1 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR PEMIKIRAN Dalam sebuah Negara, baik miskin, berkembang, maupun maju, hampir selalu dapat dijumpai dua kelompok masyarakat, yaitu kuat dan lemah. Kelompok kuat selalu mempunyai kecenderungan untuk memperkuat diri dengan memperlemah kelompok lainya. Akibatnya kelompok lemah (dhaif) semakin lemah karena terus dilemahkan secara ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan agama. Muncullah kelas tertindas yang berasal dari orang-orang yang dilemahkan. Fakta sosial ini sebetulnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Ketika menceritakan kisah para Rasul, Al-Qur’an mengisyaratkan dua kelompok masyarakat ini. Kelompok kuat kerap disebut al-mala’ yang berarti pembesar kaum. Mereka yang disebut langsung antara lain adalah Raja Fir’aun. Dengan para pengikutnya, fir’aun menjadi kelompok masyarakat kuat yang melakukan kesewenang-wenangan terhadap kelompok lemah. Dia memerintahkan rakyatnya untuk mempertuhankan dirinya. Disamping itu, ia bahkan melakukan pembunuhan massal bayi laki-laki. Demikian pula sejarah Rasulullah SAW juga diwarnai dengan pertarungan antara kelompok kuat dan kelompok lemah. Para bangsawan 2 Arab melakukan tindakan yang tidak manusiawi dengan memperbudak masyarakat miskin dan kabilah-kabilah yang lemah. Mereka meliputi lakilaki, perempuan, dan anak-anak. Dalam Qs. An-Nisa/4:75 Allah SWT. bahkan menyesalkan kepada mereka yang tidak mau berpegang dengan melindungi hak-hak mustadl’afin (orang yang diperlemah) ini. )75:)النساء Mengapa kamu tidak mau berpegang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang dilemahkan baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “ya tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi engkau, dan berilah kami penolong dari sisi engkau. Kata mustadl’afin diatas dipahami oleh para mufasir sebagai orangorang yang diperlemah. Sebagia mereka memahaminya dalam artian orang- 3 orang yang dianggap tidak berdaya oleh masyarakat yakni ketidak berdayaan yang telah mencapai batas akhir (Dr. KH. Said Aqil Siraj).1 Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dimana anak tumbuh kembang menjadi orang dewasa, dalam lingkungan keluarga yang bahagia, saling mengasihi dan menghargai anak akan lebih muda mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin yang akan menjadi dasar perkembangan kehidupan mereka selanjutnya. Anak adalah dambaan keluarga yang diharapkan dapat meneruskan keturunan dengan kualitas yang lebih baik. Selain itu anak adalah asset bangsa sekaligus generasi penerus, ditangan mereka terletak hari kemudian Indonesia. kemajuan bidang elektronik dan komunikasi yang dengan cepat melanda Indonesia yang sedang merubah diri menjadi Negara industri membawa dampak pada melemahnya jaringan kekerabatan dan terutama anaklah yang pertama merasakan akibatnya. Karena semakin sibuknya orang tua dalam memenuhi berbagai macam tuntutan zaman, maka anak-anak kehilangan kehangatan keluarga dan rasa aman. Dewasa ini fenomena baru muncul, dimana anak mencari pengganti lingkungan keluarga diluar rumah dan melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang merugikan mereka sendiri disamping menimbulkan ketidakserasian dalam masyarakat. Faktor kemiskinan menimbulkan pula berbagai permasalahan kerawanan pada anak seperti keterlantaran, putus 1 Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm. Memecah kebisuan agama mendengar suara perempuan korban kekerasan demi keadilan (respon NU). Open Societiy Institute. Hlm. 10-11 4 sekolah, gangguan kesehatan, dan mudahnya anak tergelincir dalam tindakan kriminal. Dalam bidang ekonomi sebagian anak juga terseret menjadi korban eksploitasi dan penindasan. Korban kekerasan lain seperti: penganiayaan dan salah perlakuan dalam keluarga, eksploitasi seksual dan penelantaran memperbesar jumlah anak jalanan. Dalam berbagai kekacauan dimana keluarga kehilangan tempat tinggal, jaminan hidup dan mata pencaharian maka anak juga yang terutama menjadi korban.2 Impunitas atas pelanggaran hak-hak ekonomi, social dan budaya merupakansalah satu masalah yang hingga saat ini sulit dipecahkan. Bila dibandingkan dengan pelanggaran-pelanggaranatas hak-hak sipil dan politik (Civil and Political Brights) yang telah memiliki mekanisme yang memadai baik ditingkat internasional maupun Nasional, maka pelanggaran-pelanggaran massif dibidang ekonomi, sosial dan budaya (Ecosoc Rights) sangat jauh dari jamahan Negara (State Obligation). Apakah itu dalam bentuk pemantauan, investigasi maupun pemulihan terhadap korbannya. Boleh dikatakan sampai sekarang ekonomi, sosial dan budaya (selanjutnya disingkat hak Ekosob) Seakan-akan pelanggaran terhadap Ekosob tidak ada kewajiban Negara untuk menanganinya (Statate Obligation To Protect). Keadaan inilah yang telah melanggengkan impunitas peran dan fungsi Negara sebagai pelaksana sekaligus penjamin terhadap hak-hak Ekosob tiap-tiap individu. 2 Dra. MG. Endang Sumiarni, SH. M. Hum dan Chandrera Halim, SH. M. Hum, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Hukum Keluarga, ( Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2000), Kata Pengantar. 5 Mengapa impunitas itu terjadi?, permasalahan ini bukan hal baru yang hanya terjadi pada masa transisi sekarang, akan tetapi sudah mengakar pada pemerintah sebelumya (Orde Baru). Memang saat ini pelanggaran terhadap hak Ekosob semakin meluas, apalagi setelah dimulai dari pemerintah SBYJK, SBY-Budiono sampai pada Jokowi-Jk memutuskan untuk mencabut berbagai fasilitas subsidi terhadap rakyat kecil, termasuk subsidi BBM. Kita menyaksikan bertambahnya jumlah orang miskin, nelayan-nelayan kecil yang tidak melaut, fasilitas dasar tak terpenuhi, lapangan kerja semakin langka, dan seterusnya yang kesemua fenomena itu menunjukan dengan gamblang, bahwa Negara telah melanggar kewajibannya terhadap Konvensi Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (violation of covenant obligatiaon.3 Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa pengecualian dan keistimewaan bagi golongan, kelompok maupun tingkat sosial tertentu. Hak-hak tersebut mencakup antara lain hak atas kehidupan, keamanan, kebebasan berpendapat dan merdeka dari segala bentuk penindasan yang wajib dijunjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu Negara yang mengakui keberadaan dan merdeka dari segala bentuk penindasan yang wajib dijunjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu Negara yang mengakui keberadaan dan menghargai HAM itu sendiri, namun harus juga dijamin oleh Negara tanpa ada perkecualianya. Jaminan yang diberikan Negara atas hak-hak tersebut tidak dapat diartikan bahwa hak- 3 Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya, Divisi Buku Perguruan Tinggi, Ed. 2,-3-Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Prolog: Ifdal Kasim, S. H. 6 hak tersebut lahir setelah Negara meratifikasi suatu konvensi Internasional tentang HAM atau mengeluarkan peraturan apapun yang menjamin hak asasi warganya, namun lebih merupakan tanggung jawab Negara dalam menjamin hak-hak yang telah dimiliki oleh setiap warganya secara kodrati dan memperlihatkan penghargaan Negara atas hak-hak tersebut. Karena hak hak yang paling asasi tersebut secara kodrati dimiliki oleh tiap manusia bersamaan dengan kelahirannya didunia sebagai seorang individu yang merdeka. Hak asasi manusia itu ditemukan dalam setiap hakikat kemanusiaan dan demi kemanusiaan yang harus terpenuhi. Karena itu setiap manusia memilikinya dan hak itu tidak dapat dicabut oleh siapapun, bahkan oleh dirinya sendiri. Perempuan sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat di dalam suatu Negara, merupakan kelompok yang juga wajib mendapatkan jaminan atas hak-hak yang dimilikinya secara asasi. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM 1948) memang tidak menyatakan secara eksplisit tentang adanya jaminan hak asasi terhadap kelompok perempuan secara khusus, namun dalam pasal 2 DUHAM dimuat bahwa hak dan kebebasan perlu dimiliki oleh setiap orang tanpa diskriminasi, termasuk tidak melakukan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian bila dikaitkan dengan kewajiban Negara untuk memberikan jaminan atas warga Negaranya. Negara juga memiliki tanggung jawab untuk menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) kelompok perempuan sama seperti jaminan terhadap kelompok lainya. 7 Karena perempuan juga bagian dari kelompok masyarakat yang juga harus dilindungi hak asasinya, maka pelanggaran terhadap hak asasi perempuan juga harus diangap sebagai pelanggaran terhadap HAM secara umum. Selama ini, isu hak asasi perempuan sebagai dari HAM masih merupakan isu yang belum memasyarakat. Bahkan sering merupakan isu yang terpinggirkan diantara isu hak asasi manusia lainya seperti hak sipil dan politik atau ekonomi, sosial dan budaya. Mengapa demikian? Charlote Bunch seorang aktivis HAM perempuan, menyatakan bahwa sebetulnya selama ini hak-hak perempuan telah dilanggar dengan berbagai cara. Dalam kondisi politik tertentu sebenarnya baik perempuan maupun laki-laki mengalami atau menjadi korban kekerasan, namun karena aktor-aktor politik selama ini didominasi oleh laki-laki, sehingga masalah perempuan sebagai korban kekerasan yang terlanggar HAM-nya menjadi tidak kelihatan (invisible). Lebih lanjut Bunch menyatakan bahwa saat ini, isu perempuan secara konkrit harus menjadi fokus perhatian Negara ditingkat Nasional maupun Internasional. Hanya dengan cara tersebuatlah isu perempuan dapat dianggap sebagai masalah Negara dan Bangsa, dan bukan masalah golongan perempuan saja.4 Jepara sebagai kota industri, tentunya persoalan sosial dan budaya akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan berkeluarga. permasalahan ekonomi yang semakin membuat keharmonisan keluarga menjadi berkurang, bahkan hal ini seringkali menjadi alasan suami istri berkonflik yang ujung4 Dr. Niken Savitri, SH., MCL. HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap Kuhap, (Bandung: PT. Refika Aditama), Hlm: 1-2 8 ujungnya adalah tindakan kriminal yakni KDRT bahkan tidak sedikit pula yang berlanjut ke meja hijau atau perceraian, sehingga ini memperparah status anak, karena anaklah yang menjadi korban yang pertama, baik secara fisik ataupun psikis. Data yang ada terhitung sejak tahun 2010-1014 kasus Kekerasan terhadap Perempuan Dan Anak (KPA) Maupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) mengalami fluktuasi . “ memang angka ini relative lebih rendah namun tingkat modus kejahatanya tergolong lebih membahayakan jiwa dan sangat kejam/sadis. Kondisi ini diperparah lagi karena rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan lingkungan (keluarga dan sekolah) yang tidak memiliki sistim pengawasan yang baik sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter anak”5. Adapun data jumlah kasus perlindungan anak dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) baik perempuan maupun anak Polres Jepara tahun 2010-1014 adalah sebagai berikut:6 5 Hasil wawancara dari Kanit PPA POLRES Jepara oleh SUSILO IPDA. NRP:57020041/dikantornya pada hari kamis 13 november 2014 pukul 9:30 6 Data diperoleh dari kepala satuan Reskrim polres jepara pada tanggal 13 November 2014 pukul 13:30, surat tertanggal 21 Oktober 2014 oleh GEDE YOGA SANJAYA SH, AKP NRP 87031315 9 350 289 300 250 188 200 ANAK 150 KDRT 81 100 59 39 50 32 37 55 60 46 52 16 0 2010 2011 2012 2013 Jun-14 JUMLAH Pada tahun 1989 telah ditetapkan oleh PBB konvensi tentang hak-hak anak ialah hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut pada tahun1990 melalui keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 dan kini masih dalam proses menerjemahkan komitmen tersebut diatas dalam repelita-repelita yang akan datang. Disebutkan dalam Undang-Undang seperti: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penyelenggaraan Dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Serta permeneg PP dan PA RI nomor 1 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimum (SPM), serta UU Perkawinan No.1 tahun 1974, UU. No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Yang kesemuanya ini jelas mempunyai kekuatan hukum formal yang diatur oleh negara, perlu adanya sosialisasi yang kuat serta pendampingan terhadap masyarakat secara serius. Terutama pendampingan-pendampingan bagi masyarakat yang rentan 10 dengan kekerasan, sesuai dengan tema yang penulis angkat yakni “Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak Studi Analisis Regulasi, Pemahaman Dan Implementasi Di Kabupaten Jepara”, dengan adanya karya ilmiah ini penulis berharap mampu memberikan informasi kepada pembaca dan masyarakat terhadap Undang-Undang agar ada uapaya untuk menekan terkuranginya kasus-kasus Perceraian dan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak.7 B. PENEGASAN ISTILAH Menyikapi banyaknya fenomena dan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul PEREMPUAN “PERLINDUNGAN DAN ANAK STUDI HUKUM TERHADAP ANALISIS REGULASI, PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI DI KABUPATEN JEPARA”. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan istilah demi istilah yang tercantum dalam redaksi judul penelitian ini antara lain: Perlindungan : Perlindungan berasal dari kata lindung yang artinya berlindung, menempatkan dirinya dibawah (dibalik, dibelakang) sesuatu supaya jangan kelihatan. 8 Yang 7 Dra. MG. Endang Sumiarti, SH. M. Hum. Chandra Halim, SH. M. Hum. ,Op,. Cit, kata Pengantar 8 Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 6, Hlm. 599. 11 dimaksud lindung disini adalah perlindungan seseorang atas hak-haknya. Hukum : Menurut Frietman, hukum adalah sebuah kata dengan banyak arti, selicin kaca, segesit gelombang sabun. Atau hukum adalah konseb, abstraksi, konstruk sosial: bukan objek nyata didunia sekitar kita. Hukum bukan sesuatu yang dapat kita rasakan atau cium, hukum tidak seperti kursi atau anjing. 9 Didalam kepustakaan hukum, ilmu hukum ini dikenal dengan nama jurisprudence, yang berasal dari kata jus, juris, yang artinya adalah hukum atau hak; prudensi berarti melihat kedepan atau mempunyai keahlian. Arti yang umum dari jurisprudence ini adalah ilmu yang mempelajari hukum. 10 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hukum adalah (1). Peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara). (2). Undang-Undang, Peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. (3). Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan 9 Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H., Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence): Termasuk Interpretasi Undanag_Undang (Legisprudensi), (Jakarta: Kencana, 2010), Ed.1, Cet. 3, Hlm28. 10 Prof. Dr. Sadjipto Raharjo. S.H., Ilmu Hukum, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti), Hlm: 9 12 sebagainya) yang tertentu. (4). Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan): Vonis.11 Perempuan : 1 jenis lawan laki-laki.12Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita.13 Anak : Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. 14 . anak juga diartikan anak yang kedua selain perempan.15 Regulasi : Cara mengatur, aturan, peraturan.16 Pemahaman : kata paham yang artinya: pengetahuan, pendapat, mengerti benar (akan), pandai dan mengerti benar (dalam sesuatu hal).17mendapatkan imbuman “pe dan an” yang berarti kata 11 Ibit, Hlm 167 Ibid, Hlm. 738 13 http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa%3APencarian&profile=default&sea rch=perempuan&fulltext=Search, diambil pada hari sabtu, 22 september 2014 pada pukul 14:45 14 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak, diambil pada hari sabtu, 22 september 2014 pada pukul 14:48 15 Drs. Sudarsono, S.H., M.Si, Op, Cit, Hlm 38 16 Pius A Parpanto, M. Dahlan Al Barbarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola). Hlm. 662 17 Ibid, Hlm. 694 12 13 kerja menunjukan suatu tindakan, arahan pengertian dan lain sebagainya. Implementasi : Pelaksanaan, penerapan implemen.18 C. RUMUSAN PERMASALAHAN Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam judul skripsi ini adalah: 1. Adakah Regulasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten Jepara? 2. Bagaimana Pemahaman Pemerintah dan masyarakat terhadap Regulasi Perlindungan Hukum Perhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten Jepara? 3. Bagaimana Implementasi Regulasi dan kebijakan Hukum oleh Pemerintah Kabupaten Jepara? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk Mengetahui Regulasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak pada Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten Jepara. 2. Untuk Mengetahui Seberapa Jauh Pemahaman Pemerintah dan Masyarakat akan Regulasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten Jepara 3. Untuk Mengukur Seberapa Jauh Implementasi Regulasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak di Kabupaten Jepara. 18 Ibid, Hlm. 247 14 E. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagaimana berikut: 1. Menambah wawasan ilmiah dan intelektual pembaca dalam hal ilmu hukum dan ilmu sosial 2. Memberikan informasi kepada semua elemen masyarakat tak terkecuali pemerintah tentang kondisi tekstual dan kontekstual perundang-undangan yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat khususnya dikabupaten Jepara 3. Sebagai bahan pertimbangan sekaligus rekomendasi pemerintah baik itu eksekutif maupun legislatif dalam merumuskan peraturan pemerintah untuk kepentingan masyarakat luas 4. Sebagai referensi umum penelitian komparatif yang relevan terhadap kondisi sosial masyarakat kekinian. F. KAJIAN PUSTAKA Pada kajian penelitian pustaka ini, peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya sehingga penelitian yang dilakukan bukanlah aktifitas yang bersifat “trial and error”, aktifitas ini merupakan tahapan yang amat penting. Bahkan dapat dikatakan, bahwa studi kepustakaan merupakan separuh dari keseluruhan aktivitas penelitian itu sendiri, six hourse in library save six mounths in field or laboratory. 15 Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukan jalan pemecahan permasalahan penelitian. apabila peneliti telah mengetahuai apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap. Berdasarkan fungsi kepustakaan, dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu: 1. Acuan umum, yang berisi konsep-konsep, teori-teori, dan informasiinformasi lain yang bersifat umum, misalnya: buku-buku, indeks, ensiklopedia, farmakope dan sebagainya. 2. Acuan khusus, yang berisi hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang diteliti, misalnya: jurnal, laporan penelitian, buletin, tesis, disertasi, brosur dan sebgainya.19 Untuk mendukung kajian penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa referensi yang relevan baik itu dari buku-buku maupun sember referensi lainya, diatara referensi utama tersebuat adalah sebagai berikut: M. Nasir Djamil dengan bukunya “Anak Bukan Untuk dihukum catatan pembahasan Undang-Undang Sistim Peradilan Pidana Anak (UUSPPA), Jakarta Timur 13220: Sinar Grafika. Anak bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan dan pembinaan, sehingga bisa bertumbuh dan berkembang sebagai anak normal yang sehat dan cerdas seutuhnya. Anak adalah anugerah Allah yang Maha Kuasa sebagai calon generasi penerus Bangsa yang masih dalam perkembangan fisik dan mental. 19 Bambang sunggono, S.H., M.S, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Ed. 1. Cet. 14. Hlm: 112-113 16 Terkadang anak mengalami situasi sulit yang membuatnya melakukan tindakan yang melanggar hukum. Walaupun demikian, anak yang melanggar hukum tidaklah layak untuk dihukum apalagi kemudian dimasukkan dalam penjara.20 Dra. MG. Endang Sumiarni, SH. M. Hum dan Chandrera Halim, SH. M. Hum, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Hukum Keluarga, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2000, buku ini yang merupakan kumpulan peraturan tentang perlindungan anak terutama dalam bidang Hukum Keluarga sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan perlindungan Anak oleh LPA dan perlu dimiliki dan dibaca oleh mereka yang peduli anak dan para petugas instansi/lembaga yang berkaitan dengan permasalahan anak, Ny. C. Utaryo ketua LPA profinsi DIY.21 Dr. Niken Savitri, SH., MCL., Ham Perempuan Kritik Teori Hukum feminis Terhadap KUHAP, Bandung 40254: Refika Aditama, 2008, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa pengecualian dan keistimewaan bagi golongan, kelompok maupun tingkat sosial manusia tertentu. Hak-hak tersebuat mencakup antara lain hak atas kehidupan, keamanan, kebebasan berpendapat dan merdeka dari segala bentuk penindasan yang wajib dijunjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu negara yang mengakui keberadaan dan menghargai HAM itu sendiri, namun harus pula dijamin oleh Negara tanpa ada perkecualian. 20 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk dihukum catatan pembahasan Undang-Undang Sistim Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), (Jakarta Timur 13220: Sinar Grafika). Hlm. 1 21 Dra. MG. Endang Sumiarni, SH. M. Hum dan Chandrera Halim, SH. M. Hum, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Hukum Keluarga, ( Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2000), Kata Pengantar, Hlm. X 17 Perempuan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat didalam suatu negara, merupakan kelompok yang juga wajib mendapatkan jaminan atas hak-hak yang dimilikinya secara asasi.22 Bisa dilihat skripsi yang akan ditulis peneliti ini mencoba menyuguhkan sajian yang berbeda dengan skripsi-skripsi sebelumya, hal ini bisa dilihat dari content materi, content ruang dan lingkup penelitian, adapun skripsi tentang anak yang pernah di angkat diantaranya adalah sebagai berikut: Ahmad Shoef Nim: 124002 INISNU 2008 dengan judul skripsinya “Studi Analisis Anak Diluar Nikah Ditinjau Dari Perspektif Hukum Positif dan Tiga Madzhab” . dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pandangan Hukum Positif, para Imam Madzhab terhadap Anak diluar Nikah.23 A. Zainul Syahroni Nim: 128011 tahun 2012 INISNU Jepara degan Judul Skripsi “Dampak Perceraian Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus Di Desa Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara). Dengan tujuan untuk mengetahui dampak perceraian terhadap pemeliharaan anak, psikologi anak dan upaya penanggulangan anak.24 Siti Mutrofin Nim: 127038 Tahun 2011 INISNU Jepara dengan judul Skripsi “Konsep Keadilan Pembagian Harta Waris Anak Laki-Laki Dan Perempuan (Studi Komparatif Kompilasi Hukum Islam dan Hukum Perdata)” 22 Dr. Niken Savitri, SH., MCL., Ham Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHAP, (Bandung 40254: Refika Aditama, 2008), Hlm. 1 23 Ahmad Shoef Nim: 124002 INISNU 2008 dengan judul skrepsinya, Studi Analisis Anak Diluar Nikah Ditinjau Dari Perspektif Hukum Positif Dan Tiga Madzhab, Hlm. 6 24 A. Zainul Syahroni Nim: 128011 tahun 2012 INISNU Jepara degan Judul Skripsi, Dampak Perceraian Terhadap Psikologi Anak (Studi Kasus Di Desa Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara). Hlm. 8 18 dengan metode penelitian Normatif dengan sistem komparatif yang bertujuan untuk mengetahui sistem keadilan pembagian waris antala laki-laki dan perempuan menurut Kompilasi Hukum Islam, Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek/BW.25 Dilihat dari beberapa judul skripsi yang pernah diangkat sebagaimana tercantum diatas sangatlah berbeda dengan tema, latar belakang, tujuan dan content permasalahanya, bahkan pada metodologi menunjukkan bahwa peneliti menawarkan konsep yang lebih komprehensif, faktual baik secara teks maupun kontekstual yang ada. G. METODE PENELITIAN Hukum yang bagi kebanyakan orang semula dipandang tidak lebih daripada sekumpulan undang-undang atau hanya merupakan suatu bidang studi yang mempelajari tentang undang-undang atau peraturan-peraturan, kini telah berkembang menjadi suatu (disiplin) ilmu yang memiliki kelengkapan metode penelitian, penelahaan dan pemahaman yang lebih luas dan rumit. Dengan kata lain perkembangan tersebut membuat ahli hukum dihadapkan pada berbagai permasalahan mengenai hukum dengan tuntutan pemecahan secara metodologi. Namun tidak dapat dihindari bahwa metode yang cocok dipakai untuk suatu analisa permasalahan tidak dapat dipisahkan 25 Siti Mutrofin Nim: 127038 Tahun 2011 INISNU Jepara dengan judul Skripsi, Konsep Keadilan Pembagian Harta Waris Anak Laki-Laki Dan Perempuan (Studi Komparatif Kompilasi Hukum Islam dan Hukum Perdata), Hlm. 9 19 dari “kaca penglihatan” atau konsep pemaknaan hukum oleh seorang pengkaji mengenai hakikat dari hukum.26 Metode merupakan komponen penting utuk mencapai sebuah tujuan penelitian, untuk itu diperlukan langkah-langkah atau metodologi untuk mencapai hasil tersebut. Adapun jenis, ruang, metode dan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: 1. Jenis penelitian: Penelitian Kualitatif semakin hari semakin besar, hal ini bukan sekedar paradigma penelitian kualitatif menjadi dominan dalam studi-studi ilmu sosial kontemporer. Akan tetapi karena kesadaran bahwa temuantemuan pada studi-studi kualitatif lebih menjawab persoalan sebenarnya dari pada sekedar angka-angka.27 Istilah penelitian kualitatif kami maksudkan dalam jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainya. 28 Sementara itu menurut lodico, spaulding, dan voegtle (2006) penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin 28 Ibid cover belakang Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed. 1. Hlm. V (Pengantar Editor) 28 Anselm starauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) Hlm. 4 27 20 ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam seting pendidikan.29 Sedangkan metode penelitian ini bersifat deskriptif artinya suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tuajuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Jadi metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.30 2. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dilingkup kabupaten Jepara yang terdiri dari 16 Kecamatan, 184 Desa dan 11 Kelurahan, serta 1.000 RW dan 4.622 RT sebagai pusat stadi kasus 31, stadi analisis dampak perundangundangan perlindungan Perempuan dan Anak dengan acuan hukum yang berlaku yakni Undang-Undang 1945 dan turunan peraturanya. 3. Pendekatan Masalah Pendekatan menggunakan Hukum pendekatan yang dilakukan sosiologis, dalam empiris serta penelitian politis ini guna 29 Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed1-2, Hlm. 2 30 Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitaian, (Bogor: Ghalia Indonesia,2013), Cet. 8, Hlm. 54 31 Jepara dalam angka 2013 21 mengetahui tentang berlakunya hukum itu dimasyarakat. Yang terdiri dari identifikasi hukum serta penelitian terhadap efektivitas hukum.32 4. Sumber Data Berdasarkan Sumber data yang digunakan dalam penelitian Hukum ini adalah sebagai berikut: a) Bahan Hukum Primer: yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari: 1) Norma atau kaidah dasar: yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 2) Peraturan dasar, yaitu: a. Batang Tubuh UUD 1945 b. Ketetapan- ketetapan MPR (S) 3) Peraturan Perundang-undangan a. Undang-undang atau perpu b. Peraturan pemerintah c. Keputusan presiden d. Keputusan menteri e. Peraturan daerah 4) Bahan hukum yang tidak terkodofikasikan, misalnya hukum adat 5) Yurisprudensi 32 Soejono, Metode Penelitian- Suatu Pemikiran Dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. 2, Hlm. 55 22 6) Traktat 7) Bahkan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku, misalnya KUHP (WvS) dan KUHPerdata (BW). b) Bahan hukum sekunder yakni yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya rancangan Undang-Undang (RUU), rancangan peraturan pemerintah (RPP), hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiyah) dari kalangan hukum, dan sebagainya. c) Bahan hukum tertier yakni bahan yang memberi petunjuk maupunpenjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus-kamus (hukum), ensiklopedia, indeks komulatif, dan sebagainya. Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahanya, maka kepustakaan yang dicari, dipilih harus relevan dan muktahir. Dari studi kepustakaan ini akan diperoleh kepustakaan berupa: 1) Diperoleh konsep-konsep dan teori-teori yang bersifat umum yang berkaitan denganpermasalahan penelitian 2) Melalui prosedur logika deduktif, akan dapat ditarik kesimpulanspesifik yang mengarah pada penyusunan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. 3) Akan diperoleh permasalahan empirik yang spesifik yang berkaitan dengan permasalahan penelitian 23 4) Melalui prosedur logika induktif, akan diperoleh kesimpulan umum yang diarahkan pada penyusunan jawaban teoritis terhadap pernasalahan.33 5. Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif sama seperti halnya penelitian etnografi yang bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup memnjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview), pengamatan terlibat (participant observation), dan dokumen pribadi seperti buku harian, surat-surat, otobiografi, transkip dan wawancara tidak berstruktur.34 a. Wawancara Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengintruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan lain sebagainya yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai pengumpulan data (interviewee), yang amat wawancara populer, adalah karena itu metode banyak dipanggungkan diberbagai penelitian.35 b. Studi Dokumen atau Bahan Pustaka 33 34 Bambang Sungkono, S.H., M.S. Op, Cit, Hlm: 113-115. Burhan Ashsofa, S.H, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hlm. 35 Burhan Bungin (Ed.), Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed. 61 1, Hlm: 77 24 Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran yang eksis dalam jumlah yang besar atau banyak. Dalam survai penelitian, tidaklah harus diteliti semua individu yang ada dalam jumlah populasi objek tersebuat.36 Eksperimentasi lapangan dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu terhadap kelompok subjek dengan harapan muncul fenomena atau gejala yang hendak dipahami37 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti melakukan penerapan beberapa metode yang mengharuskan turun kelapangan, adapun yang menjadi wilayah kajian atas perundang-undangan perlindungan perempuan dan anak ini adalah sebagaimana berikut: 1) Kejaksaan Agung Republik Indonesia Jakarta 2) Komisi Nasioanal Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta 3) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). 4) Pemerintah kabupaten Jepara (BP2KB). 5) Kejaksaan Negeri Kabupaten Jepara. 6) Pengadilan Negeri Kabupaten Jepara. 7) Pengadilan Agama Kabupaten Jepara. 8) Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara. 9) POLRES Kabupaten Jepara. 10) LSM PPA Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. 36 37 Ibid, Hlm. 77 Dr. Saifudin Azwar, MA, metode penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Hlm. 33 25 Lembaga ataupun Instansi yang penulis paparkan diatas mempunyai peran dan fungsi, memiliki sumber referensi data yang akurat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, yang akan membantu peneliti dalam memberikan data informasi untuk menyelesaikan penelitianya. c. Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.38 Observasi dibagi menjadi dua macam antara lain: 1) Observasi Langsung: Adalah teknik pengambilan data dimana penelitian mengadakan pengamatan secara langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki baik pengamatan itu dilakukan didalam situasi buatan, yang harus diadakan. 2) Observasi Tidak Langsung: Adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang http://id.wikipedia.org/wiki/Pengamatan, diambil pada hari jum’at 21 November 2014 pukul 06:52 38 26 diselidiki dengan pelantara sebuah alat, baik alat yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu.39 H. SISTIMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka di susun sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bagian muka, terdiri dari: a. Halaman judul b. Halaman nota pembimbing c. Halaman pengeshan d. Halaman motto e. Halaman persembahan f. Halaman kata pengantar g. Halaman daftar isi Dalam bagian muka ini penulis akan memberikan kemudahan pembaca dalam memahami isi dari karya ilmiah ini melalui daftar isi, serta memberikan gambaran umum terkait semangat penulis melalui motto, halaman persembahan sebagai ucapan terimakasih penulis, serta halaman pengesahan sebagai bukti keaslian penulis bahwa penelitian ini benarbenar telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing 2. Bagian isi terdiri dari beberapa bab: 39 Burhan Ashshofa, S.H., Op, Ci, Hlm. 26 27 BAB I : PENDAHULUAN: dalam bab ini akaan dijelaskan gambaran umum yang menjadi dasar penulisan dalam melakukan penelitian. Adapun isi pendahuluan adalah sebagai berikut A. Dasar Pemikiran B. Penegasan Istilah C. Rumusan Permasalahan D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Kajian Pustaka G. Metode Penelitian H. Sistimatika Penulisan Skripsi Penulis mencoba menawarkan satu kajian yang komprehensif baik dalam proses penentuan dasar pemikiran, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, motode dan sistimatika penulisan, sehingga hasil dari penulisan ini mudah untuk dipahami dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. BAB II : LANDASAN TEORI:. Adapun landasan teori dalam bab ini adalah sebagaimana berikut: 28 A. Peraturan dan Perundang-Undangan Pada Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten Jepara B. Definisi Perlindungan Hukum Perempuan dan Anak Dalam BAB II ini, penulis akan mencoba merangkum, menginfentarisir data terkait regulasiregulasi yang ada kaitannya dengan yaitu Regulasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak Baik Tingkat Nasional, Provinsi dan kabupaten Jepara, sebagai acuan dasar penulis dalam melakukan kajian penelitian ini. BAB III : OBJEK KAJIAN: Adapun pembahasan objek kajian adalah sebagaimana berikut: A. Kondisi Demografi Kabupaten Jepara B. Pemahaman Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Dalam BAB III ini penulis akan menyajikan data-data terkait dengan kondisi demografi Kabupaten Jepara lengkap dengan hasil penelitian, yaitu Pemahaman Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Regulasi 29 Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak (pencegahan dan penanganan) di Kabupaten Jepara. BAB IV : HASIL ANALISIS DATA LAPORAN MASUK DAN PROSEDUR PENANGANAN KORBAN: adapun kajian hasil analisis adalah sebagai berikut: A. Data Laporan Masuk kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak dan Yang Sudah di Tangani B. Prosedur Penanganan Korban dalam BAB IV ini penulis akan menyuguhkan data terkait jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak serta menjelaskan prosedur dan pengimplementasian regulasi melalui data laporan masuk tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta prosedur penanganan korban kekerasan yang ada di Kabupaten Jepara dari tahun 20102014. BAB V : PENUTUP:. Adapun isi dari Penutupan ini adalah sebagaimana berikut: A. Kesimpulan B. Rekomendasi-Rekomendasi 30 C. Penutup Dalam BAB V ini penulis akan menyimpulkan hasil kajian yang sudah diteliti, serta memberikan rekomendasi-rekomendasi yang bersifat membangun untuk kepentingan masyarakat, utamanya masyarakat Kabupaten Jepara 3. Bagian akhir, terdiri dari : a. Daftar Pustaka b. Daftar Riwayat Hidup c. Lampiran-Lampiran. Dalam bagian ini penulis akan menyuguhkan beberapa bukti ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan, baik bukti buku-buku yang digunakan, surat-surat resmi dari beberapa instansi terkait objek penelitian, serta daftar riwayat hidup peneliti.