perkembangan luka gangren pada penderita diabetes mellitus di

advertisement
PERKEMBANGAN LUKA GANGREN PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO
HUSODO KOTA MOJOKERTO
SITI NUR AIFAH
NIM. 1212010041
Subject : Diabetes Mellitus, Luka, Gangrene, Penderita
DESCRIPTION
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi terhadap
karbohidrat. Komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang sudah menahun
dapat mengakibatkan terjadi luka yaitu luka gangren. Fase penyembuhan luka ada
3 yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui perkembangan luka gangren pada penderita diabetes
melitus.
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian study kasus. Variabel
dalam penelitian ini adalah perkembangan luka gangren pada penderita diabetes
melitus. Jumlah sampel 3 responden. Jenis pengambilan sampling menggunakan
non probability sampling dengan teknik consecutive sampling. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cheklist dalam bentuk catatan
perkembangan luka.
Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan luka, responden 1
mencapai fase proliferasi yang ditandai dengan granulasi pada dasar luka pada
hari ke-5, responden 2 mencapai fase proliferasi ditandai dengan granulasi pada
hari ke-6, responden 3 mencapai fase proliferasi ditandai dengan granulasi pada
hari ke-6.
Proses penyembuhan luka responden sudah mencapai fase proliferasi dan
dasar luka sudah mencapai granulasi. Proses penyembuhan luka tidak hanya
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi
oleh faktor endogen (seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat – obatan,
kondisi metabolik). Untuk menambah wawasan tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama dalam hal perkembangan luka pada
penderita diabetes.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disorder that is genetically and
clinically heterogeneous manifested in the loss of tolerence toward carbohydrate.
Complications of diabetes mellitus who have chronic injury occurs which can
lead to gangrenous wounds. There are 3 phases of wound healing is the
inflammatory phase, the proliferative phase, and the phase of maturation. The
purpose of this study was to determine the development of gangrenous wounds in
patients with diabetes mellitus.
This study used case study research design. Variable in this research is
the development of gangrenous wounds in patients with diabetes mellitus. Total
sample was 3 respondents. Type of sampling was non-probability sampling by
using sampling with consecutive sampling technique. Instrument used in this
research is in the form of notes checklist wound development.
Based on the results of research on wound development, respondents 1
reached the proliferative phase characterized by granulation in the wound on day
5, respondent 2 reached the proliferative phase characterized by granulation on
day 6, respondent 3 reached the proliferative phase characterized by granulation
on day -6.
Respondents wound healing process has reached a phase of
proliferation and the wound has reached granulation. Wound healing process is
not limited to local regeneration, but also greatly influenced by endogenous
factors (such as age, nutrition, immunology, use of drugs - drugs, metabolic
conditions). This is important to broaden health workers in providing health
services, especially in terms of the development of wounds in diabetics.
Keywords: Diabetes Mellitus, Wound, Gangrene, Patients
Contributor
Date
Type Material
URL
Right
Summary
: 1. Dwiharini P., S.Kep.Ns., M.Kep
2. Umul Fatkhiyah, S. Kep. Ns
: 13 Juli 2015
: Laporan Penelitian
: : Open Document
:-
LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM)merupakan sekelompok penyakit metabolic yang
ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia)
yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin,aksi insulin atau keduanya
(American Diabetes Association (ADA), 2004 dalam Banner & Suddarth, 2008).
Peningkatan angka pasien diabetes berdampak signifikan bagi kesehatan secara
keseluruhan. Penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif.
Diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ
vital dan terkait dengan penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperkoagulasi
(pembekuan darah pada seluruh pembuluh darah), dislipidemia (gangguan pada
jumlah lipid pada darah) dan disfungsi renal (disfungsi ginjal).Apalagi, jika tidak
dilakukan pengendalian kadar gula darah dengan ketat. Karena itu, diabetisi perlu
melakukan deteksi dini terhadap kelainan-kelainan pada kaki sebelum terjadi luka.
Diabetisi juga sebaiknya melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur ( Persi,
2011).
Data dari Globalstatus reporton Non communicable Diseases (NCD)
World Health Organization (WHO) DM menempati peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian. International Diabetes Federation (IDF) memperhitungkan
angka kejadian DM didunia pada tahun 2012 adalah 371juta jiwa, tahun 2013
meningkat menjadi 382juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2035 DM akan
meningkat menjadi 592juta jiwa (Persi, 2011).DiIndonesia angka kejadian DM
termasuk urutan terbesar ke-7dunia yaitu sebesar7,6juta jiwa sedangkan angka
kejadian penderita ulkus diabetikum sebesar 15% dari penderita DM.Bahkan
angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan23,5% (Persi,
2011).Sedangkan menurut Pengurus Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia)
Subagijo Adi di Jawa Timur jumlah penderita diabetes mellitus 6% atau
2.248.605 orang dari total jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 37.476.757
orang (Persi, 2011). Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia
sekitar15%,angka amputasi 30%, angka mortalitas 32%, danulkus diabetik
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk
diabetes mellitus. Amputasi dapat dicegah sebesar 50%, dengan pasien diajarkan
merawat kaki dan mempraktikkannya setiap hari (Marison, 2004).
Hilangnya sensasi (penurunan sensibilitas) merupakan salah satu faktor
utama resiko terjadinya ulkus, tetapi terdapat beberapa faktor resiko lain yang juga
turut berperan yaitu keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol, usia pasien yang
lebih dari 40tahun, riwayat ulkus kaki atau amputasi, penurunan denyut nadi
perifer, riwayat merokok, deformitas anatomis atau bagian yang menonjol(seperti
bunion dan kalus) (Marison, 2004). Terapi dan pencegahan terjadinya neuropati
diabetik adalah dengan melakukan pengontrolan kadar gula darah secara teratur
dan mencegah terjadinya luka pada kaki karena adanya komplikasi yang disebut
neuropati, pasien diabetes mengalami penurunan sensitivitas dan intoleransi
terhadap dingin di kaki mereka. Neuropati terjadi ketika suplai darah keujung
saraf kecil dikaki dan tangan berhenti atau berkurang (Guyton, 2007). Perawatan
kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki dengan benar,
mengeringkan dan meminyakinya; harus berhati-hati agar jangan sampai celah
diantara jari-jari kaki menjadi basah. Inspeksi atau pemeriksaan kaki harus
dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah terdapat gejala kemerahan, lepuh,
fisura, kalus, atau ulserasi (Marison, 2004).
Menurut
The Centers for Disease Control and Prevention (2009)
bahwa perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetic
sebesar 50- 60% yang mempengaruhi kualitas hidup. Kemauan melakukan
perawatan kaki diabetik maka diabetisi harus mempunyai niat yang tinggi karena
perawatan kaki diabetik ini harus dilakukan secara teratur jika ingin benar-benar
mendapatkan kualitas hidup yang baik.Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes
merupakan semua aktivitas khusus (senam kaki, memeriksa dan merawat kaki)
yang dilakukan
individu yang beresiko sebagai upaya dalam mencegah
timbulnya ulkus diabetikum (Suriadi, 2007). Perawatan kaki pada pasien diabetes
mellitus penting dilakukan karena seseorang dengan diabetes mellitus beresiko
untuk masalah kaki dan kuku akibat suplai darah perifer kurang baik
kekaki,sensasi proteksi dikaki juga berkurang sehingga trauma pada kaki sering
kali tidak diketahui dan adanya kerusakan kulit maka infeksi akan lebih mudah
berkembang karena sirkulasi yang buruk ( Hidayat, 2005). Perawatan kaki dan
kuku perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan cidera
jaringan lunak . Pasien harus patuh dalam melakukan perawatan kaki untuk
mengurangi resiko terjadinya ulkus pada kaki.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah deskriptif merupakan penelitian yang digunakan
peneliti hanya untuk menggambarkan atau mendeskripsikan variabel tertentu
dalam suatu penelitian tanpa mencari hubungan antar variabel (Saryono,
2010). Pendekatan yang digunakan adalah metode studi kasus yang dilakukan
dalam
melakukan
penelitian
biasanya
dilakukan
dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui,
menerangkan atau menjelaskan : siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan,
atau kecenderungan suatu tindakan (Saryono, 2010). Dalam penelitian ini
peneliti melakukan study kasus perkembangan luka pada penderita diabetes
melitus.Variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan luka pada pasien
diabetes melitus di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Populasi
penelitian ini adalah para penderita Diabetes Mellitus yang sudah terkena
gangren di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pada Bulan April
2015 sebanyak 10 responden. Sampel pada penelitian ini adalah 3 orang para
penderita Diabetes Mellitus yang sudah terkena gangren di RSUD Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pada Bulan April 2015. Pada penelitian ini teknik
yang digunakan adalah non probability sampling yaitu consecutive sampling
adalah cara pengambilan sampel dengan menetapkan subjek yng memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.
Peneliian ini dilakukan di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo kota Mojokerto pada
bulan juni tahun 2015. Dalam pengumpulan data, peneliti pertama kali
meminta ijin terlebih dahulu kepada direktur Poltekkes Majapahit Mojokerto
dan kepada tempat penelitian untuk mendapatkan ijin peelitian. Setelah
mendapatkan ijin penelitian, peneliti langsung melakukan penelitian kepada
responden yang terkena diabetes mellitus yang sudah mengalami gangrene,
kemudian melakukan pendekatan kepada responden penelitian dan
menjelaskan mengenai tujuan penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan
observasi perkembangan luka. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi catatan perkembangan. Setelah data terkumpul maka dilakukan
coding saja untuk editing, scoring, dan tabulating tidak dilakukan karena pada
penelitian ini hasilnya berupa kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Hayam Wuruk RSUD Dr.
Wahidin Sudiro Husodo kota mojokerto diperoleh data responden yang
mengalami perubahan luka yang dialami oleh responden selama proses perawatan
luka yang dilakukan selama 6 hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka responden sudah mencapai fase
proliferasi. Luka pada stadium II, yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis.
Pada pasien ny “w” berumur 55 tahun. Klien mengatakan pernah dirawat
di RSUD Dr. Wahidin sudiro husodo 6 bulan yang lalu karena penyakit diabetesnya,
Klien masuk lagi dirawat di ruang hayam wuruk pada tanggal 7 juni 2015 jam 16.00
sore, Klien dirawat karena luka pada betisnya.pada pasien ini proses perawatan
lukanya dilakukan setiap hari 1 kali, untuk perawatan luka saat mencuci luka
menggunakan nacl 0,9 % dan saflon. Dan salep yang digunakan klien diberikan
gel/obat luka dan perubahan lukanya berkembang dari hari ke hari dan balutan yang
di gunakan adalah verban & kassa styeril, selain itu proses penyembuhan pada
pasien ini sudah mencapai granulasi di dukung dengan asupan pola nutrisi yang
teratur sesuai dengan diit yang dianjurkan oleh RS.
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera
jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipe
jaringan luka.luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses
fase respon inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi ( maryunani, 2013).
Untuk klien pertama klien sudah sesuai dengan teori yang ada karena pada
klien pertama sudah memasuku fase ke dua yaitu fase proliferasi n sudah
granulasi.dan pada klien pertama ini kadar gulanya naik turun selama 6
hari.seseorang dapat memiliki resiko terserang penyakit diabetes apabila diketahui
pada pemeriksaan kadar gula darah pada puasanya melebihi angka 126 mg/dl atau
dua kali berturut- turut pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan, angka yang
didapat melebihi 180 mg/dl.
Pada pasien tn “ I “ berumur 60 tahun, Klien mengatakan menderita
penyakit diabetes 1,5 tahun. Klien mengatakan pernah menginjak pecahan kaca yang
ada disamping rumahnya sehingga luka dan menjadi gangren sampai sekarang.
Klien dibawa h ke RSUD Dr. Wahidin sudiro husodo pada tanggal 6 juni 2015 jam
14.00 sore. Klien di Rawat Inap di ruang hayam wuruk. Pada klien ini luka yang di
derita cukup panjang dan bereksudat tetapi proses penyembuhan dan perawatan luka
pada klien ini juga sama seperti klien pertama sama – sama dilakukan setiap hari 1
kali dan mencucinya sama dengan klien pertama dengan menggunakan NaCL 0,9 %
dan saflon. Dan balutannya menggunakan balutan verban &kassa steril, dan
menggunakan salep gel/obat luka dari RS. Selain itu asupan nutrisi pada klien ini
sama dengan pasien lain yaitu diit dari RS. Begitu pula dengan proses
penyembuhannya sama dengan pasien yang pertama sama – sama mengalami
perkembangan dari hari ke hari.
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera
jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipe
jaringan luka.luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses
fase respon inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi.( maryunani, 2013 )
Untuk klien yang kedua sama dengan klien yang pertama sama - sama
sudah memasuki fase ke 2 yaitu fase proliferasi dan sudah bergranulasi. dan pada
klien ini kadar gulanya naik turun selama 6 hari.sama dengan klien pertama.tetapi
tidak setinggi klien pertama. seseorang dapat memiliki resiko terserang penyakit
diabetes apabila diketahui pada pemeriksaan kadar gula darah pada puasanya
melebihi angka 126 mg/dl atau dua kali berturut- turut pemeriksaan gula darah 2 jam
sesudah makan, angka yang didapat melebihi 180 mg/dl.
Pada pasien ny “ k “ berumur 45 tahun, Klien menderita penyakit diabetes
melitus sudah 2 tahun mulai dari tahun 2010-2012. Pada tahun 2013 bulan 6 beliau
terkena paku kakinya dan menjadi gangren sampai sekarang.dalam penelitian
responden masuk ke RSUD Dr. Wahidin pada tanggal 7 juni 2015 jam 08.00 pagi.
Pada pasien ini proses perawatan lukanya dilakukan setiap hari, pada hari pertama
pasien dilakukan perawatan luka yang sama dengan kien lainnya dan di beri salep
dari rumah sakit dan menggunakan balutan verban, kassa steril dan foam (untuk
eksudat banyak), dan pada klien ini proses penyembuhannya mengalami perubahan
yang siknifikan dibuktikan pada hari ke- 5 luka klien sudah mengalami granulasi
karena pada saat hari ke- 2 klien meminta balutan diganti dengan balutan yang lebih
bagus dan dapat menyerap eksudat banyak yaitu foam (untuk balutan dengan
eksudat banyak).dan selain itu faktor proses penyembuhan yang cepat ini di dukung
juga dengan asupan nutrisi klien yang selalu patuh dengan diit yang diberikan oleh
RS (nasi, sayur, ikan gabus yang dikukus).
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera
jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipe
jaringan luka.luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses
fase respon inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi.( maryunani, 2013 )
Untuk klien yang ketiga sama dengan klien yang pertama sama - sama
sudah memasuki fase ke 2 yaitu fase proliferasi dan sudah bergranulasi. dan pada
klien ini kadar gulanya naik turun selama 6 hari.dan kadar gula pada klien ketiga ini
lebih tinggi dibandingkan klien pertama dan kedua. seseorang dapat memiliki resiko
terserang penyakit diabetes apabila diketahui pada pemeriksaan kadar gula darah
pada puasanya melebihi angka 126 mg/dl atau dua kali berturut- turut pemeriksaan
gula darah 2 jam sesudah makan, angka yang didapat melebihi 180 mg/dl.
Luka Gangren diabetik adalah : luka yang terjadi pada pasien diabetik
yang melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik
(Suryadi,2004).Luka diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan
pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi
tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan
dapatdiamputasi (Burfeind, 2007).
Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
termasuk bakteri. Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk
melindungi dan memulihkan dirinya.peningkatan aliran darah kedaerah yang
rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal dari proses
penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa bahan perawatan yang
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka, sebagai contoh,
melindungi area yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan
untuk membantu meningkatkan penyembuhan jaringan (Maryunani, 2013).
Menurut (Maryunani, 2013) menjelaskan setiap proses penyembuhan
luka akan terjadi melalui 3 tahapan yaitu fase inflamasi, fase peoliferasi, dan fase
maturasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan proses penyembuhan
luka responden sudah mencapai fase proliferasi. Dasra luka sudah mencapai
granulasi. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas
pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh faktor endogen ( seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian
obat – obatan, kondisi metabolik).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul perkembangan luka gangrene
pada penderita diabetes mellitus di RSUD.Dr. Wahidin Sudiro Husodo mojokerto
bulan juni 2015 pada 3 responden di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Pada responden pertama Ny “ W “ 55 tahun. proses perkembangan
lukanya mengalami perkembangan dari hari ke hari dan sudah masuk dalam tahap
proliferasi dan mencapai granulasi pada hari ke – 5.
Pada responden kedua Tn “ I “ 60 tahun. Proses perkembangan lukanya
sama dengan klien yang pertama mengalami perkembangan dari hari ke hari dan
sudah masuk dalam tahap proliferasi dan mencapai granulasi pada hari ke – 6.
Pada responden ketiga Ny “ K “ 45 tahun. Proses perkembangan lukanya
sama dengan klien pertama dan kedua sama – sama sudah mengalami
perkembangan luka dari hari ke hari dan perkembangan luka sudah mencapai
dalam tahap proliferasi dan sudah granulasi pada hari ke – 6.
REKOMENDASI
untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti
tentang proses penyembuhan luka pada pasien diabetes melitus.
Alamat corespondensi
Alamat e- mail
No hp
: Dsn sidomulyo Rt/Rw 04/05, desa paseban,
kecamatan kencong, kabupaten jember.
: ([email protected])
: 082257377110
Download