pengaruh riwayat kejang demam terhadap

advertisement
Volume 2, Nomor 2, September 2015
ISSN 2442-7039
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Erika Lubis*, Maryuni**, Hartati Saragih
*Program Studi Keperawatan
**Program Studi Kebidanan
STIKes Binawan Jakarta Indonesia
Email korespodensi : [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan: World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih
dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh riwayat Kejang Demam terhadap
Perkembangan Kognitif Anak usia 3-5 tahun di Desa Rumpin Kabupaten Bogor. Metode; Desain
penelitian adalah cross sectional. Penelitian ini merupakan analisis lebih lanjut dari data penelitian
yang berjudul "Faktor - Faktor Yang Berhubungan Terhadap Perkembangan Otak dan Tumbuh
Kembang Anak di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur Dan Desa Rumpin, Kabupaten Bogor
Tahun 2014". Jumlah sample diperhitungkan dengan pendekatan probability Propotion to Size
(PPS), didapatkan 256 sampel. Hasil; hubungan riwayat kejang demam dengan perkembangan
kognitif anak usia 3-5 tahun di Desa Rumpin Kabupaten Bogor, didapatkan tidak ada hubungan
yang bermakna pada masing-masing kelompok umur. Diskusi; kejang demam bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak, perkembangan kognitif juga
dipengaruhi oleh nutrisi, gen dan lingkungan
The Impacts of Febrile Convulsion History on the Cognitive Development of Children Aged 3 –
5 Years in Rumpin Village, Bogor Regency
ABSTRACT
Background: World Health Organization (WHO) predicted that there would be more than 21.65
million patients with febrile convulsion in 2005 and about 216 thousand died. The aim of this
research is to know the impacts of febrile convulsion history on the cognitive development of
children aged 3 – 5 years in Rumpin Village, Bogor Regency. Method: This research used cross
sectional design. It is a further analysis from the research data titled “Faktor-Faktor yang
Berhubungan terhadap Perkembangan Otak dan Tumbuh Kembang Anak di Kelurahan Duren
Sawit, Jakarta Timur and Desa Rumpin, Kabupaten Bogor Tahun 2014.” The number of sample
was counted using Probability Propotion to Size (PPS), and obtained 256 samples. Result: There is
no significant relationship in each aged group between the febrile convulsion history and the
cognitive development of children aged 3 – 5 years in Rumpin village, Bogor Regency. Discussion:
Febrile Convulsion is not the only factor influencing the children’s cognitive development;
however, cognitive development is also influenced by nutrition, gen and environment.
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Page 66
Volume 2, Nomor 2, September 2015
LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO)
memperkirakan pada tahun 2005 terdapat
lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam
dan lebih dari 216 ribu diantaranya
meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400
anak berusia 1 bulan- 13 tahun dengan
riwayat kejang, yang mengalami kejang
demam sekitar 77%. Kejang demam
merupakan kelainan neurologik yang sering
dijumpai pada anak, insiden di Amerika
Serikat antara 2-5%, di Asia lebih tinggi
dengan umur serangan kejang antara 3 bulan
sampai 5 tahun (WHO, 2005). Kejang
demam terjadi sekali selama periode 24 jam
pada anak tanpa adanya infeksi intrakranial,
gangguan metabolik atau riwayat kejang
demam sebelumnya. Kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan
gangguan fungsi kognitif, yang berpengaruh
terhadap kecepatan reaksi memori (Stephen
et al., 2008).
Angka kejadian di Eropa sebanyak 4%
dengan kemungkinan berulang dalam 2 tahun
sebanyak 30%. 10-20% diantaranya berulang
dalam kurun 2 waktu 6 bulan dan risiko
semakin turun setelah jangka waktu 6 bulan
dari kejang pertama (Stuijvenberg et al,
1999). Sekitar setengah juta kejadian kejang
demam terjadi di USA setiap tahunnya.
Angka kejadian di USA adalah 2-5% dan
sedikitnya 3-4% dari seluruh anak-anak di
Amerika Utara mengalami paling tidak 1 kali
kejang demam sebelum umurnya 5 tahun.
Dari sekian banyak kejadian, 30%
diantaranya akan mengalami kejang demam
berulang dan meningkat menjadi 50% jika
kejang pertama terjadi pada umur anak
kurang dari 1 tahun. Diantara ya ng
mengalami kejang demam yang kedua, risiko
untuk menjadi kejang demam berulang
adalah 2 kali lipatnya (Jones dkk, 2007).
Rendahnya tingkat perkembangan
kognitif pada anak usia prasekolah memiliki
konsekuensi jangka panjang yang merugikan
pada saat anak tersebut dewasa (Paxson,
2005). Gangguan komunikasi dan gangguan
kognitif merupakan bagian dari gangguan
perkembangan yang terjadi pada sekitar 8%
anak (Scheffler F et al, 2008).Tiga faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah nutrisi , gen dan lingkungan
(NFSMI, 2001). Perkembangan kognitif juga
dipengaruhi oleh banyak factor.Anak yang
lahir premature memiliki masalah terhadap
ISSN 2442-7039
perkembangan kognitif dan emosional
(Marika et al, 2013). Berat badan lahir juga
dikaitkan dengan perkembangan kognitif
pada anak (Marcus, 2001) dan aktivitas fisik
(Manoux et al, 2005).
Berdasarkan data dari profil kesehatan
Provinsi
Jawa
Barat
tahun
2012
menunjukkan bahwa jumlah kelahiran hidup
di Kabupaten Bogor sebanyak 111.460 jiwa
(BPS Jawa Barat, 2012). Dimana selama ini
belum pernah dilakukan penelitian tentang
Kejang demam di Kabupaten Bogor.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah analisis lanjut
menggunakan data penelitian sebelumnya
yang
berjudul
“Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan Terhadap Perkembangan Otak
dan Tumbuh Kembang Anak di Duren Sawit,
Jakarta Timur dan di Desa Rumpin,
Kabupaten Bogor tahun 2014”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Kejang
Demam
terhadap
Gangguan
Perkembangan Kognitif Anak di Desa
Rumpin
Kabupaten
Bogor.
Populasi
penelitian adalah anak usia 3 - 5 tahun (usia
prasekolah) di Duren Sawit, Jakarta Timur
dan Desa Rumpin, Kabupaten Bogor. Sample
adalah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.Sample diambil skema sistematik dari
RW di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta
Timur dan di Desa Rumpin, Kabupaten
Bogor. Jumlah sample diperhitungkan
dengan pendekatan probability Propotion to
Size (PPS), Pengambilan secara proposional
dan sistematik random didapat jumlah sample
514. Dari data diatas, jumlah balita di
Kelurahan Duren Sawit sebanyak 258 sample
dan di Desa Rumpin, Kabupaten Bogor
sebanyak 256 sample. Analisa data dengan
menggunakan analisis univariat dan bivariate.
Analisa bivariat menggunakan uji statistic
Chi-Square.
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Page 67
Volume 2, Nomor 2, September 2015
ISSN 2442-7039
Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Kejang Demam Pada Anak Usia 3 - 5 tahun
di Desa Rumpin Kabupaten Bogor
3-5 tahun
Riwayat Kejang Demam
1.
n
Ya
%
12.9
33
2. Tidak
223
Berdasarkan tabel 1 Distribusi
frekuensi Riwayat Penyakit Kejang Demam
Pada Anak Usia 3-5 tahun di desa Rumpin
Kabupaten Bogor, anak yang mempunyai
87.1
riwayat kejang demam sebanyak 33 (12.9%)
dan yang tidak mempunyai riwayat kejang
demam
223
(87.1%)
Tabel 2. Hubungan Kejang Demam dengan Perkembangan KognitifAnak 3 - 5 tahun di Desa
Rumpin Kabupaten Bogor
Kejang
Demam
Normal
(%)
1. Ya
2.Tidak
Perkembangan Kognitif
4 tahun
3 tahun
12
(85.7)
88
(83.8)
Menyimp
ang
(%)
2
(14.3)
17
(16.2)
p
Normal
Menyi
mpang
p
0.855*
13
(92.9)
72
(96.0)
1
(7.1)
3
(4.0)
0.602*
*
5 tahun
Normal
4
(80.0)
33
(76.7)
Menyimpang
p
1
(20.0)
10
(23.3)
0.870*
**
Ket:* Fisher’s Exact Test tidak bermakna p>0.05, ** Fisher’s Exact Test tidak bermakna p>0.05,
***Fisher’s Exact Test tidak bermakna p>0.05
Berdasarkan tabel 2 Hubungan Kejang
Demam dengan Perkembangan Kognitif
Anak 3 - 5 tahun di Desa Rumpin Kabupaten
Bogor, pada kelompok usia 3 tahun, anak
yang mempunyai riwayat kejang demam dan
mempunyai perkembangan kognitif normal
sebanyak
12
responden
(87.5%),
perkembangan kognitif menyimpang 2
responden (14.3%) dan yang tidak
mempunyai riwayat kejang demam dengan
perkembangan kognitif normal 88 responden
(83.8%),
perkembangan
kognitif
menyimpang 17 responden (16.2%), hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0.855 atau p>0.05
hal ini berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara riwayat kejang demam
dengan perkembangan kognitif anak usia 3
tahun di desa Rumpin Kabupaten Bogor.
Pada kelompok usia 4 tahun, anak
yang mempunyai riwayat kejang demam dan
mempunyai perkembangan kognitif normal
sebanyak
13
repsonden
(92.9%),
perkembangan kognitif menyimpang 1
responden (7.1%) dan yang tidak mempunyai
riwayat
kejang
demam
dengan
perkembangan kognitif normal 72 responden
(96.0%),
perkembangan
kognitif
menyimpang 3 responden (4.0 %), hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0.602 atau p>0.05
hal ini berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara riwayat kejang demam
dengan perkembangan kognitif anak usia 3
tahun di desa Rumpin Kabupaten Bogor.
Pada kelompok usia 5 tahun, anak
yang mempunyai riwayat kejang demam dan
mempunyai perkembangan kognitif normal
sebanyak
4
repsonden
(80.0%),
perkembangan kognitif menyimpang 1
responden (20.0%) dan yang tidak
mempunyai riwayat kejang demam dengan
perkembangan kognitif normal 33 responden
(76.7%),
perkembangan
kognitif
menyimpang 10 responden (23.3%), hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0.870 atau p>0.05
hal ini berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara riwayat kejang demam
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Page 68
Volume 2, Nomor 2, September 2015
dengan perkembangan kognitif anak usia 5
tahun di desa Rumpin Kabupaten Bogor.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
hubungan riwayat kejang demam dengan
perkembangan kognitif anak usia 3-5 tahun
di Desa Rumpin Kabupaten Bogor,
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang
bermakna pada masing-masing kelompok
umur. Perkembangan kognitif adalah suatu
proses berpikir berupa kemampuan untuk
menghubungkan,
menilai
dan
mempertimbangkan sesuatu. Perkembangan
kognitif terdiri dari kemampuan berbahasa,
kemampuan mengingat, kemampuan nalar
atau berpikir logis kemampuan tilikan ruang
(spatial factor), kemampuan bilangan
(numerical
ability),
kemampuan
menggunakan
kata-kata,
kemampuan
mengamati dengan cepat dan cermat
(preceptual speed) (Departemen Pendidikan
Nasional, 2007). Pada penelitian ini tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
riwayat
kejang
demam
dengan
perkembangan kognitif pada anak usia 3-5
tahun,
hal
ini
disebabkan
karena
perkembangan kognitif bukan hanya
dipengaruhi oleh riwayat kejang demam akan
tetapi menurut NFSMI (2001) ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan
kognitif antara lain nutrisi , gen dan
lingkungan.
Hasil penelitian yang
sama
ditunjukkan oleh penelitian Dharma (2010),
resiko relatif abnormalitas kecepatan reaksi
memori total pada anak dengan riwayat
kejang demam terhadap anak dengan demam
tanpa kejang sebesar 2 dengan interval
kepercayaan 0.579-6.908 yang menunjukkan
tidak terdapat perbedaan, reaksi memori pada
anak yang mempunyai riwayat kejang dan
pada anak yang tidak mempunyai riwayat
kejang.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan
Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat kejang demam
dengan perkembangan kognitif pada anak
usia 3-5 tahun di Desa Rumpin Kabupaten
Bogor.
Saran
Orang tua tidak perlu mencemaskan
apabila seorang anak pernah mengalami
kejang demam, kejang demam bukan satu-
ISSN 2442-7039
satunya
faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan kognitif pada anak, akan
tetapi tiga faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain nutrisi,
gen dan lingkungan.
KEPUSTAKAAN
BPS Jawa Barat.(2012). Profil Kesehatan
Provinsi
Jawa
Barat.
http://jabar.bps.go.id/
Budi Patriadi Dharma, (2010).Kecepatan
Reaksi Memori Pada Anak Dengan
Riwayat
Kejang
Demam.
http://eprints.undip.ac.id/12916/. Akses,
18 November 2014
Departemen Pendidikan Nasional (2007)
Pedoman Pembelajaran Bidang Kognitif
di Taman
kanak-kanak Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/ 68044557/
PEMBELAJARAN KOGNITIF.
Jones, T. & S.J. Jacobsen. (2007). Childhood
febrile
seizures:
Overview
and
implications. Int J Med Sci, 4(2), 110114.
Manoux, A. dkk. (2005). Obesity
Pnhenotypes in Mildlife and Cognition
in Early Old Age; the Whitehall II
cohort study.Journal Neurology 2005;
71:1639–1643
Marcus, R., Rebecca, H., Diana, K., and
Michael, E J Wadsworth (2001). Birth
weight and cognitive function in the
British 1946 birth cohort: longitudinal
population based study. BRITISH
MEDICAL JOURNAL 2001; 322; 199203
Marika, L. dkk, (2013).Antenatal and
Postnatal Growth and 5-Year Cognitive
Outcome in Very Preterm Infants.
Journal of PEDIATRICS Volume 133,
Number 1, January 2014
NFSMI.(2001). Nutrition and Cognitive
Development.The
University
of
Mississippi.www.nfsmi.org
Paxson, C. (2005) Research Paper:
Cognitive
Development
Among
Young Children in Ecuador: The
Roles of Wealth, Health and
Parenting.
England:
Princenton
University. JEL codes: 112, O12
Scheffler, F., Vogel, D., Astern, R.,
Burgess, J., Conneally, R.T., Salerno,
K.,(2008).
Screening
for
communication
and
cognitive
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Page 70
Volume 2, Nomor 2, September 2015
ISSN 2442-7039
disorders in infants and toddlers.
Pediatr Nurs. 33(6):473-80
Stephen R. Daniels, Frank R. Greer. (2008).
Lipid Screening And Cardiovascular Health
In Childhood. Pediatrics. July 2008,
Volume 122 / Issue 1.
Stuijvenberg, M.V., E van Beijeren, N H
Wils, G Derksen-Lubsen, C M van
Duijn, H A Moll. (1999). Characteristics
of the initial seizure in familial febrile
seizures,Arch Dis Child 1999;80:178–
180
WHO (2005). A Riview of Literature on
Healthy Environment for the Children in
the Eastern Mediterranean Region:
Status of Children Lead Exposure.
http://www.emro.who.int/dsaf/dsa
516.pdf. Akses 2 November 2014.
PENGARUH RIWAYAT KEJANG DEMAM TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR
Page 70
Download