1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga memiliki nilai yang sangat tinggi bagi suatu bangsa. Prestasi olahraga di Indonesia secara makro sekarang ini belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan apabila dilihat dari segi peringkat, perolehan medali pada kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade serta pada kejuaraan-kejuaraan dunia untuk masing-masing cabang olahraga prestasinya perlu ditingkatkan. Prestasi olahraga Indonesia dapat berjaya kembali di Asean dan mulai bicara di Asia melalui kerja keras selama 8 hingga 12 tahun lagi (Paulus, 2000). Pemerintah Indonesia selalu menggaungkan semboyan memasyarakatkan olahraga atau mengolahragakan masyarakat dengan tujuan untuk melakukan aktivitas bergerak badan (Nala, 1992). Olahraga merupakan suatu aktivitas yang banyak dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, sebab olahraga dewasa ini sudah dikenal oleh masyarakat baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Hal ini terbukti pada hari-hari libur di lapangan-lapangan serta tempat–tempat lainnya yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan olahraga. 2 Olahraga berdasarkan sifat dan tujuannya dapat dibagi menjadi olahraga prestasi, olahraga pendidikan, serta olahraga kesehatan (Kanca, 2006). Bentuk pelaksanaan latihan olahraga yang dilakukan berbeda-beda disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu. Sejak delapan tahun yang lalu, pada tahun 2002, Piala Thomas dan Piala Uber tak pernah lagi digenggam Indonesia. Kemampuan atlet Indonesia pun tampak jauh ketinggalan dibanding pemain negara lain. Padahal dulu jawara di bidang olahraga ini, mengalahkan raksasa bulu tangkis seperti Cina atau Malaysia. Indonesia pernah juara Thomas 13 kali. Kejayaan ini seolah tanpa bekas. Keterpurukan ini dibuktikan dengan perolehan peringkat Taufik Hidayat dan ganda Markis kido/Hendra peringkat 10 besar (BWF, 2011). Dengan terjadinya kemerosotan ini pembenahan yang paling krusial dirombak adalah sistem pembinaan atlet (Tangkudung, 2006). Prestasi olahraga dihasilkan melalui program pembinaan dan pengembangan secara bertahap dan berkesinambungan, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusia dan sumber daya alam mempengaruhi pencapaian prestasi. Dalam suatu pelatihan pencapaian prestasi secara maksimal tidak lepas dari aspek fisik, tehnik, taktik dan mental. Menurut Bompa (2000), faktor-faktor dasar latihan yaitu meliputi persiapan fisik, tehnik, taktik dan kejiwaan (psikologi). Disamping itu juga komponen penting yang menentukan keberhasilan seorang atlet untuk berprestasi adalah kesegaran jasmani. Tanpa kesegaran jasmani yang prima atlet tidak akan berhasil memperoleh prestasi 3 walaupun memiliki keterampilan tehnik dan taktik yang baik. Kenyataan menunjukkan bahwa kesegaran jasmani yang baik berhubungan dengan prestasi olahraga. Latihan fisik dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kesegaran jasmani merupakan jawaban yang tepat untuk menghadapi keadaan darurat dan tekanan-tekanan yang datang mendadak dalam kehidupan (Setijono, 2001). Proses pelatihan fisik yang terprogram dengan baik sehingga faktor-faktor tersebut dapat dikuasai. Bompa (1999) menyatakan bahwa pelatihan merupakan sebuah aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu lama yang ditingkatkan secara progresif dan individual, yang mana mengarah kepada ciri-ciri fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Program pelatihan sebaiknya direncanakan dengan baik dan sempurna. Menurut Harsono (1988), program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga memungkinkan atlet mencapai prestasi yang lebih baik. Aktivitas yang teratur memantapkan fungsi sistem kekebalan, sedangkan aktivitas marathon yang melelahkan bersifat menekan kekebalan sehingga aktivitas yang teratur memiliki kontribusi terhadap kesehatan (Sharkey, 2003). Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Sepintas lalu dapat diamati bahwa pemain harus melakukan gerakan-gerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat, menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh sehingga aspek kondisi fisik dapat memegang peranan penting untuk permainan bulutangkis yang 4 membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, kelincahan, dan koordinasi gerak yang baik. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar individu mampu bergerak dan bereaksi untuk menjelajahi setiap sudut lapangan selama permainan. Karena itu, pebulutangkis sangat penting memiliki derajat kondisi fisik prima. Berdasarkan hal tersebut salah satu komponen biomotorik dalam permainan bulutangkis tidak lepas dari daya ledak otot lengan karena melibatkan pukulan-pukulan di atas untuk menghasilkan pukulan yang keras, dibutuhkan tenaga yang maksimal, yang bersumber dari kekuatan otot-otot bagian tubuh, yang melibatkan segmen-segmen otot lengan dalam suatu rangkain gerakan memukul yang utuh. Daya ledak merupakan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Menurut Harsono (1988), cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi gerakan meloncat seperti dalam bola voli, bulutangkis serta olahraga sejenisnya. Setiap individu yang memiliki daya ledak seyogyanya memiliki derajat kekuatan otot, derajat kecepatan, dan derajat keterampilan yang tinggi dalam keterampilan. Bentuk pelatihan daya ledak ditandai adanya gerakan atau perubahan tiba-tiba yang cepat, seperti tubuh terdorong ke atas, terdorong ke depan, atau melempar, memukul atau menyemes bola serta menendang (Nala, 2002). Dalam kenyataan di lapangan atau sering ditemukan di tempat pelatihan yang sering dilakukan seperti push up, angkat barbell dengan gerakan naik turun dengan arah vertikal serta pelatihan weight trainning seperti incline press, standing press up righ row, triceps extension, revers curl,bench press kebanyakan pelaksanaan dilakukan dalam posisi duduk, berbaring, padahal dalam 5 permainan bulutangkis dilakukan posisi berdiri. Tipe pelatihan hendaknya menyerupai gerakan memukul atas (overhead) pada olahraga bulutangkis sehingga komponen biomotorik yang dilatih (spesifikasinya) tepat sasaran yaitu meningkatkan daya ledak otot lengan. Tetapi akibat yang ditimbulkan otot lengan semakin besar dan kuat sehingga hasilnya otot lengan yg besar bukan untuk melakukan pukulan yg cepat dan tepat tetapi untuk mengangkat barang atau hanya untuk sekedar keindahan. Sinkronisasi unit motorik, kelompok otot antagonis dan sinergis pada lengan bahu dan dada serta kelompok tubuh lainnya belum terbina (Nala, 2002), sehingga perlu dikembangkan tipe pelatihan yang posisinya disesuaikan dengan karakteristik permainan bulutangkis pada saat melakukan pukulan atas (overhead). Berdasarkan dari kenyataan di atas timbul keinginan untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan daya ledak otot lengan khusus bagi pemain bulutangkis melalui pelatihan menarik katrol beban yang posisi gerakannya mirip dalam keadaan memukul overhead pada pukulan bulutangkis. Pelatihan menarik beban berulang-ulang dengan sikap dan arah gerakan lengan seperti sikap menyemes bola sesungguhnya merupakan cara yang tepat untuk melatih kekuatan otot lengan (Nala, 2002). Pukulan smash dalam bulutangkis merupakan bagian dari pukulan atas (overhead). Bentuk pelatihan menarik katrol merupakan salah satu bentuk pelatihan beban dengan memberikan tahanan eksternal, berupa karung pasir berbeban yang ditarik dengan menggunakan katrol. Cara pelatihan dengan menarik lengan dari belakang, atas kepala setinggi jangkauan tangan dengan arah gerakan dari atas ke bawah, posisi tubuh berdiri. 6 Untuk pelatihan menarik katrol melibatkan beberapa jenis otot. biseps braki, otot brakialis, otot karoko brakiali, otot pectoralis major, otot deltoid, otot supra spinatus, otot infra spinatus, otot teres major, otot muskulas triceps braki, muskulas ekstensor karpi radialis longus, muskulas ekstensor karpi radialis brevis, muskulas ekstensor karpi ulnaris, digitonum karpi radialis, muskulas ekstensor policis longus yang sesuai dengan pukulan overhead pada permainan bulutangkis (Syaifuddin, 1996). Alat yang digunakan dirancang sesuai dengan posisi dan arah gerakan. Bentuk alat sederhana dapat dibuat sendiri, diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya karena bisa dilakukan di rumah. Takaran pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot lengan dengan beban bervariasi, kontraksi cepat, dalam repetisi kalau kecepatan berkurang pengulangan dihentikan (Satriya, dkk., 2007). Repetisi merupakan bentuk pengulangan. Dalam teori takaran beban dalam pelatihan daya ledak 40%-80% dari kemampuan maksimal (Satriya, dkk., 2007), sedangkan repetisi 12-15 dan set 3-5 (Harsono, 1988). Pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu sesuai untuk pemula yang akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Fox, 1983). Pelatihan yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan menarik katrol beban yang menekankan pada perbedaan jumlah repetisi dan set dengan beban yang sama. Pengulangan yang tinggi (Nala, 2002), akan menjadikan suatu pelatihan sangat efektif dan hal ini sangat baik dalam mengembangkan tipe serabut otot, terutama tipe otot putih yang sangat dibutuhkan dalam anggota gerak atas. Dari penelitian pendahuluan dilakukan pengukuran dan hasil yang diperoleh mampu melakukan menarik beban dari belakang, atas kepala samping ke bawah 7 sebanyak 12 repetisi dengan beban maksimal yang mampu ditarik duabelas kg. Hasil maksimal beban duabelas kg dari beban ini diambil 40 % dari kemampuan maksimal yaitu lima kg. Sedangkan repetisi dan set diperoleh antara 12-15 kali dengan tiga set, karena pelatihan ini diberikan kepada pemula sehingga takaran diambil dari yang terendah supaya semua sampel yang terpilih dapat melakukan pelatihan. Berdasarkan hasil ini diperoleh repetisi, set, dan beban dalam pelatihan menarik katrol dengan beban lima kg, duabelas repetisi, tiga set, dan sembilan repetisi, empat set dalam meningkatkan daya ledak otot lengan yang jumlah totalnya tigapuluhenam kali. Penelitian dilakukan terhadap siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK dengan beberapa pertimbangan seperti siswa menguasai tehnik dasar bermain bulutangkis, ditinjau dari umurnya berada pada masa remaja (adolescence), dimana pada masa tersebut keterampilan secara maksimal dapat tercapai. Pertimbangan lainnya siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK kurang bermunculan dilihat dari prestasi tingkat PORJAR Denpasar sehingga perlu diberikan pelatihan menarik katrol beban yang digunakan untuk meningkatkan daya ledak otot lengan dengan beban yang sama tetapi set dan repetisi yang berbeda. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan sebagai berikut: 1. Apakah pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, dan tiga set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu dapat 8 meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK-1? 2. Apakah pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, dan empat set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu dapat meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK-1? 3. Apakah pelatihan menarik katrol beban lima kg, duabelas repetisi, dan tiga set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu lebih baik dari pada pelatihan menarik katrol beban lima kg, sembilan repetisi, dan empat set dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu dalam meningkatkan daya ledak otot lengan ekstrakurikuler bulutangkis siswa SMK-1? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.3.1 Tujuan Umum Mendapatkan tipe pelatihan menarik katrol beban serta takaran pelatihan yang lebih baik dalam meningkatkan daya ledak otot lengan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui peningkatan daya ledak otot lengan pada pelatihan menarik katrol beban lima kg, dengan duabelas repetisi, tiga set dalam meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK-1. 9 2. Untuk mengetahui peningkatan daya ledak otot lengan menarik katrol beban lima kg, dengan sembilan repetisi, empat set dalam meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK-1. 3. Untuk mengetahui bahwa pelatihan menarik katrol beban lima kg, dengan duabelas repetisi, tiga set lebih baik dibandingkan dengan pelatihan menarik katrol beban lima kg, dengan sembilan repetisi, empat set dalam meningkatkan daya ledak otot lengan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMK-1. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Memperoleh data empirik tentang tipe dan takaran pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot lengan demi perkembangan kasana ilmu pengetahuan di bidang olahraga. 2. Sebagai pedoman bagi pelatih, guru dan pembina olahraga dalam upaya meningkatkan prestasi cabang olahraga khususnya yang memerlukan daya ledak otot lengan.