PEMETAAN MIKROZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE HVSR DAERAH PAINAN SUMATERA BARAT (Skripsi) Oleh: ASRI WULANDARI KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 MICROZONATION MAPPING THE PRONE EARTHQUAKE AREAS OF PAINAN REGIONAL WEST SUMATERA USING HVSR METHOD By: ASRI WULANDARI ABSTRACT Regional Painan, the distric of Pesisir Selatan, the province of west Sumatera is one of the areas with high risk disaster prone. This study aims attempts to maped the disaster prone area of the Painan region based on the dominant frequency value, Vs30, PGA and amplification and to know the value of ground movement from the area. By using the HVSR method (Horizontal to Vertical Spectra Ratio) expected to assist to zone the regions. Based on the research that has been done, it is known that the Painan area, West Sumatera, have values of dominant frequency between 0.6 to 12.07 Hz. As for the value Vs30 between 73.08 to 1449 m/s and the amplification values between 0.47 to 6.01. The PGA value for Painan region between 0.034 to 0.063 g. Based on the analysis that has been done by correlating the four zoning map, it is known that the area which has a high risk of earthquake disaster that is estimated to coastal areas. This is supported by the dominant low frequency value and the value Vs30 small and PGA of high value. The amplification value of this region is divided into four zones, areas that have amplification is very high being around the beach and composed by rock alluvial, the value of amplification of high contained in nearly all the regions Painan while amplification medium and low are the small area of Painan and the small area of Bungo Pasang Salido because based on the geological map of the area is composed of two types of rocks are alluvial and rock Painan Formations. Key Word: Painan, HVSR, Microzonation, PGA i PEMETAAN MIKROZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE HVSR DAERAH PAINAN SUMATERA BARAT Oleh: ASRI WULANDARI ABSTRAK Daerah Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat resiko rawan bencana yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menzonasikan daerah rawan bencana di daerah Painan berdasarkan nilai frekuensi dominan, Vs30, PGA (Peak Ground Acceleration) dan amplifikasi serta untuk mengetahui nilai pergerakan tanah daerah tersebut. Dengan menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectra Ratio) diharapkan dapat membantu dalam penzonasian daerah penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa daerah Painan, Sumatera Barat, memiliki nilai nilai frekuensi dominan antara 0,6 - 12,07 Hz. Sedangkan untuk nilai Vs30 antara 73,08 1449 m/s dan nilai amplifikasinya antara 0,47 - 6,01. Nilai PGA untuk daerah Painan antara 0,034 - 0,063 g. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan mengkorelasikan keempat peta zonasi, diketahui bahwa daerah yang memiliki tingkat resiko bencana gempabumi yang tinggi diperkirakan adalah daerah pesisir pantai. Hal ini didukung dengan nilai frekuensi yang rendah dan nilai Vs30 yang kecil serta nilai PGA yang besar. Nilai amplifikasi daerah ini terbagi menjadi empat zona yaitu daerah yang memiliki amplifikasi sangat tinggi berada disekitar pantai dan tersusun oleh batuan alluvial, nilai amplifikasi yang tinggi terdapat hampir diseluruh daerah Painan sedangkan amplifikasi sedang dan rendah terdapat disebagian kecil daerah Painan dan disebagian kecil daerah Bungo Pasang Salido karena berdasarkan peta geologinya daerah tersebut tersusun atas dua jenis batuan yaitu batuan alluvial dan Formasi Painan. Kata kunci: Painan, HVSR, Mikrozonasi, PGA ii PEMETAAN MIKROZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE HVSR DAERAH PAINAN SUMATERA BARAT Oleh ASRI WULANDARI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK Pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Seputih Raman pada tanggal 27 Juni 1993 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ari Marno dan Ibu Sademi. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 4 Gunung Madu pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Satya Dharma Sudjana pada tahun 2005 sampai kelas VIII semester 1 dan pada semester kedua pindah ke SMP Ma’arif 01 Seputih Raman hingga selesai pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA N 1 Seputih Raman pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar dan aktif di beberapa Organisasi Kemahasiswaan, seperti Forum Silaturahmi dan Studi Islam sebagai anggota pada tahun 2012-2013, Selain itu juga penulis aktif dalam organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA TG) pada periode 2012/2013 dan 2013/2014 sebagai anggota SBM (Sosial Budaya Masyarakat).Pada bulan vi November-Desember 2014 penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung dengan judul “Analisa Energi Gempa Kumulatif Gunung Sinabung Sumatera Utara Berdasarkan Hasil Perhitungan Nilai Amplitudo Rekaman Gelombang Gempa Oktober–November 2013” selama kurang lebih satu bulan. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Tugas Akhir (TA) selama kurang lebih 2 bulan di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung dengan judul “Pemetaan Mikrozonasi Daerah Rawan Gempabumi Menggunakan Metode Hvsr Daerah Painan Sumatera Barat”. Hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya pada bulan September tahun 2016. vii Aku persembahkan karya kecil ini untuk: Allah SWT Ayahanda tercinta, Bapak Ari Marno Ibunda tersayang, Ibu Sademi Kakak-kakakku terkasih, Mas Joko dan Mbak Ina, Mbak Beti dan Mas Aji Dan Keluarga besarku Teknik Geofisika UNILA 2011 Keluarga Besar Teknik Geofisika UNILA Almamater Tercinta UNILA Sahabat-sahabatku dan orang-orang terkasih. viii “Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar daripada ketakutanmu” “Datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan” ~HR. Tirmidzi~ “Orang yang pernah gagal adalah orang yang sedang melangkah menuju kesuksesan” “Menuntut ilmu adalah taqwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah, Mengulang-ulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad.” ~Al Ghazali~ ix KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat, karunia dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PEMETAAN MIKROZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE HVSR DAERAH PAINAN SUMATERA BARAT” sebagai salah satu bagian dari kurikulum dan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi sebagai Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Skripsi ini merupakan hasil kegiatan Tugas Akhir di PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Bandung. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan banyak kelemahan dalam laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan nya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, Desember 2016 Penulis, Asri Wulandari x SANWACANA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pemetaan Mikrozonasi Daerah Rawan Gempabumi Menggunakan Metode HVSR Daerah Painan Sumatera Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang selalu mengawasi dan meridhoi setiap proses sampai skripsi ini selesai, sehingga tiada alasan bagi penulis untuk berhenti bersyukur “Alhamdulillah”. 2. Nabi Muhammad saw yang memberikan teladan kepada seluruh umatnya, terutama penulis untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. 3. Bapak Ari Marno dan Ibu Sademi, kedua orang tua ku yang tiada henti memberikan kasih sayang, doa, perhatian serta dukungan; 4. Mas Joko dan Mbak Ina, Mbak Beti dan Mas Aji, Mas Bambang dan istri, kakak- kakakku yang selalu memberikan dukungan; 5. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Unila dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu dan memberikan xi nasihat, saran serta ilmu kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, 6. Bapak Rustadi M. T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu, saran dan nasihat serta koreksi-koreksi pada penulisan skripsi ini, 7. Bapak Dr. H. Muh. Sarkowi, S.Si., M.Si., selaku dosen pembahas atas kesediaannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini; 8. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S. Si., M. T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika Unila; 9. Bapak Syamsurijal Rasimeng, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan ilmu dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 10. Bapak Rahayu Robiana selaku pembimbing Tugas Akhir di Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung yang telah memberikan banyak masukan. Terima kasih atas waktu, ilmu, saran, kritik, dan inspirasi yang telah diberikan; 11. Dosen-dosen Jurusan Teknik Geofisika Unila, Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si., M.T., Bapak Dr. H. Muh. Sarkowi, S.Si., Bapak Syamsurijal R., M.Si., Bapak Alimuddin Muchtar, M.Si., Bapak Rustadi, M.T., Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.T., Bapak Ordas Dewanto, M.Si., Bapak Karyanto, M.T., Bapak Nandi H., M.Si., dan yang telah memberikan ilmu yang luar biasa dan memotivasi penulis xii untuk selalu menjadi lebih baik selama di perkuliahan Jurusan Teknik Geofisika Unila; 12. Seluruh Staf Tata Usaha Jurusan Teknik Geofisika Unila, Pak Marsuno, Mbak Dewi, dan Mas Pujiono, yang telah memberi banyak bantuan dalam proses administrasi; 13. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sebagai institusi yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan Tugas Akhir. 14. Ibu Sri Hidayati selaku Kepala Subbidang Gempabumi dan Tsunami yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir. 15. Penghuni ruangan 711 di Subbidang Gempabumi dan Tsunami (Pak Gangsar, Pak Deden, Pak Heri, Pak Juanda, Pak Sugiharto, Pak Fatoni) dan Penghuni ruangan 713 (Pak Imam, Pak Cecep, Pak Afif, Pak Pandu, Pak Ahmad dan Pak Robi). Terima kasih atas bantuannya selama 2 bulan penulis melaksanakan Penelitian Tugas Akhir di PVMBG; 16. Teman seperjuangan selama melaksanakan tugas akhir di PVMBG yaitu Rahmi dan Yeni yang telah berbagi ilmu dan memotivasi penulis. 17. Doni dan Bagas TG12, terima kasih karena sudah sabar banget mengajari penulis dalam pembuatan peta, Nanda, Fitri Wahyu, Yeni dan Lia terima kasih sudah membantu penulis dalam bertukar pikiran, 18. Teman seperjuangan Teknik Geofisika Unila angkatan 2011, Yeni, Lia, Rika, Ami, Hilda, Mala, Achmadi, Alwi, Agung, Fitri Wahyu, Nanda, Yunita, Annisa, Ratu, Arenda, Mezrin, Bagus, Cici, Titi, Dhi, Hardeka, Sari, Ucup, Willian, Keto, Guspri, Tri, Sibu, Samsul, Herwanda, Farid, Leo, Doni, kalian xiii adalah keluargaku, terimakasih untuk setiap pahit manis cerita yang terukir sejak hari pertama upacara PROPTI. Semangat dan sukses untuk kita semua; 19. Kakak tingkat dan senior Teknik Geofisika angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 khususnya Kak Deka, Kak Satria dan Kak Farhan yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penulis; 20. Adik-adik tingkat angkatan 2012, 2013, dan 2014, 2015 yang selalu memberi semangat; Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua. Aamiin. Bandar Lampung, 12 Desember 2016 Asri Wulandari xiv DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ......................................................................................................... i ABSTRAK ...........................................................................................................ii PERSETUJUAN .................................................................................................. iii PENGESAHAN ................................................................................................... iv PERNYATAAN ................................................................................................... v RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii MOTTO ............................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x SANWACANA .................................................................................................... xi DAFTAR ISI .......................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1 B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2 C. Batasan Masalah ......................................................................................... 2 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 4 xv B. Geologi Daerah Painan ............................................................................... 5 C. Stratigrafi dan Struktur Daerah Painan ....................................................... 8 D. Sejarah Kegempaan Provinsi Sumatera Barat ............................................9 III. TEORI DASAR ........................................................................................... 11 A. Gempa Bumi .............................................................................................. 11 B. Teori Gelombang ....................................................................................... 14 C. Persamaan Gelombang Seismik .................................................................16 D. Gelombang Seismik ................................................................................... 19 E. Mikrotremor. .............................................................................................. 22 1. Frekuensi Dominan ............................................................................... 24 2. Vs30 (kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 m) ................ 26 3. Amplifikasi ............................................................................................ 29 4. Fast Fourier Transform (FFT) .............................................................. 31 F. Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) ............................. 32 G. Peak Ground Acceleration (PGA) ............................................................. 34 IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................38 A.Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................38 B. Data Penelitian .......................................................................................... 38 C. Perangkat penelitian .................................................................................. 39 D.Diagram Alir ............................................................................................... 40 E.Pengolahan Data.......................................................................................... 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................44 A. Hasil ...........................................................................................................44 B. Pembahasan................................................................................................ 50 1. Analisis Nilai Frekuensi Dominan ........................................................ 51 2. Analisis NilaiVs30 .................................................................................. 52 3. Analisis NilaiPGA................................................................................. 54 4. Analisis NilaiAmplifikasi......................................................................56 VI. KESIMPULAN ............................................................................................ 59 A. Kesimpulan ............................................................................................... 59 B. Saran .........................................................................................................60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN ....................................................................................................... 64 xvi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peta administrasi Kabupaten Pesisir Selatan .....................................6 Gambar 2. Peta Geologi Daerah Painan .............................................................. 7 Gambar 3. Peta katalog sebaran gempa merusak Sumatera Barat ....................10 Gambar 4. Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik.........................................12 Gambar 5. Perambatan gelombang di dalam suatu medium .............................. 14 Gambar 6. Gelombang-P ....................................................................................20 Gambar 7. Gelombang-S ....................................................................................20 Gambar 8. Gelombang Reyleigh ........................................................................22 Gambar 9. Gelombang Love ..............................................................................22 Gambar 10. Perbedaan sinyal tremor dan gempa bumi ......................................24 Gambar 11. Prinsip dasar respon lokasi mikrotremor ........................................27 Gambar 12. Konsep dasar amplifikasi gelombang seismik................................ 30 Gambar 13. Contoh spektra H/V ........................................................................34 Gambar 14. Peta Sebaran Titik Pengukuran ....................................................... 39 Gambar 15. Diagram Alir ...................................................................................40 Gambar 16. Contoh software Phyton .................................................................41 Gambar 17. Contoh software Geopsy .................................................................42 Gambar 18. Contoh software Arcgis ..................................................................43 Gambar 19. Peta nilai frekuensi daerah Painan ..................................................45 Gambar 20. Peta nilai Vs30 daerah Painan .......................................................... 46 Gambar 21. Peta nilai PGA daerah Painan ......................................................... 47 Gambar 22. Peta nilai amplifikasi daerah Painan ...............................................48 Gambar 23. Peta penggabungan nilai frekuensi, Vs30, PGA dan amplifikasi .....49 xvii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kecepatan rambat gelombang P dan S pada medium rambatnya .........21 Tabel 2. Klasifikasi Tanah berdasarkan Nilai Frekuensi Dominan Mikrotremor oleh Kanai .......................................................................................... 25 Tabel 3. Klasifikasi tanah oleh Kanai berdasarkan nilai frekuensi dominan mikrotremor modifikasi .........................................................................26 Tabel 4. Klasifikasi Jenis Batuan berdasarkan National Earthquake Hazard Reduction Program (NEHRP) ............................................................... 29 xviii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap ancaman gempabumi. Letak Indonesia berada pada tiga lempeng aktif yaitu Lempeng Benua Eurasia, Lempeng Samudera Hindia-Australia, dan Lempeng Samudera Pasifik merupakan salah satu indikasi bahwa Indonesia memiliki potensi gempabumi yang cukup besar (Irsyam, dkk, 2010). Sebagian besar gempabumi disebabkan pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan dari lempeng yang bergerak. Gempabumi biasanya terjadi pada perbatasan lempeng-lempeng aktif tersebut. Namun ada beberapa gempabumi lain yang terjadi karena pergerakan magma di dalam gunungapi. Gempabumi merupakan suatu kejadian alami yang sampai saat ini belum dapat diprediksi waktu, kapan dan seberapa kuat intensitas gempabumi yang akan terjadi secara akurat. Gempabumi menjadi salah satu bencana yang perlu diwaspadai karena selain tidak dapat diprediksi, gempabumi juga dapat menimbulkan kerusakan yang parah bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. 2 Provinsi Sumatera Barat termasuk ke dalam zona beresiko tinggi terhadap dampak gempa dan tsunami. Hal ini terjadi karena Sumatera Barat relatif dekat dengan zona subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia dan Sesar Besar Sumatera (Sumatera Fault Zone). Sebagai upaya mitigasi perlu dilakukan kajian daya dukung terhadap usulan penelitian. Oleh karena itu dilakukan perhitungan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) dan Vs30 (kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter) untuk mengetahui site class dari daerah penelitian. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan peta zonasi berdasarkan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) dari daerah penelitian untuk mengetahui percepatan pergerakan tanah di daerah penelitian, frekuensi dominan, Vs30 (kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter) dan nilai amplifikasi perediksi. 2. Menentukan zonasi daerah rawan bencana berdasarkan analisis nilai frekuensi dominan, Vs30 (kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter), PGA (Peak Ground Acceleration) dan amplifikasi prediksi. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada penzonasian daerah Painan, Sumatera Barat dengan menentukan nilai PGA untuk mengetahui percepatan 3 batuan dasar dan perhitungan nilai Vs30 serta frekuensi dominan untuk mengetahui site class daerah rawan bencana untuk selanjutnya membuat peta rawan bencana gempabumi daerah penelitian. D. Manfaat Penelitian Pemetaan mikrozonasi daerah Painan, Sumatera Barat merupakan salah satu usaha untuk menyediakan data penzonasian daerah yang rawan terhadap bahaya gempabumi. Penzonasian daerah rawan bencana ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembangunan gedung-gedung agar tahan terhadap bahaya gempabumi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Selatan. Luas daerah Pesisir Selatan ± 5.794,95 km² atau 13,70 persen dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Pesisir Selatan terletak antara 0°59’ - 2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’ - 101°18’ Bujur Timur dan terletak pada UTMY 10108716,51 - 10273970,08 dan UTMX 646503,94 755763,85 yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 km, dengan batas wilayah: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang. 2. Sebelah selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu). 3. Sebelah timur dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi). 4. Sebelah barat dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki lima belas kecamatan yaitu kecamatan Koto XI Tarusan, kecamatan Bayang, kecamatan Bayang Utara, kecamatan IV Jurai, kecamatan Batang Kapas, kecamatan Sutera, kecamatan Lengayang, kecamatan 5 Ranah Pesisir, kecamatan Linggo Sari Baganti, kecamatan Pancung Soal, kecamatan Air Pura, kecamatan Basa IV Balai Tapan, kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, kecamatan Lunang, dan kecamatan Silaut. Pusat pemerintahan kabupaten Pesisir Selatan terletak di Painan yang berada di kecamatan IV Jurai dan merupakan daerah penelitian ini (Gambar 1). B. Geologi Daerah Painan Pada peta geologi daerah Painan (Gambar 2) terdiri dari beberapa formasi dan batuan yaitu: formasi Painan, batuan Granit, batuan Gunungapi Kuarter dan batuan Breksi volkanik serta Alluvial. Formasi Painan terdiri dari batuan gunungapi dengan sejumlah kecil batuan sedimen. Batuan gunungapi yang terdiri dari lava, breksi, breksi tuf. Dalam formasi ini termasuk batuan sedimen berumur Miosen Awal di sebelah selatan Gunung Kerinci. Umur formasi ini dinyatakan sebagai Oligo-Miosen dan tebalnya mencapai 700 meter. Batuan lain yang terdapat dalam peta geologi Painan adalah batuan Granit. Batuan Granit ini dinyatakan berumur Miosen Tengah. Batuan Aluvial merupakan hasil pelapukan dari batuan yang lebih tua dan endapan sungai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Batuan Breksi volkanik terdiri dari breksi gunungapi, lahar, breksi tufa dan tufa bersusunan basal sampai andesitan. Umurnya diperkirakan Kuarter (Sumaatmadja, 1999). 6 Gambar 1. Peta administrasi Kabupaten Pesisir Selatan 7 Gambar 2. Peta Geologi Daerah Painan 8 C. Stratigrafi dan Struktur Daerah Painan Tabrakan dari kerak Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia telah menghasilkan penekukan lempeng (plate subduction), pertemuan lempeng (strike slip transform) dan juga terjadi pemisahan tarikan (pull apart). Stratigrafi daerah Painan terdiri dari Batuan Sedimen, Batuan Gunungapi dan Batuan Intrusi. Pada daerah Painan banyak terdapat batuan gunungapi yang terdiri dari lava, breksi, breksi tufa, tufa dengan sisipan tipis batuan sedimen (serpih, serpih karbonan, batu lanau, batu lempung, arkosa, batu pasir tufaan dengan sisipan tipis batu bara). Batuan Sedimen pada umumnya tersingkap disebelah Barat yang termasuk kedalam Cekungan Sumatera Tengah yang umurnya Permo-Karbon sampai PlioPistosen. Batuan Gunungapi sebagian besar menempati bagian sebelah Barat dari Cekungan Sumatera Tengah yang terdiri dari batuan hasil gunungapi yang umurnya Perm-Kuarter. Batuan Intrusi tersebar diseluruh daerah terdiri dari intrusi granit, granodiorit, diabas dan diorit; yang umurnya Karbon-Miosen Tengah. Secara regional sesar utama yang mempengaruhi daerah ini adalah Sesar Sumatera yang berupa sesar geser menganan dan sesar normal, dengan arah barat laut tenggara. Daerah ini mengalami beberapa kali tektonik sejak Perm Akhir dimana Formasi Ngaol dan Formasi Barisan mengalami (Sumaatmadja, 1999). pengangkatan, perlipatan dan pensesaran 9 D. Sejarah Kegempaan Provinsi Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah dengan tingkat resiko bencana gempabumi yang tinggi sehingga sering terjadi bencana gempabumi maupun tsunami. Sejarah gempabumi merusak yang pernah terjadi di Provinsi Sumatera Barat ditunjukkan oleh tabel yang terlampir pada lampiran. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan peta sebaran titik sumber gempabumi yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat. 10 Gambar 3. Peta katalog sebaran gempa merusak Sumatera Barat III. TEORI DASAR A. Gempabumi Gempabumi merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan penjalaran gelombang seismik. Gempabumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi di litosfer. Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan tarikan (strain) pada lapisan bumi. Tekanan atau tarikan yang terus menerus menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi patahan secara tiba-tiba. Energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang dikenal dengan sebutan gempabumi (Fulki, 2011). Gempabumi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: tectonic force yang berkaitan erat dengan pembentukan patahan (fault), interaksi antar lempeng pembentuk kulit bumi, gempa vulkanik yang berkaitan dengan aktivitas gunung api, jatuhan atau runtuhan massa batuan/tanah yang berukuran besar dan ledakan konvensional dan nuklir serta dampak tumbukan meteorit (Villavarde, 2009). 12 Batas lempeng tektonik dapat dibedakan atas tiga bentuk utama yaitu konvergen, divergen dan sesar mendatar. Pada bentuk konvergen lempeng yang satu relatif bergerak menyusup di bawah lempeng yang lain. Pada bentuk divergen kedua lempeng saling menjauh sehingga selalu terbentuk material baru dari dalam bumi yang menyebabkan munculnya pegunungan di dasar laut yang disebut punggung tengah samudera. Sedang pada tipe jenis sesar mendatar kedua lempeng saling bergerak mendatar. Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik (Ibrahim, 2005) Akibat pergerakan lempeng tektonik, maka di sekitar perbatasan lempeng akan terjadi akumulasi energi yang disebabkan baik karena tekanan, regangan ataupun gesekan. Energi yang terakumulasi ini jika melewati batas kemampuan atau ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut (Ibrahim, 2005). Gempabumi yang sering menimbulkan kerugian dan korban jiwa adalah 13 gempa bumi tektonik. Gempabumi tektonik disebabkan oleh pergeseran lempenglempeng tektonik. Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan berbeda. Menurut teori konveksi pergerakan lempeng-lempeng ini disebabkan arus konveksi (Fulki, 2011). Ada beberapa jenis gempabumi yang dapat diklasifikasi berdasarkan berbagai aspek. Menurut sumber terjadinya, gempabumi dikelompokkan menjadi: 1. Gempa tektonik adalah gempabumi yang berasal dari pergeseran lapisanlapisan batuan sepanjang bidang sesar di dalam bumi. 2. Gempa vulkanik adalah gempabumi yang berasal dari pergerakan magma karena aktivitas gunungapi. 3. Gempa longsoran atau runtuhan adalah gempabumi yang terjadi karena aktivitas runtuhan pada daerah pertambangan atau daerah tanah longsor. 4. Gempa buatan adalah gempabumi yang terjadi karena adanya aktivitas manusia di kulit bumi yang menyebabkan getaran yang cukup kuat. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M), gempabumi dapat dibedakan: 1. Gempabumi sangat besar dengan magnitudo lebih besar dari 8 SR. 2. Gempabumi besar magnitudo antara 7 hingga 8 SR. 3. Gempabumi merusak magnitudo antara 5 hingga 6 SR. 4. Gempabumi sedang magnitudo antara 4 hingga 5 SR. 5. Gempabumi kecil dengan magnitudo antara 3 hingga 4 SR. 6. Gempabumi mikro magnitudo antara 1 hingga 3 SR . 7. Gempabumi ultra mikro dengan magnitudo lebih kecil dari 1 SR (Ibrahim, 2005). 14 B. Teori Gelombang Gelombang adalah suatu gejala terjadinya perambatan suatu gangguan (disturbance) melewati suatu medium dimana setelah gangguan ini lewat keadaan medium akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum gangguan itu datang. Misalkan gangguan ini merupakan suatu besaran sembarang y (berada pada sumbu Y pada koordinat kartesian) yang merambat dalam suatu medium dengan kecepatan v sepanjang sumbu X seperti ditunjukan pada Gambar 5. Gambar 5. Perambatan gelombang di dalam suatu medium. Pada saat t = 0, dan y adalah suatu fungsi dari x maka dapat dituliskan sebagai berikut: 𝑦 = 𝑦(𝑥) (1) Setelah selang waktu t gangguan tersebut akan menjalar sejauh vt. Fungsi gangguan (gelombang) y yaitu (𝑥 − 𝑣𝑡) dan (𝑥 + 𝑣𝑡) memenuhi persamaan gelombang. Diambil 𝑢 = (𝑥 − 𝑣𝑡) dan ditinjau sembarang fungsi gelombang. 15 Besar dan bentuk gangguan selama penjalaran dianggap tetap, sehingga persamaan y menjadi: 𝑦 = 𝑦(𝑥 – 𝑣. 𝑡) = 𝑦(𝑢) (2) Jika persamaan (2) diturunkan dua kali dengan menggunakan notasi y´ untuk turunan y terhadap u , maka akan diperoleh: 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑢 𝜕𝑢 = 𝜕𝑢 𝜕𝑥 = 𝑦′ 𝜕𝑥 (3) dan 𝜕𝑦 𝜕𝑡 = 𝜕𝑢 𝜕𝑡 = 𝑦′ 𝜕𝑡 (4) karena 𝜕𝑢/𝑑𝑥 = 1 dan 𝜕𝑢/𝑑𝑡 = -v , maka; 𝜕𝑦 = 𝑦′ 𝜕𝑥 𝜕𝑦 = −𝑣𝑦′ 𝜕𝑡 𝜕2 𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑡 = 𝜕𝑦 ′ = 𝑦′′ 𝜕𝑥 = −𝑣 𝜕𝑦′ 𝜕𝑡 (5) 𝜕𝑦′ 𝜕𝑢 = −𝑣 𝜕𝑥 𝜕𝑡 = 𝑣 2 𝑦′′ (6) Dari dua persamaan di atas diperoleh hubungan antara turunan kedua y terhadap x dan turunan kedua y terhadap t: 𝜕2 𝑦 𝜕𝑡 2 𝜕2 𝑦 = 𝑣 2 𝜕𝑥 2 (7) Persamaan diferensial yang ditunjukan pada persamaan (7) adalah persamaan dasar dari suatu gelombang. Jadi jika ada persamaan yang menyerupai persamaan di atas maka persamaan tersebut adalah suatu bentuk gelombang. Fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝑣𝑡) juga merupakan suatu gelombang karena juga memenuhi persamaan 16 (7). Berbeda dengan gelombang 𝑦 = 𝑓(𝑥 − 𝑣𝑡) yang merambat dalam arah x positif, 𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝑣𝑡) adalah gelombang yang merambat dalam arah x negatif. C. Persamaan Gelombang Seismik Dasar teori yang digunakan dalam pengamatan gempa adalah persamaan gelombang elastik untuk media yang homogen isotropik. Benda yang dilalui digambarkan sebuah kubus sehingga memiliki nilai regangan dan tegangan. Dalam bentuk tiga dimensi, komponen perpindahan titik P (x, y, dan z) ditulis dengan (u, v dan w), sehingga regangan normal tunjukkan oleh persamaan (8), regangan geser persamaan (9), sedangkan komponen regangan pada benda yang mengalami perpindahan secara rotasional ditunjukkan oleh persamaan (10). 𝜕𝑢 Ԑxx =𝜕𝑥 ; Ԑyy= 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑦 ; Ԑzz = Ԑxy= 𝜕𝑥+ 𝜕𝑦; Ԑyz= 𝜃x= 1 2 ( 𝜕𝑤 𝜕𝑣 𝜕𝑤 𝜕𝑦 1 𝜕𝑤 (8) 𝜕𝑧 𝜕𝑣 𝜕𝑢 +𝜕𝑧 ; Ԑzx= 𝜕𝑧 + 𝜕𝑢 𝜕𝑤 1 𝜕𝑤 𝜕𝑥 𝜕𝑣 𝜕𝑣 - ); 𝜃x= 2 ( 𝜕𝑧 - 𝜕𝑥 ); 𝜃z= 2 ( 𝜕𝑥-𝜕𝑦) 𝜕𝑦 𝜕𝑦 (9) (10) Perubahan dimensi yang disebabkan oleh strain normal akan mengakibatkan perubahan volume. Perubahan volume per satuan volume disebut dilatasi , misal ∆= 𝜃 𝜃= Ԑxx + Ԑyy+ Ԑzz = 𝜕𝑢 𝜕𝑥 𝜕𝑣 + 𝜕𝑥 + 𝜕𝑤 𝜕𝑥 (11) Hubungan antara tegangan dan regangan yang menimbulkan pergeseran sederhana disebut modulus Rigiditas dinyatakan dalam persamaan (12). 17 Hubungan antara konstanta elastik pada medium homogen isotropik saling terkait membentuk persamaan (13). 𝜇= 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 σxx = Ԑxx (12) 𝜆 σ = 2(𝜆+μ) (13) dengan λ disebut konstanta Lame, dan 𝜇 menyatakan hambatan regangan geser. Persamaan rambat gelombang P dan S dapat diturunkan dari Hukum Hooke yang menyatakan hubungan tegangan (gaya per satuan luas) dan regangan (perubahan dimensi) sebagai: σii= λ𝜃 + 2𝜇 Ԑii ; i= x, y, z (14) σij= 𝜇 Ԑij (15) ; j= x, y, z dan i≠ j Dalam hukum II Newton, gaya (F) adalah perkalian antara massa (m) dan percepatannya (a). Misal terdapat pergeseran (μ) sebagai akibat dari tekanansepanjang sumbu-x, maka hukum Newton dapat dinyatakan dalam persamaan (16). 𝜕2 μ 𝜕θ ρ 𝜕𝑡 2 = ( λ+𝜇 )𝜕𝑥+ 𝜇∇2 u (16) 𝜕2 μ F= mɑ = 𝜌dxdydzɑ = 𝜌dxdydz 𝜕𝑡 2 (17) dengan ρadalah massa jenis bahan. Persamaan (18) merupakan tekanan sepanjang sumbu-y dengan pergeseran v dan persamaan (19) merupakan tekanan dalam arah sumbu-z dengan pergeseran w. 𝜕2 v 𝜕θ 𝜕2 w 𝜕θ ρ 𝜕𝑡 2 = ( λ+𝜇 )𝜕𝑦+ 𝜇∇2 v ρ 𝜕𝑡 2 = ( λ+𝜇 )𝜕𝑧 + 𝜇∇2 w (18) (19) 18 Gelombang yang merambat pada suatu media ke segala arah, secara tiga dimensi arah perambatan gelombang dinyatakan dengan sumbu x, y, dan z. Untuk menentukan persamaan gelombang ini, persamaan (16), (18), dan (19) masingmasing dideferensialkan terhadap x, y, dan z, sehingga diperoleh persamaan (21), (23), dan (25): 𝜕2 μ 𝜕 𝜕 𝜕θ (ρ 𝜕𝑡 2 )= 𝜕𝑥 {( λ+𝜇 )𝜕𝑥+ 𝜇∇2 u} 𝜕𝑥 𝜕2 𝜕𝑢 𝜕 𝜕θ (20) 𝜕𝑢 ρ𝜕𝑡 2 (𝜕𝑥 )= (λ+𝜇) 𝜕𝑥(𝜕𝑥)+𝜇∇2 (𝜕𝑥 ) 𝜕2 v 𝜕 𝜕 (21) 𝜕θ (ρ 𝜕𝑡 2 )= 𝜕𝑦 {( λ+𝜇 )𝜕𝑥+ 𝜇∇2 v} 𝜕𝑦 ρ 𝜕2 2 𝜕𝑡 𝜕 (ρ 𝜕𝑧 ρ 𝜕2 2 𝜕𝑡 𝜕𝑣 𝜕 𝜕θ 𝜕𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 ( )= (λ+𝜇) 𝜕2 w 𝜕𝑡2 )= 𝜕 𝜕𝑧 ( )+ 𝜇∇2 ( ) (23) 𝜕θ {( λ+𝜇 ) + 𝜇∇2 w} (24) 𝜕𝑥 𝜕𝑤 𝜕 𝜕θ 𝜕𝑤 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑧 ( (22) )= (λ+𝜇) ( )+ 𝜇∇2 ( ) (25) Dengan menjumlahkan persamaan (21), (23), dan (25), maka: ρ 𝜕2 2 𝜕𝑡 𝜕2 θ 𝜕𝑡2 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕2 θ 𝜕𝑤 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 + 𝜕𝑧 )= (λ+𝜇) ( 𝜕𝑥2 + = ((λ+ 2μ) ρ 𝜕2 θ 2 𝜕𝑦 𝜕2 θ 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤 + 𝜕𝑧2 )+ 𝜇∇2 ( 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 + 𝜕𝑧 ) ∇2 𝜃 (26) (27) persamaan (27) merupakan persamaan gelombang P dengan kecepatan rambat ɑ yang ditunjukkan pada persamaan (28): ( λ+2μ ) ɑ= √ (28) 𝜌 Untuk mendapatkan persamaan gelombang S pada sumbu x, persamaan (18) diturunkan terhadap z, sehingga menghasilkan persamaan (29): ρ 𝜕2 2 𝜕𝑡 ( 𝜕𝑣 𝜕2 θ 𝜕𝑣 )= (λ+𝜇) 𝜕𝑦𝜕𝑧 + 𝜇∇2 ( 𝜕𝑧) 𝜕𝑧 (29) 19 dan persamaan (19) diturunkan terhadap y, ρ 𝜕2 ( 2 𝜕𝑡 𝜕2 θ 𝜕𝑤 𝜕𝑤 )= (λ+𝜇) 𝜕𝑧𝜕𝑦 + 𝜇∇2 ( 𝜕𝑦) 𝜕𝑦 (30) dengan mengurangkan persamaan (29) dan persamaan (30) maka: 2 𝜕2 ( 𝜕𝑤 𝜕𝑣 − ) 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡2 𝜕2 𝜃𝑥 𝜕𝑡2 𝜇 𝜕𝑤 = 2𝜌 ∇2 ( 𝜕𝑦 − 𝜕𝑣 𝜕𝑧 ) 𝜇 = 𝜌 ∇2 𝜃𝑥 (31) Persamaan (31) merupakan persamaan gelombang S dengan kecepatan rambat 𝛽(Telford, 1992) yang ditunjukkan pada persamaan (32): 𝜇 𝛽= √𝜌 (32) D. Gelombang Seismik Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut sebagai body wave, dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave. Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan. Sumber alami terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan atau longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan yang sengaja. Pada dasarnya ada dua jenis gelombang ini yang dilepas pada saat terjadi gempa (Susilawati, 2008). 1. Gelombang badan (body wave) Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak 20 partikel pada media dan arah penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S. Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang longitudinal. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar dibandingkan dengan gelombang seismik yang lain, dapat merambat melalui medium padat dan cair, seperti lapisan batuan, air atau lapisan cair bumi. Gambar 6. Gelombang-P (Elnashai dan Sarno, 2008) Gelombang S disebut juga gelombang shear atau gelombang transversal. Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat merambat pada medium padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah rambatnya. Perambatan dari gelombang S ini disertai juga dengan gerakan berputar sehingga dapat lebih membahayakan dibandingkan gelombang P. Gambar 7. Gelombang-S (Elnashai and Sarno, 2008) 21 Pada Tabel 1 merupakan perbandingan kecepatan rambat gelombang primer dengan kecepatan gelombang sekunder jika melalui material tertentu. Tabel 1. Kecepatan rambat gelombang P dan S pada medium rambatnya (Febriana, 2007) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Material Udara Air Minyak bumi Besi Semen Granit Basalt Batu pasir Batu gamping Pasir (tidak jenuh) Pasir (jenuh) Tanah liat Kecepatan Vp (m/s) 332 1400-1500 1300-1400 6100 3600 5500 6300 1400-4300 5900-6100 200-1000 800-2200 1000-2500 Kecepatan Vs (m/s) 3500 2000 2800-3000 3200 700-2800 2800-3000 80-400 320-880 400-1000 2. Gelombang permukaan Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang badan. Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free survace dimana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu gelombang Reyleigh dan gelombang Love. Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang orbit gerakannya elips tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang geser secara konstruktif (Gambar 8). 22 Gelombang Love yang ditunjukkan oleh Gambar 9 merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan permukaannya (Gadallah and Fisher, 2009). Gambar 8. Gelombang Reyleigh (Elnashai dan Sarno, 2008) Gambar 9. Gelombang Love (Elnashai and Sarno, 2008) E. Mikrotremor Mikrotremor merupakan getaran tanah yang sangat kecil dan terus menerus yang bersumber dari berbagai macam getaran seperti, lalu lintas, angin, aktivitas manusia dan lain-lain (Kanai, 1983). Mikrotremor dapat juga diartikan sebagai getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara terus menerus, terjebak dilapisan 23 sedimen permukaan, terpantulkan oleh adanya bidang batas lapisan dengan frekuensi yang tetap, disebabkan oleh getaran mikro di bawah permukaaan tanah dan kegiatan alam lainnya. Penelitian mikrotremor dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan tanah berdasarkan parameter frekuensi dominannya dan faktor penguatan gelombangnya (amplifikasi). Pada frekuensi rendah yaitu dibawah 1 Hz, sumber mikrotremor adalah alam. Gelombang laut menimbulkan ambient vibration dengan frekuensi sekitar 0,2 Hz sedangkan frekuensi sekitar 0,5 Hz dihasilkan oleh interaksi antara gelombang laut dan pantai. Pada frekuensi di bawah 0,1 Hz, mikrotremor diasosiasikan dengan aktivitas di atmosfer. Frekuensi tinggi, lebih dari 1 Hz bisa ditimbulkan oleh angin dan aliran air. Pada frekuensi tinggi yaitu lebih dari 1 Hz, sumber utamanya adalah aktifitas manusia seperti lalu lintas kendaraan, mesin dan lainnya (Takai dan Tanaka, 1961). Dalam kajian teknik kegempaan, litologi yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi bila digoncang gelombang gempa bumi, karena akan mengalami penguatan (amplifikasi) gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan batuan yang lebih kompak. Gempa bumi dan tremor dapat dibedakan dengan mudah bila dilihat pada rekaman seismograf. Getaran tremor berupa getaran yang terus menerus, tidak dapat ditentukan dimana awal getarannya secara jelas. Getaran gempa bumi berupa getaran yang besar dan secara tiba-tiba, seperti pada Gambar 10. 24 Gambar 10. Perbedaan sinyal tremor dan gempa bumi (Ibrahim dan Subardjo, 2004) 1. Frekuensi Dominan Frekuensi dominan adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut sehingga nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut. Lachet dan Brad (1994) melakukan uji simulasi dengan menggunakan 6 model struktur geologi sederhana dengan kombinasi variasi kontras kecepatan gelombang geser dan ketebalan lapisan soil. Hasil simulasi menunjukkan nilai puncak frekuensi berubah terhadap variasi kondisi geologi. Dari nilai frekuensi dominan yang terukur dipermukaan, dapat diketahui karakteristik batuan dibawahnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 tentang klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi dominan mikrotremor. Lalu pada tahun 1981, 25 Kanai melakukan modifikasi pada pengkalsifikasian tanah berdasarkan frekuensi dominan, hasil modifikasi tersebut ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 2. Kalisifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Dominan Mikrotremor Oleh Kanai (Dikutip dari Buletin Meteorologi dan Geofisika No.4, 1998) Klasifikasi Tanah Tipe Jenis Jenis I Frekuensi Dominan (Hz) 6,667-20 Tipe IV Jenis II Tipe III 4,0-10,0 Jenis III 2,5-4,0 Jenis IV kurang dari 2,5 Tipe II Tipe I Klasifikasi Kanai Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari batuan Hard sandy, gravel, dan lainnya. Batuan alluvial, dengan ketebalan 5m. Terdiri dari sandy-gravel, sandy hard clay, loam, dan lainnya. Batuan alluvial, dengan ketebalan lebih dari 5m. Terdiri dari sandygravel, sandy hard clay, loam, dan lainnya. Batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, top soil, lumpur, dan lainnya. Dengan kedalaman 30m atau lebih. Deskripsi Ketebalan sedimen permukaannya sangat tipis, di dominasi oleh batuan keras. Ketebalan sedimen permukaannya masuk dalam kategori menengah 5-10 meter. Ketebalan sedimen permukaan masuk dalam kategori tebal, sekitar 10-30 meter. Ketebalan sedimen permukaannya sangatlah tebal. 26 Tabel 3. Klasifikasi tanah oleh Kanai berdasarkan nilai frekuensi dominan mikrotremor modifikasi (Kanai, 1983). 1981 (Revised) Frekuensi Klasifikasi Dominan Jenis 1 lebih dari 5 1950 Klasifikasi Jenis I Jenis 2 Jenis 2 1,33-5 Jenis 3 Jenis 3 kurang dari 1,33 Jenis 4 Kondisi Tanah Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari batuan Hard sandy, garvel. Sebagian besar lapisan dilluvium atau lapisan alluvium dengan perbandingan ketebalan lapisan gravel pada area yang luas. Terdiri dari gravel, sandy hard clay dan loam. Sebagian besar sangat didominasi oleh lapisan alluvium. Terdiri dari sand, sandy clay dan clay. Tanah yang sangat lunak yang terbentuk pada rawa dan lumpur terutama lapisan alluvium. 2. Vs30 (kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 m) Vs30 adalah rata-rata kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter dari permukaan tanah yang telah banyak digunakan di Ground Motion Prediction Equations (GMPEs), meskipun Vs30 sendiri tidak bisa mewakili site effect karena kecepatan gelombang shear hingga kedalaman 30 meter dari permukaan, kedalaman bedrock dan rasio impedansi antara lapisan tanah dan bedrock, semuanya berkontribusi secara signifikan terhadap respon site (Castellaro et al, 2008). Nilai Vs30 ini dapat dipergunakan dalam penentuan standar bangunan tahan gempa. Nilai Vs30 digunakan untuk menentukan klasifikasi batuan berdasarkan kekuatan getaran gempabumi akibat efek lokal serta digunakan untuk keperluan dalam perancangan bangunan tahan gempa. Vs30 merupakan data 27 yang penting dan paling banyak digunakan dalam teknik geofisika untuk menentukan karakteristik struktur bawah permukaan hingga kedalaman 30 meter (Roser dan Gosar, 2010). Hanya lapisan-lapisan batuan sampai kedalaman 30 meter saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa (Wangsadinata, 2006). Pada umumnya daerah rawan kerusakan bangunan akibat gempa bumi terjadi pada daerah sedimen lunak (misal: pasir, pasir lanauan, gambut) yang tebal atau sedimen lapuk yang terdapat di atas batuan yang keras. Prinsip dasar dari hubungan antara respon lokasi (frekuensi resonansi) dan ketebalan sedimen dapat dijelaskan melalui sebuah model dua lapisan yang sederhana. Prinsipnya dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Prinsip dasar respon lokasi mikrotremor (Syahruddin dkk, 2014) Nilai Vs30 dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 35. ∑𝑚 𝑡 𝑖 Vs30 = ∑𝑚𝑖−1𝑡 /𝑉𝑠 𝑖−1 𝑖 (35) 28 Dengan i adalah indeks pelapisan, m merupakan jumlah lapisan hingga kedalaman 30 meter, ti adalah ketebalan lapisan ke-i dan Vs30 adalah kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter. Terdapat sebuah basement hardrock yang ditutupi oleh sedimen dengan ketebalan m dan kecepatan gelombang geser Vs. Frekuensi resonansi dari sistem terdapat pada lapisan yang ketebalannya adalah λ/4 atau biasa disebut lapisan half-space. Hal tersebut disebabkan karena pada ketebalan λ/4 terjadi amplitudo maksimum, maka akan terperangkapnya getaran gelombang geser (gelombang SH) pada medium sedimen di atas bedrock. Diasumsikan bahwa kecepatan gelombang geser melewati lapisan pada ketebalan 30 meter dari permukaan, dikarenakan terjadi resonansi pada amplitudo maksimum sebesar λ/4 di lapisan sedimen. Sehingga persamaan yang terbentuk menjadi: Vs = f . λ H = λ/4 (36) sehingga, λ = 4H (37) Vs30 = f . 4h (38) Dengan f, Vs dan ℎ berturut-turut menunjukkan frekuensi natural, kecepatan gelombang SH dan ketebalan sedimen. Dari persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa frekuensi natural berbanding lurus terhadap kecepatan gelombang SH dan berbanding terbalik terhadap ketebalan sedimen (Syahruddin dkk, 2014). Berikut ini merupakan tabel klasifikasi jenis batuan berdasarkan nilai Vs30 (Tabel 4). 29 Tabel 4. Klasifikasi Jenis Batuan berdasarkan National Earthquake Hazard Reduction Program (NEHRP) (Ambarrini, 2014) Tipe batuan Profil Jenis Batuan Vs30 A Hard rock (batuan keras) >1500 m/s B Rock (Batuan Sedang) 760-1500 m/s C Very dense soil and soft soil (tanah keras dan batuan lunak) 360-760 m/s D Stiff soil (tanah sedang) 180-360 m/s E Soft soil (tanah lunak) <180 m/s 3. Amplifikasi Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi akibat adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain gelombang seismik akan mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu medium ke medium lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal yang dilaluinya. Semakin besar perbedaan itu, maka perbesaran yang dialami gelombang tersebut akan semakin besar (Arifin, 2013). Nilai faktor penguatan (amplifikasi) tanah berkaitan dengan perbandingan kontras impedansi lapisan permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila perbandingan kontras impedansi kedua lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga tinggi, begitu pula sebaliknya (Nakamura, 2000). 30 Gambar 12. Konsep dasar amplifikasi gelombang seismik (Arifin, 2014) Berdasarkan pengertian tersebut, maka amplifikasi dapat dituliskan sebagai suatu fungsi perbandingan nilai kontras impedansi, yaitu: A0 = {(ρb.vb) / (ρs.vs)} (33) dimana ρb adalah densitas batuan dasar (gr/ml), vb adalah kecepatan rambat gelombang di batuan dasar (m/dt), ρs adalah rapat massa dari batuan lunak (gr/ml) dan vs adalah kecepatan rambat gelombang di batuan lunak (m/dt). Amplifikasi berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral horizontal dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan telah mengalami deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada tubuh batuan tersebut (Marjiyono, 2010). Gejala amplifikasi pada suatu daerah disebabkan adanya gelombang seismik yang terjebak di dalam suatu perlapisan sedimen. Besaran amplifikasi tanah dapat dihitung secara teoritis, seperti yang dilakukan oleh 31 Wakamatsu (2006) dalam membuat Hazard Zoning Map untuk wilayah Jepang. Amplifikasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Log Amp = 2.367-0.82 log Vs30 (34) 4. Fast Fourier Transform (FFT) Transformasi fourier merupakan metoda yang sangat cocok untuk menganalisis fungsi atau sinyal, karena transformasi fourier dapat mengubah fungsi atau sinyal dalam domain waktu menjadi domain frekuensi. Biasanya sebuah fungsi digambarkan dalam domain waktu. Artinya yang diukur dari fungsi tersebut adalah waktu. Dengan kata lain, jika kita gambarkan fungsi tersebut pada sumbu simetri, maka sumbu x (sebagai variabel bebas) mewakili waktu, dan sumbu y (sebagai variabel tak bebas) mewakili nilai pada waktu t tertentu, atau nilai amplitudo nya. Transformasi Fourier (Fourier Transform atau FT) dapat mengubah fungsi atau sinyal dalam domain waktu ke dalam domain frekuensi. Jika kita menerapkan FT pada sebuah fungsi dalam domain waktu, maka kita akan mendapatkan repesentasi frekuensi amplitudo fungsi tersebut. Dengan transformasi fourier, sebuah fungsi dapat digambarkan dalam sumbu x yang menunjukkan spectrum frekuensi dan sumbu y menunjukkan amplitudo. Transformasi fourier dari suatu fungsi f(t) didefinisikan sebagai: ∞ 𝐹(𝜔) = ∫−∞ 𝑓(𝑡)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 (40) dimana 𝜔 = 2𝜋𝑓 (variabel frekuensi sudut dengan satuan radian per detik) Invers dari transformasi fourier dinyatakan sebagai: 32 ∞ 𝑓(𝑡) = ∫−∞ 𝐹(𝜔)𝑒 𝑖𝜔𝑡 𝑑𝜔 (41) Kedua fungsi tersebut, f(t) dan F(ω), merupakan pasangan transformasi fourier yang dinyatakan dengan: 𝑓(𝑡) ⟺ 𝐹(𝜔) (42) Secara umum spektral merupakan fungsi komplek, dapat dinyatakan dalam dua bentuk berikut: Penjumlahan bagian riil dan imajiner 𝐹(𝜔) = 𝑎(𝜔) + 𝑖𝑏(𝜔) (43) Hasil kali bagian riil dan kompleks 𝐹(𝜔) = 𝐴(𝜔)𝑒 𝑖𝜃(𝜔) (44) dimana : 𝐴(𝜔) = |𝐹(𝜔)| = {[𝑎(𝜔)]2 + [𝑏(𝜔)]2 }1/2 𝑏(𝜔) ∅(𝜔) = tan−1 [− 𝑎(𝜔)] + 2𝑛𝜋 (45) (46) dengan 𝐹(𝜔) adalah spectral, 𝑎(𝜔) adalah variabel riil, 𝑏(𝜔) adalah variabel imajiner, 𝐴(𝜔)adalah spektrum amplitude, ∅(𝜔) adalah spektrum fase, 𝜔 adalah frekuensi sudut (rad/s) dan f adalah frekuensi (Hz). F. Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) Metode HVSR merupakan metode membandingkan spektrum komponen horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor. Mikrotremor terdiri dari ragam dasar gelombang Rayleigh, diduga bahwa periode puncak perbandingan H/V mikrotremor memberikan dasar dari periode gelombang S. Perbandingan H/V pada mikrotremor adalah perbandingan kedua komponen yang 33 secara teoritis menghasilkan suatu nilai. Periode dominan suatu lokasi secara dasar dapat diperkirakan dari periode puncak perbandingan H/V mikrotremor. Pada tahun 1989, Nakamura mencoba memisahkan efek sumber gelombang dengan efek geologi dengan cara menormalisir spektrum komponen horizontal dengan komponen vertikal pada titik ukur yang sama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rekaman pada stasiun yang berada pada batuan keras, nilai maksimum rasio spektrum komponen horizontal terhadap vertical mendekati nilai satu. Teknik perbandingan spektra gelombang komponen horizontal terhadap vertikal (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) dari noise gelombang seismik dapat digunakan untuk memperkirakan kedalaman bedrock secara cepat. Metode H/V berguna untuk menunjukkan frekuensi resonansi dominan (fo) dan nilai puncak HVSR (A), yang mempresentasikan karakteristik dinamis lapisan sedimen. Nakamura merumuskan metode ini berdasarkan 3 hipotesis utama yaitu: 1. Ambient noise atau bunyi alami yang ditimbulkan oleh refleksi dan refraksi gelombang geser (shear wave) dalam lapisan tanah dangkal dan oleh gelombang permukaan S. 2. Sumber noise lokal tidak mempengaruhi ambient noise pada bagian bawah struktur yang tidak terkonsolidasi. 3. Lapisan tanah yang rapuh atau lunak tidak menguatkan komponen vertikal dari ambient noise. 4. Parameter penting yang dihasilkan dari metode HVSR ialah frekuensi natural dan amplifikasi. 34 HVSR yang terukur pada tanah yang bertujuan untuk karakterisasi geologi setempat, frekuensi natural dan amplifikasi berkaitan dengan parameter fisik bawah permukaan. Sedangkan HVSR yang terukur pada bangunan berkaitan dengan kekuatan bangunan dan keseimbangan bangunan. Data mikrotremor tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi yang utama adalah gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen di atas batuan dasar. Pengaruh dari gelombang Rayleigh pada rekaman mikrotremor besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal saat rentang frekuensi 0,2-20,0 Hz, sehingga rasio spektrum antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati nilai satu. Gambar 13. Contoh spektra H/V G. Peak Ground Acceleration (PGA) Salah satu faktor yang penting dalam analisis seismic hazard adalah penentuan redaman (attenuation). Belum ada fungsi redaman yang cocok untuk wilayah Indonesia, namun untuk daerah yang memiliki mekanisme yang mirip secara geologi dan tektonik dapat digunakan beberapa model sumber gempabumi untuk 35 mentukan nilai peredamannya. Model sumber gempabumi yang diketahui adalah model sumber gempa fault, model sumber gempa subduksi dan model sumber gempa background (Irsyam, dkk, 2010). Percepatan getaran tanah (ground acceleration) merupakan nilai percepatan bergetarnya tanah akibat bencana gempabumi. Nilai percepatan getaran tanah sering digunakan untuk menggambarkan tingkat resiko suatu kawasan terhadap gempabumi yang terjadi. Namun yang lazim digunakan adalah percepatan tanah maksimum (Peak Ground Acceleration, PGA) yaitu percepatan getaran tanah yang tertinggi yang terjadi pada suatu kawasan akibat gempabumi. Satuan yang digunakan dalam pengukuran PGA adalah centimeter per detik atau disebut gal (Kirbani dkk., 2006). Para ahli Geofisika sering menggunakan nilai percepatan tanah maksimum sebagai parameter untuk menentukan dan memetakan tingkat resiko suatu kawasan terhadap bencana gempabumi (Supriatna dkk., 2010). Dalam penelitian ini, persamaan atenuasi yang digunakan untuk menentukan nilai PGA adalah fungsi atenuasi Campbell dan Bozorgnia (Douglas, 2011). Fungsi atenuasi ini berlaku untuk sumber seismik yang terletak di daerah kerak dangkal (strike slip atau normal). Model regresi persamaan dikembangkan menggunakan data dari magnitude yang besar (0 ke 200 km) menggunakan data dari 1.56164 peristiwa gempa utama untuk M=4,3-7,9 dan patahan yang patah sejauh antara 0,1-199km. Data gempa dikombinasikan dari gempa bumi dangkal. Data yang terletak didaerah tektonik aktif di seluruh dunia. Parameter dan persamaan atenuasi adalah sebagai berikut: LnY = ƒmag +ƒdis+ ƒflt + ƒhng +ƒ site+ ƒsed dimana ƒmag adalah fungsi dasar pada magnitude (47) 36 ƒmag = c0 + c1 M M ≤ 5.5 5.5 < M ≤ 6.5 M > 6.5 c0 + c1 M + c2 ( M-5.5) c0 + c1 M + c2 ( M-5.5) + c3 (M-6.5) (48) ƒdis merupakan fungsi dasar pada titik ukur ke sumber ƒdis = (c4 + c5M) ln ( √𝑅𝑟𝑢𝑝² + 𝐶6² ) (49) ƒ fault merupakan fungsi patahan pada patahan ƒflt = c7 FRv. ƒflt.z + c8 FNM ƒflt.z = Z Tor (50) Z Tor< 1 Z Tor≥ 1 1 ƒhng merupakan fungsi dasar pada efek hanging wall ƒhng = c9 ƒhng .R + ƒhng M + ƒhng.Z + ƒhng.𝛿 ƒhng.R = 1 (51) RJB 0 max( 𝑅𝑅𝑢𝑝+√𝑅𝑗𝑏²+1)−𝑅𝑗𝑏 [ max( 𝑅𝑅𝑢𝑝 ( √𝑅𝑗𝑏²+1 ] RJB >0, ZTor <1 (𝑅𝑅𝑢𝑝−𝑅𝑗𝑏) RJB >0, ZTor ≥1 𝑅𝑅𝑢𝑝 ƒhng.M = 0 M ≤ 6.0 6.0 < M < 6.5 M ≥ 6.5 2 (M−6.0) 1 ƒhng. Z = 0 Z Tor ≥ 20 0 ≤ ZTor < 20 20−𝑍𝑇𝑜𝑟 20 ƒhng. 𝛿= 1 𝛿≤ 70 𝛿> 70 90− 𝛿 20 𝑉𝑠30 𝑉𝑠30 ƒsite = c10 ln ( 𝐾1 ) + k2 {ln [A1100 + c ( 𝐾1 )n ] – ln (A1100+c)} Vs30 < k1 𝑉𝑠30 (c10 + k2n) ln ( ) k1≤ Vs30 <1100 ) Vs30 ≥ 1100 𝐾1 1100 (c10 + k2n) ln ( 𝐾1 (52) 37 ƒsed = c11 ( Z 2.5– 1) 0 c12 k3e-0.75 [1- e-0.25(Z 2.5 – 3)] Z 2.5< 1 1≤ Z 2.5 ≤ 3 Z 2.5 > 3 (53) dimana M adalah momen magnitudo, y adalah PGA (g);c0= -1,715; c1= 0,5; c2= -0,53; c3= -0,262; c4= -2,118; c5= 0,17; c6= 5,6; c7= 0,28; c8= -0,12; c12= 0,61; k1= 865; k2= -1,186; k3= 1,839; Tc= 0,166; Fnm= 0; Ztor=3; c9= 0,49; η= 1,18; C=1,88; Frv= 0; VS30= 1500 m/s; c11=0,04; c10= 1,058; δ= 90; Z2,5= 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan pada tanggal 10 Agustus-10 Oktober 2015 bertempat di Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi, Bandung. Selanjutnya penelitian dan penyusunan laporan dilanjutkan di Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung. B. Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini berupa data rekaman mikrotremor di daerah Painan, Sumatera Barat pada tanggal 15-17 Mei 2013. Selain itu juga digunakan katalog gempabumi yang diperoleh dari USGS. Data ini digunakan sebagai sumber dari gempabumi yang diteliti. Berikut merupakan sebaran titik pengukuran yang ditunjukkan oleh Gambar 14. 39 Gambar 14. Peta sebaran titik pengukuran C. Perangkat Penelitian Adapun perangkat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Laptop 2. Software Spyder-Phyton 3. Software Geopsy 4. Software Surfer 10 5. Software GlobalMmapper 6. Software Arcgis 7. Peta geologi daerah Painan 40 D. Diagram Alir Mulai Studi Literatur Data rekaman mikrotremor Konversi data ke format SAC Data rekaman dalam format SAC Menentukan nilai amplitudo dan frekuensi Menghitung nilai Vs30, PGA dan amplifikasi prediksi Nilai amplitudo dan frekuensi Nilai Vs30, PGA dan amplifikasi prediksi Membuat peta rawan bencana dari nilai frekuansi dominan, Vs30 dan PGA Peta zonasi daerah rawan bencana Selesai Gambar 15. Diagram Alir 41 E. Pengolahan Data 1. Mengonversi data rekaman gempa bumi Dalam melakukan konversi data rekaman mikrotremor ini menggunakan software Anaconda. Pada software Anaconda ini program yang digunakan adalah program Spider. Didalam program Spider ini digunakan program Phyton untuk melakukan konversi data. Konversi data ini dilakukan agar gelombang yang direkam oleh alat pengukuran mikrotremor dapat dibaca pada software Geopsy untuk diolah ketahap selanjutnya (Gambar 16). Gambar 16. Contoh software Phyton 2. Menentukan nilai frekuensi dan amplitude dari data gempa bumi Untuk menentukan nilai frekuensi dan nilai amplitude dari data rekaman mikrotremor daerah penelitian, dapat menggunakan software Geopsy. Pertama kita perlu untuk mengiput data rekaman mikrotremor kedalam software 42 tersebut. Lalu dilakukan filter menggunakan bandpass filter dengan nilai frekuensi antara 0,50 Hz sampai 20,00 Hz tujuannya adalah agar gelombang dengan nilai frekuensi dari 0,50 sampai 20,00 Hz saja yang dibaca oleh software. Setelah itu akan diperoleh nilai frekuensi dan amplitudo kemudian menghitung nilai amplifikasi prediksi, Vs30 dan nilai PGA (Gambar 17). Gambar 17. Contoh software Geopsy 3. Membuat peta zonasi rawan bencana Setelah memperoleh nilai amplifikasi prediksi, Vs30 dan nilai PGA, selanjutnya adalah melalukan grid nilai yang diperoleh. Setelah itu lalu membuat peta zonasi daerah rawan bencana mengunakan grid yang diperoleh dari surfer. 43 Setelah penzonasian peta selesai dilakukan selanjutnya adalah menganalisis daerah yang telah dizonasikan. Pada penzonasian dan analisis dapat menggunakan tabel dari masing-masing nilai seperti nilai frekuensi dominan dan nilai Vs30. Gambar 18. Contoh software Arcgis VI. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data rekaman mikrotremor daerah Painan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Diperoleh nilai frekuensi diperoleh nilai yang paling tinggi adalah 12,07 Hz dan nilai yang paling rendah adalah 0,6 Hz. Sedangkan untuk nilai amplifikasi diperoleh nilai yang paling tinggi adalah 6,01 kali dan nilai amplifikasi terendahnya adalah 0.47 kali. Nilai Vs30 yang paling tinggi adalah 1449 m/s sedangkan untuk nilai Vs30 terendah adalah 73,08 m/s. Kemudian untuk nilai PGA, didaerah penelitian diperoleh nilai PGA yang paling tinggi adalah 0,063 g dan nilai PGA yang paling rendah adalah 0,034 g. 2. Setelah dilakukan analisis korelasi antara keempat peta, diketahui bahwa daerah yang memiliki nilai frekuensi rendah menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki lapisan alluvial sehingga karakter tanahnya sangat lunak tersebar disebagian besar daerah Painan. Nilai Vs30 rendah dan nilai PGA tinggi serta nilai amplifikasinya tinggi. Daerah tersebut merupakan daerah dengan tingkat rawan bencana gempabumi yang tinggi. 60 B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan nilai Vs30 yang lebih akurat, diperlukan data bor daerah penelitian. 2. Untuk memperoleh hasil peta zonasi yang lebih maksimal dapat menggunakan parameter lain seperti ketebalan sedimennya. DAFTAR PUSTAKA Ambarrini, A. R. 2014. Skripsi: Studi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di Kota Jayapura dan Sekitarnya Berdasarkan Data Mikrotremor dengan Metode GMPE Boore dan Atkinson 2008. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Arifin, S. S., Mulyatno, B. S., Marjiyono, Setianegara, R. 2013. Penentuan Zona Rawan Guncangan Bencana Gempa Bumi Berdasarkan Analisis Nilai Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah Liwa dan Sekitarnya. Universitas Lampung. Bandar Lampung. BMKG. 1998. Sumberdaya Geologi. Buletin Meteorologi dan Geofisika No. 4. BMKG. Jakarta. Castellaro, S., Mulargia F., dan Rossi, P. L. 2008. Vs30: Proxy for Seismic Amplification? Seismol. Res. Letters; 79: 4. 540-543. Douglas, J. 2011. Ground-motion Prediction Equations 1964–2010. PEER Report 2011/102. Pacific Earthquake Engineering Research Center College of Engineering University of California. Berkeley Elnashai, S.A dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering. Wiley. Hongkong Febriana. 2007. Eksplorasi Seismik. Unpad. Bandung Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics. Springer. Berlin Irsyam, M., Sengara, W., Aldiamar, F., Widiyantoro, S., Triyoso, W., Hilman, D., Kertapati, E., Meilano, I., Suhardjono, Asrurifak, M., dan Ridwan, M. 2010. Development of Seismic Hazard Maps of Indonesia for Revision of Seismic Hazard Map in SNI 93-1726-2002. Bandung. Fulki, A. 2011. Skripsi Analisis Parameter Gempa, b Value dan PGA di Daerah Papua. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Ibrahim, G. dan Subardjo. 2004. Seismologi. BMKG. Jakarta 62 Kanai, K. 1983. Engineering Seismology. Tokyo University. Japan. Kirbani S.B., Prasetya, T., dan Widigdo, F.M. 2006. Percepatan Getaran Tanah Maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta 1943 – 2006. Jurnal Geofisika 2006/1. Lachet, C., dan Brad, P. Y. 1994. Numerical and Theoretical Investigation on The Possibilities and Limitations of Nakamura’s Technique. J. Phys. Earth, 42, 377-397. Marjiyono. 2010. Estimasi Karakteristik Dinamika Tanah Dari Data Mikrotremor Wilayah Bandung. Thesis ITB. Bandung. Nakamura, Y. 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and Its Application. Tokyo University. Japan. Partono, W., Irsyam, M., Prabandiyani, S. R. W., dan Maarif, S. 2013. Komparasi Nilai Faktor Amplifikasi Tanah dengan Pendekatan SSA dan HVSR pada Wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 Rošer, J. dan Gosar, A. 2010. Determination of Vs30 for seismic ground classifications in the Ljubljana area. Slovenia. Acta Geotechnica Slovenia. Sumaatmadja, E. R. 1999. Eksplorasi Endapan Batubara di Daerah Painan Kabupaten Painan Propinsi Sumatera Barat. Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut. DSM Supriatna, J.M., Semedi, dan Nurmala, C. 2010. Peak Ground Acceleration (PGA) of Destructive Earthquake in Cimandiri Fault, Sukabumi West Java. International Symposium and Exhibition. 26 – 28 July 2010. Kualalumpur. Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur Bagian dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara Syahruddin, M.H., Aswad, S., Palullungan, E.F., Maria, dan Syamsuddin. 2014. Penentuan Profil Ketebalan Sedimen Lintasan Kota Makassar Dengan Mikrotremor. Makassar:UNHAS Takai dan Tanaka, 1961. On Microtremors VIII. Tokyo: Bull. Earthquake Res. Inst. 39, 97-114 Villaverde. R. 2009. Fundamental Concepts of Earthquake Engineering. CRC Press-Taylor and Francis Group. Boca Raton. FL. USA Wakamatsu, K. dan Matsuoka, M. 2006. Development of the 7,5-Arc-Second Engineering Geomorphologic Classification Database and its Application to Seismic Microzoning. Buletin 63 Wangsadinata, W. 2006. Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan SNI 1726-2002. Shortcourse HAKI 2006. Jakarta. Zhao, J. dan Xu, H. 2012. Calibration of a Combinated Site Parameter of Vs30 and Bedrock Deth for Ground-Motion Prediction Equations Using StrongMotion Record from Japan. Southwest Jiaotong University. Chengdu. Sichuan. China.