya PT Holcim, Tbk. 2. Menganalisis tingkat partisipasi mayarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. 3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya dengan tingkat kemandirian masyarakat. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi akademisi: penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai peranan CD Worker dalam pendampingan program CSR. 2. Bagi pemerintah: dapat memberikan masukan dalam penyusunan pedoman implementasi program CSR yang wajib diksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Bagi perusahaan: dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya peranan CD Worker dalam mendampingi masyarakat dalam program CSR yang dilakukannya. 4. Bagi masyarakat: dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam program CSR agar terwujud kemandirian masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapt menambah wawasan dan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan keterlibatannya dalam program CSR. 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Corporate Social Resposibility (CSR) Definisi mengenai CSR menurut World Business Council for Sustainable Development (1998) dalam Sukada et al.(2007) komitmen yang berkelanjutan dari bisnis untuk bertindak etis dan berkontribusi pengembangan eknonomi sehingga meningkatkan kualitas hidup dari pekerja dan keluarganya seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan. Seperti halnya diungkapkan oleh Putri (2007) dalam Untung (2008) Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Menurut pengertian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah komitmen dari perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya, akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perhatian pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang dikenal sebagai konsep 3P (people, planet and profit) yang diungkapkan oleh John Elkington (1997) dalam Solihin (2008) the three lines of triple bottom line represent society, the economy and the environment. Society depend on the global ecosystem, whose health represent the ultimate bottom line. The three lines are not stabl; they are in constant flux, due to social, political, economic, and environmental pressures, cycle and conflicts. Dalam pernyataannya tersebut bermakna CSR harus memperhatikan aspek people (masyarakat), profit (ekonomi) and planet (lingkungan), ketiga apek tersebut saling berkesinambungan yaitu masyarakat tergantung pada ekosistem yang ada disekitar begitu pula sebaliknya. Ketiga aspek tersebut sifatnya tidak stabil, ketika satu komponen berubah maka komponen yang lain juga akan berubah. Menurut Wahyuningrum et al. (Tidak Ada Tahun) triple bottom line yaitu people, profit dan planet merupakan kunci pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini kemudian didefinisikan sebagai pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa dalam 4 pelaksanaam program corporate social responsibility yang berprinsip pada triple botttom line (people, planet dan profit) yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya keterlibatan aktif masyarakat sekitar perusahaan dalam mengatasi, mengelola program dari perusahaan ( Irawan 2013). Tidak hanya partisipasi dari masyarakat namun juga harus ada sinergitas antar stakeholder yang ada yang disebut dengan tatakelola yang baik (good corporate governance) antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Mulyadi et al. (2012) menyatakan wujud nyata dari program corporate social responsibility ini berupa program lingkungan, kesehatan, pendidikan, program infrastruktur dan pemberdayaan. Implementasi program corporate social responsibility ini membawa manfaat bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar. Konsep Partisipasi Menurut Nasdian (2014) partisipasi dalam program CSR adalah suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi dalam tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh penggagas tanggung jawab sosial perusahaan, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan masyarakat untuk keluar dari masalah mereka sendiri yang relevan dengan masalah pemberdayaan dan lingkungan. Titik tolak partisipasi dalam tanggung jawab sosial perusahaan adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang sesungguhnya dari masyrakat setempat (local community). Uphoff et al. (1979) dalam Taryania (2013) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi. Keterlibatan masyarakat menikmati hasil dan pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program. Partisipasi tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis tahapan. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusul rencana kerjanya. Tahap Pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembanguna adalah pelaksaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. Tahapan menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Merujuk pada konsep Arnstein (1969) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dan stakeholders mengenai “A Ladder of Citizen Participation” dengan delapan tangga atau tingkatan partisipasi: 1. Manipulation (manipulasi): atas nama partisipasi, masyarakat ditempatkan sebagai “stempel karet” dalam komite penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata serta mendapatkan dukungan atas suatu program. Pada tingkatan ini terjadi penyelewengan makna dari partisipasi sebagai alat publikasi oleh penguasa. 2. Therapy (terapi) : pada tahap ini, para pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa (psikiater). Mereka memandang bahwa masyarakat yang tidak berdaya sebagai penyakit jiwa (mental). Pada asumsi ini dengan berpura-pura masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, mereka menganggap bahwa masyarakat sebagai orang yang membutuhkan pengobatan. Tahap terapi ini, berfokus pada penyembuhan penyakit namun tidak berorientasi pada penemuan penyebab dari suatu penyakit. 5 3. Informing (menginformasikan): tahap ini pemegang kekuasaan memberikan informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan dapat menjadi langkah pertama yang paling penting menuju pelaksanaan partisipasi masyarakat. namun, seringkali pemberian informasi bersifat satu arah dengan tidak adanya saluran umpan balik dan kekuatan untuk negosiasi. Dalam kondisi tersebut, terutama ketika informasi diberikan pada tahap akhir perencanaan, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satua rah ini biasanya dalam bentuk media berita, pamflet, poster, dan tanggapan terhadap pertanyaan. 4. Consultation (konsultasi): meminta pendapat masyarakat merupakan salah satu jalan untuk menuju partisipasi penuh. Pada tahap konsultasi ini merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Hal yang sering dilakukan pada tahapan ini adalah jajak pendapat, temu warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi saran dari masyarakat, maka kegiatan ini hanya partisipasi palsu. Masyarakat dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan kuisoner yang diisi olehnya. Dengan hal tersebut, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti atas keterlibatan masyarakat. 5. Placation (menenangkan): pada tahap ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak ada jaminan akan diperhatikan. Masyarakat diperbolehkan untuk memberikan usulan rencana namun pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Strateginya dengan cara memasukkan masyarakat miskin yang layak dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan pemegang kekuasaan memiliki kekuasaan dominan, maka masyarakat akan akan mudah diakali. 6. Partneship (kemitraan): tahapan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. mereka sepakat bersama-sama untuk memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak ada perubahan yang sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif jika dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab, masyarakat mampu secara finansial untuk membayar honor bagi pemimpinnya. 7. Delegated power (kekuasaan didelegasikan): negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah dapat mengakibatkan dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Masyarakat menduduki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar. 8. Citizen control (kontrol warga negara):pada tingkatan ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila pihak ketiga yang mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Manipulasi dan terapi termasuk ke dalam level “non-participation”, inisatif pembangunan tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi lebih bersifat “menyembuhkan” atau “mendidik” komunitas. Informasi, konsultasi termasuk dalam level “tokenism”, masyarakat dapat mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat tetapi tidak ada jaminan kalau pendapat komunitas akan diakomodasi. Placation merupakan level tertinggi dalam tokenism, komunitas memberikan masukan kepada pemegang kekuasaan namun pengambilan keputusan tetap ditangan pemegang kekuasaan. Kemitraan, membuat komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan.pendelegasian kewenangan dan kontrol, komunitas memegang mayoritas pengambilan keputusan dan kekuatan pengelolaan. Tiga level terakhir termasuk ke dalam level kekuatan warga negara (citizen power). 6 Konsep Pendamping/CD Worker Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (2013) pendamping adalah interaksi yang intensif antara pendamping dengan kelompok masyarakat sehingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh para anggota kelompok untuk tujuan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kelompok dampingan. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Susanto (2010) yang menyatakan pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Terdapat dua jenis golongan dari pendamping pengembangan masyarakat yaitu penyuluh di berbagai instansi pemerintah, swasta (CSR) dan mereka yang sedang dalam proses belajar formal di berbagai institusi pendidikan. Menurut Nasdian (2014), peranan seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan kedalam empat peranan sebagai berikut: A. Facilitative roles (fasilitator) Dalam proses fasilitatif, peranan yang dapat dilakukan oleh pekeja pengembangan masyarakat antara lain sebagai: (a) orang yang mampu membantu anggota komunitas agar mereka berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat, dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi dan motivasi sehingga mampu bertindak. Animator yang berhasil memiliki ciri-ciri: bersemangat, memiliki komitmen, memiliki integritas, mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan, mampu menganalisis dan mengambil langkah yang tepat dan mudah bergaul dan terbuka (animator), (b) orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi anggota komunitas, bersikap netral, mampu mencari jalan keluar, dan mampu bernegosiasi (negosiator), (c) orang yang mampu memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam struktur dan kegiatan komunitas (suporter), (d) orang yang mampu membantu anggota komunitas untuk mencari konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak, (e) orang yang mampu memberikan fasilitas kepada anggota komunitas (fasilitator), (f) orang yang mampu memanfaatkan sumber daya dan keahlian yang ada dalam suatu komunitas. B. Educational Roles (Pendidik) Pengembangan masyarakat adalah suatu proses belajar yang terus-menerus, yang berusaha menumbuhkan kesadaran, menyampaikan informasi kepada anggota komunitas, menciptakan konfrontasi antar kelompok-kelompok dalam suatu komunitas untuk menciptakan dinamika internal dari suatu komunitas, dan memberikan pelatihan berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota pengembangan masyarakat. C. Representational Roles (Utusan atau wakil) Peranan ini berkaitan dengan interaksi pekerja pengembangan masyarakat dengan lembaga-lembaga ekternal yang memberi keuntungan pada komunitas melalui: obtaining resources, advocacy, penggunaan media, hubungan masyarakat, jaringan antara pekerja pengembangan masyarakat dan pekerja yang relevan, dan sharing pengalaman dan pengetahuan secara formal maupun informal antara pekerja pengembangan masyarakat dan anggota pengembangan masyarakat. D. Technical Roles (Teknikal) Dalam proses pengembangan masyarakat perlu melibatkan keahlian dan teknik-teknik yang khas, terutama untuk melakukan need assesment seperti: penguasaan beragam metode penelitian, penguasaan komputer, kemampuan menyampaikan informasi dan data, kemampuan mengelola program, dan pengawasan keuangan program pengembangan masyarakat. Konsep Kemandirian Menurut Priyono dalam Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (2013) pemberdayaan masyarakat sebagai konsep pembangunan yang memiliki makna 7 pengembangan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan disegala bidang dan sektor kehidupan. Dapat dikatakan indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian dan keberlanjutan. Sedangkan ciri-ciri masyarakat yang mandiri antara lain: mampu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, merumuskan serta menetapkan prioritasnya, mampu merumuskan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan, mampu mengorganisir diri, sebagai salah satu cara penanggulangan secara bersama, mampu mengembangkan aturan main, nilai, norma yang disusun, disepakati serta dipatuhi bersama, dan memperluas kerjasama serta kemitraan yang setara (termasuk dalam kewirausahaan). Verhagen (1996) dalam Hikmat (2004) mengemukakan bahwa swadaya adalah suatu sarana untuk mencapai kemandairian dan kemandirian adalah suatu suasana atau kondisi tertentu membuat seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingankepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok yang mandiri berarti kelompok tersebut telah mengembangkan kemampuan organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga mampu merancang dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara efektif. Menurut Sumodiningrat (1999) dalam Nuryanti (2013) kemandirian dapat diartikan sebagai proses pambangunan diciptakan dari, oleh dan untuk setiap anggota masyarakat. kemandirian dalam hal ini menyangkut tiga segi, yaitu kemandirian material (tidak selalu berarti sanggup mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan dasar serta cadangan dan mekanisme bertahan pada saat krisis), kemandirian intelektual (pembentukan dasar yang memungkinkan masyarakat menghindari dominasi pihak luar) dan kemandirian manajemen (kemampuan otonom untuk membina diri sendiri, menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam/situasi kehidupan). 2.1. KERANGKA PEMIKIRAN Masyarakat merupakan kunci penting bagi keberlanjutan operasional perusahaan. Program Green Posdaya tidak dapat berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat sekitar perusahaan. Partisipasi masyarakat dipengaruhi tingkat peranan dan keterampilan CD Worker. Peranan dan Keterampilan CD Worker dapat diukur melalui peranannya dalam program Green Posdaya antara lain sebagai facilitative roles (fasilitator), educational roles (pendidik), representasional roles (utusan atau wakil) (Ife 2008). Partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya yang akan diukur dalam penelitian ini merupakan partisipasi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi (Uphoff et al. 1979). Tingkat partisipasi masyarakat diukur melalui delapan tangga partisipasi Arnstein (1969) yaitu pada level non-partisipasi (manipulasi dan terapi), level tokenisme (informasi, konsultasi dan placation) serta level kekuasaan citizen power (kemitraan, delegasi kewenangan dan kontrol warga negara). Salah satu tujuan dari pelaksanaan program CSR adalah untuk mewujudkan kemandirian masyarakat sekitar perusahaan. Sedangkan, program CSR tidak akan berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat sekitar. Sehingga, dapat diduga bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap kemandirian masyarakat. kemandirian masyarakat terdiri dari kemandirian material (tidak selalu berarti sanggup mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi kemampuan roduktif guna memenuhi kebutuhan dasar serta cadangan dan mekanisme bertahan pada saat krisis), kemandirian intelektual (pembentukan dasar yang memungkinkan masyarakat menghindari dominasi pihak luar) dan kemandirian manajemen (kemampuan otonom untuk membina diri sendiri, menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam/situasi kehidupan). 8 Tingkat Peranan CD Worker dalam Pendampingan Program Green Posdaya (X1) 1. Tingkat Peranan memfasilitasi 2. Tingkat Peranan mendidik 3. Tingkat Peranan representasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Green Posdaya (Y1) 1. Tingkat Perencanaan 2. Tingkat Pelaksanaan 3. Tingkat Menikmati Hasil 4. Tingkat Evaluasi Tingkat Kemandirian Masyarakat (Z1) 1. Tingkat kemandirian material 2. Tingkat kemandirian intelektual 3. Tingkat kemandirian manajemen Keterangan: : berhubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.2. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Diduga ada hubungan tingkat peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya. 2. Diduga ada hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya dengan tingka kemandirian masyarakat. 2.3. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat Peranan CD Worker adalah peranan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang CD Worker dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam program Green Posdaya diukur melalui tingkat keterampilan dalam memfasilitasi, mendidik, dan representasi. 2. Tingkat keterampilan dalam memfasilitasi (facilitative roles) adalah keterampilan CD Worker dalam memberikan semangat sosial, negosiasi, memberikan dukungan, membangun konsensus, memfasilitasi kelompok, memanfaatkan sumber daya dan keahlian yang ada dalam suatu komunitas, mengorganisasi kelompok dan komunikasi personal. 3. Semangat sosial adalah sikap yang ditampilkan oleh CD Worker kepada masyarakat antara lain antusiasme, komitmen, integritas, komunikasi dan kepribadian dalam setiap kegiatan yang didampingi dari awal sampai akhir program Green Posdaya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 4. Negosiasi adalah keterampilan CD Worker dalam mendengar dan memahami aspirasi masyarakat sebagai subyek program, bersikap netral, mencari jalan keluar dan mampu bernegosiasi. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 5. Memberi dukungan adalah keterampilan CD Worker dalam memberikan dukungan kepada masyarakat baik materil maupun moril. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 6. Membangun konsensus adalah keterampilan CD Worker untuk membantu anggota masyarakat dalam mencari konsensus (kesepakatan) yang dapat diterima oleh seuma pihak. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 9 7. Memfasilitasi kelompok adalah keterampilan CD Worker dalam memfasilitasi kelompokkelompok agar berjalan baik dan efektif yang mampu menentukan keputusan dan memberikan kesempatan bagi semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatannya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 8. Komunikasi personal adalah kemampuan yang dimiliki oleh CD Worker dalam berkomunikasi dengan masyarakat baik dengan kalangan menengah, atas dan bawah. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 9. Memanfaatkan sumber daya dan keterampilan komunitas adalah keterampilan CD Worker dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumberdaya yang ada bersama masyarakat atau kelompok. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 10. Mengorganisasi adalah keterampilan CD Worker dalam mengatur kelompok agar berjalan sesuai dengan peranan dan keterampilan masing-masing anggota kelompok. Jenis data yang diguanakan adalah data ordinal. 11. Tingkat keterampilan dalam mendidik (educational roles) adalah keterampilan CD Worker dalam melakukan proses pembelajaran yang terus menerus dengan meningkatkan kesadaran, memberikan informasi dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 12. Peningkatan kesadaran adalah keterampilan CD Worker dalam meningkatkan kesadaran bagi orang-orang yang lemah akan kekurangan dan kelebihannya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 13. Memberikan informasi adalah kemampuan CD Worker dalam memberikan informasi terkait dengan kelompok dan kegiatannya. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 14. Pelatihan adalah keterampilan CD Worker dalam memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 15. Tingkat keterampilan representasi (representatif roles) adalah keterampilan CD Worker dalam berinteraksi dengan pihak luar demi kepentingan masyarakat atau kelompok dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman. 16. Berbagi pengetahuan dan pengalaman adalah kemampuan CD Worker dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialami untuk memberikan motivasi kepada masyarakat. Jenis data yang digunakan adalah data ordinal. 17. Tingkat Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Green Posdaya yang memiliki kesempatan yang sama dalam setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil dan evaluasi, yang dicapai masyarakat dalam tangga partisipasi Arnstein (1969). Untul lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Indikator Pengukuran Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) melalui Tahapan Partisipasi Uphoff et al. (1979) Tahapan Definisi Operasional Pengukuran Perencanaan Keiukutsertaan responden dalam mengikuti kegiatan penyusunan rencana suatu kegiatan. Tahapan perencaan diukur melalui keiukutsertaan dalam proses identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan, pengambilan keputusan, penentuan kegiatan, penyusunan jadwal kegiatan, Hadir sebagai formalitas belaka (Manipulation) Hadir karena permintaan dari perusahaan (Theraphy) Hadir, namun tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan usul/pendapat(Informing) Hadir, dapat menyampaikan pendapat namun dibatasi dan belum tentu pendapat mereka akan diperhatikan (Consultation) Hadir, dapat memberikan masukan atau mengusulkan rencana namun keputusan tetap pada pihak pelaksana kegiatan (Placation) Hadir, memiliki kedudukan yang setara 10 perencanaan alokasi dalam pengambilan keputusan dana posdaya (Partnership) Hadir serta memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pihak pelaksanaa kegiatan dalam membuat keputusan (Delegated Power) Masyarakat diberikan kewenangan untuk merencanakan kegiatan (Citizen Control) Pelaksanaan Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanan kegiatan program Green Posdaya. Tahapan pelaksanaan diukur melalui pengambilan peranan, sumbangan materi, sumbangan tenaga Terlibat sebagai formalitas belaka (Manipulation) Terlibat karena disuruh oleh pihak penyelenggara (Theraphy) Terlibat namun tidak mendapat kesempatan untuk melaksankan kegiatan (Information) Terlibat dan berkesempatan dalam melaksanakan kegiatan namun masih dibatasi (Consultation) Terlibat dan berkesempatan untuk melaksanakan kegiatan namun keputusan ada dipihak penyelenggaran (Placation) Terlibat dan memiliki kedudukan yang setara dalam melaksanakan kegiatan (Partnership) Terlibat dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pihak penyelenggara dalam melaksanakan kegiatan (Delegation Power) Hadir dan memiliki kewenangan dalam semua pelaksanaan kegiatan (Citizen Power) Menikmati Hasil keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan dan menikmati hasil dari kegiatan program Green Posdaya. Diukur melalui pemanfaatan sarana dan prasaran, hasil, pengalaman baru dalam kegiatan posdaya. Tidak terlibat (Manipulation) Terlibat karena disuruh oleh pihak penyelenggara (Theraphy) Terlibat, namun tidak dapat memanfaatkan hasil dari kegiatan (Information) Dapat memanfaatkan hasil yang diperoleh dari kegiatan namun masih dibatasi oleh pihak penyelenggara (Colsultation) Dapat memanfaatkan hasil yang diperolah dari kegiatan namun kuasa/kontrol masih ada ditangan penyelenggara (Placation) Memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dengan pihak penyelenggara dalam memanfaatkan hasil (Partnership) Memiliki kedudukan dan kesempatan yang lebih tinggi dari pihak penyelenggara (Delegated Power) Memiliki kewenangan sendiri dalam 11 memanfaatkan hasil (Citizen Power) Evaluasi Keikutsertaan masyarakat dalam memantau setiap kegiatan green posdaya. Diukur melalui keiukutsertaan dalam penyampaian kendala, kritik, saran, pembuatan laporan tentang kegiatan Green Posdaya. Terlibat sebagai formalitas belaka (manipulation) Terlibat karena disuruh oleh pihak penyelenggara (therapy) Terlibat, namun tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan memberikan gagasan evaluasi (information) Terlibat, diberikan kesempatan untuk menyampaikan evaluasi namun dibatasi oleh penyelenggara (consultation) Terlibat, diberikan kesempatan untuk menyampaikan evaluasi namun kuasa/kontrol tetap di pihak penyelenggara (placation) Terlibat, dan memiliki hak yang sama dengan pihak penyelenggara (partnership) Terlibat, memiliki hak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak penyelenggara (delegation power) Terlibat, dan memiliki kewenangan untuk mengevaluasi program secara mandiri (citizen power) 18. Kemandirian masyarakat adalah suatun kondisi dimana masyarakat dapat merencanakan, memutuskan dan melaksanakan suatu kegiatan tanpa bantuan dari orang lain. Dalam hal ini kemandirian masyarakat diukur dari kemandirian material, intelektual, dan manajemen. 19. Kemandirian material adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk menyediakan bahan, modal, peralatan yang akan digunakan pada kegiatan serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan Green Posdaya. Jenis data yang akan digunakan adalah data ordinal. 20. Kemandirian intelektual adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan dengan cara-cara mereka sendiri, memberikan masukan mengenai pengembangan kegiatan kedepannya, berpikir kreatif untuk membentuk usaha mereka sendiri, sertamencoba kegiatan-kegiatan baru diluar kegiatan Green Posdaya, berpikir mandiri mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan tanpa instruksi dari CD worker. Jenis data yang akan digunakan adalah data ordinal. 21. Kemandirian manajemen adalah tingkat kemampuan masyarakat untuk mengatur dirinya sendiri dan kegiatan kolektif di dalam program Green Posdaya. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Jenis data yang akan digunakan adalah data ordinal. 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian ini dilakukan kepada peserta program Green Posdaya “Nusa Indah” di RW 01 Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) pertimbangan: (1) PT Holcim Indonesia, Tbk adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam sehingga sangat relevan untuk mengkaji pelaksanaan program tanggung jawab sosial, (2) mempertimbangkan adanya pendamping/CD Worker dalam program Green Posdaya sebagai topik yang akan diteliti oleh 12 peneliti, (3) Green Posdaya “Nusa Indah” merupakan salah satu dari 20 posdaya yang memiliki progres yang baik jika dibandingkan dengan yang lain sehingga memungkinkan adanya kemandirian masyarakat sudah terbentuk. Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi melalui studi penjajagan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang terkait dengan lokasi penelitian. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokuim, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian sekitar 6 bulan dan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan 2014 Juni Septemb Oktober Novemb Desemb Januari er er er 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Menyusun proposal Skripsi Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data Lapang Pengolahan dan analisis data Penyusunan draft Skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan Penelitian 3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi di lokasi penelitian adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan metode wawancara mendalam, observasi lapangan dan survei. Penelitian survei dalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisoner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Efendi 2008). Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada responden dan informan yang telah ditentukan oleh peneliti. Metode observasi lapang di lokasi penelitian guna melihat fenomena aktual yang terjadi. Selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder ini diperoleh melalui kajian pustaka dan analisis berbagai literatur yang terkait dengan kondisi desa, peta lokasi penelitian, jumlah peserta program Green Posdaya dan dokumen tertulis lainnya. Selanjutnya, data primer dan data sekunder digunakan untuk mendukung satu sama lain dan menyempurnakan hasil penelitian. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh peserta program Green Posdaya “Nusa Indah” di RW 01 Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Unit analisi dalam penelitian ini adalah individu. Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) ialah peserta program Green Posdaya “Nusa Indah” di RW 01 Desa Bantarjati Kecamatan Klapunggal Kabupaten Bogor. Responden dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel angka acak. Responden berjumlah 35 13 orang peserta Green Posdaya “Nusa Indah”. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2). Tabel 3 Metode Pengambilan Data Teknik Data yang dikumpulkan Pengumpulan Data kuesioner Wawancara Mendalam Observasi Lapang Analisis Dokumen Peranan CD Worker dalam pendampingan Tingkat partisipasi masyarakat Tingkat kemandirian masyarkat Bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh CD Worker dalam Program Green Posdaya Apa saja kegiatan yang ada di Green Posdaya Bagaimana peranan CD Worker dalam pendampingan terhadap partisipasi masyarakat Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green Posdaya Bagaimana tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Green Posdaya Apa sajakah yang didapatkan dari mengikuti program Green Posdaya Aktivitas pendampingan program Green Posdaya Seluruh Aktivitas kegiatan (ekonomi, pendidikan,kesehatan, lingkungan, agama) dan yang ada di Green Posdaya Gambaran umum desa melalui data monografi Data Peserta Program Green Posdaya Publikasi mengenai Program Green Posdaya dari P2SDM IPB 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Unit analisis penelitian ini adalah individu peserta program Green Posdaya. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif di lapangan akan melalui proses pengololahan data. Proses pengolahan data ini meliputi pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian dientri ke dalam SPSS Statistic 16.0 dan Microsoft Excel 200. Data kuantitatif yang diperolah akan dianalisis menggunakan tabel frekuensi, uji korelasi. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur eratnya hubungan antara dua variabel yaitu hubungan tingkat peranan CD Worker dalam pendampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat, hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat kemandirian masyarakat. Data kualitatif akan diolah dengan cara reduksi data. Menurut Sitorus (1998) dalam Agusta (2009) reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagimana terlihat dari kerangka penelitian, permasalahan studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif diolah dan kemudian dianalisis disajikan secara deskriptif. Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif diolah dan dianalisis untuk disajikan dalam bentuk teks naratif, matriks, bagan serta gambar. Tahap akhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disusun. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 3). DAFTAR PUSTAKA Agusta I. 2009. Teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif. http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-pengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf 14 Ardianto E, Machfudz DM. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Arnstein. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP. 35(4):216-224. Damandiri. Tidak ada tahun. http://www.damandiri.or.id/file/dasminsiduipbbab2.pdf. Hikmat H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung (ID): Humaniora Utama Press. Ife J, Tesoriero F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Irawan EP. 2013. Program corporate social responsibility berbasis pemberdayaan masyararakat [Tesis]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran. Kemeterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2013. Pedoman Pendampingan TKS: Program Pendayagunaan Tenaga Kerja Sarjana. Jakarta (ID): Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Marliati, Sumardjo, Asngari PS. Tjitropranoto P, Saefuddin A. 2008. Faktor-faktor penentu peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani. JP. 4(2):-. Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor (ID): Bagian Sosiologi dan Pengembangan Masyarakat.317 hal. Nuryanti T. 2013. Hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta program posdaya Sauyunan Desa Ciherang [Skripsi]. Bogor (ID): SKPM IPB. Ristianasari, Mulyono P, Gani DS. 2013. Program pemberdayaan model desa konservasi terhadap kemandirian masyarakat : Kasus Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Jurnal Sosek Kehutanan. 10(3):173-185. Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Aep Gunarsa, Editor. Bandung (ID): Refika Aditama.274 hal. Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahman T. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Jakarta: Indonesia Business Links. Susanto D. 2010. Strategi peningkatan kapasitas modal sosial dan kualitas sumberdaya manusia pendamping pengembangan masyarakat. J. Komunikasi Pembangunan [Internet]. [diunduh 2014 April 23]; 8(1):77-89. Dapat diunduh pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5696/4324. Taryania R. 2013. Analisis modal sosial dan partisipasi masyarakat dalam program pengembangan masyarakat [skripsi]. Bogor (ID): SKPM IPB. Untung HB. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta (ID): Sinar Grafika. Uphoff, Cohen, Goldsmith. 1979. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A State-of-the-Art Paper. New York (AS): Cornell University. 338 hal. 15 Lampiran 1. Peta Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. 16 Lampiran 2. Kuesioner KUISONER PENGARUH PARTISPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CSR TERHADAP KEMANDIRIAN KOMUNITAS Peneliti bernama Siska Erma Lia, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Suadara/i menjawab kusoner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuisoner ini. No. responden (diisi oleh peneliti) : …………………..............………....................... Nama responden : .......................................................................... Alamat : .......................................................................... Lokasi wawancara Pentunjuk Pengisian: Hari/tanggal wawancara Waktu mulai-selesai : .......................................................................... : .......................................................................... : .......................................................................... Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik dan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih. I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Alamat : RW...../RT..... 4. Pekerjaan : 5. Keikutsertaan dalam Posdaya : 1. Kader 2. Anggota II. TINGKAT PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN POSDAYA 6. Apakah Bapak/Ibu pernah mengenal ada tenaga pendamping ? a. Tidak kenal b. Kurang kenal c. Mengenal 7. Sudah berapa lama pendamping melakukan pendampingan? (sebutkan berapa bulan/tahun) ?................................... 8. Apakah Anda pernah berkonsulasi dengan pendamping ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Pernah 17 9. Jika pernah, Berapa sering Anda berkonsultasi dengan pendamping tersebut ? sebutkan.................... 10. Menurut Bapak/Ibu Apakah Pendamping selalu antusias dalam mendampingi masyarakat ? a. Tidak semangat b. Kurang semangat c. Sangat semangat 11. Menurut Bapak/Ibu, Pernahkan Pendamping menyampaikan komitmen/janji dalam mendampingi masyarakat dari awal hingga akhir program ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 12. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam berbicara kepada kelompok selalu bersemangat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 13. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam mendampingi masyarakat terlihat tulus ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 14. Menurut Bapak/Ibu, Apakah perkataan dari pendamping selalu Anda percaya ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 15. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu konsisten dalam berbicara ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 16. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu konsisten dalam bertindak? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 17. Menurut Bapak/Ibu , Apakah Pendamping selalu menepati janjinya terhadap masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 18. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersikap ramah kepada masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 19. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersedia mendengarkan aspirasi dari masyarakat? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 20. Manurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping bersedia memahami aspirasi dari masyarakat ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu 21. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mampu bersikap netral jika ada konflik antar anggota ? a. Tidak Pernah 18 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mampu mencari jalan keluar atas masalah yang ada ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan uang tunai ataupun berupa barang dalam kegiatan pendampingan ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan semangat dalam setiap kegiatan ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping mendorong masyarakat untuk selalu mengambil keputusan secara mandiri ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan masyarakat kalangan atas ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan masyarakat kalangan menengah ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapk/Ibu, Apakah Pendamping dapat menyesuaikan diri jika berbicara dengan masyarakat kalangan bawah ? a. Tidak Penah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu memanfaatkan sumberdaya lokal di masyarakat ? a. Tidak Pernah b. Jarang c. Selalu Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping selalu memanfaatkan keterampilan masyarakat untuk mencapai tujuan ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 19 32. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan masyarakat bekerja sesuai dengan perannya masing-masing ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 33. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping memberikan kesempatan masyarakat bekerja sesuai dengan keterampilannya masing-masing ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 34. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering mengingatkan masyarakat yang lemah akan kekurangannya ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 35. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering mengingatkan masyarakat yang lemah akan kelebihannya ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 36. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping sering memberikan informasi mengenai kegiatan posdaya lain ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 37. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan informasi terkait dengan pihak penyelenggara Green Posdaya ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 38. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan informasi terkini mengenai apa yang terjadi di masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 39. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memberikan pelatihan kepada masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 40. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping dalam memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 41. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah memperkenalkan kelompok masyarakat kepada pihak luar ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 42. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah berbagi pengalaman yang pernah di alami dalam mendampingi masyarakat ? 20 a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 43. Menurut Bapak/Ibu, Apakah Pendamping pernah berbagai pengetahuan baru kepada masyarakat ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu III. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA Jawablah dengan tanda (v) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai ! TAHAP PERENCANAAN No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi Jawaban 44. Saya hadir dalam proses identifikasi masalah yang ada di masyarakat 45. Saya hadir dalam proses identifikasi kebutuhan dari masyarakat 1. Tidak hadir (manipulation) 2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan permasalahan (informing) 4. Hadir, berkesempatan menyampaikan permasalahan namun dibatasi (consultation) 5. Hadir, berkesempatan menyampaikan permasalahan namun keputusan ada di penyelenggara (placation) 6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam identifikasi permasalahan (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam mengidentifikasi masalah secara mandiri (citizen control) 1. Tidak hadir (manipulation) 2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan kebutuhan (informing) 4. Hadir, berkesempatan menyampaikan kebutuhan namun dibatasi (consultation) 5. Hadir, berkesempatan menyampaikan kebutuhan namun keputusan ada di penyelenggara (placation) 6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam identifikasi kebutuhan masyarakat (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam 21 46. Saya hadir dalam rapat pengambilan keputusan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 47. Saya hadir dalam rapat penentuan kegiatan posdaya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 48. Saya hadir dalam penyusunan jadwal kegiatan posdaya 1. 2. 3. 4. 5. 6. mengidentifikasi kebutuhan masyarakat secara mandiri (citizen control) Tidak hadir (manipulation) Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan usul (informing) Hadir, berkesempatan berpendapat namun dibatasi (consultation) Hadir, berkesempatan berpendapat namun keputusan ada di penyelenggara (placation) Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam pengambilan keputusan (partnership) Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) Hadir, diberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan secara mandiri (citizen control) Tidak hadir (manipulation) Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam memberikan masukan (informing) Hadir, berkesempatan memberikan masukan namun dibatasi (consultation) Hadir, berkesempatan memberikan masukan namun keputusan ada di penyelenggara (placation) Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam menentukan kegiatan posdaya (partnership) Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) Hadir, diberikan kewenangan dalam menentukan kegiatan posdaya secara mandiri (citizen control) Tidak hadir (manipulation) Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan usul (informing) Hadir, berkesempatan berpendapat namun dibatasi (consultation) Hadir, berkesempatan berpendapat namun keputusan ada di penyelenggara (placation) Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam penyusunan jadwal 22 49. Saya hadir dalam perencanaan alokasi dana posdaya kegiatan (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam penyusunan jadwal kegiatan posdaya secara mandiri (citizen control) 1. Tidak hadir (manipulation) 2. Hadir karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Hadir, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan pendapat (informing) 4. Hadir, berkesempatan berpendapat namun dibatasi (consultation) 5. Hadir, berkesempatan berpendapat namun keputusan ada di penyelenggara (placation) 6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam merencanakan alokasi dana kegiatan (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam merencanakan alokasi dana kegiatan posdaya(citizen control) TAHAP PELAKSANAAN No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi 50. Saya memiliki peranan dalam kegiatan posdaya 51. Saya ikut 1. Tidak memiliki peran (manipulation) 2. Memiliki peran karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Memiliki peran, namun tidak diberi kesempatan dalam melaksanakan peran tersebut (informing) 4. Memiliki peran , berkesempatan melaksanakan peranan namun dibatasi (consultation) 5. Memiliki peran, berkesempatan melaksanankan peranan namun peran utama ada di penyelenggara (placation) 6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam melaksanakan peran (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam melaksanakan peran secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut (manipulation) Jawaban 23 memberikan sumbangan materi dalam kegiatan posdaya 52. Saya ikut memberikan sumbangan tenaga dalam kegiatan posdaya 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam menyumbang materi (informing) 4. Ikut, memberikan sumbangan materi namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, memberikan sumbangan materi namun mayoritas sumbangan materi ada di penyelenggara (placation) 6. Hadir, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam menyumbangkan materi (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam memberikan sumbangan secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam menyumbang tenaga (informing) 4. Ikut, memberikan sumbangan tenaga namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, memberikan sumbangan tenaga namun mayoritas sumbangan tenaga ada di penyelenggara (placation) 6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam menyumbangkan tenaga (partnership) 7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Ikut, diberikan kewenangan dalam memberikan tenaga secara mandiri (citizen control) TAHAP MENIKMATI HASIL No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi 53. Saya ikut memanfaatkan sarana dan prasana program posdaya 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam memanfaatkan sarana dan prasana program (informing) 4. Ikut, berkesempatan memanfaatkan saran dan prasana program namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, berkesempatan memanfaatkan peranan namun kuasa masih ada di penyelenggara (placation) Jawaban 24 54. Saya ikut memanfaatkan hasil yang diperoleh dari kegiatan posdaya 55. Saya mendapatkan pengalaman baru setelah melaksanakan kegiatan posdaya 6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam memanfaatkan sarana dan prasarana (partnership) 7. Hadir, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam memanfaatkan sarana dan prasana program secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam memanfaatkan hasil kegiatan (informing) 4. Ikut, memanfaatkan hasil namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, memanfaatkan hasil namun kuasa atas hasil ada di penyelenggara (placation) 6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam memanfaatkan hasil kegiatan (partnership) 7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Ikut, diberikan kewenangan dalam memanfaatkan hasil kegiatan secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut pelatihan (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak mendapatkan pengalaman baru (informing) 4. Mendapatkan pengalaman baru namun masih dibatasi (consultation) 5. Mendapatkan pengalaman baru namun masih dikontrol oleh penyelenggara (placation) 6. Memiliki kesempatan yang sama dengan penyelenggara dalam mendapat pengalaman baru (partnership) 7. Memiliki kesempatan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Diberikan kebebasan dalam mendapatkan pengalaman baru setelah kegiatan posdaya (citizen control) TAHAP EVALUASI No. Bentuk Partisipasi Tingkat Partisipasi 56. Saya ikut menyampaikan 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara Jawaban 25 kendala yang dihadapi dalam kegiatan posdaya 57. Saya ikut memberikan kritik terhadap kegiatan posdaya 58. Saya ikut serta dalam memberikan saran untuk perbaikan kegiatan posdaya selanjutnya (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam menyampaikan kedala (informing) 4. Ikut, berkesempatan menyampaikan kendala namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, berkesempatan menyampaikan kendala namun kuasa masih ada di penyelenggara (placation) 6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam menyampaikan kendala (partnership) 7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Hadir, diberikan kewenangan dalam menyampaikan kendala yang dihadapi secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam memberikan kritik (informing) 4. Ikut, memberikan kritik namun dibatasi (consultation) 5. Ikut, memberikan kritik namun belum tentu diterima (placation) 6. Ikut, memiliki kedudukan setara dengan penyelenggara dalam memberikan kritik kegiatan (partnership) 7. Ikut, memiliki kedudukan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Ikut, diberikan kewenangan dalam memberikan kritik kegiatan secara mandiri (citizen control) 1. Tidak ikut (manipulation) 2. Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) 3. Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam memberikan saran (informing) 4. Memberikan saran namun masih dibatasi (consultation) 5. Memberikan saran namun belum tentu diterima oleh penyelenggara (placation) 6. Memiliki kesempatan yang sama dengan penyelenggara dalam memberikan saran (partnership) 7. Memiliki kesempatan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) 8. Diberikan kebebasan dalam menyampaikan saran untuk perbaikan kegiatan posdaya selanjutnya (citizen 26 59. Saya ikut serta dalam pembuatan laporan tertulis tentang kegiatan posdaya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. control) Tidak ikut (manipulation) Ikut karena diminta oleh penyelenggara (therapy) Ikut, namun tidak diberi kesempatan dalam menuliskan laporan (informing) Menuliskan laporan namun masih dibatasi (consultation) Menuliskan laporan namun belum tentu diterima oleh penyelenggara (placation) Memiliki kesempatan yang sama dengan penyelenggara dalam memberikan saran membuat laporan kegiatan (partnership) Memiliki kesempatan lebih tinggi dari penyelenggara (delegated power) Diberikan kewenangan dalam membuat laporan kegiatan secara mandiri (citizen control) IV. TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT Jawablah dengan tanda (v) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai ! KEMANDIRIAN MATERIAL Pernyataan 60. Saya menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untukkegiatan posdaya 61. Saya menyediakan modal untuk melaksanakan kegiatan posdaya 62. Saya menyediakan alat-alat yang dibutuhkan untuk kegiatan posdaya 63. Saya memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari hasil kegiatan posdaya KEMANDIRIAN INTELEKTUAL 64. Saya mengembangkan kegiatan dengan cara saya sendiri 65. Saya memberikan masukan untuk pengembangan kegiatan kedepannya 66. Saya menciptkan usaha baru di luar kegiatan posdaya 67. Saya berpikir mandiri mengenai kegiatan posdaya tanpa instruksi dari pendamping KEMANDIRIAN MANAJEMEN 68. 67. Saya mengatur jadwal kegiatan saya di posdaya Saya melaksankan kegiatan posdaya bersama dengan anggota yang lain Tidak Pernah Jarang Selalu 27 68. 69. 70. Saya mampu bekerjasama dengan peserta posdaya lain Saya melaksanakan kegiatan posdaya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Saya mengarahkan peserta posdaya yang lain dalam melaksanakan kegiatan Lampiran 3. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility 1.1.2 Konsep Partisipasi 1.1.3 Konsep Pendamping/CD Worker 1.1.4 Konsep Kemandirian 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3. Penentuan Responden dan Informan Penelitian 3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis 4.2. Kondisi Ekonomi 4.3. Kondisi Sosial 5. PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN POSDAYA 5.1. Peranan dan Keterampilan Memfasilitasi (Facilitative Roles) 5.2. Peranan dan Keterampilan Mendidik (Educational Roles) 5.3. Peranan dan Keterampilan Utusan atau Wakil (Representational Roles) 6. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA 6.1 Tahap Perencanaan 6.2 Tahap Pelaksanaan 6.3 Tahap Menikmati Hasil 6.4 Tahap Evaluasi 7. TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT 7.1 Kemandirian Material 7.2 Kemandiran Intelektual 7.3 Kemandirian Manajemen 8. HUBUNGAN PERANAN CD WORKER DALAM PENDAMPINGAN PROGRAM GREEN POSDAYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT 9. HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM GREEN POSDAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT 10. PENUTUP 10.1. Kesimpulan 10.2. Saran 28 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan Pedoman Wawancara dengan Divisi Community Relation PT Holcim, Tbk, Kepala Desa Bantarjati PT Holcim, P2SDM IPB. Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Nama Informan : Pekerjaan/Jabatan : Pertanyaan Penelitian : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sejak kapan Program Green Posdaya ini dilaksanakan ? Siapakah yang menginisiasikan pembentukan Green Posdaya ? Ada berapa posdaya yang ada di lingkar PT Holcim ? Apa saja kegiatan yang ada di Green Posdaya ? Apakah motivasi pihak penyelenggara dalam mendirikan posdya? Sejak kapan dilakukan pendampingan dalam Green Posdaya? Bagaimana partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah pendampingan ? Bagaimanakah kondisi masyarakat sebelum dan sesudah adanya Program Green Posdaya? 9. Bagaimanakah bentuk kerjasama yang terjadi antara stakeholder Green Posdaya ? 10. Bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh CD Worker dalam Program Green Posdaya ? 11. Bagaimana peranan CD Worker dalam pendampingan terhadap partisipasi masyarakat ? 12. Bagaimana tingkat kemandirian masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Green Posdaya ? 13. Apa manfaat yang didapatkan dari mengikuti program Green Posdaya ? 14. Saran bagi kelangsungan program Green Posdaya untuk kedepannya ?