BAB II Landasan Teori

advertisement
BAB II
Landasan Teori
II.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan
pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan juga
tawar menawar harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan
dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu pasar modal sangat tergantung dari kinerja
perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal, dukungan teknis, dan sumber
daya manusia dalam pengembangan Pasar Modal diperlukan suatu kepemimpinan
yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus menjalin kerja sama yang erat untuk
menciptakan pasar yang mampu menyediakan berbagai jenis produk dan alternatif
investasi bagi masyarakat. Di pasar modal terdapat berbagai macam informasi,
seperti laporan keuangan, kebijakan manajemen, prospektus, saran dari broker, dan
informasi lainnya.
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995
adalah: ”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
6 Menurut Darmadji, Tjiptono & fachrudin, Hendry M (2001) “Pasar Modal
merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa di
perjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.”
II.1.2 Efek Yang Diperdagangkan di Pasar Modal
Efek yang diperdagangkan di pasar modal adalah
1. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
2. Saham Preferen
Yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa , karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
3. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi
meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
4. Obligasi Konversi
Obligasi konversi adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit
obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban
untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang
pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut, akan
tetapi obligasi konversi memiliki keunikan yaitu obligasi ini dapat dikonversi
7 atau ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum
persyaratan untuk melakukan konversi.
5. Right
Right atau hak untuk memesan efek terlebih dahulu (HMETD) merupakan surat
berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarnya
menjadi saham biasa. HMETD diberikan kepada pemegang saham sehubungan
dengan proses pengeluaran saham baru atau yang dikenal dengan istilah right
issue. Ketika terjadi right issue maka pemegang saham lama memiliki hak lebih
utama atas saham baru yang dikeluarkan perusahaan.
6. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan.
Biasanaya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain,
misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang
nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun, setelah obligasi atau saham
yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun waran
dapat
diperdagangkan secara terpisah.
7. Reksa Dana
Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata reksa yang berarti jaga atau
pelihara dan kata dana yang berarti kumpulan uang, sehingga reksa dana dapat
diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu
kepentingan). Umumnya reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya di
investsikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
8 8. Kontrak Opsi Saham
Opsi adalah bentuk surat berharga derivative (turunan). Opsi merupakan sebuah
kontrak antara dua pihak dimana pihak yang membeli kontrak disebut taker
mempunnyai hak, namum bukan kewajiban, untuk menjual atau membeli
instrument yang menjadi dasar dari kontrak tersebut, misalnya saham. Dengan
demikian, opsi tersebut disebut dengan opsi saham ( stock option ) untuk
mendapatkan hak tersebut, maka pihak taker membayar sebuah premi kepada
penjual kontrak (disebut writer).
9. Surat Utang Negara
Surat Negara yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing, yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Reublik Indonesia sesuai masa berlakunya
10. Surat Berharga Syariah Negara
Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk ritel adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
II.1.3 Manfaat Pasar Modal
1. menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi
dunia usaha sekaligus memungkingnkan alokasi sumber dana secara optimal
9 2. Memberikan
wahana
bagi
investor
untuk
berinvestasi
sekaligus
memungkinkan usaha untuk diversivikasi.
3. menyediakan indicator utama (leading indicator) bagi trend ekonomi Negara.
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai ke lapisan
masyarakat menengah.
5. Menciptakaan lapangan kerja/profesi yang menarik
6. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang
baik.
7. Alternativ investasi yang meberikan keuntungan dengan resiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, liquiditas dan diversivikasi
8.
Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial
9. Mendorong iklim pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaaan
manajemen professional dan penciptaan iklim usaha yang sehat.
II.2 Pemahaman Mengenai Saham
Definisi saham menurut Basir (2005) adalah sebagai berikut: “Merupakan
surat berharga yang menunjukan kepemilikan seorang investor didalam satu
perusahaan” artinya jika seorang investor membeli suatu saham, berarti ia
menyertakan modal pada perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang di beli.
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial
yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan
saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan
10 jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal
bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary
market) atau pasar sekunder (secondary market).
Menurut Suad Husnan (2005 : 29) sekuritas merupakan secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk
memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan
sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya.
Menurut PSAK No. 42, saham/efek adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti utang, dan unit
penyertaan kontrak investasi kolektif.
Menurut tjiptono darmadji & hendy M. fakhrudin (2006) saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas
Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka
menambah modal disertor pada perusahaan tersebut. Jika perusahaan menjual
sebagian sahamnya kepada masyarakat luas atau public maka perusahaan itu telah
go public atau telah menjadi perusahaan publik. Dalam arti kepemilikan
perusahaan tersebut tidak hanya di miliki oleh sekelompok orangatau hanya orangorang yang mendirikan perusahaan tersebut. Namun kepemilikannya telah
menyebar ke banyak pihak.
11 II.2.1 Ditinjau Dari Segi Kemampuan Dalam Hak Tagih atau Klaim
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Ditinjau dari segi
kemampuan dalam hak tagih atau klaim saham dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Saham Biasa (common stock) yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling bawah terhadap pembagian dividend dan hak atas kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut di likuidasi.
2. Saham Preferent (Preferred stock) merupakan gabungan (hybrid) antara obligasi
dan saham biasa. Artinya, disamping memiliki karakteristik seperti obligasi
(pendapatan tetap), juga memiliki karakteristik saham biasa.
II.2.2 Ditinjau dari kinerja Perdagangan
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Ditinjau dari keinerja
perdagangan sahm dapat dibedakan menjadi lima yaitu:
1. Saham Unggulan (Blue chip stock) Saham ini dikenal sebagi kategori saham
unggulan dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader
di industry sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen. Saham blue chips memang senantiasa menjadi barrang
dagangan yang favorit di bursa efek.Banyak orang yang menyukai saham ini
karena dirasa memiliki kualitas yang prima, oleh karena itu saham jenis ni
mudah untuk dilempar ke pasaran.
2. Saham Pendapatan (income stock) Saham jenis ini adalah saham yang
memberikan divden relatif tinggi. Hal ini biasanya terjadi karena perusahaan
12 yang mengeluarkan jenis saham ini berada pada tingakatan mature sehingga
tidak membutuhkan biaya ekspansi yang besar.
3. Saham Pertumbuhan (Growth Stock) Secara umum saham jenis ini memiliki
pertumbuhan laba dan pendapatan yang secara rata-rata lebih tinggi dari pada
pertumbuhan industrinya. Biasanya perusahaan yang mengeluarkan saham
golongan ini mempunyai PER yang relatif tinggi dan DPR (Dividend Payout
Ratio) yang kecil.
4. Saham Spekulatif (Speculative Stock) Saham jenis ini adalah saham yang
secara umum tidak kontinu memberikan deviden. Hal ini karena perusahaan
juga secara tidak konsisten membukukan perbaikan laba dan pendapatan.
Saham jenis ini memiliki resiko yang tinggi namun juga memiliki return yang
besar. Ketidak konsistenan kinerja saham ini karena perseroan yang masih
mengembangkan produk baru.
5. Saham Siklikal (Cyclical Stock) saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum, perusahaan yang
memiliki saham jenis ini umumnya menikmati kemakmuran hanya pada
musim-musim
tertentu.
Contohnya
perusahaan
yang
memproduksi
perlengkapan sekolah akan mengalami penjualan pesat menjelang tahun
ajaran baru.
II.2.3 Keuntungan Berinvestasi Saham
1. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
13 mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang
pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang
saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan
saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen.
2. Capital Gain, Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual,
dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan
adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan
orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain.
II.2.4 Resiko Berinvestasi Saham
Saham dikenal dengan karakteristik high risk-return. Artinya saham merupakan
surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi
risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau
keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan
berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami
kerugian dalam waktu singkat.
II.2.4.1 Resiko investor yang memiliki saham
1. Tidak mendapat dividen, perusahaan akan membagikan dividen jika operasi
perusahaan menghasilkan keuntungan dan mendapat persetujuan dari
pemegang saham untuk membagikan dividen. Dengan demikian perusahaan
tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami
14 kerugian. Dengan demikian pula, potensi keuntungan pemodal untuk
mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal
mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada
kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari
harga beli. Dengan demikian pemodal mengalami capital loss.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, jika suatu perusahaan bangkrut, maka
tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan
tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa efek, maka jika
suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham
perusahaan tersebut akan dikeluarkan atau di Delist.
4. Saham didelist dari bursa (Delisting), seperti yang sudah dibahas, risiko lain
yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika perusahaan dikeluarkan dari
pencatatan Bursa Efek. Suatu saham perusahaan di delist dari Bursa
umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu
tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak
membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan
berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
5. Saham disuspend, risiko lain yang juga mengganggu para pemodal untuk
melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di suspend alias dihentikan
perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian pemodal tidak
dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut.
15 II.3 Aksi korporasi (corporate action)
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Aksi korporasi adalah
“merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar
maupun terhadap haga saham di pasar”.
Menurut Darmaji et al memberikan difinisi:
Corporate
Action
merupakan
aktivitas
emiten
yang
signifikan
dan
mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang bergerak dipasar.
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) ataupun RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa), hal ini penting karena kebijakan yang akan diambil disamping akan
mempengaruhi jumlah dan harga yang ada dipasar juga akan mempengaruhi para
pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk
efectivnya suatu action
II.3.1 Aksi Korporasi dan Kepentingan Pemegang Saham
Aksi korporasi merupakan istilah di pasar modal yang menunjukan aktifitas
strategi emiten atau perusahaan tercatat (listed company) yang berpengaruh terhadap
kepentingan pemegang saham. Pengaruh tersebut dalam wujud jumlah saham yang
beredar maupun harga saham. Beberapa bentuk aksi korporasi yang biasa dilakukan
emiten antar lain: pembagian dividen, pemecahan saham, penyatuan saham, saham
bonus, penawaran umum terbatas, private placement dan pembelian kembali saham.
Selain itu aksi korporasi juga mencakup aksi strategi emiten lainnya seperti: merger,
akuisisi, spin off, penawaran umum perdana (IPO),
secondary offering maupun
16 additional listing seperti konversi saham baik dari waran, right, ataupun obligasi.
Kebijakan itu dapat dilakukan terpisah ataupun terikat antara satu dengan yang lainnya
tergantung dari keputusan pemegang saham tersebut. Aksi korporasi merupakan
aktivitas emiten yang menarik perhatian pelaku pasar seperti analis saham, manager
investasi, manajer dana (fund manager), investor, atau pemegang saham. Umumnya
pihak-pihak yang barkepentingan akan mencermati dengan seksama setiap langkah yang
dilakukan manajemen emiten dalam proses aksi korporasi baik sejak rencana hingga
proses pelaksanaanya. Pemegang saham berkepentingan dengan aksi korporasi karena
beberapa hal seperti:
1. Perubahan komposisi kepemilikan dan dilusi saham. Sebuah aksi korporasi dapat
mengakibatkan berubahnya komposisi pemegang saham serta dapat menurunnya
persentase kepemilikan (dilusi saham), sebagai contoh, jika pemegang
saham/investor tidak mengambil bagian dalam rangkaian right issue.
2. Dana tambahan. Pemegang saham tidak selalu memiliki dana tambahan untuk
turut serta dalam sebuah aksi korporasi, misalnya pada right issue
3. Perubahan permodalan perusahaan. Aksi korporasi yang menyangkut perubahan
saham dapat berakibat pada perubahan pada sisi modal semdiri (ekuitas), dan
dapat berdampak pada perubahan indikator yang berkaitan dengan permodalan.
4. Jumlah saham beredar. Jumlah saham beredar dapat berubah, bertambah atau
berkurang secara cukup signifikan di pasar. Hal tersebut tentu saja dapat
berpengaruh terhadap kinerja saham atau likuiditas perdagangan saham. Factor
lain yang terpengaruh atas perubahan jumlah saham beredar adalah perubahan
laba per saham (earning per share).
17 5. Harga saham. Aksi korporasi dapat berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham di pasar; dimana harga saham merupakan perhatian utama bagi pemegang
saham khususnya investor yang aktif memperdagangkan sahamnya terlebih bagi
investor dengan horizon waktu yang pendek atau lebih ekstrem lagi bagi investor
yang memperdagangkan sahamnya dalam kurun waktu harian (day-trader).
6. Dividend. Bagi pemegang saham atau lebih khusus lagi pemegang saham dengan
kurun waktu jangka panjang (long term investmen) atau investor institusi maka
suatu aksi korporasi yang dilakukan emiten misalnya merger atau peningkatan
modal dapat
berakibat pada peningkatan profitabilitas yang berarti peluang
dividen yang lebih besar.
7. Likuiditas. Hal ini mencerminkan laju perdagangan saham atau sejauh mana
suatu saham aktif atau tidaknya di perdagangkan. Pada titik ekstrim terdapat
beberapa saham yang tidak aktif diperdagangkan dalam kurun waktu tertentu
atau dikenal sebagai saham tidur. Penyebab tidak likuidnya suatu saham dapat
disebabkan oleh kinerja emiten tersebut, namun dapat pula disebabkan harga
saham yang terlalu tinggi. Pada titik lainnya terdapat beberapa saham yang selalu
aktif di perdagangkan sehingga memudahkan investor dalam melakukan jual dan
beli. Investor khususnya jangka pendek berkepentingan dengan likuiditas suatu
saham, karena hal tersebut memungkinkan terciptanya peluang capital gain bagi
investor. Aksi korporasi misalnya pemecahan saham dapat berakibat pada
meningkatnya likuiditas perdagangan saham, yang tent8unya merupakan hal
positif bagi investor.
18 8. Strategi investasi. Setiap investor baik institusi maupun peorangan memiliki
preferensi berbrda baik peluang keuntungan (return) maupun potensi kerugian
atau resiko (risk). Preferensi tersebut tercermin dalam strategi yang dijalankan
investor. Ada investor yang memegang saham untuk kurun waktu yang lama di
mana fokusnya adalah dividen, sementara investor lainnya dengan horizon waktu
jangka pendek daimana yang menjadi fokusnya adalah capital gain. Bahkan ada
investor yang keputusan atau perputaran investasinya di dasarkan pada kurun
waktu tertentu. Misalnya ada investor yang memutar investasinya setiap tiga
bulanan, maka apaun kondisinya dia akan melakukan rotasi atas sahamsahamnya dalam kurun waktu tersebut. Strategi investasi yang berbeda tentu
akan memandang aksi korporasi dalam sudut pandang dan kepentingan berbeda.
Sebagai contoh, pada day trader tidak berkepentingan dengan rencana emiten
untuk membagikan dividen.
9. Portofolio investasi. Manager investasi suatu portofolio berkepentingan
bagaimana meningkatkan nilai portofolio investasi yang di kelolanya. Nilai atau
kinerja potofolio sangat ditentukan sumbangan nilai yang diberikan salah satu
komponen portofolio tersebut, misalnya sebagian saham dalam portofolio
tersebut merupakan saham sector perbangkan. Manager investasi tersebut tentu
berkepentingan jika salah satu saham yang sikelola akan melaukan right issue
terlebih dalam kurun waktu yang sama, manager investasi dihadapkan dengan
beberapa rencana aksi korporasi atas saham-saham yang dikelolanya.
19 II.4 Dividen
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Dividen adalah:
“Pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang
saham atas persetujuan RUPS. Dividen dapat berbentuk tunai (cash dividend) atau
saham (stock dividend)”
Menurut pendapat sulistyastuti (2002):
Kebijakan dividen tidak saja membagikan keuntungan yang telah diperoleh
perusahaan kepada investor, tetapi kebijakan perusahaan membagikan dividen harus
selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali (reinvestment).
Ukuran yang menentukan proporsi laba yang diinvestasikan kembali biasa adalah
retention ratio. Retention ratio diproleh dari = 1 – dividend payout ratio.
II.4.1 Jenis-jenis dividend
Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk dividen yang
didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis:
1. Cash Dividen ialah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang
saham perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan
akan dibagi dalam bentuk cash dividen (M. Munandar 1983: 312). Perusahaan
hanya
berkewajiban
membayar
dividen
setelah
perusahaan
tersebut
mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang
20 saham yang nama tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividen
dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain umpama bank.
2. Script Dividen adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang
tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai
dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada
yang berhak. Script dividen seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para
pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana
perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang cash yang cukup untuk
membayar dividen cash (Arief Suaidi 1994: 231).
3. Property Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk barang-barang (tak berupa uang tunai ataupun (modal) saham
perusahaan).
4.
Liquidating Dividen adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran
bagian laba (Cash Dividen) sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai
pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang
saham ke dalam perusahaan tersebut (M. Munandar 1983: 314).
5. Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (M.
Munandar 1983: 314). DiIndonesia saham yang dibagikan sebagai dividen
tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham
mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock
21 Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis
berbeda.
dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering dibagikan adalah
dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya dividen tunai merupakan yang lebih
sering dibagikan perusahaan, dan merupakan dividen yang di sukai pemegang
saham.
II.4.1.1 Dividen Tunai
Syarat-syarat dilakukannya dividen tunai, antara lain:
1. Memiliki dana kas yang cukup, sebelum merencanakan membagi dividen dalam
bentuk kas, emiten harus memiliki dana kas yang cukup. Jika dividen yang
dibagikan cukup besar dan emiten tidak memiliki dana yang cukup untuk
membayar
dividen
dalam
satu
kali
pembayaran,
emiten
dapat
mempertimbangkan untuk melakukan pembayaran secara bertahap. Yang perlu
diperhatikan bahwa ketentuan yang ada saat ini, dividen wajib dibayarkan
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari bursa setelah tanggal daftar pemegang
saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai (peraturan perdagangan efek PT
Bursa Efek Jakarta Nomor II-A.1 tentang ketentuan umum perdagangan efek di
bursa efek jakata huruf C.7.e)
2. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup, sumber dividen tunai adalah laba
ditahan. Untuk dapat membagi dividen tunai, tentunya perusahaan harus
memiliki saldo laba ditahan yang cukup.
22 3. Telah disetujui RUPS, rencana pembagian dividen hanya dapat dilakukan jika
telah disetujui RUPS. Jika RUPS telah menyetujui untuk membagikan dividen
tunai, maka perusahaan sudah harus mengakui adanya kewajiban dividen
tersebut.
2.4.1.2 Dividen Saham
Jika emiten ingin membagikan dividen tetapi tidak memiliki dana kas yang
cukup, emiten dapat mempertimbangkan untuk membagi dividen saham. Dengan
membagi dividen saham, perusahaan mendapat manfaat berupa saving kas
sehingga dana kas tersebut dapat dipakai untuk tujuan lain, namun disisi lain
pemegang saham juga dapat menikmati berupa tambahan saham walaupun secara
real nilai investasinya tidak berubah.
Disamping itu ada beberapa tujuan yang melatarbelakangi dibagikannya dividen
saham:
1. Meningkatkan jumlah modal disetor perusahaan, dengan dibagikannya dividen
saham, berarti perusahaan mengurangi saldo akun laba ditahan dan ditransfer kea
kun modal saham biasa. Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki struktur
modal yang lebih kuat.
2. Meningkatkan likuiditas perdagangan saham, dibagikannya dividen saham
berakibat jumlah saham yang beredar akan bertambah. Bertambahnya jumlah
saham ini, secara teoritis akan menurunkan harga pasar saham setelah dibagikan
dividen saham. Semakin banyak saham beredar akammembuat harga saham
semakin murah dan mendorong peningkatan likuiditas perdagangan saham.
23 Syarat-syarat pembagian dividen saham:
1. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup. Sebagai mana dividen tunai, dividen
saham juga berasal dari pembagian laba di tahan. Perbedaan pengaruh dividen
saham dengan dividen tunai adalah pada dividen saham tidak ada arus kas yang
keluar dari perusahaan dan hanya pemindahan dari akun laba ditahan menjadi
modal saham, sedangkan pada dividen kas perusahaan harus mengeluarkan kas
untuk dibagikan pada pemegang saham. Dengan demikian apabila perusahaan
ingin membagikan dividen saham, saldo laba ditahan harus mencukupi untuk
pembagian dividen saham dimaksud.
2. Telah disetujui oleh RUPS,sebagaimana dividen tunai, pembagian dividen saham
juga harus di setujui olehpemegang saham dalam RUPS.
3. Harga teoritis saham memenuhi ketentuan bursa. Dalam peraturan pencatatan PT
Bursa Efek Jakarta Nomor I-A tahun 2004 tentang pencatatan saham dan efek
bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan, huruf V.3.2. dinyatakan “harga
teoritis saham hasil tindakan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya Rp.100
(seratus rupiah). Selanjutnya pada huruf V.3.3. dinyatakan “harga teoritis
dihitung bersarkan rata-rata harga penutupan saham perusahaan yang
bersangkutan selama 25 (dua puluh lima) hari bursa berturut- turut di pasar
regular sebelum perusahaan tercatat melakukan iklan pengumuman mengenai
akan dilakukannya Rapat Umumm Pemegang Saham yang mengagendakan
pembagian dividen.”
24 II.4.2 Dividen Interim dan Final
Mengacu pada pendapat basir
et al. dividen interim atau dividen
sementara adalah dividen yang dibayarkan pada tahun berjalan sebelum
pembukuan perusahaan ditutup. Dividen interim ini akan diperhitungkan
sebagai bagian dari dividen final, sementara dividen final adalah dividen
yang dibagiakan setelah pembukuan perusahaan ditutup dan merupakan
dividen akhir untuk tahun buku yang bersangkutan.
II.4.3 Jadwal yang Berkaitan dengan Pembagian Dividen
Salah satu factor yang perlu di perhatikan khususnya para investor,
adalah mengenai jadwal yang berkaitan dengan pembagian dividen serta
jadwal lainnya yang berkaitan dengan dividen, misalnya kapan sebaiknya
membeli suatu saham sehigga mendapat kesempatan untuk mendapatkan
saham yang tercatat sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan
dividen.
Berkaitan dengan jadwal pembagian dividen, terdapat beberapa istilah yang
perlu diketahui,yaitu:
1. Tanggal
pengumuman
(declaration
date),
merupakan
tanggal
pengumuman pembagian dividen yang disampaikan emiten
2. Cum-dividens date, merupakan tanggal terkait perdagangan saham yang
masih mengandung hak untuk mendapatkan dividen (baik tunai maupun
saham)
25 3. Ex-dividend date merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah
tidak mengandung hak untuk mendapatkan dividen. Jadi jikam membeli
pada tanggal ini atau sesudahnya, maka saham tersebut sudah tidak
membagikan dividen. Sebaliknya, jika seseorang ingin menjual saham
dan masih ingin mendapatkan hak dividen, maka harus menjual pada exdividend date atau sesudahnya.
4. Tanggal pencatatan (recording date), merupakan tanggal pencatatan atau
tanggal penentuan para pemegang saham yang berhak mendapatkan
dividen.
5. Tanggal
pembayaran
(dividend
payment),
merupakan
tanggal
pembayaran dividen kepada pemegang saham yang berhak
II.4.4 Pengaruh Cum dan Ex-dividend pada Harga Saham
Secara umum pembagian dividend tunai direspon positif oleh investor,
apalagi jika dividen yang dibagikan cukup besar. Harga saham perusahaan
yang membagikan dividen umumnya jika dianggap tidak ada factor lain yang
berpengaruh akan naik sesuai ke tingkat wajarnya sesuai dengan besarnya
dividen yang dibagikan sampai dengan tanggal cum-dividend namun
diperhitungkan juga pajak atas dividen sebesar 15% sesuai pasal 23 undangundang No 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan. Namun jika telah
memasuki tanggal ex-dividend, maka harga saham umumnya akan terkoreksi
kembali (karena pembelian saham pada tanggal ex-dividend tidak lagi berhak
menerima dividen).
26 II.4.5 Pengaruh Dividen terhadap Harga Saham
Jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh suatu perusahaan akan
diperhitungkan oleh investor (khususnya investor jangka panjang) dalam
memilih saham yang akan dibeli. Hal ini karena jumlah dividen
diperhitungkan sebagai salah satu dalam penentuan imbal hasil yang
disaratkan (required rate of return).
II.4.6 Dividen payout Ratio dan Dividen Yield
Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio – (DPR) merupakan
rasio yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Jika
rasio pembayaran dividen dihitung dalam basis per lembar saham, maka
rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Sedangkan imbal hasil dividen (dividend yield – DY) digunakan untuk
mengukur jumlah dividen per daham relative terhadap harga pasar yang
dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin besar dividend yield, maka
akan semakin menarik bagi investor. Sividend yield dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
27 II.5 Penilaian harga Saham
Penilaian atas saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi
perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya
laba perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan
sebagainya. Secara umum ada dua analisis yang sering digunakan dalam
melakukan analisis saham, yaitu analisis teknikal (technical analysis) dan
analisis fundamental (fundamental analysis)
1. Analisis teknikal
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Analisis
teknikal adalah: “salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham , di
mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada
data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga
saham dan volume transaksi.” Dengan berbagai grafik yang ada serta polapola grafik yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi
pergerakan harga saham ke depan.
Analisis teknikal merupakan analisis yang memperhatikan perubahan
harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini akan menentukan nilai saham
dengan menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume
transaksi saham. Harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran
(supply) dan permintaan (demand) terhadap saham tersebut.
Menurut Widoatmodjo (2005:77), “analisis teknikal merupakan salah
satu metode penilaian saham dengan mengamati pembentukan harga saham
28 dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku
harga sebelumnya”. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga di waktu lalu
sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut
akan berulang.
Analisis teknikal biasanya menggunakan data yang dianalisis dengan
menggunakan grafik atau program komputer. Dengan mengamati grafik
tersebut dapat diketahui bagaimana kecenderungan harga, memperkirakan
kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan, serta memilih saat yang paling
menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar.
2. Analisis fundamental
Menurut Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhrudin (2006). Analisis
fundamental adalah: salah satu cara melakukan penilaian saham dengan
mempelajari atau mengamati berbagai indicator terkait makro ekonomi dan
kondisi industry duatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan
dan manajemen perusahan
Analisis fundamental merupakan alat analisis yang sangat berhubungan
dengan kondisi keuangan perusahaan. Widoatmodjo (2007:263) menyatakan
bahwa “analisis fundamental sebenarnya merupakan metode analisis saham
dengan melakukan penilaian atas laporan keuangan.” Menurut Darmadji dan
Fakhruddin (2006:189), “analisis fundamental merupakan salah satu cara
melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai
indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu
29 perusahaan”. Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis
yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai
suatu saham.
Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham di masa
yang akan dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan (2) menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis
fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil
atau pengembalian ekuitas, margin laba, dan data keuangan lainnya sebagai
sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang.
Dalam analisis fundamental terdapat dua model penilaian terhadap nilai saham
yang sering digunakan para analisis sekuritas menurut Kamaruddin
(2004:81), yaitu:
•
Pendekatan nilai sekarang
Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi laba
(capitalization of income method), melibatkan proses kapitalisasi
nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang.
Jika investor percaya bahwa nilai perusahaan bergantung pada
prospek perusahaan di masa datang dan prospek ini merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa depan,
30 maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskotokan nilainilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.
•
Pendekatan price earning ratio (PER)
Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam
menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah
dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu
pendekatan yang populer adalah dengan menggunakan nilai
pendapatan untuk memperkirakan nilai intrinsik, yaitu dengan
pendekatan Price Earnings Ratio (PER), atau disebut juga dengan
earnings multiplier
II.5.1 Pendekatan CAPM
Satu pendekatan untuk mengestimasi biaya ekuitas biasa adalah dengan
menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM
Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah merupakan teori
hubungan antara resiko dan pengembalian yang menyatakan bahwa ekspetasi premi
resiko segala sekuritas sama dengan betanya dikali premi resiko pasar. CAPM memiliki
interpretasi sederhana: ekspetasi diminta oleh investor tergantung pada dua hal: (1)
kompensasi nilai waktuu uang (tingkat bebas resiko) dan (2) premi resiko, yang
bergantung pada beta dan premi resiko pasar. (Brealey et al. 2007:h.333).
CAPM dilakukan dengan cara dibawah ini
1. Mengestimasi tingkat bebas resiko (Rf). Tingkat bebas resiko biasanya diambil
dari tingkat suku bunga bank Indonesia (BI rate)
31 2. Mengestimasi koefisien beta saham. dan menggunakan sebagai indeks resiko
saham.
3. Mengestimasikan tingkat pengembalian yang di syaratkan dari pasar.
4. Mengestimasi nilai-nilai di atas ke dalam persamaan CAPM untuk mengestimasi
tingkat pengembalian yang diminta dari saham yand dipertanyakan
Ks
= Rf+[(Rm-Rf) x beta)
II.5.2 Analisis Rasio keuangan
1. Erning Per Share (EPS)
Rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan
profaitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin
tinggi
nilai
EPS
tentu
saja
mengakibatkansemakin
besar
laba
dan
kemungkinanpeningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. EPS
dapat dihitung dengan rumus:
2. Price Erning Ratio (PER)
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Sebagai contoh, jika suatu
saham memiliki PER sebesar 10 kali, berarti pasar menghargai sepuluh kali atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi investor semakin kecil
PER suatu saham, semakin bagus karena saham tersebut termasuk dalam
katagori murah. PER dihitung dengan rumus berikut:
32 3. Price Book Value (PBV)
PBV
menurut wetson et al adalah “rasio harga pasar saham terhadp nilai
bukunya. Rasio ini memberikan indikasi lain bagaimana investor memandang
suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitasnya
tinggi biasanya dengan penggandaan nilai buku yang lebih tinggi daripada
perusahaan lain yang tingkat pengembaliannya rendah” (h.306). PBV dihitung
dengan rumus
4. Return on Equty (ROE)
Menurut Weygandt et al. ROE adalah “show how many dollars of net income
were erned for each dollar invested by the owners” (p.780). jadi ROA mengukur
tingkat pengembalian yang diperoleh para pemegang saham dari tiap dolar /
rupiah yang diinvesrasikan , sehingga makin tinggi rasio ini minat investor untuk
membeli saha perusahaan semakin tinggi
II.5.3 Dividend Discount Model (DDM)
Wiliam F. Shape (1990) mengenalkan suatu teori untuk menentukan nilai
intrinsic dari suatu saham didasarkan atas pendapatan perusahaan yang
dibayarkan dalam bentuk dividend. Ia juga memperkenalkan konsep discounting
dalam teorinya yang pada dasarnya merupakan proses menilai aliran pendapatan
33 dimasa yang akan datang (dividen) pada saat sekarang. Teori ini kemudian
terwujud dalam rumusan DDM.
Dividend discount model (DDM) adalah suatu rumusan valuasi yang banyak
diterima dan digunakan oleh buku teks keuangan dan investasi saat ini.
Berdasarkan DDM harga saham adalah nilai saat ini dari keseluruhan dividen
yang akan diterima pemegang saham secara perpetuity. Perhitungan nilai intristik
dengan rumusan DDM tidak hanya berfokus pada dividen saja melaikan juga
memperhitungkan capital gain. Capital gain ini direfleksikan pada harga
terminal value saat saat saham tersebut dijual. Terminal value ditentukan dengan
mempertimbangkan perkiraan dividen dimasa yang akan datang secara
perpetuity. Dividen Discount Model (DDM) kemudian dikembangkan menjadi
tiga model,
1. Model pertumbuham tetap.
2. Model tanpa pertumbuhan.
3. Model dengan beberapa pertumbuhan
1.
Model Pertumbuhan Tetap
Stable model merupakan variasi DDM yang biasa diterapkan pada perusahaan
yang diprediksi mengalami pertumbuhan yang stabil dalam jangka panjang.
Biasanya penggunaan model ini disertai dengan asumsi bahwa perusahaan
tumbuh sesuai nominal growth dari perekonomian suatu Negara (tingkat inflasi
ditambah real growth dari perekonomian). Stable model lebih dikenal dengan
nama Gordon growth model karena variasi DDM ini ditemukan oleh Myron
34 Godon, seorang professor dari university of Toronto. Perhitungan nilai interinsik
perusahaan dengan stable model menggunakan rumus berikut:
Dengan
Do = dividen yang diterima
g = tingkat pertumbuhan dividen perusahaan
k = tingkat pengembalian yang di syaratkan
2. Model Tanpa Pertumbuhan
Model ini mengasumsikan bahwa laba perusahaan tiap tahun menghasilkan
jumlah laba yang sama. Dengan kata lain tidak ada pertumbuhan laba
perusahaan, hal tersbut akan mengakibatkan deviden yang diberikan
perusahaan selalu tetap setiap tahunnya atau tidak ada pertumbuhan dividen.
Mdoel DDM tanpa pertumbuhan dapat dihitung dengan rumus:
Dengan
V= nilai intrinsik saham
Do=dividen
Ks=tingkat pengembalian yang di syaratkan
3. Model Pertumbuhan Tidak Tetap
Model pertumbuhan tidak tetap merupakan bentuk DDM yang dianggap paling
rasional untuk dapat diterapkan dalam dunia nyata. Dikatakan paling rasional
karena penggunaan model pertumbuhan tidak tetap disertai dengan asumsi
35 bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan tinggi yang kemudian akan
diikuti dengan penurunan pertumbuhan yang mengarah pada pertumbuhan yang
stabil setelahnya. Penggunaan model ini harus disertai dengan perhitungan
matang mengenai berapa lama perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi,
apakah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih lama. Meskipun selama ini variasi
two stage model yang banyak digunakan mengasumsikan bahwa perusahaan
mengalami pertumbuhan tinggi yang kemudian diikuti dengan penurunan
pertumbuhan yang stabil, variasi lain juga bias digunakan, misalnya saja
perusahaan mengalami pertumbuhan yang rendah yang kemudian dilanjutkan
dengan pertumbuhan yang tinggi (hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan
growth yang tinggi pada perusahaan tidak selalu diikuti pertumbuhan growth dari
dividen). Perhitungan nilai interisik perusahaan dengan metode pertumbuhan
tidak tetap dapat dihitung dengan rumus:
Dengan:
V=nilai intrinsic saham
Do=dividen yang diterima sekarang
Dn=dividen pada akhir periode tingkat pertumbuhan abnormal
G= pertumbuhan
Ks=tingkat pengembalian yang di syaratkan
=pertumbuhan dividen normal
=pertumbuhan dividen di atas normal
n= periode pertumbuhan dividen di atas normal
36 
Download