BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPPEBTI TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmatNya, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) tahun 2016. Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Bappebti atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai unit Eselon I di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan. Penyusunan LAK ini telah mengikuti pedoman yang berlaku yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015. Kami berharap laporan ini dapat dipergunakan oleh berbagai pihak dalam menilai kinerja Bappebti selama tahun 2016 dan dapat dijadikan pegangan bagi kami sendiri dalam meningkatkan kinerja di tahun berikutnya, sehingga tujuan dan sasaran Bappebti akan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Bappebti ini dapat selesai tepat pada waktunya. Jakarta, Januari 2017 KEPALA BAPPEBTI BACHRUL CHAIRI i RINGKASAN EKSEKUTIF Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis BAPPEBTI dalam pembangunan sektor perdagangan adalah membina, mengatur, mengawasi dan mengembangkan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang. Guna membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Penilaian capaian kinerja Bappebti tahun 2016 dapat dilihat dari perbandingan hasil realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target yang telah ditetapkan di awal tahun 2016 melalui Perjanjian Kinerja Bappebti. Berikut capaian IKU Bappebti tahun 2016 : Indikator Kinerja Utama Target 2016 Realisasi 2016 Prosentase Capaian (%) Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar 20 hari 6 Hari 170 2 Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL 4% 4,33 % 108,25 3 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 62 perusahaan 81 perusahaan 4 Penyusunan Peraturan Perundangundangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 14 peraturan 155,55% 5 Pertumbuhan volume transaksi PBK 4% 6,4 % 160 6 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 13 % 9,43 % 72,54 No 1 Rata-rata Capaian 130,64 132,83 % Capaian target indikator kinerja utama (IKU) Bappebti di tahun 2016 secara rata-rata adalah sebesar 132,83% atau tergolong sangat baik, karena nilai rata-ratanya menunjukkan angka di atas 100%. Keberhasilan pencapaian indikator kinerja tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor utama dalam mencapai keberhasilan dimaksud. Faktor-faktor utama yang menjadi keberhasilan tersebut yaitu terlaksananya koordinasi dan kerjasama baik intern maupun ekstern, tersedianya kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia yang cukup memadai, serta penyediaan anggaran yang sudah cukup sesuai dengan beban kerja. Jika dibandingkan dengan capaian IKU di tahun 2015, yang secara rata-rata sebesar 142,13%, maka terlihat adanya penurunan capaian atas kinerja IKU yaitu sebesar 9,30%. ii Penurunan capaian itu lebih dikarenakan dari jumlah indikator kinerja yang diperjanjikan di tahun 2015 terdapat sebanyak 5 (lima) indikator dengan 1 (satu) indikator yang tidak mencapai target dan di tahun 2016 terdapat sebanyak 6 (enam) indikator dengan semua indikator mencapai target. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pencapaian target kinerja antara lain 1. Adanya perubahan nomenklatur organisasi, sehingga membutuhkan adanya penyesuaian terkait anggaran serta pelaksanaan kegiatan akibat perpindahan wewenang dan tanggung jawab antar unit eselon II Bappebti; dan 2. Penghematan atau pemotongan anggaran memerlukan proses pengesahan revisi di Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan sehingga menyebabkan penundaan pelaksanaan kegiatan. Upaya-upaya yang telah dilakukan Bappebti dalam mencapai target tersebut yaitu secara berkesinambungan terus melakukan pendekatan kepada para pelaku usaha di bidang PBK, SRG dan PL untuk dapat melakukan kegiatannya secara lebih efektif dan efisien, melakukan pembinaan/pelatihan kepada pegawai Bappebti terkait pengawasan di bidang PBK dan SRG serta sosialisasi atas kebijakan-kebijakan yang diterbitkan kepada para stakeholder di bidang PBK, SRG dan PL. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka tetap perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, serta penganggaran agar menjadi lebih baik pada tahun-tahun berikutnya. iii DAFTAR ISI KAT A PENGANTAR ...................................................................................................... i RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................. ii Daftar Isi iv ....................................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................................. v Daftar Gambar .............................................................................................................. vi BAB I ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi ....................................... 1 B. Struktur Organisasi ................................................................................... 2 C. Isu Strategis Organisasi ............................................................................. 4 PERENCANAAN KINERJA ............................................................................ 6 A. Perencanaan Strategis ................................................................................ 6 B. Rencana Kinerja Tahunan ........................................................................ 8 C. Perjanjian Kinerja ........................................................................................ 10 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................................... 12 BAB II PENDAHULUAN A. Capaian Kinerja Organisasi ................................................................ 12 ............................................................................ 39 BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 42 B. Kinerja Anggaran LAMPIRAN 1. Bagan Struktur Organisasi 2. Dokumen Kontrak Kinerja 3. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran 4. Formulir Indikator Kinerja Utama 5. Formulir Rencana Kinerja Tahunan iv DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Pegawai Bappebti Tahun 2016 berdasarkan Tingkat Pendidikan ....... 3 Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan Bappebti Tahun 2016 ......................................... 8 Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Bappebti Tahun 2016 ...................................................... 10 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Bappebti Tahun 2016 ............................... 12 Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1 ............................................................ 14 Tabel 3.3 Jenis Perijinan yang diterbitkan Selama Tahun 2016................................... 14 Tabel 3.4 Percepatan jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK............. 17 Tabel 3.5 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2 ........................................................... 19 Tabel 3.6 Perbandingan Pelaksanaan Pasar Lelang sejak tahun 2013 sd tahun 2016 .. 19 Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 3.............................................................. 21 Tabel 3.8 Evaluasi Kegiatan dan Pelaporan Keuangan Pelaku Usaha PBK.................. 22 Tabel 3.9 Penyampaian Laporan Kegiatan Pelaku Usaha PBK..................................... 23 Tabel 3.10 Perusahaan Pialang Berjangka Yang Tidak Menyampailkan Laporan Direktur Kepatuhan Tahun 2016………………………………………………… 24 Tabel 3.11 Hasil Rekapitulasi Laporan Keuangan Pialang Berjangka............................. 26 Tabel 3.12 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 4............................................................. 28 Tabel 3.13 Target dan Realisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL Tahun 2015-2016............................................. 30 Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 5........................................................... .. 32 Tabel 3.15 Target dan Realisasi Pertumbuhan Volume Transaksi PBK Tahun 2015-2016............................................................................................ 32 Tabel 3.16 Perkembangan Volume Transaksi PBKTahun 2013 – 2016.......................... 33 Tabel 3.17 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 6........................................................... .. 35 Tabel 3.18 Perkembangan Nilai Resi Gudang yang DiterbitkanTahun 2014 – 2016…… 36 Tabel 3.19 Realisasi Anggaran Bappebti Berdasarkan Kegiatan Tahun 2016................. 39 Tabel 3.20 Realisasi Anggaran Bappebti Berdasarkan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Tahun 2016............................................................................. 40 v DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Rumus Pengukuran Capaian Kinerja secara Umum Gambar 3.2 Peluncuran Integrasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan ............................... 13 Pasar Lelang Komoditas............................................................................ Gambar 3.3 Pertemuan Pelaku Usaha PBK mengenai Optimalisasi Transaksi Multilateral Kontrak Berjangka.................................................................. Gambar 3.4 21 34 Menteri Perdagangan Didampingi Kepala Bappebti Melakukan Kunjungan Ke Gudang SRG Kab. Indramayu, Jawa Barat ........................................ 39 vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Berdasarkan UU No 10 Tahun 2011, UU No 9 Tahun 2011, UU No 7 Tahun 2014 dan Kepmenperindag No 650/MPP/Kep/10/2004 Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) tahun 2004, Badan Pengawas memiliki kewenangan membina, mengatur, mengawasi dan mengembangkan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), Pasar Lelang (Forward) Komoditi Agro di Indonesia. Peran Bappebti untuk mewujudkan kegiatan PBK yang teratur, wajar, efisien, dan efektif serta dalam suasana persaingan yang sehat. Selain itu untuk melindungi kepentingan semua pihak dalam PBK dan mewujudkan kegiatan PBK sebagai sarana pengelolaan risiko harga dan pembentukan harga yang transparan. Sistem Resi Gudang merupakan salah satu instrument penting dan efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan. SRG dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang. SRG juga bermanfaat dalam menstabilkan harga pasar dengan memfasilitasi cara penjualan yang dapat dilakukan sepanjang tahun. Untuk itu SRG dapat digunakan oleh Pemerintah dalam hal pengendalian harga dan persediaan nasional. Pasar Lelang sebagai sarana pemasaran komoditi yang efisien dan berperan dalam pembentukan harga yang wajar, adil dan transparan, dan keberadaannya dapat menjadi wadah untuk mempertemukan secara langsung pembeli dengan penjual dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan dengan harapan terwujudnya sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi terdiri atas 1 (satu) orang Kepala Bappebti yang dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris dan 4 (empat) orang Kepala Biro. Sebagaimana diketahui Indonesia sebagai penghasil komoditi ekspor utama dunia seperti kopi, karet, kakao, lada, batubara, CPO, dll. Selama ini referensi harga para pelaku usaha mengacu kepada harga-harga di Bursa Luar Negeri. Untuk itu diperlukan langkah-langkah konkrit dalam upaya pengembangan Bursa-bursa Komoditi di Indonesia yang dapat mengakomodasi kepentingan-kepentingan Pelaku Usaha mulai LAK BAPPEBTI 2016 1 01 Pendahuluan dari eksportir, pedagang, petani produsen menjadikan bursa sebagai sarana untuk melakukan transaksi dan hedging. Dengan banyaknya Pelaku Usaha yang aktif dalam kegiatan Bursa Berjangka Komoditi diharapkan likuiditas transaksi PBK di Bursa Berjangka akan meningkat sehingga pada akhirnya dapat membentuk suatu harga yang wajar (price discovery) dan transparan dan lebih jauh dijadikan sebagai harga acuan (price reference) bagi pelaku usaha. Sulitnya petani mengakses sumber pembiayaan untuk kepentingan usahanya pada umumnya dikarenakan para petani tidak mempunyai jaminan (collateral) yang dapat diagunkan ke lembaga pembiayaan dan perbankan. Dengan adanya Sistem Resi Gudang, komoditi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh pembiayaan. Dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan maka diperlukan sarana untuk mempertemukan secara langsung penjual dan pembeli dalam suatu Pasar Fisik Terorganisir melalui wadah Pasar Lelang untuk melakukan transaksi jual beli. Karena terbukanya akses pasar bagi para produsen dan pelaku usaha yang pada akhirnya efisiensi perdagangan dapat terwujud. B. Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012, disebutkan bahwa tugas Bappebti adalah melaksanakan Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan Perdagangan Berjangka serta Pasar Fisik dan Jasa. Dalam melaksanakan tugas tersebut Bappebti menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan, pelaksanaan, pengamanan pelaksanaan kebijakan teknis, dan evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan perdagangan berjangka, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 2. Perumusan, pelaksanaan dan pengamanan pelaksanaan kebijakan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar fisik dan jasa; 3. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan di bidang pasar fisik dan jasa; 4. Pelaksanaan administrasi badan; Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Bappebti terdiri atas 5 (lima) Unit Eselon II, yaitu Sekretariat, Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan, Biro Pengawasan Pasar LAK BAPPEBTI 2016 2 01 Pendahuluan Berjangka dan Fisik, Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar serta Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas. Tabel 1.1 Data Pegawai Bappebti Tahun 2016 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelompok Jabatan Stuktural Jabatan Pendidikan Jumlah Eselon I S2 1 Eselon II S2 5 S2 12 S1 1 S2 22 S1 14 S2 4 S1 50 D3 5 SLTA 2 SLTP 1 Eselon III Eselon IV Pelaksana Jumlah 117 Secara umum dapat dijabarkan tugas dari masing-masing unit Eselon II di Bappebti, yaitu: 1. Sekretariat, yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Bappebti. Dalam menjalankan kegiatannya, Sekretariat Bappebti didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang pegawai. 2. Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan , yang mempunyai tugas untuk melaksanakan koordinasi perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan, pemberian pelayanan hukum, litigasi, pemeriksaan, penyidikan dan penetapan sanksi terhadap pelanggaran administratif di bidang Perdagangan Berjangka, Pasar Fisik Komoditi di Bursa Berjangka, Sistem Resi Gudang, Pasar Lelang dan Jasa. Untuk menunjang tugas tersebut, Biro Peraturan Perundangan-undangan dan Penindakan memiliki kekuatan SDM sebanyak 18 (delapan belas) orang pegawai. 3. Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik, yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan usaha, pemantauan, pengawasan, audit kepatuhan dan keuangan serta evaluasi pelaksanaan kegiatan usaha di bidang perdagangan berjangka. LAK BAPPEBTI 2016 3 01 Pendahuluan Dalam menjalankan tugasnya, Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik didukung oleh SDM sebanyak 23 (dua puluh tiga) orang pegawai. 4. Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar , mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan usaha, pengawasan, pengembangan dan sistem informasi pasar di bidang Perdagangan Berjangka, Sistem Resi Gudang dan Pasar Fisik Terorganisir. Untuk dapat menyelesaikan tugasnya, Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar memiliki SDM sebanyak 20 (dua puluh) orang pegawai. 5. Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas, yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pembinaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi pelaksanaan kegiatan usaha di bidang Pasar Lelang, Pasar Fisik dan Sistem Resi Gudang. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas memiliki jumlah SDM sebanyak 19 (sembilan belas ) orang pegawai. C. Isu Strategis Organisasi 1. Transaksi multilateral di bidang PBK masih kurang likuid PBK pada dasarnya adalah sebuah industri yang seharusnya dapat dijadikan sebagai sarana lindung nilai (hedging) para eksportir maupun importir dari adanya fluktuasi harga komoditi. Selain itu, diharapkan PBK juga dapat dijadikan sebagai sarana pembentukan harga yang efektif dan transparan sehingga harga yang ada di Bursa Berjangka dapat dimanfaatkan bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) dan pelaku usaha dalam mencari referensi harga dan juga sebagai salah satu alternatif investasi bagi para spekulan. Namun demikian, pada kenyataannya transaksi multilateral masih kurang diminati oleh para pelaku usaha dalam bertransaksi di PBK, transaksi SPA (bilateral) masih lebih dominan. Hal ini terlihat dari share transaksi multilateral yang hanya sebesar 20,63% dari total transaksi PBK. 2. Pemanfaatan Gudang SRG yang masih belum optimal SRG sudah berjalan di Indonesia sejak tahun 2008, meskipun UU mengenai SRG telah diterbitkan pada tahun 2006 dan PPnya pada tahun 2007. Sampai dengan akhir tahun 2016, pemerintah sudah membangun sebanyak 120 (seratus dua puluh) Gudang SRG baik melalui dana Stimulus Fiskal, APBN-P dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun demikian, sampai dengan akhir tahun 2016 baru terdapat 80 (delapan puluh) gudang SRG milik pemerintah yang telah LAK BAPPEBTI 2016 4 01 Pendahuluan mengimplementasikan SRG. Hal ini tentu menjadi perhatian dimana sebanyak 40 (empat puluh) gudang yang dibangun oleh pemerintah masih belum mengimplementasikan SRG dan harus segera dicari solusi pemecahannya. 3. Pasar Lelang belum menjadi sarana Pemasaran yang efektif dan efisien Penyelenggaraan Pasar Lelang di Indonesia merupakan sebuah upaya positif dalam memajukan sektor perdagangan dan pertanian, khususnya para petani produsen yang selama ini cenderung terpinggirkan oleh mekanisme sistem perdagangan konvensional. Pasar Lelang sendiri saat ini belum menjadi sarana pemasaran yang efektif dan efisien. Hal ini dapat tercermin dari setiap penyelenggaraan Pasar Lelang, dimana pelaku transaksi (penjual/pembeli) didominasi oleh orang-orang yang sama. Selain itu komposisi penjual lebih banyak dari pembeli. Kendala lain yang dihadapi Pasar Lelang saat ini adalah Buyer/pembeli masih kesulitan menemukan Seller/Penjual yang mampu menyediakan barang yang dibutuhkan dalam skala besar. Selain beberapa kendala diatas, pelaksanaan revitalisasi pasar lelang yang belum optimal serta masih ditemui adanya gagal serah atau gagal bayar masih menjadi permasalahan yang harus segera ditindaklanjuti dalam rangka terciptanya perdagangan yang fair dan dapat dipercaya. LAK BAPPEBTI 2016 5 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis 1. Visi dan Misi Sesuai dengan Perencanaan Strategis (Renstra) Bappebti yang telah disusun dengan mengacu pada kebijakan Kementerian Perdagangan dan Kebijakan Presiden dalam hal ini pemerintah, maka telah ditetapkan visi Pemerintah yaitu ”Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.” Untuk dapat mewujudkan visi di atas, maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan misi yang telah tercantum dalam Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2015 - 2019, yaitu: a. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan; b. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas; dan c. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Sektor Perdagangan. Dari 3 (tiga) misi yang telah ditetapkan oleh Kemendag, Bappebti mendukung tercapainya misi Kemendag yang ke 2, meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas. 2. Tujuan dan Sasaran Sebagai penjabaran dari visi dan misi di atas, maka Kementerian Perdagangan menetapkan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015 – 2019 sebagai berikut: a. Peningkatan ekspor barang non migas yang bernilai tambah dan jasa; b. Peningkatan pengamanan perdagangan; c. Peningkatan akses dan pangsa pasar internasional; d. Pemantapan promosi ekspor dan nation branding; e. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa; f. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri; g. Peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri; h. Optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar lelang; i. Peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang kebutuhan pokok dan barang penting; j. Peningkatan perlindungan konsumen; LAK BAPPEBTI 2016 6 02 Perencanaan Kinerja k. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha; l. Peningkatan kualitas kinerja organisasi; m. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan; n. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian. Dari 14 (empat belas) tujuan tersebut, Bappebti memiliki peran untuk mewujudkan optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar lelang. Dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, maka Bappebti telah menetapkan sasaran, yaitu “meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang”, yang di dukung oleh: a. Meningkatnya Pelayanan Dukungan Teknis dan Administratif Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; b. Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi; c. Meningkatnya pembinaan dan pengawasan Pasar lelang dan Sistem Resi Gudang; d. Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang; dan e. Meningkatnya hasil Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang. 3. Kebijakan dan Strategi Sesuai arah kebijakan Pemerintah dan Kementerian Perdagangan serta mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN 2015 2019 bidang perdagangan, Bappebti telah menetapkan 3 (tiga) kebijakan, yaitu: a. Mendorong Perdagangan Berjangka Komoditi; b. Mendorong perkembangan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas, sebagai sarana dan prasarana perdagangan yang menunjang sistem distribusi nasional untuk mengatasi kelangkaan stok serta disparitas dan fluktuasi harga; dan c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang perdagangan, dalam artian adalah dukungan manajemen dan operasional Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Berdasarkan pokok pikiran tersebut di atas, Bappebti menetapkan beberapa langkah strategis, yaitu: LAK BAPPEBTI 2016 7 02 Perencanaan Kinerja a. Mengoptimalkan manfaat dan mekanisme Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sebagai sarana lindung nilai dan pembentukan harga yang transparan sebagai pengamanan pasar domestik untuk meningkatkan daya saing produk nasional; b. Mengoptimalkan manfaat dan mekanisme Pasar Lelang Komoditas (PLK) dan Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai sarana efisiensi distribusi, tunda jual, dan alternatif pembiayaan sehingga terciptanya efisiensi sistem dan distribusi logistik nasional; B. Rencana Kinerja Tahunan Pada tahun 2016 Bappebti telah menetapkan Program, yaitu Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi, serta Bappebti telah menetapkan rencana kinerja tahunan seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan Bappebti Tahun 2016 OUTCOME/OUTPUT No 1 2 Uraian/Sasaran Meningkatnya hasil pengawasan terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan Pasar lelang dan Sistem Resi Gudang Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Jumlah pelaku usaha PBK dan pasar fisik yang diselenggarakan di Bursa Berjangka yang diawasi transaksinya 14 perusahaan Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan Pelaporan Keuangannya 62 perusahaan Jumlah pelaku usaha PBK yang di audit 22 perusahaan Jumlah gudang yang telah mengimplementasikan SRG (kumulatif) 104 gudang Jumlah Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 510 milyar Jumlah penyelenggaraan Pasar Lelang (kali) 73 kali Jumlah peserta pelatihan teknis penyelenggara SRG dan Pasar Lelang 220 Orang Jumlah pemantauan, evaluasi dan pengawasan SRG dan Pasar Lelang 110 Kali Jumlah hari penyelesaian 18 Hari Unit Es. II Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Biro Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas LAK BAPPEBTI 2016 8 02 Perencanaan Kinerja OUTCOME/OUTPUT No Uraian/Sasaran Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Unit Es. II perizinan pelaku usaha SRG dan Pasar Lelang setelah dokumen lengkap 3 4 5 Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Meningkatnya pengkajian dan pengembangan perdagangan berjangka komoditi, sistem resi gudang dan pasar lelang Meningkatnya Pelayanan Dukungan Teknis dan Administratif Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Penyusunan peraturan perundang-udangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 peraturan Penegakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK, SRG dan PL 83 kali Pemberian Pelayanan Hukum 29 kali Penanganan perkara (PTUN, PN, BAKTI, Praperadilan) 15 kali Jumlah hasil análisis pengembangan kelembagaan dan produk perdagangan berjangka/sistem resi gudang/pasar lelang Cakupan Komoditi dalam system informasi harga Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha Setelah Dokumen Lengkap dan Benar Biro Peraturan PerundangUndangan dan Penindakan 5 analisis 9 Komoditi Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar 20 hari Jumlah Peserta Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK 220 orang Dukungan manajemen dan pelaksanaan program 4 Dokumen Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Bappebti 3 Laporan Pengelolaan dan Pengembangan SDM Bappebti 8 Kegiatan Penyelenggaraan dan pembinaan komunikasi dan informasi publik di bidang PBK, SRG dan PL 19 Laporan Sekretariat LAK BAPPEBTI 2016 9 02 Perencanaan Kinerja C. Perjanjian Kinerja Dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra, Bappebti telah menetapkan Perjanjian Kinerja tahun 2016 dengan berbagai indikator output seperti tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Bappebti Tahun 2016 No 1 2 Sasaran Program Indikator Kinerja Target Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang 1 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar 20 hari Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) 2 Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL 4% 3 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 62 perusahaan 4 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 5 Pertumbuhan volume transaksi PBK 4% 1 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 13 % Dari tabel di atas terlihat bahwa Bappebti telah menetapkan 6 (enam) indikator kinerja dalam mendukung tercapainya sasaran program yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja tahun 2016. 1. Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar Bappebti sebagai Badan Pengawas untuk kegiatan PBK memiliki kewenangan untuk menerbitkan perizinan di bidang PBK kepada para pelaku usaha. Dimana untuk tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar adalah 20 (dua puluh) hari. 2. Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL Pasar Lelang Komoditas berfungsi sebagai sarana pemasaran komoditi yang efisien dan berperan dalam pembentukan harga yang wajar, adil dan transparan. Keberadaan Pasar Lelang Komoditas dapat menjadi wadah untuk mempertemukan secara langsung pembeli dengan penjual dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan dengan harapan terwujudnya sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien. Untuk tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target pertumbuhan jumlah penyelenggaraan PL sebesar 4 %. LAK BAPPEBTI 2016 10 02 Perencanaan Kinerja 3. Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya. Salah satu fungsi pengawasan yang dilakukan Bappebti adalah menghimpun berbagai informasi tentang kegiatan para pelaku usaha PBK sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan kegiatan setiap pelaku usaha selama periode tertentu dan juga melakukan analisis laporan keuangan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan kepatuhan Pialang Berjangka terhadap peraturan perundangundangan. Dimana untuk tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya sebanyak 62 perusahaan. 4. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL Dalam rangka memberikan perlindungan pada kepentingan masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang merugikan serta memberikan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka, maka Bappebti setiap waktu harus mengikuti perkembangan pasar berjangka serta melakukan pengkajian terhadap keadaan yang terjadi tersebut atau peraturan yang ada. Untuk itu di Tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL sebesar 9 Peraturan. 5. Pertumbuhan volume transaksi PBK Industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000 memiliki potensi yang baik dalam menunjang perekonomian bangsa khususnya dalam memfasilitasi para pelaku usaha (eksportir/importir) dalam melakukan lindung nilai (hedging) atas transaksinya. Pada tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target atas indikator ini sebesar 4% dengan memperbandingkan volume transaksi PBK di tahun 2015. 6. Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan Sistem Resi Gudang merupakan salah satu alternatif pembiayaan bagi petani di Indonesia, dimana dengan menyimpan barangnya di gudang SRG maka pengelola gudang akan menerbitkan resi gudang yang dapat dijadikan agunan ke Bank sehingga petani akan mendapat pembiayaan. Pada tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan sebesar 13% dari nilai Resi Gudang yang diterbitkan pada tahun 2015. Untuk dapat melakukan program dan kegiatan dalam rangka mendukung capaian sasaran kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016, Bappebti memiliki anggaran sebesar Rp 74.202.925.000,00. LAK BAPPEBTI 2016 11 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Bappebti telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2016. IKU Bappebti disusun dengan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015 - 2019, Rencana Strategis Bappebti tahun 2015 - 2019, serta diwujudkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Kepala Bappebti dengan Menteri Perdagangan. Kinerja Bappebti dalam waktu satu tahun menunjukkan hasil pengukuran kinerja yang baik terhadap target yang telah ditetapkan dalam IKU pada Perjanjian Kinerja Tahun 2016. Kilas capaian kinerja Bappebti dari Januari 2016 sampai dengan Desember 2016 berdasarkan dokumen Perjanjian Kinerja adalah adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama BAPPEBTI Tahun 2016 Indikator Kinerja Utama Target 2016 Realisasi 2016 Prosentase Capaian (%) Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar 20 hari 6 Hari 170 2 Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL 4% 4,33 % 108,25 3 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 62 perusahaan 81 perusahaan 4 Penyusunan Peraturan Perundangundangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 14 peraturan 155,55 5 Pertumbuhan volume transaksi PBK 4% 6,4 % 160 6 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 13 % 9,43% 72,54 No 1 Rata-rata Capaian 130,64 132,83 Dari capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Bappebti tahun 2016 seperti tampak dalam tabel diatas, terlihat bahwa 6 (enam) IKU Bappebti telah tercapai dan melampaui dari LAK BAPPEBTI 2016 12 03 Akuntabilitas Kinerja target yang ditetapkan pada awal tahun 2016 maupun yang telah ditetapkan dalam Renstra. Bila diukur dalam persentase capaian secara rata-rata IKU Bappebti tahun 2016 adalah sebesar 132,83%, hal ini menunjukkan bahwa secara pencapaian kinerja Bappebti selama tahun 2016 bisa disebut sangat baik dan memenuhi target. Capaian IKU ini bersama dengan indikator-indikator kinerja lainnya akan dibahas lebih lanjut di bagian B tentang analisis dan evaluasi. Jika dibandingkan dengan capaian IKU di tahun 2015, yang secara rata-rata sebesar 142,13%, maka terlihat adanya penurunan capaian atas kinerja IKU yaitu sebesar 9,30%. Penurunan capaian itu lebih dikarenakan dari jumlah indikator kinerja yang diperjanjikan di tahun 2015 terdapat sebanyak 5 (lima) indikator dengan 1 (satu) indikator yang tidak mencapai target dan di tahun 2016 terdapat sebanyak 6 (enam) indikator dengan semua indikator mencapai target. Metodologi pengukuran pencapaian dalam indikator kinerja secara umum digunakan dua jenis rumus yang tersedia, yaitu rumus I dan II, dipakai dengan mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. Komponen rumus dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penggunaan rumus I, rumus ini akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukkan hubungan linear. Sedangkan rumus II akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik, sebagai berikut: Gambar 3.1 Rumus Pengukuran Capaian Kinerja secara Umum RUMUS I Prosentase Pencapaian Target Realisasi = x 100% Rencana RUMUS II Prosentase Pencapaian Target Rencana - (Realisasi - Rencana) = x 100% Rencana LAK BAPPEBTI 2016 13 03 Akuntabilitas Kinerja IK-1: Jumlah Hari Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar Dengan telah ditetapkannya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di setiap Kementerian/Lembaga, maka Bappebti sebagai bagian dari Unit Eselon I di Kementerian Perdagangan tidak luput untuk menjalankan program tersebut. Salah satu bentuk perwujudan yang dilakukan oleh Bappebti yaitu dengan cara meningkatkan pelayanan perijinan yang ada di Bappebti yaitu di bidang PBK. Langkah yang dilakukan oleh Bappebti adalah dengan mempercepat proses penerbitan perijinan, dimana sebelumnya di dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai PBK disebutkan bahwa proses penerbitan perijinan paling lama adalah 45 (empat puluh lima) hari diefisiensikan/dipercepat menjadi 20 (dua puluh) hari. Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1 Tahun 2016 No 1. Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian (%) 20 hari 6 Hari 170 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar Sumber: Biro Pembinaa dan Pengembangan Pasar (diolah) Pencapaian IKU-1 yaitu jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar, pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 20 (dua puluh) hari dan terealisasi dengan jumlah 6 hari atau tercapai 170%. Pencapaian tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2015. Adapun perhitungan jumlah hari dimaksud sangat tergantung dari jenis permohonan izin yang diajukan oleh pelaku usaha dimana setiap jenis izin memiliki target penyelesaian izin yang berbeda-beda. Pada Tahun 2016 terdapat pemrosesan persetujuan untuk Asosiasi Perdagangan Berjangka Komoditi yang memang memiliki Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) yang cukup lama sehingga mempengaruhi capaian jumlah hari di tahun 2016 Tabel 3.3 Jenis Perijinan yang diterbitkan Selama Tahun 2016 No Jenis Perijinan Jumlah Rata2 Perijinan Waktu Pemrosesan 1. Persetujuan Perubahan Pemegang Saham & Pengurus Pialang Berjangka 4 5 hari Ketentuan Tingkat Layanan (SLA) 32 hari LAK BAPPEBTI 2016 14 03 Akuntabilitas Kinerja No Jenis Perijinan Jumlah Rata2 Perijinan Waktu Pemrosesan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Persetujuan / Penggantian Kepala Kantor Cabang Pialang Berjangka Persetujuan Perubahan Alamat Kantor Pusat Pialang Berjangka Peserta SPA Persetujuan Perubahan Alamat Kantor Cab. Pialang Berjangka Persetujuan Penghentian Sementara Kantor Cabang Persetujuan Pembukaan Kantor Cabang Multilateral Persetujuan sebagai Peserta SPA Persetujuan Pendaftaran Sertifikat Pedagang Berjangka Persetujuan Pemberhentian Direktur Kepatuhan Persetujuan Izin Wakil Pialang Berjangka Persetujuan Perubahan Pengurus Pialang Berjangka Persetujuan Penerimaan Nasabah Elektronik On-Line Persetujuan Penutupan Kantor Cabang Pialang Berjangka Persetujuan Penghentian Sementara Kantor Pusat Pialang Berjangka Persetujuan Penghentian Sementara Kantor Cabang Pialang Berjangka Ketentuan Tingkat Layanan (SLA) 12 3 hari 32 hari 15 13 hari 22 hari 22 13 hari 22 hari 5 4 hari 32 hari 3 1 hari 32 hari 1 3 hari 22 hari 5 5 hari 3 6 hari 188 1 hari 22 hari 11 8 hari 22 hari 3 5 hari 22 hari 3 7 hari 1 7 hari 5 8 hari 22 hari 22 hari 14 hari 9 hari 22 hari LAK BAPPEBTI 2016 15 03 Akuntabilitas Kinerja No Jenis Perijinan Jumlah Rata2 Perijinan Waktu Pemrosesan 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Persetujuan Penyaluran Amanat Luar Negeri Pialang Berjangka Persetujuan Perubahan Nama Pialang Berjangka Persetujuan Perubahan Pemegang Saham Pedagang Berjangka Persetujuan Perpindahan Wakil Pialang Berjangka Persetujuan Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka Primer Perusahaan Persetujuan / Tanggapan Kegiatan Promosi atau Iklan Persetujuan Perubahan Nama Pedagang Berjangka Persetujuan Perubahan Pengurus Pedagang Berjangka Jumlah Perijinan / Rata-rata Pemrosesan Perijinan Ketentuan Tingkat Layanan (SLA) 32 hari 1 10 hari 2 9 hari 22 hari 1 3 hari 22 hari 85 6 hari 22 hari 1 4 hari 22 hari 32 3 hari 22 hari 1 7 hari 22 hari 2 11 hari 22 hari 406 Sumb er: Biro Pemb inaan dan Pengemb angan Pasar, Bapeb ti Apabila dibandingkan dengan tahun 2016 terdapat beberapa jenis perizinan yang lama proses penyelesaiannya mengalami peningkatan jumlah hari dan ada juga yang mengalami penurunan jumlah hari. Bertambahnya jumlah hari pada jenis perizinan tertentu di tahun 2016 antara lain dipengaruhi oleh jumlah permohonan yang masuk dan juga disebabkan karena adanya proses fit & proper pengurus atau pemegang saham perusahaan yang harus dilalui sehingga semakin banyak pengurus atau pemegang saham yang melalui proses fit & proper maka jumlah hari penyelesaian perizinan akan semakin lama. Berikut tabel percepatan jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar dari tahun 2012 s.d 2016: LAK BAPPEBTI 2016 16 03 Akuntabilitas Kinerja Tabel 3.4 Percepatan jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK No Tahun Target Capaian Prosentase Capaian 1. 2012 25 hari 20 hari 120% 2. 2013 22 hari 17 hari 122.72% 3. 2014 20 hari 10 hari 150% 4. 2015 20 hari 11 hari 145% 5. 2016 20 hari 6 hari 333% Sumber Data : Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar, 2016 Dari tabel diatas terlihat bahwa target jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK selama 5 tahun terakhir semakin dipercepat untuk lebih meningkatkan pelayanan perizinan Bappebti, sedangkan untuk pencapaian targetnya dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2016 sudah ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena perhitungan jumlah hari dimaksud sangat tergantung dari jenis permohonan izin yang diajukan oleh pelaku usaha dimana lamanya waktu penyelesaian perizinan ini berbeda-beda dan bisa mencapai maksimum 32 hari berdasarkan Keputusan Kepala Bappebti Nomor : 86/BAPPEBTI/KP/12/2010 tentang jenis perizinan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) . Untuk 2 (dua) tahun kedepan target jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK yang akan ditetapkan disesuaikan dengan Renstra Tahun 2015-2019 yaitu 19 hari pada tahun 2017 & 2018. Untuk mencapai target tersebut, langkah yang akan diambil adalah dengan terus menambah dan mengembangkan sistem perizinan online PBK sehingga diharapkan proses perizinan dapat diselesaikan dengan lebih cepat, efektif dan efisien. Keberhasilan Bappebti dalam memenuhi target 20 hari karena didukung oleh para pelaku usaha yang kooperatif dalam memenuhi persyaratan perizinan/persetujuan sesuai peraturan yang berlaku, serta didukung dengan adanya pengembangan pada Sistem Aplikasi Perizinan Online sehingga Bappebti dapat melayani dan mewajibkan pengajuan izin secara online untuk 2 (dua) jenis perizinan PBK yaitu: izin Wakil Pialang Berjangka dan Sertifikat Pedagang Berjangka di tahun 2016. Bappebti akan menambah 1 jenis izin/persetujuan usaha pialang berjangka yang dapat dilakukan secara online sehingga saat ini terdapat 3 izin/persetujuan yang dapat diajukan dan LAK BAPPEBTI 2016 17 03 Akuntabilitas Kinerja diproses secara online. Untuk mengajukan perizinan/persetujuan melalui sistem perizinan online Bappebti, pemohon harus memiliki hak akses berupa user name dan password yang dapat diperoleh setelah melakukan registrasi pada sistem INATRADE. Pelaksanaan kegiatan Pemrosesan Perizinan Pelaku Usaha PBK ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, antara lain : Pelaksanaan Fit & Proper Test, dimana pada tahun 2016 telah direncanakan untuk dilaksanakan sebanyak 30 kali dan terealisasi sebanyak 30 kali. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Dalam Kota, dimana kegiatan ini direncanakan untuk dilaksanakan sebanyak 23 kali dan terealisasi sebanyak 30 kali, realisasi melebihi target. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Luar Kota, dimana kegiatan ini direncanakan untuk dilaksanakan sebanyak 20 kali, dan terealisasi melebihi target sebanyak 25 kali sehingga melebihi target dikarenakan menyesuaikan permohonan pemeriksaan fisik dari perusahaan pialang. Jika melihat target indikator ini dalam beberapa tahun ke depan yang tercantum dalam dokumen RENSTRA Bappebti Tahun 2015 – 2019, dimana pada tahun 2017 dan tahun 2018 ditargetkan sebesar masing – masing 19 hari, maka Bappebti optimis dapat memenuhi target yang ditetapkan dengan melihat capaian atas indikator ini pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 yang mampu diselesaikan dalam waktu paling lama 17 hari, 10 hari, 11 hari dan 6 hari. Dalam mendukung pencapaian kinerja jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK, Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar melaksanakan kegiatan Pengembangan Layanan Perizinan. Kegiatan ini ditujukan untuk mengelola sistem Periszinan online dan Sistem Informasi Pelaku Usaha PBK dalam rangka meningkatkan pelayanan perizinan. Output untuk kegiatan ini adalah Pengelolaan SIstem Perizinan Online dan Pengelolaan Sistem Informasi Pelaku Usaha PBK. LAK BAPPEBTI 2016 18 03 Akuntabilitas Kinerja IK-2: Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL Pasar Lelang Komoditas berfungsi sebagai sarana pemasaran komoditi yang efisien dan berperan dalam pembentukan harga yang wajar, adil dan transparan. Keberadaan Pasar Lelang Komoditas dapat menjadi wadah untuk mempertemukan secara langsung pembeli dengan penjual dalam upaya memperpendek mata rantai perdagangan dengan harapan terwujudnya sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien. Tabel 3.5 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2 No 1. Indikator Kinerja Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL Rencana Tingkat Capaian 4% Realisasi Capaian (%) 4,33 108,25 Sumber: Pusat Registrasi (diolah Biro Pembinaan Dan Pengaw asan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas) Tabel 3.6 Perbandingan Pelaksanaan Pasar Lelang sejak tahun 2013 sd tahun 2016 Tahun 2013 2014 2015 2016 Jumlah Penyelenggara 15 15 15 15 Pelaksanaan Lelang 107 114 82 86 3 Besar Komoditi Beras, Jagung Beras, Jagung Beras, Jagung Jagung, Beras dan dan dan dan Sapi Sapi Jahe Mente Sumber Biro Pembinaan Dan Pengaw asan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas Pada tabel diatas terlihat bahwa pelaksanaan lelang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya ini menunjukan bahwa pasar lelang mengalami sedikit kemajuan . Perlu di tambahkan bahwa pada tahun 2016 ini telah di luncurkan Integrasi Pasar Lelang Komoditas dengan Sistem Resi Gudang yang penyelenggara Pasar Lelang Komoditasnya adalah PT POS Indonesia, penyelenggaraan PLK oleh PT POS dilaksanakan secara Online dengan Sistem Pasar Lelang Terpadu yang telah diluncurkan pada tanggal 5 Desember 2016 bertempat di Pendopo Bupati Cianjur yang dihadiri oleh Menkoperonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Gubernur Jawa Barat dan Bupati Cianjur . Dalam pencapaian target terdapat beberapa kendala ataupun hambatan di lapangan, yaitu: 1. Belum seluruh penyelenggara Pasar Lelang Komoditas menerapkan sistem penjaminan transaksi sehingga masih terbuka kemungkinan terjadinya gagal serah / gagal bayar; LAK BAPPEBTI 2016 19 03 Akuntabilitas Kinerja 2. Ketergantungan biaya untuk mendatangkan peserta/pembeli yang mengindikasikan bahwa pelaku usaha masih belum melihat Pasar Lelang komoditas sebagai suatu sarana perdagangan yang menarik; 3. Belum diterapkannya standar mutu atas komoditas yang diperdagangkan sehingga daya tawar petani / penjual cenderung rendah dan tidak dapat memperoleh nilai tambah yang tinggi; 4. Kelembagaan penyelenggaraan Pasar Lelang Komoditas belum terbentuk sempurna dan ketergantungan APBN/APBD untuk biaya operasional; 5. Belum diimplementasikannya Sistem Informasi yang terintegrasi. Upaya/tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai target adalah: 1. Penyempurnaan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 650/MPP/Kep/10/2004 melalui Peraturan Presiden sebagaimana amanat UU No 7/2014; 2. Melakukan Revitalisasi Pasar Lelang meliputi kelembagaan dan penjaminan transaksi pada seluruh penyelenggara Pasar Lelang Komoditas; 3. Mengoptimalkan sinergitas Pasar Lelang dengan Sistem Resi Gudang, antara lain melalui implementasi Pasar Lelang Online yang dapat memasarkan seluruh komoditas yang disimpan dalam gudang SRG; 4. Peningkatan literasi Pasar Lelang melalui Sosialisasi dan diseminasi informasi; 5. Mengimplementasikan Sistem Informasi Pasar Lelang yang dapat mengintegrasikan data anggota, transaksi dan informasi pasar dari seluruh penyelenggara Pasar Lelang Komoditas secara nasional dan 6. Mendorong Pemda untuk menerbitkan Perda yang mengatur perdagangan komoditas melalui Pasar Lelang Komoditas. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2016 untuk mendukung pencapaian target indikator tersebut adalah: (1) Konsolidasi dan penguatan kelembagaan revitalisasi Penyelenggara dan Pelaku Usaha Pasar Lelang (2) transaksi Pasar Lelang (3) Pengolahan data Pertemuan Teknis Revitalisasi Pasar Lelang (4) Pengembangan Sistem Informasi PL Terpadu Jika melihat target indikator ini dalam beberapa tahun ke depan yang tercantum dalam dokumen RENSTRA Bappebti Tahun 2015 – 2019, dimana pada tahun 2017 dan tahun 2018 ditargetkan sebesar 7 dan 9%, maka Bappebti optimis dapat memenuhi target yang ditetapkan. LAK BAPPEBTI 2016 20 03 Akuntabilitas Kinerja Gambar 3.2 Peluncuran Integrasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditas Di Cianjur pada tanggal 5 Desember 2016 Sumber: Bappebti IK-3: Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya Indikator Kinerja yang ditargetkan untuk IK-2 sebanyak 62 perusahaan dan untuk realisasinya berhasil mencapai 81 perusahaan atau berhasil memberikan capaian sebesar 130,64% terhadap kinerja Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik. Capaian target sebanyak 81 perusahaan ini terdiri dari 61 perusahaan yang dievaluasi laporan kegiatannya dan 20 perusahaan yang diverifikasi dan dievaluasi pelaporan keuangannya. Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 3 No 1. Indikator Kinerja Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya Rencana Tingkat Capaian Realisasi 62 perusahaan 81 perusahaan Capaian (%) 130,64 Sumber: Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik (diolah) Berikut target dan capaian terkait evaluasi kegiatan dan Pelaporan Keuangan pelaku usaha PBK dari tahun 2012 s.d 2016 : LAK BAPPEBTI 2016 21 03 Akuntabilitas Kinerja Tabel 3.8 Evaluasi Kegiatan dan Pelaporan Keuangan Pelaku Usaha PBK Capaian L.Keg Capaian L.Keu Rata-Rata Prosentase Capaian 89% 93,82% 94,05% 156.14% 92% 93% 92.5% 91,58% 99.50% 2014 92% 95% 92.24% 93% 100.67% 4. 2015 57 perusahaan 72 Perusahaan 126,3% 5. 2016 62 perusahaan 81 Perusahaan 130,64% No Tahun Target L.Keg 1. 2012 88% 2. 2013 3. Target L.Keu Sumber Data : Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik, 2016 Ket : L.Keg : Kepatuhan penyampaian laporan kegiatan pelaku usaha PBK L.Keu : Kepatuhan penyampaian laporan keuangan Pialang Berjangka Sebelum Tahun 2015 indikator yang terkait dengan evaluasi kegiatan dan Pelaporan Keuangan pelaku usaha terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu “Persentase kepatuhan penyampaian laporan kegiatan pelaku usaha PBK” dan “Persentase kepatuhan penyampaian laporan keuangan Pialang Berjangka”. Target yang ditetapkan untuk indikator evaluasi kegiatan dan Pelaporan Keuangan pelaku usaha PBK dalam bentuk persentase dan pencapaiannya rata-rata diatas 90%. Di tahun 2015, berdasarkan masukan dari Biro Perencanaan dan bagian program Bappebti, indikator ini dilebur menjadi satu agar lebih terukur sehingga targetnya berubah dari persentase menjadi perusahaan dimana capaiannya di tahun 2015 sebesar 126,3%. Bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 yaitu 130,64% maka terjadi peningkatan capaian sebesar 4.34%. Peningkatan ini disebabkan karena bertambahnya jumlah perusahaan yang diverifikasi laporan keuangannya dan meningkatnya jumlah perusahaan yang menyampaikan laporan kegiatannya. Untuk 2 (dua) tahun kedepan target jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan Pelaporan Keuangannya yang akan ditetapkan disesuaikan dengan Renstra Tahun 2015-2019 yaitu 69 perusahaan pada tahun 2017 dan 76 perusahaan pada tahun 2018. Untuk mencapai target tersebut, langkah yang akan diambil antara lain : LAK BAPPEBTI 2016 22 03 Akuntabilitas Kinerja Meningkatkan pemantauan dan evaluasi Laporan kegiatan dan membangun komunikasi yang baik dengan Pelaku Usaha untuk selalu menyampaikan laporan kegiatannya sesuai dengan aturan yang berlaku; dan Meningkatkan jumlah perusahaan yang dievaluasi kegiatan dan Pelaporan Keuangannya serta membuat rencana penjadwalan sesuai dengan yang ditargetkan dan berkomitmen menjalankan jadwal tersebut Secara lebih rinci, capaian evaluasi kegiatan Pelaku usaha PBK dapat dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 3.9 Penyampaian Laporan Kegiatan Pelaku Usaha PBK NO. Periode WL TW TTW TM TW + TTW 1 Bul an Desember 2015 66 57 5 4 62 2 Bul an Januari 2016 66 57 5 4 62 3 Bul an Februari 2016 66 54 6 6 60 4 Bul an Maret 2016 67 54 8 5 62 5 Bul an April 2016 65 52 9 4 61 6 Bul an Mei 2016 66 51 13 2 64 7 Bul an Juni 2016 65 50 12 3 62 8 Bul an Juli 2016 65 54 7 4 61 9 Bul an Agustus 2016 65 54 6 5 60 10 Bul an September 2016 65 49 9 7 58 11 Bul an Oktober 2016 64 48 9 7 57 12 Bul an November 2016 64 55 7 2 62 53 8 4 61 Rata-Rata Sumber Data : Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik, 2016 Keterangan : WL : Wajib Lapor, TW : Tepat Waktu, TTW : Tidak Tepat Waktu, TM : Tidak Meny ampaikan Pencapaian Indikator Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan Pelaporan Keuangannya didukung oleh 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan pemantauan dan evaluasi kegiatan Pelaku Usaha PBK yang capaiannya pada tahun 2016 sebanyak 61 perusahaan dari target 50 Perusahaan atau sebesar 122% dan kegiatan analisa dan verifikasi laporan keuangan pelaku usaha PBK yang LAK BAPPEBTI 2016 23 03 Akuntabilitas Kinerja capaiannya pada tahun 2016 sebanyak 20 perusahaan dari target 12 perusahaan atau sebesar 166,67%. a. Pemantauan dan Evaluasi Pelaku Usaha PBK Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun berbagai informasi tentang kegiatan para pelaku usaha PBK sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan kegiatan setiap pelaku usaha selama periode tertentu. Selama tahun 2016, rata-rata jumlah perusahaan pialang berjangka yang menyampaikan Laporan Direktur Kepatuhan setiap bulannya sebanyak 61 (enam puluh satu) perusahaan. Target tahun 2016 untuk indikator Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya adalah 62 (enam puluh dua) perusahaan, dimana dari jumlah tersebut target jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya adalah sebesar 50 (lima puluh) perusahaan. Jika dilihat dari capaian dan target yang ditetapkan maka pencapaian jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 122%. Keberhasilan pencapaian tersebut dikarenakan adanya pembinaan yang dilakukan Bappebti terhadap para Direktur Kepatuhan (DK) Pialang Berjangka dengan membangun komunikasi melalui kunjungan kerja yang dilakukan oleh Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti secara berkesinambungan. Capaian jumlah pelaku usaha PBK yang menyampaikan Laporan Kegiatan dihitung dari akumulasi rata-rata perbulan dari laporan yang disampaikan oleh pelaku usaha baik yang Tepat Waktu (TW) maupun Tidak Tepat Waktu (TTW). Selama tahun 2016, perusahaan yang tidak menyampaikan Laporan Direktur Kepatuhan Pialang Berjangka sebagai berikut: NO. Tabel 3.10 Perusahaan Pialang Berjangka Yang Tidak Menyampailkan Laporan Direktur Kepatuhan Tahun 2016 Perusahaan 1 Bimasakti Berjangka 2 Cerdas Indonesia Berjangka 3 Equilibrium Komoditi Berjangka 4 Inter Pan Pasifik Futures 5 International Business Futures 6 Jav a Global Futures 7 Jireh Trillions Berjangka Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov LAK BAPPEBTI 2016 Des 24 03 Akuntabilitas Kinerja NO. Perusahaan 8 Millenium Prudent Futures 9 Multi Mulia Inv estama Berjangka 10 Ong First Tradition Futures 11 Pacific Duaribu Futures 12 PG Berjangka 13 Premier Equity Futures 14 Realtime Futures 15 Roy al Trust Futures 16 Straits Futures Indonesia 17 Trijay a Pratama Futures 18 United Asia Futures 19 Valbury Asia Futures Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Sumber Data : Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik, 2016 Berdasarkan tabel diatas, terdapat 19 (sembilan belas) perusahaan yang tidak menyampaikan Laporan Direktur Kepatuhan Pialang Berjangka selama tahun 2016. 2 (dua) perusahaan tertinggi yang tidak menyampaikan laporan adalah PT. Bimasakti Berjangka sebanyak 12 (dua belas) bulan dan PT. Equilibrium Komoditi Berjangka sebanyak 7 (tujuh) bulan; Berdasarkan laporan yang telah direkapitulasi yaitu Rekapitulasi Evaluasi Penyampaian Laporan Direktur Kepatuhan, tidak terdapat perubahan dari Januari – Desember 2016 untuk content yang terkait dengan: a. Marketing & Penerimaan Nasabah, b. Penanganan Order Nasabah, c. Pengelolaan Rekening Terpisah, d. Pelaksanaan Transaksi, e. Pencatatan & Pelaporan, f. Pemenuhan Terhadap Peraturan, g. Hak & Kewajiban Pialang, h. Kelengkapan Dokumen Pengaduan Nasabah, i. Perkembangan Penyelesaian Kasus, dan j. Pengaduan Baru. LAK BAPPEBTI 2016 25 03 Akuntabilitas Kinerja b. Analisa dan Verifikasi Laporan Keuangan Pelaku Usaha PBK Dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap integritas keuangan Pelaku Usaha dan kepatuhan penyampaian laporan keuangan Pelaku Usaha PBK dalam hal ini Pialang Berjangka, Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik memiliki peran untuk mengawasi dan memantau apakah pelaporan keuangan yang disampaikan oleh Pialang Berjangka sudah tepat waktu dan isi dari laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yang diwajibkan oleh Bappebti, seperti pemenuhan atas nilai modal disetor, nilai ekuitas dan nilai Modal Bersih Disesuaikan. Hal tersebut di atas sesuai dengan Pasal 6 huruf k. UU No 10 Tahun 2011 yaitu menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin usaha berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. Pada Tahun 2016, jumlah pelaksanaan analisa dan verifikasi laporan keuangan yang dilakukan di lapangan sebanyak 20 (dua puluh) kali. Target tahun 2016 untuk indikator Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya adalah 62 (enam puluh dua) perusahaan, dimana dari jumlah tersebut target jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya adalah sebesar 12 (dua belas) perusahaan. Jika dilihat dari capaian dan target yang ditetapkan maka pencapaian jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi pelaporan keuangannya telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 166,67%. Berdasarkan hasil evaluasi pelaporan keuangan yang dilakukan, Kepatuhan Penyampaian Laporan Keuangan Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka pada tahun 2016 adalah sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 3.11 Hasil Rekapitulasi Laporan Keuangan Pialang Berjangka 2016 No Periode TW+TTW WL TW TTW TM 1 Bulan Desember 2015 66 63 1 2 64 2 Bulan Januari 2016 83 80 1 1 81 3 Bulan Februari 2016 83 81 0 1 81 LAK BAPPEBTI 2016 26 03 Akuntabilitas Kinerja 2016 No Periode TW+TTW WL TW TTW TM 4 Bulan Maret 2016 84 83 1 0 84 5 Bulan April 2016 80 77 3 0 80 6 Bulan Mei 2016 81 80 1 0 81 7 Bulan Juni 2016 80 80 0 0 80 8 Bulan Juli 2016 81 81 0 0 81 9 Bulan Agustus 2016 81 81 0 0 81 10 Bulan September 2016 81 81 0 0 81 11 Bulan Oktober 2016 80 80 0 0 80 12 Bulan November 2016 80 79 0 1 79 80 79 1 0 80 Rata-Rata Sumber Data : Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik, 2016 Keterangan : WL : Wajib Lapor, TW : Tepat Waktu, T : Tidak Tepat Waktu, dan TM : Tidak Meny ampaikan Sedangkan dari hasil verifikasi atas laporan keuangan Pialang Berjangka, diperoleh hasil antara lain sebagai berikut: 1) Adanya pemberian pinjaman kepada pihak yang terafiliasi/pemegang saham; 2) Masih ditemui adanya kesalahan dalam penghitungan nilai MBD; dan 3) Adanya kesalahan dalam melakukan penilaian (pengkuran) nilai deposito berjangka dan surat berharga yang dimiliki oleh Pialang Berjangka. LAK BAPPEBTI 2016 27 03 Akuntabilitas Kinerja IK-4: Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan pada kepentingan masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang merugikan serta memberikan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka, maka Bappebti setiap waktu harus mengikuti perkembangan pasar berjangka serta melakukan pengkajian terhadap keadaan yang terjadi tersebut atau peraturan yang ada untuk pembuatan atau penyempurnaan peraturan yang ada. Pada tahun 2016, ditargetkan jumlah peraturan-peraturan di bidang PBK, SRG, dan PL dikeluarkan sebanyak 9 (sembilan) peraturan. Dalam pelaksanaannya dapat direalisasikan sebanyak 14 (empat belas) peraturan Kepala Bappebti atau dalam presentase sebesar 155,55% yang merupakan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Peraturan Kepala Bappebti di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan di bidang Pasar Lelang, dan Surat Edaran Kepala Bappebti. Tabel 3.12 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 4 Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian (%) Penyusunan Peraturan Perundangundangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 14 peraturan 155,55% No 1. Sumber: Biro Peraturan Perundang - undangan dan Penindakan (diolah) Adapun 14 (empat belas) Peraturan yang dapat direalisir pada tahun 2016 yaitu: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang; 2. Peraturan Presiden tentang Penataan, Pembinaan, dan Pengembangan Pasar Lelang Komoditas yang telah siap diharmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yakni Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35/M-DAG/PER/5/2016 tentang Perubahan kedua DAG/PER/11/2011 atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M- tentang Barang yang dapat disimpan di Gudang dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang; 4. Peraturan Kepala Bappebti, yakni Peraturan Kepala Bappebti Nomor 1 Tahun 2016 tentang tentang Pedoman Pemeriksaan Teknis Dalam Rangka Audit Di Bidang Perdagangan Berjangka LAK BAPPEBTI 2016 28 03 Akuntabilitas Kinerja 5. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 2 Tahun 2016 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Pialang Berjangka; 6. Surat Edaran Kepala Bappebti Kepala Bappebti Nomor 32/BAPPEBTI/SE/03/2016 tentang Perpanjangan Pembatasan Perizinan dalam Sistem Perdagangan Alternatif 7. Surat Edaran Kepala Bappebti Nomor 132/BAPPEBTI/SE/06/2016 tentang Pemberlakuan Aplikasi Pengaduan Nasabah Secara Online. 8. Surat Edaran Kepala Bappebti yang telah ditetapkan, yakni Surat Edaran Kepala Bappebti Nomor 147/BAPPEBTI/SE/07/2016 tentang Penjelasan Teknis Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 125/BAPPEBTI/PER/11/2015 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Nasabah 9. Surat Edaran Kepala Bappebti Nomor 155/BAPPEBTI/SE/08/2016 tentang Sanksi Administratif Atas Penempatan Margin untuk Pelaksanaan Transaksi di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi. 10. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penetapan Daftar Bursa dan Kontrak Berjangka Luar Negeri dalam rangka Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri. 11. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 4 Tahun 2016 tentang Persyaratan Umum Dan Persyaratan Teknis Gudang Tertutup Dalam Sistem Resi Gudang. 12. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 5 Tahun 2016 tentang Penyelenggaran Pasar Lelang Komoditas Dengan Menggunakan Sistem Pasar Lelang Terpadu. 13. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 6 Tahun 2016 tentang Persetujuan Lembaga Kliring Dan Penjaminan Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (Forward) 14. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 7 Tahun 2016 tentang Kewajiban Penyampaian Catatan Kegiatan Transaksi Dan Laporan Keuangan Bagi Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015, terjadi penurunan sebesar 1 peraturan. Dimana pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 9 (sembilan) peraturan yang terealisasi adalah 15 (lima belas) peraturan (166,66%). LAK BAPPEBTI 2016 29 03 Akuntabilitas Kinerja Tabel 3.13 Target dan Realisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL Tahun 2015-2016 2015 Indikator Kinerja Utama Penyusunan Peraturan Perundangundangan di bidang PBK, SRG dan PL 2016 Target Capaian % Realisasi 9 Peraturan 15 Peraturan 166,66 % Target Capaian % Realisasi 9 Peraturan 14 peraturan 155,55% Sumber: Biro Peraturan Perundang - undangan dan Penindakan (diolah) Adapun 15 (lima belas) Peraturan Kepala Bappebti yang dapat direalisir pada tahun 2015 yaitu: 1. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 19/BAPPEBTI/PER-SRG/01/2015 tentang Persyaratan dan Tata Cara Untuk Memperoleh Persetujuan Sebagai Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Sistem Resi Gudang; 2. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 04/BAPPEBTI/PER-PL/01/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 03/BAPPEBTI/PER-PL/01/2014 Tentang Persetujuan Penyelenggara Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (Forward); 3. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 115/BAPPEBTI/PER/03/2015 tentang Tata Cara Penggunaan Dana Kompensasi; 4. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 116/BAPPEBTI/PER/03/2015 tentang Larangan Memberikan Pinjaman Kepada Pihak Terafiliasi di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi; 5. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015 tentang Penempatan Margin Untuk Pelaksanaan Transaksi di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi; 6. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 119/BAPPEBTI/PER/03/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 106/BAPPEBTI/PER/10/2013 Tentang Kewajiban Pelaporan Keuangan dan Ketentuan Modal Bersih Disesuaikan Bagi Pialang Berjangka; 7. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 120/BAPPEBTI/PER/03/2015 tentang Pengelolaan Rekening Yang Terpisah (Segregated Account) Pialang Berjangka; LAK BAPPEBTI 2016 30 03 Akuntabilitas Kinerja 8. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015 tentang Petunjuk Teknis Perdagangan Timah Murni Batangan Untuk Tujuan Ekspor Melalui Bursa Timah; 9. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 122/BAPPEBTI/PER/07/2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perdagangan Timah Murni Batangan Melalui Bursa Timah; 10. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 123/BAPPEBTI/PER/08/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 90/Bappebti/Per/10/2011 Tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Dan/Atau Kontrak Derivatif Lainnya yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka; 11. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 20/BAPPEBTI/PER-SRG/05/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 18/BAPPEBTI/PER-SRG/10/2014 Tentang Spesifikasi Teknis Pengamanan Blanko Resi Gudang; 12. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 21/BAPPEBTI/PER-SRG/07/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 15/BAPPEBTI/PER-SRG/07/2012 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Untuk Memperoleh Persetujuan Sebagai Pengelola Gudang; 13. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 124/BAPPEBTI/PER/10/2015 tentang Kode Etik Pemeriksa di Lingkungan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; 14. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 125/BAPPEBTI/PER/11/2015 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Nasabah; 15. Peraturan Kepala Bappebti Nomor 126/BAPPEBTI/PER/12/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 62/BAPPEBTI/Per/3/2008 Tentang Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka. Jika melihat target indikator ini dalam beberapa tahun ke depan yang tercantum dalam dokumen RENSTRA Bappebti Tahun 2015 – 2019, dimana pada tahun 2017 dan tahun 2018 ditargetkan sebesar masing – masing 9 peraturan, maka Bappebti optimis dapat memenuhi target yang ditetapkan dengan melihat capaian atas indikator ini pada tahun 2015 dan 2016 yang mampu menghasilkan 15 dan 14 peraturan . LAK BAPPEBTI 2016 31 03 Akuntabilitas Kinerja IK-5: Pertumbuhan Volume Transaksi PBK Industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka pertama di Indonesia, yaitu PT Bursa Berjangka Jakarta yang kemudian diikuti dengan berdirinya Bursa Berjangka yang kedua, yaitu PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia pada tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri PBK di Indonesia memiliki potensi yang baik dalam menunjang perekonomian bangsa khususnya dalam memfasilitasi para pelaku usaha (eksportir/importir) dalam melakukan lindung nilai (hedging) atas transaksinya Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 5 No 1. Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian (%) 4% 6,40% 160% Pertumbuhan volume transaksi PBK Sumber: PT BBJ & BKDI (diolah Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik) Pada tahun 2016 Bappebti telah menetapkan target atas indikator ini sebesar 4%. Dalam perjalanannya sampai dengan 31 Desember 2016, jumlah volume transaksi PBK telah tercatat sebanyak 7.012.220 lot atau bertumbuh sebesar 6,40% dari volume transaksi pada periode yang sama di tahun 2015 yaitu sebanyak 6.590.530 lot atau telah melebihi target yang ditetapkan. Dengan demikian, capaian atas indikator ini adalah sebesar 160%. IK-2 bila dibandingkan dengan pencapaian di tahun sebelumnya mengalami sedikit penurunan dari 7,11 % menjadi 6,40 %. Tabel 3.15 Target dan Realisasi Pertumbuhan Volume Transaksi PBK Tahun 2015-2016 Indikator Kinerja Utama Pertumbuhan volume transaksi PBK 2015 2016 Target Capaian % Realisasi Target Capaian % Realisasi 2% 7,11 % 355,5 % 4% 6,40% 160% Sumber: Biro Pengaw asan Pasar Berjangka dan Fisik LAK BAPPEBTI 2016 32 03 Akuntabilitas Kinerja Tabel 3.16 Perkembangan Volume Transaksi PBK Tahun 2013 – 2016 JENIS KONTRAK 2014 2015 2013 VOLUME VOLUME PERUB VOLUME PERUB (LOT) (LOT) (%) (LOT) (%) 2016 VOLUME PERUB (%) (LOT) KONTRAK MULTILATERAL BBJ 326,855 412,199 26.11 700,261 69.88 882,755 26.06 KONTRAK MULTILATERAL BKDI 935,717 696,976 -25.51 580,540 -16.71 564,198 -2.81 TOTAL KONTRAK MULTILATERAL (BBJ + BKDI) 1,262,572 1,109,175 -12.15 1,280,801 15.47 1,446,953 12.97 KONTRAK SPA BBJ 4,195,278 3,192,699 -23.90 3,604,889 12.91 4,145,962 15.01 KONTRAK SPA BKDI 1,416,148 1,851,135 30.72 1,704,840 -7.90 1,419,305 -16.75 TOTAL KONTRAK SPA (BBJ + BKDI) 5,611,426 5,043,834 -10.11 5,309,729 5.27 5,565,267 4.81 TOTAL VOLUME TRANSAKSI BBJ 4,522,133 3,604,898 -20.28 4,305,150 19.43 5,028,717 16.81 TOTAL VOLUME TRANSAKSI BKDI 2,351,865 2,548,111 TOTAL VOLUME TRANSAKSI PBK 6,873,998 6,153,009 -10.49 6,590,530 8.34 2,285,380 -10.31 1,983,503 -13.21 7.11 7,012,220 6.40 Sumber: PT BBJ dan PT BKDI (diolah Biro Perniagaan) s.d Desember 2016 Berdasarkan tabel diatas, PT. Bursa Berjangka Jakarta (PT. BBJ) membukukan transaksi tertinggi selama tahun 2016 yaitu sebanyak 5,02 juta lot atau meningkat 16,81% dibanding tahun 2015. Transaksi multilateral yang tercatat di PT. BBJ sebanyak 0,88 juta lot atau meningkat 26,06%, sedangkan transaksi bilateral tercatat sebanyak 4,14 juta lot atau hanya naik 15,01%. Untuk PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (PT. BKDI) membukukan transaksi pada tahun 2016 sebanyak 1,98 juta lot atau turun 13,21% dibanding tahun 2015. Transaksi multilateral yang tercatat di PT. BKDI sebanyak 0,56 juta lot atau turun 2,81%, sedangkan transaksi bilateral tercatat sebanyak 1,41 juta lot atau turun 16,75%. Dengan pertumbuhan 12,97% pada tahun 2016, transaksi multilateral sudah mulai menjadi primadona para nasabah PBK di Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pada periode Tahun 2016 untuk mendukung pencapaian target adalah melalui pengawasan transaksi PBK. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memastikan bahwa transaksi yang tercatat oleh pelaku pasar sesuai dengan data dan informasi yang dimiliki oleh regulator. Selain itu, untuk memantau dan mengawasi indikasi-indikasi pelanggaran transaksi yang dilakukan oleh para pelaku pasar tersebut baik Pialang Berjangka maupun Pedagang Berjangka. Dalam rangka meningkatkan transaksi PBK khususnya transaksi multilateral, telah dilakukan 2 kali pertemuan teknis dengan tema Optimalisasi Transaksi Multilateral Kontrak Berjangka yang diselenggarakan di Bandung dan Jakarta yang dihadiri oleh pelaku usaha di bidang PBK (Pialang Berjangka, Pedagang LAK BAPPEBTI 2016 33 03 Akuntabilitas Kinerja Berjangka, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka), Kementerian pertanian, dan Kementerian ESDM. Gambar 3.3 Pertemuan Pelaku Usaha PBK mengenai Optimalisasi Transaksi Multilateral Kontrak Berjangka di Jakarta tanggal 15-16 Desember 2016 Dalam pencapaian target IK-5 terdapat beberapa kendala ataupun hambatan di lapangan, yaitu: 1. Kontrak berjangka yang diperdagangkan dinilai kurang menarik bagi pelaku usaha sehingga mengakibatkan pasar tidak likuid. 2. Kurangnya Koordinasi dengan instansi terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian BUMN, dan pihak terkait lainnya. 3. Kurangnya pemahaman para pelaku komoditi terkait transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), khususnya transaksi Multilateral 4. Pelaksanaan sosialisasi PBK yang dilakukan masih belum optimal karena kurang tepat sasaran Upaya/tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai target adalah: 1. Kontrak berjangka yang kurang likuid, perlu di evaluasi kembali dan disesuaikan dengan kondisi pasar. LAK BAPPEBTI 2016 34 03 Akuntabilitas Kinerja 2. Perlu meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, salah satunya dengan membuat MOU dengan Kementerian BUMN terkait keterlibatan PTPN dalam industri PBK 3. Sosialisasi yang dilakukan perlu lebih difokuskan untuk para pelaku komoditi fisik 4. Peran serta Bursa Berjangka untuk melakukan edukasi harus ditingkatkan Dengan memperhatikan tingkat capaian Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi Tahun 2016 sebesar 6,40% dan melihat besaran target Tahun 2017 dan 2018 sebesar 5 dan 7 %, maka maka Bappebti optimis dapat memenuhi target yang ditetapkan yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis (Renstra). IK-6: Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif Sejak diterbitkannya Undang-Undang No 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang kemudian diubah dengan UU No 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 9 Tahun 2006, maka pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG) telah resmi dipergunakan sebagai salah satu instrumen bagi para pelaku usaha khususnya petani/kelompok tani dalam melakukan penyimpanan barang dalam rangka tunda jual dan perolehan kredit dari Bank. Salah satu indikator utama meningkatnya pembinaan dan pengawasan Sistem Resi Gudang adalah meningkatnya jumlah nilai Resi Gudang yang diterbitkan. Pada Tahun 2016 Bappebti menargetkan pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif sebesar 13 %, dan dalam perjalanannya sampai dengan akhir Desember Tahun 2016 realisasi atas target dimaksud adalah sebesar 9,43 % atau 72,54% dari target, dimana nilai Resi Gudang yang diterbitkan di tahun 2016 adalah sebesar Rp 493.034.247.217 lebih tinggi dari nilai Resi Gudang yang diterbitkan pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 450.458.959.317. Tabel 3.17 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 6 No 1. Indikator Kinerja Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan Rencana Tingkat Capaian 13 % Realisasi Capaian (%) 9,43 % 72,54 % Sumber: Pusat Registrasi (diolah Biro Pembinaan Dan Pengaw asan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas) Pada periode Tahun 2016 realisasi pencapaian target indikator Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif adalah sebesar 72,54% LAK BAPPEBTI 2016 35 03 Akuntabilitas Kinerja Angka tersebut didapatkan dengan membandingkan Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif pada tahun 2016 yang sebesar 9,43 % dengan Target Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan tahun 2016 sebesar 13%. Tabel 3.18 Perkembangan Nilai Resi Gudang yang Diterbitkan Tahun 2014 – 2016 2014 Tahun 2015 2016 Target Nilai RG yang diterbitkan (kumulatif) Pertumbuhan Nilai Transaksi RG (Miyar Rp) Pertumbuhan Nilai Transaksi RG (%) Capaian Nilai Transaksi RG (%) 369,377,170,827 417,396,203,035 48,019,032,208 Realisasi Target Realisasi 450,548,959,317 509,120,324,029 493,034,247,217 81,171,788,490 13 58,571,364,712 21.98 42,485,287,900 13.00 9.43 169.04% 72.54 Sumber: Pusat Registrasi (diolah Biro Pembinaan Dan Pengaw asan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas) Dalam pencapaian target terdapat beberapa kendala ataupun hambatan di lapangan, yaitu: 1. Kualitas hasil panen belum memenuhi standar SRG. Persyaratan pemenuhan terhadap standar mutu tertentu seringkali sulit dipenuhi oleh para petani. Hal ini disebabkan karena pola budidaya yang belum berorientasi pada kualitas, maupun terbatasnya peralatan pengolahan pasca panen yang dimiliki petani, termasuk diantaranya adalah mesin pengering. 2. Keterbatasan akses pemasaran komoditas. Pasar menjadi muara pada pelaksanaan SRG. Namun pada kenyataannya petani masih sulit untuk mengakses secara langsung pasar komoditas yang ada, mereka terbiasa dengan peran perantara sehingga harga yang diperoleh tidak maksimal. Fungsi Pasar Lelang Komoditas perlu disinergikan dengan SRG. 3. Kurangnya dukungan lembaga keuangan. Sampai saat ini, lembaga keuangan bank/nonbank masih belum tertarik dan ragu untuk menyalurkan pembiayaan melalui skema SRG karena belum adanya kepercayaan perbankan terhadap sistem ini. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan LAK BAPPEBTI 2016 36 03 Akuntabilitas Kinerja kurangnya minat pelaku usaha memanfaatkan SRG sebagai instrumen untuk mendapatkan pembiayaan. 4. Belum optimalnya sinergikebijakan Keberhasilan pelaksanaan SRG tidak lepas dari dukungan para stakeholders terkait baik Kementerian/Lembaga terkait, pemda, sektor swasta serta pelaku SRG. Keberhasilan SRG tersebut ditentukan pula dari sinergi penanganan komoditas mulai dari prapanen, panen sampai dengan pasca panen sehingga diperlukan sinergi dari para stakeholders terkait. Namun demikian, sampai dengan saat ini kebijakan atau program K/L, Pemda dan sektor swasta masih belum sinkron dalam kaitan penempatan bantuan fisik dan non fisik di daerah guna mendukung pelaksanaan SRG. 5. Belum optimalnya peran BUMN/BUMD Dalam pelaksanaan SRG, BUMN/BUMD memiliki peran yang cukup strategis dimana mereka dapat berperan menjadi pengelola gudang sekaligus berperan sebagai stand by buyer maupun agen pemasaran komoditas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat pelaku usaha untuk memanfaatkan SRG dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar. 6. Membuat skema subsidi SRG menjadi lebih mudah dan murah bagi petani Melalui skema subsidi resi gudang (S-SRG), suku bunga yang dibebankan kepada petani, kelompok tani, gapoktan dan koperasi sebesar 6% per tahun. Namun seiring dengan adanya penurunan suku bunga, maka dalam rangka meningkatkan minat petani untuk memanfaatkan SRG, suku bunga tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi saat ini Upaya/tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai target adalah: 1. Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan APBD guna mendukung implementasi SRG sesuai amanat Undang-Undang dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki SKPD di daerah. 2. Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk melengkapi sarana dan prasarana Gudang seperti Mesin Pengering, RMU / Mesin Pengolahan, alat angkut di seluruh gudang SRG yang telah dibangun pemerintah, guna meningkatkan nilai tambah komoditi. 3. Mendukung Program pendampingan Calon Pengelola Gudang daerah selama 6 bulan untuk 40 gudang yang belum aktif dan 18 lokasi gudang yang belum LAK BAPPEBTI 2016 37 03 Akuntabilitas Kinerja beroperasi sesuai dengan harapan. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan SDM Pengelola Gudang daerah untuk menjadi Pengelola Gudang SRG. 4. Mendorong dukungan sumber daya dari Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa tenaga penyuluh maupun peralatan penunjang yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas komoditas pasca panen. 5. Mendukung Pelaksanaan Integrasi SRG dan Pasar Lelang online guna menciptakan pasar yang transparan dan referensi harga bagi petani dengan memanfaatkan jaringan sistem informasi dan logistikmelalui kerjasama dengan PT. Pos Indonesia. Pasar Lelang online telah diluncurkan pada tanggal 5 Desember 2016 . 6. Mendorong terwujudnya Penyertaan Modal Negara kepada Perum Jamkrindo selaku Lembaga Pelaksana Penjaminan SRG sebagaimana diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2016. Dengan adanya Lembaga Penjaminan ini akan meningkatkan integritas SRG dan kepercayaan pelaku usaha maupun lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaan SRG. 7. Mendorong Penunjukan/Penugasan BUMN untuk menjadi Pengelola Gudang SRG pada daerah yang tidak memiliki calon pengelola gudang sesuai dengan ketentuan. Selain itu, BUMN juga perlu didorong agar berfungsi sebagai agregator ataupun standby buyer yang bermitra dengan petani dan UKM, termasuk pemanfaatan gudang-gudang yang dimiliki BUMN untuk menjadi Gudang SRG. 8. Mendorong koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam rangka revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang. 9. Mendorong Pemda memberikan insentif biaya penyimpanan bagi para petani sebesar Rp. 150/kg untuk pengisian gudang sebanyak 1.000 ton. 10. Mengalokasikan anggaran sosialisasi berupa iklan layanan masyarakat di media elektronik secara terus menerus untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai SRG. 11. Mendorong penerapan SRG pada komoditas yang berbasis ketahanan pangan seperti Gabah, Beras, Jagung dan juga untuk komoditi yang berorientasi ekspor seperti rumput laut, kopi, kakao, lada (double track strategy). LAK BAPPEBTI 2016 38 03 Akuntabilitas Kinerja Gambar 3.4 Menteri Perdagangan Didampingi Kepala Bappebti Melakukan Kunjungan Ke Gudang SRG Kab. Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 11 Agustus 2016 Sumber: Bappebti Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2016 untuk mendukung pencapaian target indikator tersebut adalah: (1) Pemantauan pelaksanaan Skema Subsidi SRG dan (2) Pendampingan Implementasi Sistem Resi Gudang. Jika melihat target indikator ini dalam beberapa tahun ke depan yang tercantum dalam dokumen RENSTRA Bappebti Tahun 2015 – 2019, dimana pada tahun 2017 dan tahun 2018 ditargetkan masing – masing sebesar 14%, maka Bappebti optimis dapat memenuhi target yang ditetapkan. B. Kinerja Anggaran Pada tahun 2016, Bappebti dengan program “Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi” memiliki pagu anggaran sebesar Rp 74.202.925.000,00 (setelah revisi). Dari anggaran sebesar itu, Bappebti telah merealisasikan sebesar Rp 66.777.093.615,00 atau sebesar 89,98% dari total anggaran yang disediakan dalam pagu. Tabel 3.19 Realisasi Anggaran Bappebti Berdasarkan Kegiatan Tahun 2016 Realisasi s/d 31 Desember 2016 No 1 KEGIATAN Dukungan Manajemen dan Unit PAGU Realisasi % 43.433.430.000 37.831.409.603 87,10 Sekretariat LAK BAPPEBTI 2016 39 03 Akuntabilitas Kinerja Realisasi s/d 31 Desember 2016 No KEGIATAN Unit PAGU Realisasi % Dukungan Teknis Lainnya BAPPEBTI 2 Peningkatan Pelayanan Hukum 5.069.685.000 4.739.107.213 93,47 Rorundak 3 Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi 5.918.210.000 5.009.406.271 84,64 Rowaspaberfi 7.343.830.000 6.815.294.641 92,80 Ronabangsar 12.437.770.000 12.381.875.887 99,59 RobinwasSRG PLK 74.202.925.000 66.777.093.615 89,98 4 Pengkajian dan Pengembangan PBK, SRG dan PL 5 Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan PL dan SRG TOTAL Sumber: Aplikasi Siska (diolah Bappebti) Dari tabel di atas terlihat masih ada hal-hal yang harus diperbaiki dalam hal pelaksanaan kegiatan, seperti: 1. Perlu adanya komitmen dan konsistensi atas jadwal yang telah disepakati; 2. Mengurangi frekuensi revisi anggaran melalui perencanaan yang lebih baik; 3. Melaksanakan kegiatan yang bersifat pengadaan (tender) sejak awal tahun untuk mengantisipasi pelaksanaan lelang (tender) yang berulang; dan 4. Koordinasi antar unit Eselon II di Bappebti harus lebih baik lagi. Berikut disampaikan data mengenai realisasi keuangan Bappebti berdasarkan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama di tahun 2016. Tabel 3.20 Realisasi Anggaran Bappebti Tahun 2016 Berdasarkan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Realisasi s/d 31 Desember 2016 No 1 Sasaran Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan bidang PBK, SRG dan PL Indikator Kinerja Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar Pertumbuhan jumlah Pagu Realisasi % 1.027.780.000 907.658.823 88,31 1.479.560.000 1.467.079.070 99,15 LAK BAPPEBTI 2016 40 03 Akuntabilitas Kinerja No Sasaran Indikator Kinerja Realisasi s/d 31 Desember 2016 Pagu Realisasi % Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 692.750.000 507.274.800 73.22 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL 1.355.010.000 1.307.645.908 96,50 668.374.000 556.752.048 83,29 Penyelenggaraan PL Pertumbuhan volume transaksi PBK 2 Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif TOTAL 822.970.000 821.475.119 99,81 6.046.444.000 5.567.885.768 92,08 Sumber: Aplikasi Siska (diolah Bappebti) Berdasarkan data di atas dapat disampaikan bahwa tingkat realisasi keuangan Bappebti dalam menggunakan anggarannya untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung tercapainya IKU Bappebti adalah sebesar Rp 5.567.885.768,00 atau 92,08% dari pagu anggaran. Dengan memperhatikan tingkat capaian IKU Bappebti yang mencapai sebesar 132,83%, hal ini dapat diartikan bahwa dalam melaksanakan kegiatan yang mendukung capaian IKU, Bappebti menggunakan 92,08% dari pagu yang disediakan untuk mendukung tercapainya IKU Bappebti. LAK BAPPEBTI 2016 41 BAB IV PENUTUP Tahun 2016 ini, sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja Bappebti menjadi pedoman kerja dan menjadi prinsip dasar pelayanan prima yang harus diberikan oleh institusi Bappebti terhadap seluruh lini aktifitas seperti kemudahan transaksi, investasi, serta perlindungan-perlindungan dalam rangka persaingan yang sehat. Berdasarkan capaian Indikator Kinerja Sasaran Bappebti sebagaimana telah diuraikan di Bab III diperoleh informasi bahwa di tahun 2016 Bappebti secara umum mampu menyelesaikan seluruh target indikator yang sudah ditetapkan dalam Renstra. Hal tersebut tercermin dari rata-rata pencapaian indikator kinerja sasaran yaitu sebesar 132,83 % yang dapat dikatakan sangat baik sebab tingkat capaiannya diatas 100%, dimana semua indikator telah mencapai hasil kinerja seperti yang sudah ditargetkan. Demikian Laporan Akuntabilitabilitas Kinerja (LAK) ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan kinerja Bappebti tahun 2016. Metode kuantitatif, penetapan indikator kinerja, serta analisis deskriptif terhadap hasil capaian diharapkan dapat membantu mengarahkan pembaca untuk memberikan penilaian dan masukkan terhadap kesempurnaan LAK ini. Dengan demikian, laporan akuntabilitas ini dapat menjadi alat untuk menginventarisasi keberhasilan dan permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga akan dapat dimanfaatkan untuk proses perencanaan selanjutnya. LAK BAPPEBTI 2016 42 Lampiran LAMPIRAN 1. Bagan Struktur Organisasi Bappebti LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran 2. Dokumen Perjanjian Kinerja Bappebti Tahun 2016 No 1 2 Sasaran Program Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) Indikator Kinerja Target 1 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar 2 Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL 3 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 62 perusahaan 4 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 5 Pertumbuhan volume transaksi PBK 4% 1 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 13 % Kegiatan 20 hari 4% Anggaran 1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Rp 43.433.430.000 2 Peningkatan pembinaan dan pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi Rp 5.918.210.000 3 Peningkatan pembinaan dan pengawasan Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang Rp 12.437.770.000 4 Peningkatan pelayanan hukum Rp 5.069.685.000 5 Pengkajian dan pengembangan PBK, SRG dan PL Rp 7.343.830.000 Rp 74.202.925.000 LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran 3. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Unit Tahun Anggaran : : Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) 2016 Sasaran Strategis (1) 1. 2. Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan bidang PBK, SRG dan PL Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian (2) (3) (4) (5) Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar 20 hari Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya 62 perusahaan Program/Kegiatan 6 Hari 170 - 81 perusahaan 130,64 - - 3. Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL 4% 4,33 108,25 - - - 4. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL 9 Peraturan 14 peraturan 155,55% - (6) Pengembangan Layanan Perizinan Penyelenggaraaan Pelayanan Perizinan Pelaku Usaha BPK Pelaku usaha yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya Konsolidasi dan penguatan kelembagaan revitalisasi Penyelenggara dan Pelaku Usaha Pasar Lelang Pengolahan data transaksi Pasar Lelang Pertemuan Teknis Revitalisasi Pasar Lelang Pengembangan Sistem Informasi PL Terpadu Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PLK Anggaran Realisasi % Capaian (7) (8) (9) 1.027.780.000 907.658.823 88,31 692.750.000 507.274.800 73.22 1.479.560.000 1.467.079.070 99,15 1.355.010.000 1.307.645.908 96,50 LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran Sasaran Strategis Indikator Kinerja (1) Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG Target Realisasi % Capaian (2) (3) (4) (5) 5. Pertumbuhan volume transaksi PBK 4% 6,40% 160% 1. Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 13 % 9,43 % 72,54 % Program/Kegiatan (6) - Pengawasan Transaksi PBK Pendampingan Implementasi SRG Pemantauan pelaksanaan Subsidi SRG Anggaran Realisasi % Capaian (7) (8) (9) 668.374.000 556.752.048 83,29 822.970.000 821.475.119 99,81 Jakarta, Januari 2017 KEPALA BAPPEBTI, BACHRUL CHAIRI LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran 4. Formulir Indikator Kinerja Utama (IKU) Unit Organisasi : Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Tugas dan Fungsi : Melaksanakan Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan Perdagangan Berjangka serta Pasar Fisik dan Jasa NO 1 SASARAN Meningkatnya pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan bidang PBK, SRG dan PL INDIKATOR KINERJA UTAMA CARA PENGHITUNGAN* SUMBER DATA 1 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar Rumus 2 Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar 2 Pertumbuhan jumlah Penyelenggaraan PL Rumus 1 Biro Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas 3 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya Rumus 1 Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik 4 Penyusunan Peraturan Perundangundangan di bidang PBK, SRG dan PL Rumus 1 Sekretariat, Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Biro Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas 2 Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) 5 Pertumbuhan volume transaksi PBK Rumus 1 Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik 1 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif Rumus 1 Biro Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas Jakarta, Januari 2017 KEPALA BAPPEBTI, BACHRUL CHAIRI LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran 5. Formulir Rencana Kinerja Tahunan OUTCOME/OUTPUT No 1 Uraian/Sasaran Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha di bidang PBK Indikator Kinerja Jumlah pelaku usaha PBK dan pasar fisik yang diselenggarakan di Bursa Berjangka yang diawasi transaksinya 14 perusahaan Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan Pelaporan Keuangannya 62 perusahaan Jumlah pelaku usaha PBK yang di audit 22 perusahaan Jumlah gudang yang telah mengimplementasikan SRG (kumulatif) Jumlah Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif 2 3 Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan Pasar lelang dan Sistem Resi Gudang Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Rencana Tingkat Capaian Jumlah penyelenggaraan Pasar Lelang (kali) Jumlah peserta pelatihan teknis penyelenggara SRG dan Pasar Lelang 510 milyar 73 kali 220 Orang 110 Kali Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha SRG dan Pasar Lelang setelah dokumen lengkap 18 Hari Penegakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK, SRG dan PL Pemberian Pelayanan Hukum Penanganan perkara (PTUN, PN, BAKTI, Praperadilan) Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik 104 gudang Jumlah pemantauan, evaluasi dan pengawasan SRG dan Pasar Lelang Penyusunan peraturan perundang-udangan di bidang PBK, SRG dan PL Unit Es. II Biro Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Resi Gudang Dan Pasar Lelang Komoditas 9 peraturan 83 kali 29 kali Biro Peraturan PerundangUndangan dan Penindakan 15 kali LAK BAPPEBTI 2016 Lampiran OUTCOME/OUTPUT No 4 Uraian/Sasaran Meningkatnya hasil Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Indikator Kinerja Jumlah hasil análisis pengembangan kelembagaan dan produk perdagangan berjangka/sistem resi gudang/pasar lelang 5 analisis Cakupan Komoditi dalam system informasi harga 9 Komoditi Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha Setelah Dokumen Lengkap dan Benar Jumlah Peserta Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK 5 Meningkatnya Pelayanan Dukungan Teknis dan Administratif Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Rencana Tingkat Capaian Dukungan manajemen dan pelaksanaan program Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Bappebti Pengelolaan dan Pengembangan SDM Bappebti Penyelenggaraan dan pembinaan komunikasi dan informasi publik di bidang PBK, SRG dan PL 20 hari Unit Es. II Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar 220 orang 4 Dokumen 3 Laporan Sekretariat 8 Kegiatan 19 Laporan Jakarta, Januari 2017 KEPALA BAPPEBTI, BACHRUL CHAIRI LAK BAPPEBTI 2016